PESAN DAKWAH MELALUI BULETIN AT TAKHOBBAR EDISI
128-129 BULAN JANUARI 2015
(ANALISIS SEMIOTIK MODEL CHARLES SANDER PEIRCE)
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh:
YANI ROIFATUL ADAWIYAH NIM : B71211061
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Yani Roifatul Adawiyah, NIM. B71211061, 2015. Pesan Dakwah Melalui Buletin At Takhobbar Edisi128 dan 129 Bulan Januari 2015 (Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce). Skripsi Progran Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universeitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Pesan Dakwah, Analisis Semiotik, Buletin.
Ada dua persoalan yang dikaji dalam skripsi ini, yaitu (1) Bagaimana makna yang terdapat dalam buletin At-Takhobbar edisi 128 dan 129 tersebut disampaikan? (2) Apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam buletin At-Takhobbar edisi 128 dan 129?. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dan pesan dakwah yang terdapat dalam buletin At-Takhobbar tersebut.
Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Setelah data diperoleh penulis dari dokumentasi dan wawancara langsung, data kemudian dianalisis menggunakan metode analisis semiotik model Charles Sanders Peirce. Pada model ini, Charles menganalisis tiga segitiga makna yaitu, Tanda, Objek dan Interpretan. Ketiga makna ini kemudian dikaitkan dengan pesan dakwah yang terdapat pada isi buletin tersebut.
Dari hasil penelitian ini, makna yang terdapat pada buletin At Takhobbar edisi 128 dan 129 didapatkan bahwa terdapat suatu kisah mengenai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. tentang meneladani apa saja tentang kehidupan Rasulullah, akhlak beliau kepada Allah, akhlak beliau kepada sesama. Juga memahami tentang arti cinta atau bukti cinta kepada Rasulullah SAW. kemudian pada tahap kedua, peneliti melihat bahwa kisah tersebut terdapat pesan-pesan dakwah seperti pesan
akidah, syari’ah dan akhlak. Dalam pesan akidah kisah tersebut mencakup sebuah arti tentang keimanan, dalam hal ini yang dimakhsudkan adalah beriman kepada Rasul.
Sedangkan pesan syari’ahnya sebagai seorang muslim yang memanfaatkan
hablumminannas untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Kemudian pesan akhlaknya yakni akhlak Nabi Muhammad SAW. kepada Allah, dan juga kepada sesama.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PENGUJI ... iii
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Konsep ... 8
1. Pesan Dakwah ... 8
2. Buletin At Takhobbar ... 10
3. Analisis Semiotik ... 11
F. Sistematika pembahasan ... 13
A. Kajian Pustaka ... 15
1. Dakwah ... 15
2. Buletin ... 26
B. Kajian Teori ... 29
1. Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce ... 29
C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 38
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Pendekatan dan Penelitian... 42
B. Jenis dan Sumber Data ... 46
C. Tahapan Penelitian ... 47
D. Unit Analisis ... 49
E. Teknik Pengumpulan data ... 49
F. Teknik Analisis Data ... 52
BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Objek Penelitian ... 56
1. Sekilas tentang Buletin At Takhobbar ... 56
2. Sejarah Buletin At Takhobbar ... 56
3. Visi Buletin At Takhobbar ... 59
4. Misi Buletin At Takhobbar ... 59
5. Motto Buletin At Takhobbar ... 59
6. Struktur Pengurus Buletin At Takhobbar ... 59
7. Tema Buletin At Takhobbar bulan Desember 2014 – Januari 2015 . 60 B. Penyajian Data ... 65
1. Penjelasan edisi 128 ... 65
2. Penjelasan edisi 129 ... 70
C. Analisis Data ... 74
Meneladani Rasulullah Saw)... 74
2. Makna buletin At Takhobbar edisi 129 (Bukti Cinta Kepada Rasulullah ... ...90
D. Pembahasan ... 96
1. Bentuk isi Pesan dakwah yang ada pada buletin At Takhobbar edisi 128 ... 96
2. Bentuk isi Pesan dakwah yang ada pada buletin At Takhobbar edisi 129 ... 100
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 105
C. Penutup ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106 SURAT PERNYATAAN PENELITIAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih
baik. Dakwah mengandung ide tentang progesivitas, sebuah proses terus
menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan
tujuan dakwah tersebut. Dengan begitu dalam dakwah, terdapat ide dinamis,
sesuatu yang terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntunan ruang dan
waktu. Sementara itu, dakwah dalam prakteknya merupakan kegiatan untuk
menstransformasikan nilai-nilai agama yang mempunyai arti penting dan
berperan langsung dalam pembentukan persepsi umat tentang berbagai nilai
kehidupan.1
Kegiatan dakwah islam merupakan tugas Nabi Muhammad SAW yang
perlu dilanjutkan umatnya sepanjang masa, karena setiap agama islam perlu
untuk disampaikan kepada umat manusia melalui dakwah islam dan apabila
tidak dilaksanakan, maka ajaran-ajaran islam tidak akan dapat diketahui,
sehingga masyarakat tidak akan banyak mengetahui ajaran islam yang
sebenarnya.
Islam sebagai agama dakwah mewajibkan umatnya untuk melakukan
internalisasi, difusi, transformasi dan aktualisasi syariat islam dengan berbagai
metode dan media yang bersumber pada Al-Qur’an. Adalah kewajiban para
2
da’I untuk memfungsikan dakwah sehingga dapat mengarahkan umat untuk
menguasai teknologi komunikasi dan teknologi informasi bagi kepentingan
perwujudan Khoirul Ummah, serta mampu menyusun dan melaksanakan
program dakwah yang ansipatif dan solutif terhadap kompleksitas masalah
mad’u dalam menerima dan merespon aneka ragam informasi, sehingga mereka dapat memilih informasi yang sesuai dengan nilai-nilai dan
perwujudan tujuan individu yang baik dan unggulan.2
Komunikasi dakwah terdiri atas isi pesan, akan tetapi lambang yang
digunakan bisa bermacam-macam. Sementara itu, lambang yang biasanya
digunakan dalam berkomunikasi dakwah ialah bahasa, gambar, visual dan
sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, pesan komunikasi dakwah yang
disampaikan kepada mad’u dengan menggunakan gabungan/kolaborasi
lambang, seperti pesan komunikasi melalui, retorika, surat kabar, film, atau
televisi. Karena bagaimanapun juga komunikasi dakwah adalah komunikasi
yang menggambarkan bagaimana seorang komunikator dakwah
menyampaikan dakwah lewat bahasa atau simbol-simbol tertentu kepada
mad’u yang menggunakan media.3
Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan
bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat
merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa
yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media
2 Aep Kusnawan, dkk, Komunikasi Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah,2004), h.
24.
3 Wahyu Ilaihi, M,A. Komunikasi Dakwah. (Bandung 2010. PT Remaja Rosdakarya)
3
massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna
dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikontruksikan.4
Setiap kali mendengar kata dakwah yang terlintas disebagian orang
adalah aktivitas penyampaian ajaran Islam yang hanya sebatas dengan lisan
misalnya ceramah dan khutbah. Hal itu tidak bisa dipungkiri walaupun pada
dasarnya dakwah dapat disampaikan dalam bentuk atau metode lain yaitu
dakwah bil Hal (perbuatan) dan bil qolam (tulisan).
