• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Ekonomi Mikro sektor Perikanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengantar Ekonomi Mikro sektor Perikanan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebelum tahun 1980an, perikanan ialah termasuk salah satu cabang dari sistem agro-kompleks. Pertanian secara luas (agro-kompleks) terdiri dari cabang: tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Dari semua cabang tersebut, berkembang ranting-ranting pendukung, seperti: tanah, kedokteran hewan, teknologi hasil pertanian, mekanisasi pertanian, sosial ekonomi pertanian dan ilmu gizi pertanian.

Masih banyak yang belum mengerti tentang pengertian ikan, banyak menyatakan ikan hanyalah ikan yang dimakan. Sedangkan menurut beberapa undang-undang ikan bukanlah demikian. kenyataannya banyak mahasiswa, masyarakat termasuk pengawas perikanan yang kami tanya mengenai pengertian ikan hanya menjawap ikan adalah mahluk hidup yang hidup dalam air dan bersirip. Jawaban itu benar hanya saja baru sebagian dari jenis ikan. Berdasarkan peraturan perundangan berlaku dan berkaitan kepastian hukum apabila terjadi kasus pidana mengenai pengertian ikan maka siapa yang harus menangani, apa penyidik pegawai negeri sipil perikanan atau penyidik pegawai negeri kehutanan atau yang lainnya.

Contoh kasus yang terjadi penangkapan penyu yang dilindungi tanpa izin, kasus ini siapa yang harus menangani ? Disatu pihak hewan yang dilindungin oleh PPNS Kehutanan disatu pihak penyu termasuk ikan makan PPNS Perikanan yang menangani. Pertanyaan demi pertanyaan kami lontarkan apakah penyu, buaya, kodok atau ular laut adalah termasuk jenis ikan, pasti banyak yang menjawab bukan. Maka dibawah ini beberapa penjelasan tentang ikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perikanan menurut para ahli? 2. Bagaimana Sumberdaya Ikan?

3. Sebutkan dampak Perikanan?

4. Bagaimana usaha untuk meningkatkan pendapatan di sektor perikanan? 1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian perikanan menurut para ahli 2. Untuk memahami Sumberdaya Ikan

3. Untuk mengetahui dampak yang ada di perikanan

(2)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Perikanan

Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan perikanan itu ? banyak sekali pendapat dari berbagai ahli mengenai perikanan.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), KUBI mengartikan perikanan adalah perihal yang menyangkut urusan (penangkapan, pemeliharaan) ikan. (KUBI;1983;778) Sedangkan dalam bahasa Inggris perikanan (fishery) diartikan dengan ; (1) part of the sea where fish are cought commercially: offshore fisheris, ie at some distance from the coast; (2) business or industry of fhising. (As.Hornby;1989;460) Mencermati pengertian tersebut mungkin dapat kita lihat intinya bertumpu pada ikan.

Dalam undang-undang (UU) No.9 Tahun 1985 pasal 1 huruf disebutkan: “Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan”. Bahkan Undang undang RI nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas undang undang nomor 31 tahun 2004 menyatakan bahwa:

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Tidak ada yang salah memang dengan pengertian terhadap perikanan seperti yang kita kemukakan di atas, setidaknya dalam wacana pengertian perikanan yang umum. Namun jika kita simpulkan maka Perikanan dapat semua kegiatan yang berkaitan dengan ikan, termasuk memproduksi ikan, baik melalui penangkapan maupun budidaya dan atau mengolahnya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan pangan sumber protein dan non pangan.

2.2 Sumberdaya Ikan

A. Sumberdaya Ikan adalah Potensi semua jenis Ikan

Negara kita ini sangat kaya dalam hal potensi ikan. Berdasarkan perkiraan secara keseluruhan potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia berjumlah 6,6 juta ton/tahun, terdiri dari 4,5 juta ton di perairan Indonesia dan 2,1 juta ton di perairan ZEE. Perkiraan potensi tersebut berasal dari beberapa jenis ikan laut, yaitu ikan pelagis kecil 3,5 ton, ika perairan karang 0,048 juta ton per tahun. Perairan laut Indonesia memiliki banyak sekali jenis ikan (sekitar 3.000 jenis).

