KEHARUSAN AKAD PEMBIAYAAN
MURABAHAH
AL-WAKALAH
DALAM PROSES PEMBERIAN PEMBIAYAAN
WARUNG MIKRO DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG
MEDAN
A. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri
Secara etimologis, kata bank berasal dari bahasa Italia, yaitu dari kata banca
yang berarti bangku/ tempat duduk. Bank disebut demikian karena pada abad
pertengahan orang-orang yang memberikan pinjaman melakukan usahanya diatas
bangku-bangku.42
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.43
Bank Indonesia mengkategorikan fungsi bank sebagai financial
intermediaries ke dalam tiga hal, yaitu sebagai lembaga yang meghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke
masyarakat dalam bentuk kredit, dan sebagai lembaga yang melancarkan transaksi
perdagangan dan peredaran uang.44
Financial intermediaries ini merupakan suatu aktivitas penting dalam
perekonomian, karena menimbulkan aliran dana dari pihak yang produktif kepada
42
Adirmawan Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), hlm 67
43
Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan 44
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1996), hlm 174
pihak yang tidak produktif dalam mengelola dana. Oleh karena itu, bank sebagai
lembaga intermediaries memang harus diatur secara ketat, karena dana yang
dihimpun oleh bank adalah dana yang berasal dari masyarakat, dan nantinya akan
disalurkan bagi masyarakat yang memenuhi kriteria untuk meningkatkan
produktifitas usaha.45
Bank sebagai lembaga intermediaries ini juga diterapkan oleh bank-bank
syariah. Oleh karenanya, walaupun prinsip utama dalam pembiayaan yang diberikan
oleh bank syariah adalah kepercayaan, bank tetap harus meminta jaminan untuk
kepastian pengembalian hutangnya. 46
Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan yang beroperasi dan
produknya dengan prinsip dasar tanpa menggunakan sistem bunga dengan
menawarkan sistem lain yang sesuai dengan syariah Islam. Prinsip inilah yang
membedakan secara prinsipil antara sistem operasional bank syariah dengan bank
konvensional.47 Bagi bank konvensional bunga merupakan hal penting untuk menarik
para investor menginventasikan modalnya pada suatu bank. Semakin tinggi tingkat
bunganya semakin tertarik para investor menabung. Tingkat suku bunga merupakan
unsur penting dalam sistem perbankan konvensional. Bank syariah yang bekerja
menggunakan sistem non bunga melalui transaksi dengan menggunakan sistem profit
and loss sharing yaitu bagi hasil. Keuntungan dan kerugian yang terjadi ditanggung
oleh kedua belah pihak yaitu mudharib dan shahibul-maal.
45
Ibid, hlm 176 46
Ibid, hlm 180 47
Sistem bunga bank dan bagi hasil mempunyai sisi persamaan yaitu
sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik modal, namun keduanya memiliki
perbedaan yang prinsipil, yaitu sistem bunga uang yang merupakan sistem yang
dilarang agama Islam, sedangkan bagi hasil merupakan keuntungan yang tidak
mengandung riba sehingga tidak diharamkan oleh ajaran Islam.48
Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam, artinya bank dalam beroperasinya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya menyangkut tata cara bermuamalat
secara Islam.
Atribut-atribut produk Islam dari Bank Syariah Mandiri cabang Medan adalah :49
1. Menghindari unsur riba
2. Hasil investasi dibagi menurut bagi hasil (al- mudharabah)
3. Menghindari unsur ketidakpastian (gharar)
4. Menghindari unsur gambling/ judi (maisir)
5. Melakukan investasi yang halal
6. Melakukan aktivitas sesuai dengan syariah.
Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam
dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat,
tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional
48
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Jakarta : Prenada Media, 2003), hlm 62 49
yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukrisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.50
Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB), yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Negara dan PT.
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat
bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Import dan Bank
Pembangunan Indonesia) menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga
menempatkan dan menetapkan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk sebagai pemilik
mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, PT. Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan
tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok
perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No.10 Tahun
1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual
banking system).
50
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU No.10 Tahun 1998 tersebut, merupakan momentum yang tepat untuk melakukan
konversi PT. Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh
karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT. Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris Sutjipto, SH No.23
tanggal 8 September 1999.51
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/ 1999, 25
Oktober 1999. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT.
Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT.
Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab
1420 H atau tanggal 1 November 1999.52
PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan hadir, tampil dan tumbuh sebagai
bank yang mampu memadukan idealis usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi prinsip syariah dalam kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealis
usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank
51
Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri, www.syariahmandiri.co.id diakses 22 Maret 2014
52
Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Bank Syariah Mandiri
hadir untuk bersama membangun Indonesia yang lebih baik.
Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri, yaitu :53
1. Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia
2. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
3. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM
4. Mengembangan manajemen talenta dalam lingkungan kerja yang sehat 5. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan
6. Mengembangan nilai-nilai syariah universal
Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) juga harus
dilaksanakan pada Bank Syariah Mandiri cabang Medan merupakan unsur penting di
industri perbankan syariah mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh
industri perbankan yang semakin meningkat. Penerapan GCG secara konsisten dan
memperkuat posisi daya saing perusahaan memaksimalkan nilai perusahaan,
mengelola sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif yang pada akhirnya
akan memperkokoh kepercayaan pemegang saham dan stakeholders, sehingga Bank
Syariah Mandiri dapat beroperasi dan tumbuh secara berkelanjutan dalam jangka
panjang.
1. Produk Penghimpunan Dana di Bank Syariah Mandiri cabang Medan
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di
bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan
keuntungan bagi hasil, dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka
53
yang membutuhkan dalam bentuk kredit yaitu dengan adanya perjanjian pembagian
keuntungan sesuai kesepakatan.54
Bank sebagai suatu lembaga keuangan yang salah satu fungsinya adalah
menghimpun dana dari masyarakat. Beberapa bentuk penghimpunan dana
berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang terdiri atas55 :
a. Prinsip wadiah
Wadiah dalam transaksi fiqh Islam, dikenal dengan prinsip titipan
atau simpanan baik dalam bentuk giro, tabungan, deposito maupun
bentuk lainnya.
b. Prinsip bagi hasil yang terdiri atas56 :
1) Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul, atau
lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya dalam
perjalanan usaha. Secara tekhnis mudharabahah adalah akad
kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha
(mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama. Keuntungan yang
diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan nisbah yang
disepakati sebelumnya.
2) Musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua atau lebih
pemilik dana dan/ atau barang untuk menjalankan usaha tertentu
54
Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori Kebijakan Studi Empiris di Indonesia,
(Bandung : Erlangga, 2010), hlm 28 55
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm 52
56
sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah
pihak berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian
kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing.