Dakwah dengan perbuatan lebih menekankan pada kegiatan aksi
misalnya bakti sosial dan pelaksanaan program kerja di masyarakat.
Sedangkan dakwah dengan metode tulisan diantaranya dengan menerbitkan
majalah, buku, koran, buletin dan lain sebagainya. Dakwah bil qolam
merupakan salah satu metode dakwah yang harus diketahui oleh da`i di zaman
sekarang ini, agar dakwah yang disampaikan bisa dinikmati oleh semua
kalangan masyarakat.
Pada dasarnya dakwah merupakan tugas pokok para Rosul mereka
diutus untuk berdakwah kepada kaumnya agar mereka beriman kepada Allah
dan beribadah kepada-Nya seperti yang digariskan dalam syariat yang dibawanya.5
Kemudian setelah Rosul tiada maka berdakwah menjadi tanggung
jawab setiap ummatnya, sebagaimana Firman Allah dalam Quran surat
Al-Imran:104.
4 Alex Sobar, Analisis teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 88
5 Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam membentuk Da`i dan khatip
4
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang 6 orang yang beruntung.
-munkar merekalah orang
Di era informasi dan teknologi ini, dakwah bil qolam (dakwah lewat tulisan) terus berkembang pesat. Inti dari dakwah bil qolam adalah menulis,
menulis laksana mendayung, berlayar dengan pikiran yang denganya penulis
akan menemukan tantangan, pengalaman dan kepuasan. Dengan menulis bisa
menjadi salah satu metode dakwah yang efektif dan relevan hingga sekarang.7
Buletin sebagai media dakwah dalam tinjauan dari segi fungsi pers
maupun sebagai media dalam proses komunikasi tidak hanya berfungsi
menyiarkan informasi, tetapi juga merupakan saluran yang menghubungkan
antara ide komunikator dalam proses komunikasi melalui suatu media berupa
buletin diharapkan bisa mencapai tujuan komunikator, di antaranya bisa
mempengaruhi, memberikan informasi, hiburan serta mendidik kepada
sasarannya sesuai dengan jenisnya untuk melakukan suatu perubahan dengan
sadar. Jadi keberhasilan dakwah itu tidak hanya melalui penerangan agama
secara lisan saja, akan tetapi dapat dilakukan dengan melalui media tulisan.
Dakwah melalui media cetak sudah banyak dipergunakan, terutama
melalui buletin jumat yang diterbitkan setiap minggu sekali dan disebarkan
6 Departemen Agama RI, Al-Quran & Terjemah,(Bandung: CV Diponegoro, 2005), h. 50.
5
pada hari jumat dimana para jama’ah jumat mengikuti sholat jumat di
masjid-masjid terdekatnya. Tulisan dalam buletin umumnya singkat dan padat
(mirip berita) dimana digunakan bahasa yang formal dan banyak istilah teknis
berkaitan dengan bidang tersebut.
Salah satu buletin tersebut adalah Buletin jumat At Takhobar, buletin
tersebut merupakan buletin dakwah masjid At Takhobar, penebar sunnah dan
penyampai amanah. Buletin Dakwah At Takhobar diterbitkan setiap hari
jumat oleh BKM Masjid Takhobar Telkom Surabaya. Bulletin jumat ini
dimuat setiap edisi. Bulletin ini berisi tentang tulisan dakwah bernilai ringan,
yakni memuat pesan – pesan Islam berupa ayat Al-Quran dan hadist nabi saw.
Oleh karena itu bulletin tersebut dimuat setiap pekan yang memuat nuansa –
nuansa dakwah Islam dari para kolomnis dengan kebebasan materi dakwah
melalui seleksi tim redaksi.
Setiap hari Jumat buletin At Takhobbar menyajikan beberapa materi
ketika khutbah Jumat di Masjid At Takhobbar berlangsung. Jadi selain materi
atau dakwah secara lisan, juga terdapat dakwah melalui buletin yakni dakwah
bil qalam. Isi yang dimuat didalamnya berisi tentang ajaran islam yang patut
untuk dicontoh. Salah satu materi atau tema yang dimuat di buletin ini adalah
mengenai tema Moment Maulid Nabi, seperti yang diteliti oleh peneliti. Isi
dalam buletin tersebut mempu meneladani apa saja tentang kehidupan
Rasulullah, seperti sejarah beliau, akhlak beliau dan sunnah beliau. Juga
memahami tentang arti cinta atau bukti cinta kepada Rasulullah SAW.
Akhlak Nabi Muhammad SAW kepada Allah adalah dengan selalu
6
orang kepada Allah. Begitu wajibnya bersyukur, Nabi Muhammad yang
jelas-jelas dijamin masuk surga, masih menyempatkan diri bersyukur kepada Allah.
Dalam sebuah hadis disebutkan, Nabi selalu menunaikan shalat tahajud,
memohon maghfirah dan bermunajat kepada-Nya. Seusai shalat, Nabi berdoa
kepada Allah hingga shalat Subuh. Bersyukur merupakan salah satu ibadah
mulia kepada Allah yang mudah dilaksanakan, tidak banyak memerlukan
tenaga dan pikiran. Bersyukur atas nikmat Allah berarti berterima kasih
kepada Allah atas segala nikmat-Nya. Dengan kata lain, bersyukur berarti
mengingat Allah yang Mahakaya, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan
Maha Penyantun.8
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana isi pesan
dakwah yang dimuat dalam buletin tersebut dan apa makna yang tersirat pada
isi buletin tersebut. Dimana pesan tersebut selain disampaikan melalui
khutbah juga disampaikan melalui tulisan. Dengan adanya muatan-muatan
tulisan dari buletin yang berjudul Momen Maulid: Meneladani Rasulullah
Saw edisi ke-128 dan Bukti Cinta Kepada Rasulullah Saw edisi ke-129 dalam
buletin At Takhobar tersebut, maka masyarakat bisa memahami
keagamaannya secara luas mengenai nilai-nilai agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
8
7
1. Bagaimana makna yang terdapat dalam buletin At-Takhobbar tersebut
disampaikan?
2. Apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam buletin At-Takhobbar?
C. Tujuan Penelitian
Searah dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Ingin mengetahui makna yang terdapat dalam buletin At-Takhobbar
tersebut disampaikan?
2. Ingin mengetahui pesan dakwah yang terkandung dalam buletin
At-Takhobbar?
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Mampu mendeskripsikan serta mengekplorasi pesan dakwah melalui
media cetak.
b. Menambah wawasan tentang bagaimana sebuah media mengondtruk
suatu berita atau pengetahuan dan menyampaikan pesan dakwah
melalu media cetak.
2. Secara praktis
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi
dalam media dakwah melalui media cetak.
d. Sebagai syarat untuk meneyelesaikan pendidikan Program S1 pada
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang telah
8
E. Definisi Konsep
1. Pesan Dakwah
Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Pesan disini merupakan seperangkat simbol verbal atau non
verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, makhsud sumber tadi.
