i
IMPLEMENTASI METODE AHP
DALAM PENENTUAN LOKASI USAHA BATAM
(studi kasus Mall Top 100 Batu Aji Batam)
\
TUGAS AKHIR
Oleh :
Jufriadi Indra 3311111025
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK NEGERI BATAM
BATAM 2014
2 HALAMAN PENGESAHAN
IMPLEMENTASI METODE AHP
DALAM PENENTUAN LOKASI USAHA BATAM (studi kasus Mall Top 100 Batu Aji)
Oleh :
Jufriadi Indra 3311111025
Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Ahli Madya di
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK NEGERI BATAM
Batam, 12 Juli 2014 Disetujui oleh;
Pembimbing,
Dwi Ely Kurniawan.M.Kom NIK. 112094
3 HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini, saya
NIM : 3311111025 Nama: Jufriadi Indra
adalah mahasiswa Teknik Informatika Politeknik Batam yang menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul:
IMPLEMENTASI METODE AHP
DALAM PENENTUAN LOKASI USAHA BATAM (studi kasus Mall Top 100 Batu Aji)
disusun dengan:
1. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 2. tidak melakukan pemalsuan data
3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa ijin pemilik
Jika kemudian terbukti terjadi pelanggaran terhadap pernyataan di atas, maka saya bersedia menerima sanksi apapun termasuk pencabutan gelar akademik.
Lembar pernyataan ini juga memberikan hak kepada Politeknik Batam untuk mempergunakan, mendistribusikan ataupun memproduksi ulang seluruh hasil Tugas Akhir ini.
Batam, 12 Juli 2014
Jufriadi Indra
4 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul ”Implementasi Metode AHP dalam menentukkan lokasi usaha di Batam”. Web ini bertujuan untuk membantu memberikan informasi tentang lokasi kios atau ruko yang pas dan sesuai dengan budget yang tersedia di mall top 100 batu aji batam, dan dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang tua tercinta yang memberikan dukungan, semangat dan doa.
2. Istri dan Keluarga yang selalu memberikan Doa dan Dukungan tiada henti.
3. Bapak Dwi Ely Kurniawan .M.T selaku Koordinator Proyek Akhir dan juga selaku Pembimbing Proyek Akhir.
4. Bapak Andi Triwinarko selaku Dosen Wali yang selalu memberikan motivasi..
5. Bapak / Ibu Dosen Penguji atas saran dan kritikannya dalam proses perkembangan Proyek Akhir ini.
6. Bapak / Ibu Dosen Program Studi Teknik Informatika atas bimbingannya.
7. Management Mall Top 100 Batu Aji yang telah bersedia memberikan izin dan data data yang saya perlukan.
8. Rekan-rekan mahasiswa yang memberikan semangat dan doa dalam proses penyelesaian Proyek Akhir ini.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mengakui bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan bantuan dari berbagai pihak berupa kritik maupun saran guna penyempurnaan selanjutnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar besar rnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin membuka usaha ataupun sedang mencari lokasi usaha.
Batam, 12 Juli 2014
5 ABSTRAK
Implementasi Metode AHP dalam Penentuan Lokasi Usaha di Batam
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode pengambilan keputusan terhadap masalah penentuan prioritas pilihn dari berbagai alternatif penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki dari permasalahan yang ingin diteliti, Matriks perbandingan berpasangan digunakan untuk membentuk hubungan didalam struktur. Pada matriks perbandingan berpasangan tersebut akan dicari bobot dari tiap tiap kriteria dengan cara menormalkan rata-rata geometrik (geometric mean) dari pendapat responden. Nilai eigen maksimum dan vektor eigen yang dinormalkan akan diperoleh dari matriks ini. Pada proses penentuan faktor pembobotan hirarki maupun faktor evaluasi uji konsistensi harus dilakukan (CR<0,100),Penerapan AHP dalam penelitian ini adalah menentukan urutan prioritas lokasi usaha yang strategis, Dengan adanya Sistem Pendukung Keputusan untuk memilih lokasi usaha dengan menggunakan metode AHP diharapkan dapat membantu calon pedagang dalam menentukkan lokasi usaha yang tepat
6 ABSTRACT
Implementation of AHP Method in the Determination Business Location in Batam
