• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KEHARUSAN AKAD PEMBIAYAAN

MURABAHAH

AL-WAKALAH

DALAM PROSES PEMBERIAN PEMBIAYAAN

WARUNG MIKRO DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG

MEDAN

A. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri

Secara etimologis, kata bank berasal dari bahasa Italia, yaitu dari kata banca

yang berarti bangku/ tempat duduk. Bank disebut demikian karena pada abad

pertengahan orang-orang yang memberikan pinjaman melakukan usahanya diatas

bangku-bangku.42

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.43

Bank Indonesia mengkategorikan fungsi bank sebagai financial

intermediaries ke dalam tiga hal, yaitu sebagai lembaga yang meghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan, sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke

masyarakat dalam bentuk kredit, dan sebagai lembaga yang melancarkan transaksi

perdagangan dan peredaran uang.44

Financial intermediaries ini merupakan suatu aktivitas penting dalam

perekonomian, karena menimbulkan aliran dana dari pihak yang produktif kepada

42

Adirmawan Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), hlm 67

43

Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan 44

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1996), hlm 174

(2)

pihak yang tidak produktif dalam mengelola dana. Oleh karena itu, bank sebagai

lembaga intermediaries memang harus diatur secara ketat, karena dana yang

dihimpun oleh bank adalah dana yang berasal dari masyarakat, dan nantinya akan

disalurkan bagi masyarakat yang memenuhi kriteria untuk meningkatkan

produktifitas usaha.45

Bank sebagai lembaga intermediaries ini juga diterapkan oleh bank-bank

syariah. Oleh karenanya, walaupun prinsip utama dalam pembiayaan yang diberikan

oleh bank syariah adalah kepercayaan, bank tetap harus meminta jaminan untuk

kepastian pengembalian hutangnya. 46

Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan yang beroperasi dan

produknya dengan prinsip dasar tanpa menggunakan sistem bunga dengan

menawarkan sistem lain yang sesuai dengan syariah Islam. Prinsip inilah yang

membedakan secara prinsipil antara sistem operasional bank syariah dengan bank

konvensional.47 Bagi bank konvensional bunga merupakan hal penting untuk menarik

para investor menginventasikan modalnya pada suatu bank. Semakin tinggi tingkat

bunganya semakin tertarik para investor menabung. Tingkat suku bunga merupakan

unsur penting dalam sistem perbankan konvensional. Bank syariah yang bekerja

menggunakan sistem non bunga melalui transaksi dengan menggunakan sistem profit

and loss sharing yaitu bagi hasil. Keuntungan dan kerugian yang terjadi ditanggung

oleh kedua belah pihak yaitu mudharib dan shahibul-maal.

45

Ibid, hlm 176 46

Ibid, hlm 180 47

(3)

Sistem bunga bank dan bagi hasil mempunyai sisi persamaan yaitu

sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik modal, namun keduanya memiliki

perbedaan yang prinsipil, yaitu sistem bunga uang yang merupakan sistem yang

dilarang agama Islam, sedangkan bagi hasil merupakan keuntungan yang tidak

mengandung riba sehingga tidak diharamkan oleh ajaran Islam.48

Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan yang beroperasi sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah Islam, artinya bank dalam beroperasinya mengikuti

ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya menyangkut tata cara bermuamalat

secara Islam.

Atribut-atribut produk Islam dari Bank Syariah Mandiri cabang Medan adalah :49

1. Menghindari unsur riba

2. Hasil investasi dibagi menurut bagi hasil (al- mudharabah)

3. Menghindari unsur ketidakpastian (gharar)

4. Menghindari unsur gambling/ judi (maisir)

5. Melakukan investasi yang halal

6. Melakukan aktivitas sesuai dengan syariah.

Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, merupakan hikmah

sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana

diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis

multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam

dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat,

tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional

48

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta : Prenada Media, 2003), hlm 62 49

(4)

yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.

Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukrisasi dan

merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.50

Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB), yang dimiliki

oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Negara dan PT.

Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi

tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta

mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat

bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Import dan Bank

Pembangunan Indonesia) menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri

(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga

menempatkan dan menetapkan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk sebagai pemilik

mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, PT. Bank Mandiri melakukan

konsolidasi serta membentuk tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan

tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok

perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No.10 Tahun

1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual

banking system).

50

(5)

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan

UU No.10 Tahun 1998 tersebut, merupakan momentum yang tepat untuk melakukan

konversi PT. Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh

karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan

infrastrukturnya sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional

menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT. Bank

Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris Sutjipto, SH No.23

tanggal 8 September 1999.51

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan

oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/ 1999, 25

Oktober 1999. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank

Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT.

Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT.

Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab

1420 H atau tanggal 1 November 1999.52

PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan hadir, tampil dan tumbuh sebagai

bank yang mampu memadukan idealis usaha dengan nilai-nilai rohani, yang

melandasi prinsip syariah dalam kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealis

usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank

51

Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri, www.syariahmandiri.co.id diakses 22 Maret 2014

52

(6)

Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Bank Syariah Mandiri

hadir untuk bersama membangun Indonesia yang lebih baik.

Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri, yaitu :53

1. Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia

2. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan

3. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM

4. Mengembangan manajemen talenta dalam lingkungan kerja yang sehat 5. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan

6. Mengembangan nilai-nilai syariah universal

Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) juga harus

dilaksanakan pada Bank Syariah Mandiri cabang Medan merupakan unsur penting di

industri perbankan syariah mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh

industri perbankan yang semakin meningkat. Penerapan GCG secara konsisten dan

memperkuat posisi daya saing perusahaan memaksimalkan nilai perusahaan,

mengelola sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif yang pada akhirnya

akan memperkokoh kepercayaan pemegang saham dan stakeholders, sehingga Bank

Syariah Mandiri dapat beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan dalam jangka

panjang.

1. Produk Penghimpunan Dana di Bank Syariah Mandiri cabang Medan

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di

bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan

keuntungan bagi hasil, dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka

53

(7)

yang membutuhkan dalam bentuk kredit yaitu dengan adanya perjanjian pembagian

keuntungan sesuai kesepakatan.54

Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang salah satu fungsinya adalah

menghimpun dana dari masyarakat. Beberapa bentuk penghimpunan dana

berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang terdiri atas55 :

a. Prinsip wadiah

Wadiah dalam transaksi fiqh Islam, dikenal dengan prinsip titipan

atau simpanan baik dalam bentuk giro, tabungan, deposito maupun

bentuk lainnya.

b. Prinsip bagi hasil yang terdiri atas56 :

1) Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul, atau

lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya dalam

perjalanan usaha. Secara tekhnis mudharabahah adalah akad

kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha

(mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama. Keuntungan yang

diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan nisbah yang

disepakati sebelumnya.

2) Musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua atau lebih

pemilik dana dan/ atau barang untuk menjalankan usaha tertentu

54

Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori Kebijakan Studi Empiris di Indonesia,

(Bandung : Erlangga, 2010), hlm 28 55

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm 52

56

(8)

sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah

pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian

kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing.

