• Tidak ada hasil yang ditemukan

KENYAMANAN THERMAL PADA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KENYAMANAN THERMAL PADA SEKOLAH DASAR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Wonosobo)

AzyanLiyanaFatin, Muhammad Ridho, Rum Ifada1

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas SAINS Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo

1.

Mahasiswa Arsitektur Universitas SAINS Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo, Indonesia, Jln. Raya Kalibeber Km. 03 Wonosobo 56351, phone: +6285740093710.

ABSTRAK

Kenyamanan termal dalam suatu ruang dipengaruhi oleh tata ruangnya. Kenyamanan Termal mempunyai empat variable iklim yang berpengaruh yaitu suhu, udara, suhu radiasi matahari rata-rata, kelembaban udara dan angin. Dari keempat variable tersebut, suhu udara merupakan variabel yang banyak diteliti secara khusus. Material, jenis dan bahan interior di dalam ruang sangat mempengaruhi kenyaman termal tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melihat seberapa besar perubahan suhu udara ruang luar dengan suhu udara ruang dalam untuk bangunan Sekolah Dasar (SD) yang berada di daerah Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian didapat bahwa sebagian besar bagian di dalam ruang dalam mempunyai suhu udara yang rendah dan kecepatan angin yang cukup kencang. Hal tersebut terjadi karena penggunaan bahan-bahan yang menyerap dan memancarkan panas di dalam ruangan sangat sedikit, atau bahkan hampir tidak ada. Bahan-bahan yang digunakan di dalam ruangan juga merupakan bahan yang dingin, karena terbuat dari kaca, dan keramik.

Kata Kunci: Kenyamanan Termal, Sekolah Dasar

ABSTRACT

Thermal comfort in a room is influenced by the spatial plan. Thermal comfort has four climatic variables that affect the air temperature, the temperature of the average solar radiation, humidity and wind. Of the four variables, the air temperature is a variable that many specifically studied. Material, type and interior materials in the room greatly affect the thermal comfort. This research is a quantitative look at how big the room air temperature changes in the outside air temperature in the space for the building of Elementary School (SD) which is in the Dieng Plateau. The result is that most of the parts inside the chamber has a lower air temperature and wind speed is quite strong. This happens because of the use of materials that absorb and radiate heat in the room was very little, or even almost non-existent. The materials used indoors is also an ingredient that is cool, because it is made of glass, and ceramics.

(2)

kondisi ruang yang sesuai dengan fungsinya. Ventilasi udara diperlukan untuk

mendapatkan temperatur, kelembaban serta distribusi udara sesuai dengan yang

dipersyaratkan dan termasuk juga perlengkapan yang digunakan didalam

ruangan yang bersangkutan. Jika pertukaran udara cukup baik maka

penghawaan dan pengkondisian udara dalam bangunan tidak begitu

diperlukan.( I Nyoman Susanta, 2010 : 113).

Kenyamanan merupakan hasil dari proses mengolah udara secara

serempak dengan mengendalikan; temperatur, kelembaban nisbi, kebersihan

dan distribusinya untuk memperoleh kenyamanan penghuni dalam ruang

yang dikondisikan. (SNI, 2014 : 2)

Kenyamanan (comfort) dalam suatu ruangan akan tercipta dari 2

faktor utama, yaitu:

1) kesegaran atau kelancaran sirkulasi udara

2) adanya kenyamanan.

Dari aspek psikologis, kenyamanan dapat bersifat relatif, akantetapi,

pada aspek fisik, kenyamanan akan lebih banyak bersifat universal,

meskipunhaltersebut dibatasi oleh kebiasaan manusia dan ciri fisik alam

pada suatu batas geografis tertentu.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Bangunan adalah suatu struktur buatan manusia yang terdiri dari

dinding dan atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat untuk

kebutuhan manusia.

Ruang adalah suatu kolom yang berbentuk tiga dimensi yang

direfleksikan secara nyata didalam suatu bangunan untuk melangsungkan

suatu kegiatan dimana ruang tersebut tersusun dari panjang, lebar dan tinggi

(3)

Kenyamanan termal adalah suatu kondisi pikiran yang

mengekspresikan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho dalam

Eddy Imam Santoso, 2012 : 14).

Direct Comfort Ventilation berkaitan dengan faktor kenyamanan

termal. Kenyamanan termal berkaitan dengan perilaku manusia dalam suatu

lingkungan dan mekanisme pelepasan panas. (Esther Prawira,2011 : 2-3).

