• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BELANJA PENDIDIKAN BELANJA KESE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH BELANJA PENDIDIKAN BELANJA KESE"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BELANJA PENDIDIKAN, BELANJA KESEHATAN DAN BELANJA INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI

KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH 2010-2015 BENY ISMAIL ANHAR

Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, FEB, Universitas Airlangga Kampus B Unair, Jln. Airlangga No.4 Surabaya – Indonesia

E-mail: beny.ismail@gmail.com

Di bawah Bimbingan Dr. Achmad Solihin, S.E., M.Si.

PENDAHULUAN

Negara berkembang seperti negara Indonesia, merupakan negara dengan potensi sumber daya yang besar. Keberagaman dan melimpahnya sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi salah satu sasaran kebijakan ekonomi suatu negara dalam terwujudnya stabilitas ekonomi dan pemerataan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perekonomian maka semakin tinggi pula suatu negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakanya, sehingga akan mewujudkan kesejahteraan di masyarakat.

(2)

Sumber : Badan Pusat Statistik, Seri 2010 (data diolah)

Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sumatera dalam Persen Tahun 2010-2015

Selain itu, Fungsi pemerintah menurut Dumairy (1996) adalah alokatif, distributif, stabilitatif dan dinamissatif pemerintah harus dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Pemerintah akan melakukan pengeluaran belanja pembangunan sebagai langkah untuk menjalankan fungsi-fungsinya tersebut. Belanja pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Tujuan dari pembangunan salah satunya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas akan mampu memberikan kontribusi dalam kemajuan teknologi yang lebih mutakhir sehingga dapat meningkatkan efsiensi produksi.

(3)

mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006).

Perbaikan kualitas modal manusia tergantung pada tersedianya infrastruktur untuk menunjang investasi pada sumber daya manusia. Perumahan dan transportasi merupakan barang publik yang dapat disediakan pemerintah dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ketersediaan perumahan yang layak akan membuat kualitas hidup masyarakat menjadi lebih baik karena dengan rumah yang layak dapat mendukung kesehatan dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas sumber daya manusia.

Efek pembangunan pada ketiga sektor tersebut tidak dapat berdampak langsung melainkan membutuhkan beberapa periode untuk dapat merasakan dampaknya. Pengeluaran pemerintah merupakan suatu jenis kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah sebagai salah satu langkah untuk menyejahterakan masyarakatnya dan menuju pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah terhadap sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah yang memacu kesejahteraan masyarakat dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun pada pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Aceh mengalami penurunan selama periode penelitian yaitu tahun 2010-2015 sedangkan pertumbuhan anggaran belanja anggaran pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur semakin meningkat setiap tahun, sehingga penelitian diperlukan untuk menganalisa pengaruh belanja anggaran sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2015.

LANDASAN TEORI

Definisi Pertumbuhan Ekonomi

(4)

Model yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave (Todaro,2006) mengemukakan hubungan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap-tahap awal, tahap-tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya. Tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antar sektor yang semakin rumit.

Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase terhadap Growth National Product (GNP) semakin besar dan persentase investasi pemerintah dalam persentase terhadap GNP akan semakin kecil, (Musgrave, 1989). Pada tingkat ekonomi lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas social

Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori Pertumbuhan Klasik

Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk disebut dengan teori penduduk optimal.

(5)

penurunan dan menyebabkan keadaan pendapatan per kapita sama dengan produksi marginal.

Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi (Ricardo dalam Hariani, 2008)

Teori Pertumbuhan Jangka Pendek dan Jangka Panjang Teori Pertumbuhan Jangka pendek

Teori ekonomi Keynesian merupakan teori dari total pengeluaran dalam perekonomian (permintaan agregat) dan dampaknya pada output dan infasi. Menurut teori Keynesian, perubahan permintaan gregat diantisipasi atau tak terduga, dimana hal ini memiliki efek jangka pendek terbesar pada output riil dan lapangan kerja. Teori ini percaya bahwa tentang jangka pendek tidak serta merta disimpulkan dari apa yang harus terjadi dalam jangka panjang. Teori Keynesian lebih menggenjot kinerja pemerintah dalam hal peningkatan permintaan agregat sehingga agar bisa mempengaruhi full employment, sebab mekanisme otomatis ke arah posisi full employment tidak bisa diandalkan secara otomatis.

Teori pertumbuhan jangka panjang

Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh Harrod (1948) di Inggris dan Domar (1957) di Amerika Serikat. Teori tersebut menunjukkan proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod- Domar melihatnya dalam jangka penjang (kondisi dinamis). Teori Harrod-Damar didasarkan pada asumsi :

1. Perekonomian bersifat tertutup

2. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan

3. Proses produksi memiliki koefsien tetap (constant return to scale).

(6)

Teori Pertumbuhan Neoklasik

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow (1970) dan Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.

Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow dan Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow Swan kurang restriktif yang disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti ada feksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.

Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal, mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik, sehingga produktivitas kapital meningkat. Dalam model tersebut, masalah teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu. (Hariani ,2008)

Teori Schumpeter

Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha (entrepreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya

Peran dan Campur Tangan Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi

(7)

1. Peranan alokasi, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efsiensi produksi.

2. Peranan distributif, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasilñhasil ekonomi secara adil dan wajar.

3. Peran stabilitatif, yakni peran pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada dalam keadaaan disequlibrium

4. Peran dinamisatif, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju

Keempat macam peranan pemerintah tadi potensial menimbulkan kesulitan penyerasian atau bahkan pertentangan kebijaksanaan. Sebagai contoh dalam kapasitas selaku stabilisator, pemerintah harus mengendalikan infasi. Apabila hal itu ditempuh dengan cara mengurangi pengeluarannya, agar permintaan agregat terkendali sehingga tidak menambah memicu kenaikan harga, maka porsi pengeluaran pemerintah untuk lapisan masyarakat atau sektor yang harus dibantu dapat turut dikurangi. Padahal justru dengan pengeluaran itulah pemerintah menjalankan peran distributifnya

Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan bentuk kegiatan pemerintah dalam aktivitas belanja pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang bertujuan untuk pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara. Pengeluaran pemerintah juga bisa diartikan sebagai sebuah kebijakan pemerintah dalam pengaturan konsumsi barang dan jasa. Pengeluran pemerintah dialokasikan dalam anggaran yang disusun dalam APBN dan APBD untuk pemerintah daerah. Dalam pengalokasian anggaran pemerintah terdapat komponen penting dalam penyusunannya yakni dengan melalui pertimbangan kebijakan fscal. Menurut William A. McEachern (2000) kebijakan fskal menggunakan belanja pemerintah, pembayaran transfer, pajak dan pinjaman untuk mempengaruhi variabel makroekonomi seperi tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat GDP.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

(8)

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah. Struktur APBD tersebut diklasifkasikan menurut urusan pemerintahan dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Pengeluaran Pemerintah terhadap Alokasi Biaya Pendidikan dan Kesehatan

Sektor pendidikan merupakan sektor yang berperan besar dalam pembangunan ekonomi suatu negara termasuk Indonesia. Sebagai wujud kepedulian terhadap sektor ini, maka pemerintah meluncurkan Undang-Undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu pasal menyebutkan tentang aspek alokasi budgeting dalam sektor pendidikan yang menyatakan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan harus dialokasikan minimal 20% dari APBN dan APBD. Pengeluaran pemerintah telah terbukti memiliki dampak yang besar (Malik, 2004).

Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga, keduanya adalah hal yang fundamental untuk membentuk kapabilitas manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan. Menurut WHO (1993), kesehatan merupakan keadaan baik sepenuhnya secara fsik, mental, sosial. Kesehatan jugabukanlah karena tidak ada penyakit atau kelemahan dan bukan pula sekedar soal medis semata, melainkan menyangkut keadaan sosial di masyarakat. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang juga dapat diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.

(9)

Peranan Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi

Menurut Todaro (2006:366), kesehatan dan pendidikan berkaitan sangat erat dengan pembangunan ekonomi, di satu sisi, modal kesehatan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian investasi yang dialokasikan untuk pendidikan karena kesehatan merupakan faktor penting agar seseorang bisa hadir di sekolah dan dalam proses pembelajaran formal seorang anak. Harapan hidup seseorang yang lebih panjang dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam pendidikan, sementara kesehatan yang lebih baik akan menyebabkan rendahnya tingkat depresiasi modal pendidikan.

Hubungan Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya jika memenuhi beberapa syarat, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia, perbaikan kuantitas dan kualitas infrastruktur, terintegrasinya ekonomi nasional dengan perekonomian global, birokrasi yang berkualitas, serta peningkatan pendapatan masyarakat, terutama di pedesaan. Ketidaktersediaan infrastruktur sering dianggap sebagai salah satu penyebab utama kemiskinan. Pembangunan sarana prasarana dan pelayanan publik sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas. Kesetaraan akses terhadap layanan infrastruktur penting untuk meningkatkan nilai aset penduduk miskin. Infrastruktur dapat menciptakan kesempatan, memfasilitasi pemberdayaan, dan mengurangi resiko serta kesenjangan pada rumah tangga (household) maupun pada tingkat komunitas. Salah satu kendala utama bagi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan adalah ketersediaan infrastruktur yang mempengaruhi iklim investasi.

