• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN PARENTING UNTUK CALON IBU DALAM MENYIAPKAN POLA PENDIDIKAN ANAK DI DESA BEDANTEN BUNGAH GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELATIHAN PARENTING UNTUK CALON IBU DALAM MENYIAPKAN POLA PENDIDIKAN ANAK DI DESA BEDANTEN BUNGAH GRESIK."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

MUSTAQIM (B53213061), Pelatihan Parenting untuk Calon Ibu dalam Menyiapkan Pola Pendidikan Anak di Desa Bedanten Bungah Gresik.

Fokus penelitian adalah, (1) Bagimana proses pelatihanparenting untuk calon ibu dalam menyiapkan pola pendidikan anak di desa Bedanten Bungah Gresik? (2) Bagaimana hasil akhir pelatihan parenting untuk calon ibu dalam menyiapkan pola pendidikan anak di desa Bedanten Bungah Gresik?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode research and development, dengan mengkolaborasikan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui observasi sebelum dan selama proses pelatihan, hasil wawancara kepada peserta pelatihan, kuesioner terbuka yang diperuntukkan kepada peserta pada pra dan pasca pelatihan untuk mengetahui keberhasilan pelatihan yang dilaksanakan. Sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui skala penilaian yang berupa angket uji ahli produk.

Proses pelatihan parenting untuk calon ibu dalam menyiapkan pola pendidikan anak di desa Bedanten Bungah Gresik, dilakukan secara bertahap sebagaimana langkah dalam pelaksanaan pelatihan secara umum. Adapun langkah-langkah tersebut antara lain: a) melakukan analisis kebutuhan (need assessment), b) menentukan tujuan dan materi pelatihan, c) menentukan metode pelatihan, d) proses pelatihan, dan d) melakukan evaluasi pelatihan.

Hasil akhir dari proses pelatihan parenting untuk calon ibu dalam menyiapkan pola pendidikan anak di desa Bedanten Bungah Gresik dapat kategorikan berhasil dengan persentase 80%. Adapun keberhasilan dari pelatihan parenting ini dapat diklasifikasikan dalam 3 bagian, yaitu a) peserta mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang pola pendidikan yang akan diterapkan pada anak, b) peserta telah memiliki gambaran mengenai pola pendidikan yang akan diterapkan pada anak, dan c) peserta mengetahui dan memahami tentang apa yang harus mereka lakukan untuk menerapkan pendidikan-pendidikan tersebut.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN... vi

ABSTRAK ... vii

G. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 25

1. Pelatihan ... 25

a. Pengertian Pelatihan ... 25

b. Ciri-ciri dan Langkah-langkah Pelatihan ... 27

c. Tujuan dan Manfaat Pelatihan ... 28

2. Pola Pengasuhan (parenting) a. Pengertian Pola Pengasuhan (parenting) ... 31

b. Macam-macam Pola Pengasuhan Anak ... 34

3. Pendidikan Anak ... 35

a. Pengertian Pendidikan Anak ... 35

b. Macam-macam Pendidikan ... 38

c. Tujuan Pendidikan ... 47

d. Tri Pusat Pendidikan ... 49

4. Peran Ibu dalam Pendidikan Anak ... 49

5. Materi Paket Pelatihan Parenting untuk Calon Ibu dalam Menyiapkan Pola Pendidikan Anak ... 57

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 61

BAB III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 63

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 63

(8)

b. Sejarah Desa Bedanten ... 63

c. Lembaga Pendidikan di Desa Bedanten ... 65

d. Perangkat Desa Bedanten ... 65

2. Deskripsi Fasilitator Pelatihan Parenting ... 66

3. Deskripsi Peserta Pelatihan Parenting ... 67

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67

1. Deskripsi Proses Pelatihan Parenting untuk Calon Ibu dalam Menyiapakan Pola Pendidikan Anak ... 67

a. Melakukan Analisis Kebutuhan ... 68

b. Menetapkan Tujuan dan Materi Pelatihan ... 69

c. Menentukan Metode Pelatihan ... 70

d. Proses Pelatihan ... 71

e. Melakukan Evaluasi Pelatihan ... 90

2. Deskripsi Hasil Akhir Pelatihan Parenting untuk Calon Ibu dalam Menyiapakan Pola Pendidikan Anak ... 91

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelatihan Parenting untuk Calon Ibu dalam Menyiapkan Pola Pendidikan Anak ... 100

B. Analisis Hasil Akhir Pelatihan Parenting untuk Calon Ibu dalam Menyiapkan Pola Pendidikan Anak ... 104

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 109

B. Saran ... 110

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Peserta Pelatihan Parenting ... 67

Tabel 3.2 Metode Pelatihan Parenting ... 70

Tabel 3.3 Pengelolaan Waktu Pelatihan Parenting ... 73

Tabel 3.4 Penyajian Data Keberhasilan Pelaksanaan Pelatihan Parenting ... 98

(10)

DAFTAR BAGAN

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam menganjurkan seorang laki-laki muslim untuk memilih menikah

dengan istri shalihah, karena istri adalah pendamping hidup, dialah yang akan

mendidik anak-anak. Istri merupakan nikmat yang agung dari sang pencipta

yakni Allah SWT, sebab Allah SWT sendiri telah menganugerahkan

perempuan bagi laki-laki, sebagaimana Dia telah menganugerahkan laki-laki

bagi perempuan.2 Allah SWT berfirman:

مُكَل َلَعَج ُهَاَو

َنِم مُكَقَزَرَو ًةَدَفَحَو َنِنَب مُكِجاَو زَأ نِم مُكَل َلَعَجَو اًجاَو زَأ مُكِسُف نَأ نِم

َنوُرُف كَي مُ ِهَا ِةَم عِنِبَو َنوُنِم ؤُ ي ِلِطاَب لاِبَفَأ ِتاَبِّيهطلا

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis

kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah ?". (QS. An Nahl: 72).3

Al-Mawardi menganggap bahwa memilih istri yang baik merupakan

hak anak atas bapaknya. Hal ini beliau kutip dari pernyataan Umar bin

Khattab radhiyallau ‘anhu, “Hak yang pertama untuk anak adalah dipilihkan

baginya seorang ibu sebelum ia dilahirkan; yang cantik, mulia, taat

beragama, terhormat, cerdas, berakhlak terpuji, teruji kecerdasannya dan

kepatuhannya kepada sang suami”.

Rasulullah SAW juga mengakui pandangan pendidikan yang dimiliki

(12)

2

pendidikan yang layak kepada saudari-saudarinya yang masih kecil-kecil,

juga anak-anak Jabir kelak dimasa mendatang. Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan An-Nasa’i dalam sebuah hadits yang

panjang, bahwasanya Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Engkau

menikah dengan gadis atau janda?,“ Dia jawab, “Janda.” Beliau bertanya

lagi, “Mengapa engkau tidak menikah dengan seorang gadis sehingga dapat

bersenda guaru denganmu?”, Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah, bapakku

meninggal dunia, sementara aku memiliki saudari-saudari yang masih

kecil-kecil. Aku tidak suka menikah dengan gadis yang sebaya dengan mereka,

(yang apabila aku lakukan) akibatnya tidak akan dapat mendidik dan

mengurus mereka. Oleh karena itulah aku menikah dengan seorang janda

agar dapat mengurus dan mendidik mereka.”4 Oleh karena itu, seorang

wanita yang telah menjadi seorang ibu, salah satu kewajiban kepada

suaminya adalah mendidik anak sebaik-baiknya dengan penuh kesabaran,

kelembutan dan kasih sayang.5

Sebagai orang pertama yang mengantarkan anak lahir ke dunia peran

ibu dalam kehidupan tentu tidak perlu diragukan lagi. Haqani (dalam

Christina, 2013)6 menguraikan dengan indah peran ibu dalam bukunya yang

berjudul “Terimakasih Ibu”. Dalam bukunya tersebut ia menguraikan betapa

seorang ibu merupakan sumber mata air terpenting yang mengalirkan

ketenangan, kebahagiaan, dan kecintaan dalam keluarga. Seorang ibu

4

Shohih Bukhori, No. 2967.