Pelepasan panas dipengaruhi oleh 4 parameter lingkungan, yaitu:

1) Suhu radiasi rata-rata

2) Suhu udara

3) Kelembaban ralative

4) Pergerakan udara

Kecepatan angin yang tepat bagi penghuni suatu ruangan yang

terpapar panas di berbagai suhu antara lain sebagai berikut:

Suhu (˚C) KecepatanAngin (m/detik)

16 – 20 0,25

21 – 22 0,25 – 0,30

24 – 25 0,40 – 0,60

26 – 27 0,70 - 1,00

28 - 30 1,10 – 1,30

Sumber: hygiene perusahaan, e , 2011.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di dua Sekolah Dasar di daerah Dataran Tinggi

Dieng, yaitu SD N Patak Banteng dan SD N 1 Parikesit yang sama-sama

berada di dekat jalan raya.

Gambar 1. SD N Patak Banteng

(4)

3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ini menggunakan kuisioner, yaitu

suatu daftar pertanyaan untuk menggali pendapat dari responden

mengenai keadaan atau kondisi ruangan dimana responden tersebut

adalah pengguna bangunan tersebut.

3.2 MetodeMetodeAnalisa

Metode analisis bertujuan untuk memperoleh teori-teori yang

berkaitan dengan topic pembahasan utama yang berasal dari

buku-buku, hasil penelitian, dan sumber-sumber lain yang dapat mendukung

penulisan artikel ini.

Variabel yang diukur adalah variable temperature udara,

kelembaban udara dan kecepatan angin. Pengukuran dilakukan di

dalam ruang kelas dan luar ruangan kelas. Pengukuran menggunakan

alat pengukuran termal seperti Thermo-Anemometer, Thermometer

Clock, Temperature and Humidity Meter, Infrared Tembak,Disolved

Oxygen Meterdan Environment Meter.

Langkah awal penelitian adalah observasi, yaitu untuk

mengetahui kondisi lingkungan yang sebenarnya. Dokumentasi dan

pengukuran termal dilakukan secara bersamaan sehingga didapat hasil

situasi lapangan dengan hasil pengukuran di lapangan.

Gambar2. SD N Parikesit

(5)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.Peralatan Pengukuran Termal

Sumber: Data Primer Peneliti

Gambar 4. Kondisi dan Situasi SD N Patak Banteng dan SD N 1 Parikesit dilihat dari atas

(6)

Pengukuran pada SD N Patak Banteng dilakukan selama 1 hari mulai

jam 08.30 WIB sampai dengan 12.30 WIB. Data pengukuran diambil setiap

kelas untuk masing-masing alat.

Sedangkan pada SD N 1 Parikesit, pengukuran dilakukan mulai pukul

10.00 WIB sampai dengan pukul 12.30 WIB. Data pengukuran diambil pada

setiap kelas untuk masing-masing alat.

Setelah data pengukuran didapat, dilakukan analisis terhadap data

pengukuran kelembaban masing-masing ruang kelas tersebut. Kondisi fisik

ruang dan data suhu udara serta kelembaban udara pada setiap ruangnya

untuk SD N Patak Banteng adalah cenderung berbeda-beda atau tidak sama,

menurut letak kelasnya.

Gambar 5.Denah Siteplan SD N Patak Banteng (atas) dan SD N 01 Parikesit (bawah)

(7)

Sedangkan untuk SD N 1 Parikesit kondisi fisik ruang dan suhu udara

serta kelembaban udara pada setiap ruang kelasnya adalah tidak sama.

Berikut merupakan table perbandingan suhu udara, kelembaban,

radiasi matahari, dan kecepatan angin pada masing-masing ruang kelas di

SD N Patak Banteng dan SD N 1 Parikesit :

4.1 SD N Patak Banteng

Pengukuran lingkungan ruang kelas (Lk1)

0 10 20 30 40 50 60 70

LUX Temp. % RH db

Environment Meter Ruang Kelas

Kelas Ia

Kelas Ib

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Kelas VI

Figure 1. Grafik Lk1.1 pada ruang kelas SD N Patak Banteng

(8)

0

Anemometer Ruang Kelas

Kelas Ia

Figure 2.Grafik Lk1.2 pada ruang kelas SD N Patak Banteng

Sumber: Data Primer Peneliti

0

Humidity Meter and Thermometer Ruang Kelas

Kelas Ia

Figure 3.Grafik Lk1.3pada ruang kelas SD N Patak Banteng

(9)

Pengukuran lingkungan luar kelas (Lk2)

Disolved Oxygen Meter

Kelas Ia

Thermometer Clock Teras Kelas

Kelas Ia

Figure 4.Grafik Lk1.4 pada ruang kelas SD N Patak Banteng

Sumber: Data Primer Peneliti

Figure 5. Grafik Lk2.1 pada luar kelas SD N Patak Banteng

(10)

