• Tidak ada hasil yang ditemukan

ekonomi makro dan mikro ekonomi (13)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ekonomi makro dan mikro ekonomi (13)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKRO EKONOMI

PENGARUH IMPOR TERHADAP PEREKONOMIAN DI

INDONESIA

Dosen Pengampu : Bhastomi Muslih, S.Pd.,M.M.

Nama : Mohamad Mustain Nim : 13.01.02.02.0249 Kelas : 2L /Manajemen Kelompok : 03

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

Simpang Siur Gula Rafinasi

Entah dari mana asalnya istilah gula rafinasi ini, tapi yang pasti cukup membuat orang awan menjadi dibingungkan dengan istilah ambigu ini. “Apa beda gula rafinasi dengan gula kristal putih atau ‘gula pasir’ yang biasa orang kebanyakan menyebutnya?” Inilah satu pertanyaan sederhana yang agak susah untuk dijelaskan.

Setelah marak dengan kasus-kasus ilegal loging, kini marak lagi kasus ilegal sugar tidak hanya di Jawa namun juga merebak di beberapa daerah luar Jawa. Selain di Makasar, beberapa hari yang lalu juga ditemukan kasus perdagangan ilegal gula impor ini di “Kota Cantik” Palangkaraya. Ada empat kios yang didapatkan menjual dan mengedarkan ‘gula pasir’ bernama gula rafinasi ini. Seperti dibuat kalang kabut, pihak kepolisian kota setempat langsung memanggil saksi ahli dari pihak BPOM Palangkaraya, untuk memberikan penjelasan mengenai kasus rafinated sugar.

Secara medis, sebenarnya gula rafinasi yang dilarang oleh pemerintah tidak membahayakan bagi kesehatan. Hal ini mengingat tidak ada kandungan bahan kimia berbahaya yang dilarang, seperti formalin, borak, ataupun pemanis buatan. Apabila memang gula rafinasi ini berbahaya, lantas kenapa diperbolehkan untuk kalangan industri makanan dan minuman yang akhirnya toh juga sampai di konsumsi oleh masyarakat secara luas? Mengingat dalam prosesnya pun tidak dilakukan perlakuan khusus, dalam arti dapat langsung digunakan untuk pengolahan industri makanan. Jadi dapat disimpulkan bahwa gula rafinasi adalah aman bagi kesehatan.

Akan tetapi kenapa gula rafinasi ini dilarang? Nah, inilah yang masih menjadi pertanyaan bagi yang belum pernah mengetahui secara langsung proses pengolahan gula kristal putih. Di Indonesia ada beberapa pabrik milik pemerintah maupun swasta yang memproduksi gula kristal putih (sekitar 70 pabrik) diantaranya PT Madukismo di Yogyakarta yang merupakan anak perusahaan dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), PTPN serta PT Gulaku di Lampung. Dari sekian banyak pabrik itu, sebenarnya masih mencukupi kebutuhan gula dari masyarakat. Hanya saja, mengingat kebutuhan gula oleh industri cukup besar, menyebabkan pemerintaf berinisiatif untuk membuka kran impor gula mentah (raw sugar) untuk kemudian diproses lagi menjadi gula putih (rafinated sugar).

(3)
(4)

PENDAPAT PRIBADI

Sebelum mengomentari berita diatas terlebih dahulu saya akan menjelaskan tentang apa gula refinasi itu?

Gula rafinasi atau “refined sugar” adalah gula mentah yang sudah mengalami proses pemurnian sehingga sehingga berkwalitas tinggi karena kadar abu dan kadar belerang (SO2) yang mendekati nol. Gula rafinasi sangat memenuhi ketentuan keamanan pangan sehingga sangat sesuai bagi industri pangan dan farmasi. Gula rafinasi merupakan gula yang diproduksi dari bahan baku gula mentah / raw sugar melalui proses rafinasi guna memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman serta kebutuhan dibidang farmasi. Peranan gula rafinasi bagi industri adalah sebagai salah satu bahan baku produksi. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kelancaran produksi industri makanan dan minuman yang membutuhkan pemanis, sangat bergantung pada ketersediaan gula rafinasi. Dengan bertambahnya jumlah industri makanan dan minuman di Indonesia, berdampak pada meningkatnya kebutuhan gula rafinasi nasional.