Pesan itu sendiri memiliki tiga komponen yaitu makna simbol yang
digunakan untuk menyampikan makna dan bentuk, atau organisasi pesan.
Pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian. Peristiwa
lebih di tonjolkan daripada pelakunya seperti uraian diatas. Berita (kalam
khabar) menurut istilah al-Balaghoh dapat benar atau dusta. Berita dikatakan benar jika sesuai dengan fakta. Jika tidak sesuai, disebut berita
bohong.9
Pesan dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i
kepada mad’u yang berisi tentang ajakan atau seruan agar melukan
kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebaikan dan
melarang mereka dari perbuatan mungkar, agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yng
menjadi pesan dakwah adalah ajaran Islamnya sendiri. Oleh karena itu
melakukan apa yang menjadi pesan dakwah adalah membahas ajaran
Islam itu sendiri.
9
9
Yang dimakhsud dengan pesan dakwah dalam penelitian ini adalah
tentang masalah Akidah (keimanan), masalah hukum Islam (syari’ah), dan
masalah moral (akhlak) yang terdapat dalam buletin At Takhobbar yang
dipilih sebagai objek penelitian.
a. Pesan Akidah
Pesan akidah merupakan landasan pokok dalam islam bersifat
I’tiqod Bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat
hubungannya dengan rukun iman yang etrdiri dari:
a. Iman kepada Allah Swt.
b. Iman kepada Malaikat-Nya
c. Iman kepada Kitab-kitab-Nya
d. Iamn kepada Rasul-rasul-Nya
e. Iman kepada Hari Akhir
f. Iman kepada Qadha dan Qadhar
b. Pesan Syariah
Pesan syariah pada dasarnya merupakan aturan-aturan yang
diciptakan oleh Allah yang dipakai oleh Islam dalam mengamalkan
ajaran-ajarannya, baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun dengan
sesama manusia. Hokum-hukum ini merupakan peraturan-peraturan atau
system yang disyariatkan Allah SWT untuk umat manusia, baik secara
terperinci maupun pokok-pokonya saja. Hukum-hukum ini dalam islam
meliputi :
1. Ibadah: thaharah, sholat, zakat, puasa dan haji
10
a) Hukum Perdata meliputi: Hukum Niaga, Hukum Nikah dan
Hukum Waris
b) Hukum Publik meliputi: Hukum Pidana, Hukum Negara, Hukum
Perang dan Damai
c. Pesan Akhlak
Pesan akhlak sebenarnya merupakan pelengkap bagi manusia
untuk mencapai keimanan dan keislaman yang sempurna, yaitu bagaimana
tata cara manusia dalam berhubungan dengan sang penciptanya , dengan
manusia maupun dengan alam semesta. Akhlak tersebut meliputi :
1. Akhlak terhadap Allah Swt.
2. Akhlak terhadap makhluk yang meliputi:
3. Akhlak terhadap manusia: diri sendiri, tetangga, masyarakat lainnya.
4. Akhlak terhadap bukan manusia: flora, fauna, dan sebagainya.
Pesan dakwah dalam buletin At Takhobbar ini adalah suatu studi
yang mengetahui ada dan tidaknya pesan dakwah dan makna yang
terkandung dalam pesan dakwah buletin tersebut yang berguna bagi
kemanusiaan yang sesuai dengan ajaran Islam. Buletin ini berupaya
menyapu masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan kita selama
ini.karena dalam buletin ini memuat beberapa pesan dakwah yang meliputi
bidang akidah, syariah dan akhlak.
2. Buletin At Takhobar
Buletin adalah media cetak berupa selebaran atau majalah, berisi
warta singkat atau pernyataan tertulis yang diterbitkan secara periodik
11
Menurut Dja’far Assegaff buletin adalah bentuk penerbitan berupa
lembaran, biasanay lembaran itu di stensil atau di foto copy yang
dikeluarkan oleh suatu badan penerbitan, misalnya: kantor berita,
hubungan masyarakat maupun jawatan-jawatan tertentu. Dalam bukunya
Samsul bahwa jurnalistik merupakan kegiatan untuk menyampaikan
kegiatan pesan/berita kepada khalayak ramai melalui saluran media baik
media cetak maupun media elektronik.10
Dalam hal ini, peneliti meneliti buletin At Takhobbar, Buletin
tersebut merupakan Buletin Dakwah Masjid At Takhobbar, penebar
sunnah dan penyampai amanah. Buletin Dakwah At Takhobbar diterbitkan
setiap hari jumat oleh BKM Masjid Takhobar Telkom Surabaya. Buletin
jumat ini dimuat setiap edisi. Buletin ini berisi tentang tulisan dakwah
bernilai ringan, yakni memuat pesan – pesan Islam berupa ayat Al-Quran
dan hadist nabi saw. Oleh karena itu buletin tersebut dimuat setiap pekan
yang memuat nuansa – nuansa dakwah Islam dari para kolomnis dengan
kebebasan materi dakwah melalui seleksi tim redaksi.
3. Analisis Semiotik
Secara etimologi, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion
yang berarti “tanda”. Tanda disini di definisikan sebagai sesuatu yang
atas dasar konvensi social yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap
mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis dapat
10
12
didefinisikan sebagi ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.11
Batasan yang lebih jelas dikemukakan oleh Preminger, dikatakan
“semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa
fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan
tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari system-sistem, aturan-aturan,
konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memmiliki arti.”
Menurut Charles Morris mengatakan “bahasa sebagai satu system sign
dibedakan atas signal dan symbol. Akan tetapi, semiotik bukan hanya berhubungan dengan isyarat bahasa melainkan juga semiotik berhubungan
dengan isyarat-isyarat non bahasa dalam komunikasi antar manusia.”12
Semiotik sendiri secara sederhana didefinisikan sebagai teori
tentang tanda atau system tanda. Sedangkan tanda atau sign adalah sesuatu
yang memiliki makna, yang mengkomunikasikan pesan-pesan kepada
seseorang. Oleh karena itu, segala sesuatu bisa menjadi sebuah tanda,
misalnya buku, orang, bangunan dan juga film. Sebuah tanda (sign) dalam
system makna dipisahkan ke dalam dua komponen yaitu signifier
(penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah materi yang membawa
makna, sedangkan signified adalah maknanya. Signifier menunjuk pada dimensi konkrit dari tanda, sedangkan signified merupakan sisi abstrak tanda, makna yang dilekatkan pada tanda.13
11 Alex Sobar, Analisis teks Media, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 95 12 J.D. Parera, Teori Semantik, Jakrta: Erlangga, 1990, hal. 13
13 Ratna Noviani, Jalan Tengah Memahami Iklan, Antara Realitas, Representasi, dan
13
Dalam hubungannya dengan penelitian ini, analisis semiotik
dimakhsudkan untuk mengetahui makna pesan dakwah yang terkandung
dalam Buletin At Takhobbar yang yang berjudul Moment Maulid:
Meneladani Rasuloullah Saw edisi ke-128 dan Bukti Cinta Kepada
Rasulullah edisi ke-129 bulan Januari 2015.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan pada skripsi ini, peneliti mencoba
menguraikan isi kajian pembahasan. Adapun sistematika pembahasan skripsi
ini terdiri dari lima bab dengan uraian sebagi berikut:
Bab I merupakan bab yang menjelaskan tentang pendahuluan yang meliputi:
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan.