2. Produk Penyaluran Dana di Bank Syariah Mandiri cabang Medan

Kegiatan yang tidak kalah pentingnya selain produk penghimpunan dana

yang dilakukan bank syariah adalah kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan

kepada masyarakat.57

Beberapa bentuk penghimpunan dana berdasarkan prinsip-prinsip syariah

yang terdiri atas58 :

a. Prinsip jual beli yang terdiri atas pembiayaan :

1) Pembiayaan murabahah

Menurut fiqh, murabahah adalah salah satu dari bentuk jual beli yang

bersifat amanah. Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli

berdasarkan harga barang, harga asli pembelian si penjual yang

diketahui oleh si pembeli dan keuntungan penjual pun diberitahu

kepada pembeli. Makna murabahah dalam tekhnis perbankan adalah

jual beli dalam akad pembiayaan antara bank selaku ba’i yang

disalurkan kepada nasabah sebagai musytari.59

57

Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hlm 27

58

M. Algaud Latifa & Mervy Lewis, Perbankan Syariah Prinsip dan Prospek, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003), hlm 23

59

(9)

2) Pembiayaan salam

Salam adalah transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan

dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu

secara penuh.60

3) Pembiayaan istishna

Istishna adalah transaksi jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan

barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati

dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. 61

b. Prinsip sewa yang terdiri atas pembiayaan :

1) Pembiayaan ijarah

Menurut fiqh, ijarah artinya upah dan mengupah.62Ijarah adalah akad

pemindahan hak guna (manfaat) atas barang atau jasa melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan

(ownership/ milkiyyah) atas barang/ jasa itu sendiri.

2) Pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik

Ijarah muntahiyah bittamlik adalah transaksi sewa menyewa antara

pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas

objek yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek

sewa.63

3. Produk Jasa di Bank Syariah Mandiri cabang Medan

60

Ibid, hlm 98 61

Ibid, hlm 99 62

Ahmad Idris, Fiqh Al-Syafi’iyah, (Jakarta : Karya Indah, 1994), hlm 142 63

(10)

Selain produk penghimpunan dan penyaluran dana, Bank Syariah Mandiri

juga menawarkan produk jasa kepada masyarakat, yaitu :

a. Prinsip rahn (gadai)

yaitu perjanjian penyerahan harta dari pemiliknya sebagai jaminan

hutang yang nantinya dapat dijadikan sebagai pembayaran hak piutang

tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian. Penyerahan jaminan

tersebut tidak harus bersifat aktual (berwujud), namun yang terlebih

penting penyerahan itu bersifat legal misalnya berupa penyerahan

sertifikat atau tanda bukti kepemilikan yang sah suatu harta jaminan.

b. Prinsip qard

yaitu pinjaman uang, artinya pinjaman yang diberikan kepada

peminjam selama waktu tertentu dan dikembalikan dalam jumlah yang

sama pada saat jatuh tempo.

c. Prinsip hawalah

yaitu merupakan perpindahan hak atau kewajiban yang dilakukan

pihak pertama kepada pihak kedua untuk menuntut pembayaran

hutang dari/ atau membayar hutang kepada pihak ketiga. Karena pihak

ketiga berhutang kepada pihak pertama dan pihak pertama berhutang

kepada pihak kedua atau karena pihak pertama berhutang kepada

pihak ketiga disebabkan pihak kedua berhutang kepada pihak pertama.

Perpindahan itu dimaksudkan sebagai ganti pembayaran yang

ditegaskan dalam akad ataupun tidak dan didasarkan atas kesepakatan

(11)

d. Prinsip al-wakalah

Al-wakalah merupakan akad pelengkap, artinya pemberian kuasa dari

pihak bank syariah/ nasabah kepada pihak nasabah/ bank syariah

untuk melakukan jual beli dalam proses pembiayaan atau dalam jasa

transaksi-transaksi perbankan seperti transfer uang dan lain-lain.

e. Prinsip kafalah (garansi bank)

yaitu apabila nasabah membutuhkan garansi bank syariah untuk

melakukan pekerjaan tertentu, nasabah dapat menempatkan sejumlah

uang sebagai jaminan untuk membuka garansi bank syariah. Kafalah

merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada

pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang

ditanggung,

B. Pengertian Pembiayaan Warung Mikro

Kemunculan perbankan syariah sebagai organisasi yang relatif baru

menimbulkan tantangan besar. Sebagai lembaga keuangan syariah, perbankansyariah

harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas

keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang. Disamping itu masih banyak

potensi nasabah yang belum terjangkau oleh perbankan syariah dan minimnya

pengetahuan masyarakat tentang perbankan syariah menjadi tantangan tersendiri bagi

manajemen perbankan syariahuntuk memperluas pasar hingga berbagai kalangan dan

(12)

nasabah/customer merasa minder dan kurang begitu paham terhadap perbankan

syariah.64

Dengan banyaknya perbankan syariah, menjadikan posisi Bank Syariah

Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan bank syariah yang harus mampu

bersaing. Walaupun dengan persaingan yang sangat ketat Bank Syariah Mandiri

mampu memperlihatkan eksistensinya sebagai lembaga keuangan bank yang mampu

bersaing dengan perbankan lain.

Hal demikian mengharuskan manajemen melakukan strategi khusus untuk

mempertahankan keunggulan kompetitif yakni merujuk pada kemampuan sebuah

organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi

yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan kompetitif

juga berarti kumpulan strategi untuk menentukan keunggulan suatu perusahaan dari

persaingan diantara perusahaan lain65 yang dalam hal ini yaitu persaingan antara

Warung Mikro Bank Syariah Mandiri dengan lembaga keuangan lainnya.

Oleh karena itu, Bank Syariah Mandiri menawarkan berbagai macam

produk pembiayaan yang mampu bersaing khususnya segmen mikro. Agar

marketable dan kompetitif di pasar serta lebih memasyarakatkan maka fitur

pembiayaan untuk segmen mikro dituntut menarik dengan proses pembiayaan

mudah, cepat, efektif, dan efisien. Sesuai dengan Surat Edaran Direksi Bank Syariah

Mandiri No.11/009/PEM, tanggal 13 Februari 2009 Bank Syariah Mandiri

meluncurkan produk Pembiayaan Mikro yang dinamakan Warung Mikro.

64

Abdullah Amin, Strategi Pemasaran Perbankan Syariah, (Jakarta : PT. Grasindo, 2007), hlm 17

65

(13)

Warung mikro Bank Syariah Mandiri berperan sebagai fasilitator.

Sedangkan kemampuan entrepreneurship menjadi penting untuk memberikan

rekomendasi atas usulan bisnis nasabah, sehingga pembiayaan warung mikro Bank

Syariah Mandiri benar-benar mampu meningkatkan pendapatan nasabahnya.