2. Produk Penyaluran Dana di Bank Syariah Mandiri cabang Medan
Kegiatan yang tidak kalah pentingnya selain produk penghimpunan dana
yang dilakukan bank syariah adalah kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan
kepada masyarakat.57
Beberapa bentuk penghimpunan dana berdasarkan prinsip-prinsip syariah
yang terdiri atas58 :
a. Prinsip jual beli yang terdiri atas pembiayaan :
1) Pembiayaan murabahah
Menurut fiqh, murabahah adalah salah satu dari bentuk jual beli yang
bersifat amanah. Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli
berdasarkan harga barang, harga asli pembelian si penjual yang
diketahui oleh si pembeli dan keuntungan penjual pun diberitahu
kepada pembeli. Makna murabahah dalam tekhnis perbankan adalah
jual beli dalam akad pembiayaan antara bank selaku ba’i yang
disalurkan kepada nasabah sebagai musytari.59
57
Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002), hlm 27
58
M. Algaud Latifa & Mervy Lewis, Perbankan Syariah Prinsip dan Prospek, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003), hlm 23
59
2) Pembiayaan salam
Salam adalah transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan
dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu
secara penuh.60
3) Pembiayaan istishna
Istishna adalah transaksi jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. 61
b. Prinsip sewa yang terdiri atas pembiayaan :
1) Pembiayaan ijarah
Menurut fiqh, ijarah artinya upah dan mengupah.62Ijarah adalah akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/ milkiyyah) atas barang/ jasa itu sendiri.
2) Pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik
Ijarah muntahiyah bittamlik adalah transaksi sewa menyewa antara
pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas
objek yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek
sewa.63
3. Produk Jasa di Bank Syariah Mandiri cabang Medan
60
Ibid, hlm 98 61
Ibid, hlm 99 62
Ahmad Idris, Fiqh Al-Syafi’iyah, (Jakarta : Karya Indah, 1994), hlm 142 63
Selain produk penghimpunan dan penyaluran dana, Bank Syariah Mandiri
juga menawarkan produk jasa kepada masyarakat, yaitu :
a. Prinsip rahn (gadai)
yaitu perjanjian penyerahan harta dari pemiliknya sebagai jaminan
hutang yang nantinya dapat dijadikan sebagai pembayaran hak piutang
tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian. Penyerahan jaminan
tersebut tidak harus bersifat aktual (berwujud), namun yang terlebih
penting penyerahan itu bersifat legal misalnya berupa penyerahan
sertifikat atau tanda bukti kepemilikan yang sah suatu harta jaminan.
b. Prinsip qard
yaitu pinjaman uang, artinya pinjaman yang diberikan kepada
peminjam selama waktu tertentu dan dikembalikan dalam jumlah yang
sama pada saat jatuh tempo.
c. Prinsip hawalah
yaitu merupakan perpindahan hak atau kewajiban yang dilakukan
pihak pertama kepada pihak kedua untuk menuntut pembayaran
hutang dari/ atau membayar hutang kepada pihak ketiga. Karena pihak
ketiga berhutang kepada pihak pertama dan pihak pertama berhutang
kepada pihak kedua atau karena pihak pertama berhutang kepada
pihak ketiga disebabkan pihak kedua berhutang kepada pihak pertama.
Perpindahan itu dimaksudkan sebagai ganti pembayaran yang
ditegaskan dalam akad ataupun tidak dan didasarkan atas kesepakatan
d. Prinsip al-wakalah
Al-wakalah merupakan akad pelengkap, artinya pemberian kuasa dari
pihak bank syariah/ nasabah kepada pihak nasabah/ bank syariah
untuk melakukan jual beli dalam proses pembiayaan atau dalam jasa
transaksi-transaksi perbankan seperti transfer uang dan lain-lain.
e. Prinsip kafalah (garansi bank)
yaitu apabila nasabah membutuhkan garansi bank syariah untuk
melakukan pekerjaan tertentu, nasabah dapat menempatkan sejumlah
uang sebagai jaminan untuk membuka garansi bank syariah. Kafalah
merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung,
B. Pengertian Pembiayaan Warung Mikro
Kemunculan perbankan syariah sebagai organisasi yang relatif baru
menimbulkan tantangan besar. Sebagai lembaga keuangan syariah, perbankansyariah
harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas
keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang. Disamping itu masih banyak
potensi nasabah yang belum terjangkau oleh perbankan syariah dan minimnya
pengetahuan masyarakat tentang perbankan syariah menjadi tantangan tersendiri bagi
manajemen perbankan syariahuntuk memperluas pasar hingga berbagai kalangan dan
nasabah/customer merasa minder dan kurang begitu paham terhadap perbankan
syariah.64
Dengan banyaknya perbankan syariah, menjadikan posisi Bank Syariah
Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan bank syariah yang harus mampu
bersaing. Walaupun dengan persaingan yang sangat ketat Bank Syariah Mandiri
mampu memperlihatkan eksistensinya sebagai lembaga keuangan bank yang mampu
bersaing dengan perbankan lain.
Hal demikian mengharuskan manajemen melakukan strategi khusus untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif yakni merujuk pada kemampuan sebuah
organisasi untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi
yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya. Keunggulan kompetitif
juga berarti kumpulan strategi untuk menentukan keunggulan suatu perusahaan dari
persaingan diantara perusahaan lain65 yang dalam hal ini yaitu persaingan antara
Warung Mikro Bank Syariah Mandiri dengan lembaga keuangan lainnya.
Oleh karena itu, Bank Syariah Mandiri menawarkan berbagai macam
produk pembiayaan yang mampu bersaing khususnya segmen mikro. Agar
marketable dan kompetitif di pasar serta lebih memasyarakatkan maka fitur
pembiayaan untuk segmen mikro dituntut menarik dengan proses pembiayaan
mudah, cepat, efektif, dan efisien. Sesuai dengan Surat Edaran Direksi Bank Syariah
Mandiri No.11/009/PEM, tanggal 13 Februari 2009 Bank Syariah Mandiri
meluncurkan produk Pembiayaan Mikro yang dinamakan Warung Mikro.
64
Abdullah Amin, Strategi Pemasaran Perbankan Syariah, (Jakarta : PT. Grasindo, 2007), hlm 17
65
Warung mikro Bank Syariah Mandiri berperan sebagai fasilitator.
Sedangkan kemampuan entrepreneurship menjadi penting untuk memberikan
rekomendasi atas usulan bisnis nasabah, sehingga pembiayaan warung mikro Bank
Syariah Mandiri benar-benar mampu meningkatkan pendapatan nasabahnya.
