• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SKI PESERTA DIDIK KELAS VB MIN MERGAYU BANDUNG TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SKI PESERTA DIDIK KELAS VB MIN MERGAYU BANDUNG TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

19

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaraan Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaraan Kooperatif

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan

secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran

merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan

metode, dan teknik pembelajaran.1

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang

dapat digunakan sebagai panduan pengajaran yang dimanfaatkan

seorang guru untuk membantu siswa memperoleh informasi baru.2 Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar.3 Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien

untuk mencapai tujuan pendidikannya.

1

Mashudi, dkk, Desain Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Konstruktivisme (Kajian Teoritis dan Praktis), (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2013), hal. 9

2

Wahyuningsih Rahayu, Model Pembelajaran Komeks Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Aspek Membaca Intensif di SD, (Demak: Demak Press, 2014), hal. 3

3

(2)

Nurhadi berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan

interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa) untuk menghindari

ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan

permusuhan. Hasil belajar yang diperoleh dalam pembelajaran

kooperatif tidak hanya berupa nilainilai akademis saja, tetapi juga

nilai-nilai moral dan budi pekerti berupa rasa tanggung jawab

pribadi, rasa saling menghargai, saling membutuhkan, saling

memberi, dan saling menghormati keberadaan orang lain di sekitar

kita.4 Roger, dkk sebagaimana yang dikutip Huda, menyatakan:

Kooperatif learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others

(Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain).5

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori belajar

kontruktivistik, bahwa siswa dapat menemukan dan memahami

konsep-konsep yang dipelajari dengan cara mengkonstruksi

pengalamannya. Usaha untuk mengkontruksi pengalaman akan lebih

4

Muhammad Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelaran dalam Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 287

5

(3)

mudah dilakukan jika mereka melakukannya dengan bekerja sama.6 Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau

kelompok kerja, karena belajar dalam pembelajaran kooperatif harus

ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan

hubungan-hubungan yang bersifat interpedensi yang efektif di antara anggota

kelompok.7 Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai

sumber belajar ,disamping guru dan sumber belajar lainnya.8 Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan

dan aktivitas anggota, baik secara individual maupun secara

kelompok.9

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Slavin, Abrani, dan Chambers berpendapat bahwa belajar

melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu

perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan

kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi

artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok

memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu.

Dengan demikian keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah

6

Annisatul Mufarokah, Strategi & Model-Model Pembelajaran, (Tulungagung:STAIN Tulungagung Press, 2013), hal 113

7

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning:Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) hal 4

8

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hal 190

9

(4)

keberhasilan kelompok. Perspektif sosial artinya bahwa melalui

kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena

mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh

keberhasilan. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa

dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat

mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai

informasi. Elaborasi kognitif artinya bahwa setiap siswa akan

berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah

pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik

pembelajaran kooperatif dijelaskan di bawah ini:10 1) Pengembangan Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim.

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,

tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota

tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Untuk itulah criteria keberhasilan

pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap

kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas

anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin,

dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan

agar satiap anggota kelompok dapat saling memberikan

kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

10

(5)

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai

empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi

organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian

juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan

perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan

secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai,

bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk

mencapai tujuan itu dan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui

langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk

ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi

organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab

itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota

kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan

baik melalui tes maupun non tes.

3) Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh

keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja

(6)

Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan

tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan

perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu

membantu yang kurang pintar.

4) Keterampilan Bekerja Sama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan

melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam

keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu

didoronguntuk mau dan sanggup berinteraksi dan

berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu

mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan

berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,

mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada

keberhasilan kelompok.

c. Unsur-Unsur Dasar Model Pembelajaran Kooperatif

Di dalam suatu pembelajaran pasti memiliki beberapa unsur

yang mempengaruhi dalam suatu proses pembelajaran, adapun

unsur-unsur alam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut:11 (1) positive interdependence (saling ketergantungan positif); (2) personal responsibility (tanggung jawab perorangan); (3)

face to face promotive interaction (interaksi promotif atau interaksi

tatap muka); (4) participan communication (partisispasi dan

komunikasi); (5) evaluasi proses kelompok. Jika dalam suatu

11

(7)

pembelajaran memperhatikan kelima unsur di atas, maka

pembelajaran akan berlangsung dengan baik karena kelima unsur

tersebut dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab peserta didik.

