• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang mata pelajaran matematika melalui strategi College Ball Siswa Kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang mata pelajaran matematika melalui strategi College Ball Siswa Kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS TRAPESIUM DAN LAYANG-LAYANG MATA PELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI STRATEGI COLLEGE BALL SISWA KELAS V

MI BINA BANGSA KREMBANGAN SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

ZAIMATUL HURRIYYAH NIM. D07213045

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Zaimatul Hurriyyah. Peningkatan Kemampuan Menghitung Luas Trapesium dan Layang-Layang Mata Pelajaran Matematika melalui Strategi College Ball

Siswa Kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing Wahyuniati, M. Si dan Sulthon Mas’ud, S.Ag. M.Pd.I.

Kata kunci: Kemampuan Menghitung, Luas Trapesium dan Layang-layang, Strategi College Ball.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Matematika tidak lepas dari kemampuan menghitung yang merupakan kesanggupan individu untuk menyelesaikan ataupun memecahkan soal-soal yang berkaitan dengan operasi hitung, baik penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian. Tetapi kemampuan berhitung siswa di MI Bina Bangsa masih rendah dan masih banyak yang belum memenuhi nilai KKM.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penggunaan strategi College Ball dalam meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya? (2) Bagaimana peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang melalui strategi College Ball pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya?

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin yang dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, tes, dan juga dokumentasi.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... . i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO……… ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK………. ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….. .. xv

DAFTAR RUMUS………. .. xvi

BAB I: PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tindakan yang Dipilih ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Lingkup Penelitian ... 7

F. Signifikansi Penelitian ... 8

BAB II: KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran College Ball ... 11

1. Pengertian Strategi Pembelajaran College Ball ... 11

2. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran College Ball ... 14

(8)

B. Kemampuan Menghitung ... 17

C. Pembelajaran Matematika ... 26

D. Materi Luas Trapesium dan Layang-layang... 31

1. Trapesium ... 31

2. Layang-layang ... 37

BAB III: PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 41

B. Setting Penelitian Dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 43

C. Variabel yang Diselidiki ... 44

D. Rencana Tindakan ... 44

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 53

1. Sumber Data ... 53

2. Cara Pengumpulannya ... 54

3. Instrumen Pengumpulan Data ... 58

4. Teknik Analisis Data ... 58

F. Indikator Kinerja ... 62

G. Tim Peneliti Dan Tugasnya ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….... 65

B. Pembahasan ... 95

BAB V PENUTUP A. Simpulan……… .. 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru ... 59

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa ... 60

Tabel 3.3 Kriteria Rata-rata……… 61

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar ... 61

Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I………. . 71

Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I…………... 73

Tabel 4.3 Data Rincian Hasil Kemampuan Menghitung Siklus I………. .... 75

Tabel 4.4 Data Hasil Kemampuan Menghitung Siklus I……….. 76

Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Pra-Siklus dengan Nilai Siklus I…………. .. 80

Tabel 4.6 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II………. 87

Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II……… 89

Tabel 4.8 Data Rincian Hasil Kemampuan Menghitung Siklus II………… 91

Tabel 4.9 Data Hasil Kemampuan Menghitung Siklus II………... 92

Tabel 4.10 Nilai Hasil Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II……….. 95

Tabel 4.11 Nilai Kemampuan Menghitung Pra Siklus, Siklus I, Siklus II…. 97

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kartu Indeks ... 14

Gambar 2.2 Piramida Belajar……… . 29

Gambar 2.3 Trapesium ... 32

Gambar 2.4 Trapesium Siku-siku ... 33

Gambar 2.5 Trapesium Samakaki ... 33

Gambar 2.6 Trapesium Sebarang ... 34

Gambar 2.7 Trapesium Prinsip Luas Daerah Segitiga ... 34

Gambar 2.8 Trapesium Prinsip Luas Daerah Persegipanjang ... 35

Gambar 2.9 Layang-Layang Prinsip Luas Daerah Segitiga ... 37

Gambar 2.10 Layang-Layang Prinsip Luas Daerah Persegipanjang ... 38

Gambar 3.1 Model Kurt Lewin ... 42

Gambar 4.1 Guru Menjelaskan Materi………... 67

Gambar 4.2 Guru Membagikan Kartu Indeks……….. .. 68

Gambar 4.3 Guru Memberikan Instruksi tentang Cara Bermain ... 69

Gambar 4.4 Siswa Mengangkat Kartu Indeks……….... 69

Gambar 4.5 Guru Membagikan Soal Evaluasi Siklus I……….. ... 70

Gambar 4.6 Siswa Menjawab Soal yang Diberikan Guru………. 83

Gambar 4.7 Siswa Membentuk Kelompok……….... 84

Gambar 4.8 Siswa Mengangkat Kartu Indeks……… 85

Gambar 4.9 Daftar Skor Perolehan Siswa dalam Strategi College Ball…….. 86

Gambar 4.10 Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus II………... 86

Gambar 4.11 Grafik Nilai Ketuntasan Kemampuan Menghitung ... 96

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa 2. Lampiran 2: Lembar Wawancara Guru dan Siswa

3. Lampiran 3: Hasil Wawancara Guru dan Siswa

4. Lampiran 4: Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 5. Lampiran 5: Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 6. Lampiran 6: Kisi-kisi Butir Soal

7. Lampiran 7: Lembar Validasi Butir Soal

8. Lampiran 8: Tes Kemampuan Berhitung (TKB)

(12)

DAFTAR RUMUS

3.1 Rumus Aktivitas Guru……….. 59

3.2 Rumus Aktivitas Siswa……… 60

3.3 Rumus Rata-rata Mean……… 60

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika di jenjang Sekolah Dasar (SD) adalah salah satu kajian menarik dalam dunia pendidikan yang perlu dikaji lebih lanjut karena matematika kerap kali dipandang sebagai mata pelajaran yang paling sulit. Menurut Soedjadi, hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada dalam fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat pada objek yang bersifat konkret.1

Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan di usia dini karena hampir segala aspek dalam kehidupan sehari-hari berhubungan secara langsung dengan matematika. Oleh sebab itu, seorang guru pada jenjang Sekolah Dasar (SD) harus menguasai secara mendalam materi-materi yang akan diajarkan sehingga memungkinkan siswa memahami apa yang di sampaikan terutama pada materi yang mendasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian.