(5)

diharapkan dapat meminimalisir kebutuhan akan impor gula rafinasi, sehingga dapat terciptanya swasembada produksi gula nasional secara penuh. Untuk memenuhi hal tersebut perlu dilakukannya perluasan lahan, data menyebutkan lahan pertanian tebu kian menyempit Di tahun 2007, luas lahan pertanian tebu di nusantara tercatat masih 301.000 hektar. Tetapi jumlah ini terus berkurang hingga di tahun 2010 menjadi 285.779 hektar dan pada akhirnya di 2011, tersisa 282.349 hektar. Akibatnya terjadilah keterbatasan areal tanam yang bisa semakin bertambah parah apabila kondisi yang ada dibiarkan berlarut-larut. Belum lagi absennya penemuan varietas tebu baru unggul turut mendukung lemahnya produktivitas tebu. Dari sini terlihat masih begitu minimnya sikap konservatif dan inisiatif dari pemerintah terhadap pertanian tebu dalam negeri.

Selain masalah- masalah diatas, pemerintah juga menghadapi tantangan pada sektor on-farm. Untuk mengatasi permasalahan degradasi dan fungsional lahan yang selama ini terjadi, sesungguhnya pemerintah telah dan terus melakukan pembukaan lahan pertanian tebu baru untuk segera mendukung pendirian pabrik gula baru. Hal ini dilakukan di beberapa kawasan potensial dan prospektif di Indonesia, seperti Lampung, Banyuwangi, Blora, Lamongan, Madura, dan Gorontalo. Tetapi dalam pengembangan areal tanam tebu, bukan hanya faktor ketesediaan lahan saja yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Dua masalah lainnya adalah soal kesejahteraan tenaga kerja petani tebu dan pengembangan varietas tanaman tebu. Sampai sekarang terbukti masih banyak petani tebu yang resah dan berkeinginan untuk meninggalkan ladang profesinya, dan masih jeleknya kualitas tebu Indonesia bila dibandingan tebu dari negara lain.

(6)

penggunaan bahan bakar yang tinggi. Ujung-ujungnya kapasitas produksi gula menjadi rendah. Hal ini dapat terlihat dari mencoloknya nilai rendemen (perbandingan kadar gula terhadap berat tebu giling) pabrik gula Indonesia yang hanya 6%-7% bila dibandingkan dengan pabrik gula di Thailand, yang mampu mencapai 11%-12%. Masalah lainnya muncul pada proses pendirian dan optimalisasi pabrik pengolahan tebu rakyat. Dalam mendirikan pabrik gula baru, ada dua hal yang harus dihadapi pemerintah, yaitu anggaran dan lahan. Pemerintah dinilai masih kurang maksimal dan kurang terbuka dalam pengadaan dana untuk pendirian pabrik baru. Selain itu proses pendirian sudah dipersulit dari awal, yaitu pada proses pembukaan lahan dan izin pembangunan oleh sistem yang ada di tempat. Demikian kompleksnya tantangan di lapangan, membuat proses pembangunan pabrik gula rakyat berjalan sangat lambat. Di luar itu, pabrik-pabrik yang sudah ada ternyata banyak yang tidak mengalami kemajuan, baik karena kurangnya perhatian pemerintah ataupun kurangnya kesiapan dan kemandirian pabrik dalam menghadapi pasar industri gula. Akibatnya, dapat ditebak. Produktivitas gula nasional terasa statis dan lambat berkembang sehingga cita-cita swasembada gula terasa semakin jauh saja.

Untuk mengatasi keadaan itu semua, kunci utamanya adalah jangan semakin memperburuk keadaan. Setiap tindakan harus benar-benar dipikirkan terlebih dahulu agar efeknya tidak memperkeruh suasana. Sebaliknya, lakukan tindakan-tindakan prosedural dan bersifat inovatif agar bisa memperbaiki keadaan yang ada. Hal ini wajib dilakukan oleh semuanya, bukan cuma pemerintah, sesuai dengan potensi dan tanggung jawab masing-masing. Memang ini adalah kondisi ideal yang sulit dicapai. Tetapi untuk bisa mendekati kondisi tersebut, ada strategi baik yang bisa diterapkan. Strategi tersebut secara sederhana tertuang dalam lima operasi untuk mewujudkan swasembada gula nasional