Outlet warung mikro Bank Syariah Mandiri merupakan bagian dari cabang,
target bisnis warung mikro merupakan target cabang. Pada awal tumbuh, fokus
pengembangan inbranch, tujuannya adalah untuk efisiensi biaya investasi,
memastikan resiko terkendali dan percepatan internalisasi budaya Bank Syariah
Mandiri.66
SKEMA 1
STRUKTUR ORGANISASI WARUNG MIKRO DI KANTOR CABANG
Sumber : Surat Edaran Pembiayaan No.11/ 009/ PEM Perihal Pembiayaan Melalui Warung Mikro
66
Wawancara dengan Bapak Fadli, KWM di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, April 2014
KEPALA KANTOR CABANG
MARKETING MANAGER
WARUNG MIKRO ACCOUNT OFFICER FUNDING OFFICER
MICRO ACCOUNT
OFFICER MARKETING SUPPORT PELAKSANA
Dalam menjalankan fungsi operasionalnya, warung mikro Bank Syariah
Mandiri juga memerlukan target market pemasaran.67 Target pemasaran adalah
proses perencanaan, pemikiran dan pelaksanaan konsepsi, pricing, promosi serta
pendistribusian barang atau jasa dalam menciptakan pertukaran untuk mencapai
tujuan atau sasaran perusahaan.68 Target pemasaran cenderung mengedepankan
segmentasi pasar, penetapan posisi pasar, serta strategi menembus pasar sasaran
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Target pemasaran (marketing) dijelaskan menjadi suatu proses sosial
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan
dengan penciptaan penawaran atau pertukaran secara bebas produk yang bernilai
dengan pihak lain sebagai proses perencanaan, dan pelaksanaan dalam penetapan
harga, promosi serta penyaluran barang atau jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memenuhi sasaran individu maupun organisasi.69 Berikut yang menjadi target
pemasaran dalam penyaluran pembiayaan warung mikro Bank Syariah Mandiri70 :
a. Perorangan Non-Golbertap
adalah nasabah dengan sumber pembayaran berasal dari usaha yang
dikelolanya sendiri (wiraswasta), baik dalam sektor perdagangan, pertanian,
industri rumah tangga, peternakan, perikanan, dan jasa-jasa, dengan syarat
pemohon :
67
Wawancara dengan Bapak Fadli, KWM di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, April 2014
68
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 2006), hlm 170 69
Ibid, hlm 173 70
1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.
2) Rumah tempat tinggal milik sendiri atau milik keluarga.
3) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah. Maksimal usia 65 tahun
saat pembayaran lunas.
4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,
tercatat, dan terdokumentasi.
5) Hasil BI checking nasabah termasuk dalam kategori pembiayaan
lancar atau belum memiliki fasilitas di bank.
b. Perorangan Golbertap
adalah nasabah dengan sumber pembayaran (repayment) berasal dari gaji/
berpenghasil tetap yang diterima setiap bulan termasuk didalamnya pegawai
negeri sipil (PNS), pegawai BUMN, pegawai BUMD, TNI/ POLRI, pegawai
perusahaan swasta yang didirikan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dengan syarat pemohon :
1) Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal 1 (satu) tahun.
2) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah pada saat pengajuan dan
maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan.
3) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,
tercatat dan terdokumentasi.
4) Hasil BI checking nasabah termasuk dalam kategori pembiayaan
c. Peseroan Terbatas (PT)
adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dengan
syarat pemohon :
1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.
2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar dibuat otentik.
3) Telah disahkan Menteri Kehakiman & HAM.
4) Telah didaftarkan pada Departemen Perindustrian & Perdagangan.
5) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.
6) Harus memperoleh persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS.
7) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,
tercatat dan terdokumentasi.
8) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi
termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.
d. Koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas
kekeluargaan, dengan syarat pemohon :
1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.
2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar telah disahkan oleh Kanwil
3) Akta Pendirian Koperasi telah diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara RI.
4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,
tercatat dan terdokumentasi.
5) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi
termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.
e. CV (Persekutuan Komanditer)
adalah suatu persekutuan yang didirikan oleh 2 orang atau lebih. Persekutuan
Komanditer mengenal 2 istilah yaitu, sekutu aktif dan sekutu pasif. Sekutu
aktif adalah anggota yang memimpin/ menjalankan perusahaan dan
bertanggug jawab penuh atas hutang-hutang perusahaan. Sekutu pasif adalah
anggota yang hanya menanamkan modalnya kepada sekutu aktif dan tidak
ikut campur dalam urusan operasional perusahaan. Sekutu pasif bertanggung
jawab atas risiko yang terjadi sampai batas modal yang ditanam. Keuntungan
yang diperoleh dari perusahaan dibagikan secara kesepakatan, dengan syarat
pemohon :
1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.
2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar dibuat otentik.
3) Telah didaftarkan pada Panitera Pengadilan Negeri tempat kedudukan
hukum CV yang bersangkutan.
4) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.
5) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,
6) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi
termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.
f. Firma
adalah sebuah bentuk persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua orang
atau lebih dengan memakai nama bersama. Pemilik firma terdiri dari beberapa
orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan
kekayaan pribadi sesuai dengan yang tercantum dalam akta pendirian
perusahaan, dengan syarat pemohon :
1) Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.
2) Akta Pendirian/ Anggaran Dasar dibuat otentik.
3) Telah didaftarkan pada Panitera Pengadilan Negeri tempat kedudukan
hukum Firma yang bersangkutan.
4) Telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.
5) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas,
tercatat dan terdokumentasi.
6) Hasil BI checking pemilik dan/atau anggota pengurus serta institusi
termasuk dalam kategori pembiayaan lancar.
C. Beberapa Alasan Akad Murabahah Al-Wakalah Diterapkan Pada
Pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Medan
1. Tinjauan Umum Tentang Akad Murabahah Al-Wakalah
Salah satu skim pembiayaan dalam konteks fiqh yang paling banyak
Transaksi murabahah ini dalam sejarah Islam lazim tejadi dan dilakukan pada masa
Rasulullah dan para sahabatnya. Sejak awal munculnya dalam kajian fiqh, kontrak ini
tampaknya telah digunakan murni untuk tujuan dagang.
Menurut beberapa kitab fiqh, murabahah adalah salah satu dari bentuk jual
beli yang bersifat amanah. Jual beli ini berbeda dengan jual beli musawwamah (tawar
menawar). Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga
barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan
penjual pun harus diberitahukan oleh pembeli.71
Rukun murabahah adalah suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari
suatu kegiatan atau lembaga, sehingga bila tidak ada salah satu elemen tersebut maka
kegiatan tersebut dinyatakan tidak sah.72 Dalam murabahah, rukun-rukunnya terdiri
dari73 :
1. Ba’i adalah penjual (pihak yang memiliki barang)
2. Musytari adalah pembeli (pihak yang akan membeli barang) 3. Mabi’ adalah barang yang akan diperjualbelikan
4. Tsaman adalah harga
5. Ijaq Qabul adalah pernyataan timbang terima.
Rukun- rukun ini pula yang harus diterapkan dalam pelaksanaan perbankan syariah.
