19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaraan Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaraan Kooperatif
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan
metode, dan teknik pembelajaran.1
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
dapat digunakan sebagai panduan pengajaran yang dimanfaatkan
seorang guru untuk membantu siswa memperoleh informasi baru.2 Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar.3 Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien
untuk mencapai tujuan pendidikannya.
1
Mashudi, dkk, Desain Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Konstruktivisme (Kajian Teoritis dan Praktis), (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2013), hal. 9
2
Wahyuningsih Rahayu, Model Pembelajaran Komeks Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Aspek Membaca Intensif di SD, (Demak: Demak Press, 2014), hal. 3
3
Nurhadi berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa) untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan. Hasil belajar yang diperoleh dalam pembelajaran
kooperatif tidak hanya berupa nilainilai akademis saja, tetapi juga
nilai-nilai moral dan budi pekerti berupa rasa tanggung jawab
pribadi, rasa saling menghargai, saling membutuhkan, saling
memberi, dan saling menghormati keberadaan orang lain di sekitar
kita.4 Roger, dkk sebagaimana yang dikutip Huda, menyatakan:
Kooperatif learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others
(Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain).5
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori belajar
kontruktivistik, bahwa siswa dapat menemukan dan memahami
konsep-konsep yang dipelajari dengan cara mengkonstruksi
pengalamannya. Usaha untuk mengkontruksi pengalaman akan lebih
4
Muhammad Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelaran dalam Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 287
5
mudah dilakukan jika mereka melakukannya dengan bekerja sama.6 Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau
kelompok kerja, karena belajar dalam pembelajaran kooperatif harus
ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan-hubungan yang bersifat interpedensi yang efektif di antara anggota
kelompok.7 Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai
sumber belajar ,disamping guru dan sumber belajar lainnya.8 Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan
dan aktivitas anggota, baik secara individual maupun secara
kelompok.9
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Slavin, Abrani, dan Chambers berpendapat bahwa belajar
melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu
perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan
kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi
artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok
memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu.
Dengan demikian keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah
6
Annisatul Mufarokah, Strategi & Model-Model Pembelajaran, (Tulungagung:STAIN Tulungagung Press, 2013), hal 113
7
Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning:Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) hal 4
8
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hal 190
9
keberhasilan kelompok. Perspektif sosial artinya bahwa melalui
kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena
mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh
keberhasilan. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa
dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat
mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai
informasi. Elaborasi kognitif artinya bahwa setiap siswa akan
berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah
pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik
pembelajaran kooperatif dijelaskan di bawah ini:10 1) Pengembangan Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota
tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Untuk itulah criteria keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap
kelompok bersifat heterogen. Artinya, kelompok terdiri atas
anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin,
dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini dimaksudkan
agar satiap anggota kelompok dapat saling memberikan
kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
10
2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai
empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi
organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian
juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan
secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai,
bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk
mencapai tujuan itu dan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk
ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi
organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab
itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota
kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan
baik melalui tes maupun non tes.
3) Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh
keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja
Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan
tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan
perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu
membantu yang kurang pintar.
4) Keterampilan Bekerja Sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan
melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu
didoronguntuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu
mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,
mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada
keberhasilan kelompok.
c. Unsur-Unsur Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Di dalam suatu pembelajaran pasti memiliki beberapa unsur
yang mempengaruhi dalam suatu proses pembelajaran, adapun
unsur-unsur alam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:11 (1) positive interdependence (saling ketergantungan positif); (2) personal responsibility (tanggung jawab perorangan); (3)
face to face promotive interaction (interaksi promotif atau interaksi
tatap muka); (4) participan communication (partisispasi dan
komunikasi); (5) evaluasi proses kelompok. Jika dalam suatu
11
pembelajaran memperhatikan kelima unsur di atas, maka
pembelajaran akan berlangsung dengan baik karena kelima unsur
tersebut dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab peserta didik.