Bab II merupakan bab yang menjelaskan tentang kajian kepustakaan atau
literatur yang menunjang penelitian ini. Hal yang diperlukan dlam acuan
berpikir yang menghantarkan pada proses penelitian selanjutnya. Dalam
kajian pustaka ini, peneliti mengurikan tentang beberapa hal pokok yang
menyangkut tentang pembahasan dalam skripsi ini. Bab ini memiliki pokok
bahasan, yaitu: Kajian Tentang Pesan Dakwah, Kajian Tentang Buletin,
Analisis Semiotik, dan Penelitian Terdahulu Yang Relevan.
Bab III merupakan bab yang menjelaskan tentang metode penelitian yang
meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis, jenis dan sumber data,
tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV merupakan bab yang menjelaskan penyajian data yang berkaitan
14
berkaitan dengan objek penelitian. Pada deskripsi umum objek penelitian
dipaparkan kondisi objek yang dikaji yang meliputi deskipsi Buletin At
Takhobbar. Sedangkan pada deskripsi hasil penelitian dipaparkan mengenai
penyajian data dan fakta objek penelitian, terutama yang terkait dengan
rumusan masalah. Dan selanjutnya tinggal melakukan analisis data terhadap
objek penelitian.
Bab IV merupakan bab yang menjelaskan tentang penutup yang berupa
kesimpulan dan saran penelitian diungkap pada bab akhir penelitian ini. Hal
ini bertujuan agar diakhir penelitian, peneliti dapat menyajikan inti dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dan mengungkapkan saran-saran tentang
15
BAB II
KERANGKA TEORITIK
A. Kajian Pustaka
1. Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti: panggilan, seruan dan
ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar.
Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti: memanggil,
menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u. Da’watan). Orang yang berdakwah
biasa disebut dengan Da’I dan orang yang menerima dakwah atau orang
yang didakwahi disebut dengan Mad’u.14
Dalam pengertian istilah dakwah dapat diartikan sebagia berikut:
a) Dakwah menjadikan perilaku muslim dalam menjalankan islam sebagi
agama rahmatan lil alamin yang harus didakwahkan kepada seluruh manusia, yang dalam prosesnya melibatkan unsur: da’I (subjek),
maaddah (materi), thoriqoh (metode), washilah (media), dan mad’u
(objek) dalam mencapai maqoshid (tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan islam yaitu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
16
b) Dakwah juga dapat dipahami dengan proses internalisasi, transformasi,
transmisi, dan difusi ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat.
c) Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah Swt. Dan Rasulullah
Saw. Untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam dan
mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi
kehidupannya.15
Dakwah adalah usaha penyebaran dan pemerataan ajaran agama di
samping amar makruf dan nahi mungkar. Terhadap umat Islam yang telah
melaksanakan risalah Nabi lewat tiga macam metode yang paling pokok
yakni dakwah, amar makruf, dan nahi mungkar, Allah member mereka
predikat sebagai umat yang berbahagia atau umat yang menang.16
Maknah “dakwah” juga berdekatan dengan konsep ta’lim tadzkir,
dan tashwir. Walaupun setiap konsep tersebut mempunyai makna, tujuan,
sifat, dan objek yang berbeda, namun subtansinya sama yaitu
menyampikan ajaran Islam kepada manusia. Baik yang berkaitan dengan
ajaran islam ataupun sejarahnya.
Ta’lim berarti mengajar, tujuannya menambah pengetahuan orang
yang diajar, kegiatannya bersifat promotif yaitu meningkatkan
pengetahuan, sedangkan objeknya adalah orang yang masih kurang
pengetahuannya. Tadzkir berarti mengingarkan dengan tujuan
memperbaiki dan mengingatkan pada orang yang lupa terhadap tugasnya
sebagai seorang muslim. Karena itu kegiatan ini bersifat reparative atau
15 Drs. Wahidin Saputra, M.A. Pengantar Ilmu Dakwah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2012), hlm. 2-3
17
memperbaiki sikap, dan perilaku yang rusak akibat pengaruh lingkungan
keluarga dan social budaya yang kurang baik, objeknya jelas mereka yang
sedang lupa akan tugas dan perannya sebagai muslim.
Tashwir berarti melukiskan sesuatu pada alam pikiran seseorang,
tujuannya membangkitkan pemahaman akan sesuatu melalui
penggambaran atau penjelasan. Kegiatan ini bersifat propagatif, yaitu
menanamkan ajaran agama kepada manusia, sehingga mereka terpengaruh
untuk mengikutinya. Objeknya massa atau kelompok masyarakat yang
hendak diberi pengertian, dan perhatian, melalui penggambaran tersebut.
Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari ancaman, harus
benar-benar yakin bahwa kebenar-benaran ini hasil penilaiannya sendiri. Hal
initermaktub dalam Al-Quran:
...
Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)... (QS Al-Baqarah 2:256)17
Dari ayat di atas, tampak jelas bahwa dakwah adalah ajakan yang
tujuannya dapat tercapa hanya dengan persetujuan tanpa paksaan dari
objek dakwah.
Dakwah juga merupakan suatu ajakan untuk berpikir, berdebat dan
beragumen, dan untuk menilai suatu kasus yang muncul. Dakwah tidak
disikapi dengan keacuhan kecuali orang bodoh atau berhati dengki. Hak
17
18
berpikir merupakan sifat dan milik semua manusia, tak ada orang yang
dapat mengingkarinya.18
Islam adalah agama dakwah. Umat islam berkewajiban
melaksanakan ajaran Islam dalam keseharian hidupnya dan harus
menyampaikan (tabligh) atau mendakwahkan kebenaran ajaran Islam
terhadap orang lain. Mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Oleh karena itu, aktivitas dakwah harus menjadi bagian dalam kehidupan
sehari-hari seorang muslim.19
Firman Allah SWT. QS. Ali Imron ayat 110
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.20
b. Pesan Dakwah
Menurut Onong Uchana Effendy, pesan adalah seperangkat
lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Lambang yang
18 Drs. Wahidin Saputra, M.A. Pengantar Ilmu Dakwah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2012), hlm 4-5
19
DR. Farid Hamid, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). Hal 113
2020
19
dimaksudkan disini adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan sebagainya
yang secara langsung menerjemahkan pikiran atau peranan komunikator
kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam
komunikasi adalah jelas, karena hanya bahasalah yang mampu
menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.21
Menurut Toto Tasmoro pesan adalah merupakan sesuatu yang bisa
disampaikan dari seseorang kepada orang lain, baik secara individu
maupun kelompok yang dapat berupa buah pikiran, keterangan,
pernyataan dari sebuah sikap.22
Sedangkan menurut Hafied Cangara, pesan adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima.23 Disini terdapat objek dan
subjek dan materi yang disampaikan.