5

Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Propethic Parenting; Cara Nabi Mendidik Anak, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2010), hal. 57.

6

(13)

3

merupakan sosok hidup dari nilai-nilai kelembutan, kejernihan, kasih sayang,

dan cinta. Seorang anak tentu sangat memerlukan cinta dan belaian lembut

penuh kasih. Di sisi lain, tak ada yang rela mencintai dan berkorban untuknya

selain ibunya sendiri.

Menurut psikolog Jacinta F. Rini, anak-anak yang mengalami

ketiadaan figur ibu berpotensi mengalami masalah intelektual, emosional,

moral, dan sosial di kemudian hari. Masalah intelektual tersebut bisa berupa

kelemahan dalam berpikir sebab-akibat maupun kesulitan belajar, sedangkan

masalah emosional akan lebih pada kesulitan mengendalikan dorongan emosi,

gangguan dalam berkomunikasi, atau perkembangan konsep diri negatif.

Adapun masalah moral dan sosial yang mungkin muncul antara lain kesulitan

membedakan antara baik-buruk, perilaku melanggar aturan sosial, serta

perilaku yang cenderung agresif.7

Seorang penyair dari Mesir berhaluan nasionalis yang mendapat gelar

Penyair Sungai Nil bernama Hafizh Ibrahim, berkata dalam salah satu

syairnya, “Ibu adalah sekolah, jika kau mempersiapkannnya (jika berhasil),

kau telah mempersiapkan sebuah yang baik akhlaknya.”8 Para ibu hendaknya

menyadari bahwa peran dan tugasnya sebagai ibu untuk melayani suami dan

mendidik anak adalah anugerah Allah yang tidak diberikan pada kaum lelaki.

Ibu adalah teladan pertama bagi anak dan keluarganya. Peran ibu dalam

rumah tangga pasti akan dicatat langsung oleh Allah sebagai sebuah amal

7

Ani Christina, Sekolah Menjadi Orang Tua; Catatan Seorang Konselor, (Sidoarjo: Filla Press, 2013), hal. 21 – 22.

8

(14)

4

ibadah. Ibu juga makhluk yang dipilih Allah sebagai perantara untuk

melahirkan dan mendidik insan yang kelak menjadi khalifah di bumi.9

Berangkat dari apa yang dikemukakan di atas mengenai tugas ibu

sebagai seorang pendidik bagi anak-anak mereka, maka sebagai seorang ibu

haruslah memiliki pengetahuan dan pemahaman luas untuk memilih pola

asuh serta cara mendidik yang tepat yang harus diterapkan untuk anak-anak

mereka agar anak-anak mereka dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana

mestinya.

Di zaman sekarang banyak kita temuai orangtua terutama ibu yang

sering bersentuhan dengan anak mereka sering sekali melabeli

anak-anak mereka dengan berbagai macam label negatif menyebut anak-anak-anak-anak

mereka sebagai anak nakal, bodoh dan lain sebaginya. Sebagaimana hal yang

terjadi di desa Bedanten, dengan nada tinggi ibu berkata “kalau sekolah itu

yang pintar, kayak teman-temanmu itu lo”.10 Pemberian label tersebut

dianggap sebagai hal yang biasa bagi mereka. Kurangnya pengetahuan dan

ilmu menyebabkan timbul berbagai dampak negatif pada anak. Salah satu

dampak yang ditimbulkan dari pemberian label negatif yang disebut secara

berulang-ulang akan terekam secara terus menerus kedalam memori otak

anak-anak yang kemudian akan membentuk konsep diri bagi anak-anak

mereka, dan pada akhirnya jika tidak segera diatasi akan menjadikan

9

Azti Arlina, Keep Smiling For Mom: Menjadi Ibu Yang Bahagia Dan Luar Biasa,

(Bandung: Mizania, 2009), hal. 149.

10

(15)

5

kepribadian anak tumbuh menjadi pribadi yang negatif.11 Kasus lain yang

berkaitan dengan pendidikan anak adalah ada banyak sekali para orangtua

yang mengeluhkan bahwa anaknya susah diatur, disuruh sholat dan belajar

saja harus sering diingatkan padahal mereka telah mempunyai kewajiban

untuk sholat, mereka lebih memilih untuk bermain gadget atau menonton

tayangan televisi seharian dari pada harus sholat dan belajar. Sebagaimana

yang terjadi pada salah satu keluarga yang pernah peneliti temui. Orangtua

anak berkata, “ya allah mas, gimana yo mas anakku kok susah banget dikasih

tahu. Di suruh sholat, ngaji, belajar malah nonton TV, disuruh dengan cara

halus nggak mau di marahi malah melotot. Bingung aku mas harus ngasih

tahu dengan cara apalagi.”12

Ketika hal di atas terjadi, kita tidak bisa melimpahkan kesalahan

sepenuhnya kepada anak. Bisa saja hal tersebut terjadi diakibatkan karena

memang cara penerapan pola pendidikan orangtua yang salah pada anak.

Orangtua kurang memahami bagaimana cara yang tepat untuk menerapkan

pola pendidikan pada anak-anak mereka. Mereka cenderung mencontoh dan

menerapkan pola pendidikan yang telah diterapkan oleh orangtua mereka

dahulu untuk diterapkan kepada anak-anak mereka. Padahal kondisi zaman

semakin berkembang dan maju tentunya cara mendidik anak pun bisa

dipastikan berubah, dengan menyesuaikan zaman sebab sifat dan karakter

anak pun berbeda jauh dengan zaman dahulu. Dari sinilah perlu kita ketahui

11

Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari, Yuk, Jadi Orang Tua Shalih Sebelum Meminta Anak Shalih, (Bandung: Mizania, 2014), hal. 20 – 21.

12

(16)

6

bersama bahwa untuk mendidik anak orangtua harus banyak belajar tentang

bagaimana cara menerapkan pendidikan yang baik pada anak dan agar pola

pendidikan yang diterapkan kepada anak lebih maksimal maka pembelajaran

bisa dilakukan diawal yakni ketika sebelum memiliki seorang anak.

Pembelajaran bisa dilakukan dengan membaca buku, mencari informasi lewat

internet atau berdiskusi dengan orangtua lain yang lebih berpengalaman

dalam mendidik anak dan cara lain yang bisa orangtua lakukan adalah dengan

mengikuti pelatihan.

Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti terpanggil untuk

melakukan suatu tindakan nyata untuk membantu para orangtua terutama para

calon ibu yang nantinya akan mengemban tugas untuk mendidik anak-anak

mereka agar nantinya bisa menerapkan pola pendidikan dengan baik, maka

peneliti bermaksud untuk mengadakan pelatihan parenting untuk calon ibu

dalam menyiapkan pola pendidikan anak. Pelatihan parenting untuk calon ibu

dengan menggunakan buku paket pelatihan sebagai materi pelatihan

parenting.