1

(14)

2

Pada kenyataannya, masih terdapat banyak siswa di kelas V MI Bina Bangsa yang belum bisa operasi hitung perkalian dan pembagian dengan baik dan benar. Padahal kedua operasi hitung tersebut merupakan komponen dasar utama dalam pelajaran matematika. Hampir semua materi dalam matematika selalu berhubungan dengan kedua operasi hitung tersebut, misalnya saja materi luas trapesium dan layang-layang. Jika siswa tidak bisa menguasai operasi hitung perkalian dan pembagian dengan baik, maka dapat dipastikan siswa juga tidak akan bisa mengerjakan soal yang membutuhkan kedua operasi hitung tersebut. Peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar hasil belajar matematika pada siswa kelas V MI Bina Bangsa tidak mencukupi nilai ketuntasan kemampuan menghitung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas V MI Bina Bangsa, adapun nilai ketuntasan yang harus dicapai pada mata pelajaran matematika adalah 78. Dan siswa kelas V terdiri dari 23 siswa yang terbagi atas 10 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Terdapat 13 (56, 5%) siswa yang mencapai nilai ketuntasan kemampuan menghitung pada materi luas trapesium dan layang-layang. Di sisi lain, terdapat 10 (43,5%) siswa yang masih belum mencapai nilai ketuntasan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang dengan baik.2

2

(15)

3

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ada empat jenis kompetensi guru, yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian.3 Oleh karena itu, seorang guru profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai materi saja. Akan tetapi menguasai empat kompetensi tersebut.

Kompetensi paedagogik merupakan salah satu komponen terpenting yang harus dimiliki seorang guru profesional. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Upaya memperdalam pemahaman terhadap peserta didik ini didasari oleh kesadaran bahwa bakat minat dan tingkat kemampuan mereka beda, sehingga layanan individual juga berbeda-beda.4

Strategi pembelajaran langsung (Direct instruction) yang diterapkan oleh guru matematika pada siswa kelas V MI Bina Bangsa membuat para siswa menjadi kurang tertarik pada pelajaran matematika, kurang bersemangat, dan

3

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), 95. 4

(16)

4

akhirnya malas menghitung. Oleh karena itu, pada materi luas trapesium dan layang-layang mereka mengalami kesulitan belajar karena mereka kurang tertarik dengan apa yang disampaikan oleh guru mata pelajaran.5

Salah satu strategi menarik yang dapat menumbuhkan semangat siswa dalam pembelajaran adalah strategi College Ball. Strategi College Ball

sebelumnya pernah digunakan dalam pembelajaran matematika di SD/MI. Peneliti terdahulu, menggunakan strategi College Ball ini untuk meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas III MI An-Nur Kramat Jati. Dan penelitian tersebut terbukti berhasil untuk meningkatkan motivasi belajar matematika. Selain di MI An-Nur Kramat Jati, strategi ini pernah diterapkan di kelas VIII B SMPN 1 Reban untuk meningkatkan motivasi belajar dan juga pernah diterapkan di kelas VII SMP Seruway untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Strategi College Ball merupakan satu putaran pengulangan yang standar terhadap materi pelajaran. Strategi ini memperbolehkan pengajar untuk mengevaluasi keluasan materi yang dikuasai oleh peserta didik, dan berfungsi untuk menguatkan kembali, mengklarifikasi, dan meringkas poin-poin kunci.6 Adapun kelebihan College Ball adalah untuk meningkatkan semangat belajar

5

Hasil observasi pembelajaran matematika kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya pada tanggal 3 November 2016.

6

(17)

5

siswa karena dalam strategi College Ball ini semua siswa dituntut untuk aktif dan partisipatif dalam kegiatan belajar mengajar.

Kemampuan menghitung merupakan kesanggupan individu untuk menyelesaikan ataupun memecahkan soal-soal yang berkaitan dengan operasi hitung, baik penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian. Kesulitan belajar yang dialami siswa kelas V di MI Bina Bangsa Surabaya dalam menghitung luas trapesium dan layang-layang dikarenakan strategi yang digunakan guru kurang menyenangkan sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, peneliti akan mencoba meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang melalui strategi

College Ball yang merupakan strategi pembelajaran aktif dan menyenangkan. Strategi College Ball, peneliti pilih sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada mata pelajaran matematika karena strategi ini dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa dapat ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar matematika di kelas. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengambil

judul “PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS

TRAPESIUM DAN LAYANG-LAYANG MATA PELAJARAN

(18)

6

B.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan paparan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diuraikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan strategi College Ball dalam meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang melalui strategi College Ball pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya?

C.Tindakan yang Dipilih

Adapun tindakan yang dipilih oleh peneliti dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya dalam pembelajaran matematika yaitu dengan meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang melalui strategi College Ball.

Strategi College Ball dapat meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang karena siswa tidak hanya sekedar mendengarkan penjelasan guru melalui metode ceramah saja seperti yang kerap kali mereka terima pada pelajaran-pelajaran sebelumnya. Akan tetapi, melalui strategi

(19)

7

berdiskusi dengan anggota kelompoknya, sehingga pembelajaran matematika akan terasa lebih ringan dan tidak membosankan.

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian, yakni sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana penggunaan strategi

College Ball dalam meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya.

E.Lingkup Penelitian

Adapun batasan ruang lingkup penelitian yang akan dikaji oleh peneliti pada pada pelajaran matematika kelas V MI Bina Bangsa Surabaya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini membahas tentang peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya. 2. Penelitian ini membahas tentang materi luas trapesium dan layang-layang

(20)

8

ke-3 yaitu Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah, dan kompetensi dasar 3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang, dengan indikator sebagai berikut:

3.1.1 Menghitung luas trapesium

3.1.2 Membuat soal tentang materi luas trapesium beserta jawabannya 3.1.3 Menghitung luas layang-layang

3.1.4 Membuat soal tentang materi luas layang-layang beserta jawabannya 3. Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V MI Bina Bangsa

Surabaya tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 23 siswa yang terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.

4. Pada proses pembelajaran diterapkan strategi College Ball.

F. Signifikasi Penelitian

Apabila tujuan penelitian dapat dicapai, maka manfaat yang peneliti harapkan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat meningkatkan kemampuan menghitung luas trapesium dan

layang-layang melalui strategi College Ball pada siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya.

(21)

9

Manfaat secara spesifik : 1. Bagi Siswa

a. Dapat meningkatkan kemampuan menghitung.

b. Dapat meningkatkan motivasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

c. Dapat menghilangkan rasa jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran. d. Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. e. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mencapai KKM yang

ditentukan. 2. Bagi Guru

a. Dapat memberikan sumbangsih berupa variasi baru kegiatan belajar mengajar.

b. Dapat dijadikan bahan perbaikan.

c. Dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran terhadap pendidik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang akan berguna untuk peningkatan kemampuan siswa.

3. Bagi Peneliti

a. Dapat menumbuhkan daya pikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis melalui interaksi terbuka yang bersifat reflektif-evaluatif dalam PTK. b. Dapat dijadikan sebagai pengalaman, refleksi, serta bahan

(22)

10

c. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang selanjutnya.