Pesan dalam ajaran Islam adalah perintah, nasehat, permintaan,
amanah yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan
dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Quran dan
al-Hadist baik secara tertulis maupun bentuk-bentuk pesan risalah.24
Al-Baynuny mengartikan pesan dakwah/ al-Islam adalah:
يِقعلا ِبِناج لع ل شي ِذلا نيِدلا
ِقاخْاو ِةعي ِرَشلاو ِةد
Agama yang meliputi berbagai aspek kehidupan, baik akidah, syari’ah, maupun akhlak.25
21 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), cet. Ke 8, h. 18
22
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 9
23
Hafied Cangara, Pengertian Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo, Persada, 1998), hal.23
20
Pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian. Peristiwa
lebih di tonjolkan daripada pelakunya seperti uraian diatas. Berita (kalam khabar) menurut istilah al-Balaghoh dapat benar atau dusta. Berita
dikatakan benar jika sesuai dengan fakta. Jika tidak sesuai, disebut berita
bohong. Hanya berita yang diyakini kebenarannya yang patut dijadikan
pesan dakwah. Dalam Al-Qur’an, berita sering diistilahkan dengan kata
al-naba’, yakni berita yang penting, terjadinya sudah pasti, dan membawa manfaat besar. Berbeda dengan kata al-khabar yang berarti berita sepele
dan sedikit manfaatnya.26
Dalam menjadikan berita sebagi penunjang pesan dakwah, terdapat
beberapa etika yang harus diperhatikan:
1) Melakukan pengecekan berkali-kali sampai diyakini kebenaran berita
tersebut. Dalam Al-Quran kita diperintahkan untuk melakukan
pengecekan informasi (tabayun) atau kesesuaiannya dengan fakta. Firman Allah SWT, (QS. Al Hujuraat ayat 6)
Hal orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.27
26 M. Quraish Shihab, 2002: XV: 6
27
21
2) Dampak dari suatu berita juga harus dikaji. Jika ada kemungkinan
membahayakan bagi mitra dakwah, berita itu tidak boleh diceritakan,
meskipun benar-benar terjadi.
3) Sifat berita adalah datar, hanya memberitahukan (to inform). Karenanya, sebagia pesan dakwah, berita harus diberi komentar.
Setiap orang memiliki tanggapan yang beragam terhadap suatu berita.
Pendakwah hanya menarik setiap orang kepada tanggapan yang
dibuatnya.
4) Berita yang disajikan harus mengandung hikmah. Ini yang menjadi
penekana berita sebagi pesan dakwah. Unsure berita: 5W+1H (who,
what, when, where, why, how) tidak diperdalam, tetapi hikmah yang dapat diambilnya yang dipertajam.28
5) Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pesan dapat diartikan
sebagai proses interaksi antara dua orang atau lebih, bisa juga sebuah
kelompok dalam usaha menyampaikan sehingga tercapainya sebuah
pengertian yang sama.
Pesan merupakan sebuah isyarat atau symbol yang disampaikan
oleh seseorang untuk saluran tertentu dengan harapan bahwa pesan itu
akan mengutarakan atau menimbulkan sesuatu makna tertentu dalam diri
orang lain yang hendak diajak berkomunikasi. Dan tentunya akan
memiliki pengaruh terhadap penerima pesan tersebut.
22
Yang dimakhsud dengan pesan dakwah dalam penelitian ini adalah
tentang masalah akidah (keimanan), masalah hukum islam (syari’ah), dan
masalah moral (akhlak) yang terdapat dalam buletin dipilih sebagai objek
penelitian.
a. Pesan Akidah
Akidah adalah kepercayaan atau keyakinan yang berada dalam
hati. Sedangkan akidah Islam adalah Tauhidullah. Dan tauhid pada
esensinya dibagi menjadi dua bagian, yaitu: (1) Tauhid Uluhiyah, yaitu
meyakini bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa yang harus
diibadati tanpa persekutuannya-Nya; dan (2) Tauhid Rububiyah, yaitu
meyakini bahwa Allah Pencipta, Pemilik, Penguasa, Pemimpin dan
Pemelihara alam semesta. 29 Pesan akidah merupakan landasan pokok
dalam islam bersifat I’tiqod Bathiniyah yang mencakup
masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman yang terdiri dari:
1) Iman kepada Allah Swt.
2) Iman kepada Malaikat-Nya
3) Iman kepada kitab-kitab-Nya
4) Iman kepada Rasul-rasul-Nya
5) Iman kepada Hari Akhir
6) Iman kepada Qadha dan Qadhar
Hal ini sesuai dengan beberapa ayat Al-Quran, salah satunya
adalam dalam surat Q.S Al Baqarah 2 : 285:
23
Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."30
b. Pesan Syariah
Pesan syariah pada dasarnya merupakan aturan-aturan yang
diciptakan oleh Allah yang dipakai oleh Islam dalam mengamalkan
ajaran-ajarannya, baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun
dengan sesama manusia. Hokum-hukum ini merupakan
peraturan-peraturan atau system yang disyariatkan Allah SWT untuk umat
manusia, baik secara terperinci maupun pokok-pokonya saja.
Hukum-hukum ini dalam islam meliputi :
1) Ibadah: thaharah, sholat, zakat, puasa dan haji
30
24
2) Muamalah: Muamalah adalah interaksi dan komunikasi antar
sesama manusia dengan manusia lain sebagai makhluk social
dalam rangka hablu min al-nas.31
a. Hukum Perdata meliputi: Hukum Niaga, Hukum Nikah dan
Hukum Waris
b. Hukum Publik meliputi: Hukum Pidana, Hukum Negara,
Hukum Perang dan Damai
3) Pesan Akhlak
Akhlak adalah budi pekerti, adat kebiasaan, perangai,
muru’ah atau sesuatu yang sudah menjadi tabiat. Sedangkan secara
istilah, menurut Ibn Miskawih akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pertimbangan.32 Pesan akhlak sebenarnya merupakan
pelengkap bagi manusia untuk mencapai keimanan dan keislaman
yang sempurna, yaitu bagaimana tata cara manusia dalam
berhubungan dengan sang penciptanya, dengan manusia maupun
dengan alam semesta. Akhlak tersebut meliputi :
1) Akhlak terhadap Allah Swt.
2) Akhlak terhadap makhluk yang meliputi:
3) Akhlak terhadap manusia: diri sendiri, tetangga, masyarakat
lainnya.
31 Tata Sukayat. Quantum Dakwah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal 33
25
a) Akhlak terhadap bukan manusia: flora, fauna, dan
sebagainya.
sedangkan Ali Yafie menyebutkan bahwa pesan materi dakwah itu
terbagi menjadi lima pokok yang meliputi:
1. Masalah kehidupan
Dakwah memperkenalkan dua jenis kehidupan yaitu kehidupan bumi
atau duniawi dan kehidupan akhirat yang memiliki sifat kekal abadi.
2. Masalah manusia
Pesan dakwah yang mengenai masalah manusia ini adalah
menempatkan manusia pada posisi yang “mulia” yang harus dilindungi
secara penuh.