Buku paket pelatihan tersebut tentunya telah melalui berbagai macam

proses yakni 1) proses pengujian internal dengan berdiskusi meminta saran

dan masukan kepada dosen pembimbing, teman peneliti serta para calon ibu

2) melakukan proses uji ahli buku; uji ahli buku disini tentunya dilakukan

untuk menguji ketepatan, kelayakan dan kegunaan buku paket yang telah

dibuat untuk akhirnya bisa dijadikan sebagai buku paket pelatihan. Adapun

(17)

7

M.Pd.I, Ibu Immarianis, S.Pd, M.Si, Kons., dan Ibu Yusria Ningsih, S.Ag,

M.Kes., mereka ditunjuk untuk uji ahli buku sebab mereka memiliki

kompetensi dalam bidang tersebut. 3) melakukan revisi produk merupakan

langkah terakhir penyempurnaan produk, revisi produk dilakukan melalui

kritik dan saran dari pengujian internal serta uji ahli agar nantinya buku paket

tersebut layak dan baku untuk digunakan sebagai buku paket pelatihan

parenting. Adapun bentuk buku paket pelatihan yang telah melewati uji

internal, uji ahli dan telah direvisi, hasil kritik dan saran calon ibu, angket

hasil penilaian uji para ahli serta curiculum vitae bisa dilihat pada skripsi di

bagian lampiran.

Berdasarkan hasil penjabaran di atas, maka peneliti bermaksud

mengangkat suatu penelitian yang berjudul “PELATIHAN PARENTING

UNTUK CALON IBU DALAM MENYIAPKAN POLA PENDIDIKAN ANAK DI DESA BEDANTEN BUNGAH GRESIK”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagimana proses pelatihan parenting untuk calon ibu dalam menyiapkan

pola pendidikan anak di desa Bedanten Bungah Gresik?

2. Bagaimana hasil akhir pelatihan parenting untuk calon ibu dalam

(18)

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan proses pelatihan parenting untuk calon ibu dalam

menyiapkan pola pendidikan anak di desa Bedanten Bungah Gresik.

2. Mengetahui hasil akhir pelatihan parenting untuk calon ibu dalam

menyiapkan pola pendidikan anak di desa Bedanten Bungah Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, menambah wawasan bagi peneliti lain

yang ingin meneliti masalah lebih lanjut terkait dengan pola pendidikan

anak.

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi

masayarakat luas terutama para calon ibu agar mendapatkan gambaran

dalam menyiapkan pola pendidikan bagi anak-anaknya kelak serta dapat

mengetahui langkah-langkah menerapkan pola pendidikan tersebut,

sehingga anak-anak mereka dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana

mestinya. Bagi peneliti, penelitian ini akan menambah pemahaman

(19)

9

E. Definisi Konsep

Peneliti perlu membatasi konsep yang diajukan dalam penelitian agar

tidak terjadi misspersepsi dan terhindar dari kesalah pahaman makna serta

dapat memudahkan dalam mempelajari isi, maksud dan tujuan penelitian.

Adapun definisi konsep dari penelitian ini adalah: 1. Pelatihan Parenting

Pelatihan bisa diartikan sebagai suatu proses yang telah

direncanakan untuk memudahkan proses pembelajaran sehingga

seseorang bisa menjadi lebih efektif dalam melakukan segala

pekerjaannya.13 Sedangkan parenting adalah metode komunikasi yang

efektif, persuasif, dan sugestif berbasis alam bawah sadar. Metode

parenting sangat bermanfaat untuk mendidik anak dalam meningkatkan

kecerdasan, kualitas kepribadian, kebiasaan position, perilaku positif, dan

sebagainya.14 Menurut Mona Ratuliu seorang pegiat parenting, ilmu

parenting adalah proses pengasuhan dan pendidikan anak mulai dari

kelahirannya hingga mencapai kedewasaan personal.15

Pelatihan parenting yang dimaksud oleh peneliti disini adalah

penyampaian materi oleh peneliti kepada peserta pelatihan yakni para

calon ibu yang berjumlah 7 orang. Pelatihan ini berisi tentang proses

mendidik anak yang akan diberikan orangtua sejak dalam kandungan

13

Agus Suryana, Panduan Praktis Mengelola Pelatihan, (Jakarta: Edsa Mahkota, 2006), hal. 2.

14

Subiyono & Awan Hariono, Pendidikan dan Pengembangan Iptekskoren Iptekskoren Berbasis Alam Bawah Sadar: (Ilmu Pengetahuan Teknologi Seni Kesehatan Olah Raga Enterpreneur), (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hal. 99.

15

(20)

10

hingga anak dilahirkan ke dunia. Adapun materi yang disampaikan

berasal dari buku paket yang telah di susun oleh peneliti yang telah

melewati uji internal dan uji para ahli. Pelatihan disini menggunakan

sistem forum group discussion dan dikemas seperti sarasehan. Adapun

pelaksana dari pelatihan ini adalah peneliti sendiri dengan meminta izin

kepada kepala desa setempat untuk melakukan pelatihan. Adapun proses

pelatihan parenting secara rinci akan dibahas di BAB III.

2. Calon Ibu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia calon berarti orang yang

menjadi; bakal.16 Sedangkan ibu mempunyai makna a) panggilan untuk

wanita yang telah melahirkan anak; Mak. Ibu sangat mengasihi

anak-anaknya. b) perempuan yang mempunyai suami; panggilan yang sopan

kepada wanita. c) bagian utama atau sumber.17

Adapun Suryati Armaiyn dalam bukunya Catatan Sang Bunda

mengatakan bahwa:

“Ibu adalah manusia yang sangat sempurna. Dia akan menjadi

manusia sempurna manakala mampu mengemban amanah Allah. Yaitu menjadi guru bagi anak-anaknya, menjadi pengasuh bagi keluarga, menjadi pendamping bagi suami dan mengatur kesejahteraan rumah tangga. Dia adalah mentor dan motivator. Kata-katanya mampu menggelorakan semangat. Nasihatnya mampu meredam ledakan amarah. Tangisnya menggetarkan arasy Allah. Doanya tembus sampai langit ke tujuh. Di tangannya rejeki yang sedikit bisa menjadi banyak, dan ditangannya pula

(21)

11

kurang. Dialah yang mempunyai peran sangat penting dalam

menciptakan generasi masa depan.”18

Peneliti bermaksud untuk memberikan definisi tersendiri dalam

kaitannya dengan pengertian calon ibu. Calon ibu yang dimaksudkan

dalam penelitian ini yakni seorang perempuan yang baru atau telah

menikah yang belum mempunyai anak atau mereka yang masih

mengandung anak pertamanya.

3. Pola Pendidikan Anak

Pola dalam kamus Bahasa Indonesia bermakna cara kerja; sistem.

pola kerja.19 Adapun pendidikan Menurut Kant, bermakna care,

discipline, and instruction, the first element of the definition needs

noexlanation, discipline is the eradication of wildness, instruction is the

cultivation of the volitional and cognitive faculties. Menurut Ahmad D.

Marimba, memberi pengertian bahwasanya pendidikan adalah bimbingan

atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang

utama. Dengan demikian pendidikan dalam arti luas adalah meliputi

perbuatan atau usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan)

pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya

kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan generasi muda

18

Suryati Armaiyn, Catatan Sang Bunda, (Jakarta: Al-Mawardi Prima Jakarta, 2011), hal.7 – 8.

19

(22)

12

agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmani maupun

rohaninya.20

Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan

yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana kata “anak” merujuk pada lawan

dari orangtua, orang dewasa adalah anak dai orangtua mereka, meskipun

mereka telah dewasa .21 Sedangkan Anak dalam konsep ilmu psikologi

anak, definisi anak adalah mereka yang sedang berada dalam

perkembangan masa prenatal, lahir, bayi, atitama (anak tiga tahun

pertama), alitama (anak lima tahun pertama), dan anak tengah (usia 6 –

12 tahun).22

Jadi, yang dimaksud pola pendidikan anak adalah sistem, cara

kerja atau bentuk dalam upaya melimpahkan pengetahuannya,

pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada seorang lelaki

atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa

pubertas yaitu mereka yang sedang berada dalam perkembangan masa

prenatal, lahir, bayi, atitama (anak tiga tahun pertama), alitama (anak

lima tahun pertama), dan anak tengah (usia 6 – 12 tahun). Pola

pendidikan anak yang dimaksudkan peneliti adalah pola pendidikan

kepada anak yang akan didapatkan pada fase banota (pra-kelahiran)

20

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 84.

