• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM K.H. HASYIM ASY ARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN ISLAM K.H. HASYIM ASY ARI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

61

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM K.H. HASYIM ASY’ARI

Syamsul Muqorrobin

Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo

syamsulrobin@gmail.com

Abstrak - Konsep Pendidikan Islam adalah langkah yang tepat bagi bangsa ini untuk membangun

kehidupan bangsa dimana setiap individu menjadi cerdas, berakhlak mulia, dan mandiri dalam segala

dimensi kehidupannya. K.H. Hasyim Asy’ari. berikan tidak hanya dalam berkutat dalam masalah

teologi, tetapi kontribusi yang beliau berikan adalah dalam pengembangan dunia pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep- konsep pendidikan Islam K.H. Hasyim Asy’ari. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka yang mengambil data dari sumber primer dan sumber sekunder. Analisa data menggunakan analisa content untuk mengetahui pemikiran pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari. Berdasarkan hasil penelitian pemikiran pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari meliputi dasar, tujuan, materi, metode dan evaluasi dalam pendidikan Islam

Kata kunci : Konsep Pendidikan Islam, K.H. Hasyim Asy’ari

PENDAHULUAN

Pencapaian kualitas pendidikan merupakan langkah yang harus dilakukan dengan usaha peningkatan kemampuan professional yang dimiliki oleh guru. Utamanya guru pendidikan agama Islam. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas manusia1. Oleh karena itu, manusia merupakan kekuatan sentral dalam pembangunan, sehingga mutu dan sistem pendidikan akan dapat ditentukan keberhasilannya melalui peningkatan motivasi belajar siswa. Kehidupan dan peradaban manusia selalu mengalami banyak perubahan2.

Begitu amat pentingnya pendidikan Islam sampai menyedot banyak perhatian dari intelektual pendidikan, baik dari barat ataupun Islam. Pada hakikatnya kaum-kaum intelektual yang berkecimpung dalam dunia pendidikan menyepakati bahwa hanya dengan pendidikanlah umat manusia akan mendapatkan pencerahan dalam perkembangannya. Dengan pendidikan

1

Abuddin Nata, Pemikiran para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), 2-3.

2

(2)

62

manusia akan mampu melihat sesuatu yang belum pernah mereka lihat, dan akan mampu membedakan hal-hal yang baikdan buruk3.

Pada hakikatnya, pelaksanaan pendidikan Islam pada awal kebangkitannya digerakkan oleh iman dan komitmen yang tinggi rerhadap ajaran agamanya. Suatu pendidikan yang melatih jiwa murid- murid dengan cara sebegitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan pendekatan mereka terhadap segala jenis ilmu pengetahuan, mereka dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai-nilai etis islam4.

Mereka dilatih, dan mentalnya menjadi begitu berdisiplin sehingga mereka ingin mendapatkan ilmu pengetahuan bukan semata- mata untuk memuaskan rasa ingin tahu intelektual mereka atau hanya untuk memperoleh keuntungan materiil saja, melainkan untuk berkembang sebagai makhluk rasional yang berbudi luhur dan melahirkan kesejahteraan spiritual, moral, dan fisik bagi keluarga, bangsa, dan seluruh umat manusia5.

Pendidikan mendorong manusia untuk saling mencintai dan berkasih sayang dengan sesamanya. Ia juga memberi motivasi untuk selalu mencintai kebaikan dan berkhidmat demi kepentingan umum. Bahkan, mampu mewujudkan persaudaraan Islam dan kerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Hal mi merupakan dasar interaksi sosial kemanusian yang dibangun oleh islam agar tercipta kehidupan manusia yang mapan, sekaligus merupakan pagar yang membendung tindak kriminalitas dan mempersempit gerak langkah para pelaku kemaksiatan6

Pendidikan islam adalah langkah yang tepat bagi bangsa ini untuk membangun kehidupan bangsa dimana setiap individu menjadi cerdas, berakhlak mulia, dan mandiri dalam segala dimensi kehidupannya. Pendidikan nilai pada hakekatnya menuntun setiap individu dalam berbagai kemampuan intelektual, emosional dan spiritual dalarn membangun kepribadian yang harmonis. Hal ini jelas dengan ditunjang oleh berbagai ilmu pengetahuan baik melaluli teori maupun praktek dari berbagal cabang ilmu. Singkatnya. tanpa mengurangi peranan dimensi kehidupan lain pendidikan ini adalah wadah yang menciptakan seseorang untuk membangun nilai- nilai yang positif bagi diri dan sesamanya menuju manusia yang utuh, insan kamil.7