Analytical Hierarchy Process (AHP) is a decision-making method to the problem of prioritization of choice alternatives begins with making use of AHP hierarchical structure of the problem to be observed, pairwise comparison matrices are used to establish relationships within the structure. In the pairwise comparison matrix will look for the weight of each of each criterion by way of normalizing the geometric mean (geometric mean) of the opinion of the respondents. The maximum eigenvalues and normalized eigenvectors will be obtained from this matrix. In the process of determining the weighting factor or factors hierarchy consistency test evaluation should be performed (CR <0.100), Application of AHP in this study is to determine the order of priority strategic business location, With Decision Support System to select the business location by using AHP method is expected to help aspiring traders in determining the exact location of the business
7 DAFTAR ISI Halaman Judul ... i Halaman Pengesahan ... ii Halaman Pernyataan ... iv Halaman Persembahan ... v Kata Pengantar ... vi
Halaman Abstrak ... vii
Daftar Gambar...viii Daftar Tabel...viii BAB. I .PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...10 1.2 Rumusan Masalah ...11 1.3 Batasan Masalah ...12 1.4 Tujuan ...12 1.5 Sistematika Penulisan ...13
BAB.II Landasan Teori 2.1 Tinjauan Pustaka ...13
2.1.1 Pengertian System ...14
2.1.2 Kriteria system yang baik ...14
2.2 Dasar Teori ...14
2.2.1 Karakteristik Sistem Penunjang Keputusan ...15
2.2.2 Komponen Penyusun SPK ...15
2.2.3 Pengertian Metode AHP ...16
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan AHP...16
2.3 Pengertian Usaha ...22
8
BAB III Analisis dan Perancangan ...25
3.1 Deskripsi Umum System ...25
3.2 Karakteristik Pengguna ...26
3.3 Lingkungan Operasional ...26
3.4 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak ...27
3.5 Deskripsi Fungsional ...27
3.6 Diagram Contex ...28
3.7 Diagram DFD Level 1 SPK Usaha ...28
3.8 Diagram DFD Level 2 SPK Usaha ...29
3.9 Analisis kebutuhan Data ...30
3.10 Diagram E.R ...30
3.11 Deskripsi Data ...31
3.12 Daftar Tabel Aplikasi ...31
3.13 Dekomposisi Fungsional Modul ...32
3.14 Speifikasi Proses ...33
3.14.1 Spesifikasi Proses Login ...33
3.14.2 Spesifikasi Proses Pengelolaan Data Kios ...33
3.14.3 Spesifikikasi Proses Lihat Data Kios ...34
3.14.4 Spesifikasi ubah Data Kios ...34
3.14.5 Spesifikasi Hapus Data Kios ...34
3.14.6 Spesifikasi Lihat Data Hasil Seleksi ...35
3.15 Perancangan Tampilan ...35
3.15.1 Perancangan Login Admin ...35
3.15.2 Perancangan Menu Input Budget ...36
Daftar Pustaka ... 39
9 DAFTAR GAMBAR
Gambar.1 Struktur Hirarki ...19
Gambar.2 Deskripsi Umum SPK Usaha ...25
Gambar.3 Diagram Contex ...28
Gambar.4 DFD Level.1 ...28
Gambar.5 DFD Level.2 ...29
Gambar.6 Perancangan Tampilan Login ...35
Gambar.7 Perancangan Tampilan Input Budget...36
Gambar.7 Data Lokasi ...37
DAFTAR TABEL ...19
Tabel.1 Matrik Perbandingan Berpasangan ...19
Tabel.2 Matrik Perbandingan Berpasangan disederhanakan ...19
Tabel.3 Matrik Penentuan Nilai Eigen Vector ...19
Tabel.4 Persentase Perolehan ...21
Tabel.5 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ...22
Tabel.6 Karakteristik Pengguna ...26
Tabel.7 Analisis Kebutuhan Perangkat Keras ...26
Tabel.8 Analisi Kebutuhan Perangkat Lunak ...27
Tabel.9 Deskripsi Data ...32
Tabel.10 Daftar Tabel Aplikasi ...31
Tabel.11 Dekomposisi Funsional Modul ...32
Tabel.12 Spesifikasi Proses Login ...33
Tabel.13 Spesifikasi Pengolahan Data Kios...33
Tabel.14 Spesifikasi Proses Lihat Data Kios ...34
Tabel.15 Spesifikasi Proses Ubah Data Kios ...34
Tabel.16 Spesifikasi Proses Hapus Data Kios ...34
Tabel.17 Spesifikasi Proses Lihat Data Hasil Seleksi ...35
Tabel.18 Perancangan Tampilan Menu Home ...37
10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengambilan keputusan merupakan hal yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia,baik pengambilan keputusan untuk masalah yang sederhana sampai dengan masalah yang kompleks. Kemampuan mengambil keputusan dengan cepat dan cermat merupakan kunci keberhasilan dari seseorang dalam mengambil suatu resiko,banyak permasalahan yang harus diputuskan dengan melihat beberapa kriteria misalnya dalam menentukan tempat usaha
Seseorang memutuskan untuk membeli atau menyewa sebuah ruko atau kios pastilah dengan syarat tertentu tidak hanya berdasarkan pada harga tetapi juga lokasi atau letak tempat tersebut, termasuk kenyamanan, penampilan, dan sebagainya. Hal ini bukanlah permasalahan yang mudah,karena menyangkut keberhasilan usaha yang akan dijalankan di tempat tersebut,biasanya tidak ada alternatif yang paling baik dari masing-masing kriteria. karena Kriteria-kriteria yang ada kadang bertentangan misalnya kios atau ruko yang bagus umumnya harganya mahal, padahal yang diinginkan adalah kios atau ruko di lokasi yang bagus dengan harga yang murah. sehingga dalam pengambilan keputusan sering hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan .
Dalam penentuan lokasi usaha juga demikian hal nya. terdapat berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam hal memilih lokasi untuk sebuah tempat usaha. Hal ini merupakan aspek yang sangat penting dalam perencanaan bisnis. Karena Lokasi yang baik sangat menentukan terhadap berbagai aspek penting suatu bisnis, baik dari segi nilainya, kelangsungan, serta keberhasilannya. Oleh karena itu, penentuan lokasi usaha khususnya haruslah melalui analisa dan perhitungan yang tepat sehingga dapat ditentukan lokasi yang sesuai dilihat dari berbagai aspek. Selama ini penentuan lokasi usaha
11 dilakukan secara manual dengan mengandalkan intuisi, pengalaman dan beberapa pertimbangan pembuat keputusan dalam hal ini sesama pemilik usaha ( pengusaha)
Sehingga dari penjelasan di atas, penulis ingin melakukan penelitian tentang bagaimana merancang sebuah sistem pendukung keputusan untuk memilih lokasi usaha yang benar-benar layak menyandang predikat sebagai lokasi yang terbaik dan strategis. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam proses penentuan nya.
Menurut Turban (2005, P217-218), Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategis, dinamis menjadi bagian-bagianya serta menatanya kedalam hirarki. Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya karena adanya struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,hingga sampai kepada sub-sub kriteria yang paling detail. Jadi dalam penelitian ini akan dibuat suatu sistem pendukung keputusan pemilihan lokasi usaha dengan metode AHP yang diharapkan dapat membantu pedagang atau calon pengusaha dalam pengambilan keputusan.
1.2 Rumusan Masalah
1 Bagaimana membuat suatu sistem pengambilan keputusan yang dapat membantu menentukan lokasi usaha yang bagus dan strategis menggunakan AHP.
2 Bagaimana menerapkan sistem pengambilan keputusan yang sudah di buat agar bisa digunakan dalam menentukan lokasi usaha yang strategis.
1.3 Batasan Masalah
1. Sistem pengambilan keputusan dirancang hanya untuk menentukan lokasi usaha di mall Batam, dan tidak melayani penentuan lokasi usaha di mall lain ataupun jenis usaha nya.
12 2. Sistem pengambilan keputusan dirancang berbasis web
1.4 Tujuan
1 Membuat sistem pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi usaha yang strategis menggunakan AHP.
2 menerapkan sistem pengambilan keputusan yang sudah di buat agar bisa digunakan dalam menentukan lokasi usaha yang strategis.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan pustaka, berisi referensi,penjelasan mengenai tool dan teknik yang digunakan untuk pembuatan ssuatu web.
BAB III Analisiss dan Perancangan, berisi penjelasan umum tentang web, desain sistem, fitur utama dan fitur tambahanya web, profil pengguna, tampilan antarmuka
dan penjelasan.
BAB IV Implementasi dan pengujian, berisi implementasi kelas, implementasi antarmuka, skenario pengujian, hasil rincian pengujian.
BAB V Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari hasil pengujian aplikasi dan saran untuk pengembangan selanjutnya.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support Sistem
(DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management Decision Sistem. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur.Istilah SPK mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan komputer dalam proses pengambilan keputusan. (Turban, 2005),
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis pada hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pembuat keputusan kerap kali dihadapkan pada kerumitan dan lingkup pengambilan keputusan dengan data yang begitu banyak. Untuk kepentingan itu, sebagian besar pembuat keputusan dengan mempertimbangkan resiko manfaat/biaya, dihadapkan pada suatu keharusan mengandalkan seperangkat sistem yang mampu memecahkan masalah secara efisien dan efektif, yang kemudian disebut Sistem Pendukung Keputusan (SPK).
