• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transparansi - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan Pada Website Resmi Pemerintah Daerah Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transparansi - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transparansi Informasi Keuangan Pada Website Resmi Pemerintah Daerah Di Indonesia"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Transparansi

Transparansi pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahannya

merupakan suatu nilai dalam sistem pemerintahan yang baik atau sekarang ini yang lebih dikenal dengan good governance. Transparansi tersebut berupa penjaminan akses dan kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi

penyelenggaraan pemerintahan termasuk pengelolaan keuangan publik

Folscher (2000) dalam Medina (2012) menyebutkan beberapa keuntungan dari adanya transparansi:

1. Transparansi dapat mengurangi ketidakpastian yang memberikan kontribusi dalam satabilitas fiskal dan makroekonomi sehingga bia ada

penyesuaian dikemudian hari dapat diminimalisir.

2. Meningkatkan akuntabilitas pemerintah. Legislatif, media dan masyarakat dapat melaksanakan fungsi kontrol yang akan lebih baik jika pihak-pihak

tersebut memiliki informasi mengenai kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penerimaan/pengeluaran pemerintah. Para pejabat publik akan lebih

berlaku bertanggung jawab apabila keputusan yang akan diambil dilakukan secara terbuka/transparan untuk publik sehingga dapat mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.

(2)

misalnya masyarakat dapat memahami kebijakan pemerintah dan bahkan menddukung kebijakan tersebut.

4. Meningkatkan iklim investasi. Pemahaman yang jelas terhadap kebijakan dan tindakan pemerintah akan mengundang investor baik dari dalam

maupun luar negeri untuk berinvestasi lebih banyak. 2.1.1 Manfaat Transparansi Keuangan pada Situs Resmi

Styles dan Tennyson (2007) mengatakan bahwa suatau cara yang paling

baik dan cost effectivebagi pihak pemerintahan untuk menyebarkan informasinya pada masa kini adalah melalui meddia internet yaitu dengan mempublikasikan

informasi keuangannya melalui website resmi. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh pemerintah daerah dalam mengungkapkan informasi keuangannya pada website resmi adalah:

1. Media internet menawarkan biaya yang rendah bagi pengguna dan penyedia informasi.

2. Internet dapat diakses dimana saja dan kapan saja sehingga cenderung tidak memiliki batasan bagi pengguna dan penyeddia informasi.

3. Informasi yang diungkapkan dapat disajikan dalam berbagai bentuk

sehingga dapat memudahkan pengguna. 2.2 E-Government

(3)

19 lainnya. Moon (2002) menyatakan bahwa secara umum e-government memiliki lima aspek utama: (1) interaksi antara lembaga pemerintah, (2) pelayanan berbasis

web/internet, (3) e-commerce, (4) demokrasi secara digital untuk pertanggungjawaban pemerintah yang lebih transparan, (5) e-finance. Gupta et al (2008) dalam Rora (2010) menyatakan keuntungan yang diperoleh pemerintah dari implementasi dari e-government adalah:

1. Meningkatkan efisiensi, meningkatkan akses terhadap pelayanan

publik, meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan citizen empowerment.

2. Menurunkan biaya dan waktu untuk melakukan pelayanan.

3. Memberikan keuntungan stratejik seperti meningkatkan pross pengambilan keputusan melalui arus informasi, meningkatkan interaksi

penduduk dengan institusi pemerintahan, bisnis dan industri, meningkatkan kekuatan masyarakat untuk memaksa pemerintah untuk

memiliki hubungan yang lebih baik dengan sektor swasta dan meningkatkan keemmampuan untuk memberikan efek terhadap organizational change management.

2.3 Pemerintahan Daerah di Indonesia

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, disebutkan bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas ekonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

(4)

sebagagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi. Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah provinsi terbagi lagi atas daerah kota dan daerah kabupaten.

Setiap daerah provinsi, daerah kota dan daerah kabupaten mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah

merupakan kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya. Setiap pemerintahan daerah dipimpin oleh seorang kepala daerah. Sebutan kepala daerah untuk provinsi, kota dan kabupaten masing-masing adalah gubernur, walikota dan

bupati.

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah Pasal 14, disebutkan bahwa kepala daerah berperan sebagai badan eksekutif, artinya kepala daerah menyusun dan menyampaikan anggaran untuk mendapatkan persetujuan, kemudian melaksanakannya sesuai ketentuan

perundang-undangan stelah mendapatkan persetujuan. Ditegaskan pula dalam Undang-undang Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,

bahwa pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan

(5)

21 daerah sesuai Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 lebih menggambarkan pelaksanaan demokrasi. Pilkada dilaksanakan secara langsung, terbuka

kemungkinan bagi calon independen/nonparpol untuk maju melalui partai politik (parpol)/gabungan parpol, dan proses dalam penyaringan bakal calon

dilaksanakan secara terbuka dengan mewajibkan setiap parpol/gabungan parpol mengumumkan proses dan hasi penyaringan kepada masyarakat.