Selain itu dapat mendorong peserta didik untuk memotivasi teman

yang lain. Menurut Muslimin Ibrohim dalam Mashudi menyebutkan

bahwa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut:12 (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama; (2) siswa

bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti

milik mereka sendiri; (3) siswa haruslah melihat bahwa semua

anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama;

(4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di

antara kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau

diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk

semua anggota kelompok; (6) siswa akan diminta mempertanggung

jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif; (7) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka

membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses

belajaranya. Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran

kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran

kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam kelompok harus

betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan

12

(8)

saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab

individu.

d. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

1) Hasil belajar akademik

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas

akademik, unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan

kemampuan kritis.

2) Penerimaan terhadap keberagaman

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa

yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling

bergantung satu sama lain atas dasar tugas-tugas bersama, dan

melalui penggunaan struktur kooperatif penghargaan kooperatif,

belajar untuk menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk

melatif keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi,

dan juga keterampilan-keterampilan tanya jawab.13

e. kelebihan dan kekurangan model pembelajaaran kooperatif

Kekurangan dan kelebihan model pembelajaran kooperatif

adalah sebagai berikut:14

13

Annisatul Mufarokah, Strategi & Model-Model ... hal 115

14

(9)

1) Kelebihan pembelajaran kooperatif

Jarolimek dan Parker dalam Isjoni, mengatakan keunggulan

yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah: (a) saling

ketergantungan yang positif; (b) adanya pengakuan dalam

merespon perbedaan individu; (c) siswa dilibatkan dalam

perencanaan dan pengelolaan kelas; (d) suasana kelas yang rileks

dan menyenangkan; (e) terjalinnya hubungan yang hangat dan

bersahabat antara siswa dan guru, dan; (f) memiliki banyak

kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang

menyenangkan.

2) Kekurangan pembelajaran kooperatif

Kekurangan pembelajaran kooperatif yaitu: (a) pendidik

harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu

memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu; (b) agar

proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai; (c) ada

kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas

sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, dan; (d) terkadang didominasi seseorang, hal ini

(10)

2. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give

a. Pengertian Kooperatif Tipe Take And Give

Model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give sering

diartikan „saling memberi dan saling menerima‟. Take and Give

merupakan metode pembelajaran yang didukung oleh penyajian data

yang diawali dengan pemberian kartu kepada peserta didik. Di dalam

kartu, ada catatan yang harus dikuasai dan dihafal masing-masing

peserta didik. Peserta didik kemudian mencari pasangannya

masing-masing untuk bertukar pengetahuan sesuai dengan apa yang

didapatnya di kartu, lalu kegiatan pembelajaran diakhiri dengan

mengevalusasi peserta didik dengan menanyakan pengetahuan yang

mereka miliki dan pengetahuan yang mereka terima dari

pasangannya.15

Model pembbelajaran Take and Give merupakan saalah satu

tipe yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara peserta

didik untuk saling membantu dan mengusai materi pembelajaran guna

pencapaian prestasi yang maksimal, sehingga dapat mengoptimalisasi

partisipasi peserta didik. Setiap peserta didik dikondisikan untuk

saling bekerja sama dengan dengan peserta didik lainnya dan

memberikan kesempatan untuk saling berbagi informasi materi

pelajaran yang didapatnya serta dapat menigkatkan komunikasi peerta

didik.

15

(11)

Dengan demikian Komponen yang berperan penting dalam

metode Take and Give adalah penguasaan materi melalui kartu

keterampilan bekerja dan berbagi informasi, serta evaluasi yang

bertujuan untuk mengetahui pemahaman atau penguasaaan peserta

didik terhadap materi yang diberikan di dalam kartu dan kartu

pasangannya. Metode pembelajaran menerima dan memberi (take and

give) merupakan metode pembelajaran yang memiliki sintaks,

menuntut peserta didik mampu memahami materi pembelajaran yang

diberikan guru dan teman sebayanya (peserta didik lain).16

Menurut Slavin, model pembelajaran take and give pada

dasarnya mengacu pada konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang

dapat membuat siswa itu sendiri aktif dan membangun pengetahuan

yang akan menjadi miliknya. Dalam proses itu, siswa mengecek dan

menyesuaikan pengetahuan baru yang dipelajari dengan kerangka

bepikir yang telah mereka miliki.17

Menurut Suparno, mengajar bukan merupakan kegiatan

memindah atau mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Peran

guru dalam proses pembelajaran take and give lebih mengarah sebagai

mediator dan fasilitator. Pembelajaran take and give merupakan

proses pembelajaran yang berusaha mengaitkan pengetahuan baru

dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Pernyataan lebih

16

Ibid., hal 242

17

(12)

mengarah ke teori belajar bermakna yang tergolong pada aliran

psikologi belajar kognitif.18

b. Langkah-Langkah Metode Take And Give

Sintak langkah-langkah metode pembelajaran take and give

dapat dilihat sebagai berikut:19

1) Guru mempersiapkan kartu yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran.

2) Guru mendesain kelas sebagaimana mestinya.

3) Guru menjelaskan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin

dicapai.

4) Untuk memantapkan penguasaan peserta didik, mereka diberi

masing-masing satu kartu hafal untuk dipelajari atau dihafal.

5) Semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk

saling memberi informasi. Tiap peserta didik harus mencatat

nama pasangannya pada kartu yang dipegangnya.

6) Demikian seterusnya hingga setiap peserta didik dapat saling

memberi dan menerima materi masing-masing.

7) Untuk mengevaluasi keberhasilan peserta didik, guru dianjurkan

memberi pertanyaan yang tidak sesuai kartu.

8) Guru bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman dan memberikan penguatan.

9) Metode ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan.

10) Guru menutup pembelajaran.

18

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran..., hal. 195

19

(13)

c. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give

Metode take and give memiliki beberapa kelebihan, antara lain:20 1) Peserta didik akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan

informasi karena mendapatkan informasi dari guru daan peserta

didik.

2) Dapat menghemat waktu daalam pemahaman dan penguasaan

peserta diik akan informasi.

3) Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi.

4) Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedan sikap

tingkah laku selama bekerja sama.

5) Upaya mengurangi kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya

diri.

6) Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri

dan sikap-tingkah laku yang positif serta menigkatkan prestasi

belajarnya.

d. Kekurangan Metode Take And Give

Metode ini juga memiliki kekurangannya tersendiri, yaitu:21

1) Kesulitan untuk mendisiplinkan peserta didik dalam

kelompok-kelompok.

2) Ketidaksesuaian skill antara peserta didik yang memiliki

kemampuan akademik yang baik dan yang kurang memiliki

kemampuan akademik.

20

Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran..., hal. 197

21

(14)

3) Bila informasi yang disampaikan peserta didik kurang tepat

(salah), informasi yang diterima peserta didik lain juga kurang

tepat.

3. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Kata motivasi erat kaitannya dengan kata motif. Namun

demikian keduanya mempunyai sedikit perbedaan makna yang

terkandung didalamnya. Motif adalah segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.

Sedangkan motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk

mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk

bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan

tertentu.22

Sedangkan menurut S. Nasution, mengemukaan motivasi

adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan

motif-motif pada diri murid yang menunjang kegiatan kearah

tujuan-tujuan belajar.23 Mc. Donald, menjelaskan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan.24

22

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996),hal 60

23

Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal.140

(15)

Motivasi dapat juga diartikan suatu alat pendorong dalam diri

peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, inovatif, dan

menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku baik dalam aspek

kognitif, afektif dan, psikomotor.25 Motivasi dapat juga diartikan serangkaian usaha untuk menyediakan kondosi-kondisi tertentu,

sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia

tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan

perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh

faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri

seseorang.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan

motivasi adalah usaha dalam diri sesorang untuk melakukan suatu

dorongan ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan,

menyenangkan.

b. Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah

untuk menggerakkan atau memacu para peserta didik agar timbul

keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya

sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan

dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah.26

25 Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran..., hal.24

(16)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan tujuan

motivasi adalah mendorong peserta didik dalam meningkatkan

prestasi belajar agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

c. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi

serta mengubah kelakuan, fungsi motivasi dalam pembelajaran

yaitu:27

1) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar

peserta didik.

2) Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar

peserta didik.

3) Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap

pencapaian tujuan pembelajaran.

4) Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem

pembelajaran lebih bermakna.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan motivasi

berfungsi sebagai alat pendorong, mempengaruhi prestasi,

pencapaian tujuan dan pembangun sistem pembelajaran.

d. Nilai Motivasi dalam Pembelajaran

Dalam melaksanakan suatu pembelajaran motivasi

mengandung nilai-nilai sebagai berikut:28

27 Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran..., hal.24 28

(17)

1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan

belajar peserta didik. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit

untuk berhasil.

2) Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah

pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan,

motif, minat yang ada pada peserta didik. Pengajaran yang

demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.

3) Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinasi

guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara

yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara

motivasi belajar peserta didik. Guru senantiasa berusaha agar

peserta didik akhirnya memiliki self motivation yang baik.

4) Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan

menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya

dengan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini

mengakibatkan timbulnya masalah disiplin di dalam kelas.

5) Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari pada

asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar buku

saja melengkapi prosedur mengajar tetapi juga menjadi faktor

yang menentukan pengajaran efektif.

e. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan

(18)

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik yaitu motivasi yang tercakup di dalam

situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid.

Motivasi ini sering disebut motivasi murni. Motivasi yang

sebenarnya yang timbul dalam diri peserta didik sendiri.

Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri

individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi

atas dasar kemauan sendiri.29 Motivasi intrinsik berisi: (1) penyesuaian tugas dengan minat, (2) perencanaan yang penuh

variasi, (3) umpan balik atas respons peserta didik, (4)

kesempatan respons peserta didik yang aktif, (5) kesempatan

peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya.30

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik merupakan

dorongan yang datangnya dari dalam hati diri sendiri tanpa ada

paksaan atau suruhan orang lain.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan jenis motivasi yang timbul

sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena

adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga

dengan keadaan demikian peserta didik mau melakukan sesuatu

atau belajar.31 Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang

29Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hal. 19

30 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi &Pengukurannya , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal.9

(19)

disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau

menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh

faktor-faktor eksternal berupa ganjaran atau hukuman.

Motivasi ekstrinsik berisi: (1) penyesuaian tugas dengan

minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) respons peserta

didik, (4) kesempatan belajar peserta didik yang aktif, (5)

kesempatan peserta didik untuk meyesuaikan tugas

pekerjaannya, (6) adanya kegiatan yang menarik dalam

belajar.32

Hamalik berpendapat Motivasi ekstrinsik merupakan

motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi

belajar, seperti ijazah, tingkatan hadiah dan persaingan yang

bersifat negatif ialah hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap

diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah

tidaksemuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan

kebutuhan peserta didik.33 Menurut Hanafiah Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan

faktor-faktor di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian

nasihat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antar peserta didik,

hukuman dan sebagainya.34

Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menyimpulkan

bahwa motivasi ekstrinsik yaitu dorongan yang timbul karena

32

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi &Pengukurannya..., hal.9 33Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar..., hal. 163

(20)

adanya pengaruh orang lain, karena adanya penghargaan atau

melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain.

f. Cara Membangkitkan Motivasi

Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan

dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari

supaya dapat tumbuh dan berkembang. Berikut ini adalah beberapa

cara untuk membangkitkan motivasi belajar sebagai berikut. Jadi

motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar, hidup dalam diri

peserta didik dan bergunadalam situasi belajar yang fungsional.

Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan

oleh karena tidak akan menyebabkanpeserta didik bekerja atau

belajar untuk mendapatkan pujian atau hadiah itu.35

a. Peserta didik memperoleh pemahaman yang jelas mengenai

proses pembelajaran.

b. Peserta didik memperoleh kesadaran diri terhadap pembelajaran.

c. Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta

didik secara link and match.

d. Memberi sentuhan lembut.

e. Memberikan hadiah.

f. Memberikan pujian dan penghormatan.

g. Peserta didik mengetahui prestasi belajarannya.

h. Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat.

i. Belajar menggunakan multi media.

(21)

j. Guru yang kompeten dan humoris.

k. Suasana lingkungan sekolah yang sehat

l. Karya wisata dan ekskursi.36

4. Tinjauan tentang Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)

sendiri yaitu menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya

suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input

secara fungsional. Dalam konteks demikian maka hasil belajar

merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan

pengajaran.37

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau

pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang

dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat

dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam penguasaan pengetahuan,

ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik. Hampir sebagian

besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang

merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari

penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Sebenarnya

hampir seluruh perkembangan atau kemajuan hasil karya juga

36 Omar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,,, Hal. 168 37

(22)

merupakan hasil belajar, sebab proses belajar tidak hanya berlangsung

di sekolah tetapi juga di tempat kerja dan di masyarakat.38

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh

kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang telah direncanakan.