Kenyataan yang terjadi sekarang tidak sepenunhya susuai dengan konsep ideal dari pendidikan islam. Terdapat berbagi permasalahan yang muncul sampai saat ini belum

3

Ahmad D. Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma'arif, 1980) .,23

4

Munzir Hitami, Mengonsep Kembali Pendidikan Islam (Yokyakarta: LKiS, 2004), 3

5

Moh Rofiq, Ilmu Pendidik an islam (Yogyakarta :Lkis,2009),20-21

6

Ali Abdul Hamid Mahmud, Pendidik an Rohani (Jakarta : Gema Insani Press, 2000),202

7

(3)

63

mendapatkan solusi. Konsumsi minuman keras masih menjadi perkara yang banyak terjadi pada masyarakat yang beragama islam. Pendidikan islam jelas mengajarkan kepada setiap murid untuk meminum khamr kerana menimbulkan kekacauan pada manusia sehingga dia tidak menyadari apa yang dikatakan dan apa yang diucapkan.8

Pergaulan terjadi begitu bebas antara pemuda dan pemudi yang belum menjadi muhrim. Hasil dari keadaan ini adalah meningkatnya tindak kemaksiatan, hubungan di luar nikah sampai banyaknya anak yang masih berstatus sekolah melahirkan bayi diluar hubungan yang sah. Hal ini jelas bertentangan dengan pendidikan islam yang diajarkan dalam sekolah ataupun masyarakat. Keutamaan pendidikan Islam yang lain adalah perlindungan terhadap anak-anak melalui benteng sosial yang kokoh. Islam menjadikan peran orang tua dalam tingkat kekuatan yang tidak dapat ditembus oleh gangguan atau kebimbangan yang menggoyahkan kehidupan ke luarga. Islam pun menjadikan akad perkawinan sebagai perjanjian yang kuat dan mulia9

Tokoh-tokok intelektual muslim dari zaman klasik, pertengahan sampai dengan zaman modern ini. Tokoh-tokoh intelektual muslim pada era klasik seperti Ibn Miskawaih, Al- Qabisi, Al-Mawardi, Ibn Sina, dan Al-Ghazali, juga ada tokoh yang berasal dari abad pertengahan seperti, Burhanuddin az-Zarnuji dan Ibn Jama’ah. Tokoh-toko itulah yang pada perkembangan selanjutnya mampu merekontruksi konsep pendidikan Islam yang disesuaikan dengan realitas dan kebutuhan zaman, serta memberikan ruang seluas-luasnya pada peserta didik untuk mengeksplorasikan segala potensi dan fitrah yang terkandung dalam dirinya adalah syari’at yang diturunkan kepada umat manusia dimuka bumi ini agar mereka beribadah kepada-Nya10.

Di Indonesia terdapat seorang tokoh yang memiliki kontribusi sangat besar dalam pendidikan Islam yaitu K.H. Hasyim Asy’ari. Kontribusi yang beliau berikan tidak hanya dalam berkutat dalam masalah teologi, akan tetapi jauh dari pada itu beliau juga turut serta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dan salah satu kontribusi yang beliau berikan adalah dalam pengembangan dunia pendidikan. Menurut beliau pendidikan adalah salah satu pilar yang harus dikembangkan dalam sebuah bangsa dan negara11.

Pendidikan Islam yang selanjutnya akan dikaji ini adalah konsep pendidikan berdasarkan pada pemikiran Hasyim Asy’ari, penulis merasa penting untuk mengkaji pemikiran tokoh

8

Abdurrahman Al Nahlawi , Pendidik an Islam di Rumah, Sek olah, Dan Masyarak at (Jakarta : Gema Insani Press, 1995),81

9

Abdurrahman Al Nahlawi , Pendidik an Islam di Rumah, Sek olah, Dan Masyarak at ,13

10

Munzir Hitami, Mengonsep Kembali Pendidikan Islam (Yokyakarta: LKiS, 2004), 3

11

(4)

64

tersebut, karena kedua tokoh tersebut merupakan seorang pemikir kontemporer yang menaruh perhatian besar terhadap upaya islamisasi ilmu pengetahuan. Pemikirannya mempunyai relevansi dengan perkembangan sains dan teknologi, serta mengikuti perkembangan zaman, bahkan dalam tulisannya beliau berupaya mengantisipasi masa depan.