Sedangkan syarat-syaratnya murabahah terdiri dari :74
1. Pihak yang berakad yaitu ba’i dan musytari harus cakap hokum atau baligh
(dewasa), dan mereka saling meridhai (rela).
71
Karnaen Perwaatmadja, Prinsip Operasional Bank Syariah, (Jakarta : Risalah Masa, 1992), hlm 73
72
Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah, Praktek Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta : Tim Asistensi Pengembangan LKS Muamalat Institute, 1999), hlm 42
73
Ibid, hlm 42 74
2. Khusus untuk mabi’ persyaratannya adalah harus jelas dari segi sifat, jumlah, jenis yang akan ditransaksikan dan juga tidak termasuk dalam kategori barang haram.
3. Harga dan keuntungan harus disebutkan begitu pula sistem pembayarannya, semuanya dinyatakan di depan sebelum akad resmi (ijab qabul) dinyatakan tertulis.
Dalam operasional perbankan Islam, dengan adanya murabahah ini maka
para klien (nasabah) membeli suatu komoditi menurut rincian tertentu dan
menghendaki agar bank mengirimkannya kepada mereka berdasarkan imbuhan harga
tertentu menurut persetujuan awal antara kedua pihak. Murabahah merupakan bagian
terpenting dari jual beli dan prinsip akad ini mendominasi pendapatan bank dari
produk-produk yang ada di semua bank Islam. Dalam Islam, jual beli sebagai sarana
tolong menolong antara sesama umat manusia yang diridhai oleh Allah SWT.
Berkenaan dengan pembiayaan murabahah ini dalam kegiatan perbankan
syariah, Dewan Syariah Nasional mengeluarkan Fatwa No. 04/ DSN-MUI/ IV/ 2000
Tentang Murabahah. Ketentuan umum murabahah sebagai berikut75 :
1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki atau hak kepemilikan telah berada ditangan penjual.
2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli.
3. Adanya informasi yang jelas tentang hubungan baik nominal maupun presentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah.
4. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak nampak pada barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan.
5. Transaksi pertama, antara penjual dan pembeli pertama haruslah sah, jika tidak sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah.
75
Dengan demikian, murabahah tetap merupakan salah satu produk yang
populer dalam praktek pembiayaan pada perbankan syariah. Selain mudah
perhitungannya bagi nasabah maupun bagi manajemen bank karena harga yang
dibuat secara transparan dan tanpa adanya pembayaran dengan sistem bunga berjalan.
Pembiayaan murabahah yang umum dipraktekkan oleh perbankan syariah di
Indonesia juga memiliki perbedaan dengan konsep klasik murabahah. Perbedaan
karakteristik pokok pembiayaan murabahah dalam literatur klasik dan praktik
perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat pada tabel.
TABEL 2
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK POKOK PEMBIAYAAN MURABAHAH
DALAM LITERATUR KLASIK DAN PRAKTIK DI INDONESIA
Karakteristik Pokok Praktek Klasik Praktek Perbankan Syariah di Indonesia
Tujuan transaksi Kegiatan jual beli Pembiayaan dalam rangka
penyediaan fasilitas/ barang
Tahapan transaksi Dua tahap Satu tahap
Proses transaksi
nasabah 2. Dua pendapat, mengikat dan tidak mengikat Pengungkapan harga pokok dan
margin Harus transparan Harus transparan
Tenor/ Jangka waktu Sangat pendek Jangka waktu (1-5) tahun
Cara pembayaran transaksi jual
beli Cash and carry Dengan cicilan (ta’jil)
Kolateral Tanpa kolateral Ada kolateral/ jaminan
tambahan
Sumber : Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm 112
Menurut bahasa Arab al-wakalah berasal dari kata hifdz, kifalah,
al-dhaman dan al-tafwidh yang artinya penyerahan, pendelegasian dan pemberian
mandat. Sedangkan al-wakalah dalam fiqh Islam adalah penyerahan tugas dan
tanggung jawab masing-masing pihak yang berdasarkan pada defenisi wakalah yaitu
menyerahkan tugasnya atau urusannya kepada orang lain dan diserahkan tanggung
jawabnya untuk bertindak bagi pihaknya.76
Dalam hukum Islam, al-wakalah atau perwakilan muncul ketika satu orang
menguasakan kepada orang lain untuk menggantikannya dalam memperoleh hak-hak
sipilnya. Orang yang mewakili ini disebut wakil. Perlu bagi wakil untuk mematuhi
petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh muwakil. 77 Hukum berwakalah harus
berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah. Sebagaimana terdapat dalam Surat Al-An‟am
ayat 66 :
“Seseorang yang bertanggung jawab untuk mengatur urusan orang lain”
76
A. Rahman Doi, Syariah Muamalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 37 77
Pengertian lain tentang al-wakalah berasal dari wazan wakala yakilu waklan
yang berarti menyerahkan atau mewakilkan urusan, sedangkan al-wakalah adalah
pekerjaan wakil.78Beberapa definisi al-wakalah menurut istilah para ulama : 79
1. Menurut Golongan Malikiyah, al-wakalah adalah seseorang menggantikan (menempati) tempat yang lain dalam hak (kewajiban), dia yang mengelola pada posisi itu.
2. Menurut Golongan Hanafiyah, al-wakalah adalah seseorang menempati diri orang lain dalam tasharruf (pengelolaan).
3. Menurut Golongan Syafi’iyah, al-wakalah adalah seseorang menyerahkan sesuatu kepada yang lain untuk dikerjakan ketika hidupnya.
4. Menurut Golongan Hambali, al-wakalah adalah permintaan ganti seseorang yang didalamnya terdapat penggantian hak Allah dan hak manusia.
5. Ulama fiqh klasik Al-Dhimyati, al-wakalah adalah seseorang menyerahkan urusannya kepada yang lain yang didalamnya terdapat penggantian.
6. Imam Taqy, al-wakalah adalah seseorang yang menyerahkan hartanya untuk dikelola kepada orang lain ketika hidupnya.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan al -wakalah ialah penyerahan dari seseorang kepada orang lain
untuk mengerjakan sesuatu, dimana perwakilan berlaku selama yang mewakilkan
masih hidup.
Wakalah juga dapat batal atau berakhir, disebabkan oleh80 :
1. Bila salah satu pihak yang berakad wakalah itu tidak dalam kondisi sadar. 2. Bila maksud yang terkandung dalam akad wakalah sudah selesai
pelaksanaannya atau dihentikan.