(10)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode estimasi regresi data panel yang terdiri dari tiga metode yaitu PLS (Pooled Least Square), FEM (Fixed Efect Model), dan REM (Random Efect Model). Dari ketiga pendekatan tersebut akan dipilih pendekatan yang tepat. Sehingga dilakukan dua pengujian yaitu uji F dan uji Hausman. Uji F digunakan untuk memilih antara model PLS (Pooled Least Square). Menurut Gujarati (2010:239) model dari teknik regresi data panel dengan pendekatan Pool Least Square (PLS) adalah sebagai berikut:

Yit = β1 + β2 + β3X3it +...+ βnXnit + uit ….

Pendekatan PLS secara sederhana melakukan regresi data panel hanya dengan menggabungkan data time series atau cross section tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu. Pendekatan ini diasumsikan bahwa intercept dan slope dari persamaan regresi dianggap konstan.

1. Fixed Efect

Pendekatan Fixed Efect (FE) memperhitungkan adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept sehingga dapat berubah bentuk setiap individu dan waktu. Pendekatan ini merupakan teknik estimasi data panel dengan menambahkan variabel dummy sebagai variabel bebas untuk mendapatkan perbedaan intercept antar cross section. Model regresi data panel dengan pendekatan fixed efect adalah sebagai berikut (Gujarati,2010)

Yit = ɑ1 + ɑ2D2 +....+ ɑnDn + β2X2it +....+βnXnit + uit 3 .4

2. Random Efect

Pada pendekatan Random Efect menjelaskan bahwa variabel gangguan saling berhubungan baik antar waktu maupun antar individu. Pendekatan random efect merupakan variasi dari estimasi general least square. Model regresi data panel dengan pendekatan Random Efect adalah sebagai berikut (Gujarati, 2010).

Yit = β1 + β2X2it + .... + βnXnit + Ɛit + uit 3 .5

(11)

panel. Untuk menentukan model antara PLS atau fixed efect, digunakan uji statistik F atau uji Chow. Sedangkan untuk memilih antara model fixed efect atau random efet menggunakan uji hausman.

1. Uji Sigifikansi Fixed Efeec

Uji signifkansi fixed efect bertujuan untuk mengambil keputusan apakah sebaiknya menambahkan variabel dummy atau tidak, uji tersebut dapat dilakukan dengan uji F staistik. Uji F yang dimaksud adalah uji perbedaan dua regresi, antara data panel dengan fixed efect apakah lebih baik dari model regresi data panel dengan tanpa variabel dummy atau metode PLS, dengan melihat Residual Sum Square (RSS). Uji statistik tersebut dapat diformasikan sebagai berikut (Gujarati,2010)

3.6

Dimana :

R2r : R2 model PLS R2ur : R2model FEM

M : Jumlah restricted model n : Jumlah observasi

k : Jumlah variabel penjelas Hipotesis dalam uji F atau uji Chow adalah Ho = PLS

H1 = Fixed Efect

Pada persamaan 3.7 jika diperhatikan hasil niai F hitung > Ftabel pada tingkat keyakinan (α) tertentu maka hipotesis nol (Hο) yang menyatakan metode PLS ditolak, sehingga H diterima, yang menyatakan menggunakan Fixed Efect Model untuk estimasi. Sedangkan uji Chow dilakukan dengan command. Dengan melihat probabilitas untuk cross section F. Jika probabilitas kurang dari tingkat keyakinan (α) maka Ho ditolak yang menyatakan bahwa model Fixed Efect yang digunakan.

2. Uji Signifikansi Random Efeec

(12)

Ho = Random Efect

H1 = Fixed Efect

Jika nilai probabilitas Chi-Sq < tingkat keyakinan (α) maka Ho ditolak dan menerima H1 yang menyatakan bahwa model Fixed Efect yang digunakan.

3.6.4 Simulasi Time Lag

Simulasi time lag digunakan dari suatu variabel penjelas apabila kita mengharapkan bahwa suatu variabel X berpengaruh terhadap Y setelah satu periode waktu tertentu (Sarwoko, 2005:181). Dalam penelitian belanja pendidikan, belanja kesehatan, dan belanja infrastruktur dapat memberikan pengaruh terhadap risiko fskal pada jarak waktu tertentu. Jadi, pada lag pertama belanja pendidikan, belanja kesehatan, dan belanja infrastruktur tersebut dapat merespon pertumbuhan ekonomi.