Menurut Gronlund dalam Purwanto menyatakan bahwa hasil belajar

yang diukur merefleksikan tujuan pengajaran.39 Dalam hal ini, tugas guru adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan data

tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan

memperbaiki program pembelajaran.

Hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang atau peserta didik, menguasai bahan atau

materi yang sudah diajarkan. Hasil belajar tidak hanya ditunjukkan

dari hasil nilai tes yang diberikan oleh guru setelah pemberian materi

pelajaran, tetapi juga dapat dilhat dari tingkah laku baik pengetahuan,

sikap dan keterampilan peserta didik. Dalam sistem pendidikan

nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun

tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga

ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

38

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 102.

39

(23)

kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk

kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang

terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan

dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada

enam aspek ranah psikomotoris, yakni (1) gerakan refleks, (2)

keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual, (4)

keharmonisan atau ketepatan, 5) gerakan keterampilan kompleks, dan

(6) gerakan ekspresif dan interpretatif.40

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar merupakan langkah-langkah yang ditempuh

dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat mencapai tujuan

yang diharapkan oleh pendidikan. Sedangkan hasil belajar merupakan

alat ukur dalam menentukan berhasil tidaknya suatu pembelajaran.

Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil

interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, guru harus

faham terhadap faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa

penting sekali artinya dalam membantu siswa mencapai hasil belajar

yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing.41

40

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal 22-23

41

(24)

Menurut Slameto dalam Muh. Fathurrohman dan Sulistyorini,

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:42 1) Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa terdiri dari:

a) Faktor jasmaniah (fisiologis)

Faktor jasmaniah ini adalah berkaitan dengan kondisi

pada organ-organ tubuh manusia yang berpengaruh pada

kesehatan manusia. Bila siswa selalu tidak sehat sakit kepala,

demam, pilek, dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak

bergairah untuk belajar.

b) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar

adalah faktor yang berasal dari sifat bawaan siswa dari lahir

maupun dari apa yang telah diperoleh dari belajar ini. Adapun

faktor yang tercakup dalam faktor psikologis, yaitu:

(1) Intelegensi atau kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai

kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang

dihadapinya. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri

dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat

dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep

yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

42

(25)

mempelajarinya dengan cepat. Siswa yang memiliki

intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar

dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya siswa yang

intelegensi-nya rendah cenderung mengalami kesukaran

dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya

rendah.

(2) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar dan

kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan

yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

(3) Minat dan perhatian

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat

adalah perasaan senang atau tidak senang terhadap suatu

obyek. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan

juga datang dari hati sanubari. Timbulnya minat belajar

bisa disebabkan dari berbagai hal, diantaranya minat

belajar yang besar untuk menghasilkan hasil belajar yang

tinggi.

(4) Motivasi siswa

Dalam pembelajaran, motivasi adalah sesuatu yang

menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau

menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya.

(26)

melakukan pekerjaan, yang berasal dari dalam diri

(intrinsik) dan luar diri(ekstrinsik) peserta didik. Motivasi

yang berasal dari dalam diri yaitu dorongan yang

umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu dan

motivasi yang berasal dari luar diri (ekstrinsik), misalnya

dari orang tua, guru, atau teman.

(5) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon

dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang,

barang, dan sebagainya, baik positif maupun negatif.

2) Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya diluar diri siswa, yang

meliputi:

a) Faktor keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama kali anak

merasakan pendidikan, karena di dalam keluargalah anak

tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga faktor

keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan

siswa dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua,

besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian

dan bimbingan orang tua, keharmonisan keluarga, semuanya

(27)

b) Faktor sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal

pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan

belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat

mendorong untuk belajar yang lebih giat. Kualitas guru,

metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan

kemampuan siswa, keadaan fasilitas sekolah, keadaan

ruangan, dan sebagainya. Semua ini turut mempengaruhi

hasil belajar siswa.

c) Lingkungan masyarakat

Salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya

terhadap hasil belajar adalah lingkungan masyarakat. Karena

lingkungan sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan

sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan

dimana anak itu berada.