4. Bagi Sekolah

a. Dapat meningkatkan kualitas sekolah.

b. Dapat memberikan sumbangsih dalam meningkatkan profesionalisme pendidik.

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.Strategi Pembelajaran College Ball

1. Pengertian Strategi Pembelajaran College Ball

Stategi pembelajaran College Ball merupakan salah satu tipe strategi pembelajaran aktif (Active Learning). Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran.1 Strategi active learning adalah strategi belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mencapai keterlibatan siswa agar efekktif dan efisien dalam belajar dibutuhkan berbagai pendukung dalam proses belajar mengajar, yaitu dari sudut siswa, guru, situasi belajar, program belajar, dan dari saranan belajar.2

Strategi active learning, menurut Ujang Sukanda adalah “Cara

pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna atau pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh siswa, bukan oleh guru, serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa sehingga berkeinginan terus untuk belajar seumur hidupnya,

1

Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), 36.

2

(24)

12

dan tidak bergantung pada guru atau orang lain apabila mereka mempelajari hal-hal yang baru.3

Strategi active learning sukar didefinisikan secara tegas sebab semua cara belajar mengandung unsur keaktifan dari siswa, meskipun dengan kadar keaktifan yang berbeda. Keaktifan dapat muncul dalam berbagai bentuk, tetapi semua itu harus dikembalikan pada satu karakteristik keaktifan dalam rangka active learning strategy, yaitu keterlibatan intelektual, emosional dalam kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan, asimilasi akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap umpan baliknya (feed back) dalam pembentukan keterampilan dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.4

Bertitik tolak dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa strategi active learning adalah salah satu cara atau strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien. Berikut merupakan prinsip-prinsip strategi active learning :5

a. Prinsip motivasi b. Prinsip latar konteks 3

Ibid., 48-49. 4

Ibid., 49. 5

(25)

13

c. Prinsip keterarahan pada titik pusat atau fokus tertentu d. Prinsip hubungan sosial

e. Prinsip belajar sambil bekerja f. Prinsip perbedaan perseorangan g. Prinsip menemukan

h. Prinsip pemecahan masalah

Pada hakikatnya, siswa telah memiliki potensi dari dalam dirinya maka guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari dan menemukan informasi sendiri. Dalam pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar mengajar pada waktu proses belajar mengajar siswa melakukan kegiatan secara optimal. Oleh karena itu, prinsip-prinsip di atas bukan hanya untuk diketahui, melainkan yang lebih penting dilaksanakan pada waktu mengajar sehingga mendorong kegiatan belajar siswa seoptimal mungkin.6

Strategi College Ball merupakan satu putaran pengulangan yang standar terhadap materi pelajaran. Strategi ini memperbolehkan pengajar untuk mengevaluasi keluasan materi yang dikuasai oleh peserta didik, dan berfungsi untuk menguatkan kembali, mengklarifikasi, dan meringkas poin-poin kunci.7

6

Ibid., 49-50. 7

(26)

14

2. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran College Ball

Berikut merupakan langkah-langkah dari strategi College Ball: 8

a. Kelompokkan peserta didik kedalam tim yang terdiri atas tiga atau empat anggota. Masing-masing tim dimohon memilih nama sebuah lembaga (atau tim olahraga, perusahaan, mobil, dan lain-lain) yang mereka wakili.

b. Berilah setiap peserta didik kartu indeks. Peserta didik akan memegang kartunya untuk menunjukkan bahwa mereka menginginkan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan. Format permainan adalah undian: Setiap kali anda menyampaikan pertanyaan, setiap anggota tim dapat menunjukkan keinginannya untuk menjawab.

Gambar 2.1 Kartu indeks

Gambar 2.1 memperlihatkan contoh kartu indeks yang akan digunakan dalam strategi College Ball. Berikut cara membuat dan cara memakai kartu indeks :

8

(27)

15

1) Cara membuat kartu indeks a) Siapkan alat dan bahan

(1) Alat : gunting, double tip atau lem, spidol (2) Bahan : Kertas buffalo, kertas lipat.

b) Potonglah kertas buffalo menjadi 8 bagian persegi panjang dengan ukuran yang sama.

c) Buat bentuk trapesium kecil dari kertas buffalo baru lalu rekatkan kertas buffalo trapesium di sisi kanan atas kertas buffalo persegi panjang.

d) Pada sisi kanan atas (kertas trapesium) tulislah kode atau inisial nama siswa.

e) Tulislah nama siswa, nomor absen siswa, dan nama kelompok pada bagian persegi panjang.

f) Hiaslah kartu tersebut dengan kertas lipat sesuai dengan keinginan.

2) Cara memakai kartu indeks

a) Siswa mengangkat kartu indeks setiap kali ingin menjawab pertanyaan.

b) Siswa menurunkan kartu indeks apabila guru sudah menunjuk siswa lain untuk menjawab pertanyaan.

c. Jelaskan aturan-aturan berikut ini:

(28)

16

2) Kamu dapat mengangkat kartumu sebelum pertanyaan secara penuh disampaikan jika kamu mengetahui jawabannya. Segera anda menginterupsi, pertanyaan dihentikan.

3) Tim memberi skor satu point untuk setiap respon anggota yang benar.

4) Ketika seorang menjawab dengan salah, tim yang lain menjawab (mereka dapat mendengarkan seluruh pertanyaan jika tim yang lain menginterupsi bacaan).

d. Setelah pertanyaan dilontarkan hitunglah skor keseluruhan dan umumkan pemenangnya.

e. Berdasarkan respon atau permainan, lakukan peninjauan ulang materi yang tidak jelas atau memerlukan penguatan kembali.

Adapun variasi dalam startegi College Ball ini adalah sebagai berikut:9 a. Buatlah alternatif pertanyaan pada setiap tim sebagai ganti

menggunakan format undian.

b. Gunakan permainan untuk mengetes apakah peserta didik dapat melaksanakan keterampilan secara benar dari pada menjawab pertanyaan pengetahuan.

3. Kelebihan dan Kelemahan Strategi College Ball

Menurut Mel Silberman, strategi pembelajaran aktif memiliki kelebihan sebagai berikut:

9

(29)

17

a. Siswa menjadi aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran.

b. Siswa menjadi ingat dan paham akan materi yang diajarkan karena strategi pembelajaran College Ball menekankan pada belajar agar siswa tidak lupa.

c. Siswa dapat mengembangkan kemampuan menguji ide dan pemahamannya sendiri.

d. Dapat membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e. Dapat membantu siswa untuk lebih menghargai pendapat orang lain. f. Proses pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak monoton. g. Strategi College Ball ini dapat digunakan pada semua kelas.