2.1.2 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Pengertian sistem pendukung keputusan yang dikemukan oleh Michael S Scott Morton dan Peter G W Keen, dalam buku Sistem Informasi Manajemen
(McLeod, 1998) menyatakan bahwa sistem pendukung keputusan merupakan sistem penghasil informasi yang ditujukan pada suatu masalah yang harus dibuat oleh manajer.
14 Menurut Raymond McLeod, Jr mendefinisikan sistem pendukung keputusan merupakan suatu sistem informasi yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam memecahkan masalah yang dihadapinya (McLeod, 1998).
Definisi selengkapnya adalah sistem penghasil informasi spesifik yang ditujukan untuk memecahkan suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan oleh manajer pada berbagai tingkatan.
Definisi menurut Litlle mengemukakan bahwa sistem pendukung keputusan adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan data atau model (Little, 1970).
2.1.3 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan
Tujuan Sistem Pendukung Keputusan yang dikemukakan oleh Keen dan Scott dalam buku Sistem Informasi Manajemen (McLeod, 1998) mempunyai tiga tujuan yang akan dicapai adalah :
Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur.
Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya
Meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan manajer daripada efisiensinya.
2.2 Tinjauan Pustaka
Sistem pengambilan keputusan atau SPK adalah suatu Sistem berbasis komputer yang interaktif yang untuk membantu pengambil keputusan menyelesaikan masalah yang semi terstruktur atau tidak terstruktur.adapun metode yang digunakan adalah dengan menggabungkan data,atau model-model dan alat-alat analisis yang komplek, serta perangkat lunak ,dan juga dengan menggabungkan sumber daya intelektual seorang individu dengan kemampuan komputer yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas para pengambil keputusan
15 Berikut adalah gambar tinjauan pustaka yang dijelaskan pada tabel berikut.
Gambar 2.1 gambar tinjauan pustaka
2.2.1. Pengertian Sistem.
“Sistem adalah kumpulan /group dari sub sistem/ bagian/ komponen apapun yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu”. Susanto (2004)
Menurut Jogiyanto, (2001) terdapat dua pendekatan untuk dapat memahami atau mendefinisikan sebuah sistem, yaitu:
a. Sistem dengan Pendekatan Prosedur
Sistem yaitu suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang berupa urutan kegiatan yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Prosedur adalah rangkaian operasi tulis menulis yang melibatkan beberapa orang dalam satu atau lebih departemen yang digunakan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi serta untuk menyelesaikan suatu kegiatan tertentu.
No Nama Raferensi Tugas Akhir
1 Bahasa Pemograman Html , PHP Html , PHP
2 Judul AHP untuk pemodelan
SPK pemilihan sekolah tinggi komputer, STMIK Amikom Jogja.
Implementasi Metode
AHP Dalam Menentukan lokasi usaha Batam
3 Studi Kasus STMIK,Amikom
JOGJAKARTA
Mall top 100 Batu Aji BATAM
4 Database - MySql
16 b. Sistem dengan Pendekatan Komponen
Sistem yaitu kumpulan komponen yang saling berkaitan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem dapat terdiri dari beberapa sub-sub sistem, dan sub-sub sistem tersebut dapat pula terdiri dari beberapa sub-sub sistem yang lebih kecil.
Teori sistem umum terutama menekankan perlunya memeriksa seluruh bagian sistem. Suatu sistem terdiri dari komponen-komponen, yaitu pekerjaan, kegiatan, misi atau bagian sistem yang dibentuk untuk mewujudkan tujuan.
2.2.2 Kriteria Sistem yang Baik
Menurut Jogiyanto,(2001) Kriteria sistem yang baik antara lain :
a. Kegunaan, Sistem harus dapat menghasilkan informasi yang tepat waktu dan relevan untuk proses pengambilan keputusan.
b. Ekonomis, Sistem harus dapat menyumbang sesuatu nilai tambah sekurang - kurangnya sebesar biayanya.
Kehandalan, Keluaran dari sistem harus mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi dan dapat beroperasi secara efektif dan efisien.
c. Kapasitas, Sistem harus cukup sederhana sehingga struktur dan operasinya dapat dengan mudah dimengerti dan prosedur mudah diikuti.
d. Fleksibilitas, Sistem harus cukup fleksibel untuk menampung perubahan – perubahan
17
2.3 Dasar Teori
2.3.1 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
Pada gambar 2.2 ditunjukkan karakteristik dan kemampuan sebuah sistem pendukung keputusan (Turban, 1998).