3. Diputuskannya wakalah tersebut oleh salah satu pihak yang berwakalah baik pihak pemberi kuasa ataupun pihak yang menerima kuasa.
4. Hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa atau sesuatu objek yang dikuasakan.
Dalam praktek perbankan syariah, akad al-wakalah ibarat pisau dapur.
Keberadaannya kurang dirasakan, namun bila tidak ada, baru terasa betapa
78
Tim Kashiko, Kamus Arab- Indonesia, (Kashiko, 2000), hlm 247 79
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Rajawali Press, 2002), hlm 231 80
pentingnya. Ini karena akad al-wakalah selalu menjadi transaksi pendukung dan
bukan sebagai transaksi utama. Akad al-wakalah selalu terdapat dalam pembiayaan
murabahah, salam, istishna, dan seluruhnya memerlukan akad al-wakalah
untuk alasan kemudahan. Tanpa akad al-wakalah niscaya bank syariah akan sangat
kerepotan dalam memberikan pembiayaan karena harus membeli sendiri barang yang
dibutuhkan debitor/ nasabah.81
Berkenaan dengan akad al-wakalah sebagai transaksi pendukung dalam
pembiayaan murabahah ini dalam kegiatan perbankan syariah, Dewan Syariah
Nasional mengeluarkan Fatwa DSN NO: 10/ DSN- MUI/ IV/ 2000 Tentang
Al-wakalah, yang menjelaskan bahwa pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh
para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan perjanjian
(akad). Al-wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan
secara sepihak.
Dalam Fatwa DSN NO: 10 /DSN- MUI/ IV/ 2000 juga dijelaskan mengenai
rukun dan syarat al-wakalah yaitu :
a. Orang yang mewakilkan (Muwakkil)
1) Seseorang yang mewakilkan, pemberi kuasa, disyaratkan memiliki hak
untuk bertasharruf pada bidang-bidang yang didelegasikannya.
Karena itu seseorang tidak akan sah jika mewakilkan sesuatu yang
bukan haknya.
81
2) Pemberi kuasa mempunyai hak atas sesuatu yang dikuasakannya,
disisi lain juga dituntut supaya pemberi kuasa itu sudah cakap
bertindak atau mukallaf. Tidak boleh seorang pemberi kuasa itu masih
belum dewasa yang cukup akal serta pula tidak boleh seorang yang
gila.
b. Orang yang diwakilkan (wakil)
1) Penerima kuasa pun perlu memiliki kecakapan akan suatu
aturan-aturan yang mengatur proses akad al-wakalah ini. Sehingga cakap
hukum menjadi salah satu syarat bagi pihak yang diwakilkan.
2) Seseorang yang menerima kuasa ini memiliki kemampuan untuk
menjalankan amanah yang diberikan oleh pemberi kuasa.
c. Objek yang diwakilkan
1) Objek mestilah sesuatu yang bisa diwakilkan kepada orang lain,
seperti jual beli, pemberian upah, dan sejenisnya yang memang berada
dalam kekuasaan pihak yang memberikan kuasa.
2) Tidak semua hal dapat diwakilkan kepada orang lain. Sehingga objek
yang akan diwakilkan pun tidak boleh bertentangan dengan syari‟ah
Islam.
d. Shighat
1) Isi dari perjanjian ini berupa pendelegasian dari pemberi kuasa kepada
penerima kuasa.
2) Tugas penerima kuasa oleh pemberi kuasa perlu dijelaskan untuk dan
Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang
beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Keimanan menjadi landasan atas
keyakinan untuk mampu tumbuh dan berkembang.82
Sebagaimana bank konvensional, bank syariah memiliki fungsi sebagai
intermediasi yang menjembati para penabung dan investor. Hubungan antara bank
syariah dengan nasabah lebih bersifat partner daripada lender atau borrower,
sehingga bank syariah dapat bertindak sebagai pembeli, penjual, atau pihak yang
menyewakan. Produk yang ditawarkan bank syariah sangat bervariasi dengan prinsip
saling menguntungkan (fairness) dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan. 83
Dengan banyaknya perbankan syariah, menjadikan posisi Bank Syariah
Mandiri sebagai salah satu lembaga keuangan bank syariah yang harus mampu
bersaing. Oleh karena itu Bank Syariah Mandiri cabang Medan menawarkan berbagai
macam produk pembiayaan yang mampu bersaing khususnya segmen mikro. Agar
marketable dan kompetitif di pasar serta lebih memasyarakatkan Bank Syariah
Mandiri, maka fitur pembiayaan untuk segmen mikro dituntut menarik dengan proses
pembiayaan mudah, cepat, efektif, dan efisien.84
Warung mikro adalah layanan pembiayaan di kantor cabang dan cabang
pembantu untuk nasabah kategori mikro. Akad yang digunakan pada produk
82
Ahmad Ramzy Tadjoeddin, Berbagai Aspek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1992), hlm 167
83
Ibid, hlm 170 84
pembiayaan warung mikro adalah akad murabahah al-wakalah. Implikasi dari akad
murabahah mengharuskan adanya penjual, pembeli dan barang yang dijual.
Sebagaimana diketahui dalam skim murabahah fungsi bank adalah sebagai
penjual barang untuk kepentingan nasabah dengan cara membeli barang yang
dibutuhkan nasabah dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga
jual yang setara dengan harga beli ditambah keuntungan bank dan bank harus
memberitahukan secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang diperlukan dan
menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepada nasabah.
Pada aplikasinya bank syariah menggunakan tambahan pelengkap akad
al-wakalah dengan memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut.
Dengan adanya akad al-wakalah maka bank sepenuhnya menyerahkan dana tersebut
kepada nasabah untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah.
Walaupun bank telah menggunakan akad al-wakalah kepada nasabah, namun bank
akan tetap melakukan pengawasan terhadap barangbarang yang dibeli oleh nasabah
agar tidak keluar dari koridor yang ada dalam syariat Islam. Hal ini dilakukan untuk
mencegah nasabah melakukan transaksi yang dilarang, misalnya menggunakan dana
pembiayaan untuk membeli barang-barang yang termasuk barang haram.
Adapun karakteristik pembiayaan warung mikro kepada nasabah dengan
menggunakan akad murabahah al-wakalah, antara lain :
1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan mikro secara murabahah
kepada bank. Jika bank setuju, maka akan diterbitkan offering letter kepada
al-wakalah atas nama bank, maka nasabah harus mengembalikan surat
penawaran tersebut kepada bank.
2. Harga yang ditetapkan oleh pihak penjual (bank syariah) tidak dipengaruhi
oleh frekuensi waktu pembayaran. Jadi, harga yang ada hanyalah satu yaitu
harga yang telah disepakati oleh bank syariah dan nasabah.