21

Santhos Wachjoe Prijambodo, Bunga Rampai Hukum dan Filsafat di Indonesia: Sebuah Catatan Pemikiran, (Yogyakarta : Deepublish, 2015), hal. 43 – 44.

22

(23)

13

sampai anak dilahirkan ke dunia yang meliputi pendidikan ibadah,

pendidikan karakter dan pendidikan di era digital.

4. Paket Pelatihan Parenting untuk Calon Ibu dalam Menyiapkan Pola

Pendidikan Anak

Adapun paket yang akan diberikan kepada calon ibu dalam

penelitian ini adalah buku paket yang telah dibuat oleh peneliti yang

berjudul “Ibu, Engkaulah Sekolah Pertamaku”. Buku paket ini terdiri dari

dua bagian. Bagian pertama berisi tentang deskripsi singkat tentang

seluruh isi paket yang dibahas dalam buku paket, tujuan yang hendak

dicapai dalam pelatihan serta berisi fungsi dan manfaat diadakannya

pelatihan. Bagian kedua berisi tentang pendahuluan, indikator, waktu,

metode, kegiatan yang akan dilakukan, tujuan serta pertanyaan kuesioner

yang akan diberikan pada saat pra dan pasca pelatihan yang ada disetiap

materi paket. Selain itu juga berisi uraian materi tiap paket yang terdiri

dari: a). Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, b). Mengajarkan

Ibadah pada Anak-anak, c). Pendidikan Karekter Bagi Anak, d).

Mendidik Anak di Era Digital.

Pelaksanaan buku paket ini bertujuan agar peserta pelatihan

memperoleh tambahan wawasan terkait pola pendidikan anak yang akan

diterapkan serta langkah untuk menerapkan pola pendidikan tersebut

mulai dari kandungan hingga anak dilahirkan ke dunia sebagaimana yang

(24)

14

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan metode research and development dalam

penelitiannya. Research and development adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan

produk tersebut agar nantinya produk yang telah di buat tersebut dapat

bermanfaat untuk masyarakat luas.23

Penelitian dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan

mengembangkan produk. Memvalidasi produk berarti produk itu telah

ada dan peneliti hanya menguji efektivitas atau validitas produk tersebut.

Adapun mengembangkan produk dalam arti yang luas dapat berupa

memperbaharui produk yang telah ada (sehingga menjadi lebih praktis,

efektif, dan efisien) atau menciptakan produk baru (yang sebelumnya

belum pernah ada).24

Untuk menggali data dalam penelitian ini peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif dengan melalui observasi sebelum dan selama

proses pelatihan, hasil wawancara kepada peserta pelatihan, kuesioner

terbuka yang diperuntukkan kepada peserta pada pra dan pasca pelatihan

untuk mengetahui keberhasilan pelatihan yang dilaksanakan. Adapun

pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggali data melalui angket uji

produk yang diberikan kepada para ahli.

23

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 297.

24

(25)

15

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian ini adalah para calon ibu yang berjumlah 7

orang yang ada di desa Bedanten Bungah Gresik. Pemilihan subjek

berdasarkan pada kriteria tertentu. Adapun kriteria yang ditentukan oleh

peneliti adalah sebagai berikut: a) subjek penelitian telah menikah dan

belum mempunyai anak b) pendidikan adalah minimal jenjang SMA

sampai dengan S1.

Kriteria tersebut ditentukan oleh peneliti dengan

mempertimbangkan berbagai alasan: a) memilih subjek yang belum

mempunyai anak sebagai langkah preventif agar nantinya pendidikan

yang diterapkan kepada anak bisa lebih maksimal sebab si ibu telah

memperoleh bekal terkait gambaran pola pendidikan anak mulai dari pra

kelahiran sampai dengan anak b) ibu yang mempunyai pendidikan SMA

maupun S1 diharapkan setelah mengikuti pelatihan nantinya bisa

membagi ilmunya kepada calon ibu lain yang ada di desa tersebut sebab

tingkat pemahaman dan penguasaan materi paket pelatihan dinilai lebih

baik dan mumpuni dibandingkan mereka yang memiliki jenjang

pendidikan lebih bawah.

Penelitian ini dilaksanakan di desa Bedanten kecamatan Bungah

kabupaten Gresik. Adapun tempat pelatihan dilaksanakan di salah satu

ruangan yang ada di pondok pesantren Mambaul Ulum yang diasuh Oleh

KH. Fatah Abdul Aziz yang beralamatkan di Jl. Maskumambang RT. 11

(26)

16

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Adapun jenis data pada penelitian ini adalah:

1) Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian adalah

hasil observasi selama proses pelatihan parenting dari awal

sampai akhir pelatihan. Termasuk juga data hasil wawancara

dengan peserta pelatihan terkait pelatihan yang telah

dilaksanakan serta hasil kuesioner yang diisi oleh peserta pra

dan pasca pelatihan.

2) Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian terdiri dari berbagai

referensi pendukung penelitian lainnya yang berkaitan dengan

persoalan yang peneliti teliti, seperti data tambahan dari buku,

jurnal dan situs.

b. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling penting dalam

sebuah penelitian, hal ini dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam

menggunakan atau memahami sumber data maka data yang

diperoleh tidak sesuai dengan tujuan penelitian.25 dalam hal ini

sumber data di bagi menjadi dua bagian, yaitu:

25

(27)

17

1) Sumber data primer yaitu sumber data yang didapatkan

langsung dari lapangan. Dalam hal ini yang dimaksud dari

sumber data primer adalah informasi yang didapatkan peneliti

dari peserta pelatihan yakni para calon ibu yang berada di desa

Bedanten Bungah Gresik.

2) Sumber data sekunder adalah segala informasi yang berbentuk

literatur dan hasil pengamatan peneliti terhadap dokumentasi

hasil pemahaman peserta pelatihan setelah pelatihan

dilaksanakan yang dimunculkan melalui tulisan tangan peserta.

4. Tahap-tahap dalam Penelitian Pengembangan

Agar dapat memberikan pelatihan parenting, tentunya diperlukan

sarana yang dapat membantu jalannya pelatihan ini, karena adanya paket

ini sangat dibutuhkan oleh calon ibu dalam menyiapkan pola pendidikan

anak. Dan prosedur-prosedur ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

a. Perencanaan

Tahap ini merupakan tahap dimana peneliti mengkaji dan

mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan masalah-masalah

pendidikan anak selama ini. Kemudian langkah berikutnya peneliti

mengumpulkan dan mempelajari tentang macam-macam pola

pendidikan anak. Dalam hal ini peneliti melakukan studi literatur

dengan mempelajari berbagai buku yang didalamnya membahas

tentang macam-macam pola pendidikan anak yang bisa diterapkan

(28)

18

b. Pengembangan

1) Merumuskan tujuan yaitu terwujudnya para calon ibu yang

memiliki wawasan dan gambaran kedepan bagaimana mereka

akan menerapkan pola pendidikan untuk anak-anak mereka

mulai dari pendidikan pra lahir sampai nanti anak dilahirkan.

2) Menyusun sebuah paket pengembangan dengan mempersiapkan

materi tentang a). Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, b).

Mengajarkan Ibadah pada Anak-anak, c). Pendidikan Karekter

Bagi Anak, d). Mendidik Anak di Era Digital.