Gambar 2.1 Karakteristik dan Kemampuan sistem pendukung keputusan
Karakteristik dan kemampuan sebuah sistem pendukung keputusan sebagai berikut :
1. Sistem Pendukung Keputusan menyediakan dukungan untuk pengambil keputusan utamanya pada keadaan-keadaan semistruktur dan tak terstruktur dengan menggabungkan penilaian manusia dan informasi terkomputerrisasi.
2. Menyedikan dukungan untuk berbagai level manajerial mulai dari pimpinan puncak sampai manajer lapangan.
3. Menyedikan dukungan untuk individu dan juga kelompok. Berbagai masalah organisasional melibatkan pengambilan keputusan dari orang dalam kelompok. Untuk masalah yang strukturnya memerlukan keterlibatan beberapa individu dari departemen-departemen yang lain dalam organisasi yang berbeda.
18 berurutan atau saling
5. Sistem pendukung keputusan memberikan dukungan kepada semua fase dalam proses pembuatan keputusan intelligence, design, choice dan impelementasi.
6. Sistem pendukung keputusan mendukung banyak proses dan gaya pengambilan keputusan.
7. Sistem pendukung keputusan adaptive terhadap waktu, pembuat keputusan harus reaktif bisa menghadapi perubahan-perubahan kondisi secara cepat dan merubah sistem pendukung keputusan harus fleksibel sehingga pengguna dapat menambah, menghapus, mengkombinasikan, merubah dan mengatur kembali terhadap elemen-elemen dasar.
8. Sistem pendukung keputusan mudah digunakan. User harus merasa nyaman dengan sistem ini. User friendly, fleksibelitas, kemampuan penggunaan grafik yang baik dan antarmuka bahasa yang sesuai dengan bahasa manusia.
Ciri-ciri SPK yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur.
2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan modal kualitatif dan kumpulan data.
3. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
19
2.3.2 Komponen Penyusun Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki 3 subsistem utama yang menentukan kapabilitas teknis sistem pendukung keputusan, antara lain : Subsistem Manajemen Basis data, Subsistem Manajemen Basis Model, Subsistem Dialog.
Dalam hal pengambilan keputusan ini, proses yang terjadi tidak dapat berlangsung begitu saja yaitu harus memiliki dasar yang kuat sebagai acuan untuk penelitian atau kegiatan berikutnya yang nantinya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk itu penulis menambahkan proses pendukung keputusan ini dibuat menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process).
2.3.3 Pengertian Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menurut (Suryadi dan Ramdhani,2002,h.131), AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Juga kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambil keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik akurat bahkan tidak ada sama sekali. AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang sangat kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan kedalam bagian-bagiannya, menata dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya setiap variabel dan menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.(Saaty, 1993).
2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan AHP
Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system analisisnya. Menurut (Saaty, 1993) Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah.
20 1. Kesatuan (Unity), AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak
terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity), AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif. 3. Saling ketergantungan (Inter Dependence), AHP dapat digunakan pada
elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring), AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.
5. Pengukuran (Measurement), AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
6. Konsistensi (Consistency), AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis), AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.
8. Trade Off, AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus), AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.
10.Pengulangan Proses (Process Repetition) , AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
21 2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara
statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.
3. Untuk membuat proses ke dalam komputerisasi membutuhkan seorang programer yang ahli.
Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002, h.131-132) pada dasarnya langkah- langkah dalam metode AHP , adalah sebagai berikut.
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Masalah yang akan dibahas yaitu, proses pemilihan lokasi usaha atau sebuah kios sesuai dengan budget keuangan yang ada. Solusi yang diharapkan yaitu mendapatkan alternative lokasi usaha yang diharapkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, kriteria /
komponen yang dinilai dan alternatif-alternatif pada tingkatan yang paling bawah.
Berikut adalah gambar Struktur Hirarki dari Implementasi Metode AHP.
22 Dari hasil analisis dan survey responden menunjukkan bahwa kriteria lokasi 2 kali lebih penting daripada harga, 3 kali lebih penting dibandingkan ukuran, tapi harga berbanding sama dengan lokasi, karena lokasi bagus maka harga juga akan semakin mahal, harga 2 kali lebih penting daripada ukuran, sedangkan ukuran 2 kali lebih penting daripada fasilitas.
Tabel 3.1.Matriks perbandingan berpasangan
Lokasi Harga Ukuran fasilitas
Lokasi 1 2 3 4
Harga ½ 1 2 3
Ukuran 1/3 1/2 1 2
Fasilitas ¼ 1/3 1/2 1
Lokasi Harga Ukuran Fasilitas
Lokasi 1 2 3 4
Harga ½ 1 2 3
Ukuran 1/3 ½ 1 2
Fasilitas ¼ 1/3 1/2 1
Tabel 3.2. matriks perbandingan berpasangan yang disederhanakan.