Sekarang ini Indonesia menjalankan prinsip-prinsip desentralisasi dan

otonomi daerah. Pemerintah daerah menjalankan otonomi dengan sebebas-bebasnya, kecuali urusan pemerintahan yang dalam undang-undang telah

ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah provinsi, kota dan kabupaten atau antara provinsi dengan kabupaten dan kota diatur melalui undang-undang dengan

memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dilaksanakan adil dan selaras melalui undang-undang yang berlaku.

2.4 Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pelaporan keuangan merupakan suatu bentuk pengungkapan informasi keuangan. Pengungkapan memiliki arti memberikan data yang bermanfaat kepada

pihak yang berkepentingan. Penelitian yang dilakukan Yentifa, dkk (2010) mencantumkan bahwa informasi keuangan yang dibutuhkan berdasarkan riset terdahulu adalah informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja, perencanaan dan

(6)

Pemerintah Daerah (LKPD), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Peraturan mengenai APBD ditentukan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007. Penyampaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) oleh pemerintah daerah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

17 Tahun 2003 Pasal 31. Penyajian LKPD juga diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan.

Peraturan-peraturan sebagaimana yang telah dinyatakan diatas tidak ada mengatur mengenai media yang digunakan untuk penyebaran informasi keuangan pemerintah daerah. Pada bagian pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan,

terdapat sedikit bahasan mengenai pelaporan keuangan pemerintah namun tidak dibahas mengenai media yang digunakan untuk pelaporan keuangan pemerintah.

Meskipun begitu, pemerintah daerah dapat menyediakan informasi keuangan yang memang ingin disampaikan pemerintah daerah sendiri yang menganggap bahwa informasi tersebut bbermanfaat bagi pihak luar dan berkehendak untuk

mengungkapkannya secara sukarela (voluntary), bukan karena untuk memenuhi tuntutan undang-undang, peraturan pemerintah ataupun ketentuan lainnya.

2.5 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Sesuai Pernyataan Nomor 1 Standar Akuntansi Pemerintahan tentang penyajian laporan keuangan, laporan keuangan merupakan laporan yang

(7)

23 suatu entitas pelaporan. Tujuan umum penyajian laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisassi anggaran, arus kas

dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mngevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.

Pengguna yang dimaksud dalam hal ini adalah masyarakat, termasuk lembaga legislatif, pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman, serta pemerintah. Secara spesifik tujuan pelaporan

keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan

atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

a. Menyediakan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah;

b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah;

c. Manyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi;

d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap

anggarannya;

e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;

(8)

g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya

sumber daya yag dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyediakan informasi bagi pengguna mengenai:

a. Indikasi apakah sumber daya yang telah diperoleh dan digunakan sesuai anggaran.

b. Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditentukan oleh DPR/DPRD.

Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok

adalah:

a. Laporan Realisasi Anggaran

Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi

yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode

pelaporan. b. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai

(9)

25 Laporan arus kas mnyediakan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas

dan setara kas pada tanggal pelaporan. d. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas.

2.6 Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976)menyatakan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu pihak (principal) memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada pihak lain (agent) untuk meakukan pengambilan keputusan. Teori keagenan sendiri muncul berdasarkan bahwa pemilik perusahaan (principal) dan manajer perusahaan (agent) memiliki kepentingan yang berbeda. Dalam penelitian ini agen adalah pemerintah yang memiliki otoritas atas suatu daerah (provinsi/kabupaten/kota) sedangkan prinsipal adalah masyarakat.

Agen-agen (pemerintah daerah) yang ditunjuk sebagai delegasi dari pemilik (prinsipal/masyarakat) ini adalah agen yang dipercaya untuk mengambil

keputusan sesuai dengan kepentingan masyarakat. Akan tetapi, masyarakat tentunya tidak dapat mengawasi seluruh tindakan yang dilakukan ataupun keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah selaku agen, sehingga dapat

menimbulkan kesempatan bagi agen untuk mengambil keputusan yang menguntungkan kesejahteraan agen saja tanpa menghiraukan kesejahteraan

(10)