3) Mengembangkan paket yang menjadi petunjuk bagi calon ibu

agar dapat mengikuti proses pelatihan dengan tepat sehingga

peserta pelatihan yakni para calon ibu dapat memahami target

yang ingin dicapai setelah diadakannya pelatihan. Adapun paket

yang dikembangkan berupa paket pelatihan parenting untuk

calon ibu dalam menyiapkan pola pendidikan anak.

c. Menyusun Strategi Evaluasi

Menyusun strategi evaluasi merupakan hal yang perlu

dilakukan agar tingkat keberhasilan paket dapat diketahui, maka

perlu diadakan evaluasi bimbingan untuk mencapai hasil yang

maksimal.

d. Tahap Uji Coba

Agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan

(29)

19

tiga tahap, yaitu uji ahli yang mempunyai tujuan untuk mengetahui

dimana letak kesalahan-kesalahan yang mendasar baik dalam segi isi

buku paket maupun rancangan. Sedangkan uji kelompok kecil yang

dilaksanakan melalui pelatihan bertujuan untuk mengetahui

efektifitas perubahan produk yang dihasilkan dari uji ahli serta

menentukan tingkat pemahaman para peserta pelatihan terhadap

materi pelatihan.

e. Tahap Revisi Produk

Melakukan revisi produk merupakan langkah terakhir

penyempurnaan produk, revisi produk dilakukan melalui kritik dan

saran dari pengujian internal serta uji ahli agar nantinya buku paket

tersebut layak dan baku untuk digunakan sebagai buku paket

pelatihan parenting.26

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui

beberapa teknik yaitu; observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner

serta audio visual.

a. Observasi

Observasi adalah setiap kegiatan untuk melakukan

pengukuran atau metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut kemudian

dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti sempit bahwasanya observasi

26

(30)

20

adalah pengamatan yang dilakukan oleh pancaindra dengan tidak

mengajukan pertanyaan-pertanyaan.27

Observasi yang dilakukan oleh peneliti termasuk dalam

kategori observasi partisiptif dimana peneliti terlibat langsung dalam

proses pelatihan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengamati peserta pelatihan yakni calon ibu yang meliputi: kondisi

peserta, kegiatan peserta dan proses pelaksanaan pelatihan dari awal

sampai akhir.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari

seseorang yang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan tujuan tertentu.28 Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik wawancara tak berstruktur, maksud dari

wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas di mana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan dalam wawancara ini hanya berupa

pertanyaan seputar garis-garis besar permasalahan.29 Pertanyaan

disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik dari responden dan

27

Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 74.

28

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Risdakarya, 2003), hal. 180.

29

(31)

21

pelaksanaan tanya jawab mengalir sebagaimana percakapan

sehari-hari.30

Pada sesi wawancara ini, peneliti akan melakukan wawancara

kepada peserta pelatihan tersebut, yaitu menanyakan tentang respon

dan tanggapan peserta dengan diadakannya pelatihan parenting,

melalui beberapa pertanyaan apakah materi yang disampaikan sesuai

dengan kebutuhan mereka untuk memberikan gambaran mengenai

pola pendidikan anak, kemudian bagaimana respon peserta terhadap

pelatihan yang telah diselenggarakan.

c. Dokumentasi

Menurut Suharmi Arikunto metode dokumentasi adalah

mencari data yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.31 Hadari

Nawawi menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara

pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa

arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang

berhubungan dengan masalah penyelidikan.32

Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapat

gambaran tentang lokasi penelitian yang meliputi: luas wilayah

30

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 191.

31

Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 206.

32

(32)

22

penelitian, jumlah peserta penelitian, batas wilayah, kondisi

geografis di desa Bedanten Bungah Gresik.

d. Kuesioner/angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.33

Kuesioner diberikan kepada para calon ibu dalam hal ini

yakni peserta pelatihan yang berupa kuesioner pre-test dan post-test

yang berguna sebagai alat pengukur dari hasil pelatihan setelah

peserta mendapatkan materi pada saat pelatihan dalam hal ini bisa

terukur dengan bertambah dan meningkatnya wawasan peserta

pelatihan dalam pola pendidikan anak. Adapun pertanyaan pada

angket adalah sesuai dengan materi yang ada dalam buku paket

pelatihan.

e. Audio dan visual

Pengumpulan data pada teknik ini berupa foto, video, atau

sejenisnya.34 Visual yang peneliti maksud dalam penelitian ini yaitu

hasil pengambilan gambar atau foto selama proses berlangsungnya

pelatihan yang diikuti oleh calon ibu sebagai pesertanya.

33

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 199.

34

John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantutatif, dan Mixed,

(33)

23

G. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini membutuhkan pembahasan yang sistematis agar lebih

mudah dalam memahami. Oleh karena itu, penulis menyusun penelitian ini ke

dalam lima bab pembahasan. Adapun sistematika pembahasan tersebut secara

umum adalah sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan masalah yang menjadi sentra kajian dikemukakan

tujuan dan manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian dan

sistematika pembahasan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian yang menguraikan berbagai

literatur yang berhubungan dengan penelitian ini serta penelitian

terdahulu yang relevan. Adapun kajian teoritik yang akan dibahas antara

lain:

a. Pelatihan: membahas tentang pengertian pelatihan, ciri-ciri dan

langkah-langkah pelatihan serta tujuan dan manfaat pelatihan.

b. Pola pengasuhan (parenting): membahas tentang pengertian pola

pengasuhan (parenting) dan macam-macam pola pengasuhan.

c. Pendidikan Anak: membahas tentang pengertian pendidikan anak,

macam-macam pendidikan, tujuan pendidikan dan tri pusat

pendidikan.

d. Peran ibu dalam pendidikan anak: didalamnya dijelaskan tentang

(34)

24

dalam pendidikan anak serta peran ayah dalam membantu tugas ibu

dalam pendidikan anak.

e. Materi paket pelatihan parenting untuk calon ibu dalam menyiapkan

pola pendidikan anak: menjelaskan secara singkat tentang proedur

yang akan dimuat dalam paket pelatihan.

3. BAB III PENYAJIAN DATA. Bagian yang menguraikan tentang

deskrispsi umum objek penelitian, deskripsi proses pelatihan parenting

serta deskripsi hasil akhir pelatihan parenting.

4. BAB IV ANALISIS DATA. Pada bab ini akan dipaparkan tentang

analisis proses pelatihan parenting serta alasis hasil akhir pelatihan

parenting untuk calon ibu dalam menyiapkan pola pendidikan anak di

desa Bedanten Bungah Gresik sehingga diperoleh hasil mengenai

keberhasilan pelatihan yang telah dilaksanakan.

5. BAB V PENUTUP. Bagian yang membahas tentang kesimpulan hasil

penelitian yang telah dilaksanakan dan bebrapa sarandari penelitian

(35)

25 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik 1. Pelatihan

a. Pengertian Pelatihan

Pelatihan yakni serangkaian aktivitas yang dirancang untuk

meningkatkan pengalaman keterampilan, keahlian, penambahan

pengetahuan, serta perubahan sikap seorang individu. Peningkatan

akan kemampuan dan keahlian para SDM tersebut berkaitan dengan

jabatan atau fungsi yang menjadi tanggung jawabnya saat ini.

Sasaran yang ingin dicapai dari adanya program pelatihan

adalah peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsinya

saat ini. Oleh sebab itu, bentuk latihan atau training dimaksudkan

untuk memperbaiki penguasan berbagai keterampilan dan teknik

pelaksanaan kinerja tertentu, terinci dan rutin. Proses pelatihan

difokuskan pada pelaksanaan pekerjaan dan penerapan pemahaman

serta pengetahuan sehingga hasil yang diinginkan adalah penguasaan

atau peningkatan keterampilan.35

Menurut The Manpower Service Commision’s Glossary of

Training Terms mendefinisikan pelatihan sebagai suatu proses

perencanaan untuk mengembangkan sikap, pengetahuan atau

keahlian melalui pembelajaran untuk meningkatkan kinerja yang

35

(36)

26

efektif dalam aktifitasnya.36 Menurut Bernardin dan Russel pelatihan

adalah untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan

teknik pelaksanaaan kerja tertentu, terperinci, rutin dan yang

dibutuhkan sekarang. Pelatihan tidak diprioritaskan untuk membina

kemampuan melaksanakan pekerjaan dimasa yang akan datang saja,

namun juga untuk meningkatkan motivasi. Artinya pelatihan tidak

dapat mempersiapkan karyawan untuk memikul tanggung jawab

yang lebih berat dari pekerjaan yang sekarang.