Meskipun demikian, strategi pembelajaran College Ball juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut :

a. Memerlukan waktu yang cukup lama dalam mengelola kelas. b. Sulit mengondisikan siswa pada saat pembentukan kelompok. c. Membutuhkan persiapan yang matang dalam penerapan.

B.Kemampuan Menghitung

Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.10 Menurut Sumadi Suryabrata,

10

(30)

18

kemampuan biasanya diidentikkan dengan kemampuan individu dalam melakukan suatu aktifitas, yang menitikberatkan pada latihan dan performance

atau apa yang bisa dilakukan oleh individu setelah mendapatkan latihan tertentu. Menurut Woodworth dan Marquis definisi ability (kemampuan) pada tiga arti, yaitu:11

1. Achievement merupakan potensial ability yang dapat diukur langsung dengan alat atau test tertentu.

2. Capacity merupakan potensial ability yang dapat diukur secara tidak langsung melalui pengukiran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan dasar dan training (pelatihan) yang intensif dan pengalaman.

3. Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkapkan atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.

Kemampuan siswa dalam satu rombongan belajar, terbagi menjadi tiga bagian, yaitu siswa yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan kemampuan rendah.12 Menurut Munandar, bahwa kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan yang dimilikinya. Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah potensi

11

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), 160. 12

(31)

19

seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya pembiasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan sesuatu.

Senada dengan Munandar, Robin menyatakan bahwa kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tertentu.13

Berhitung merupakan dasar dari beberapa ilmu yang dipakai dalam kehidupan manusia. Dalam setiap aktivitas manusia tidak terlepas peran matematika didalamnya mulai dari penambahan, pengurangan, perkalian sampai pembagian. Yang semua itu tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Tanpa adanya matematika atau berhitung maka kegiatan manusia tidak akan ada artinya. Tidak akan terjadi transaksi jual beli, perdagangan dan transaksi yang lainnya yang sangat vital dalam kehidupan manusia di muka bumi ini.14 Menurut Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman berhitung atau menghitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.15

Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung ialah kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan

13

Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), 97.

14

Ibid., 98-99. 15

(32)

20

dirinya.16 Mengingat pentingnya kemampuan berhitung bagi manusia, maka kemampuan berhitung perlu diajarkan sejak dini, tentu saja dengan metode yang tepat dan jangan sampai merusak pola perkembangan peserta didik. Apabila peserta didik belajar matematika melalui cara yang sederhana, mudah dimengerti, dan dilakukan dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, maka otak akan terlatih untuk terus berkembang sehingga peserta didik dapat menguasai dan bahkan akan menyenangi matematika tersebut.17

Kemampuan menghitung termasuk ke dalam ranah kognitif sebab menyangkut aktivitas otak. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.18 Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar.19

Henmon berpendapat bahwa kognitif dan pengetahuan disebut intelegensi. Jadi kognitif bagian dari intelegensi. Apabila kognitif tinggi, maka intelegensi tinggi pula.20 Selanjutnya, Guilford mengembangkan suatu teori atau model tentang kognitif manusia yang disusun dalam sistem yang disebut struktur

16

Ahmad Susanto, Perkembangan, 98. 17

Ibid.,99. 18

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), 49-50. 19

Ahmad Susanto, Perkembangan, 47. 20

(33)

21

kognitif. Berdasarkan model ini, aktivitas mental dapat diklasifikasikan sebagai berikut:21

1. Operasi (proses) intelektual yang menyangkut proses pemikiran yang berlangsung dan terdiri dari lima kategori, yaitu kognisi, ingatan, berpikir, konvergen, berpikir divergen, dan penilaian.

2. Content (materi), yang menunjukkan macam materi yang digunakan terdiri dari empat kategori, yaitu figural, simbolik, semantic, dan behavioral

(perilaku).

3. Produk yang merupakan hasil dan operasi (proses) tertentu yang diterapkan pada konten (materi) tertentu yang terdiri dari enam kategori, yaitu unit, kelas, hubungan, sistem, transformasi, dan implikasi.

Ranah kognitif terdiri atas enam level, termasuk di dalamnya yaitu:22 1. Pengetahuan (Knowledge), Berisikan kemampuan untuk mengenali dan

mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.

2. Pemahaman (Comprehension), Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan mengelompokkan dengan mengorganisir,

21

Ibid., 53-54. 22

(34)

22

membandingkan, menerjemahkan, memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan gagasan utama.

3. Aplikasi (Application), di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan lain sebagainya di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.

4. Analisis (Analysis), di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yang ditimbulkan.

(35)

23

untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.

6. Evaluasi (Evaluation), Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dan lain sebagainya dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dan lain sebagainya.

Ranah kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Berikut merupakan ranah kognitif yang terbagi atas 6 level :23

1. Pengetahuan, yakni kemampuan menyebutkan atau menjelaskan kembali yang terdiri atas kata kerja kunci mendefinisikan, menyusun daftar, menamai, menyatakan, mengidentifikasikan, mengetahui, menyebutkan, membuat rerangka, menggaris bawahi, menggambarkan, menjodohkan, memilih.

23

(36)

24

2. Pemahaman, kemampuan memahami instruksi atau masalah, menginterpretasikan dan menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri. yang terdiri atas kata kerja kunci menerangkan, menjelaskan, menguraikan, membedakan, menginterpretasikan, merumuskan, memperkirakan, meramalkan, menggeneralisir, menerjemahkan, mengubah, memberi contoh, memperluas, menyatakan kembali, menganalogikan, merangkum.

3. Penerapan, kemampuan menggunakan konsep dan praktek atau situasi yang baru yang terdiri atas kata kerja kunci menerapkan, mengubah, menghitung, melengkapi, menemukan, membuktikan, menggunakan, mendemonstrasikan, memanipulasi, memodifikasi, menyesuaikan, menunjukkan, mengoperasikan, menyiapkan, menyediakan, menghasilkan. 4. Analisa, kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas atas dampak komponen-komponen terhadap konsep tersebut secara utuh yang terdiri atas kata kerja kunci menganalisa, mendiskriminasikan, membuat skema atau diagram, membedakan, membandingkan, mengkontraskan, memisahkan, membagi, menghubungkan, menunjukkan hubungan antara variabel, memilih, memecah menjadi beberapa bagian, menyisihkan, mempertentangkan. 5. Sintesa, kemampuan merangkai atau menyusun kembali

(37)

25

mengkombinasikan, mengatur memodifikasi, mendesain, mengintegrasikan, mengorganisir, mengkompilasi, mengarang, menciptakan, menyusun kembali, merancang, merangkai, merevisi, menghubungkan, merekonstruksi, menyimpulkan, mempolakan.

6. Evaluasi, kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan norma, acuan atau kriteria yang terdiri atas kata kerja kunci mengkaji ulang, membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mengkontraskan, mempertentangkan menjustifikasi, mempertahankan, mengevaluasi, membuktikan, memperhitungkan, menghasilkan, menyesuaikan, mengkoreksi, melengkapi, menemukan.