Lokasi Harga Ukuran Fasilitas
Lokasi 1,000 2,000 3,000 4,000
Harga 0,500 1,000 2,000 3,000
Ukuran 0,333 0,500 1,000 2,000
Fasilitas 0,250 0,333 0,500 1,000
∑ 2,083 3,833 6,500 10,000
Selanjutnya unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan, yang akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Kemudian mencari nilai Eigen Vektor yang dihasilkan dari rata – rata nilai bobot relatif untuk setiap baris. Hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.3 Matriks penentuan nilai eigen vector.
Lokasi Harga Ukuran Fasilitas Eigen vektor
Lokasi 0,480 0,522 0,462 0,400 0,466
23
Ukuran 0,160 0,130 0,154 0,200 0,161
Fasilitas 0,120 0,087 0,077 0,100 0,096
∑ 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Selanjutnya nilai Eigen maksimum (λmaksimum) diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian antara jumlah entri-entri kolom pada matriks faktor pembobotan yang disederhanakan dengan vektor eigen. Nilai eigen maksimum yang diperoleh adalah sebagai berikut :
λmaks = (0,466 * 2,083) + (0,277 * 3,833) + (0,161 * 6,500) + (0,096 * 10,000) = 0,970 + 1,061 + 1,046 + 0,96 = 4,037
- Menghitung Indeks Konsistensi (CI)
CI = (λmaks-n)/n-1
Karena matriks berordo 4 (yakni terdiri dari 4 kriteria), nilai indeks konsistensi yang dipCI = (4,037 – 4) / 4 – 1 = 0,012
- Menghitung Rasio Konsistensi (CR) CR = CI/RI
Ket.
CR= Rasio consistenci CI= Consisten Index RI= Random Index
Untuk n = 4, RI = 0,9 (tabel Saaty), maka : CR = 0,012 / 0,9 = 0,0013
24 Hasil lengkap dapat dilihat pada tabel 3.4 perolehan berikut ini :
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan kriteria lokasi merupakan kriteria yang paling penting dalam menentukan lokasi dengan nilai bobot 0,466 atau 46,6 % berikutnya kriteria harga dengan nilai bobot 0,277 atau 27,7%, kriteria ukuran dengan nilai bobot 0,161 atau 16,1% dan kriteria fasilitas dengan nilai bobot 0,096 atau 9,6%
Secara umum perhitungan AHP dilakukan sebagai berikut.
Gambar 3.2. Langkah Perhitungan dalam AHP
Tingkat Perolehan Kriteria Eigen Vektor
1 Lokasi 46,6 %
2 Harga 27,7%,
3 Lokasi 16,1%
4 Fasilitas 9,6%
25 Perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan aturan penilaian bobot kriteria, Berikut adalah gambar tabel skala penilaian perbandingan berpasangan (Saaty 2004)
Tabel. 3.5 Skala penilaian perbandiingan berpasangan (Saaty,2004) Intensitas
kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama penting
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari
elemen yang lain
5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen
lainnya
7 Elemen yang satu sangat lebih penting dari
elemen lainnya
9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari
elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Kebalikan
Jika elemen i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan elemen j, maka elemen j
mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan elemen i.
26
2.3 Pengertian Usaha.
Pengertian Usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud. Tentu pengertian usaha ini berbeda jika usaha yang dimaksud adalah berada dalam ruang lingkup ilmu tertentu. Misalnya dalam ilmu fisika juga terdapat istilah usaha. Kadang dalam kehidupan sehari-hari kita pun bisa mendengar kata usaha. Contohnya untuk
mencapai hasil yang kita impikan, kita harus berusaha dan berdoa. Dalam ruang lingkup tertentu, pengertian usaha bisa disamakan dengan pekerjaan. Pekerjaan sendiri merupakan sebuah perbuatan, prakarsa, ikhtiar, atau daya upaya untuk mencapai sesuatu.
2.4 Pengertian Lokasi Usaha.
Lokasi Usaha adalah suatu tempat yang dianggap memiliki nilai jual atau nilai ekonomis yang dianggap bisa mendatangkan ke untungan bagi si pengusaha itu sendiri,tidak semua tempat yang bagus bisa dikategorikan sebagai lokasi usaha,karena yang menentukan adalah nilai jual atau nilai ekonomis tempat tersebut, semakin tinggi nilai ekonomis suatu tempat maka akan semakin mahal pula harganya.