(7)

tidak meliputi masalah-masalah yang terjadi, perkembangan terkini, serta rencana pemerintah ke depannya untuk meningkatkan produktivitas gula nasional. Tujuan penyamaan pengetahuan ini adalah untuk menyatukan pandangan dan visi akan industri gula yang dihadapi. Dengan begitu, setiap individu dari masyarakat Indonesia akan mengerti dan terikat dengan urgensi yang ada dan diharapkan mereka mengerti peran dan tanggung jawab masing-masing di dalamnya. Sebab pada dasarnya, setiap diri dari rakyat memiliki andil untuk berkontribusi dalam mewujudkan cita-cita swasembada gula nasional. Menyadari posisi dan kebutuhan orang lain akan keterlibatan dirinya adalah bekal utama dalam bekerja sama dan tidak bertindak yang tidak kooperatif.

(8)

tebu dan pembangunan pabrik gula di Madura, PTPN X telah melakukan banyak hal untuk merealisasikan rencana itu. Dimulai dengan ekspansi lahan secara sangat intensif, penelitian terhadap potensi lahan dan varietas tanaman tebu yang sesuai, pelatihan dan peningkatan keterampilan bercocok tanam bagi petani tebu, hingga kajian bisnis yang terkait. Selain itu PTPN X juga melakukan pendekatan kepada masyarakat Madura hingga berhasil meyakinkan beberapa pemilik tanah dan petani tebu untuk menanam tebu di lahannya. Dan untuk mempersiapkan pembangunan pabrik gula di sana, selain sudah mendapatkan izin, PTPN X juga telah menyiapkan rancangan pabrik terintegrasi yang sangat modern.

c. Operasi ketiga adalah modernisasi dan revitalisasi pabrik gula. Dilihat dari kondisi sekarang, pabrik-pabrik gula yang ada di Indonesia sangat perlu melakukan pembaharuan besar. Hal ini begitu penting dilaksanakan untuk memaksimalkan kerja pabrik-pabrik tersebut. Pembaharuan yang dimaksud bukan hanya modernisasi mesin dan teknologi proses yang digunakan, tetapi juga revitalisasi sistem dan organisasi di dalam pabrik. Sebab dua hal inilah yang sangat menentukan kinerja dan hasil produksi pabrik, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, serta kelanjutan dari pabrik tersebut ke depannya. Untuk melakukan modernisasi, pihak pabrik harus mengevaluasi efisiensi dan efektivitas proses pengolahan yang terjadi terhadap input (tebu giling, bahan bakar, energi, biaya), enjineer yang terlibat, ketahanan mesin dan teknologi, serta output (angka rendemen, mutu produk, dan pendapatan bersih). Kemudian dalam melakukan revitalisasi manajemen internal pabrik, untuk menciptakan sistem dan lingkungan kerja yang kondusif, solid, dan tangguh, pihak pabrik harus melakukan beberapa hal mendasar sebagai fondasinya. Yaitu menciptakan tatanan struktur yang baik dan kuat, menempatkan para pemimpin dan tenaga ahli sesuai dengan potensi dan karakternya, serta memanfaatkan tenaga kerja secara efektif dan efisien.

(9)

aliran produksi dan distribusi gula yang melibatkan pihak-pihak terkait seperti pemerintah dan instansi yang terkait, investor, pabrik gula tebu, pabrik gula rafinasi, para petani tebu, dan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu, sistem ini adalah faktor x yang sangat menentukan.

(10)

LANDASAN TEORI

Banyak orang atau lembaga yang membeli barang dari luar negeri untuk dijual lagi di dalam negeri. Kegiatan ini disebut dengan impor, dan orang atau lembaga yang melakukan impor disebut importir. Importir melakukan kegiatan impor karena menginginkan laba. Kegiatan impor dilakukan jika harga barang yang bersangkutan di luar negeri lebih murah. Harga yang lebih murah tersebut karena antara lain:

1. negara penghasil mempunyai sumber daya alam yang lebth banyak, 2. negara penghasil bisa memproduksi barang dengan biaya yang lebih

murah, dan

3. negara penghasil bisa memproduksi barang dengan jumlah yang lebih banyak.