Dari keenam level dari ranah kognitif di atas, berhitung atau menghitung termasuk kemampuan menggunakan konsep dan praktek atau situasi yang baru yang merupakan level Application (penerapan).

Menurut Sukardi, kemampuan berhitung adalah kemampuan yang memerlukan penalaran dan keterampilan aljabar termasuk operasi hitung, oleh karena itu dalam paparan berikut ditetapkan beberapa indikator kemampuan menghitung:24

1. Mampu menyelesaikan soal

24

(38)

26

Siswa mampu mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh guru. Terkait dengan pengertian mampu adalah bisa, cakap dalam menjalankan tugas cekatan.

2. Mampu membuat soal dan penyelesaiannya

Selain mampu mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, siswa juga diharapkan mampu membuat soal menyelesaikan pengerjaan soalnya secara mandiri. Hal ini sesuai dengan pengertian kemampuan itu sendiri, yaitu kemampuan adalah kesanggupan untuk menguasai sesuatu.

3. Mampu menjelaskan cara menyelesaikan soal menggunakan media

Siswa mampu menjelaskan cara menyelesaikan soal dengan media yang digunakan dengan benar dan tanpa ragu-ragu untuk melakukannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menghitung merupakan kesanggupan individu untuk menyelesaikan atau pun memecahkan soal-soal yang berkaitan dengan operasi hitung, baik penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian.

C.Pembelajaran Matematika

(39)

27

pembelajaran sebagai memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.25

Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan saintifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya. Pada dasarnya, semua siswa memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam wujud schemata. Dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada, siswa menggunakan informasi yang berawal dari lingkungannya dalam rangka mengonstruksi interpretasi pribadi serta makna-maknanya. Makna dibangun ketika guru memberikan permasalahan yang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada siswa.26

Pendekatan saintifik telah dipergunakan pada kurikulum di Indonesia yang dikenal dengan istilah Learning by doing di mana cara belajar siswa aktif dalam proses kegiatan pembelajaran.27 Menurut Fadel, pembelajaran yang digunakan untuk mengkonstruk suatu konsep yang dilaksanakan dengan baik dan menyenangkan akan membuat retensi pemahaman yang tinggi.

25

Hamdani, Strategi, 23. 26

Ibid., 23. 27

(40)

28

Membangun atau mengkonstruk suatu konsep untuk memahami atau menguasai suatu konsep mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan bagaimana cara memperoleh konsep tersebut. Pemahaman serta ingatan siswa pada suatu konsep akan meningkat 90% apabila siswa mendiskusikan dan melakukan, misalnya dengan melakukan percobaan.28

Bagaimana suatu konsep diperoleh sangat mempengaruhi penguasan suatu konsep. Siswa akan menyerap atau mengingat suatu konsep sebanyak 10% jika siswa tersebut memperoleh konsep dengan membaca, 20% bila mendengar, 30% jika melihat. Sementara itu, siswa akan mengingat konsep sebanyak 50% jika konsep tersebut diperoleh dengan melihat sekaligus mendengar, 70% bila siswa mengatakan atau membahas konsep tersebut misalnya saja dengan melakukan diskusi.29

Senada dengan Fadel, Holbert menambahkan bahwa 70% siswa akan memahami konsep apabila siswa berdiskusi dan menuliskan konsep tersebut. Retensi pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang dilaksanakan dengan cara melakukan dan berdiskusi akan meningkat daripada hanya diajarkan dengan metode ceramah.30

28Fadel dalam Nur Wakhidah, “Strategi”, 56. 29

Ibid,.

(41)

29

Gambar 2.2 Piramida Belajar

Menurut Beudogan, retensi dalam pembelajaran meningkat pada pembelajaran yang melalui eksperimen atau demonstrasi karena ingatan siswa dengan membaca hanya 10%. Retensi pemahaman akan meningkat pesat menjadi 90% apabila siswa mempunyai kesempatan untuk melakukan.31

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah tiap orang.

Wenger mengatakan, “Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang

dilakukan seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level yang

31

(42)

30

berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial.”32 Sedangkan menurut Gagne, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya.33

Secara etimologi, matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau

mathemata yang berarti belajar atau hal yang dipelajari (things that are learned). Dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang semuanya berkaitan dengan penalaran.34 Matematika merupakan salah satu kekuatan utama pembentuk konsepsi tentang alam, suatu hakikat dan tujuan manusia dalam kehidupannya.35

Matematika menurut Russefendi adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan strukutur yang terorganisasi.36 Suariasumantri mengungkapkan tentang pengertian matematika, bahwa matematika pada hakikatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikirannya. Dengan menguasai matematika dan berbagai teorinya, maka dimungkinkan seseorang dapat lebih sistematis dalam me-manage jalan pikirannya.37 Sedangkan menurut Bruner pembelajaran matematika adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang

32

Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), 2.

33

Ibid., 3. 34

Catur Supatmono, Matematika Itu Asyik (Jakarta : Grasindo, 2011), 5. 35

Lisnawaty Simanjutak, dkk, Metode, 65. 36

Heruman, Model, 1. 37

(43)

31

terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya.38

Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu usaha guru untuk membentuk tingkah laku, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, memberikan kebebasan siswa untuk memilih bahan pelajaaran dan cara memahaminya sebagai upaya untuk memodifikasi kapasitas manusia tentang konsep dan struktur matematika serta hubungan di antara keduanya.

D.Materi Luas Trapesium dan Layang-layang

1. Trapesium

a. Pengertian Trapesium

Trapesium adalah segiempat yang hanya mempunyai dua sisi yang sejajar.39 Trapesium merupakan sebuah bangun datar dua dimensi yang di bentuk oleh empat buah rusuk yang dua di antaranya saling sejajar namun tidak sama panjang.40

38

Herman Hudoyo, Pengembangan dan Pembelajaran Matematika (Malang : Universitas Negeri Malang, 2000), 56.