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM a. Dasar pendidikan islam

Jusuf Amir Faisal membagi dasar pendidikan Islam pada: pertama, hukum tertulis, berupa Al-Qur’an dan asS unnah, dan kedua, hukum tidak tertulis berupa hasil pemikiran manusia. Dasar-dasar teori pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir terdiri dan: pertama, Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam yang pertama, kedua, hadits sebagai sumber ajaran agama Islam kedua, dan ketiga, akal disuruh untuk dipergunakan oleh Al-Qur’an dan hadits.

Sedangkan menurut Muhaimin dan Abdul Mujib, dasar pendidikan Islam ada dua, yaitu: pertarna, dasar ide antara lain Al-Qur’an, Sunnah Nabi SAW, kata sahabat, kemasyarakatan dan hasil pemikiran para pemikir Islam; kedua, dasar operasional terdiri dan dasar historis, sosial, ekonomi, politik dan administrasi, psikologi dan fisiologis.12 b. Tujuan pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam itu sendiri, yaitu untuk membentuk manusia muttaqin yang rentangannya berdimensi infinitum (tidak terbatas menurut jangkauan manusia), baik secara linear maupun secara algoritmik (berurutan secara logis) berada dalam garis mukmin-muslim-muhsin dengan perangkat

komponen, variabel, dan parameternya masing-masing yang secara kualitatit bersifat kompetitif13.

Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam dapat dipecah menjadi tujuan-tujuan berikut ini :

1. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdhah,

2. Membentuk manusia muslim yang di samping dapat melaksanakan ibadah mahdhah dapat juga melaksanakan ibadah muamalah dalam kedudukannya sebagai orang perorang atau sebagai anggota masyar akat dalam lingkungan tertentu,

3. Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada masyar akat dan bangsanya dalam rangka bertanggungjawab kepada allah periciptanya.

12

Moch Eksan, Kyai Kelana Biografi KH. Muchid Muzadi , 34

13

(5)

65

4. Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki tekno struktur masyarakatnya,

5. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu- ilmu islami lainnya)14. c. Materi pendidikan Islam

Materi pendidikan Islam diberikan dengan bobot kredit yang memadai dan sesuai dengan tujuan utama pendidikan nasional, yaitu pembinaan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Materi itu berasal dan sumber-sumber agama yang bersangkutan. Pelaksanaan pendidikan agama dilakukan oleh orang-orang yang meyakini, mengamalkan, serta menguasai materi agama tersebut dan mempunyai kemampuan metodologis-teknis pendidikan.15

Materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik harus ditaca dan disusun sesuai dengan jenjang, jenis, dan jalur pendidikan. Materi untuk pcndidikan anak usia dini (PAUD) haruslab berbeda dengan materi untuk pendidikan sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi16.

d. Metode Pendidikan Islam

Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menya ngkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju t ujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis17

e. Evaluasi Pendidikan Islam

Dalam merancang evaluasi pendidikan Islam, menurut H.M. Chabib Thoha, ada empat hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, tujuan evaluasi, artinya, dalam merancang evaluasi harus memperhatikan tujuan evaluasi itu sendiri, yaitu bertujuan untuk mengetahui keberhasilan

14

Feisal, Yusuf Amir, Reorientasi Pendidik an Islam, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1995, ), 96

15

Yusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidik an Islam, 27

16

Moh Rofiq, Ilmu Pendidik an Islam ( Yogyakarta : Lkis, 2009),77

17

(6)

66

siswa, kelebihan dan kekurangan guru dalam mengajar, pencapaian target kurikulum, serta untuk mengetahui kontribusi program pendidikan pada masyarakat.

Kedua, alat ukur yang dipergunakan, maksudnya evaluasi itu dirancang dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan alat ukur yang dipergunakan, baik tes tulis, tes lisan maupun tes tindakan.