Kegiatan impor mempunyai dampak positif dan negatif terhadap perekonomian dan masyarakat. Untuk meliridungi produsen di dalam negeri, biasanya suatu negara membatasi jumlah (kuota) impor. Selain untuk melindungi produsen dalam negeri, pembatasan impor juga mempunyai dampak yang lebih luas terhadap perekonomian suatu negara. Dampak positif pembatasan impor tersebut secara umum sebagai berikut:

(11)

b. Mengurangi keluamya devisa ke luar negeri. maka perdagangan internasional menjadi lesu. Dampak selanjutnya adalah, terganggunyapertumbuhan perekonomian negara-negara yang bersangkutan.

2) Karena produsen dalam negeri merasa tidak mempunyai pesaing, mereka cenderung kurang efisien dalam produksinya. Bahkan tidak hanya itu, produsen juga kurang tertantang untuk meningkatkan mutu produksinya. Kegiatan pembatasan kuota impor oleh suatu negara dapat mengakibatkan tindakan balasan bagi negara yang merasa dirugikan.

Manfaat Kegiatan Impor

Kegiatan Impor juga Memiliki Manfaat seperti dibawah ini... a.Memperoleh Barang dan Jasa yang Tidak Bisa Dihasilkan

Setiap negara memiliki sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia yang berbeda-beda. Misalnya, keadaan alam Indonesia tidak bisa menghasilkan gandum dan Amerika tidak bisa menghasilkan kelapa sawit. Perdagangan antarnegara mampu mengatasi persoalan tersebut. Perdagangan antarnegara memungkinkan Indonesia untuk memperoleh gandum dan Amerika memperoleh minyak kelapa sawit. Perdagangan antarnegara akan bisa mendatangkan barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri. Misalnya Indonesia belum mampu memproduksi mesin-mesin berat. Oleh karena itu, Indonesia melakukan perdagangan dengan Amerika, Jepang, Cina dan Korea Selatan dalam pengadaan alat-alat tersebut.

b.Memperoleh Teknologi Modern

(12)

ini mempermudah proses penyambungan kerangka motor. Contoh lainnya adalah mesin fotokopi laser. Mesin ini bisa menggandakan dokumen dengan lebih cepat dan jelas. Tingkat teknologi di negara kita umumnya masih sederhana. Pengembangan teknologi masih lambat karena rendahnya kualitas sumber daya manusia. Untuk mendukung kegiatan produksi, kita dapat mengimpor teknologi dari luar negeri.

Dalam perdagangan biasanya terjadi pertukaran informasi. Dari saling bertukar informasi ini, Indonesia dapat belajar teknik produksi baru dan pemanfaatan teknologi modern.

c.Memperoleh Bahan Baku

Setiap kegiatan usaha pasti membutuhkan bahan baku. Untuk memproduksi mobil dibutuhkan besi dan baja. Untuk memproduksi ember, mangkuk, dan kursi plastik dibutuhkan plastik. Tidak semua bahan baku produksi tersebut dihasilkan di dalam negeri. Mungkin ada yang diproduksi di dalam negeri, tetapi harganya lebih mahal. Pengusaha tentu lebih menyukai bahan baku yang harganya lebih murah. Demi kelangsungan produksi, pengusaha harus menjaga pasokan bahan bakunya. Salah satu caranya dengan mengimpor bahan baku dari luar negeri.

DAFTAR RUJUKAN

(Sumber : IPS, Hal : 166-169, Penerbit : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Penulis : Sutarto)

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi Pemberdayaan harus dilakukan secara terus- menerus dan

Indikator yang lebih teliti untuk menaksir kematangan adalah berdasarkan pertumbuhan atau perkembangan unsur-unsur yang ada pada diri seseorang, misalnya:

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh mahasiswa program pendidikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Percobaan ini bertujuan untuk memanfaatkan surnberdaya lokal pedesaan sebagai organlk plus, sehingga petani dapat memberikan pupuk organik ' dan pupuk anorganik (kimia)

Eksistensi Pasar Gede Hardjonagoro tidak hanya melihat dari keberadaan fisik bangunan pasar saja, tetapi juga melihat dari karakteristik pedagang dan konsumen pasar, serta

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRAKTIKUM PEMBUATAN SUSU KACANG KEDELAI BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN PEMBUATAN KOLOIDi. Universitas Pendidikan Indonesia |

Strategi penghidupan nelayan yang terdiri dari strategi bertahan hidup yang dicirikan dengan aset dan modal yang terbatas hingga tidak ada, strategi konsolidasi dicirikan dengan