Selain itu dapat mendorong peserta didik untuk memotivasi teman
yang lain. Menurut Muslimin Ibrohim dalam Mashudi menyebutkan
bahwa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:12 (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama; (2) siswa
bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti
milik mereka sendiri; (3) siswa haruslah melihat bahwa semua
anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama;
(4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau
diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk
semua anggota kelompok; (6) siswa akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif; (7) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka
membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses
belajaranya. Dengan memperhatikan unsur-unsur pembelajaran
kooperatif tersebut, peneliti berpendapat bahwa dalam pembelajaran
kooperatif setiap siswa yang tergabung dalam kelompok harus
betul-betul dapat menjalin kekompakan. Selain itu, tanggung jawab bukan
12
saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab
individu.
d. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
1) Hasil belajar akademik
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas
akademik, unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan
kemampuan kritis.
2) Penerimaan terhadap keberagaman
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa
yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling
bergantung satu sama lain atas dasar tugas-tugas bersama, dan
melalui penggunaan struktur kooperatif penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk
melatif keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi,
dan juga keterampilan-keterampilan tanya jawab.13
e. kelebihan dan kekurangan model pembelajaaran kooperatif
Kekurangan dan kelebihan model pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut:14
13
Annisatul Mufarokah, Strategi & Model-Model ... hal 115
14
1) Kelebihan pembelajaran kooperatif
Jarolimek dan Parker dalam Isjoni, mengatakan keunggulan
yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah: (a) saling
ketergantungan yang positif; (b) adanya pengakuan dalam
merespon perbedaan individu; (c) siswa dilibatkan dalam
perencanaan dan pengelolaan kelas; (d) suasana kelas yang rileks
dan menyenangkan; (e) terjalinnya hubungan yang hangat dan
bersahabat antara siswa dan guru, dan; (f) memiliki banyak
kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan.
2) Kekurangan pembelajaran kooperatif
Kekurangan pembelajaran kooperatif yaitu: (a) pendidik
harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu; (b) agar
proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai; (c) ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, dan; (d) terkadang didominasi seseorang, hal ini
2. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give
a. Pengertian Kooperatif Tipe Take And Give
Model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give sering
diartikan „saling memberi dan saling menerima‟. Take and Give
merupakan metode pembelajaran yang didukung oleh penyajian data
yang diawali dengan pemberian kartu kepada peserta didik. Di dalam
kartu, ada catatan yang harus dikuasai dan dihafal masing-masing
peserta didik. Peserta didik kemudian mencari pasangannya
masing-masing untuk bertukar pengetahuan sesuai dengan apa yang
didapatnya di kartu, lalu kegiatan pembelajaran diakhiri dengan
mengevalusasi peserta didik dengan menanyakan pengetahuan yang
mereka miliki dan pengetahuan yang mereka terima dari
pasangannya.15
Model pembbelajaran Take and Give merupakan saalah satu
tipe yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara peserta
didik untuk saling membantu dan mengusai materi pembelajaran guna
pencapaian prestasi yang maksimal, sehingga dapat mengoptimalisasi
partisipasi peserta didik. Setiap peserta didik dikondisikan untuk
saling bekerja sama dengan dengan peserta didik lainnya dan
memberikan kesempatan untuk saling berbagi informasi materi
pelajaran yang didapatnya serta dapat menigkatkan komunikasi peerta
didik.