Secara umum sistem yang akan dibangun pada penelitian ini adalah aplikasi pendukung keputusan untuk merekomendasi lokasi usaha di salah satu mall di batu aji batam. Sistem ini membantu memberikan rekomendasi keputusan untuk memilih lokasi usaha sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, sehingga bisa menentukan lokasi yang sesuai dengan yang diinginkan calon pengusaha
Kriteria dan alternatif diperoleh dari wawancara kepada team management sebuah mall di batu aji, melakukan survai langsung ke mall tersebut dan juga interview dengan beberapa responden untuk mencari data yang diperlukan untuk perancangan sistem dan juga meminta data kepada pihak management yang berhubungan dengan lokasi di mall tersebut
27 Adapun kriteria-kriteria sistem pendukung keputusan pemilihan lokasi usaha batam terdiri dari 4 kriteria utama yang ditetapkan sebagai berikut:
1. Lokasi
Lokasi kios berbanding lurus dengan harga,dimana semakin strategis lokasinya maka harga juga akan semakin tinggi, Lokasi termasuk dalam kriteria kuantitatif.
2. Harga
Harga kios selalu berbanding lurus dengan fasilitas didalam dan diluar kios atau yang dikembangkan oleh pengembang. Bila fasilitasnya lengkap, tentu saja harganya lebih mahal. Konsumen lebih memilih harga rumah yang sesuai dengan dana yang mereka punya. Harga termasuk dalam kriteria kuantitatif.
3. Ukuran luas
Ukuran Luas sebuah kios juga akan berbanding lurus dengan harga sewanya, karena semakin besar ukuran sebuah kios maka akan nampak semakin besar pula suatu usaha meskipun baru. Ada banyak macam ukuran kios yaitu 2 x 3, 3 x 4, dan 4 x 6 Ukuran luas termasuk dalam kriteria kuantitatif.
4. Fasilitas.
Ada berbagai fasilitas yang ditawarkan di berbagai tempat dan lokasi, misalnya dalam suatu kios sudah di sediakan meja,kursi,etalase,tempat cuci piring dan lain sebagainya, hal ini sangat berpengaruh dengan harga ,karena semakin lengkap fasilitas yang disediakan maka akan semakin mahal juga harga kios tersebut ,fasilitas kios ini termasuk dalam kriteria kuantitatif
28
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN
Pada Bab ini gambaran umum dari Implementasi Metode AHP pada sistem penunjang keputusan lokasi usaha Batam dapat di lihat pada deskripsi umum sistem berikut.
3.1 Deskripsi Umum Sistem
Mengelola
Meng edit informasi
Memasukkandata
user User dan data Melihat informasi admin
Menyimpan data ke database Mengambil data dari database
database
Gambar.3.1 Deskripsi Umum Sistem Penunjang Keputusan
Sistem ini berbasis web dan menggunakan bahasa pemrograman PHP, digunakan untuk memberikan informasi kepada user mengenai informasi keputusan yang tepat dengan penerapan metode AHP pada proses penentuan nya. Terdapat dua hak akses yang terdapat dalam sistem ini, yaitu admin sebagai aplikasi web server dan user sebagai aplikasi web client. Client mengirimkan permintaan kesistem dengan terlebih dahulu kemudian web server memberikan respon ke client berupa informasi yang dibutuhkannya. Server dapat menambah mengubah dan meghapus data dari client.
Implementas i metode AHP.
29 3.2 Karakteristik Pengguna
Rincian karakteristik pengguna sistem bisa dilihat pada tabel berikut.
User Hak Akses
Admin Memasukkan data,mengedit data,menampilkan Informasi
User Memasukkan data budget, mendapat Informasi
Tabel 3.6. Pengguna Sistem
3.3 Lingkungan Operasional
Aplikasi ini dijalankan pada spesifikasi PC sebagai berikut:
- Sistem Operasi Windows XP, Windows Vista, Windows 7 dan Linux - Processor minimum Pentium 4
- RAM 512MB
Selanjut nya untuk kebutuhan perangkat keras dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.7 Analisis Kebutuhan Perangkat Keras
Jenis Perangkat Keras Spesisfikasi
Processor Intel Pentium 4
Harddisk 20 Gb
RAM 1 Gb
Perangkat keras ini digunakan agar ketika user membuka sistem, maka kemungkinan terjadinya kesalahan sangat kecil. Karena spesifikasi perangkat keras tersebut cukup memenuhi sebagai perangkat keras standar.