Outlet warung mikro Bank Syariah Mandiri merupakan bagian dari cabang,

target bisnis warung mikro merupakan target cabang. Pada awal tumbuh, fokus

pengembangan inbranch, tujuannya adalah untuk efisiensi biaya investasi,

memastikan resiko terkendali dan percepatan internalisasi budaya Bank Syariah

Mandiri.66

SKEMA 1

STRUKTUR ORGANISASI WARUNG MIKRO DI KANTOR CABANG

Sumber : Surat Edaran Pembiayaan No.11/ 009/ PEM Perihal Pembiayaan Melalui Warung Mikro

66

Wawancara dengan Bapak Fadli, KWM di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, April 2014

KEPALA KANTOR CABANG

MARKETING MANAGER

WARUNG MIKRO ACCOUNT OFFICER FUNDING OFFICER

MICRO ACCOUNT

OFFICER MARKETING SUPPORT PELAKSANA

(14)

Dalam menjalankan fungsi operasionalnya, warung mikro Bank Syariah

Mandiri juga memerlukan target market pemasaran.67 Target pemasaran adalah

proses perencanaan, pemikiran dan pelaksanaan konsepsi, pricing, promosi serta

pendistribusian barang atau jasa dalam menciptakan pertukaran untuk mencapai

tujuan atau sasaran perusahaan.68 Target pemasaran cenderung mengedepankan

segmentasi pasar, penetapan posisi pasar, serta strategi menembus pasar sasaran

untuk mencapai tujuan perusahaan.

Target pemasaran (marketing) dijelaskan menjadi suatu proses sosial

didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan

dengan penciptaan penawaran atau pertukaran secara bebas produk yang bernilai

dengan pihak lain sebagai proses perencanaan, dan pelaksanaan dalam penetapan

harga, promosi serta penyaluran barang atau jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memenuhi sasaran individu maupun organisasi.69 Berikut yang menjadi target

pemasaran dalam penyaluran pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri70 :

a. Perorangan Non-Golbertap

adalah nasabah dengan sumber pembayaran berasal dari usaha yang

dikelolanya sendiri (wiraswasta), baik dalam sektor perdagangan, pertanian,

industri rumah tangga, peternakan, perikanan, dan jasa-jasa, dengan syarat

pemohon :

67

Wawancara dengan Bapak Fadli, KWM di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, April 2014

68

Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 2006), hlm 170 69

Ibid, hlm 173 70

(15)

1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.

2) Rumah tempat tinggal milik sendiri atau milik keluarga.

3) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah. Maksimal usia 65 tahun

saat pembayaran lunas.

4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,

tercatat, dan terdokumentasi.

5) Hasil BI checking nasabah termasuk dalam kategori pembiayaan

lancar atau belum memiliki fasilitas di bank.

b. Perorangan Golbertap

adalah nasabah dengan sumber pembayaran (repayment) berasal dari gaji/

berpenghasil tetap yang diterima setiap bulan termasuk didalamnya pegawai

negeri sipil (PNS), pegawai BUMN, pegawai BUMD, TNI/ POLRI, pegawai

perusahaan swasta yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, dengan syarat pemohon :

1) Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal 1 (satu) tahun.

2) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah pada saat pengajuan dan

maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan.

3) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,

tercatat dan terdokumentasi.

4) Hasil BI checking nasabah termasuk dalam kategori pembiayaan

(16)

c. Peseroan Terbatas (PT)

adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dengan

syarat pemohon :

1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.

2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar dibuat otentik.

3) Telah disahkan Menteri Kehakiman & HAM.

4) Telah didaftarkan pada Departemen Perindustrian & Perdagangan.

5) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.

6) Harus memperoleh persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS.

7) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,

tercatat dan terdokumentasi.

8) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi

termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.

d. Koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum

koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas

kekeluargaan, dengan syarat pemohon :

1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.

2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar telah disahkan oleh Kanwil

(17)

3) Akta Pendirian Koperasi telah diumumkan dalam Tambahan Berita

Negara RI.

4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,

tercatat dan terdokumentasi.

5) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi

termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.

e. CV (Persekutuan Komanditer)

adalah suatu persekutuan yang didirikan oleh 2 orang atau lebih. Persekutuan

Komanditer mengenal 2 istilah yaitu, sekutu aktif dan sekutu pasif. Sekutu

aktif adalah anggota yang memimpin/ menjalankan perusahaan dan

bertanggug jawab penuh atas hutang-hutang perusahaan. Sekutu pasif adalah

anggota yang hanya menanamkan modalnya kepada sekutu aktif dan tidak

ikut campur dalam urusan operasional perusahaan. Sekutu pasif bertanggung

jawab atas risiko yang terjadi sampai batas modal yang ditanam. Keuntungan

yang diperoleh dari perusahaan dibagikan secara kesepakatan, dengan syarat

pemohon :

1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.

2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar dibuat otentik.

3) Telah didaftarkan pada Panitera Pengadilan Negeri tempat kedudukan

hukum CV yang bersangkutan.

4) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.

5) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,

(18)

6) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi

termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.

f. Firma

adalah sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua orang

atau lebih dengan memakai nama bersama. Pemilik firma terdiri dari beberapa

orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan

kekayaan pribadi sesuai dengan yang tercantum dalam akta pendirian

perusahaan, dengan syarat pemohon :

1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.

2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar dibuat otentik.

3) Telah didaftarkan pada Panitera Pengadilan Negeri tempat kedudukan

hukum Firma yang bersangkutan.

4) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.

5) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,

tercatat dan terdokumentasi.

6) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi

termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.

C. Beberapa Alasan Akad Murabahah Al-Wakalah Diterapkan Pada

Pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang

Medan

1. Tinjauan Umum Tentang Akad Murabahah Al-Wakalah

Salah satu skim pembiayaan dalam konteks fiqh yang paling banyak

(19)

Transaksi murabahah ini dalam sejarah Islam lazim tejadi dan dilakukan pada masa

Rasulullah dan para sahabatnya. Sejak awal munculnya dalam kajian fiqh, kontrak ini

tampaknya telah digunakan murni untuk tujuan dagang.

Menurut beberapa kitab fiqh, murabahah adalah salah satu dari bentuk jual

beli yang bersifat amanah. Jual beli ini berbeda dengan jual beli musawwamah (tawar

menawar). Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga

barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan

penjual pun harus diberitahukan oleh pembeli.71

Rukun murabahah adalah suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari

suatu kegiatan atau lembaga, sehingga bila tidak ada salah satu elemen tersebut maka

kegiatan tersebut dinyatakan tidak sah.72 Dalam murabahah, rukun-rukunnya terdiri

dari73 :

1. Ba’i adalah penjual (pihak yang memiliki barang)

2. Musytari adalah pembeli (pihak yang akan membeli barang) 3. Mabi’ adalah barang yang akan diperjualbelikan

4. Tsaman adalah harga

5. Ijaq Qabul adalah pernyataan timbang terima.

Rukun- rukun ini pula yang harus diterapkan dalam pelaksanaan perbankan syariah.