5. Tinjauan Tentang Sejarah Kebudayaan Islam

a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan gabungan dari tiga kata

yang masing-masing mengandung makna tersendiri, yaitu Sejarah,

Kebudayaan dan Islam. Kata sejarah dalam bahasa arab disebut

“tarikh” yang menurut bahasa artinya ketentuan masa. Sedangkan

(28)

pada masa lampau. Sejarah merupakan kisah dan peristiwa pada masa

lampau umat manusia, karena mendidik, membimbing seseorang

merupakan aktivitas untuk menyerahkan atau mewariskan atau

mengembangkan suatu kebudayaan.43 Pengertian selanjutnya memberikan makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan

masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam

ruang lingkup yang luas, dan pokok dari persoalan sejarah senantiasa

akan sarat dengan pengalamanpengalaman penting menyangkut

perkembangan keseluruhan keadaan masyarakat.44

Kebudayaan sendiri dalam bahasa arab disebut Al-Tsaqafah

yang artinya bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu

masyarakat. Kebudayaan berbeda dengan peradaban, kebudayaan

lebih banyak direfleksikan dengan seni, sastra, religi, dan moral,

sedangkan peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan

teknologi.45Menurut Koentjaraningrat dalam Badri Yatim kebudayaan memiliki tiga wujud:46

1) Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks

ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan

dll.

2) Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu

kompleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam

masyarakat.

43

Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), hal. 11

44 Ibid., hal. 11 45 Ibid., hal.11 46

(29)

3) Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil

karya yang biasanya dalam peradapan dipakai untuk

bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah.

Pengertian islam secara terminologis diungkapakan Ahmad

Abdullah Almasdoosi dalam Rois, Mahfud sebagai kaidah hidup yang

diturunkan kepada manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi,

dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dan

Al-Qur‟an yang suci yang diwahyukan Allah kepada nabi-Nya yang

terakhir, yakni nabi Muhammad SAW. Satu kaidah hidup yang

memuat tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup

manusia, baik spiritual maupun material.47

Dapat dipahami bahwa islam adalah agama yang diturunkan

Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya yang berisi hukum-hukum

yang mengatur suatu hubungan segitiga yaitu hubungan manusia

dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan

hubungan manusia dengan alam semesta. Dari beberapa pengertian

sejarah, kebudayaan, dan islam dapat disimpulkan definisi sejarah

kebudayaan islam yaitu kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi

dimasa silam yang diabadikan dimana pada saat itu islam merupakan

pokok kekuatan dan sebab yang ditimbulkan dari suatu peradaban

yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem

knegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.

47

(30)

b. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pendidikan agama islam di Madrasah Ibtida‟iyah terdiri dari

empat mata pelajaran yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri.

Aspek aqidah menekankan pada kemampuan memahami dan

mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta

menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma‟ul husna. Aspek akhlak

menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan

menjahui akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek

Al-Qur‟an Hadits menekankan pada kemampuan baca tulis Al-Qur‟an

yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan

kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Aspek Fiqih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan

ibadah dan muamalah yang baik dan benar. Sedangkan asppek sejarah

kebudayaan islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah

dari peristiwaperistiwa bersejarah islam, meneladani tokoh-tokoh

berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, politik,

budaya, ekonomi, iptek dan lain-lain untuk mengembangkan

kebudayaan dan peradaban islam. Mata pelajaran sejarah kebudayaan

islam memang bukan satusatunya faktor yang menentukan watak dan

kepribadian anak, tetap secara subtansial mata pelajaran sejarah

kebudayaan islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah

(31)

digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan

kepribadian peserta didik. Adapun tujuan dari pembelajaran SKI di

Madrasah Ibtida‟iyah adalah sebagai berikut:

1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma islam yang

telah dibangun oleh Rasulullah SAW. dalam rangka

mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam.

2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu

dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau,

masa kini, dan masa depan.

3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah

secara dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap

peninggalan sejarah islam sebagai bukti peradaban umat islam di

masa lampau.

5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil

ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah islam, dan meneladani

tokoh-tokoh berprestasi serta mengaitkannya.48 Sedangkan fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut:

a) Fungsi Edukatif

Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan

menegakkan prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami

dalam kehidupan sehari-hari.