Ketiga, acuan yang dijadikan standar, artinya dalam merancang evaluasi harus memperhatikan acuan yang dijadikan standar, yaitu acuan nilai rata-rata kelas, patokan kurikulum dan nilai etis dan normatif yang berlaku.

Keempat, pelaksanaan pengukuran, apakah berlangsung secara a lami atau justru sebaliknya18 .

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitiankepustakaan atau library research, yaitu

penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku,

catatan, maupun laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu19. Karena penelitian ini berbentuk

library research, maka dalam mengumpulkan data menggunakan metode dokumentasi. Suharsimi menjelaskan bahwa metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal- hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen dan sebagainya20.

Data yang dipakai dalam penelitian library reseach ini dapat dikelompokan menjadi dua, yakni sumber primer berupa karya-karya yang ditulis langsung oleh penulisnya yang berhubungan dengan pendidikan Islam dan sumber sekunder mencakup kepustakaan yang berwujud bukubuku penunjang, jurnal dan karya-karya ilmiah lainnya yang di tulis atau diterbitkan oleh studi selain bidang yang dikaji yang membantu penulis berkaitan dengan pemikiran yang dikaji.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Di mana data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu analisis macam ini

18

Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidik an Islam, (akarta: Kencana, 20080,34

19 M Iqbal Hasan, Pok ok -Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplik asinya, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2002), 11.

20

Suharsimi A rikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendek atan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2002), cet. 12, 206.

(7)

67

juga disebut analisis isi (content analysis)21.Burhan Bungin mendefinisikan analisis isi (content analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi- inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi22

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM K.H. HASYIM ASY’ARI 1. Dasar Pendidikan Islam

Dalam memberikan pembelajaran, KH Hasyim Asy’ari menggunakan ayat-ayat Al Qur’an secara langsung. Hal ini terdapat dalam kitab Adab Allim wa Muatallim. K.H. Hasyim Asy’ari memaparkan tingginya penuntut ilmu dan ulama dengan menggunakan Surat Al Mujadalah yang berbunyi:

ِق ااذِإاو ْمُكال َُّللَّا ِحاسْفا ي اوُحاسْفااف ِسِلااجامْلا ِفِ اوُحَّسافا ت ْمُكال اليِق ااذِإ اوُنامآ انيِذَّلا ااهُّ ياأ ايَ

ِعافْرا ي اوُزُشنااف اوُزُشنا الي

ُلامْعا ت ااِبِ َُّللَّااو ٍتااجاراد امْلِعْلا اوُتوُأ انيِذَّلااو ْمُكنِم اوُنامآ انيِذَّلا َُّللَّا

ٌيرِباخ انو

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang- lapanglah dalam majlis", lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang-orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS.58:11)23

KH. Hasyim Asyari memaparkan ayat- ayat tersebut dalam kajian kitabnya. Kelebihan ayat Al Qur’an adalah sebagai dasar yang paling kuat sehingga tidak ada lagi keraguan dalam diri santrinya

2. Tujuan Pendidikan Islam

K.H. Hasyirn Asy’ari mendirikan pesantren. Ia berkata

“Menyebarkan agama Islam berarti meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Jika Manusia sudah mendapat kehidupan yang baik, apa lagi yang harus ditingkatkan dar

21

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), 94

22

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Ak tualisasi Metodologis Kea Rah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), 231.

23

(8)

68

mereka? Lagi pula, menjalankan jihad berarti menghadapi kesulitan dan mau berkorban, sebagaimana yang telah dil akukan Rasul kita dalam perjuangannya ”.24

Tujuan pendidikan itu tidak hanya dilaksanakan oleh KH. Hasyim Asy’ari , tetapi

semangat itu diwariskan kepada para santrinya, salah satunya Kyai As’ad Syamsul Arifin .Saat

itu, KH. Hasan Basri Lc, pengurus teras Pesantren Sukorejo, membacakan wasiat pendiri NU, KH. Hasvim Asy’ari, yang juga guru Kiai As’ad, “Kamu As’ad, supaya banyak mencetak kader-kader fuqaha’ di akhir zaman.”25