Penguunaan lag sesuai dengan pernyataan (Gujarati, 2012:270) yang menyatakan bahwa perekonomian terdapat variabel tergantung (Y) yang tidak dapat langsung merespon variabel bebas (X), variabel terikat membutuhkan jarak waktu untuk merespon variabel bebas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan simulasi time lag untuk melihat periode waktu yang dibutuhkan oleh belanja pendidikan, belanja kesehatan, dan belanja infrastruktur untuk dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

3.6.5 Uji Statistik

Uji statistik digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis sehingga dapat diketahui besarnya koefsien dari masing-masing variabel bebas. Terdapat dua jenis uji hipotesis terhadap koefsien regresi yang dapat dilakukan, yang disebut dengan Uji-F dan Uji-t. Uji F digunakan untuk menguji koefsen (slope) regresi secara bersama-sama, sedangkan Uji-t untuk menguji koefsien regresi termasuk intercept secara terpisah. Selanjutnya, analisis koefsien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur besarnya variasi variabel bebas terhadap variasi dalam variabel terikat. Penjelasan lebih lanjut mengenai Uji-F, Uji–t, dan koefsien determinasi (R2) adalah sebagai berikut :

1. Uji-t (Koefisien Regresi Parsial)

(13)

Ho :β1 = 0 artinya tidak adanya hubungan secara individu antara variabel bebas dan terikat.

H1 : β1 ≠ 0 artinya adanya hubungan secara individu antara variabel bebas dan Terikat.

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan t-statistik pada hasil regresi dengan t-tabel. Jika nilai t-statistik > tabel pada tingkat keyakinan tertentu (α), maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas.

2. Uji- F

Uji-F digunakan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan atau secara bersama-sama dan hipotesis yang didapat sebagai berikut.

H0 = β1 =β2 = β3 ....βk = 0

H1 = Paling tidak ada salah satu koefsien (β) yang ≠ 0

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas F-statistik dengan nilai α. Jika nilai probabilitas F-statistik < nilai α maka Ho ditolak dengan kata lain variabel bebas secara bersama-sama mampu menerangkan secara signifkan variabel terikatnya. Sedangkan jika nilai probabilitas F-statistik lebih besar daripada nilai α maka Ho diterima yang berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak mampu menerangkan variabel terikatnya.

3. Analisis Koefsien Determinasi (R2 )

Koefsien determinasi (Goodness of Fit) yang dinotasikan dengan R2 merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi karena dapat menginformasikan baik tidaknya model regresi yang terestimasi. Menurut Gujarati (2010:201) R2 menurut proporsi atau presentase total variasi dalam terikat yang dijelaskan oleh model regresi. Nilai R2 mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas. Jika nilai R2 = 0 artinya variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas sama sekali. Jika R2=1 artinya variabel terikat secara keseluruhan dapat diterangkan oleh variabel bebas. Sedangkan baik buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh yang mempunyai nilai antara 0 dan 1.

(14)

Pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB harga konstan tertinggi di tiap tahun periode penelitian pada tahun 2010 sampai dengan 2015 adalah Kabupaten Aceh Utara untuk wilayah kabupaten dan untuk wilayah kota adalah Kota Banda Aceh dan pertumbuhan perekonomian terendah selama periode penelitian yakni Kabupaten Simeulue untuk wilayah Kabupaten dan untuk wilayah kota adalah Kota Sabang.

Kabupaten Aceh Utara menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada kabupaten/kota. Tingkat perekonomian yang tinggi dikarenakan Kabupaten Aceh Utara menjadi salah satu daerah dengan industri terbesar di luar pulau Jawa. Industri pertambangan dan pertanian menjadi komoditi utama dalam peningkatan perekonomian di Kabupaten Aceh Utara. Sehingga Kabupaten Aceh Utara menjadi daerang tingkat II yang potensial dalam pemenuhan kebutuhan perekonomian negara dan daerah.

Perekonomian tertinggi di wilayah kota adalah Kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh menjadi kota dengan pertumbuhan ekonomi dikarenakan Kota Banda Aceh adalah ibu kota Provinsi Aceh, dengan menjadikan Kota Banda Aceh menjadi pusat pemerintahan provinsi perekonomian Kota Banda Aceh menjadi meningkat. Industri-industri yang berkembang pesat dan kehidupan sosial politik yang tinggi menjadikan pertumbuhan perekonomian Kota Banda Aceh selalu meningkat setiap tahunnya.

Perkembangan Belanja Sektor Pendidikan di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh Pengeluaran pemerintah tertinggi sektor pendidikan atau belanja pendidikan pada wilayah kabupaten adalah Kabupaten Aceh Utara dan pada wilayah kota adalah Kota Banda Aceh, adapun pengeluaran sektor pendidikan terendah pada wilayah kabupaten adalah Kabupaten Gayo Lues dan pada wilayah kota dengan pengeluaran terendah adalah Kota Sabang.