Masalah keagenan menimbulkan informasi asimetri antara kedua belah pihak yaitu pemerintah selaku agen dan masyarakat selaku principal. Mohammad dkk (2004) dalam Mulyana (2006) menyatakan bahwa akuntabilitas muncul sebagai jawaban dari informasi asimetri. Teori asimetri informasi beranggapan

bahwa banyak terjadi kesenjangan informasi antara pihak manajemen yang mempunyai akses langsung atas informasi yang dimilikinya dengan pihak masyarakat yang merupakan bagian di luar manajemennya. Scott (1997) dalam

Medina (2012) berpendapat bahwa kemampuan bertahan suatu organisasi salah satunya ditentukan oleh bagaimana menciptakan informasi yang terbuka,

seimbang dan merata bagi semua pihak yang berkepentingan. Informasi asimetri muncul akibat adanya penguasaan informasi yang tidak seimbang antara masyarakat dengan pemerintah. Pemerintah lebih menguasai informasi karena

memiliki akses langsung terhadap hasil kinerjanya sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui pengungkapan

informasi keuangan melalui website resmi setiap pemerintah daerah.

Thompson (1999) menyatakan bahwa secara tradisional hubungan antara pemerintah dengan warga telah dianggap dibawah teori prinsipal-agen (keagenan)

yang telah digunakan secara luas dalam administrasi publik untuk memeriksa masalah-masalah yang terkait dengan manajemen dan administrasi di negara yang

(11)

27 mengidentifikasi insentif-insentif yang timbul pada beberapa pengungkapan di sektor publik.

2.7 Penelitian Terdahulu

Styless dan tennyson (2007) menyatakan bahwa sudah banyak penelitian

mengenai transparansi informasi keuangan pada media internet (situs resmi) yang telah dilakukan, namun pada umumnya di sektor swasta dan hanya sedikit pada sektor pemerintahan. Penelitian yang dilakukan pada sektor pemerintahan

mengenai transparansi informasi keuangan pada media internet (situs resmi) disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti/Judul Variabel Hasil Penelitian

1. Fawsi laswad, Richard Fisher, Peter Oyelere (2005)

Variabel Dependen:

Pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah Variabel Independen: Kompetisi politik, ukuran pemerintahan, leverage, kekayaan pemerintahan daerah, visibilitas pers, tipe pemerintahan.

1. Adannya hubungan

yang positif

2. Adanya hubungan yang negatif signifikan IFR dengan: tipe pemerintahan

3. Ukuran dan

kompetisi politik tidak memiliki

1. Adanya hubungan yang positif signifikan

(12)

Variabel Independen : Ukuran daerah, struktur

pemda, kualitas accounting disclosure, pendapatan perkapita, tingkat hutang, kondisi finansial.

2. Adanya hubungan yang positif signifikan

aksesibilitas CAFR dengan: ukuran daerah, pendapatan Size, leverage, capital Investment, political competition, dan press visibility

1. Political competition

berpengaruh secara positif

2. Press visibility berepngaruh secara

Rasio kinerja, rasio ketergantungan daerah, ukuran kompleksitas pemerintahan, dan belanja daerah.

1. Adanya hubungan yang positif 2. Adanya hubungan

positif yang 3. Adanya hubungan

(13)

29 orientasi politik, political

engagement, rata-rata umur masyarakat, tingkat pendidikan, pendapatan masyarakat populasi, jumlah populasi, dan tingkat kemandirian.

Adanya hubungan yang positif signifikan transparansi keuangan

dengan jumlah populasi.

6. Yurisca (2011) Variabel Dependen: Pelaporan keuangan Variabel Independen: Kompetisi politik, ukuran pemerintahan, leverage, kekayaan pemda,

1. Adanya pengaruh signifikan IFR dengan: ukuran pemerintahan dan kekayaan

pemerintahan

2. Adanya hubungan negatif yang

2.8 Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui motivasi atau faktor-faktor yang

(14)

penggunaan internet dapat menciptakan budaya transparansi dan juga akan mewujudkan akuntabilitas.

2.8.1 Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah.

Piotrowski dan Bertelli (2010) berpendapat bahwa semakin banyak sumber daya pemerintah daerah, semakin besar kemungkinan pemerintah daerah untuk berinvestasi ke sistem infrastruktur yang kan memberikan transparansi.