Hasyim Asy’ari sudah memikirkan tentang perlunya pendidikan bagi perempaan di kalangan Nahdliyin pada saat lndonesia belum merdeka, sekitar 1930-an.Saat itu, pemikiran begitu diaanggap sesat. Malah, Hasyim ditentang kyai- hyai besar seperti kyai dan Pasuruan, KH. M. Yasin. Dulu peremp uan mendapat pendidikan itu makruh, makruh mendekati haram. Tapi Hasyim maju terus,tak peduli kritik, karena dia yakin argumentasi didasarkan juga pada ilmu agama.26

3. Materi Pendidikan Islam

Hasyim Asy’ari dapat dipandang sebagai pembaru di kalangan ulama tradisionalis. Pesantren Tebuireng mungkin dapat dipandang sebagai pesantren untuk pengajaran tingkat tinggi, khususnya mengingat banyak murid datang ke pesantren ini setelah menguasai berbagai cabang ilmu pengetahuan di pesantren lain. Kial Abdul Wahab Hasbullah, misalnya, belajar di Pesantren Tebuireng setelah menyelesaikan pelajarannya di pesantren Kiai Khalil. Kiai Chudlori (1912-1977), pendiri Pesantren Tegalrejo (Magelang), pernah belajar di Pesantren Tebuirng selama lima tahun dengan mengkhususkan diri mempelajari tata bahasa dan teks bahasa Arab dengan mempelajari berbagai buku seperti ajjurumiyyah karya Ibn Ajurrum, al imritti karyaSharaf bin Yahya al-Anshari al-’TmrIthI, izzi karya ‘Izzi ad-Din Ibrahim az-Zanjani, Maqshud (karya anonim yang kadang-kadang dianggap sebagai kaiya Abu Hanifah), Qawâ’id aI-I’râb karya Ibn Hisham dan Alfiyah karya Ibn Malik27.

24

Lathifatul Khuluq, Fajar Kebangk itan Ulama (Yogyakarta : LKis,2000), 37-38

25

Asrori Karni, Etos Studi Kaum Santri (Bandung : Mizan Pustaka, 2009),253

26

Windu Budi, 11 Tok oh Paling inspiratif Indonesia (Jakarta : Mizan , 2010),21

27

Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan danKebangsaan (Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2010), 43

(9)

69

Adapun dalam bidang tafsir, yang diajarkan adalah TafsIr al-Qurân aI-’Adzim kaiya Ibnu Katsir. Kitab ini juga sangat populer di lingkungan pesantren, di samping kitab Tafsir ol-Jaldlayn. Kitab ini dikenal sederhana dan mudah dipahami ketimbang tafsir Mafdtih aI-Ghayb karya Imam Fakhruddin al-Razi28.

Pesantren Tebuireng mulai mengambil langkah- langkah inovatif dalam sistem pengajaran. Langkah inovatif itu sama sekali tidak mencerabut akar kuat sebelumnya, yaitu pembelajaran kitab kuning29.

K.H. Hasyim Asy’ari juga mengutus asisten -asisten pengajar beliau, yang biasanya masih keluarga dekat. untuk tugas belajar ke pesantren-pesantren lain untuk meningkatkan ilmu pengetahuan mereka. Abdul Wahid, putera beliau, dan Ilyas, sepupu beliau, sebagai contoh, dikirim ke Pesantren Siwalan Panji untuk belajar tasawuf, fIqh, dan tafsir Al-Qur’an selama dua tahun. K.H. Hasyim Asy’ari juga melatih Abdul Wahid sebagai asisten pribadi beliau, mengirim dia ke berbagai pesantren sebelum melanjutkan belajarnya ke Makah pada 1932 selama tiga tahun untuk belajar dan beribadah

Melalui proses konsultasi dengan asisten-asisten pengajar beliau,K.H. Hasyim Asy’ari, yang mempunyai pemikiran terbuka, setuju dengan beberapa perubahan di pesantren. Kiai Masum, menantu beliau, sebagai contoh, memperkenalkan sistem madrasah di pesantren pada 1916 seizin K.H. Hasyim Asy’ari. Kiai Ma’sum juga telah menulis buku tentang nahwu dan matematika. Meskipun demikian, pembaruan tidak menghilangkan metode pengajaran tradisional semacam halaqa dan sorongan yang masih terap digunakan.