Kabupaten Aceh Utara memiliki anggaran pendidikan tertinggi di wilayah kabupaten maupun kota karena Kabupaten Aceh Utara memasukkan pendidikan sebagai rencana pembangunan jangka menengah. Sedangkan untuk wilayah kota, Kota Banda Aceh menjadi kota dengan anggaran wilayah tertinggi dikarenakan Kota Banda Aceh adalah ibukota provinsi dengan penduduk paling padat di Provinsi Aceh sehingga membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di Kota Banda Aceh

Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Kesehatan di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh

(15)

kesehatan masyarakat, dan pengembangan bidang kesehatan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan sektor kesehatan agar kesehatan bisa dinikmati untuk semua masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Aceh.

Anggaran pengeluaran pemerintah sektor kesehatan tertinggi di tiap tahun periode penelitian untuk wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Pidie dan untuk wilayah kota adalah Kota Langsa, sedangkan pengeluaran terendah sektor kesehatan pada tiap tahun periode untuk wilayah kabupaten adalah Kabupaten Gayo Lues dan untuk wilayah kota adalah Kota Subulussalam.

Kabupaten Aceh Pidie merupakan Kabupaten dengan anggaran belanja kesehatan tertinggi karena Kabupaten Aceh Pidie meningkatkan pelayanan kesehatan berupa peningkatan kinerja dan profesionalisme pegawai kesehatan mengingat Kabupaten Aceh Pidie masih kurang optimal, sehingga dengan meningkatnya anggaran kesehatan maka diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan menjadi optimal. Kota Langsa merupakan Kota dengan anggaran belanja kesehatan tertinggi disebabkan pemerintah Kota Langsa berfokus pada peningkatan pelayanan berupa peningkatan sarana dan prasarana kesehatan di setiap daerah Kota Langsa baik puskesmas dan rumah sakit.

Perkembangan Anggaran Belanja Sektor Infrastruktur di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh Tahun 2010-2015

Pada tahun 2015 perkembangan anggaran sektor infrastruktur tertinggi pada wilayah kabupaten adalah Kabupaten Aceh Utara dengan anggaran belanja sektor infrastruktur sebesar Rp 271.058.955.231, sedangkan perkembangan anggaran belanja sektor infrastruktur pada wilayah kabupaten adalah Kabupaten Aceh Jaya dengan anggaran belanja sebesar Rp 93.897.023.889. Pada wilayah kota perkembangan anggaran tertinggi belanja sektor infrastruktur adalah Kota Banda Aceh dengan anggaran belanja sebesar Rp 140.244.025.922 dan perkembangan anggaran belanja sektor infrastruktur terendah adalah Kota Lhoksumawe dengan anggaran belanja sebesar Rp 81.034.963.290.

Pengeluaran pemerintah tertinggi pada sektor infrastruktur di tiap tahun periode adalah Kabupaten Aceh Utara dan untuk wilayah kota adalah Kota Lhoksumawe. Pengeluaran pemerintah terendah pada sektor infrastruktur pada wilayah Kabupaten tahun adalah Kabupaten Aceh Singkil sendangkan untuk wilayah kota adalah Kota Langsa.

(16)

Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yakni belanja pemerintah daerah bidang pendidikan (EDU), kesehatan (HEALTH) dan infrastruktur (INFRAS) yang mempengaruhi satu variabel dependen yakni pertumbuhan ekonomi daerah. Penggunaan keempat variabel tersebut bertujuan untuk menganalisis dampak belanja pemerintah daerah sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh pada periode penelitian tahun 2010-2015.

Metode yang digunakan berupa metode regresi data panel. Metode ini digunakan karena data dalam penelitian ini merupakan gabungan dari data time series yakni dengan periode penelitian tahun 2010-2015 dan data cross section dengan data penelitian 23 daerah kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang sudah diubah menggunakan Logaritma Natural. Tahap awal yakni pengolahan data adalah dengan melakukan regresi data panel terhadap persamaan berikut :

Proses dalam melakukan regresi data panel melalui 3 jenis model pendekatan yakni PLS (Pooled Least Square), FEM (Fixed Efect Model), REM (Random Efect Model). Simulasi time lag dengan ketiga model tersebut mulai dari lag 0 sampai lag 3 hal ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pemilihan model terbaik menggunakan uji restrichted F-Test dan Hausman Test. Restrichted Test digunakan untuk menemukan model yang terbaik antara PLS dan FEM, setelah itu dilanjutkan dengan uji Hausman untuk menentukan model terbaik antara FEM dan REM.

