• Tidak ada hasil yang ditemukan

Degradasi pengelolaan Hutan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Degradasi pengelolaan Hutan di Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KELOMPOK

PAPER DEGRADASI HUTAN DI INDONESIA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Sumberdaya Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Jember

Disusun oleh:

Indria Nur Farida (121510601045)

Sajulaila Wahyuning Basuki (121510601048)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

2014

PENDAHULUAN

(2)

alam yang terkendali dan pengolahan lingkungan hidup yang ramah lingkungan menjadi salah satu modal dasar yang sangat penting bagi pembangunan nasional secara keseluruhan. Selain itu, ketersediaan sumberdaya juga mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap pembangunan ekonomi. Tahun 2001, sumbangan sektor sumber daya alam terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional adalah sekitar 30 persen dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 57 persen dari total penyerapan lapangan kerja nasional. Namun, akibat dari pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan hidup yang bersifat eksploitatif, keseimbangan, dan kelestariannya mulai terganggu. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga keseimbangan dan kelestariannya perlu dilakukan berbagai langkah dan tindakan strategis menurut bidang pembangunan yang tercakup dalam pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup (Bappenas, 2008).

Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia bila dikelola secara benar dan bijaksana. Kelestarian manfaat yang timbul karena potensi dan fungsi didalamnya dapat diwujudkan selama keberadaannya dapat dipertahankan dalam bentuk yang ideal. Hutan juga memberikan pengaruh kepada sumber alam lain, dimana pengaruh ini melalui tiga faktor lingkungan yang saling berhubungan, yaitu iklim, tanah, dan pengadaan air bagi berbagai wilayah, misalnya wilayah pertanian. Pepohonan hutan juga mempengaruhi struktur tanah dan erosi, sehingga mempunyai pengaruh terhadap pengadaan air di lereng gunung (Soeriatmadja, 1997).

(3)

terjadi dengan korban jiwa dan materi yang semakin besar. Dalam jangka pendek hal ini diperkirakan masih sulit untuk diatasi karena upaya perbaikan yang dilakukan akan berkejaran dengan degradasi yang terjadi. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah peningkatan perbaikan pengelolaan hutan secara terus menerus, baik perbaikan dari segi kualitas pengelolaan maupun skala pelaksanaan di lapangan. Disamping itu juga diperlukan suatu gerakan nasional yang konsisten dan terus menerus yang melibatkan semua pihak, antara lain dengan meningkatkan peran kelembagaan pengelola kehutanan yang harus semakin handal.

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan sumberdaya alam untuk pembangunan ekonomi yaitu menurunnya fungsi dan potensi hutan seiring dengan makin berkurangnya luasan yang dapat dipertahankan. Berbagai aktivitas manusia dilakukan untuk mengubah fungsi hutan secara ekologis menjadi pemanfaatan lahan secara ekonomis. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perusakan hutan, namun pada umumnya faktor-faktor tersebut berkaitan erat dengan praktek-praktek pembangunan dengan sistem produksi yang tidak berkelanjutan. Kerusakan hutan pada umumnya diakibatkan oleh meningkatnya jumlah eksploitasi sumberdaya hutan oleh pembalakaan liar (illegal logging), perambahan hutan yang tidak terkendali, kebakaran hutan, dan praktek pengelolaan yang belum optimal untuk kegiatan ekonomi (pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan) akibat belum terbentuknya kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di tingkat lapangan. Hal ini tentu saja akan menimbulkan fenomena baru bagi kawasan yang selama ini menggantungkan pada keberadaan hutan.

(4)

PEMBAHASAN

Sumberdaya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya. Pengelolaan sumber daya alam harus mengacu kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu, pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi peran serta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

(5)

Tabel 1. Hutan Alam di Indonesia (Juta Ha)

1. Hutan Produksi Tetap 64,4 46,1 35,2

2. Hutan Produksi

Berdasarkan tabel luas hutan alam di Indonesia pada tahun 1979 – 2000 terjadi penurunan luas kawasan hutan setiap tahunnya. Pada hutan produksi tetap jumlah kawasan hutan tahun 1979 yaitu seluas 64,4 juta ha, pada tahun 1990 menurun menjadi 46,1 juta ha, dan pada tahun 2000 menurun lagi menjadi 35,2 juta ha. Hutan produksi konservasi, hutan lindung, hutan konservasi, hutan tetap, dan kawasan hutan juga terjadi penurunan setiap tahunnya. Penurun jumlah luas kawasan hutan di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, yaitu konversi lahan, pembalakan liar, kebakaran hutan, dan perambahan hutan yang tidak terkendali.

(6)
(7)

penanggulangannya. Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara lain :

1. Memantapkan kelembagaan dengan membentuk dengan membentuk Sub Direktorat Kebakaran Hutan dan Lembaga non struktural berupa Pusdalkarhutnas, Pusdalkarhutda dan Satlak serta Brigade-brigade pemadam kebakaran hutan di masing-masing HPH dan HTI.

2. Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan.

3. Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam kebakaran hutan.

4. Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah, tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan. 5. Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian

kebakaran hutan.

6. Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan Transmigrasi), Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup.

7. Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2003).

Koordinasi dan sinergi antar pihak kepentingan yang terlibat di dalam pengelolaan kehutanan masih lemah karena tiap-tiap lembaga atau institusi telah mempunyai program sektoral masing-masing dan nuansa egosektoral pada tiap-tiap lembaga/institusi tersebut masih kental. Meskipun aktivitas pembalakan liar berskala besar mengalami penurunan dan kasus–kasus yang ditangani oleh aparat hukum dapat terungkap, namun praktek pembalakkan liar (illegal logging) belum dapat dihilangkan, sehingga upaya pemberantasannya perlu terus dilanjutkan. Peningkatan kembali kegiatan pembalakkan liar (illegal logging) dan perdagangan illegal TSL, perburuan dan penyelundupan kayu akan berimplikasi pada hilangnya keragaman satwa dan tumbuhan liar, keanekaragaman hayati genetik, jenis, bahkan ekosistem. Apabila hal ini berlangsung secara cepat dan masif akan memicu terjadinya kelangkaan dan bahkan kepunahan spesies tertentu.

(8)

meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan hutan. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) dilaksanakan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan untuk menjamin terjaganya daya dukung DAS yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Kegiatan RHL ini dilaksanakan di dalam maupun di luar kawasan hutan (dalam bentuk hutan kemasyarakatan, hutan desa, rehabilitasi hutan lindung dan hutan konservasi, hutan tanaman rakyat dan hutan rakyat). Secara khusus, arah kebijakan pembangunan kehutanan ke depan adalah mewujudkan:

1. Pengelolaan sektor kehutanan secara terpadu.

2. Memelihara potensi kekayaan hutan yang ada agar tetap dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan melakukan konservasi sumber daya hutan.

3. Penanggulangan kebakaran dan pemberantasan penebangan liar serta upaya penegakan hukumnya.

4. Mempercepat upaya rehabilitasi kawasan hutan yang sudah terdegradasi. 5. Melakukan desentralisasi kewenangan pengurusan kehutanan sehingga tercapai

pengelolaan yang bersifat partisipatif dan melibatkan seluruh pihak.

Indonesia sebagai satu diantara tujuh negara megabiodiversity di dunia, harus mampu mengekspresikan dan mempertahankan kualitasnya melalui pengalokasian kawasan konservasi terutama hutan. Peyelenggaraan pembangunan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tidak boleh terlepas dari peranan masyarakat disekitarnya. Pembangunan konservasi ini bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistem, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya harus mencerminkan peranannya sebagai pendukung lingkungan hidup dan sebagai pencipta prakondisi yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan pembangunan lainnya berjalan secara berdayaguna dan berhasilguna terutama konservasi hutan di Indonesia.

KESIMPULAN

(9)

terhadap sumberdaya alam yang ada disekitarnya. Apabila fungsi ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka potensi terjadinya bencana alam di lingkungan yang ada dibawahnya sulit dihindari, dan potensi kerusakan lingkungan sulit untuk ditanggulangi. Arah kebijakan pembangunan kehutanan ke depannya adalah mewujudkan pengelolaan sektor kehutanan secara terpadu, memelihara potensi kekayaan hutan yang ada agar tetap dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan melakukan konservasi sumber daya hutan, penanggulangan kebakaran dan pemberantasan penebangan liar serta upaya penegakan hukumnya, mempercepat upaya rehabilitasi kawasan hutan yang sudah terdegradasi, serta melakukan desentralisasi kewenangan pengurusan kehutanan sehingga tercapai pengelolaan yang bersifat partisipatif dan melibatkan seluruh pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 2008. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional.

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2003. Laporan Akhir Kajian Penilaian Karbon di Bukit Lawang dalam Rangka Pemanfaatan Jasa Lingkungan di Balai Besar TNGL. Bogor: PT. Boraspati Wahana.

Haeruman. 2001. Hutan sebagai Lingkungan Hidup. Jakarta: Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup.

Gambar

Tabel 1. Hutan Alam di Indonesia (Juta Ha)

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pasal 39 Peraturan Menteri

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Arus Kas Bebas dan Leverage Keuangan Terhadap Manajemen

LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

Hasil penelitian sesuai dengan pendapat para ahli yaitu wanita lebih. mengalami disabilitas dibanding dengan

Dari hasil identifikasi moda kegagalan dan akar permasalahan subsistem mesin roll dan mesin pemotong memiliki nilai RPN terbesar yang artinya subsistem ini memiliki

yang terletak pada perairan kepulauan Natuna merupakan struktur fixed platform yang menggunakan jacket sebagai struktur penopang beban, akan tetapi letak Indonesia

71 Hasil studi lapangan digunakan untuk menganalisis kebutuhan (need assessment) apakah produk PETASAN GALAU yang akan dihasilkan benar-benar dibutuhkan dan dapat dimanfaatkan

[r]