3. Keuntungan dalam pembiayaan murabahah al-wakalah berbentuk margin
penjualan yang sudah termasuk harga penjualan. Keuntungan tersebut
sewajarnya dapat dinegosiasikan antara pihak bank dan nasabah.
4. Pembayaran harga barang dapat dilakukan secara angsuran. Jadi, pihak
nasabah berhutang kepada pihak bank , karena belum melunasi kewajiban
membayar harga barang yang ditransaksikan.
5. Dalam pembiayaan murabahah al-wakalah memungkinkan adanya jaminan,
karena sifat dari pembiayaan murabahah al-wakalah merupakan jual beli
yang pembayarannya tidak dilakukan secara tunai. Sehingga bank syariah
memberlakukan prinsip kehati-hatian dengan mengenakan jaminan kepada
nasabah.
Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah
al-wakalah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan
pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut
dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan
hutangnya kepada bank. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau
Didalam akad murabahah al-wakalah, mengenai ketentuan penundaan
pembayaran, nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menuda
penyelesaian hutangnya. Apabila nasabah tidak dapat memenuhi atau menyelesaikan
hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali
jika dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi.
Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana
yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan). Jika
nasabah menunda-menuda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak
tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.85
Jadi, didalam akad bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabah
adalah hubungan kemitraan, artinya adanya transparansi atas kegunaan uang yang
dipakai tersebut.86 Karena itu didalam perbankan syariah, pinjaman tidak disebut
dengan kredit, tapi pembiayaan. Nasabah diwajibkan untuk membayar harga yang
telah disepakati dengan pihak bank, secara mencicil. Kesepakatan harga yang
didalamnya sudah terkandung mark up ini tidak berubah sampai berakhirnya kontrak.
85
Permadi Gandapradja, Dasar-Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank Syariah, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm 62
86
SKEMA 4
MEKANISME PEMBIAYAAN MURABAHAH MELALUI WAKALAH
1. Persyaratan dan Negosiasi
2. Akad Murabahah
3. Menyerahkan Dana dan Memberikan Kuasa
6. Menyerahkan Bukti Pembelian
7. Bayar Sekaligus/ Angsuran
4. Pembelian oleh
Nasabah
5. Penyerahan Barang
Sumber : Konsep Akad Murabahah Al- Wakalah
2. Dasar Hukum Akad Murabahah Al- Wakalah Dalam Hukum Islam Pada
Pembiayaan Warung Mikro di PT.Bank Syariah Mandiri Cabang Medan
Adapun landasan hukum murabahah dari Al-Qur‟an dapat ditemukan antara
lain pada Surat An-Nisa' ayat 29 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
Supplier (Pemasok)
Nasabah Pembiayaan Murabahah Bank Syariah
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
Ayat ini menjelaskan secara tegas bagi semua muslim yang beriman kepada
Tuhannya untuk selalu memperhatikan makanan yang mereka peroleh agar terhindar
dari laknat Allah SWT yaitu jalan yang haram dalam memperoleh makanan tersebut.
Selanjutnya Allah SWT memberikan solusi melalui perniagaan atau jual beli yang
dipraktekkan atas dasar keridhoan di antara kedua belah pihak.
Keridhaan dalam transaksi adalah merupakan prinsip. Oleh karena itu,
transaksi dapat dikatakan sah apabila didasarkan kepada keridhaan kedua belah pihak.
Artinya, tidak sah suatu akad apabila salah satu pihak dalam keadaan terpaksa atau
dipaksa atau juga merasa tertipu. Bisa terjadi pada waktu akad sudah saling meridhai,
tetapi kemudian salah satu pihak merasa tertipu, artinya hilang keridhaannya, maka
akad tersebut bisa batal.
Surat Al-Baqarah ayat 282 :
....ُهوُبُتْكاَف ىًّّمَسُم ٍلَجَأ ىَلِإ ٍنٌَْدِب ْمُتْنٌَاَدَت اَذِإ اوُنَمَآ َنٌِذَّلا اَهٌَُّأ اٌَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah....”
َمَّلَس َو ِهٌَْلَع ُاللَّ ىَّلَص ِاللَّ ُلوُسَر َلاَق َلاَق ُهْنَع َّاللَّ ً ِضَر ٍماَزِح ِنْب ِمٌِكَح ْنَع
َمُهَل َك ِروُب اَنٌََّب َو اَقَدَص ْنِإَف اَقَّرَفَتٌَ ىَّتَح َلاَق ْوَأ اَقَّرَفَتٌَ ْمَل اَم ِراٌَِخْلاِب ِناَعٌَِّبْلا
ا
* اَمِهِعٌَْب ُةَكَرَب ْتَقِحُم اَبَذَك َو اَمَتَك ْنِإ َو اَمِهِعٌَْب ًِف
(
”Dari Hakim bin Hizam berkata ia, bersabda Rasululah saw:” Dua orang yang berjual beli itu berhak memilih selama keduanya belum berpisah”, atau beliau bersabda:” Sehingga keduanya berpisah.” Jika keduanya jujur dan terus-terang, maka keduanya mendapat berkah dalam jual-belinya. Jika keduanya menyembunyikan dan berdusta maka dihapuslah berkah jual-belinya itu.” (HR. Bukhari, Kitab Al-Buyu‟)
Sedangkan landasan hukum berwakalah bersumber dari Al-Qur‟an dapat
ditemukan pada Surat Al-Kahfi ayat 19 ialah87 :
“Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar diantara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berada kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun”
Ayat ke-19 Surat Al-Kahfi ini menggambarkan peristiwa perginya salah
satu anggota ash-habul kahfi untuk bertindak atas nama teman-temannya sebagai
perwakilan dalam melakukan transaksi pembelian makanan. Didalam ayat ini
terdapat hal yang terkait dengan tauhid yaitu tauhid rububiyah dimana hanya Allah
yang memiliki kekuasaan untuk membangkitkan (baatsnahum).
87
Selain itu pada ayat diatas juga terdapat salah satu sifat Allah yaitu aliimun
(Maha Mengetahui) karena hanya Allah yang mengetahui berapa lama mereka
tertidur. Disamping itu secara tersirat terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah sebagai
Dzat yang maha menjaga karena mustahil mereka dapat aman dalam gua tersebut
selama itu jika bukan Allah yang melindungi dan memeliharanya.
Disamping pokok aqidah dalam ayat tersebut juga terdapat tuntutan akhlak
yaitu hendaklah kita memperhatikan (undhur) terhadap jenis makanan yang akan kita
konsumsi karena itu akan berpengaruh terhadap jasmani dan akhlak kita. Makanan
yang buruk akan membawa mafsadat tidak hanya bagi jasmani tapi juga bagi rohani
kita. Makanan yang halal dan baik Insya Allah akan membantu kita berprilaku dan
berakhlak baik (lemah lembut) sebagaimana Allah telah mengingatkan kepada
ash-habul kahfi.