Hasil pengujian pemilihan model diketahui pendekatan dengan metode REM adalah model terbaik dalam menganalisis dampak belanja pemerintah sekktor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di Provinsi Aceh. Hasil penelitian ini berupa pengaruh belanja pemerintah sektor pendidikan, sektor kesehatan, dan sektor infrastruktur di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh, agar dapat menjadi acuan kebijakan dalam pengelolaan anggaran daerah.

Hasil Estimasi Secara Keseluruhan Penelitian

(17)

Tujuan time lag adalah bahwa variabel tergantung (Y) tidak dapat langsung merespon variabel bebas (X), hal ini dikarenakan variabel tergantung membutuhkan jarak dan waktu agar dapat merespon variabel bebas

Hasil estimasi regresi data panel dengan menggunakan lag satu, lag dua, lag tiga dan lag empat. Berdasarkan pengujian time lag tersebut, lag empat memiliki nilai signifkan berdasarkan nilai probabilitas yang sesuai dengan hasil estimasi regresi data panel tersebut. Pemilihan ini dikarenakan bahwa hasil estimasi lag empat tahun sudah sesuai dengan teori, dimana pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan pengeluaran bidang kesehatan tidak signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan pengeluaran bidang infrastruktur berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai R2 sebesar 0.859162 dan nilai probabilitas f-statistik sebesar 0.000308.

Pada Tabel 4.5 dengan time lag empat dengan model FEM terdapat variabel yang tidak signifkan, variabel belanja sektor pendidikan mempunyai nilai probabilitas sebesar 0,2866. Variabel belanja sektor kesehatan mempunyai nilai proabilitas sebesar 0,7139 dan variabel belanja sektor infrastruktur mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0415. Jika dilihat dari level of significance (α=0,1) maka variabel sektor kesehatan dan pendidikan tidak berpengaruh secara signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel infrastruktur mempunyai level of significance kurang dari 10 persen sehingga variabel infrastruktur berpengaruh signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi

Tabel 4.5

Hasil Estimasi dengan Estimasi Time Lag 4

Variabel terikat : GROWTH Model Regresi

PLS FEM REM

Constanta (c) Coefficient 58.38674 16.29438 45.49508

t-Statistic 1.374301 1.081759 0.998696

Prob 0.1766 0.2922 0.3237

LN_EDU (-4) Coefficient -3.627053 -0.810617 -3.270073

t-Statistic -1.334974 -1.094765 -1.262211

Prob 0.1891 0.2866 0.2138

LN_HEALTH (-4) Coefficient 2.746159 -0.262926 1.210987

t-Statistic 0.813197 -0.371861 0.375196

Prob 0.4207 0.7139 0.7094

(18)

t-Statistic -0.890592 2.179043 0.426414

Prob 0.3782 0.0415 0.6720

Cross Section = 23

Kabupaten/Kota

Prob (F-stat) : 0.220888

Prob (F-stat) : 0.000308

Prob (F-stat) : 0.424542 R2 0.098485 R2 0.859162 R2 0.063631

Oleh karena itu, berdasarkan hasil probabiltias didapatkan bahwa pertumbuhan ekonomi pemerintah dipengaruhi secara signifkan oleh belanja infrastruktur sedangkan belanja pendidikan dan kesehatan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Analisis Model dan Pengajuan Hipotesis Tabel 4.6

Redundant Fixed Efect Test

Efect Test Statistic Probabilitas

Cross-section F 6.376218 0.0000

Hasil Redundant fixed Efect Test pada tabel 4.6 diperoleh nilai F hitung sebesar 6.376218 dan p-value sebesar 0,0000. Dengan hasil nilai probabilitas sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari tingkat kepercayaan (α) yang ditentukan sebear 10 persen (α=0,1), menunjukkan bahwa hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima. Hal tersbeut menunjukkan model estimasi yang digunakan adalah Fixed Efect Model (FEM). Kemudian dilakukan uji Hausman untuk menentukan model yang tepat antara fixed efect model atau random efect model. Pemilihan model estimasi dengan uji hausman melalui hipotesis sebagai berikut :

HO = Random Efect Model H1 = Fixed Efect Model

Tabel 4.7 Hausman Test

Test Summary Chi-Sq. Statistic Prob

Cross-section random 6.457971 0.0913

(19)

ditentukan sebesar 10 persen (α=0,1) menunjukkan hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima, bahwa hal tersebut mengartikan model yang lebih diutamakan adalah model regresi fixed efect model (FEM).