Kiai Ma’sum menjadi kepala madrasah yang berdiri sendiri yang terdiri dan 6 tingkatan yairu kelas persiapan selama setahun dan lima tahun program madrasah. Sistem ini untuk menanggulangi salah satu kelemahan sistem tradisional yang tidak bisa mengontrol kehadiran siswa dengan baik. Dalam kelas persiapan, siswa dibeni pengajaran bahasa Arab secara intensif sebagal dasar yang penting untuk belajar di tingkat lanjutan.” Kurikulum madrasah ini sampal tahun 1919 terdiri hanya mengajarkan pelajaran agama, setelah itu pelajaran matemarika dan geografi diberikan.

28

Ibid, 64

29

(10)

70

Perubahan juga dimotori oleh keponakan KH. Hasyim Asy’ani, Kiai Ilyas, yang memulai memberikan pengajaran bahasa Belanda dan pelajaran sejarah mulai tahun 1926. Sejak 1929, pesantren mulai berlangganan berbagai surat kabar be rbahasa Melayu agar dibaca oleh para santri, suaru pembaruan yang masih kontroversial ketika itu karena bahasa Melayu yang ditulis dengan huruf latin masih merupakan asing b agi masyarakat Jawa. Di madrasah, Kiai Ilyas mengajar bahasa Melayu (Indonesia), geografi, dan sejarah Indonesia.

K.H. Hasyim Asy’ari sendiri tidak akan setuju dengan pembaruan yang dilaksanakan oleh para pembantu beliau apabila dianggap akan berakibat buruk terhadap pesantren. Sebagai contoh, beliau menolak rencana penggantian sistem pe ngajaran bandongan dengan sistem tutorial yang sistematis yang diajukan oleh pucera beliau, A. Wahid, setelah kembali dan Makah pada 1933. Beliau menolak rencana mi dengan pertimbangan bahwa pembaruan mi bisa menyebabk an keresahan di kalangan guru. Akan tetapi, K.H. Hasyim Asy’ari menerima beberapa pe rubahan pada madrasah yang diberi nama baru dengan Madrasah Nizhamiyah pada 1934. Masa belajar di madrasah ini ditambah menjadi 6 tahun sebab pelajaran non-agama lebih banyak dimasukkan dalam kurikulum yang merupakan 70% dari seluruh mata pelajaran yang ada. Bahasa Inggris juga diajankan dengan lebih intensif. Wahid Hasyim juga mend irikan perpustakaan yang kemudian memiliki 1000 judul buku.Fenomena di atas dapatlah disimpulkan bahwa K.H. Hasyim Asy’ari berusaha menyesuaikan Pesantren Tebuireng dengan tuntutan zaman modern, sembari menjaga tradisi masa lampau yang masih baik; beliau adalah seorang pemimpin yang pragmatis.30

4. Metode Pendidikan Islam

Kemajuan Pesantren Tebuireng yang cukup pesat tidak dapat dip isahkan dan kepribadian K.H. Hasyim Asy’ari yang merupakan ilmuwan ternama. Para murid senior, yang juga keluarga dekatnya, mendapat kesempatan untuk mengelola pesantren dan

30

(11)

71

mempunyai andil dalam kemajuan pesantren.. Dari pesantren kecil kemudian berkembang menjadi salah satu pesantren yang sangat berpengaruh di Jawa pada abad itu. Hal inii dikarenakan banyak santri yang relah menerima pelajaran agama tingkat dasar di pesantren lain meneruskan pelajaran ringkar lanjutannya ke Pesantren Tebuireng di bawah asuhan K.H. Hasyim Asy’ari. Para siswa tertarik dengan sistem pengajaran yang diberikan olehnya, suaru teknik pengajaran yang diperoleh dan berbagai ulama di Nusantara dan Hijaz.