Dalam hal bermuamalah, maka ayat tersebut membicarakan tentang
perwakilan dalam bertransaksi, salah satu dari mereka menjadi wakil untuk membeli
makanan yang baik guna memenuhi kebutuhan mereka atas rasa lapar dan dahaga.
Ada solusi yang diambil dengan jalan al-wakalah yang menetapkan pekerjaan wakil
berupa perginya ia ketempat dimana barang tersebut berada di kota, dikenalkannya
alat pertukaran transaksi yaitu wariq atau uang perak dan ketentuan sighat terhadap
barang (taukil) yang akan diadakan serta bolehnya diadakan non-disclossure
agreement antara wakil dan muwakil.88
88
Surat Yusuf ayat 54-5589 :
.
“Dan Raja berkata, “Bawalah dia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.” Ketika dia (Raja) telah bercakap-cakap dengan dia, dia (Raja) berkata, “ Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya”. Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga dan berpengetahuan.”
Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa diperbolehkan berwakalah, yaitu
merujuk pada posisi wakil sebagai pihak penerima atas sesuatu yang diwakilkan.
Pihak wakil harus menunaikan segala sesuatu yang diamanahkan oleh muwakil tanpa
ada sesuatu yang dikurangi atau ditambahi. Dalam ayat ini juga mengindikasikan dua
sikap mendasar yang harus ada dalam konsep al-wakalah. Sifat tersebut memiliki
kemampuan untuk menjaga, memelihara, dan dapat dipercaya dalam menjalankan
pekerjaan yang diwakilkan. Selain itu juga harus amanah dan memiliki ilmu
pengetahuan.90
Sedangkan landasan hukum berwakalah yang berasal dari Hadist Rasulullah
SAW, antara lain Hadist Al-Malik dalam Al-Muwatha yang meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW pernah mewakilkan kepada Abu Rafi‟ untuk mengganti posisi
89
Ibid, hlm 129 90
beliau dalam menerima perkawinan dengan Maimunah binti Harist. Dengan demikian
praktik al-wakalah mendapat legalitas dari syara’.91
Bank Syariah Mandiri cabang Medan dalam memberikan pembiayaan
warung mikro kepada nasabah juga sesuai dengan landasan hukum akad murabahah
al-wakalah yang ada di Bank Syariah Mandiri dan terdiri dari beberapa landasan
ketentuan peraturan lainnya, yaitu92 :
1. Undang- Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 perihal Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah.
2. Peraturan Bank Indonesia No.13/ 23/ PBI/ 2011 tanggal 02 November 2011
perihal Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah.
3. Fatwa DSN No.04/DSN- MUI/ IV/ 2000 perihal Pembiayaan Murabahah.
4. Fatwa DSN No.10 /DSN- MUI/ IV/ 2000 perihal Al-Wakalah.
5. Anggaran Dasar PT. Bank Syariah Mandiri No.23 tanggal 8 September 1999
beserta perubahannya.
6. Kebijakan Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri beserta perubahannya.
7. Petunjuk Pelaksanaan Pembiayaan Mikro SE No.6/ 006/ PEM.
8. Surat Edaran Pembiayaan Mikro No.11/ 009/ PEM perihal Pembiayaan
Melalui Warung Mikro.
91
Ibid, hlm 132 92
9. Surat Edaran Pembiayaan No.12/ 016/ PEM perihal Jaminan Alternatif
Pembiayaan Warung Mikro.
10.Surat Edaran No.6/ 002/ INF perihal Penerapan Manajemen Resiko
3. Alasan Penerapan Akad Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan
Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri
Secara umum, PT. Bank Syariah Mandiri dalam menyalurkan pembiayaan
warung mikro kepada masyarakat menerapkan keharusan untuk menggunakan 2 jenis
akad yaitu akad murabahah dan akad al-wakalah.93
a. Alasan menggunakan akad murabahah
1) Secara tekhnis perbankan, murabahah merupakan akad penjualan benda
oleh bank dengan harga yang teolah disepakati, yang pembayarannya
dilakukan secara tangguh (berhutang). Dengan demikian, nasabah
berkewajiban membayar harga benda yang dibeli sampai dengan
pelunasannya, sebagaimana kewajiban membayar hutang.
2) Produk murabahah ini merupakan produk pembiayaan di mana pihak
bank dapat sebagai mediasi antara pihak yang berkepentingan, yaitu
nasabah dan developer atau pemasok, maksudnya dalam hal ini adalah
apabila nasabah menginginkan memiliki atau membeli sesuatu barang dari
developer sementara nasabah belum memiliki dana yang cukup untuk
dapat membelinya, maka bank dalam hal ini memberikan bantuan berupa
pembiayaan dengan cara membeli barang yang diinginkan oleh nasabah
terlebih dahulu dari developer, kemudian pihak bank menjual kembali
93
barang tersebut kepada nasabah dengan harga sesuai dengan pembelian
pihak bank dari pihak developer dengan metode angsuran dan ditambah
keuntungan bagi pihak bank yang telah disepakati antara pihak bank dan
pihak nasabah.
3) Dalam kondisi keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan, dimana
kegiatan bisnis banyak mengalami kesulitan seperti pada saat krisis
ekonomi, maka dengan transaksi murabahah bank tidak turut memikul
resiko akibat kerugian usaha nasabah. Nasabah tetap berkewajiban
membayar hutangnya baik dalam keadaan untung ataupun dalam keadaan
rugi.
4) Pembiayaan murabahah memungkinkan adanya dhomman (jaminan),
karena sifat dari pembiayaan murabahah merupakan jual beli yang
pembayarannya tidak dilakukan secara tunai, maka tanggungan
pembayaran tersebut merupakan hutang yang harus dibayar oleh nasabah.
Bank syariah memberlakukan prinsip kehati-hatian dengan mengenakan
dhomman pada nasabah.
5) Kesepakatan (akad) dalam pembiayaan murabahah ketika telah terjadi,
maka besarnya harga sudah tidak dapat berubah lagi, namun untuk
menghindari terjadinya wanprestasi yang dilakukan pihak nasabah yaitu
tidak membayar ataupun terlambat mengangsur pembiayaan murabahah
maka dalam perjanjian tersebut telah disetujui sebuah klausul tentang
pembayaran denda yang harus dibayar oleh nasabah. Denda yang diterima
syariah karena denda yang diperoleh tersebut digunakan sebagai dana
sosial yang salah satunya disalurkan melalui Qard al-Hasan.