(3)

1. Ikan pelagis kecil terdiri dari jenis ikan antara lain ikan layang, ikan kembung, ikan selar, sardin dll.

2. Ikan pelagis besar terdiri dari jenis ikan antara lain ikan tongkol, ikan tuna, cakalang dll.

3. Ikan demersal terdiri dari jenis ikan antara lain ikan kakap merah, bawal, kerapu, manyung, peperek, dll

B. Ikan

Ikan adalah segala jenis organisme yang yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. (undang undang nomor 31 tahun 2004 pasal 7 ayat 5)

Ikan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati perairan, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntungkan sebagai makanan bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makan atau minuman (Direktorat Standardisasi dan Akreditasi Ditjen P2HP, 2010)

Jenis-jenis ikan

1. Pisces (Ikan bersirip)

Hewan bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin, yang hidup di air dan bernafas dengan insang.

2. Crustacea (Udang, Rajungan, kepiting dan sebangsanya)

Hewan yang tidak bertulang belakang (avertebrata) dan berbuku-buku (arthropoda)

3. Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya)

Hewan bertubuh lemak dan biasanya memiliki pelindung tubuh yang berbentuk cangkang yang terbuat dari zat kapur yang berguna untuk melindungi diri.

4. Coelenterata (Ubr-ubur, karang dan sebangsanya) Jenis hewan yang bersel banyak dan memiliki tentakel. 5. Echinodermata (Tripang, bulu babi dan sebangsanya) 6. Amphibia (kodok dan sebangsanya)

7. Reptilia (buaya, penyu kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya) Hewan vertebrat berdarah dingin yang memiliki sisik.

8. Mamalia ( paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsana) 9. Algae (rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidup di laut).

C. Lingkungan Sumber Daya Ikan

(4)

D. Penangkapan Ikan

Kegiatan ini adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan / atau mengawetkannya. Kegiatan usaha penangkapan terhadap jenis-jenis sumberdaya perikanan antara lain :

1. Udang laut yang termasuk sumberdaya demersal ditangkap dengan alat penangkap pukat udang, jatilap (jaring trammel) jaring insang dasar serta dogo/cantang

2. Ikan tuna cakalang dan cucut ditangkap dengan alat tangkap dengan alat penangkap seperti rawai tuna, rawai tegak lurus, pancing tonda, huhate, pukat cincin ukuran besar, jaring insang, serta rawai cucut.

3. Ikan pelagis kecil misalnya lemuru, tembang, japuh, kembung dll. Diusahakan alat penangkap seperti pukat cincin, payang, bagan, pukat tepi, jaring insang, jaring lingkar dan pakaya.

4. Untuk Ikan demersal lainnya yaitu Petek, kakap, kerapu, ikan sebelah dll. Dapat ditangkap dengan dogol, jogol, cantrang, jaring insang dasar, rawai dasar bubu dasar, pukat tepi, serta pancing tangan (hand line)

 Jumlah produksi perikanan tangkapan yang diperbolehkan maksimum 5,2 juta ton per tahun.

Food Agriculture Organization (FAO, sebuah lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa yang menangani masalah pangan dan pertanian dunia), pada tahun 1995 mengeluarkan suatu tata cara bagi kegiatan penangkapan ikan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Resposible Fisheries- CCRF). Dalam CCRF ini, FAO menetapkan serangkaian kriteria bagi teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan. Sembilan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi. Artinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapat menangkap ikan/organisme lain yang menjadi sasaran penangkapan saja.

2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan berkembang biak ikan dan organisme lainnya.

3. Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan) Keselamatan manusia menjadi syarat penangkapan ikan, karena bagaimana pun, manusia merupakan bagian yang penting bagi keberlangsungan perikanan yang produktif.

4. Menghasilkan ikan yang bermutu baik. Jumlah ikan yang banyak tidak berarti bila ikan-ikan tersebut dalam kondisi buruk. Dalam menentukan tingkat kualitas ikan digunakan kondisi hasil tangkapan secara morfologis (bentuknya).

(5)

(lihat butir 1), dapat menangkap ikan/organisme yang bukan sasaran penangkapan (non-target). Dengan alat yang tidak selektif, hasil tangkapan yang terbuang akan meningkat, karena banyaknya jenis non-target yang turut tertangkap. Hasil tangkapan non target, ada yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak.

6. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity). Alat tangkap dan operasinya tersebut tidak menyebabkan kematian semua mahluk hidup dan merusak habitat.

7. Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah. 8. Diterima secara sosial. (menguntungkan secara ekonomi, tidak bertentangan

dengan budaya setempat, tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. E. Pengelolaan Perikanan

Pengelolaan sumberdaya ikan merupakan suatu aspek yang sangan menonjol dalam hal perikanan ini karena sangat dibutuhkan kemampuan yang tinggi dalam pengelolaan agar dapat meningkatkan hasil pendapatan disektor perikanan ini.

Kata pengelolaan ini diambil dari kata ‘manajemen’. Yang mana kita tahu bahwa unsur dasar manajemen adalah P.O.A.C (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) unsur inipun ada dalam manajemen perikanan (Fisheries Management).

Pengertiannya adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.

Sementara Widodo dan Nurhakim (2002) mengemukakan bahwa secara umum, tujuan utama pengelolaan sumberdaya ikan adalah untuk :

1. Menjaga kelestarian produksi, terutama melalui berbagai regulasi serta tindakan perbaikan (enhancement).

2. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social para nelayan serta 3. Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi tersebut.

F. Pembudidayaan Ikan

(6)

pembudidayaan perairan (akuakultur). Yang dimaksud budidaya adalah kegiatan pemeliharaan untuk:

 Memperbanyak (reproduksi)  Menumbuhkan (growth)

 Meningkatkan mutu biota akuatik sehingga memperoleh keuntungan.

Tujuan usaha budidaya

 Meningkatkan jumlah pangan

Kita bisa meningkatkan jumlah pangan yang sangat berguna bagi kita dari hasil budidaya tersebut.

 Mengimbangi penurunan persediaan ikan secara alami

Dengan budidaya kita tidak hanya memperoleh hasil dari panen kita, tapi kita juga membiakkan ikan tersebut, jadi akan terjadinya siklus.

 Mencukupi kebutuhan protein hewani

Protein merupakan salah satu sumber gizi yang penting bagi tubuh manusia, protein berperan sangat penting selain untuk menunjang keberadaan setiap sel tubuh juga sebagai proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa sedikitnya wajib mengkonsumsi 1 gr protein per kg sesuai berat tubuhnya.

 Meningkatkan produk lain, seperti: mutiara, rumputlaut, dll G. Konservasi Sumberdaya Ikan

Kegiatan konservasi sumberdaya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan.

Dari pengertian ini jelas bahwa tujuan utama dari konservasi sumberdaya ikan adalah upaya melindungi melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya ikan untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan jenis ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

(7)

Sejak kehadiran KKP tampak sejumlah kemajuan. Produksi perikanan, yang pada tahun 1999 baru 3,5 juta ton (peringkat ketujuh dunia), tahun 2010 mencapai 10,5 juta ton dan Indonesia menjadi produsen perikanan terbesar ketiga setelah China (55 juta ton) dan India (14 juta ton).

Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Sampai sekarang mayoritas nelayan, terutama nelayan buruh, masih hidup dalam kubangan kemiskinan. Bahkan ironisnya, stok ikan di beberapa wilayah perairan laut seperti Selat Malaka, Laut Jawa, pesisir selatan Sulawesi, Selat Bali, dan Arafura telah mengalami tangkap jenuh (fully-exploi-ted) atau kelebihan tangkap (overfishing). Jadi marilah kita menjaga dan melestarikan sumber daya laut kita ini bersama-sama, untuk anak cucu kita nanti.