Siagian mempertegas tentang pengertian pelatihan, ia

memberikan definisi pelatihan sebagai suatu keseluruhan proses,

teknik dan metode belajar mengajar dalam kerangka mengalihkan

suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan yang

diharapkan, maka proses pelatihan harus mengandung unsur-unsur

pokok kurikulum, metode dan teknik pembelajaran, instruktur (guru)

dan sarana/prasarana serta dana yang memadai.37

Dengan demikian, pelatihan dapat didefinisikan sebagai

usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai. kemudian

dilihat dari tujuan umumnya pelatihan lebih ditekankan pada

36

Tobari, Membangun Budaya Organisasi Pada Instansi Pemerintahan; Edisi 1, Cetakan 2, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hal. 18.

37

(37)

27

peningkatan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang spesifik

pada saat ini.38

b. Ciri-ciri dan Langkah-langkah Pelatihan

Untuk mencapai hasil pelaksanaan pelatihan yang baik, maka

program pelatihann perlu dirancang seefektif mungkin. Menurut

Kusriyanto, ciri-ciri dari program pelatihan yang efektif, antara lain:

1) Mempunyai sasaran yang jelas, hasilnya sebagai tolak ukur.

2) Diberikan oleh tenaga pengajar yang cakap menyampaikan

ilmunya dan mampu memotivasi para peserta.

3) Isinya mendalam sehingga tidak menjadi bahan hapalan,

melainkan mampu mengubah sikap dan meningkatkan prestasi

kerja.

4) Sesuai dengan latar belakang teknis, permasalahan dan daya

tanggap peserta.

5) Menggunakan metode yang tepat guna.

6) Meningkatkan keterlibatan aktif para peserta, sehingga mereka

bukan sekedar mendengarkan atau mencatat.

7) Disertai desain penelitian, sejauh mana sasaran program tercapai

demi prestasi dan produktivitas perusahaan/organisasi.

Bila dicermati dari ciri-ciri rancangan pelatihan di atas, maka

menurut Kusriyanto didalamnya mencakup tiga hal, yaitu:

38

(38)

28

1) Materi yang harus disampaikan secara jelas, mendalam isinya,

dan sesuai dengan latar belakang teknis.

2) Metode penyampaian pelatihan dan penyampaian materi

dilakukan oleh pengajar yang cakap, serta melibatkan secara

aktif peserta pelatihan.

3) Evaluasi pelaksanaan pelatihan.39

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pelatihan adalah

sebagai berikut:

1) Menganalisis kebutuhan pelatihan organisasi, yang sering

disebut need analysis atau assessment.

2) Menentukan sasaran dan materi program pelatihan.

3) Menentukan metode pelatihan dan prinsip-prinsip belajar yang

digunakan.

4) Mengevaluasi program pelatihan.40

c. Tujuan dan Manfaat Pelatihan

Ada dua tujuan utama dari program pelatihan yang dijelaskan

oleh Handoko, yaitu: Pertama, latihan dilakukan untuk menutup

‘gap’ antar kecakapan atau kemampuan karyawan dengan

permintaan jabatan. Kedua: program-program tersebut diharapkan

dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja pegawai dalam

mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan.

39

Tobari, Membangun Budaya Organisasi Pada Instansi Pemerintahan; Edisi 1, Cetakan 2, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hal. 21 – 22.

40

(39)

29

Menurut Carrel et al, tujuan dari adanya pelatihan dapat

dirangkum dalam tujuh hal, yaitu sebagai berikut: meningkatkan

kualitas kerja, memperbaharui keterampilan pegawai (update

employee skills), menghindarkan penerapan menejerial telah usang

(avoid menegerial obsolescence), memecakan masalah organisasi,

memberikan bekal pelatihan kepada karyawan baru sebagai

orientasi, mempersiapkan karyawan yang akan dipromosikan, serta

untuk pengelolaan suksesi kepemimpinan (menegerial succession),

memenuhi kebutuhan pertumbuhan karyawan (satisfy personal

groeth needs).41

Secara spesifik tujuan dari pelatihan adalah sebagai berikut:

1) Memperbaiki produktivitas dan kinerja karyawan.

2) Memperbaiki output yang masih kurang hingga mencapai

standar.

3) Menambah keterampilan, keahlian dan kecakapan karyawan.

4) Membiasakan dan senantiasa beradaptasi dengan perubahan dan

perkembangan teknologi penunjang pekerjaan.

5) Sebagai acuan mempersiapkan karyawan untuk promosi. Suatu

cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi karyawan adalah

melalui program pengembangan karier yang sistematis.

6) Membantu memecahkan masalah operasional.

41

(40)

30

7) Mengefektifkan waktu untuk mencapai output dan standar

pelatihan dan pengembangan.

8) Sebagai sarana memupuk kemampuan, minat, bakat dan rasa

percaya diri karyawan untuk maju dan berkembang.

9) Menumbuhkan loyalitas dan mendukung organisasi mencapai

tujuannya.

10) Menjadi sarana memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

karyawan.42

Adapun manfaat dari pelatihan secara spesifik adalah sebagai

berikut:

1) Membantu memecahkan masalah efektivitas dan efisiensi

organisasi untuk semua sisi.

2) Memunculkan peningkatan kuantitas dan kualitas produktivitas

dan kinerja yang lebih positif.

3) Terbentuk sikap dan perilaku loyal, mau bekerja sama dan

sama-sama saling menguntungkan.

4) Terpenuhinya kebutuhan perencanaan SDM yang unggul dan

kompetitif.

5) Meminimalisasi beban dan jumlah kecelakaan kerja.

6) Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan

setiap personal karyawan.

42

(41)

31

7) Meminimalisasi hambatan pembelajaran, baik internal maupun

eksternal. 43

2. Pola Pengasuhan (parenting)

a. Pengertian Pola Pengasuhan (parenting)

Istilah pola pengasuhan terdiri dari dua kata yaitu pola dan

pengasuhan. Menurut poerwadarminta, pola adalah model dan istilah

pengasuhan berasal dari kata asuh yang diartikan nerawat dan

mendidik anak atau diartikan memimpin, membina, melatih anak supaya bisa mandiri dan berdiri sendiri. Webster’s mengemukakan

bahwa istilah asuh dalam bahasa inggris diartikan dengan nurture

yang memiliki pengertian sejumlah perubahan ekspresi yang dapat

mempengaruhi potensi genetik yang melekat pada diri individu.44 Takdir Ilahi, dalam buku “Quantum Parenting” ia memaknai

parenting dengan sebuah proses memanfaatkan keterampilan

mengasuh anak yang dilandasi oleh aturan-aturan yang agung dan

mulia. Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak

dengan menggunakan teknik dan metode yang menitikberatkan pada

kasih sayang dan ketulusan cinta yang mendalam dari orang tua.45

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

istilah pola asuh merupakan sejumlah model atau bentuk perubahan

43

Agustin Rozalena dan Sri Komala Dewi, Panduan Praktis Menyusun Pengembangan Karier dan Pelatihan Karyawan, (Jakarta: Raih Asa Sukses, 2016), hal. 112.