39

Maunah Setyawati, dkk, Matematika 3, (Surabaya : LAPIS-PGMI, 2009), Paket 1, 18. 40

(44)

32

Gambar 2.3 Trapesium

Unsur-unsur trapesium seperti gambar 2.2 adalah :41 1) Sisi sejajar yang panjang disebut sisi alas (AB) 2) Sisi yang tidak sejajar disebut kaki (AD dan BC)

3) Sudut-sudut pada sisi alas disebut sudut alas (<A dan <B)

4) Sudut-sudut yag tidak pada sisi alas disebut sudut atas (<C dan <D) b. Macam-macam Trapesium

Pada umumnya, trapesium terbagi atas tiga jenis, yaitu trapesium siku-siku,trapesium sama kaki, dan trapesium sebarang. 42

1) Trapesium siku-siku

Trapesium siku-siku adalah trapesium yang mempunyai tepat dua sudut siku-siku, satu sudut alas dan lainnya sudut atas. Berikut contoh trapesium siku-siku:43

41

Maunah Setyawati, dkk, Matematika 3, Paket 1, 19. 42

Heruman, Model, 98. 43

(45)

33

Gambar 2.4 Trapesium Siku-siku

2) Trapesium Samakaki

Trapesium samakaki adalah trapesium yang kaki-kakinya (dua sisinya) sama panjang. Berikut contoh trapesium samakaki:44

Gambar 2.5 Trapesium Samakaki

3) Trapesium Sebarang

Trapesium sebarang adalah trapesium yang bukan trapesium samakaki atau trapesium siku-siku. Berikut contoh trapesium sebarang:45

44

Ibid., 19. 45

(46)

34

Gambar 2.6 Trapesium Sebarang

Dalam mengajarkan topik trapesium, selama ini guru juga langsung memberikan drill informasi berupa ciri-ciri bangun, dan selanjutnya memberikan rumus secara langsung. Hal ini menggambarkan kurangnya penguasaan materi oleh guru. Harusnya, siswa mengetahui asal terbentunya bangun trapesium melalui pengalaman yang mereka peroleh sendiri. Dengan cara ini, di kemudian waktu mereka mempunyai pemahaman yang kuat tentang trapesium khususnya, dan berbagai bangun datar lain pada umumnya.46

c. Prinsip Luas Trapesium

1) Prinsip Luas Daerah Segitiga

b

t

Gambar 2.7

Trapesium : Prinsip Luas Daerah Segitiga

46

(47)

35

Gambar 2.6 memperlihatkan gambar suatu trapesium dengan panjang sisi-sisi sejajarnya masing-masing adalah a dan b. Untuk mencari luas daerah layang-layang dengan memakai rumus daerah luas segitiga, potonglah daerah trapesium menjadi daerah segitiga I dengan panjang alasnya b dan tingginya t serta segitiga II dengan panjang alasnya a dan tingginya t. Sehingga diperoleh, luas daerah segitiga I dan segitiga II masing-masing adalah:

LΔ1 = 1

2 � �� dan LΔ2 = 1

2 � ��

Karena daerah trapesium diperoleh daerah segitiga I dan segitiga II, maka luas daerah trapesium sama dengan luas daerah segitiga I ditambah luas daerah segitiga II. Jadi luas daerah trapesium adalah:

L = 1

2 � �� + ( 1

2 � ��) = 1

2 ��� ( + ) =

1

2 � + �� 2) Prinsip Luas Daeran Persegipanjang

Gambar 2.8

(48)

36

Gambar 2.7 memperlihatkan gambar suatu trapesium dengan panjang sisi-sisi sejajarnya masing-masing adalah a dan b. Untuk mencari rumus luas daerah trapesium dengan memakai rumus daerah persegi panjang, potonglah daerah IV, daerah V, dan daerah VI dengan tinggi 1

2 �. Kemudian pindahkan potongan daerah IV, daerah V, dan daerah VI sedemikian rrupa sehingga terbentuk daerah persegi panjang dengan panjang (a + b) dan lebar 1

2 �. Sehingga luas daerah persegipanjang tersebut adalah:

L = (a + b) x 1 2 � =

1

2 x (a + b) x t

Karena daerah persegi panjang diperoleh dari daerah trapesium, maka luas daerah trapesium sama dengan luas daerah persegi panjang. Jadi luas daerah trapesium adalah:

L = 1

2 x (a + b) x t Kesimpulan:

Luas daerah trapesium adalah : L = 1

2 x (a + b) x t Contoh :

Hitunglah luas trapesium yang panjang sisi-sisi sejajarnya adalah 7 cm dan 12 cm serta tingginya adalah 5 cm.

[image:48.595.138.514.212.597.2]
(49)

37

Trapesium, a = 7 cm, b = 12 cm, dan t = 5 cm L = 1

2 � 7 + 12 � 5 = 47, 5 �

2

Jadi, luas daerah trapesium tersebut adalah 47, 5 �2. 47 2. Layang-layang

a. Pengertian Layang-layang

Layang-layang adalah segiempat yang sepasang-sepasang sisi yang berdekatan sama panjang.48

1) Prinsip Luas Daerah Segitiga

d1

d2 1 2 2

Gambar 2.9

Layang-layang : Prinsip Luas Daerah Segitiga

Gambar 2.8 memperlihatkan gambar suatu layang-layang dengan panjang diagonal-diagonalnya masing-masing adalah d1 dan d2. Untuk mencari luas daerah layang-layang dengan memakai rumus daerah segitiga, potonglah daerah layang-layang tersebut

47

Tim Penulis, Matematika, (Tt : Program Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah, Tth), 141-142.

48

[image:49.595.129.507.182.515.2]
(50)

38

menjadi daerah segitiga yang kongruen (sama bentuk dan ukuran), yaitu segitiga I dan segitiga II dengan panjang alas d1 dan tinggi 1

2 d2, karena segitiga I kongruen dengan segitiga II, maka luas daerah segitiga I sama dengan luas daerah segitiga II, yaitu:

L = 1

2 � 1 � ( 1 2 2)

Karena daerah layang-layang diperoleh dari daerah dua segitiga yang kongruen, maka luas daerah layang-layang sama dengan dua kali luas daerah segitiga. Jadi, luas daerah layang-layang adalah:

L = 2 (1

2 � 1 � ( 1

2 2)) =

1

2 � 1 � 2 2) Prinsip Luas Daerah Persegi Panjang

d1

d2 1 2 2

Gambar 2.10

(51)

39

Gambar 2.9 memperihatkan gambar suatu layang-layang dengan panjang diagonal-diagonalnya masing-masing adalah d1 dan d2. Untuk mencari rumus daerah layang-layang dengan memakai rumus luas daerah persegi panjang, potonglah daerah II dan daerah IV. Kemudian pindahan potongan daerah II dan daerah IV sedemikian rupa sehingga terbentuk daerah persegi panjang dengan panjang 1

2 2 dan lebar 1

2 1. Sehingga luas daerah persegi panjang tersebut adalah:

L = 1

2 2 � 1 =

1

2 � 1 � 2

Karena daerah persegipanjang diperoleh dari daerah layang-layang sama dengan luas daerah persegi panjang, maka luas daerah layang-layang adalah:

L = 1

2 � 1 � 2 Kesimpulan:

Luas daerah layang-layang adalah: L = 1

2 � 1 � 2 Contoh :

Hitunglah luas daerah layang-layang yang panjang diagonal- diagonalnya adalah 16 cm dan 19 cm.