2.3 Dampak Perikanan

Semakin pesatnya perkembangan zaman maka permintaan akan sektor perikanan semakin bertambah, terutama dalam bidang kuliner, buah tangan dan masih banyak yang lain. diNamun dari sisi lain kita dapat melihat bahwa dibalik meruahnya sektor perikanan dalam memenuhi kebutuhan manusia pasti terdapat dampak, nah dampak ini sudah mutlak di bagi menjadi 2 yaitu, dampak positif dan negatif. Dari dampak yang akan kita ketahui mari kita korek sedikit dampak dari berdirinya sektor perikanan swasta yang terdapat di daerah kabupaten Samosir. Adanya sektor ini dikarenakan upaya pemerintah daerah kabupaten samosir yang semakin gencar untuk mengembangkan sektor perikanan perorangan atau kelompok tani.

a) Dampak Positif

Dengan perkembangan sektor perikanan maka akan berakibat pada perkembangan daya pikir dan daya saing masyakat sehingga mengurangi angka kemiskinan, apalagi ditambah adanya perusahaan swasta di bidang perikanan yang menanam modal di kabupaten samosir sangat membantu di bidang perekonomian masyarakat samosir dan juga membantu mengurangi pengangguran akibat dari pembukaan lapangan kerja tersebut, apalagi perusahaan tersebut tidak mengutamakan pendidikan untuk bidang produksi.

b) Dampak Negatif

(8)

Pernah suatu ketika ketika ada program pemerintah tentang “do green” ada aparat pemerintah yang meninjau langsung ke lokasi perikanan swasta terbut serta menanyai masyarakat disekitar tentang dampak air yang di timbulkan perusahaan tersebut, namun masyarakat menutup-nutupi keadaan dilapangan agar tentunya perusahaan tersebut tetap beroperasi karena sebagian besar masyarakat yang dekat dengan perusahaan tersebut bergantung terhadap perusahaan tersbut. dulu kalau kita mandi berlama-lama di air danau toba tentu tidak ada efek yang timbul namun kalau sekarang apabila kita mandi hanya satu atau dua jam saja maka kita akan terkena gatal-gatal. hendaknya pemerintah mengambil langkah-langkah baru untuk mengantisipasi ketrgantungan pendapatan masyarakat samosir khususnya di sekitar perusahaan swasta tersebut agar masyarakat merelakan pencabutan ijin perusahaan tersebut dengan mengembangkan sektor pertanian atau perikanan berbasis kelompok tani.

2.4 Usaha untuk meningkatkan pendapatan di sektor perikanan

Dalam pembahasan peningkatan pendapatan sektor perikanan ini, saya akan mengambil sample untuk pembahasan adalah perikanan di provinsi Jawa Tengah dimana banyak daerah di Jawa Tengah memilki perairan yang potensial bagi usaha perikanan, terutama perikanan tangkap di sepanjang pantaai utara dan selatan Jawa Tengah, sumberdaya ikan yang terdapt di perairan Jawa Tengah dengan sebaran 72.000 km2 pada Laut Jawa di sebelah utara Jawa Tengah 589.000 km2 pada Samudra Hindia di sebelah selatan Jawa Tengah dengan memiliki spesies ikan dalam berbagai jenis maupun potensi yang lain seperti hutan mangrove. Selain potensi perikanan laut, potensi perairan umum Jawa Tengah yang berbasis di darat dan merupakan daerah penangkapan ikan air tawar, mencapai 44.328,46 hektar, yang dihasilkan dari waduk, rawa, danau, dan sungai. Pesisir utara Jawa Tengah dengan garis pantainya ± 453,9 km yang membentang dari Kabupaten Brebes di sebe;ah barat hingga Kabupaten Rembang di timur merupakan daerah potensial bagi pengembangan tambak, karena pantai yang landai dan sungai yang bermuara di wilayah pantai utara, merupakan aset bagi pembangunan Jawa Tengah, maka pembangunan sektor perikanan menjadi harapan untuk meningkatkan kesejahteraan petani ikan dan nelayan.

(9)

nantinya mempunyai peran yang sangat besar pada perekonomian Jawa Tengah, pada struktur perekonomian sektor perikanan belum mampu untuk mengangkat hajat hidup sebagaian besar nelayan dan petani ikan apalagi perekonomian secara keseluruhan. Sektor perikanan dalam perekonomian Jawa Tengah, selain mempunyai peran dalam peningkatan gizi murah, juga kontribusinya yang terus meningkat dalam menyumbang peningkatan PDRB, hal ini tidak lepas dari dukungak sumberdaya alam yang ada. Potensi perikanan yang terdapat di Jawa Tengah menjadi catatan sendiri dalam upaya untuk meningkatkan upaya yang lebih besat terhadap perekonomian Jawa Tengah. Selain hal tersebut, sumberdaya manusia yang bergerak di sektor perikanan mempunyai prospek untuk dikembangkan.