15
Dengan demikian Komponen yang berperan penting dalam
metode Take and Give adalah penguasaan materi melalui kartu
keterampilan bekerja dan berbagi informasi, serta evaluasi yang
bertujuan untuk mengetahui pemahaman atau penguasaaan peserta
didik terhadap materi yang diberikan di dalam kartu dan kartu
pasangannya. Metode pembelajaran menerima dan memberi (take and
give) merupakan metode pembelajaran yang memiliki sintaks,
menuntut peserta didik mampu memahami materi pembelajaran yang
diberikan guru dan teman sebayanya (peserta didik lain).16
Menurut Slavin, model pembelajaran take and give pada
dasarnya mengacu pada konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang
dapat membuat siswa itu sendiri aktif dan membangun pengetahuan
yang akan menjadi miliknya. Dalam proses itu, siswa mengecek dan
menyesuaikan pengetahuan baru yang dipelajari dengan kerangka
bepikir yang telah mereka miliki.17
Menurut Suparno, mengajar bukan merupakan kegiatan
memindah atau mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Peran
guru dalam proses pembelajaran take and give lebih mengarah sebagai
mediator dan fasilitator. Pembelajaran take and give merupakan
proses pembelajaran yang berusaha mengaitkan pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Pernyataan lebih
16
Ibid., hal 242
17
mengarah ke teori belajar bermakna yang tergolong pada aliran
psikologi belajar kognitif.18
b. Langkah-Langkah Metode Take And Give
Sintak langkah-langkah metode pembelajaran take and give
dapat dilihat sebagai berikut:19
1) Guru mempersiapkan kartu yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
2) Guru mendesain kelas sebagaimana mestinya.
3) Guru menjelaskan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai.
4) Untuk memantapkan penguasaan peserta didik, mereka diberi
masing-masing satu kartu hafal untuk dipelajari atau dihafal.
5) Semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk
saling memberi informasi. Tiap peserta didik harus mencatat
nama pasangannya pada kartu yang dipegangnya.
6) Demikian seterusnya hingga setiap peserta didik dapat saling
memberi dan menerima materi masing-masing.
7) Untuk mengevaluasi keberhasilan peserta didik, guru dianjurkan
memberi pertanyaan yang tidak sesuai kartu.
8) Guru bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman dan memberikan penguatan.
9) Metode ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan.
10) Guru menutup pembelajaran.
18
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran..., hal. 195
19
c. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give
Metode take and give memiliki beberapa kelebihan, antara lain:20 1) Peserta didik akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan
informasi karena mendapatkan informasi dari guru daan peserta
didik.
2) Dapat menghemat waktu daalam pemahaman dan penguasaan
peserta diik akan informasi.
3) Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi.
4) Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedan sikap
tingkah laku selama bekerja sama.
5) Upaya mengurangi kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya
diri.
6) Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri
dan sikap-tingkah laku yang positif serta menigkatkan prestasi
belajarnya.
d. Kekurangan Metode Take And Give
Metode ini juga memiliki kekurangannya tersendiri, yaitu:21
1) Kesulitan untuk mendisiplinkan peserta didik dalam
kelompok-kelompok.
2) Ketidaksesuaian skill antara peserta didik yang memiliki
kemampuan akademik yang baik dan yang kurang memiliki
kemampuan akademik.
20
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran..., hal. 197
21
3) Bila informasi yang disampaikan peserta didik kurang tepat
(salah), informasi yang diterima peserta didik lain juga kurang
tepat.
3. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Kata motivasi erat kaitannya dengan kata motif. Namun
demikian keduanya mempunyai sedikit perbedaan makna yang
terkandung didalamnya. Motif adalah segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
Sedangkan motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu.22
Sedangkan menurut S. Nasution, mengemukaan motivasi
adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan
motif-motif pada diri murid yang menunjang kegiatan kearah
tujuan-tujuan belajar.23 Mc. Donald, menjelaskan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan.24
22
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996),hal 60
23
Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hal.140
Motivasi dapat juga diartikan suatu alat pendorong dalam diri
peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku baik dalam aspek
kognitif, afektif dan, psikomotor.25 Motivasi dapat juga diartikan serangkaian usaha untuk menyediakan kondosi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia
tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan
perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh
faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri
seseorang.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan
motivasi adalah usaha dalam diri sesorang untuk melakukan suatu
dorongan ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan,
menyenangkan.
b. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah
untuk menggerakkan atau memacu para peserta didik agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya
sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan
dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah.26
25 Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran..., hal.24
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan tujuan
motivasi adalah mendorong peserta didik dalam meningkatkan
prestasi belajar agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi
serta mengubah kelakuan, fungsi motivasi dalam pembelajaran
yaitu:27
1) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar
peserta didik.
2) Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar
peserta didik.
3) Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran.
4) Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem
pembelajaran lebih bermakna.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan motivasi
berfungsi sebagai alat pendorong, mempengaruhi prestasi,
pencapaian tujuan dan pembangun sistem pembelajaran.
d. Nilai Motivasi dalam Pembelajaran
Dalam melaksanakan suatu pembelajaran motivasi
mengandung nilai-nilai sebagai berikut:28
27 Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran..., hal.24 28
1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan
belajar peserta didik. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit
untuk berhasil.
2) Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah
pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan,
motif, minat yang ada pada peserta didik. Pengajaran yang
demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
3) Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinasi
guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara
yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara
motivasi belajar peserta didik. Guru senantiasa berusaha agar
peserta didik akhirnya memiliki self motivation yang baik.
4) Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan
menggunakan motivasi dalam pengajaran erat pertaliannya
dengan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam hal ini
mengakibatkan timbulnya masalah disiplin di dalam kelas.
5) Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari pada
asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar buku
saja melengkapi prosedur mengajar tetapi juga menjadi faktor
yang menentukan pengajaran efektif.
e. Jenis-jenis Motivasi Belajar
Motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik yaitu motivasi yang tercakup di dalam
situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid.
Motivasi ini sering disebut motivasi murni. Motivasi yang
sebenarnya yang timbul dalam diri peserta didik sendiri.
Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi
atas dasar kemauan sendiri.29 Motivasi intrinsik berisi: (1) penyesuaian tugas dengan minat, (2) perencanaan yang penuh
variasi, (3) umpan balik atas respons peserta didik, (4)
kesempatan respons peserta didik yang aktif, (5) kesempatan
peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaannya.30
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik merupakan
dorongan yang datangnya dari dalam hati diri sendiri tanpa ada
paksaan atau suruhan orang lain.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan jenis motivasi yang timbul
sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian peserta didik mau melakukan sesuatu
atau belajar.31 Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang
29Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hal. 19
30 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi &Pengukurannya , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal.9
disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau
menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh
faktor-faktor eksternal berupa ganjaran atau hukuman.
Motivasi ekstrinsik berisi: (1) penyesuaian tugas dengan
minat, (2) perencanaan yang penuh variasi, (3) respons peserta
didik, (4) kesempatan belajar peserta didik yang aktif, (5)
kesempatan peserta didik untuk meyesuaikan tugas
pekerjaannya, (6) adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar.32
Hamalik berpendapat Motivasi ekstrinsik merupakan
motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi
belajar, seperti ijazah, tingkatan hadiah dan persaingan yang
bersifat negatif ialah hukuman. Motivasi ekstrinsik ini tetap
diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah
tidaksemuanya menarik minat peserta didik atau sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.33 Menurut Hanafiah Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan
faktor-faktor di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian
nasihat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antar peserta didik,
hukuman dan sebagainya.34
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa motivasi ekstrinsik yaitu dorongan yang timbul karena
32
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi &Pengukurannya..., hal.9 33Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar..., hal. 163
adanya pengaruh orang lain, karena adanya penghargaan atau
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain.
f. Cara Membangkitkan Motivasi
Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan
dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari
supaya dapat tumbuh dan berkembang. Berikut ini adalah beberapa
cara untuk membangkitkan motivasi belajar sebagai berikut. Jadi
motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar, hidup dalam diri
peserta didik dan bergunadalam situasi belajar yang fungsional.
Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan
oleh karena tidak akan menyebabkanpeserta didik bekerja atau
belajar untuk mendapatkan pujian atau hadiah itu.35
a. Peserta didik memperoleh pemahaman yang jelas mengenai
proses pembelajaran.
b. Peserta didik memperoleh kesadaran diri terhadap pembelajaran.
c. Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta
didik secara link and match.
d. Memberi sentuhan lembut.
e. Memberikan hadiah.
f. Memberikan pujian dan penghormatan.
g. Peserta didik mengetahui prestasi belajarannya.
h. Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat.
i. Belajar menggunakan multi media.
j. Guru yang kompeten dan humoris.
k. Suasana lingkungan sekolah yang sehat
l. Karya wisata dan ekskursi.36
4. Tinjauan tentang Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product)
sendiri yaitu menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya
suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input
secara fungsional. Dalam konteks demikian maka hasil belajar
merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan
pengajaran.37
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat
dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam penguasaan pengetahuan,
ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik. Hampir sebagian
besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang
merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari
penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Sebenarnya
hampir seluruh perkembangan atau kemajuan hasil karya juga
36 Omar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,,, Hal. 168 37
merupakan hasil belajar, sebab proses belajar tidak hanya berlangsung
di sekolah tetapi juga di tempat kerja dan di masyarakat.38
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh
kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang telah direncanakan.
Menurut Gronlund dalam Purwanto menyatakan bahwa hasil belajar
yang diukur merefleksikan tujuan pengajaran.39 Dalam hal ini, tugas guru adalah merancang instrument yang dapat mengumpulkan data
tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan
memperbaiki program pembelajaran.
Hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang atau peserta didik, menguasai bahan atau
materi yang sudah diajarkan. Hasil belajar tidak hanya ditunjukkan
dari hasil nilai tes yang diberikan oleh guru setelah pemberian materi
pelajaran, tetapi juga dapat dilhat dari tingkah laku baik pengetahuan,
sikap dan keterampilan peserta didik. Dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
38
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 102.
39
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk
kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikomotoris, yakni (1) gerakan refleks, (2)
keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual, (4)
keharmonisan atau ketepatan, 5) gerakan keterampilan kompleks, dan
(6) gerakan ekspresif dan interpretatif.40
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Proses belajar merupakan langkah-langkah yang ditempuh
dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat mencapai tujuan
yang diharapkan oleh pendidikan. Sedangkan hasil belajar merupakan
alat ukur dalam menentukan berhasil tidaknya suatu pembelajaran.
Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, guru harus
faham terhadap faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
penting sekali artinya dalam membantu siswa mencapai hasil belajar
yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing.41
40
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal 22-23
41
Menurut Slameto dalam Muh. Fathurrohman dan Sulistyorini,
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:42 1) Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa terdiri dari:
a) Faktor jasmaniah (fisiologis)
Faktor jasmaniah ini adalah berkaitan dengan kondisi
pada organ-organ tubuh manusia yang berpengaruh pada
kesehatan manusia. Bila siswa selalu tidak sehat sakit kepala,
demam, pilek, dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak
bergairah untuk belajar.
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar
adalah faktor yang berasal dari sifat bawaan siswa dari lahir
maupun dari apa yang telah diperoleh dari belajar ini. Adapun
faktor yang tercakup dalam faktor psikologis, yaitu:
(1) Intelegensi atau kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
dihadapinya. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri
dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat
dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
42
mempelajarinya dengan cepat. Siswa yang memiliki
intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar
dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya siswa yang
intelegensi-nya rendah cenderung mengalami kesukaran
dalam belajar, lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya
rendah.
(2) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar dan
kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
(3) Minat dan perhatian
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat
adalah perasaan senang atau tidak senang terhadap suatu
obyek. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan
juga datang dari hati sanubari. Timbulnya minat belajar
bisa disebabkan dari berbagai hal, diantaranya minat
belajar yang besar untuk menghasilkan hasil belajar yang
tinggi.
(4) Motivasi siswa
Dalam pembelajaran, motivasi adalah sesuatu yang
menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau
menguasai materi pelajaran yang sedang diikutinya.
melakukan pekerjaan, yang berasal dari dalam diri
(intrinsik) dan luar diri(ekstrinsik) peserta didik. Motivasi
yang berasal dari dalam diri yaitu dorongan yang
umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu dan
motivasi yang berasal dari luar diri (ekstrinsik), misalnya
dari orang tua, guru, atau teman.
(5) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang,
barang, dan sebagainya, baik positif maupun negatif.
2) Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya diluar diri siswa, yang
meliputi:
a) Faktor keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak
merasakan pendidikan, karena di dalam keluargalah anak
tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga faktor
keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
siswa dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua,
besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian
dan bimbingan orang tua, keharmonisan keluarga, semuanya
b) Faktor sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat
mendorong untuk belajar yang lebih giat. Kualitas guru,
metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan
kemampuan siswa, keadaan fasilitas sekolah, keadaan
ruangan, dan sebagainya. Semua ini turut mempengaruhi
hasil belajar siswa.
c) Lingkungan masyarakat
Salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya
terhadap hasil belajar adalah lingkungan masyarakat. Karena
lingkungan sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan
sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan
dimana anak itu berada.
5. Tinjauan Tentang Sejarah Kebudayaan Islam
a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan gabungan dari tiga kata
yang masing-masing mengandung makna tersendiri, yaitu Sejarah,
Kebudayaan dan Islam. Kata sejarah dalam bahasa arab disebut
“tarikh” yang menurut bahasa artinya ketentuan masa. Sedangkan
pada masa lampau. Sejarah merupakan kisah dan peristiwa pada masa
lampau umat manusia, karena mendidik, membimbing seseorang
merupakan aktivitas untuk menyerahkan atau mewariskan atau
mengembangkan suatu kebudayaan.43 Pengertian selanjutnya memberikan makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan
masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam
ruang lingkup yang luas, dan pokok dari persoalan sejarah senantiasa
akan sarat dengan pengalamanpengalaman penting menyangkut
perkembangan keseluruhan keadaan masyarakat.44
Kebudayaan sendiri dalam bahasa arab disebut Al-Tsaqafah
yang artinya bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu
masyarakat. Kebudayaan berbeda dengan peradaban, kebudayaan
lebih banyak direfleksikan dengan seni, sastra, religi, dan moral,
sedangkan peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan
teknologi.45Menurut Koentjaraningrat dalam Badri Yatim kebudayaan memiliki tiga wujud:46
1) Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan
dll.
2) Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
43
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), hal. 11
44 Ibid., hal. 11 45 Ibid., hal.11 46
3) Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil
karya yang biasanya dalam peradapan dipakai untuk
bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah.
Pengertian islam secara terminologis diungkapakan Ahmad
Abdullah Almasdoosi dalam Rois, Mahfud sebagai kaidah hidup yang
diturunkan kepada manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi,
dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dan
Al-Qur‟an yang suci yang diwahyukan Allah kepada nabi-Nya yang
terakhir, yakni nabi Muhammad SAW. Satu kaidah hidup yang
memuat tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek hidup
manusia, baik spiritual maupun material.47
Dapat dipahami bahwa islam adalah agama yang diturunkan
Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya yang berisi hukum-hukum
yang mengatur suatu hubungan segitiga yaitu hubungan manusia
dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
hubungan manusia dengan alam semesta. Dari beberapa pengertian
sejarah, kebudayaan, dan islam dapat disimpulkan definisi sejarah
kebudayaan islam yaitu kejadian-kejadian atau peristiwa yang terjadi
dimasa silam yang diabadikan dimana pada saat itu islam merupakan
pokok kekuatan dan sebab yang ditimbulkan dari suatu peradaban
yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem
knegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
47
b. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Pendidikan agama islam di Madrasah Ibtida‟iyah terdiri dari
empat mata pelajaran yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
Aspek aqidah menekankan pada kemampuan memahami dan
mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma‟ul husna. Aspek akhlak
menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan
menjahui akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek
Al-Qur‟an Hadits menekankan pada kemampuan baca tulis Al-Qur‟an
yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan
kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Aspek Fiqih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan
ibadah dan muamalah yang baik dan benar. Sedangkan asppek sejarah
kebudayaan islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah
dari peristiwaperistiwa bersejarah islam, meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, politik,
budaya, ekonomi, iptek dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban islam. Mata pelajaran sejarah kebudayaan
islam memang bukan satusatunya faktor yang menentukan watak dan
kepribadian anak, tetap secara subtansial mata pelajaran sejarah
kebudayaan islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah
digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan
kepribadian peserta didik. Adapun tujuan dari pembelajaran SKI di
Madrasah Ibtida‟iyah adalah sebagai berikut:
1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma islam yang
telah dibangun oleh Rasulullah SAW. dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam.