3. Masalah harta benda
Pesan dakwah dalam bentuk ini, lebih pada penggunaan harta benda
untuk kehidupan manusia dan kemaslahatan ummah. Ada hak tertentu
yang harus diberikan kepada orang yang berhak untuk menerimanya.
4. Masalah Ilmu Pengetahuan
Dakwah Islam sangat mengutamakan pentingnya pengembangan ilmu
pengetahuan. Pesan yang berupa ilmu pengetahuan disampaikan
melalui tiga jalur ilmu yaitu:
a. Mengenal tulisan dan membaca
b. Penalaran, dalam penelitian dan rahasia-rahasia alam
26
1) Masalah Akidah
Akidah dalam pesan uatama dakwah, memiliki cirri-ciri yang
membedakan dengan kepercayaan lain, yaitu:
a. Keterbukaan melalui kesaksian (syahadat). Dengan demikian
seorang muslim selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui
identitas keagamaan orang lain.
b. Cakrawala yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah Swt.
Adalah Tuhan alam, bukan Tuhan kelompok atau bangsa tertentu.
c. Kejelasan dan keserhanaan. Seluruh ajaran akidah, baik soal
ketuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah untuk
dipahami.
d. Ketuhanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal
perbuatan.33
Dari penjelasan diatas semuanya itu yang terpenting adalah
konteks penyampaian ayat-ayat Allah Swt. Berangkat dari
persoalan yang dihadapi masyarakat. Rasul juga selalu mampu
merasakan persoalan yang dihadapi umatnya. Perasaan empati ini
akan membuat dakwah menjadi lebih mengena. Rasa empati juga
kan membuat juru dakwah bisa memahami situasi yang sedang
dijadapi objek dakwahnya.
2. Buletin
a. Pengertian Buletin
27
Dalam bahasa sehari-hari, Buletin diartikan sebagai
kumpulan dari berbagai macam informasi yang tidak sekedar
mengumumkan saja tetapi juga menjelaskan secara rinci dimana
isinya lebih lengkap menggunakan penunjang seperti tabel, foto
dan lain-lain. Isinya lebih kepada tujuan promosi sesuatu dan
masalah yang dibahas tidak cuma satu masalah saja, melainkan
meluas.
Pengertian buletin secara umum menurut Widjaya adalah :
“Salah satu media komunikasi visual yang berbentuk kumpulan
lembaran-lembaran atau buku-buku diusahakan secara teratur oleh
suatu organisasi atau instansi. Dan dalam buletin dimuat
pernyataan-pernyataan resmi dan singkat bagi publik.”
Pengertian buletin seperti yang tercantum dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia yaitu : “Media cetak berupa selebaran atau
majalah, berisi warta singkat atau pernyataan tertulis yang
diterbitkan secara periodik oleh suatu organisasi atau lembaga
untuk sekelompok profesi tertentu.”34
Adapun pengertian buletin yang tertera pada Oxford Advanced Learner’s Dictianory of Current English adalah sebagai
berikut : “Buletin is official statement of news; printed sheet with
official news or announcement.” (Buletin adalah sebuah
34
28
pernyataan berita resmi; lembaran cetakan yang berisi berita resmi
atau pengumuman.)35
Hal yang terpenting dalam isi buletin adalah penyajian
yang menarik, sesuai dengan selera dan kepentingan pengguna
(khalayak) yang menjadi sasarannya.
b. Fungsi Buletin
Buletin merupakan media komunikasi dalam sebuah
organisasi atau perusahaan, maka secara langsung buletin memiliki
fungsi khusus. Menurut Onong U. Effendy Buletin sebagai media
komunikasi berfungsi sebagai :
1) Menginformasikan (to inform) yaitu memberikan informasi
kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat
mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran, dan tingkah
laku orang lain. Serta segala sesuatu yang disampaiakn orang
lain.
2) Mendidik (to educate) yaitu sebagai sarana pendidikan, dengan
komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya
kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi
dan pengetahuan.
3) Mempengaruhi (to influence) yaitu fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya dengan cara
saling mempengaruhi jalan pikiran komunikandan lebih jauh
35
29
lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan
sesuai dengan yang diharapkan.
4) Menghibur (to entertaint) yaitu komunikasi berfungsi untuk
menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.36
B. KajianTeoretik
1. Analisis Semiotik
Secara etimologis, istilah semiotic berasal dari kata Yunani semeion
yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang
atas dasar konvensi social yang terbangu sebelumnya, dapat dianggap
mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979:16). Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya
pada simtomatologi dan diagnostic inferensial (Sinha, dalam Kurniawan,
2001:49). “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu yang menunjuk
pada danya hal lain. Contohnya, asap menandai dengan api.37
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha
mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama
36
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), cet. Ke 8, h. 8
30
manusia. Tanda-tanda (signs) adalah baris dari seluruh komunikasi. Manusia
dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan
sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini.38
Semiotika yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian
tanda-tanda. Pada dasarnya merupakan sebuah studi antar kode-kode, yaitu system
apapun yang memungkinkan kita memandang tanda sebagai suatu yang
bermakna, seperti yang Umberto Eco katakana dalam bukunya A Theory of
Semantik.
“Semiotika berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai suatu tanda-tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang dapat dikenali (dimaknai) sebagai pergantian yang signifikan untuk sesuatu yang lainnya. Segal sesuatu itu tidak begitu mengharuskan akan adanya atau mengaktualisasikan adanya tempat entah dimanapun pada saat suatu tanda memaknainya. Jadi semua ada dalam semua kerangka (prinsip), semua disiplin studi termasuk juga dapat digunakan untuk menipu. Bila segala sesuatunya tidak dapat dipakai untuk menceritakan kebohongan, maka sebalinya berarti tidak dapat juga untuk menceritakan kebenaran…”.39
Semiotik digunakan sebagi pendekatan untuk menganalisis teks media
dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui
seperangkat tanda. Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda
tersebut tidak pernah membawa makna tunggal. Kenyataannya teks media
selalu memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut.40
lechte mendifinisikan semiotik adalah teori tentang tanda dan penanda.
Lebih jelasnya semiotik adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua
bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana sign ‘tanda-tanda’ dan
berdasarkan pada sign system (code) system tanda. Sedangkan menurut
38 Drs. Alex Sobur, M.Si, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2006), hal. 15
39 Athur Asa Berger. Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Terjemahan dari buku asli berjudul Sign In Contemporery Culture (1984). (Yogyakarta: Taru Wicana, 2000).
31
Charles Sanders Peirce semiotik adalah suatu hubungan di antara tanda,
objek, dan makna.
Semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan
sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai
tanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain.
Sesuatu yang lain tersebut tidak harus ada, atau tanda itu secara nyata ada
disuatu tempat pada suatu waktu tertentu. Dengan begitu semiotika pada
prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari apapun yang bisa
digunakan untuk menyatakan suatu kebohongan. Jika sesuatu tersebut tidak
dapat digunakan untuk mengatakan suatu kebohongan, sebaliknya tidak bisa
digunakan menyatakan suatu kebenaran. 41
Yang perlu digaris bawahi dari berbagai devinisi diatas adalah bahwa
para ahli melihat semiotika atau semiosis itu sebagai ilmu atau proses yang
berhubungan dengan tanda.