Pengukuran lingkungan kelas (Lk3)

Thermo-Anemometer Teras Kelas

Kelas Ia

Dinding Luar Dinding Dalam

Infra Red Tembak

Kelas Ia

Figure 6. Grafik Lk2.2 pada luar kelas SD N Patak Banteng

Sumber: Data Primer Peneliti

Figure 7. Grafik Lk3.1 pada lingkungan kelas SD N Patak Banteng

(11)

Maka apabila grafik pengukuran LK1, LK2, dan LK3 diatas

disatukan, maka akan di peroleh hasil masing-masing kelas secara

keseluruhan adalah sebagai berikut:

Berdasarkan grafik pengukuran diatas, setelah dirata-rata dapat

disimpulkan bahwa ruang kelas yang mempunyai suhu udara terendah

yaitu pada kelas VI, dengan pengukuran yang menunjukkan angka

angka 16,60C.

Sedangkan untuk suhu ruangan tertinggi yaitu pada ruang kelas

VI, dengan dua kali pengukuran yang menunjukkan angka relatif

sama, yaitu pada angka 18,2 0C setelah dirata-rata.

Sedangkan untuk kelembaban yang terendah, berada pada kelas

I, dengan nilai rata-rata 41% . Dan untuk ruang kelas dengan

kelembaban tertinggi berada pada kelas V, dengan nilai rata-rata

59,3%.

Figure 8. Grafik pengukuran pada keseluruhan kelas SD N Patak Banteng

(12)

0

Environment Meter Ruang Kelas

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Figure 9. Grafik Lk1.1 pada lingkungan ruang kelas SD N 1 Parikesit

Sumber: Data Primer Peneliti

0

Anemometer Ruang Kelas

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Figure 10. Grafik Lk1.2 pada lingkungan ruang kelas SD N 1 Parikesit

(13)

0

Humidity Meter and Thermometer

Kelas II

Disolved Oxygen Meter

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Figure 11. Grafik Lk1.3 pada lingkungan ruang kelas SD N 1 Parikesit

Sumber: Data Primer Peneliti

Figure 12. Grafik Lk1.4 pada lingkungan ruang kelas SD N 1 Parikesit

(14)

0

Thermo-Anemometer Teras Kelas

Kelas II

Thermometer Clock Teras Kelas

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Figure 13. Grafik Lk2.1 pada lingkungan luar kelas SD N 1 Parikesit

Sumber: Data Primer Peneliti

Figure 14. Grafik Lk2.2 pada lingkungan luar kelas SD N 1 Parikesit

(15)

Pengukuran lingkungan kelas (Lk3)

Maka apabila grafik pengukuran LK1, LK2, dan LK3 diatas

disatukan, maka akan di peroleh hasil masing-masing kelas secara

keseluruhan adalah sebagai berikut:

Berdasarkan grafik pengukuran diatas, setelah dirata-rata dapat

disimpulkan bahwa ruang kelas yang mempunyai suhu udara terendah

16

Dinding Luar Dinding Dalam

Infra Red Trembak

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kelas V

Figure 15. Grafik Lk3.1 pada lingkungan kelas SD N 1 Parikesit

Sumber: Data Primer Peneliti

0

Figure 16. Grafik pengukuran pada keseluruhan kelas SD N 1 Parikesit

(16)

0

SD N 1 Parikesit

SD N Patak Banteng

yang menunjukkan angka 19,1 0C.

Sedangkan untuk kelembaban yang terendah, berada pada kelas

V, dengan nilai rata-rata 50,7% . Dan untuk ruang kelas dengan

kelembaban tertinggi berada pada kelas II, dengan nilai rata-rata

69,2%.

Setelah dilakukan survei pada kedua bangunan sekolah rersebut,

maka suhu udara dalam ruangan dan kelembaban akan

berbeda-beda.Selain pengaruh dari aktivitas yang terjadi dan tata ruang di

dalam kelas yang berbeda,juga pengaruh dari tata letak bangunan

sekolah yang berada pada kontur tanah yang berbeda. Hal ini juga

yang akan mempengaruhi kecepatan angin dan udara yang didapat.