Contoh-contoh dari proyek tersebut termasuk web server, sistem manajemen dokumen, dan peralatan untuk video conferencing. Sumber daya yang besar dapat juga

dilihat dari total aset yang dimiliki pemerintah daerah. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H1 : Ukuran pemerintah Daerah berpengaruh terhadap transparansi

informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

2.8.2 Pengaruh Leverage terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah

Styless dan Tennyson (2007) berpendapat bahwa dengan melakukan pembiayaan terhadap pengeluaran-pengeluaran pemerintah saat ini akan

memberikan dampak pada kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanandan program-program terpadu bagi masyarakat dimasa yang akan

(15)

31 Kreditur cenderung memonitor para debiturnya dalam pengelolaan keuangan. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H2 : Leverage berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

2.8.3 Pengaruh Kompetisi Politik terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah

Kompetisi politik menunjukkan gambaran seberapa besar persaingan

antara kepa daerah yang menjabat saat ini dengan saingan-saingan politiknya. Semakin besar kompetisi politik suatu pemerintah daerah maka akan semakin

besar kecendrungan kepala daerah untuk menyediakan informasi (Baber, 1983 dalam Laswad, 2005) karena akan menanggung biaya pengawasan yang lebih besar dari saingan politiknya. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui

transparansi dengan menggunakan situs resmi. Berdasarkan analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H3 : Kompetisi politik berpengaruh terhadap transparansi informasi

keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

2.8.4 Pengaruh Tipe Pemerintah Daerah terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah

Penduduk di pemerintahan kabupaten pada umumnya

(16)

sehingga kepaladaerah memiliki dorongan lebih besar untuk memberikan informasi guna

pemantauan secara proporsional dengan wilayah metropolitan yang memilikipopulasi penduduk yang besar dibanding dengan wilayah pedesaan yang

memiliki

jumlah penduduk relatif besar. Ditambah lagi, pemakaian dan akses internet didaerah tujuan urbanisasi lebih tinggi. Hal tersebut memungkinkan

bahwapelaporan keuangan di internet secara sukarela akan lebih banyak dipraktikkan di

pemerintahan provinsi dan pemerintahan kota dibanding pemerintahan kabupaten.Dengan demikian, tipe pemerintahan mempunyai pengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah. Berdasarkan

analisis di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H4 : Tipe pemerintah daerah berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

2.8.5Pengaruh Rasio kemandirian terhadap Transparansi Informasi Keuangan pada Situs Resmi Pemerintah Daerah

Tingkat kemandirian menunjukkan kemampuan daerah dari sumber-sumber pendapatan asli daerah untuk membiayai pengeluaran operasional daerah dalam mewujudkan pembangunan daerah dan pelayanan kepadda

masyarakat. Hasil penelitian Laswad (2005) menunjukkan kekayaan asli pemerintah daerah berhubungan secara positif signifikan terhadap pengungkapan

(17)

33 daerah. Berdasarkan penelitian Laswad (2005) besarnya kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatannya menunjukkan kinerja pemerintah yang

baik. Kinerja pemerintah yang baik akan menunjukkan kualitan manajemen yang baik. Pemerintah daerah yang memiliki kualitas manajemen yang baik cenderung

untuk mengungkapkan informasi yng lebih banyak dan menggunakan sistem yang dapat meningkatkan kualitas pemerintah seperti penggunn situs resmi dalam transparansi informasi keuangannya. . Berdasarkan analisis di atas, maka

hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H5 : Rasio kemandirian daerah berpengaruh terhadap transparansi informasi keuangan pada situs resmi pemerintah daerah.

Dari uraian diatas, kerangka pemikiran mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi transparansi informasi keuangan pada website resmi

pemerintah daerah di Indonesia dapat digambarkan pada suatu model sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Leverage(X2)

Ukuran Pemerintah Daerah (X1)

Kompetisi Politik (X3)

Tipe Pemerintah Daerah (X4)

Rasio Kemandirian (X5)

Transparansi Informasi Keuangan pada Website Resmi Pemerintah Daerah

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

The result shows that the metacognition ability assessment instrument based on science literacy is feasible theoretically with theoretical validity percentage of 95.44%

Dari Gambar 6 tersebut dapat dilihat bahwa dengan menggunakan jumlah neuron sebesar 40 maka proses pelatihan dapat mencapai target setelah iterasi 473. Hal ini

Dalam penelitian menggunakan metode Two Stay Two Stray diharapkan akan mampu memperbaiki hasil belajar siswa kelas V A SDN Tegalkalong pada menulis laporan

The analysis of the theme shows that the violation of the rights to freedom of expression is the central idea the writer wants to express.. It can

Berdasarkan hasil penelitian di yang telah dilaksanakan terhadap siswa kelas IV SDN Gudangkopi I Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang pada pelajaran bahasa

variabel proses pH, berat adsorben, waktu kontak dan suhu pada adsorbsi logam berat timbal dan cadmium yang. ada di dalam limbah batik dengan menggunakan biosorben pulpa

Paulus, yang mencakup pendaftaran calon peserta, pengisian KRS, informasi jadwal dan nilai untuk peserta, informasi jadwal untuk pengajar, dan penginputan nilai peserta oleh

[r]