Sedangkan syarat-syaratnya murabahah terdiri dari :74

1. Pihak yang berakad yaitu ba’i dan musytari harus cakap hokum atau baligh

(dewasa), dan mereka saling meridhai (rela).

71

Karnaen Perwaatmadja, Prinsip Operasional Bank Syariah, (Jakarta : Risalah Masa, 1992), hlm 73

72

Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah, Praktek Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta : Tim Asistensi Pengembangan LKS Muamalat Institute, 1999), hlm 42

73

Ibid, hlm 42 74

(20)

2. Khusus untuk mabi’ persyaratannya adalah harus jelas dari segi sifat, jumlah, jenis yang akan ditransaksikan dan juga tidak termasuk dalam kategori barang haram.

3. Harga dan keuntungan harus disebutkan begitu pula sistem pembayarannya, semuanya dinyatakan di depan sebelum akad resmi (ijab qabul) dinyatakan tertulis.

Dalam operasional perbankan Islam, dengan adanya murabahah ini maka

para klien (nasabah) membeli suatu komoditi menurut rincian tertentu dan

menghendaki agar bank mengirimkannya kepada mereka berdasarkan imbuhan harga

tertentu menurut persetujuan awal antara kedua pihak. Murabahah merupakan bagian

terpenting dari jual beli dan prinsip akad ini mendominasi pendapatan bank dari

produk-produk yang ada di semua bank Islam. Dalam Islam, jual beli sebagai sarana

tolong menolong antara sesama umat manusia yang diridhai oleh Allah SWT.

Berkenaan dengan pembiayaan murabahah ini dalam kegiatan perbankan

syariah, Dewan Syariah Nasional mengeluarkan Fatwa No. 04/ DSN-MUI/ IV/ 2000

Tentang Murabahah. Ketentuan umum murabahah sebagai berikut75 :

1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki atau hak kepemilikan telah berada ditangan penjual.

2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli.

3. Adanya informasi yang jelas tentang hubungan baik nominal maupun presentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah.

4. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak nampak pada barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan.

5. Transaksi pertama, antara penjual dan pembeli pertama haruslah sah, jika tidak sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah.

75

(21)

Dengan demikian, murabahah tetap merupakan salah satu produk yang

populer dalam praktek pembiayaan pada perbankan syariah. Selain mudah

perhitungannya bagi nasabah maupun bagi manajemen bank karena harga yang

dibuat secara transparan dan tanpa adanya pembayaran dengan sistem bunga berjalan.

Pembiayaan murabahah yang umum dipraktekkan oleh perbankan syariah di

Indonesia juga memiliki perbedaan dengan konsep klasik murabahah. Perbedaan

karakteristik pokok pembiayaan murabahah dalam literatur klasik dan praktik

perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat pada tabel.

TABEL 2

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK POKOK PEMBIAYAAN MURABAHAH

DALAM LITERATUR KLASIK DAN PRAKTIK DI INDONESIA

Karakteristik Pokok Praktek Klasik Praktek Perbankan Syariah di Indonesia

Tujuan transaksi Kegiatan jual beli Pembiayaan dalam rangka

penyediaan fasilitas/ barang

Tahapan transaksi Dua tahap Satu tahap

Proses transaksi

(22)

nasabah 2. Dua pendapat, mengikat dan tidak mengikat Pengungkapan harga pokok dan

margin Harus transparan Harus transparan

Tenor/ Jangka waktu Sangat pendek Jangka waktu (1-5) tahun

Cara pembayaran transaksi jual

beli Cash and carry Dengan cicilan (ta’jil)

Kolateral Tanpa kolateral Ada kolateral/ jaminan

tambahan

Sumber : Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm 112

Menurut bahasa Arab al-wakalah berasal dari kata hifdz, kifalah,

al-dhaman dan al-tafwidh yang artinya penyerahan, pendelegasian dan pemberian

mandat. Sedangkan al-wakalah dalam fiqh Islam adalah penyerahan tugas dan

tanggung jawab masing-masing pihak yang berdasarkan pada defenisi wakalah yaitu

menyerahkan tugasnya atau urusannya kepada orang lain dan diserahkan tanggung

jawabnya untuk bertindak bagi pihaknya.76

Dalam hukum Islam, al-wakalah atau perwakilan muncul ketika satu orang

menguasakan kepada orang lain untuk menggantikannya dalam memperoleh hak-hak

sipilnya. Orang yang mewakili ini disebut wakil. Perlu bagi wakil untuk mematuhi

petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh muwakil. 77 Hukum berwakalah harus

berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah. Sebagaimana terdapat dalam Surat Al-An‟am

ayat 66 :

“Seseorang yang bertanggung jawab untuk mengatur urusan orang lain”

76

A. Rahman Doi, Syariah Muamalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 37 77

(23)

Pengertian lain tentang al-wakalah berasal dari wazan wakala yakilu waklan

yang berarti menyerahkan atau mewakilkan urusan, sedangkan al-wakalah adalah

pekerjaan wakil.78Beberapa definisi al-wakalah menurut istilah para ulama : 79

1. Menurut Golongan Malikiyah, al-wakalah adalah seseorang menggantikan (menempati) tempat yang lain dalam hak (kewajiban), dia yang mengelola pada posisi itu.

2. Menurut Golongan Hanafiyah, al-wakalah adalah seseorang menempati diri orang lain dalam tasharruf (pengelolaan).

3. Menurut Golongan Syafi’iyah, al-wakalah adalah seseorang menyerahkan sesuatu kepada yang lain untuk dikerjakan ketika hidupnya.

4. Menurut Golongan Hambali, al-wakalah adalah permintaan ganti seseorang yang didalamnya terdapat penggantian hak Allah dan hak manusia.

5. Ulama fiqh klasik Al-Dhimyati, al-wakalah adalah seseorang menyerahkan urusannya kepada yang lain yang didalamnya terdapat penggantian.

6. Imam Taqy, al-wakalah adalah seseorang yang menyerahkan hartanya untuk dikelola kepada orang lain ketika hidupnya.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan al -wakalah ialah penyerahan dari seseorang kepada orang lain

untuk mengerjakan sesuatu, dimana perwakilan berlaku selama yang mewakilkan

masih hidup.

Wakalah juga dapat batal atau berakhir, disebabkan oleh80 :

1. Bila salah satu pihak yang berakad wakalah itu tidak dalam kondisi sadar. 2. Bila maksud yang terkandung dalam akad wakalah sudah selesai

pelaksanaannya atau dihentikan.

3. Diputuskannya wakalah tersebut oleh salah satu pihak yang berwakalah baik pihak pemberi kuasa ataupun pihak yang menerima kuasa.

4. Hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa atau sesuatu objek yang dikuasakan.

Dalam praktek perbankan syariah, akad al-wakalah ibarat pisau dapur.