48

(32)

b) Fungsi Keilmuan

Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang

memadai tentang islam dan kebudayaannya.

c) Fungsi Transformatif

Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting

dalam rancang transformasi masyarakat.49

c. Ruang Lingkup Materi Sejarah Kebudayaan Islam

Dalam materi Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada

kemampuan untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari

peristiwaperistiwa bersejarah yang terjadi pada masa lalu yang

menyangkut berbagai aspek serta meneladani sifat dan sikap para

tokoh yang berprestasi. Prinsip yang digunakan dalam melihat sejarah

masa lalu adalah meneladani hal yang baik dan meninggalkan

hal-hal yang buruk serta mengambil hikmah dan pelajaran masa kini dan

mendatang, history is mirror of past and lesson for present. Pelajaran

Sejarah Kebudayaan islam juga harus berwawasan transformative,

inovatif dan dinamis.50 Berikut ruang lingkup materi sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtida‟iyah:

1) Sejarah masyarakat Arab pra islam, sejarah kelahiran dan

kerasulan Nabi Muhammad.

2) Dakwah Nabi Muhammad dan para sahabatnya, yang

meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah,

49

Ibid., hal. 26 50

(33)

kepribadian Nabi Muhammad, hijrah Nabi Muhammad Ke Thaif

dan Habsyah, peristiwa isra‟ mi‟raj Nabi Muhammad.

3) Peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Yatsrib, keperwiraan Nabi

Muhammad, peristiwa Fathu Makkah, dan peristiwa akhir hayat

Rasulullah.

4) Peristiwa-peristiwa pada masa Khulafaurrasyidin.

5) Sejarah perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah

masing-masing.51

B. Penelitian Terdahulu

Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian atau tulisan

yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan atau

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give pada mata

pelajaran yang berbeda-beda, kelas yang berbeda, sekolah yang berbeda,

maupun materi pelajaran yang berbeda. Penelitian-penelitian tersebut antara

lain :

Pertama, penelitian yang dilaksanakan oleh Fina Azizah, mahasiswa

Jurusan S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN

Tulungagung, dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Take and Give untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Peserta Didik Kelas

III SDI Sunan Giri Wonorejo Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran

2015/2016”. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian

tersebut antara lain untuk : 1) Mendeskripsikan penerapan Model

51

(34)

Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give untuk pada mata pelajaran IPA

pokok bahasan Sumber Daya Alam dan Lingkungannya Peserta Didik Kelas

III SDI Sunan Giri Wonorejo Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran

2015/2016, 2) menjelaskan peningkatan Motivasi dan Prestasi belajar IPA

melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give untuk

pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Sumber Daya Alam dan

Lingkungannya Peserta Didik Kelas III SDI Sunan Giri Wonorejo

Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016. Metode pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes, observasi, angket,

wawancara dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan dari pre test sampai

siklus II, yaitu: pre test (83,45%), dan siklus II (95,2%). Serta prestasi belajar

meningkat dari hasil pret test 66,5 meningkat menjadi 74,08 pada post test

siklus I dan meningkat menjadi 87,04 pada post test siklus II.52

Kedua, penelitian yang dilaksanakan oleh Naimatur Rosidah, mahasiswa

Program Studi S1 Tadris Matematika (TMT) STAIN Tulungagung, dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give dalam

Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi

Melukis Sudut MTs Negeri Tulungagung 2 Kelas VII A Tahun Ajaran 2011/

2012”. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian tersebut

antara lain untuk : 1) mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif

tipe take and give pada pembelajaran matematika, 2) mengetahui bagaimana

52

(35)

prestasi belajar matematika siswa kelas VII A MTs Negeri Tulungagung 2

materi melukis sudut. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah: Tes, observasi, wawancara dan catatan lapangan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan

dari siklus I sampai siklus II, yaitu: siklus I (66,7%), dan siklus II (83,3%).53

Ketiga, penelitian yang telah dilaksanakan oleh Marlina Widyaningrum,

mahasiswa Program Studi S1 Program Studi Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Surakarta, dengan judul “Peningkatan Partisipasi Dan Hasil Belajar IPA