Ringkasan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan regresi data panel lag empat dengan menggunakan fixed efect model disajikan pada tabel 4.5 menunjukkan variabel belanja pendidikan dan belanja kesehatan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan belanja infrastruktur berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini dapat dilihat pada nilai probabilitas yang sebesar 0.0415 dengan tingkat alpha sebesar 10 persen. Variabel belanja sektor infrastruktur memiliki koefsiensi regresi sebesar 0.553853 yang menunjukkan adanya hubungan positif antara variabel belanja sektor infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. Pengertian positif bahwa apabila belanja sektor infrastruktur naik sebesar satu persen, maka variabel pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0.553853 persen.

Hasil regresi yang terdapat pada tabel 4.5 dengan menggunakan lag empat maka nilai koefsiensi determinasi (R2) pada model regresi yang diestimasi memiliki nilai sebesar 85 persen. Hal tersebut mengartikan bahwa variasi dari variabel belanja sektor pendidikan, belanja sektor kesehatan, dan belanja sektor infrastruktur dapat menjelaskan 85 persen variabel pertumbuhan ekonomi.

Analisis Koefisiensi Secara Bersama-sama (Uji F-Statistik)

Analisis koefsiensi secara bersama-sama menggunakan uji F-statistik bertujuan untuk membuktikan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadapa variabel terikat. Dalam pengajuan hipotesis menggunakan uji F-statistik dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel, cara selanjutnyauntuk uji F dapat dilakukan dengan membandingkan p-value, F-statistik dengan level of significance (Gujarati: 2012)

Pengujian regresi dengan menggunakan lag empat yang tersaji pada tabel 4.5 menunjukkan probabilitas F-statistik sebesar 0.000308 lebih kecil dari level of significance (α=0,1) sehingga menyebabkan menolak H0 dan menerima H1. Artinya bersama-sama variabel belanja sektor pendidikan, belanja sektor kesehatan dan belanja sektor infrastruktur berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh pada tahun 2010-2015.

Analisis Koefisisensi Secara Parsial (Uji t-statistik)

(20)

(α=0,1) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil nilai probabilitas menunjukkan bahwa secara parsial variabel belanja sektor infrastruktur memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota Provinsi Aceh pada tahun 2010-2015.

Pengujian Hipotesis Berdasarkan Hasil Analisis

Perhitungan metode fixed efect model pada lag keempat menunjukkan bahwa variabel belanja sektor pendidikan dan belanja sektor kesehatan tidak berpengaruh dan negatif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi, sedangkan belanja sektor infrastruktur berpengaruh signifkan positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh dan dapat menjadi acuan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan atau strategi-strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di provinsi Aceh.

Pengaruh Belanja Sektor Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil regresi dengan data panel menunjukkan bahwa belanja sektor pendidikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Aceh selama kurun waktu 2010-2015 hal tersebut didasarkan pada hasil regresi data panel yang menunjukkan bahwa probabilitas t-statistic variabel belanja sektor pendidikan sebesar 0.2866 lebih besar dari level of significance sebesar 10 persen (α=0,1).

Menurut teori human capital bahwa pengeluaran pemerintah atas pendidikan dapat meningkatkan kualitas penduduk sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah atas pendidikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga tidak meningkatkan perekonomian kabupaten/kota Provinsi Aceh. Hal ini dapat disebabkan belanja pendidikan bersifat investasi yang tidak dapat langsung memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Aceh secara langsung sehingga membutuhkan jangka waktu untuk menunjukkan hasil yang signifkan.

(21)

kesehatan sebesar 0.7139 dimana lebih besar dari level of significance sebesar 10 persen (α=0,1).

Pengeluaran pemerintah atas kesejahteraan atau dalam kaitannya dengan kesehatan berpengaruh negatif dan tidak signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena negara miskin dan sedang berkembang sifat pengeluaran pemerintah atas sektor publik bersifat konsumtif bukan investasi sehingga dalam jangka panjang pengeluaran pemerintah atas kesehatan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh Belanja Sektor Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil analisis regresi dengan data panel menunjukkan hasil bahwa belanja sektor infrastruktur berpengaruh positif dan signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Provinsi Aceh selama kurun waktu 2010-2015, hal tersebut didasarkan pada hasil regresi data panel yang menunjukkan bahwa probabilitas t-statistic variabel belanja sektor infrastruktur sebesar 0.0415 lebih rendah dari level of significance sebesar 10 persen (α=0,1).

Hasil regresi data panel dengan hasil belanja sektor infrastruktur berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa keberhasilan pemerintah daerah dalam memajukan sektor infrastruktur terutama pelayanan infrastruktur berupa fasilitas umum dan perumahan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah daerah provinsi Aceh berupaya dalam meningkatkan pembangunan infrastrukur sesuai dengan arahan pemerintah pusat dalam meningkatkan pembangunan fasilitas masyarakat.