Keberadaannya kurang dirasakan, namun bila tidak ada, baru terasa betapa

78

Tim Kashiko, Kamus Arab- Indonesia, (Kashiko, 2000), hlm 247 79

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Press, 2002), hlm 231 80

(24)

pentingnya. Ini karena akad al-wakalah selalu menjadi transaksi pendukung dan

bukan sebagai transaksi utama. Akad al-wakalah selalu terdapat dalam pembiayaan

murabahah, salam, istishna, dan seluruhnya memerlukan akad al-wakalah

untuk alasan kemudahan. Tanpa akad al-wakalah niscaya bank syariah akan sangat

kerepotan dalam memberikan pembiayaan karena harus membeli sendiri barang yang

dibutuhkan debitor/ nasabah.81

Berkenaan dengan akad al-wakalah sebagai transaksi pendukung dalam

pembiayaan murabahah ini dalam kegiatan perbankan syariah, Dewan Syariah

Nasional mengeluarkan Fatwa DSN NO: 10/ DSN- MUI/ IV/ 2000 Tentang

Al-wakalah, yang menjelaskan bahwa pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh

para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan perjanjian

(akad). Al-wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan

secara sepihak.

Dalam Fatwa DSN NO: 10 /DSN- MUI/ IV/ 2000 juga dijelaskan mengenai

rukun dan syarat al-wakalah yaitu :

a. Orang yang mewakilkan (Muwakkil)

1) Seseorang yang mewakilkan, pemberi kuasa, disyaratkan memiliki hak

untuk bertasharruf pada bidang-bidang yang didelegasikannya.

Karena itu seseorang tidak akan sah jika mewakilkan sesuatu yang

bukan haknya.

81

(25)

2) Pemberi kuasa mempunyai hak atas sesuatu yang dikuasakannya,

disisi lain juga dituntut supaya pemberi kuasa itu sudah cakap

bertindak atau mukallaf. Tidak boleh seorang pemberi kuasa itu masih

belum dewasa yang cukup akal serta pula tidak boleh seorang yang

gila.

b. Orang yang diwakilkan (wakil)

1) Penerima kuasa pun perlu memiliki kecakapan akan suatu

aturan-aturan yang mengatur proses akad al-wakalah ini. Sehingga cakap

hukum menjadi salah satu syarat bagi pihak yang diwakilkan.

2) Seseorang yang menerima kuasa ini memiliki kemampuan untuk

menjalankan amanah yang diberikan oleh pemberi kuasa.

c. Objek yang diwakilkan

1) Objek mestilah sesuatu yang bisa diwakilkan kepada orang lain,

seperti jual beli, pemberian upah, dan sejenisnya yang memang berada

dalam kekuasaan pihak yang memberikan kuasa.

2) Tidak semua hal dapat diwakilkan kepada orang lain. Sehingga objek

yang akan diwakilkan pun tidak boleh bertentangan dengan syari‟ah

Islam.

d. Shighat

1) Isi dari perjanjian ini berupa pendelegasian dari pemberi kuasa kepada

penerima kuasa.

2) Tugas penerima kuasa oleh pemberi kuasa perlu dijelaskan untuk dan

(26)

Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang

beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang

menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Keimanan menjadi landasan atas

keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang.82

Sebagaimana bank konvensional, bank syariah memiliki fungsi sebagai

intermediasi yang menjembati para penabung dan investor. Hubungan antara bank

syariah dengan nasabah lebih bersifat partner daripada lender atau borrower,

sehingga bank syariah dapat bertindak sebagai pembeli, penjual, atau pihak yang

menyewakan. Produk yang ditawarkan bank syariah sangat bervariasi dengan prinsip

saling menguntungkan (fairness) dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan. 83

Dengan banyaknya perbankan syariah, menjadikan posisi Bank Syariah

Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan bank syariah yang harus mampu

bersaing. Oleh karena itu Bank Syariah Mandiri cabang Medan menawarkan berbagai

macam produk pembiayaan yang mampu bersaing khususnya segmen mikro. Agar

marketable dan kompetitif di pasar serta lebih memasyarakatkan Bank Syariah

Mandiri, maka fitur pembiayaan untuk segmen mikro dituntut menarik dengan proses

pembiayaan mudah, cepat, efektif, dan efisien.84

Warung mikro adalah layanan pembiayaan di kantor cabang dan cabang

pembantu untuk nasabah kategori mikro. Akad yang digunakan pada produk

82

Ahmad Ramzy Tadjoeddin, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1992), hlm 167

83

Ibid, hlm 170 84

(27)

pembiayaan warung mikro adalah akad murabahah al-wakalah. Implikasi dari akad

murabahah mengharuskan adanya penjual, pembeli dan barang yang dijual.

Sebagaimana diketahui dalam skim murabahah fungsi bank adalah sebagai

penjual barang untuk kepentingan nasabah dengan cara membeli barang yang

dibutuhkan nasabah dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga

jual yang setara dengan harga beli ditambah keuntungan bank dan bank harus

memberitahukan secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang diperlukan dan

menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepada nasabah.

Pada aplikasinya bank syariah menggunakan tambahan pelengkap akad

al-wakalah dengan memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut.

Dengan adanya akad al-wakalah maka bank sepenuhnya menyerahkan dana tersebut

kepada nasabah untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah.

Walaupun bank telah menggunakan akad al-wakalah kepada nasabah, namun bank

akan tetap melakukan pengawasan terhadap barangbarang yang dibeli oleh nasabah

agar tidak keluar dari koridor yang ada dalam syariat Islam. Hal ini dilakukan untuk

mencegah nasabah melakukan transaksi yang dilarang, misalnya menggunakan dana

pembiayaan untuk membeli barang-barang yang termasuk barang haram.

Adapun karakteristik pembiayaan warung mikro kepada nasabah dengan

menggunakan akad murabahah al-wakalah, antara lain :

1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan mikro secara murabahah

kepada bank. Jika bank setuju, maka akan diterbitkan offering letter kepada

(28)

al-wakalah atas nama bank, maka nasabah harus mengembalikan surat

penawaran tersebut kepada bank.

2. Harga yang ditetapkan oleh pihak penjual (bank syariah) tidak dipengaruhi

oleh frekuensi waktu pembayaran. Jadi, harga yang ada hanyalah satu yaitu

harga yang telah disepakati oleh bank syariah dan nasabah.

3. Keuntungan dalam pembiayaan murabahah al-wakalah berbentuk margin

penjualan yang sudah termasuk harga penjualan. Keuntungan tersebut

sewajarnya dapat dinegosiasikan antara pihak bank dan nasabah.

4. Pembayaran harga barang dapat dilakukan secara angsuran. Jadi, pihak

nasabah berhutang kepada pihak bank , karena belum melunasi kewajiban

membayar harga barang yang ditransaksikan.

5. Dalam pembiayaan murabahah al-wakalah memungkinkan adanya jaminan,

karena sifat dari pembiayaan murabahah al-wakalah merupakan jual beli

yang pembayarannya tidak dilakukan secara tunai. Sehingga bank syariah

memberlakukan prinsip kehati-hatian dengan mengenakan jaminan kepada

nasabah.

Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah

al-wakalah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan

pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut

dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan

hutangnya kepada bank. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau

(29)

Didalam akad murabahah al-wakalah, mengenai ketentuan penundaan

pembayaran, nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menuda

penyelesaian hutangnya. Apabila nasabah tidak dapat memenuhi atau menyelesaikan

hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali

jika dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi.

Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana

yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan). Jika

nasabah menunda-menuda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak

tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan

Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.85

Jadi, didalam akad bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabah

adalah hubungan kemitraan, artinya adanya transparansi atas kegunaan uang yang

dipakai tersebut.86 Karena itu didalam perbankan syariah, pinjaman tidak disebut

dengan kredit, tapi pembiayaan. Nasabah diwajibkan untuk membayar harga yang

telah disepakati dengan pihak bank, secara mencicil. Kesepakatan harga yang

didalamnya sudah terkandung mark up ini tidak berubah sampai berakhirnya kontrak.

85

Permadi Gandapradja, Dasar-Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank Syariah, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm 62

86

(30)

SKEMA 4

MEKANISME PEMBIAYAAN MURABAHAH MELALUI WAKALAH

1. Persyaratan dan Negosiasi

2. Akad Murabahah

3. Menyerahkan Dana dan Memberikan Kuasa

6. Menyerahkan Bukti Pembelian

7. Bayar Sekaligus/ Angsuran

4. Pembelian oleh

Nasabah

5. Penyerahan Barang

Sumber : Konsep Akad Murabahah Al- Wakalah

2. Dasar Hukum Akad Murabahah Al- Wakalah Dalam Hukum Islam Pada

Pembiayaan Warung Mikro di PT.Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

Adapun landasan hukum murabahah dari Al-Qur‟an dapat ditemukan antara

lain pada Surat An-Nisa' ayat 29 :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka

Supplier (Pemasok)

Nasabah Pembiayaan Murabahah Bank Syariah

(31)

sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Ayat ini menjelaskan secara tegas bagi semua muslim yang beriman kepada

Tuhannya untuk selalu memperhatikan makanan yang mereka peroleh agar terhindar

dari laknat Allah SWT yaitu jalan yang haram dalam memperoleh makanan tersebut.

Selanjutnya Allah SWT memberikan solusi melalui perniagaan atau jual beli yang

dipraktekkan atas dasar keridhoan di antara kedua belah pihak.

Keridhaan dalam transaksi adalah merupakan prinsip. Oleh karena itu,

transaksi dapat dikatakan sah apabila didasarkan kepada keridhaan kedua belah pihak.

Artinya, tidak sah suatu akad apabila salah satu pihak dalam keadaan terpaksa atau

dipaksa atau juga merasa tertipu. Bisa terjadi pada waktu akad sudah saling meridhai,

tetapi kemudian salah satu pihak merasa tertipu, artinya hilang keridhaannya, maka

akad tersebut bisa batal.

Surat Al-Baqarah ayat 282 :

....ُهوُبُتْكاَف ىًّّمَسُم ٍلَجَأ ىَلِإ ٍنٌَْدِب ْمُتْنٌَاَدَت اَذِإ اوُنَمَآ َنٌِذَّلا اَهٌَُّأ اٌَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah....”

َمَّلَس َو ِهٌَْلَع ُاللَّ ىَّلَص ِاللَّ ُلوُسَر َلاَق َلاَق ُهْنَع َّاللَّ ً ِضَر ٍماَزِح ِنْب ِمٌِكَح ْنَع

َمُهَل َك ِروُب اَنٌََّب َو اَقَدَص ْنِإَف اَقَّرَفَتٌَ ىَّتَح َلاَق ْوَأ اَقَّرَفَتٌَ ْمَل اَم ِراٌَِخْلاِب ِناَعٌَِّبْلا

ا

* اَمِهِعٌَْب ُةَكَرَب ْتَقِحُم اَبَذَك َو اَمَتَك ْنِإ َو اَمِهِعٌَْب ًِف

(

(32)

”Dari Hakim bin Hizam berkata ia, bersabda Rasululah saw:” Dua orang yang berjual beli itu berhak memilih selama keduanya belum berpisah”, atau beliau bersabda:” Sehingga keduanya berpisah.” Jika keduanya jujur dan terus-terang, maka keduanya mendapat berkah dalam jual-belinya. Jika keduanya menyembunyikan dan berdusta maka dihapuslah berkah jual-belinya itu.” (HR. Bukhari, Kitab Al-Buyu‟)

Sedangkan landasan hukum berwakalah bersumber dari Al-Qur‟an dapat

ditemukan pada Surat Al-Kahfi ayat 19 ialah87 :

“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar diantara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berada kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun”

Ayat ke-19 Surat Al-Kahfi ini menggambarkan peristiwa perginya salah

satu anggota ash-habul kahfi untuk bertindak atas nama teman-temannya sebagai

perwakilan dalam melakukan transaksi pembelian makanan. Didalam ayat ini

terdapat hal yang terkait dengan tauhid yaitu tauhid rububiyah dimana hanya Allah

yang memiliki kekuasaan untuk membangkitkan (baatsnahum).

87

(33)

Selain itu pada ayat diatas juga terdapat salah satu sifat Allah yaitu aliimun

(Maha Mengetahui) karena hanya Allah yang mengetahui berapa lama mereka

tertidur. Disamping itu secara tersirat terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah sebagai

Dzat yang maha menjaga karena mustahil mereka dapat aman dalam gua tersebut

selama itu jika bukan Allah yang melindungi dan memeliharanya.

Disamping pokok aqidah dalam ayat tersebut juga terdapat tuntutan akhlak

yaitu hendaklah kita memperhatikan (undhur) terhadap jenis makanan yang akan kita

konsumsi karena itu akan berpengaruh terhadap jasmani dan akhlak kita. Makanan

yang buruk akan membawa mafsadat tidak hanya bagi jasmani tapi juga bagi rohani

kita. Makanan yang halal dan baik Insya Allah akan membantu kita berprilaku dan

berakhlak baik (lemah lembut) sebagaimana Allah telah mengingatkan kepada

ash-habul kahfi.

Dalam hal bermuamalah, maka ayat tersebut membicarakan tentang

perwakilan dalam bertransaksi, salah satu dari mereka menjadi wakil untuk membeli

makanan yang baik guna memenuhi kebutuhan mereka atas rasa lapar dan dahaga.

Ada solusi yang diambil dengan jalan al-wakalah yang menetapkan pekerjaan wakil

berupa perginya ia ketempat dimana barang tersebut berada di kota, dikenalkannya

alat pertukaran transaksi yaitu wariq atau uang perak dan ketentuan sighat terhadap

barang (taukil) yang akan diadakan serta bolehnya diadakan non-disclossure

agreement antara wakil dan muwakil.88

88

(34)

Surat Yusuf ayat 54-5589 :

.