Para ahli melihat bahwa semiotika atau semiosis itu sebagai ilmu atau
proses yang berhubungan dengan tanda. Sekurang-kurangnya terdapat
Sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang ini yaitu42:
a) Semiotik analitik,
yakni semiotik yang menganalisis system tanda. Peirce
menyatakan bahwa semiotic berobjekan tanda dan menganalisisnya
menjadi ide, objek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang,
41 Drs. Alex Sobur, M.Si, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2006), hal 18
32
sedangkan makna adalah beban yang dikatakan sebagi lambang yang
mengacu pada objek tertentu.
b) Semiotik deskriptif
Semiotik yang memperhatikan system tanda yang dapat kita
alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti
yang disaksikan sekarang.
c) Semiotik faunal
Semiotik yang khusus memperhatikan system tanda yang
dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk
berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan
tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia.
d) Semiotik cultural
Semiotik yang khusus menelaah system tanda yang berlaku
dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa
masyarakat sebagia makhluk social memiliki system budaya tertentu
yag telah turun-temurun dipertahankan dan dihormati.
e) Semiotik naratif
Semiotik yang menelaah system tanda dalam narasi yang
berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Telah diketahui bahwa
mitos dan cerita lisan, ada diantaranya memiliki nilai kiultural tinggi.
Itu sebabnya Greimas (1987) memulai pembahasannya tentang
nilai-nilai cultural ketika ia membahas persoalan semiotic naratif.
33
Semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan,
daun pohon-pohonan yang menguning lalu gugur.
g) Semiotik normative
Semiotik yang khusus menelaah system tanda yang dibuat
oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu
lalu lintas. Di ruang kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna
dilarang merokok.
h) Semiotik social
Semiotik yang khusus menelaah system tanda yang dihasilkan
oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata
maupaun lambang berwujud dalam satuan yang disebut kalimat.
i) Semiotik structural
Semiotik yang khusus menelaah system tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Semenjak kemunculan tokoh-tokoh dalam bidang semiotic, setidaknya
memberi warna tersendiri dalam pengkajiannya. Bidang kajian ini telah
menjamur dalam khasanah keilmuan mahasiswa terlebih dalam
penelitian-penelitian yang berkaitan dengan semiotic.
Salah satu semiotik yang terkenal dengan teori tandanya adalah
34
maka semiotic menitik beratkan pada studi tentang tanda dan segala yang
berkaitan dengannya.
a. Charles Shanders Peirce
Charles Sanders Peirce adalah salah seorang filsuf Amerika yang
paling orisinal dan multidimensional. “peirce adalah seorang pemikir yang
argumentatif”.43
Charles Sanders Peirce secara mandiri telah mengerjakan sebuah
tipologi tentang tanda-tanda yang maju dan sebuah meta bahasa untuk
membicarakannya, tetapi semiotiknya memandang linguistic melebihi
kecanggihan logika sebagia model.44
Semiotic berangkat dari tiga elemen utama, yang disebut Peirce teori
segitiga makna atau triangle meaning, (Fike, 1990&Littlejonh, 1998).
a) Tanda (Sign)
Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh
panca indra manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk
(mempresentasikan) hal lain diluar tanda sendiri. Acuan tanda disebut
objek
b) Acuan Tanda (Objek)
Objek adalah kontek social yang menjadi referensi dari tanda atau
sesuatu yang di rujuk tanda.
c) Pengguna Tanda (Interpretan)
43 Drs. Alex Sobur, M.Si, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2006), hal, 39
35
Interpretan adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan
tanda dan menurunkannya kesesuatu makna yang ada dalam benak
seseorang tentang obyek yang di rujuk sebuah tanda.45
Peirce terkenal dengan teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika,
Peirce sebagaimana dipaparkan Lecte (2001:227), seringkali
mengulang-ulang banhwa secara umum tanda adlah yang mewakili sesuatu bagi
seseorang. Peirs mengatakan bahwa tannda itu sendirir merupakan conoh
dari Kepertamanan, objeknya adalah Kekeduaan, dan penafsirnya unsure
pengantara adalah contoh dari keketigaan. Penafsir ini adalah unsur yang
harus ada untuk mengaitkan tanda dengan objeknya (induksi, dedeuksi, dan
penangkapan (hipotesis) membentuk tiga jenis penafsir yang penting). Agar
bisa ada sebagai suatu tanda, maka tanda tersebut hatus ditafsirkan dan
berrati harus memiliki penafsir.46
Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotic. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi structural dari semua system penandaan.
Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan
kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Pemahaman akan struktur
semiosis menjadi dasar yang tidak bisa ditandakan bagi penafsir dalam
upaya mengembangkan pragmatisme.
Seorang penafsir dalam semiotik adalah yang berkedudukan sebagai
peneliti, pengamat dan pengkaji objek yang dipahaminya. Dalam mengkaji
36
objek yang dipahaminya, seorang penafsir yang jeli dan cermat, segala
sesuatunya akan dilihat dari jalur logika, yakni:47
a.Hubungan penalaran dengan jenis petandanya:
a) Qualisms: penanda yang bertalian dengan kualitas, atau berdasarkan suatu sifat.
b) Sinsigns: penanda yang bertalian dengan kenyataan, semua
pernyataan individual yang tidak dilembagakan.
c) Legisigns: penanda yang bertalian dengan kaidah, merupakan tanda
atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi,
atau kode.
Qualisigns adalah tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan
suatu sifat. Contohnya ialah sifat ‘kuning’, kuning merupakan suatu
tanda, kuning merupakan suatu Qualisigns karena merupakan tanda
pada perilaku tertentu. Agar benar-benar berfungsi sebagai tanda,
qualisigns itu harus memperoleh bentuk. Jadi, qualisisgns yang murni pada kenyataannya tidaklah ada. Maka, kuning digunakan
sebagai tanda, misalnya bagi Golongan Karya untuk ungkapan suatu
hal yang berjasa (member jaket kuning pada seseorang), bagi
perasaan senang (warna kuning berfungsi sebagai petunjuk
uangkapan kemenangan), bagi larangan atau peringatan (petunjuk
rambu lalu lintas). Namun, warna itu harus memperoleh bentuk,
misalnya pada bendera partai Golkar, pada jaket kuning, dalam pesta
37
pora kemenangan, pada papan lalu lintas, semua itu tidaklah
mengurangi sifat qualisigns kuning sebagai tanda.
Sinsign adalah tanda yang merupakan tanda atas dasar
tampilannya dalam kenyataan. Semua pernyataan individual yang
tidak dilembagakan dapat merupakan sinsigns. Sebuah gertakan bisa berrati kemarahan, kekagetan, ancaman, yang memiliki bentuk
suatu keras dan disertai sentakan. Semua itu merupakan sinsigns. Metafora yang digunakan satu kali adalah sinsigns.