Penyelesaian:

[image:51.595.136.516.154.575.2]
(52)

40

L = 1

2 �16 � 19 = 152 �

2

Jadi, luas daerah layang-layang tersebut adalah 152 �2. 49

49

(53)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada pengertian yang diterangkan:1 1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus.

3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi pada pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas

adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

1

(54)

42

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik di bawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.2

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada 4 hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus menerus.3

Gambar 3.1 Model Kurt Lewin

2

Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), 11. 3

(55)

43

B.Setting Penelitian dan Subyek Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Bina Bangsa Krembangan Surabaya pada kelas V.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan yang dimulai dari bulan Nopember 2016 sampai bulan Januari 2017. Pelaksanaan siklus dilakukan pada akhir semester gasal dengan rincian siklus dilakukan pada 29 November jam 07.30-08.40 WIB dan siklus II pada 15 Desember 07.30-08.40 WIB.

3. Karakteristik Subyek Penelitian

(56)

44

menggunakan strategi College Ball untuk meningkatkan kemampuan menghitung pada materi luas trapesium dan layang-layang.

C.Variabel yang Diselidiki

Judul penelitian ini “Peningkatan Kemampuan Menghitung Luas

Trapesium dan Layang-Layang Mata Pelajaran Matematika melalui Strategi

College Ball pada Siswa Kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya”. Terdapat beberapa variabel pada penelitian tersebut di antaranya:

1. Variabel Input : Siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya. 2. Variabel Proses : Penerapan strategi College Ball.

3. Variabel Output :Kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang.

D.Rencana Tindakan

(57)

45

Jika dalam siklus pertama ini, peneliti menilai adanya kekurangan atau kesalahan, maka dapat diperbaiki atau dimodifikasi dengan mengembangkan spiral ke perencanaan langkah tindakan kedua. Jika dalam implementasinya, hasil evaluasi masih menunjukkan adanya kesalahan atau kekurangan, maka dapat diperbaiki atau dimodifikasi dengan mengembangkan spiral lanjutan, yaitu perencanaan tindakan ketiga, begitu seterusnya. Siklus spiral baru dapat berhenti jika tindakan subtantif yang dilakukan penyaji sudah dievaluasi dengan baik. Bagi peneliti sebagai pengamat, siklus dihentikan jika data yang dikumpulkan untuk penelitian sudah jenuh atau kondisi kelas sudah stabil.4

Pra Siklus

Pada Pra-siklus ini, peneliti melakukan observasi saat guru mata pelajaran mengajar di dalam kelas dengan menggunakan metode atau strateginya sendiri. Peneliti bertindak sebagai observer dalam proses pembelajaran. Selain itu, pada tahap ini, peneliti juga memberikan soal pra siklus pada siswa untuk mengetahui ketuntasan siswa pada materi luas trapesium dan layang-layang setelah diterapkan metode guru mata pelajaran itu sendiri.

Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti bersama-sama dengan guru mata pelajaran menyusun rencana pembelajaran terkait materi luas trapesium dan layang-layang dengan menggunakan strategi College Ball, yakni sebagai berikut:

4

(58)

46

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dalam hal ini, peneliti membuat RPP yang akan digunakan pada siklus I.

b. Menyiapkan lembar observasi siswa dan guru.

c. Menyiapkan media, lembar tes kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang.

d. Menyiapkan instrumen penilaian.

e. Menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran dengan menetapkan 80% dari seluruh jumlah siswa memperoleh nilai kemampuan menghitung di atas KKM, yakni 78.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP pada materi luas trapesium dan layang-layang dengan mengimplementasikan strategi College Ball. Berikut merupakan kegiatan pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti :

a. Guru menyiapkan siswa untuk memulai menerima pembelajaran dengan memberikan motivasi.

b. Guru melakukan apersepsi, yakni mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa atau mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan materi sebelumnya.

c. Guru melakukan feed back atau umpan balik setelah itu memberikan

(59)

47

Pembelajaran (RPP) siklus I. Berikut merupakan uraian kegiatan pembelajaran dalam siklus I:

1) Kegiatan Pendahuluan

a) Guru memasuki ruang kelas kemudian mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Wr.Wb”

b) Menanyakan kabar siswa.

c) Siswa membaca Basmalah bersama-sama sebelum memulai pelajaran.

d) Motivasi dengan cara melakukan permainan sebagai berikut : (1) Siswa melakukan tepuk satu kali apabila guru berkata

“Tepuk satu”, tepuk dua kali apabila guru berkata “Tepuk

dua”, Dst.

(2) Siswa mengacungkan satu jari apabila guru berkata “Satu”,

mengacungkan dua jari apabila berkata “Dua”, Dst.

(3) Siswa tidak melakukan apapun apabila guru mengucapkan kata lain seperti sate atau soto.

e) Mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Dengan cara memberikan pertanyaan:

(1) Siapa di kelas ini yang pernah bermain layang-layang? f) Menyampaikan dan menulis judul pembelajaran hari di papan

tulis dengan huruf kapital, yaitu “LUAS TRAPESIUM DAN

(60)

48

g) Menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti

a) Eksplorasi

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi luas trapesium dan layang-layang.

b) Elaborasi

(1) Siswa membentuk kelompok sesuai instruksi guru. (Langkah 1)

(2) Masing-masing kelompok menentukan nama yang akan mereka wakili. (Langkah 1)

(3) Masing-masing siswa mendapat kartu indeks. (Langkah 2) (4) Siswa menjawab pertanyaan dengan mengangkat kartu.

Dengan catatan, siswa dapat mengangkat kartu sebelum pertanyaan secara penuh disampaikan jika siswa mengetahui jawabannya. Segera guru menginterupsi, pertanyaan dihentikan. (Langkah 3 poin 1 dan 2)

(5) Tim memberi skor satu point untuk setiap respon anggota yang benar. (Langkah 3 poin 3)

(61)

49

(7) Masing-masing kelompok menghitung skor keseluruhan untuk mengetahui skor keseluruhan. (Langkah 4)

c) Konfirmasi

Penguatan tentang materi yang belum jelas. (Langkah 5) 3) Kegiatan Penutup

a) Ice breaking dengan cara bernyanyi sambil bertepuk tangan : Tepuk jari satu, tepuk jari dua, tepuk jari tiga, jari empat, jari lima. Tepuk jari lima bisa bunyi semua. Ayo kawan-kawan kita bermain bersama. Mari kawan-kawan kita belajar bersama. b) Siswa bersama guru membuat kesimpulan dari materi yang

diajarkan.

c) Refleksi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa dari proses kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

d) Siswa mengerjakan post test sebagai evaluasi siklus I. e) Memberikan penugasan kepada siswa.

f) Siswa membaca Hamdalah bersama-sama untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.