“Dan Raja berkata, “Bawalah dia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.” Ketika dia (Raja) telah bercakap-cakap dengan dia, dia (Raja) berkata, “ Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya”. Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.”

Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa diperbolehkan berwakalah, yaitu

merujuk pada posisi wakil sebagai pihak penerima atas sesuatu yang diwakilkan.

Pihak wakil harus menunaikan segala sesuatu yang diamanahkan oleh muwakil tanpa

ada sesuatu yang dikurangi atau ditambahi. Dalam ayat ini juga mengindikasikan dua

sikap mendasar yang harus ada dalam konsep al-wakalah. Sifat tersebut memiliki

kemampuan untuk menjaga, memelihara, dan dapat dipercaya dalam menjalankan

pekerjaan yang diwakilkan. Selain itu juga harus amanah dan memiliki ilmu

pengetahuan.90

Sedangkan landasan hukum berwakalah yang berasal dari Hadist Rasulullah

SAW, antara lain Hadist Al-Malik dalam Al-Muwatha yang meriwayatkan bahwa

Rasulullah SAW pernah mewakilkan kepada Abu Rafi‟ untuk mengganti posisi

89

Ibid, hlm 129 90

(35)

beliau dalam menerima perkawinan dengan Maimunah binti Harist. Dengan demikian

praktik al-wakalah mendapat legalitas dari syara’.91

Bank Syariah Mandiri cabang Medan dalam memberikan pembiayaan

warung mikro kepada nasabah juga sesuai dengan landasan hukum akad murabahah

al-wakalah yang ada di Bank Syariah Mandiri dan terdiri dari beberapa landasan

ketentuan peraturan lainnya, yaitu92 :

1. Undang- Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 perihal Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah.

2. Peraturan Bank Indonesia No.13/ 23/ PBI/ 2011 tanggal 02 November 2011

perihal Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah.

3. Fatwa DSN No.04/DSN- MUI/ IV/ 2000 perihal Pembiayaan Murabahah.

4. Fatwa DSN No.10 /DSN- MUI/ IV/ 2000 perihal Al-Wakalah.

5. Anggaran Dasar PT. Bank Syariah Mandiri No.23 tanggal 8 September 1999

beserta perubahannya.

6. Kebijakan Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri beserta perubahannya.

7. Petunjuk Pelaksanaan Pembiayaan Mikro SE No.6/ 006/ PEM.

8. Surat Edaran Pembiayaan Mikro No.11/ 009/ PEM perihal Pembiayaan

Melalui Warung Mikro.

91

Ibid, hlm 132 92

(36)

9. Surat Edaran Pembiayaan No.12/ 016/ PEM perihal Jaminan Alternatif

Pembiayaan Warung Mikro.

10.Surat Edaran No.6/ 002/ INF perihal Penerapan Manajemen Resiko

3. Alasan Penerapan Akad Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan

Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri

Secara umum, PT. Bank Syariah Mandiri dalam menyalurkan pembiayaan

warung mikro kepada masyarakat menerapkan keharusan untuk menggunakan 2 jenis

akad yaitu akad murabahah dan akad al-wakalah.93

a. Alasan menggunakan akad murabahah

1) Secara tekhnis perbankan, murabahah merupakan akad penjualan benda

oleh bank dengan harga yang teolah disepakati, yang pembayarannya

dilakukan secara tangguh (berhutang). Dengan demikian, nasabah

berkewajiban membayar harga benda yang dibeli sampai dengan

pelunasannya, sebagaimana kewajiban membayar hutang.

2) Produk murabahah ini merupakan produk pembiayaan di mana pihak

bank dapat sebagai mediasi antara pihak yang berkepentingan, yaitu

nasabah dan developer atau pemasok, maksudnya dalam hal ini adalah

apabila nasabah menginginkan memiliki atau membeli sesuatu barang dari

developer sementara nasabah belum memiliki dana yang cukup untuk

dapat membelinya, maka bank dalam hal ini memberikan bantuan berupa

pembiayaan dengan cara membeli barang yang diinginkan oleh nasabah

terlebih dahulu dari developer, kemudian pihak bank menjual kembali

93

(37)

barang tersebut kepada nasabah dengan harga sesuai dengan pembelian

pihak bank dari pihak developer dengan metode angsuran dan ditambah

keuntungan bagi pihak bank yang telah disepakati antara pihak bank dan

pihak nasabah.

3) Dalam kondisi keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan, dimana

kegiatan bisnis banyak mengalami kesulitan seperti pada saat krisis

ekonomi, maka dengan transaksi murabahah bank tidak turut memikul

resiko akibat kerugian usaha nasabah. Nasabah tetap berkewajiban

membayar hutangnya baik dalam keadaan untung ataupun dalam keadaan

rugi.

4) Pembiayaan murabahah memungkinkan adanya dhomman (jaminan),

karena sifat dari pembiayaan murabahah merupakan jual beli yang

pembayarannya tidak dilakukan secara tunai, maka tanggungan

pembayaran tersebut merupakan hutang yang harus dibayar oleh nasabah.

Bank syariah memberlakukan prinsip kehati-hatian dengan mengenakan

dhomman pada nasabah.

5) Kesepakatan (akad) dalam pembiayaan murabahah ketika telah terjadi,

maka besarnya harga sudah tidak dapat berubah lagi, namun untuk

menghindari terjadinya wanprestasi yang dilakukan pihak nasabah yaitu

tidak membayar ataupun terlambat mengangsur pembiayaan murabahah

maka dalam perjanjian tersebut telah disetujui sebuah klausul tentang

pembayaran denda yang harus dibayar oleh nasabah. Denda yang diterima

(38)

syariah karena denda yang diperoleh tersebut digunakan sebagai dana

sosial yang salah satunya disalurkan melalui Qard al-Hasan.

6) Apabila nasabah mempercepat kewajiban pembayarannya satu atau lebih

sebelum jatuh tempo, maka bank diperbolehkan mengurangi bagian

keuntungannya. Perhitungan sisa hutang mengikuti ketentuan bank yang

berlaku.

7) Peran bank selaku penjual (ba’i) dalam pembiayaan murabahah lebih

tepat digambarkan sebagai pembiayaan dan bukan penjual barang, karena

bank tidak memegang barang, tidak pula mengambil risiko atas barang.

Pihak bank hanya memberikan sejumlah uang yang dikreditkan

kerekening nasabah sesuai dengan plafond yang diminta nasabah dan

proses pengikatan akad tersebut dilakukan oleh pihak bank dan pihak

calon nasabah dimana diawal kesepakatan akad pihak bank telah

memberitahukan harga jual yaitu plafond yang diminta oleh nasabah dan

harga beli yang merupakan keuntungan (margin) untuk pihak bank.

8) Dengan transaksi murabahah, maka proses, analisis dan administrasinya

sederhana.