Legisigns adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah
kode. Tanda-tanda lalu lintas merupakan legisigns. Hal itu dapat
juga dikatakan dari gerakan isyarat tradisional, seperti
mengangguk ‘ya’, mengerutkan alis, berjabatan tangan, dan
sebagainya. Semua tanda bahasa merupakan legisigns, karena bahasa merupakan kode. Setiap legisigns mengimplikasikan sebuah sinsigns, sebuah second yang mengaitkan dengan sebuah
third, yakni peraturan yang berlaku umum. Jadi, legisigns sendiri merupakan sebuah third.48
b. Hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya:
a) Icon: sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang
serupa dengan bentuk objeknya (terlihat pada gambar atau lukisan).
d) Index: Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai suatu penanda
yang mengisyaratkan petandanya.
38
e) Symbol: sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagia petanda yang
oleh kaidah saecara konvensi telah lazim digunakan dalam
masyarakat.
c.Hubungan pikiran dengan jenis petandanya:
a) Rheme or seme: penanda yang bertalian dengan mungkin
terpahaminya objek petanda bagi penafsir.
b) Dicent or decisign or pheme: petanda yang menampilkan informasi
tentang petandanya.
c) Argument: petanda yang petandanya akhir bukan suatu benda tetapi
kaidah.
Kesembilan tipe penanda-penanda tersebut di atas sebagai struktur
semiotik dapat digunakan sebagai focus dan adat di kombinasi satu denga
yang lainnya. Peirce49 lebih jauh menjelaskan bahwa tipe-tipe tanda seperti
ikon, indeks, dan symbol, memiliki nuansa-nuansa yang dapat dibedakan.
Perbedaan antara ikon, indeks, dan symbol secara lebih jelas dapat dilihat
pada contoh dengan objek “kucing” berikut ini:
Tabel 1.1
Perbedaan Ikon, Indeks dan simbol
Ikonis Indeksikal Simbolis
[image:46.595.135.510.221.557.2]Lukisan kucing Suara kucing Diucapkan kata kucing
Gambar kucing Suara langkah-langkah kucing Makna gambar kucing
Patung kucing Bau kucing Makna suara kucing
Foto kucing Gerak kucing Makna bau kucing
Sketsa kucing Makna gerak kucing
[image:46.595.124.511.589.733.2]
39
Ikonis adalah sesuatu yang dapat dilihat berupa gambar, lukisan,
patung, sketsa, foto, sedangkan ideksikal adalah sesuatu yang dapat
mengisyaratkan sesuatu hal melalui suara, langkah-langkah, bau, dan gerak
adalah tanda-tanda. Sesuatu yang bersifat symbol adalah tanda yang dapat
diucapkan, baik secara oral maupun dalam hati, yaitu arti atau makna dari
gambar, bau, lukisan, dan gerak.
2. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN
Penelitian tentang analisis semiotik di Indonesia terlalu banyak di geluti
oleh mahasiswa terutama para ahli. Salah satunya yang terdapat di
perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya. Dari tempat tersebut, peneliti
menemukan hasil penelitian-penelitian tentang analisis semiotik diantaranya:
NO NAMA JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN
1 Mu’minah (B01206004) jurusan KPI Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya “Analisis Semiotik Teks Buanglah Sampah Pada Tempatnya Pada Kemasan Chiki Snack Chocolate Stick Strowbery” Sama-sama menggunakan analisis semiotic Mu’minah menggunakan analisis semiotic pada kemasan chiki snack, sedangkan peneliti menggunakan analisis semiotik
pada isi buletin
2 Abal Laitsi
40
3 Zainuddin Nur
Rachman, mahasiswa Jurusan KPI Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya Makna Symbol “Suporter Persebaya”) Sama-sama meneliti tentang makna Zainuddin meneliti tentang makna symbol, sedangkan peneliti meneliti tentang makna isi buletin
4 Rizki Haqul
Yakin (B01207037) jurusan KPI Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya Analisis Semiotik Pesan Dakwah dalam buku kumpulan cerpen mas mantra menjenguk Tuhan karya ahmad Tohari) Sama-sama menggunakan analisis semiotik Rizki menggunakan analisis semiotik model Roland Bartes, sedangkan peneliti menguunakan analisis semiotik Charles Sanders Peirce
5 Abdul Halim
(B01215024) jurusan KPI Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya Analisis Semiotik Pesan Dakwah Dalam Rubrik Humaniora di Harian Kompas Pada Tanggal & Bulam November 2008 Sama-sama menggunakan analisis semiotik Abdul meneliti sebuah Koran sedangkan peneliti menggunakan sebuah buletin dengan analisis Semiotik
Penelitian terdahulu diatas hanya sebagai bahan kajian untuk membantu
menganalisis pesan dakwah dan menegaskan bahwa penelitian kali ini tidak
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam suatu penelitian karya ilmiah, terlebih dahulu dipahami metode
penelitian. Metode penelitian yang dimakhsud merupakan seperangkat
pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik dan logis tentang pencarian data
yang berkenaan dengan masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode
study yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan secara hati-hati dan
sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat pada
masa tersebut.50
Metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang bersifat
deskriptif. Penelitian deskriptif dalam melakukan analisis hanya sampai pada taraf
deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga
dapat lebih muda untuk difahami dan disimpulkan.51
Menurut lexsy J. Meleong dengan mengutip pendapatnya Bogdan dan
Taylor yang mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan dan deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.52
Kualitatif deskriptif juga berbeda pada cara ia memperlakukan teori, yaitu
lebih banyak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan deduktif-kuantitatif. Bahkan
50 Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 6
51 Saiful Anwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h.6
42
didalam sejarah penelitian kualitatif, pendekatan kualitatif-deskriptif ini sendiri
tidak sepenuhnya mengakar pada penelitian kualitatif, namun hanya kebiasaan
dan pengaruh antara pendangan kuantitatif-kualitatif sajalah akhirnya melahirkan
tipe penelitian kualitatif deskriptif tersebut, sehingga tipe penelitian kualitatif
deskriptif lebih tepat disebut dengan quasi-kualitatif.
Pada umumnya pula peneliti-peneliti kualitatif deskriptif berupaya keras
agar pembahasan mereka lebih cenderung kualitaif daripada kuantitatif, dengan
mendekati makna dan ketajaman analisis logis dan juga cara menjauhi statistik
“sejauh-jauhnya”, maka kualitatif deskriptif diterima sebagai salah satu tipe
penelitian kualitatif.
Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan
tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena sebelum
hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan,
tahapan penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berfikir kritis ilmiah,
yang mana seorang peneliti memulai berfikir secara induktif, yaitu menangkap
berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan dilapangan
kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi
berdasarkan apa yang diamati itu.
A. Jenis Pendekatan dan Penelitian
Metode penelitian merupakan prosedur yang dipergunakan dalam upaya
untuk mendapatkan data ataupun informasi guna memperoleh jawaban atas
43
haruslah dapat mencerminkan relevansi dengan fenomena penelitian yang
telah di uraikan dalam konteks penelitian.
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif
dengan analisis s