d. Melakukan tes untuk seluruh kelas V sebagai akhir dari siklus I. 3. Observasi atau Pengamatan (Observing)

(62)

50

bertujuan untuk melaakukan perbaikan pada proses pembelajaran dengan menerapkan strategi College Ball siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap refleksi ini, akan dipaparkan uraian tentang hasil analisis dalam observasi yang dilakukan pada siklus I. Selain itu, pada tahap refleksi ini juga akan dipaparkan rencana tindakan untuk siklus selanjutnya.

a. Melakukan pemeriksaan catatan hasil observasi, yakni memeriksa catatan kegiatan yang kurang maksimal atau hambatan yang terjadi pada siklus I dengan implementasi strategi College Ball.

b. Melakukan evaluasi terhadap hasil observasi dengan cara berdiskusi dengan guru mata pelajaran untuk mengevaluasi kegiatan yang kurang maksimal atau hambatan yang terjadi pada siklus I dengan implementasi strategi College Ball untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

(63)

51

belajar siswa, maka tidak perlu diadakan siklus II. Begitupun sebaliknya, jika peningkatan hasil belajar pada siklus I tidak terlalu signifikan, terdapat hambatan, kendala, maupun kekurangan pada proses pembelajaran maka perlu diadakan siklus II sebagai bentuk perbaikan siklus I. Oleh karena itu, pada umumnya, kegiatan pada siklus II terdapat tambahan maupun pengurangan untuk memperbaiki hambatan pada siklus sebelumnya.

Siklus II

Siklus II adalah pengulangan dari siklus I di mana masalah yang terjadi pada siklus I diperbaiki dalam siklus II ini. Berikut merupakan tahapan pada siklus II:

1. Perencanaan (Planning)

(64)

52

trapesium dan layang-layang, instrument penilaian, dan menetapkan 80% dari seluruh jumlah siswa memperoleh nilai kemampuan menghitung di atas KKM, yakni 78 sebagai kriteria ketuntasan hasil belajar.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap ini, peneliti melakukan proses pembelajaran materi luas trapesium dan layang-layang dengan mengimplementasikan strategi College Ball di mana proses pembelajaran tersebut dilakukan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hasil dari refleksi atau evaluasi yang telah diperbaiki dari siklus I.

3. Observasi atau Pengamatan (Observing)

Peneliti pada tahap ini melakukan pengamatan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar dengan implementasi strategi College Ball yang dilakukan pada siklus II ini. Berikut merupakan paparan pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus II : a. Mengamati aktifitas siswa selama kegiatan belajar mengajar.

b. Mengamati kemampuan setiap siswa terhadap penguasaan materi luas trapesium dan layang-layang.

c. Mengumpulkan data. 4. Refleksi(Reflecting)

(65)

53

layang-layang pada siklus I dan siklus II. Selain itu, peneliti juga mencatat kekurangan yang terjadi pada siklus II kemudian menarik kesimpulan dan menyatakan pada siklus II ini dapat meningkatkan atau tidaknya kemampuan menghitung siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya pada materi luas trapesium dan layang-layang.

Apabila tidak terdapat peningkatan yang signifikan pada siklus II ini, maka perlu diadakan siklus lanjutan atau siklus III sebagai bentuk perbaikan terhadap siklus II. Sebaliknya, jika terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan menghitung siswa materi luas trapesium dan layang-layang, maka tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya. Dengan kata lain, siklus akan berhenti.

E.Data dan Cara Pengumpulannya

1. Sumber Data

Berikut merupakan sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini:

a. Guru

(66)

54

b. Siswa

Sumber data siswa digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap pembelajaran dan hasil peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang melalui strategi College Ball.

2. Cara Pengumpulannya

Teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti ialah observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik dan alat pengumpulan data tersebut digunakan peneliti untuk memperoleh data yang valid. Berikut penjelasan mengenai teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan :

a. Observasi (Observation)

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan utama observasi yaitu :

1) Untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun situasi buatan.

(67)

55

faktor-faktor yang diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skills).5

Dalam penelitian tindakan kelas ini, observasi digunakan peneliti untuk mengumpulkan data tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Selain itu, observasi juga digunakan untuk mengamati implementasi strategi College Ball pada materi luas trapesium dan layang-layang yang dilaksanakan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru mata pelajaran. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa terlampir (Lampiran 1).

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara (interviewer) dan orang diwawancarai (Interviewee) tanpa melalui perantara.6 Teknik wawancara ini ditujukan untuk guru dan siswa. Yang mana teknik wawancara ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi awal yang dilakukan sebelum PTK, pendapat atau respon siswa dan guru terhadap proses KBM

5

Ibid., 231. 6

(68)

56

(Kegiatan Belajar Mengajar) yang dialami setelah dilakukan PTK. Format wawancara guru dan siswa terlampir (Lampiran 2)

c. Tes

Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden.7 Tes juga dapat diartikan sederetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengukuran intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.8 Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar tentang peningkatan kemampuan menghitung luas trapesium dan layang-layang melalui strategi College Ball siswa kelas V MI Bina Bangsa Surabaya. Format kisi-kisi soal siklus I dan II terlampir (Lampiran 6)

d. Dokumentasi

Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki data-data tertulis seperti buku, majalah, dokumen p

Gambar

Gambar 2.1 memperlihatkan contoh kartu indeks yang akan
Gambar 2.7 memperlihatkan gambar suatu trapesium dengan
Gambar 2.8 memperlihatkan gambar suatu layang-layang
Gambar 2.9 memperihatkan gambar suatu layang-layang
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Dikurangi dengan nilai wajar dari aset program pada akhir periode pelaporan (jika ada) selain kewajiban yang harus dilunasi secara langsung..

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PKn MELALUI MODEL Talking STICK PADA SISWA KELAS V SDN KERANGKULON

Skemp, pemahaman Neni, Ayu, Diyan, dan Andri dapat dikategorikan pada tingkat pemahaman relasional, sedangkan pemahaman Anka dan Mandha dapat dikategorikan pada tingkat

Seperti yang terlihat pada gambar II.6A merupakan rangkaian dasar dari sensor photodioda, pada kondisi awal LED sebagai transmitter cahaya akan menyinari

Fasilitas yang diberikan pada tahap Penyiapan Proyek dan/ atau Pelaksanaan Transaksi yang selanjutnya disebut Fasilitas adalah asilitas iskal yang disediakan oleh

nilai-nilai yang menjadi acuan ekonomi masyarakat untuk hidup sesuai dengan.. kemampuannya dan tidak bersifat hedonistik, mengajarkan untuk

Pengolahan data adalah manipulasi dari data ke dalam bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti yang berupa suatu informasi, menurut Jogiyanto HM, pengolahan

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian Kabupaten Teluk Wondama sebanyak 3.137 dikelola oleh rumah