KESIMPULAN

Variabel pengeluran sektor pendidikan tidak berpengaruh signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010-2015. Sedangkan Variabel pengeluaran sektor kesehatan tidak berpengaruh signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010/2015. Variabel pengeluran sektor infrastruktur berpengaruh signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Aceh tahun 2010/2015.

REFERENSI

(22)

Ahmad, Coki Syahwier. 2005. Belanja Publik dan Isu Pemerataan. Jakarta: Pikiran Rakyat.

Alexion, C. (2009). Government Spending and Economics Growth :Economteric Evidence from The South Easten Europe (SEE). Journal of Economic adn Social Research 11(1), 1-16 Konstan 2010 Menurut Provinsi (Miliar Rupiah). Jakarta : BPS

Badan Pusat Statistik. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Konstan 2010 Kabupaten/Kota Provinsi Aceh (Miliar Rupiah). Aceh :BPS

Basar, S and Serkan K. 2015 The Efects of Public Expenditures on Economic Growth: An Empirical Analysis for Turkey. International Journal of Business and Social Science, 6(4): 151-161

Baum, Donald N and Shuanglin LIN. (1993). The Diferent Efects on Economic Growth of Government Expenditure on Education, Welfare, and Defense. Journal of Economic Development, Vol 18 No1 h.175-185

Boetti . 2009. Fiscal Decentralization and Spending Efficiency of Local Governments. An Empirical Investigation On.

(23)

Elmi, Zahra M and Sadeghi S. 2012. Health Care and Economic Growth in Developing Countries: Panel Co-Integration and Causality, Middle-East Journal of Scientific Research, 12(1), 88-91

Fauzami Zamzami. 2014. Analisis Pengaruh Infrastruktur Terhadap PDRB Jawa Tengah Tahun 2008-2012. Skripsi. Fakultas Ekonomi Bisnis. Universitas Diponegoro Semarang

Grigg, N. 1988, Infrastructure Engineering and Management, John Wiley & Sons. Gujarati, Damodar. 2012. Basic Econometrics. Fourth Edition. The McGraw-Hill

Companies, Inc.

Guritno, Mangkoesoebroto, 1997. Ekonomi Publik. BPFE. Yogyakarta

ICW and Koalisi Pendidikan. 2007. Penyiasatan Anggaran Pendidikan 20%. Resume Eksaminasi Publik. http://www.antikorupsi .org. Diakses pada 30 Desember 2017

Jamzoni Sodik, 2007. Pengelluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Kasus Dta Panel Indonesia. Junal Ekonomi Pembangunan, Vol. 12, No. 1, h.27-36 Universitas Islam Indonesia

Jhinghan, M.L. 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Raja Grafndo Persada

Musgrave, Richard A., and Peggy B. Musgrave, 1989, Public Finance in Theory and Practice, 5th edition, McGraw Hill Inc.

Sukino, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Modern Perkembangan Pemikiran dari Klasik hingga Keynesian Baru. Jakarta: Raja Grafndo Persada

Suparmoko. 1996. Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Syafrizal, 1997, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat, Majalah Prisma . No.3, Maret 1997:27-38, LP3ES

(24)

Wahyuni, K. T. 2009. Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial Terhadap Produktivitas Ekonomi di Indonesia.

Gambar

Tabel 4.6Redundant Fixed Efect Test

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti menyimulkan bahwa terdapat perubahan atau transformasi yang terjadi dalam musik Gambang

Indomaret memberikan kemudahan dan kenyamanan konsumen dalam berbelanja, Indomaret juga menyediakan fasilitas- fasilitas antara lain, penyejuk ruangan (AC), ruangan luas

Misalnya, ketika reformasi pendidikan yang mengarahkan pendidikan yang demokratis, Mendiknas yang putra Muhammadiyah, Prof.. Yahya A Muhaimin, melakukan reformasi itu

Unsur pembelajaran kooperatif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah unsur kesatu artinya mereka harus bersungguh- sungguh dalam mengerjakan tugas demi

Kontribusi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Minahasa Utara dalam penerimaan asli daerah tidak stabil, Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara harus lebih

Besides Picture and Simple English to Explain a Vocabulary there were other techniques that junior high school English teachers in Salatiga used, there were: Repetition,

Melalui karakter dan moralitas diharapkan mampu menjadi penyeimbang intelektualitas seseorang (Sambira &amp; Kristanto, 2020). Pengalaman itu akan memberikan dampak yang besar

KEY WORDS: Borderlands, sustainable development, integrated data modelling, comprehensive analysis, geospatial