Secara geografis wilayah utara dan selatan Jawa Tengah, mempunyai perbedaan tipologi yang memoengaruhi budaya dan perilaku nelayan dalam memanfaatka sumberdaya perikanan dan tercermin pada penggunaan alat tangkap dan perahu untuk menangkap ikan. Sektor perikanan diharapkan menjadi salah satu tumpuan bago pengembangan perekonomian Jawa Tengah, terutama dalam: penyediaan tenaga kerja, dan menggerakkan sektor lainnya semakin tidak terelakkan.

Sedikit contoh mengenai Padang Lamun yang ada di Indonesia. Di alam padang lamun membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak dikenal baik pada kalangan akdemisi maupun masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi ekologisnya.

Selain itu, padang lamun diketahui mendukung berbagai jaringan rantai makanan, baik yang didasari oleh rantai herbivor maupun detrivor. Nilai ekonomis biota yang berasosiasi dengan lamun diketahui sangat tinggi. Ekosistem padang lamun memiliki nilai pelestarian fungsi ekosistem serta manfaat lainnya di masa mendatang sesuai dengan perkembangan teknologi, yaitu produk obat-obatan dan budidaya laut. Beberapa negara telah memanfaatkan lamun untuk pupuk, bahan kasur, makanan, stabilisator pantai, penyaring limbah, bahan untuk pabrik kertas, bahan kimia, dan sebagainya.

(10)

lamun dan perikanan udang lepas pantai sudah dikenal luas di perairan tropika Australia (Coles et al., 1993).

Disadari bahwa padang lamun memberikan banyak manfaat bagi manusia. Dengan demikian, mempertahankan areal-areal padang lamun, termasuk tumbuhan dan hewannya, sangat penting untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Namun, akhir- akhir ini, tekanan penduduk semakin meningkat akan sumberdaya laut menjadi faktor utama dalam perubahan lingkungan ekosistem di laut. Yang menjadi kelemahan adalah bahwa selama ini banyak masyarakat yang menganggap bahwa areal pesisir mutlak merupakan milik umum yang sangat luas yang dapat mengakomodasi segala bentuk kepentingan termasuk kegiatan yang berbahaya sekalipun. Ini suatu kelemahan cara berpikir dan pengetahuan yang dapat mengancam keberlangsungan sumber daya pesisir dan laut salah satunya adalah ekosistem padang lamun. Meskipun telah banyak produk hokum yang jelas–jelas mengatur bahwa tidak ada satu orang ataupun kelompok yang dapat semena-mena memanfaatkan dan mengelola kawasan pesisir ini, tetapi penegakkannya melalui pengenaan sanksi yang tegas dan transparan belum berjalan sebagaimana mestinya.

Meskipun beberapa areal ekosistem pesisir termasuk areal padang lamun di Indonesia telah dimasukan ke dalam suatu kawasan lindung, namun pada kenyataan di lapangan menunjukkan banyak diantaranya yang masih mendapat tekanan yang cukup berarti. Sebagai upaya pemecahan, kini pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan instansi terkait lainnya berusaha mengembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak, yaitu Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu atau Integrated Coastal Management (ICM).

Pengeloaan pesisir secara terpadu memerlukan justifikasi yang bersifat komprehensip dari subsistem-subsistem yang terlibat di dalamnya. misalnya implikasi terhadap lingkungan, ekologi, ekonomi dan sosial budaya dalam perspektif mikro maupun makro. Pembangunan hendaknya mempertimbangkan keterpaduan antar unsur ekologi, ekonomi dan sosial.

Pada lingkunag pesisir, memiliki kendala khusus dalam melihat implikasi dari suatu strategi pengelolaan, hal ini disebabkan karena adanya bermacam-macam aktivitas dan kelompok masyarakat sebagai pengguna, seperti rencana pengelolaan yang dibuat oleh pemerintah sering tidak dapat mencakup semua kepentingan masayarakat dan sebaliknya masyarakat menganggap sumber alam sebagai open acces resources (Raharjo, 1996).