6) Apabila nasabah mempercepat kewajiban pembayarannya satu atau lebih
sebelum jatuh tempo, maka bank diperbolehkan mengurangi bagian
keuntungannya. Perhitungan sisa hutang mengikuti ketentuan bank yang
berlaku.
7) Peran bank selaku penjual (ba’i) dalam pembiayaan murabahah lebih
tepat digambarkan sebagai pembiayaan dan bukan penjual barang, karena
bank tidak memegang barang, tidak pula mengambil risiko atas barang.
Pihak bank hanya memberikan sejumlah uang yang dikreditkan
kerekening nasabah sesuai dengan plafond yang diminta nasabah dan
proses pengikatan akad tersebut dilakukan oleh pihak bank dan pihak
calon nasabah dimana diawal kesepakatan akad pihak bank telah
memberitahukan harga jual yaitu plafond yang diminta oleh nasabah dan
harga beli yang merupakan keuntungan (margin) untuk pihak bank.
8) Dengan transaksi murabahah, maka proses, analisis dan administrasinya
sederhana.
9) Poin-poin isi akad murabahah :
1. Keterangan tentang data para pihak yaitu pihak bank dan pihak
nasabah.
2. Besarnya pembiayaan yaitu mencakup harga pokok, margin bank,
harga jual, besarnya angsuran perbulan, denda dan penggunaan
3. Penarikan pembiayaan dan nasabah berkewajiban menyerahkan
“Surat Sanggup” untuk membayar kepada bank.
4. Jangka waktu, cara pembayaran dan tempat pembayaran.
5. Biaya-biaya asuransi, administrasi, biaya notaris.
6. Pengakuan dan jaminan
7. Cedera janji dan pembatasan terhadap tindakan nasabah.
8. Risiko, pengawasan, dan penyelesaian perselisihan.
b. Alasan menggunakan akad al-wakalah
Beberapa alasan keutamaan penggunaan akad al-wakalah sebagai pelengkap
dalam pembiayaan murabahah pada pembiayaan warung mikro di PT. Bank Syariah
Mandiri :
1) Dalam akad al-wakalah terdapat prinsip ta’awun, artinya tolong menolong di
antara sesama manusia. Setiap manusia membutuhkan bantuan orang lain.
2) Terdapat prinsip amanah, artinya pihak nasabah debitur (wakil) harus
menunaikan segala sesuatu yang diamanahkan oleh pihak bank (muwakil),
dalam hal ini bahwa dana yang diberikan kepada pihak nasabah debitur
(wakil) tersebut benar benar digunakan untuk pengadaan barang yang sesuai
dengan yang diperjanjikan.
3) Timbulnya saling percaya mempercayai diantara bank dengan nasabah.
Memberikan kuasa pada orang lain merupakan bukti adanya kepercayaan
pada pihak lain.
4) Proses pembiayaan murabahah menjadi lebih praktis, karena mempermudah
tanpa harus mencari supplier penyedia barang yang sesuai dengan yang
diinginkan nasabah, ataupun mencari pihak ketiga lain yang dapat dijadikan
agen untuk membeli barang tersebut.
5) Hemat waktu, pencarian dan pembelian barang yang dijadikan objek
pembiayaan oleh bank akan memakan waktu yang cukup lama, belum lagi
apabila pihak bank kekurangan orang untuk melakukan pekerjaan tersebut
sehingga harus mencari agen yang bersedia membelikan barang tersebut.
Sedangkan apabila bank memberikan kuasanya langsung kepada nasabah
untuk membeli barang mewakili dirinya, pencarian dan pembelian akan
barang yang dimaksud oleh nasabah akan memakai waktu yang lebih sedikit
dikarenakan nasabah merupakan orang yang berkepentingan sendiri atas
barang tersebut.
6) Nasabah akan langsung mengetahui fisik barang yang menjadi objek
pembiayaan sehingga tidak lagi terdapat keraguan atas barang yang menjadi
objek pembiayaan dan bank tidak akan mendapat keluhan tentang cacatnya
barang karena nasabah yang membeli sendiri barang tersebut.
7) Poin-poin isi akad al-wakalah :
1. Keterangan tentang data para pihak yaitu pihak bank dan pihak
nasabah.
2. Pihak nasabah melakukan tindakan untuk pembelian barang sesuai
dengan tujuan pembiayaan.
3. Pihak bank (muwakil) memberikan dana pembelian barang kepada
4. Dengan diterimanya dana, maka nasabah (wakil) akan
menandatangani Tanda Bukti Penerimaan Uang Tunai sebagai
bukti telah diterimanya dana oleh nasabah (wakil) dari pihak bank
(muwakil).
5. Nasabah (wakil) menerima faktur/ invoice, kwitansi, atau tanda
pembayaran lain dari Supplier/ Pemasok sebagai bukti telah
dilakukannya pembelian barang untuk kemudian diserahkan
kepada bank (muwakil).
6. Penyerahan barang dimaksud dilakukan oleh Supplier/ Pemasok
langsung kepada nasabah (wakil) dengan persetujuan bank
(muwakil).
7. Bank (muwakil) tidak bertanggung jawab atas keadaan/ kondisi
barang yang telah diterima oleh nasabah (wakil) dari Supplier/
Pemasok.
Management PT. Bank Syariah Mandiri menggariskan dalam Standart
Prosedur Operasional Bisnis PT. Bank Syariah Mandiri, SPOB/ PEM/ WMK/ 1,
bahwa pelaksanaan pembiayaan murabahah al-wakalah dalam pembiayaan warung
mikro dilakukan secara94 :
1) Marketable, artinya menarik. Menarik dalam hal ini, bagaimana pihak Bank
Syariah Mandiri dalam memasarkan dan menawarkan pembiayaan
murabahah al-wakalah ke masyarakat luas dapat menarik simpatik sehingga
94
pihak calon nasabah tertarik untuk mengajukan pembiayaan warung mikro
sesuai dengan kebutuhannya.
2) Kompetitif, artinya keunggulan yang dimiliki pihak Bank Syariah Mandiri
dalam memasarkan produk pembiayaan warung mikro dengan memanfaatkan
pelayanan yang berfokus pada masyarakat luas sesuai dengan nilai unggul
Bank Syariah Mandiri dapat berkompetisi dengan bank lainnya.
3) Mudah, artinya dalam mengajukan pembiayaan murabahah al-wakalah, pihak
nasabah dapat dengan mudah mengajukan berkas proses pembiayaan.
4) Efektif, artinya pihak bank dan pihak nasabah dapat menjadi partneryang baik
dalam proses pembiayaan murabahah al-wakalah karena pelaksanaannya
berdasarkan tahapan proses yang telah ditentukan.
5) Efisien, artinya biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pembiayaan
murabahah al-wakalah ini sesuai dengan plafond pinjaman yang diajukan