Cuplikan benikut menggambarkan metode pengajaran yang diberikan oleh KH. Hasyim Asy’ari:

Di beranda (masjid) ini, para murid tingkat atas belajar Iangsung dan guru-guru mereka, term asuk K.H. Hasyim Asy’ani. Di sana, yang terakhir mi duduk mengajar kadang-kadang sampai malam. Biasanya, dia mengajar selama satu jam, sebelum dan sesudah shalat lima waktu. Ia duduk di atas kasur yang dilapisi dengan sajadah atau kulit kambing dan di samping itu ada buku-buku yang diperlukan untuk mengajar. Kadang kala kita menemukan dua atau tiga bantal yang diietakkan di belakang punggungnya, khususriya ketika ia merasa tidak sehat. Pengajaran biasanya mengenai fiqh, hadits, dan tafsir yang sangat menarik, tidak saja karena bacaannya sangat fasih tetapi juga penerjemahan dan penjelasan yang diberikan sangat tepat dan jelas sehingga para murid yang mengikuti pengajian dapat dengan mudah men erimanya. Contoh-contoh yang diberikan sebagai penjelasan dan bagian ayat mengandung pelaj aran yang berguna bagi kehidupan manusia dan memperkuat keimanan mereka dan mendorong mereka untuk mengerjakan kebaikan. Umumnya, penjelasan dan pengajaran yang diberikan menunjukkan keluasan ilmu dan pengalaman dia dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang jarang dimiliki oleh ulama lain.”31

Sebagaimana dijelaskan di atas, sistem pendidikan yang diinisiasi oleh Kiai Hasyim adalah sistem pengajaran sorogan atau bandongan dan hafalan. Sistem tersebut mengacu pada kitab yang diajarkan32.

Di samping itu, diperlukan keteladanan yang tinggi dalam mendidik dari mengajar para pelajar. Dalain hal ini, di lingkungan pesantren sangat ditekankan sebuah prinsip,

31

Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan danKebangsaan (44-49

32

(12)

72

Iisãn alhal khavrun min lisân almaqol, yaitu keteladanan jauh lebih diutarnakan daripada orasi lisan. Seorang ulama harus mengajarkan dengan tindakan nyata yang dapat menginspirasikan kebajikan bagi pelajar daripada sekadar penyampaian materi secara lisan. Metode seperti in belakangan dikenal sebagai salah satu metode yang ampuh dan efektif karena memberikan dampak yang nyata bagi setiap pelajar33.

5. Evaluasi Pendidikan Islam

Sebagaimana dijelaskan di atas, sistem pendidikan yang diinisiasi oleh Kiai Hasyim adalah sistem pengajaran sorogan dan hafalan. Sistem tersebut mengacu pada kitab yang diajarkan. Jika kitab tersebut selesai dikhatamkan. santri dapat melanjutkan ke tingkatan berikutnya34

Seorang ustadz atau kyai menilai terhadap berbagai aspek yang ada pada santri, baik aspek pengetahuan terhadap pengasaan materi kitab itu atau perilaku yang mesti ditunjukkan dari pengkajian materi kitab, ataupun ketrampilan tertentu yang diajarkan dalam kitab tersebut.

Evaluasi yang paling akhir yang dari semua metode itu adalah pengamalan dari semua ilmu yang telah dipelajari. KH.Hasyim Asy’ari sejak awal meletakkan evaluasi dalam dasar membangun pendidikan islam di pesantren. Hal ini dapat dilihat dalam kitab Adab Allim Wa muatallim yang mengutip surat Al Bayyinah

ِةَّيِابَْلا ُرْ ياخ ْمُه اكِئالْوُأ ِتااِلِاَّصلا اوُلِماعاو اوُنامآ انيِذَّلا َّنِإ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.(QS.98:7)

Dalam isi ayat dapat dapat diperoleh pemahaman, seorang santri dianggap telah berhasil apabila telah mampu melakukan amal sholeh berdasarkan ilmu yang telah diperolehnya dalam kehidupan.

33 Ibid 232

34

(13)