(11)

Dengan demikian, upaya konservasi dan pelestarian serta pengunaan sumber daya ekosistem lamun yang berkelanjutan memerlukan pengelolaaan secara terpadu memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumber daya alam jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive assesment), merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara kontinyu dan dinamis dangan mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi budaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah area pesisir (stakeholder) serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada. Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keperpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya alam diberikan porsi yang lebih besar.

Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat sebagai komponen utama penggerak pelestarian areal padang lamun. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya alam persisir (Bengen, 2001).

(12)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Jadi yang dapat kami simpulkan bahwa sektor perikanan menjadi salah satu sektor andalan dalam pemulihan ekonomi karena beberapa alasan antara lain:

 Sumberdaya perikanan, baik ikan, sumberdaya perairan, dan lahan tambak masih cukup melimpahdan belum ada yang memanfaatkannya secara optimal

 Produk Domestik Bruto (PDB) sub sektor perikanan, walaupun masih relatif kecil kontribusinya, akan tetapi menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dan bahkan peningkatanya tertinggi dibandingkan dengan sektor lain

 Permintaan ikan dari berbagai penjuru dunia dari tahun menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkatkan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingginya tingkat pendidikan, sedangkan kemampuan pasok dari negara negara penghasil ikan dunia semakin berkurang, karena terbatasnya sumberdaya yang dimilikinya

 Pola hidup masyarakat dunia pada saat ini dicirikan dengan semakin selektifnya makanan yang disajikan dengan memenuhi kriteria gizi yang tinggi, mudah disajikan, dan menjangkau masyarakat

 Jumlah penduduk indonesia yang semakin meningkat dan mencapai lebih dari 200 juta jiwa merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk perikanan.

3.2 Saran

(13)

3.3 Daftar Pustaka

1. Konsep umum Perikanan

(diakses pada tanggal 24 Desember 2014 pukul 12:00)

http://u1blackholes.blogspot.com/2012/10/konsep-umum-perikanan.html

2. Dampak berdirinya sektor perikanan swasta di daerah kabupaten Samosir (diakses pada tanggal 25 Desember 2014 pukul 09:00)

http://eris-sinaga.blogspot.com/2012/12/dampak-positif-dan-negatif-kedadiran.html

3. Pemberdayaan ragam hayati laut bidang Kelautan dan Perikanan (diakses pada tanggal 31 Desember 2014 pukul10:30)

Azkab, M.H.1988. Pertumbuhan dan produksi lamun, Enhalus acoroides di rataan terumbu di Pari Pulau Seribu.Dalam: P3O-LIPI, Teluk Jakarta: Biologi,Budidaya, Oseanografi,Geologi dan Perairan. Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.

Azkab,M.H.1999. Kecepatan tumbuh dan produksi lamun dari Teluk Kuta, Lombok.Dalam:P3O-LIPI, Dinamika komunitas biologis pada ekosistem lamun di Pulau Lombok, Balitbang Biologi Laut, PustlibangBiologi Laut-LIPI, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan ini memiliki tujuan untuk memberikan informasi mengenai seni tradisional Bantengan yang ada di kota Batu kepada masyarakat dengan jangkauan yang lebih

DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN KABUPATEN WONOSOBO TAHUN ANGGARAN

Untuk mengatasi persaingan tersebut, Bank BNI Syari’ah cabang Semarang menerapkan beberapa promosi dalam setiap pemasaran layanan jasa untuk merebut pasar sasarannya

Saat ini belum diketahui secara jelas sejauh mana pengaruh salinitasnya terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup sebagai indikator biologis adaptasi dalam proses

Data kelulusan mahasiswa tersebut diolah menggunakan metode data mining sehingga diperoleh satu metode yang paling akurat dan dapat digunakan sebagai rules dalam

d. Kementerian BUMN melalui HIMBARA memberikan kredit pada masyarakat maupun dunia usaha. • Estimasi pendapatan: Rp 750 Miliar. • Jika bisa panen 2 kali dalam setahun dengan adanya

Gagasan yang ingin diwujudkan dalam Desain Kompleks Studio Photography Etnik Kalimantan Timur Di Samarinda ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para masyarakat

Dari tabel di atas terlihat bahwa masyarakat kota Banjarmasin sudah dapat disebut sebagai masyarakat yang majemuk karena dari berbagai keberagaman yang ada seperti