(42)

32

ekspresi dari orang tua yang dapat mempengaruhi potensi genetik

yang melekat pada diri individu dalam upaya memelihara, merawat,

membimbing, membina dan mendidik anak-anaknya baik yang

masih kecil ataupun yang belum dewasa agar menjadi manusia

dewasa yang mandiri dikemudian hari.

Setiap anak dilahirkan memerlukan perwatan, pemeliharaan,

dan pengasuhan untuk mengantarkannya menuju kedewasaan.

Pembentukan jiwa anak sangat dipengaruhi oleh cara perawatan dan

pengasuhan anak sejak dia dilahirkan. Tumbuh kembang anak

diperlukan perhatian yang serius, terutama masa-masa sensitif anak,

misalnya balita. Keteladanan langsung dari orang tua baik ayah

maupun ibu dalam membentuk kepribadian anak menjadi kata kunci

yang harus ditekankan. Oleh karena itu hak pengasuhan anak secara

ideal adalah orang tua sendiri.46 Orang tua berkewajiban

mempersiapkan tubuh, jiwa, dan akhlak anak-anaknya untuk

menghadapi pergaulan masyarakat yang ingar-bingar. Kewajiban ini

merupakan tugas yang ditekankan agama dan hukum masyarakat.

Tegasnya, anak-anak hendaknya dididik dengan akhlak yang baik.47

Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam al-Qur’an, sebagai

Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender (Edisi Revisi), (Malang: UIN-Maliki Press, 2013), hal. 277-278.

47

(43)

33

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim: 6) 48

Secara kebahasaan, kata ا ْوق merupakan bentuk amr lil jama’

(kata perintah bentuk plural) dari kata ىقو yang berarti jagalah oleh kalian, dan kata مكسفْنأ yang berarti diri kalian. Dengan demikian, kata

ْمكسفْنأ ا ْوق dalam konteks ayat ini bermakna perintah untuk senantiasa

menjaga diri dan keluarga dari sengatan api neraka. Sedangkan kata ظاغ yang merupakan bentuk plural dari kata ظْيلغ yang berarti keras,

dan kata دا دشyang merupakan bentuk plural dari kata دْيدش yang berarti

kasar. Dengan demikian, kata دادش ظاغ dalam konteks ayat ini

merupakan pendeskripsian sifat para malaikat penjaga neraka yang

sangat keras dan ksar dalam menyiksa para penghuni neraka.

Dalam ayat ini Allah memerintahkan orang-orang yang

beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya

terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan

perintah Allah. Mereka juga diperintahlan untuk mengajarkan

kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk

menyelamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan amanat

yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani.

48

(44)

34

Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, Umar berkata, “wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan

bagaimana menjaga keluarga kami?” Rasulullah SAW menjawab,

Larang mereka mengerjakan apa yang kami dilarang

mengerjakannnya dan perintahkan mereka melakukan apa yang

diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah caranya menyelamatkan

mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar

dan keras yang memimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat.

Mereka diberi kewenangan mengadakan penyiksaan di dalam

neraka. Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai Allah

terhadap apa yang diperintahkanNya dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkanNya.”49

b. Macam-macam Pola Pengasuhan Anak

Baumrind mengajukan empat gaya pengasuhan sebagai

kombinasi dari dua faktor tersebut, yaitu:

1) Authoritative, adalah gaya pengasuhan oleh orang tua yang

mengarahkan perilaku anak secara rasional, dengan memberikan

penjelasan terhadap maksud dari aturan-aturan yang

diberlakukan. Di sisi lain, orang tua bersikap tanggap terhadap

kebutuhan dan pandangan anak. Orang tua menghargai

kepribadian yang dimiliki anak sebagai keunikannya.

49

Perpustakaan Nasional RI: Katalog dalam Terbitan (KDT), Al-Qur’an dan Tafsirnya

(45)

35

2) Authoritarian, adalah gaya pengasuhan oleh orang tua yang

selalu berusaha membentuk, mengontrol, mengevalusi perilaku

dan tindakan anak agar sesuai dengan aturan standar. Aturan

tersebut biasanya bersifat mutlak dengan memberlakukan

hukuman manakala terjadi pelanggaran. Anak-anak kurang

mendapat penjelasan yang rasioanl atas segala aturan, kurang

dihargai pendapatnya.

3) Permisif, adalah gaya pengasuhan yang dilakukan orang tua

yang terlalu baik, cenderung memberi banyak kebebasan pada

anak-anak dengan menerima dan memaklumi segala perilaku,

tuntutan dan tindakan anak, namun kurang menuntut sikap

tanggung jawab dan keteraturan perilaku anak.

4) Rejecting-neglecting, gaya pengasuhan oleh orang tua yang

kurang atau bahkan sama sekali tidak mempedulikan

perkembangan anak. Orang tua lebih memprioritaskan

kepentingan sendiri dari pada kepentingan anak.50

3. Pendidikan Anak

a. Pengertian Pendidikan Anak

Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan

memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

Pendidikan juga merupakan proses membimbing manusia dari

kegelapan, kebodohan, dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti

50

(46)

36

yang luas, pendidikan baik secara formal maupun yang informal

meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang

dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup.51 Secara

umum dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang

didesain untuk memindahkan atau menularkan pengetahuan dan

keahlian atau kecakapan serta kemampuan. Pemindahan atau

penularan tersebut berlangsung terus menerus dari suatu generasi

kepada generasi berikutnya.52

Berdasarkan KBBI, anak adalah keturunan kedua. Dalam

konsideran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan

karunia Tuhan YME, yang dalam dirinya melekat harkat dan

martabat sebagai manusia seutuhnya.53 Sedangkan Anak dalam

konsep ilmu psikologi anak, definisi anak adalah mereka yang

sedang berada dalam perkembangan masa prenatal, lahir, bayi,

atitama (anak tiga tahun pertama), alitama (anak lima tahun

pertama), dan anak tengah (usia 6 – 12 tahun).54 Dari pendapat

tersebut pada pokoknya adalah bahwa anak merupakan makhluk

sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat

bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran,

51

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,

(Bandung: PT. Imtima, 2007), hal. 20.

52

Ade Putra Panjaitan, dkk, Korelasi Kebudayaan & Pendidikan; Membangun Pendidikan Berbasis Budaya Lokal, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), hal. 22.

53

M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 8.

54

(47)

37

kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis

dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase

perkembangan pada masa kanak-kanak (anak). perkembangan pada

suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya.55

Jadi yang dimaksud dengan pendidikan anak adalah suatu

upaya atau proses membimbing yang ditujukan kepada anak yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,

baik pendidikan secara formal maupun yang informal meliputi

segala hal yang memperluas pengetahuan anak tentang dirinya

sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup.

Berbicara tentang pendidikan memberikan gambaran

bahwasanya pendidikan bukan melulu berpatokan pada taraf

menyekolahkan anak di sekolah untuk menimba ilmu

sebanyak-banyaknya, namun makna pendidikan lebih luas dari pada hal

tersebut. anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika ia

memperolah pendidikan secara penuh (paripurna) agar kelak anak

dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa,

negara dan agamanya.56

55

Santhos Wachjoe Prijambodo, Bunga Rampai Hukum Dan Filsafat di Indonesia: Sebuah Catatan Pemikiran, (Yogyakarta : Deepublish, 2015), hal. 44.

56

(48)

38

b. Macam-macam Pendidikan

Berikut kami paparkan macam-macam pendidikan yang bisa

diterapkan kepada anak-anak, antara lain:

1) Pendidikan sejak dalam kandungan/pralahir

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan

dalam bidang perkembangan pralahir menunjukkan bahwa

selama berada dalam Rahim, anak dapat belajar, merasa dan

mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Pada saat

kandungan itu berusia lima bulan, setara dengan 20 minggu,

kemampuan anak dalam kandungan untuk merasakan stimulus

telah berkembang dengan cukup baik sehingga proses

pendidikan dan belajar dapat dimulai dan dilakukan.