Sebagai contoh : Pada gedung sekolah SD N Patak Banteng pada jam

11.00 WIB suhu udara rata-rata berkisar pada angka 180C, angka ini

menunjukkan bahwa suhu udara tersebut cukup untuk dikatakan

“nyaman“ (berdasarkan pengisian kuesioner di dalam kelas)

sedangkan pada gedung sekolah SD 01 Parikesit suhu udara pada jam

Figure 17. Grafik Lk3.1perbandingan temperaturpada SD N Patak Banteng dengan SD N 1 Parikesit

(17)

tersebut berkisar pada angka 170C. Adapun faktor-faktor yang

memepengaruhi perbedaan suhu udara antar sekolah dan kondisi

kenyamanan thermal di dalam ruangan pada tiap sekolahantara lain:

1) Tata letak bangunan dan kontur tanah yang berbeda

2) Penelitian yang dilakukan tidak pada hari yang sama

3) Jumlah siswa berbeda pada tiap sekolah. Untuk SD 01 Parikesit

jumlah siswa sedikit lebih banyak disbanding dengan jumlah

siswa di SD N Patak Banteng. Sebagai contoh pada ruang kelas V

SD 01 Parikesit dengan jumlah siswa mencapai 43 anak dengan

dimensi ruang yang cukup sempit yaitu 64 m2 membuat suhu

ruangan di dalam kelas ini menjadi agak panas

4) Denah Siteplan dan tata ruang

5) Aktivitas yang terjadi di dalam ruangan

6) Kebanyakan benda-benda di dalam ruangan tidak menyerap panas

dan memancarkan cahaya secara maksimal. Sebagai contoh pada

ruang kelas 3 SD N Patak Banteng dengan letak kelas yang

berada di bagian barat dan agak tertutup bangunan lainnya

mengakibatkan suhu udara di dalam ruangan sedikit lebih dingin

dibanding dengan kelas lainnya.

7) Pakaian yang digunakan oleh para siswa

Gambar 6.Contoh pakaian yang digunakan oleh siswa

di SD N Patak Banteng (atas) dan SD

01 Parikesit (bawah)

(18)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kenyamanan

thermal mereka berbeda berdasarkan perbedaan sekolah, jam, aktivitas,

suhu dan kelembaban udara pada ruangan tersebut. Suhu dinding dalam

dan luar juga akan mempengaruhi perbedaan suhu yang ada.

Selain itu tata letak bangunan juga akan mempengaruhi perbedaan

suhu. Perbedaan ini karena letak bangunan SD 01 Parikesit lebih

tinggi/dibangun pada tanah yang cukup berkontur dari pada SD N Patak

Banteng.

6. DAFTAR PUSTAKA

Google Earth.

Prawira, Esther. Perbaikan Ventilasi Alami Pada Pemukiman Padat

Penduduk Bentuk Dari Eko-Arsitektur.Jakarta: UniversitasTarumanegara.

2011.

Rumata, NiniApriani. Tata Ruang. Makasar. 2010.

SNI. Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian

Udara Pada Bangunan Gedung. 2014.

Santoso, Eddy Imam. Kenyamanan Termal Indoor Pada Bangunan di

Gambar

Gambar 1. SD N Patak Banteng Sumber: Data Primer Peneliti
Gambar 4. Kondisi dan Situasi SD N Patak Banteng dan SD N 1 Parikesit dilihat dari atas Sumber: Data Sekunder Peneliti
Gambar 5.Denah Siteplan SD N Patak Banteng  (atas) dan SD N 01 Parikesit (bawah)
Figure 1. Grafik Lk1.1 pada ruang kelas SD N Patak Banteng Sumber: Data Primer Peneliti
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sekitar pukul 10-18 suhu dalam ruangan lebih rendah dari pada suhu luar ruangan, karena bahan yang digunakan dapat meredam panas didalam container dengan baik

Perambatan panas material bangunan yang dapat dilihat melalui suhu permukaan dinding dapat dicapai dengan melihat selisih suhu udara permukaan luar dan dalam

Hasil perhitungan dan pengukuran menunjukkan, bahwa pada tipe rumah tradisional Gorontalo Bantayo Poboide , saat bulan April (musim panas), suhu udara didalam

Agar tujuan dan keuntungan dari introduksi udara luar ini dapat tercapai dengan optimal, terdapat parameter yang harus dipenuhi terkait pergerakan udara dalam

Gambar 27 Hasil pengukuran suhu udara di ruang kuliah pada Wing H Fateta Berdasarkan Gambar 26, Gambar 27 dan Gambar 28 dapat diketahui bahwa suhu udara tertinggi untuk

Dilakukan pengukuran faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal: suhu udara (Ta), dan kelembaban udara (RH) didalam ruang kelas.. Teknik pengumpulan data dengan

Materi penelitian meliputi pengamatan terhadap pergerakan aliran udara yang terjadi di dalam ruangan, yang berdampak kepada kondisi temperatur ruang dan persepsi termal pelaku,

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dan komparatif dengan subjek sebanyak 400 siswa sekolah dasar awal di Probolinggo, Sidoarjo dan