2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu
dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau,
masa kini, dan masa depan.
3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah
4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah islam sebagai bukti peradaban umat islam di
masa lampau.
5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah islam, dan meneladani
tokoh-tokoh berprestasi serta mengaitkannya.48 Sedangkan fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut:
a) Fungsi Edukatif
Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan
menegakkan prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami
dalam kehidupan sehari-hari.
48
b) Fungsi Keilmuan
Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang
memadai tentang islam dan kebudayaannya.
c) Fungsi Transformatif
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting
dalam rancang transformasi masyarakat.49
c. Ruang Lingkup Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Dalam materi Sejarah Kebudayaan Islam menekankan pada
kemampuan untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari
peristiwaperistiwa bersejarah yang terjadi pada masa lalu yang
menyangkut berbagai aspek serta meneladani sifat dan sikap para
tokoh yang berprestasi. Prinsip yang digunakan dalam melihat sejarah
masa lalu adalah meneladani hal yang baik dan meninggalkan
hal-hal yang buruk serta mengambil hikmah dan pelajaran masa kini dan
mendatang, history is mirror of past and lesson for present. Pelajaran
Sejarah Kebudayaan islam juga harus berwawasan transformative,
inovatif dan dinamis.50 Berikut ruang lingkup materi sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtida‟iyah:
1) Sejarah masyarakat Arab pra islam, sejarah kelahiran dan
kerasulan Nabi Muhammad.
2) Dakwah Nabi Muhammad dan para sahabatnya, yang
meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah,
49
Ibid., hal. 26 50
kepribadian Nabi Muhammad, hijrah Nabi Muhammad Ke Thaif
dan Habsyah, peristiwa isra‟ mi‟raj Nabi Muhammad.
3) Peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Yatsrib, keperwiraan Nabi
Muhammad, peristiwa Fathu Makkah, dan peristiwa akhir hayat
Rasulullah.
4) Peristiwa-peristiwa pada masa Khulafaurrasyidin.
5) Sejarah perjuangan tokoh-tokoh agama Islam di daerah
masing-masing.51
B. Penelitian Terdahulu
Sebelum adanya penelitian ini, sudah ada beberapa penelitian atau tulisan
yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan atau
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give pada mata
pelajaran yang berbeda-beda, kelas yang berbeda, sekolah yang berbeda,
maupun materi pelajaran yang berbeda. Penelitian-penelitian tersebut antara
lain :
Pertama, penelitian yang dilaksanakan oleh Fina Azizah, mahasiswa
Jurusan S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN
Tulungagung, dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Take and Give untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Peserta Didik Kelas
III SDI Sunan Giri Wonorejo Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran
2015/2016”. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian
tersebut antara lain untuk : 1) Mendeskripsikan penerapan Model
51
Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give untuk pada mata pelajaran IPA
pokok bahasan Sumber Daya Alam dan Lingkungannya Peserta Didik Kelas
III SDI Sunan Giri Wonorejo Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran
2015/2016, 2) menjelaskan peningkatan Motivasi dan Prestasi belajar IPA
melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give untuk
pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Sumber Daya Alam dan
Lingkungannya Peserta Didik Kelas III SDI Sunan Giri Wonorejo
Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran 2015/2016. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes, observasi, angket,
wawancara dan catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan dari pre test sampai
siklus II, yaitu: pre test (83,45%), dan siklus II (95,2%). Serta prestasi belajar
meningkat dari hasil pret test 66,5 meningkat menjadi 74,08 pada post test
siklus I dan meningkat menjadi 87,04 pada post test siklus II.52
Kedua, penelitian yang dilaksanakan oleh Naimatur Rosidah, mahasiswa
Program Studi S1 Tadris Matematika (TMT) STAIN Tulungagung, dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give dalam
Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi
Melukis Sudut MTs Negeri Tulungagung 2 Kelas VII A Tahun Ajaran 2011/
2012”. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian tersebut
antara lain untuk : 1) mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif
tipe take and give pada pembelajaran matematika, 2) mengetahui bagaimana
52
prestasi belajar matematika siswa kelas VII A MTs Negeri Tulungagung 2
materi melukis sudut. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: Tes, observasi, wawancara dan catatan lapangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I sampai siklus II, yaitu: siklus I (66,7%), dan siklus II (83,3%).53
Ketiga, penelitian yang telah dilaksanakan oleh Marlina Widyaningrum,
mahasiswa Program Studi S1 Program Studi Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Surakarta, dengan judul “Peningkatan Partisipasi Dan Hasil Belajar IPA
Dengan Metode Pembelajaran Take And Give Pada Siswa Kelas IV SD N
Manjung 2 Tahun 2012/2013”. Dari penelitian yang telah dilaksanakan,
tujuan umum penelitian tersebut antara lain untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mengembangkan keterampilan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran. Sedangkan tujuan khusus penelitian tersebut adalah untuk
meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
melalui penerapan metode pembelajaran Take and Give. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes,
dokumentasi, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II,
yaitu: siklus I (63,63%), dan siklus II (86,36%).54
53
Naimatur Rosidah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take and Give dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Melukis Sudut MTs Negeri Tulungagung 2 Kelas VII A Tahun Ajaran 2011/ 2012, (Tulungagung:skripsi tidak diterbitkan, 2012)
54
Dari ketiga uraian penelitian terdahulu diatas, disini peneliti akan
mengkaji persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu, dengan
penelitian yang dilakukan peneliti,akan diuraikan dalam Tabel berikut:
Tabel 2.1 perbedaan penelitian
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara penelitian
yang dilakukan peneliti pendahulu dan peneliti pada penelitian ini adalah
penelitian yang berbeda. meskipun dari peneliti terdahulu ada tujuan yang
sama yaitu meningkatkan motivasi belajar, tetapi subyek, lokasi penelitian
dan prosesnya bebeda. Dalam penelitian ini, pembentukan kelompok atau
pasangan ditentukan oleh peneliti dikarenakan kondisi kelas yang sempit
untuk menjaga kelas agar tetap kondusif. Sehingga tidak sama dengan
penelitian terdahulu dimana peserta didik memilih sendiri pasangan untuk
bertukar informasi. Serta penerapan metode Take and Give pada penelitian ini
menekankan pada pembelajaran yang lebih menyenangkan karena diakhir
pembelajaran siklus II peneliti menyisipkan kegiatan bermain sehingga
peserta didik tidak jenuh setelah selesai proses pembelajaaran.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah kesimpulan atas jawaban sementara berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai maka perlu dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Jika model pembelajaran kooperatif tipe take and give digunakan dalam
proses belajar mengajar mata pelajaran SKI pokok bahasan Keperwiraan nabi
Muhammad dalam perang Uhud, maka motivasi dan hasil belajar peserta
didik kelas V-B MIN Mergayu Bandung Tulungagung akan meningkat”.
D. Kerangka Pemikiran
Bermula dari pengamatan yang dilakukan di MIN Mergayu Bandung
Tulungagung, peneliti menemukan beberapa penyebab rendahnya hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
proses pembelajaran. Selain itu, metode yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi masih bersifat konvensional, yakni masih
menggunakan metode ceramah, dan pemberian tugas, sehingga proses
pembelajaran berjalan kurang efektif.
Dari masalah inilah peneliti menawarkan model pembelajaran yang
dianggap mampu mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give. Dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif, peneliti yakin akan dapat mewujudkan
pembelajaran yang efektif sehingga akan membuat peserta didik bersemangat
untuk belajar SKI dan motivasi serta hasil belajar akan meningkat.
Hubungan variabel model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give
terhadap hasil belajar SKI dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka pemikiran