Berikut beberapa laporan yang sangat menggembirakan

bagi dunia pendidikan khususnya dari F. Rene Van de Carr,

M.D. dan Marck Lehler, Ph.D. bahwa The American

Association of The Advancement of Science pada tahun 1996

telah merangkum hasil penelitian sejumlah ilmuwan dalam

bidang stimulasi pralahir dan bayi, antara lain sebagai berikut:

a) Dr. Craig dari University of Alabama menunjukkan bahwa

program-program stimulasi dini meningkatkan nilai tes

kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang

(49)

39

tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih

tinggi.

b) Menurut F. Rene Van De Carr, dkk., bahwa The Prenatal

Enrichment Unit di Hua Chiew General Hospital, di

Bangkok Tahailand yang dipimpin Dr. C.

Pantuhuramphorn, telah melakukan penelitian yang sama

terhadap bayi pralahir, dan hasilnya disimpulkan bahwa

bayi yang diberi stimulasi pralahir cepat mahir bicara,

menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum

secara spontan dan juga mengembangkan pola sosial lebih

baik saat dewasa.57

2) Pendidikan akidah

Islam menempatkan pendidikan akidah pada posisi yang

paling mendasar, yakni terposisikannya dalam rukun yang

pertama dalam rukun Islam yang lima, sekaligus sebagai kunci

yang membedakan antara orang Islam dengan non Islam.

Lamanya dakwah Rasulullah dalam rangkah mengajak umat

agar bersedia untuk mentauhidkan Allah sebagai tuhan

satu-satunya menunjukkan betapa penting dan mendasarnya

pendidikan akidah bagi setiap umat muslim pada umumnya.

Terlebih lagi bagi kehidupan anak, maka dasar-dasar akidah

wajib untuk terus-menerus ditanamkan pada diri anak agar

57

(50)

40

setiap perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi

oleh akidah yang benar.

3) Pendidikan ibadah

Taat peribadatan menyeluruh sebagaimana termaktub

dalam fiqh Islam hendaknya diperkenalkan sedini mungkin dan

sedikit dibiasakan pada diri anak. Hal ini dilakukan agar kelak

anak-anak dapat tumbuh menjadi insan yang mempunyai

ketakwaan yang tinggi, yakni insan yang taat dalam

melaksanakan segala perintah agama dan menjauhi segala apa

yang telah dilarang oleh agama. Ibadah sebagai perwujudan dari

akidah Islamiah harus tetap terpancar dan diamalkan dengan

baik oleh setiap anak.58

4) Pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang

bertujuan menumbuhkembangkan badan secara alamiah dan

leluasa agar nantinya manusia mampu untuk menunaikan

kewajiban terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Melalui

pendidikan ini akan membekali akal dengan kemampuan yang

lazim diperlukan oleh manusia. Pepatah mengatakan, “Akal

yang sehat terdapat dalam tubuh yang sehat.” Pendidikan

jasmani tidak hanya berkutat pada olahraga serta latihan

kekuatan dan kelenturan tubuh, tetapi juga menuntut perhatian

58

(51)

41

khusus terhadap kebutuhan sandang, pangan dan papan.

Pendidikan jasamani juga harus memerhatikan metode

pembelajaran yang tidak terlalu menguras dan membebani

kekuatan si anak.

Montini, seorang pendidik asal Perancis mengatakan,

“Memberikan latihan kepada anak dan memperkuat akalnya

saja tidak cukup. Perlu diperhatikan pula kekuatan otot-ototnya, karena jiwa yang lemah terdapat pada tubuh yang lemah. Para

gurunya sering membuat suatu perumpamaan yang

menunjukkan bahwa pada umumnya keberanian dan kekuatan

manusi tergantung pada kelenturan dan kekuatan tubuhnya.”

5) Pendidikan akhlak

Tujuan utama pendidikan akhlak ialah meraih kebaikan

dan mengikutinya. Temanya adalah mendidik insting,

menumbuhkan kembangkan emosi yang mulia, memperkuat

keinginan yang baik, serta membiasakan tradisi bermanfaat yang

menjadikan anak sebagai manusia luhur.

Dalam mukadimah kurikulum resmi pendidikan Perancis

terdapat sebuah pernyataan berikut:

“Pendidikan akhlak tidak hanya bertujuan menjadikan

manusia memiliki pengetahuan, namun lebih dari itu juga memiliki keinginan dan kepribadian yang kuat. Pendidikan akhlak lebih merupakan aktivitas rasa

daripada aktivitas pikir. Pendidikan ini lebih

memerhatikan pembaruan akhlak, mengulang-ulangnya dan menjadikannya sebagai kebiasaan sepanjang hidup. Pendidikan akhlak di sekolah dasar dalam skala khusus

bukanlah memenuhi otak anak dengan ilmu

pengetahuan, namun memberikan latihan dan

(52)

42

menuju kehormatan dan kebajikan melalui

pembiasaan.”59

6) Pendidikan Karakter

Terminologi pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak

tahun 1990-an. Thomas Lickona dianggap sebagai

pengusungnya, terutama ketiak ia menulis buku yang berjudul

The Return of Character Education, kemudian disusul bukunya

Educating for Character. How Our School Can Teach Respect

and Responsibility. Melalui buku-bukunya itu, ia menyadarkan

dunia barat akan pentingnya pendidikan karakter.

Pendidikan karakter adalah upaya sadar, terencana, dan

sistematis dalam membimbing peserta didik agar memahami,

merasakan, mencintai, menginginkan dan melakukan kebaikan

baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, oran lain, lingkungan

sekiitar, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan

sehingga menjadi manusia sempurna sesuai kodratnya. Dalam

Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010),

mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta

didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa

baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari

dengan sepenuh hati.60

59

Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, Parenting Guide; Dialog Imajiner Tentang Cara Mendidik Anak Berdasarkan Al-Qur’an, As-sunah, dan Psikologi, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2006), hal. 2 – 6.

60

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Peserta Pelatihan ParentingTabel 3.4 Penyajian Data Keberhasilan Pelaksanaan Pelatihan Tabel 3.3 Pengelolaan Waktu Pelatihan Tabel 4.1 Analisis Keberhasilan Pelaksanaan Pelatihan Tabel 3.2 Metode Pelatihan  ................................
Tabel 4.1 Analisis Sistematika Pelatihan ........................................................
Tabel 3.1  Daftar Peserta Pelatihan Parenting untuk Calon Ibu dalam Menyiapkan
Metode Pelatihan Tabel 3.2 Parenting untuk Calon Ibu dalam Menyiapkan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Referring to the functions F and G in the preceding section, old-time Lispers would say ‘‘the symbol A is bound to 3 by F.’’ This is not proper language if you are speaking

Dapat dikatakan bahwa strategi pesantren adalah taktik atau rencana yang ditentukan khusus oleh pesantren. Jadi strategi pesantren dalam mengatasi gangguan kejiwaan adalah

[r]

1) Mampu menjelaskan dan membandingkan spesifikasi kendaraan dengan logika ilmiah yang baik. 2) Mampu menggunaan dan merawat Automotive Equipment (Mekanik, elecktrik dan

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Andi Rachmanda menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN FISKAL DAERAH,

Protection (ICCP) atau proteksi katodik arus paksa adalah metode perlindungan logam dari korosi dengan cara dialiri arus listrik searah pada bagian anoda (+) dan katoda

Pada penelitian ini kinerja perusahaan yang diukur dengan ke empat rasio tersebut tidak mengalami perbedaan signifikan, sebab pada hasil penelitian ini nilai ROA

[r]