9) Poin-poin isi akad murabahah :

1. Keterangan tentang data para pihak yaitu pihak bank dan pihak

nasabah.

2. Besarnya pembiayaan yaitu mencakup harga pokok, margin bank,

harga jual, besarnya angsuran perbulan, denda dan penggunaan

(39)

3. Penarikan pembiayaan dan nasabah berkewajiban menyerahkan

“Surat Sanggup” untuk membayar kepada bank.

4. Jangka waktu, cara pembayaran dan tempat pembayaran.

5. Biaya-biaya asuransi, administrasi, biaya notaris.

6. Pengakuan dan jaminan

7. Cedera janji dan pembatasan terhadap tindakan nasabah.

8. Risiko, pengawasan, dan penyelesaian perselisihan.

b. Alasan menggunakan akad al-wakalah

Beberapa alasan keutamaan penggunaan akad al-wakalah sebagai pelengkap

dalam pembiayaan murabahah pada pembiayaan warung mikro di PT. Bank Syariah

Mandiri :

1) Dalam akad al-wakalah terdapat prinsip ta’awun, artinya tolong menolong di

antara sesama manusia. Setiap manusia membutuhkan bantuan orang lain.

2) Terdapat prinsip amanah, artinya pihak nasabah debitur (wakil) harus

menunaikan segala sesuatu yang diamanahkan oleh pihak bank (muwakil),

dalam hal ini bahwa dana yang diberikan kepada pihak nasabah debitur

(wakil) tersebut benar benar digunakan untuk pengadaan barang yang sesuai

dengan yang diperjanjikan.

3) Timbulnya saling percaya mempercayai diantara bank dengan nasabah.

Memberikan kuasa pada orang lain merupakan bukti adanya kepercayaan

pada pihak lain.

4) Proses pembiayaan murabahah menjadi lebih praktis, karena mempermudah

(40)

tanpa harus mencari supplier penyedia barang yang sesuai dengan yang

diinginkan nasabah, ataupun mencari pihak ketiga lain yang dapat dijadikan

agen untuk membeli barang tersebut.

5) Hemat waktu, pencarian dan pembelian barang yang dijadikan objek

pembiayaan oleh bank akan memakan waktu yang cukup lama, belum lagi

apabila pihak bank kekurangan orang untuk melakukan pekerjaan tersebut

sehingga harus mencari agen yang bersedia membelikan barang tersebut.

Sedangkan apabila bank memberikan kuasanya langsung kepada nasabah

untuk membeli barang mewakili dirinya, pencarian dan pembelian akan

barang yang dimaksud oleh nasabah akan memakai waktu yang lebih sedikit

dikarenakan nasabah merupakan orang yang berkepentingan sendiri atas

barang tersebut.

6) Nasabah akan langsung mengetahui fisik barang yang menjadi objek

pembiayaan sehingga tidak lagi terdapat keraguan atas barang yang menjadi

objek pembiayaan dan bank tidak akan mendapat keluhan tentang cacatnya

barang karena nasabah yang membeli sendiri barang tersebut.

7) Poin-poin isi akad al-wakalah :

1. Keterangan tentang data para pihak yaitu pihak bank dan pihak

nasabah.

2. Pihak nasabah melakukan tindakan untuk pembelian barang sesuai

dengan tujuan pembiayaan.

3. Pihak bank (muwakil) memberikan dana pembelian barang kepada

(41)

4. Dengan diterimanya dana, maka nasabah (wakil) akan

menandatangani Tanda Bukti Penerimaan Uang Tunai sebagai

bukti telah diterimanya dana oleh nasabah (wakil) dari pihak bank

(muwakil).

5. Nasabah (wakil) menerima faktur/ invoice, kwitansi, atau tanda

pembayaran lain dari Supplier/ Pemasok sebagai bukti telah

dilakukannya pembelian barang untuk kemudian diserahkan

kepada bank (muwakil).

6. Penyerahan barang dimaksud dilakukan oleh Supplier/ Pemasok

langsung kepada nasabah (wakil) dengan persetujuan bank

(muwakil).

7. Bank (muwakil) tidak bertanggung jawab atas keadaan/ kondisi

barang yang telah diterima oleh nasabah (wakil) dari Supplier/

Pemasok.

Management PT. Bank Syariah Mandiri menggariskan dalam Standart

Prosedur Operasional Bisnis PT. Bank Syariah Mandiri, SPOB/ PEM/ WMK/ 1,

bahwa pelaksanaan pembiayaan murabahah al-wakalah dalam pembiayaan warung

mikro dilakukan secara94 :

1) Marketable, artinya menarik. Menarik dalam hal ini, bagaimana pihak Bank

Syariah Mandiri dalam memasarkan dan menawarkan pembiayaan

murabahah al-wakalah ke masyarakat luas dapat menarik simpatik sehingga

94

(42)

pihak calon nasabah tertarik untuk mengajukan pembiayaan warung mikro

sesuai dengan kebutuhannya.

2) Kompetitif, artinya keunggulan yang dimiliki pihak Bank Syariah Mandiri

dalam memasarkan produk pembiayaan warung mikro dengan memanfaatkan

pelayanan yang berfokus pada masyarakat luas sesuai dengan nilai unggul

Bank Syariah Mandiri dapat berkompetisi dengan bank lainnya.

3) Mudah, artinya dalam mengajukan pembiayaan murabahah al-wakalah, pihak

nasabah dapat dengan mudah mengajukan berkas proses pembiayaan.

4) Efektif, artinya pihak bank dan pihak nasabah dapat menjadi partneryang baik

dalam proses pembiayaan murabahah al-wakalah karena pelaksanaannya

berdasarkan tahapan proses yang telah ditentukan.

5) Efisien, artinya biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pembiayaan

murabahah al-wakalah ini sesuai dengan plafond pinjaman yang diajukan

Gambar

TABEL 2

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis

Maka hukumnya juga tidak diperbolehkan (haram) karena pembeli yang membatalkan dan meminta uang muka yang telah diberikan kepada petani baik seluruhnya

Tabel 1 menunjukkan tiga isolat (Swn-1, Ksn, dan Psr-2) diperoleh dari jenis pisang Ambon dengan lokasi yang berbeda, dan tiga isolat lainnya (Swn-2, Psr-1, dan Psr-3) diperoleh

Analisis data mencakup kerapatan jenis, kerapatan jenis relatif, frekuensi jenis, frekuensi jenis relatif, penutupan jenis, penutupan jenis relatif serta indeks

Penambahan variabel akses didasarkan pada penelitian Sari (2010) yang me- nyatakan bahwa akses berpengaruh terhadap kepuasan wajib pajak. Adapun perumusan masalah

sah dan hasil pembuahan suami isteri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh isteri tersebut merupakan anak sah menurut Pasal 99 Kompilasi Hukum Islam.7 Putusan Mahkamah

Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model PBL ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat srategi dakwah dalam meningkatkan kinerja Madrasah Babul Ilmy Strategi yang diterapkan pada Madrasah Babul Ilmy adalah