• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/Sekneg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/Sekneg"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119 TAHUN 2001

TENTANG

KOMODITI YANG DAPAT DIJADIKAN SUBJEK KONTRAK BERJANGKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a.

bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, komoditi yang dapat dijadikan subjek kontrak berjangka ditetapkan dengan Keputusan Presiden;

b.

bahwa untuk mewujudkan tercapainya fungsi ekonomi perdagangan berjangka komoditi yaitu sebagai sarana lindung nilai dan pembentukan harga yang transparan, guna menjamin kepastian dan kelangsungan usaha jangka panjang dalam era yang semakin kompetitif, dipandang perlu menetapkan beberapa komoditi baru yang dapat dijadikan subjek kontrak berjangka dengan Keputusan Presiden;

Mengingat :

1.

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945;

2.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3720);

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3805);

4.

Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1999 dan Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2000 tentang Komoditi yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak Berjangka;

(2)

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KOMODITI YANG DAPAT DIJADIKAN SUBJEK KONTRAK BERJANGKA.

Pasal 1

(1) Menambah gula pasir, kacang tanah, kedelai, cengkeh, udang, ikan, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik, emas, batubara, timah, pulp dan kertas, benang, semen, dan pupuk sebagai komoditi yang dapat dijadikan subjek kontrak berjangka.

(2) Dengan penambahan komoditi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka komoditi yang dapat dijadikan subjek kontrak berjangka di Bursa Berjangka adalah kopi, minyak kelapa sawit, plywood, karet, kakao, lada, gula pasir, kacang tanah, kedelai, cengkeh, udang, ikan, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik, emas, batubara, timah, pulp dan kertas, benang, semen, dan pupuk.

Pasal 2

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 26 November 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd

Referensi

Dokumen terkait

menyusun standar kerjasama operasional penanggulangan pertambangan tanpa izin, penyalahgunaan bahan bakar minyak serta perusakan instalasi ketenagalistrikan dan pencurian

Penjualan/penyerahan Premiun dan Minyak Solar untuk transportasi darat/air dan untuk Usaha Kecil dengan izin Pertamina dilakukan pada Stasiun pengisian Bahan Bakar Minyak untuk

Penjualan/penyerahan Premium dan Minyak Solar untuk transportasi darat/air dan untuk Usaha Kecil dengan izin Pertamina dilakukan pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk

Minyak Bumi, Gas Bumi, Minyak dan Gas Bumi, Kegiatan Usaha Hulu, Eksplorasi, Eksploitasi, Wilayah Kerja, Badan Usaha, Bentuk Usaha Tetap, Kontrak Kerja Sama, Badan Pelaksana,

Bensin Premium dan Minyak Tanah (selain untuk kebutuhan rumah tangga dan Usaha Kecil); dan Minyak Solar, Minyak Diesel, dan Minyak Bakar untuk industri, pertambangan, pembangkitan

diolah dari Minyak Bumi dan/atau bahan bakar yang berasal. dan/atau diolah dari Minyak Bumi yang telah

(4) Perjanjian/kontrak dalam bentuk valuta asing tidak dapat diubah. dalam bentuk rupiah dan sebaliknya kontrak dalam

Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1999 tentang komoditas yang dapat dijadikan subjek kontrak berjangka, maka pada tahap awal