73

SIMPULAN

Pola pemaparan konsep pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab Alim Wa Muta’allim mengikuti logika induktif, di mana beliau mengawali penjelasannya langsung dengan mengutip ayat-ayat al-qur’an. Hadits, pendapat para ulama, syair-syair yang mengadung hikamah.Tujuan pendidikan yang ideal menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah untuk membentuk masyarakat yang beretika tinggi (akhlaqul karimah). rumusan ini secara implisit dapat terbaca dari beberapa hadits dan pendapat ulama yang dikutipnya. Kurikulum atau materi yang diterapkan Hasyim Asy’ari meliputi kajian tafsir Al-Qur’an, hadits, ushuluddin, kitab-kitab fiqih madzhab, nahwu, shorof dan materi yang membahas tentang tasawwuf. Kitab- kitab yang digunakan adalah kitab klasik . Selain itu diajarkan materi umum di madrasah nizamiyah milik pondok pesantren tebu ireng. Sistem individual yang ditetapkan dalam metode sorogan, metode hafalan, Muhawarat, dan metode muzaharat, merupakan istilah- istilah lain metode yang diterapkan pada Islam klasik seperti al-sama’, al-imla’, al-ijaza’, mudzakara, dan munazara. Menurut KH Hasyim Asy’ari dalam proses evaluasi tidak hanya untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengusaan murid terhadap materi namun juga untuk mengetahui sejauh mana upaya internalisasi nilai nilai dalam peserta didik bias diserap dalam kehidupan sehari hari. Sehingga mengenai hal evaluasi tidak menggunakan standarisasi nilai, namun mereka sudah dianggap baik bila mereka sudah bisa mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari hari.

DAFTAR PUSTAKA

Nata,Abuddin. Pemikiran para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003

Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam .Bandung: Al-Ma'arif, 1980

(14)

74

Hitami,Munzir . Mengonsep Kembali Pendidikan Islam .Yokyakarta: LKiS, 2004. Rofiq, Moh. Ilmu Pendidikan islam .Yogyakarta :Lkis,2009.

Mahmud, Ali Abdul Hamid. Pendidikan Rohani .Jakarta : Gema Insani Press, 2000.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan .Jakarta : IMTIMA ,2007 Al Nahlawi , Abdurrahman Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, Dan Masyarakat .Jakarta :

Gema Insani Press, 1995

Suwendi. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam . Jakarta: Raja Grafindo Persada , 2004

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, .Jakarta: Kencana, 2006 Feisal, Yusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam, . Jakarta : Gema Insani Press, 1995. Mujib, Abdullah. Ilmu Pendidikan Islam .Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset, 2008.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .Jakarta: PT. Rineka Cipta,2002

Suryabrata, Sumadi Metodologi Penelitian, .Jakarta: CV. Rajawali, 1983. Khuluq,Lathifatul Fajar Kebangkitan Ulama .Yogyakarta : LKis,2000. Karni,Asrori. Etos Studi Kaum Santri .Bandung : Mizan Pustaka, 2009 Budi ,Windu. 11 Tokoh Paling Inspiratif Indonesia .Jakarta : Mizan , 2010.

Misrawi, Zuhairi. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keumatan danKebangsaan .Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2010

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi bilangan graduan yang diperlukan untuk memenuhi pasaran pekerjaan tempatan, berdasarkan kepada trend perkembangan industri sepanjang lima (5) tahun yang lalu

Sedangkan humor yang bersifat negatif memiliki kecenderungan untuk menceritakan lelucon dengan mengolok-olok spontan untuk menghibur, mengurangi ketegangan interpersonal

Metode Harris Benedict digunakan untuk mengetahui kebutuhan kabohidrat, protein dan lemak pada masa kehamilan berdasarkan 5 faktor ( tinggi badan, berat badan, usia ibu

Pulau Buru dan khususnya Kabupaten Buru memiliki potensi kekayaan sumberdaya alam yang sekiranya sangat besar, mulai dari kandungan emas hingga potensi panas bumi,

Pemikiran para cendekiawan Muslim, khususnya yang hidup di wilayah Andalusia (Spanyol) seperti Ibnu Thufail (Abu Bacer), Ibnu Rusyd (Averroes), Ibnu Khaldun dan

‘ tuan ’ atau ‘ puan ’, kata ganti nama ‘ saya ’, ‘ awak ’, ‘ aku ’ dan ‘ kau ’, sebagai kata sapaan menunjukkan terdapat perbezaan umur antara orang yang

(8) Tolok ukur dan pembobotan indikator penilaian mandiri atas Kinerja PTSP Pemda sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat (7)

Produksi umbi bawang merah menggunakan TSS mempunyai kelebihan dibandingkan dengan penggunaan benih umbi, yaitu volume kebutuhan TSS lebih rendah yaitu sekitar 3-4 kg