Dengan Metode Pembelajaran Take And Give Pada Siswa Kelas IV SD N

Manjung 2 Tahun 2012/2013”. Dari penelitian yang telah dilaksanakan,

tujuan umum penelitian tersebut antara lain untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dan mengembangkan keterampilan guru dalam pelaksanaan

pembelajaran. Sedangkan tujuan khusus penelitian tersebut adalah untuk

meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA

melalui penerapan metode pembelajaran Take and Give. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes,

dokumentasi, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II,

yaitu: siklus I (63,63%), dan siklus II (86,36%).54

53

Naimatur Rosidah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Melukis Sudut MTs Negeri Tulungagung 2 Kelas VII A Tahun Ajaran 2011/ 2012, (Tulungagung:skripsi tidak diterbitkan, 2012)

54

(36)

Dari ketiga uraian penelitian terdahulu diatas, disini peneliti akan

mengkaji persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu, dengan

penelitian yang dilakukan peneliti,akan diuraikan dalam Tabel berikut:

Tabel 2.1 perbedaan penelitian

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara penelitian

yang dilakukan peneliti pendahulu dan peneliti pada penelitian ini adalah

(37)

penelitian yang berbeda. meskipun dari peneliti terdahulu ada tujuan yang

sama yaitu meningkatkan motivasi belajar, tetapi subyek, lokasi penelitian

dan prosesnya bebeda. Dalam penelitian ini, pembentukan kelompok atau

pasangan ditentukan oleh peneliti dikarenakan kondisi kelas yang sempit

untuk menjaga kelas agar tetap kondusif. Sehingga tidak sama dengan

penelitian terdahulu dimana peserta didik memilih sendiri pasangan untuk

bertukar informasi. Serta penerapan metode Take and Give pada penelitian ini

menekankan pada pembelajaran yang lebih menyenangkan karena diakhir

pembelajaran siklus II peneliti menyisipkan kegiatan bermain sehingga

peserta didik tidak jenuh setelah selesai proses pembelajaaran.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah kesimpulan atas jawaban sementara berdasarkan

tujuan yang ingin dicapai maka perlu dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Jika model pembelajaran kooperatif tipe take and give digunakan dalam

proses belajar mengajar mata pelajaran SKI pokok bahasan Keperwiraan nabi

Muhammad dalam perang Uhud, maka motivasi dan hasil belajar peserta

didik kelas V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung akan meningkat”.

D. Kerangka Pemikiran

Bermula dari pengamatan yang dilakukan di MIN Mergayu Bandung

Tulungagung, peneliti menemukan beberapa penyebab rendahnya hasil

belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

(38)

proses pembelajaran. Selain itu, metode yang digunakan guru dalam

menyampaikan materi masih bersifat konvensional, yakni masih

menggunakan metode ceramah, dan pemberian tugas, sehingga proses

pembelajaran berjalan kurang efektif.

Dari masalah inilah peneliti menawarkan model pembelajaran yang

dianggap mampu mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give. Dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif, peneliti yakin akan dapat mewujudkan

pembelajaran yang efektif sehingga akan membuat peserta didik bersemangat

untuk belajar SKI dan motivasi serta hasil belajar akan meningkat.

Hubungan variabel model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give

terhadap hasil belajar SKI dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka pemikiran

Gambar

Tabel 2.1 perbedaan penelitian Nama peneliti dan judul
Gambar 2.1 Bagan Kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Juli 2012 di 16 Kecamatan Kota Semarang dengan sampel berdasarkan total sampling anjing yang ditemukan di dalam wilayah 1

20.2 Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal diluar kekuasaan (keadaan kahar) kedua belah pihak sehingga para pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban yang

Analisis KI dan KD Kurikulum 2013 dan Kompetensi PISA 2012 untuk konten kimia yang terkait dengan pelumas media magnetik. Konstruksi instrumen uji

Foto Mikro Permukaan Spesimen Setelah Dilakukan Pengujian Untuk Rasio Kecepatan 5 dengan perbesaran (a) 5x dan (b) 10x. Pada Gambar 7 di atas dapat dilihat pola keausan yang

Gedung Panca Gatra Lemhannas RI RKS MEKANIKAL-ELEKTRIKAL - 13 instalasi yang lengkap dan berfungsi dengan baik sesuai dengan spesifikasi.. teknik, gambar perencanaan serta

Pelumas Media Magnetik untuk Membangun Literasi Kimia Siswa SMA” berisi lima bagian. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Pergantian Jaringan Pipa Dalam Kota Nunukan Tahap I , dimana perusahaan saudara termasuk