30
3.4 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak
Jenis perangkat lunak yang digunakan pada Sistem penunjang keputusan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak
Jenis Perangkat Lunak Perangkat Lunak yang Digunakan
Sistem operasi Windows 7
Web server XAMPP-win32-1.7.3
Bahasa pemrograman Php, Html
Basis data MySQL
Web browser Google Chrome
Dokumentasi Visio 2007, Ms. Word 2007
3.5 Deskripsi Fungsional
Sistem implementasi metode AHP pada Penentuan Lokasi Usaha Batam ini dapat menangani beberapa proses, antara lain:
1. Sistem dapat menampilkan data lokasi usaha
2. Proses menambah, mengubah, menghapus dan melihat data lokasi. 3. Proses pengelolaan database .
4. Proses menambah, mengubah, menghapus dan melihat data kriteria penunjang.
5. Sistem dapat memproses penentuan keputusan sesuai dengan langkah-langkah metode AHP
31
3.6 Diagram Context
Context diagram dari Sistem Penunjang Keputusan lokasi usaha adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2 Diagram Context sistem penunjang keputusan usaha Batam
User dan admin dapat mengakses sistem berdasarkan hak akses masing-masing. Admin dapat melakukan penambahan data, menampilkan data user, sedangkan user dapat memasukkan data budget yang di inginkan dan aplikasi memberikan Informasi berupa data lokasi usaha.
Data Flow Diagram (DFD) merupakan diagram yang menggunakan notasi–notasi (simbol - simbol) untuk menggambarkan arus data. Data Flow Diagram sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa membertimbangkan lingkungan fisik data tersebut mengalir.Salah satu keuntungan menggunakan DFD adalah memudahkan pemakai yang kurang menguasai bidang komputer dapat mengerti sistem yang akan dijalankan.
32
3.7 DFD Level 1 SPK Lokasi Usaha
Gambar 3.3. DFD level 1 SPK Usaha.
Pada DFD level 1 ini admin akan masuk ke menu utama dengan hak akses ke menu master data, menu tambah data, menu edit data dan menu review .
Admin memiliki hak akses penuh untuk melakukan perubahan data pada sistem dengan menggunakan menu master data. Admin juga dapat menambah data serta dapat melihat user.
33
3.8 DFD.Level 1 proses 2 Tampilan data alternatif lokasi.
Gambar 3.4 DFD Level 1 proses 2
Pada DFD level 1 proses 2 dijelaskan bahwa menu data alternatif hanya memiliki satu proses yaitu mengolah data alternatif dengan menambah , mengubah dan menghapus data dari databse
3.9 DFD Level 1 Proses 3.
Gambar 3.5. DFD Level 1 proses 3.
Pada DFD level 1 proses 3 dijelaskan bahwa menu data kriteria penentuan hanya memiliki satu proses yaitu input data nilai kriteria dengan menambah , mengubah dan menghapus data dari databse.
3.10 DFD Level 1 proses 4..
34 Pada DFD level 1 proses 4 dijelaskan bahwa menu data kios hanya memiliki satu proses juga yaitu menampilkan data kios saja dan hanya bisa di edit atau ditambah oleh admin melalui database
3.11 Analisis Kebutuhan Data.
Data yang dikelola oleh aplikasi yaitu data harga sewa kios, data luas kios, data letak kios. Data yang dikelola oleh aplikasi ada yang berhubungan satu sama lain. Hubungan antara data tersebut dapat dilihat pada E-R Diagram.
3.12 E-R Diagram.
Berikut adalah gambaran sistem penunjang keputusan yang saling berhubungan satu dengan yang lain nya yang digambarkan dalam diagram berikut.
Gambar 3.7 ER Diagram.
Pada digram E.R diatas dapat dilihat bahwa untuk menemukan kios yang sesuai kriteria maka admin ataupun user harus memasukkan dulu nilai kriteria yang di inginkan, kemudian di inputkan ke dalam sistem, sehingga sistem akan menampilkan lokasi kemudian barulah memilih kios sesuai dengan kriteria yang diinginkan tadi, user bebas menentukan apakah lokasi tersebut cocok atau tidak,
35 atau kembali memasukkan nilai kriteria lain sehingga akan di tampilkan kios baru.
3.13 Deskripsi Data.
Pada tabel berikut akan ditampilkan rincian dari tabel kios,Budget,Lokasi.
No Nama Tabel Deskripsi isi Jenis Primary
Key
Foreign Key
1 Data Kios Informasi data kios Master Id_kios - 2 Data Alternatif Alternatif lokasi Master Id_kios
3 Data Kriteria Kriteria Lokasi Master Id_Kriteria Tabel.3.9 Deskripsi Data SPK Usaha.
3.14 Daftar Tabel Aplikasi.
Berikut adalah gambaran daftar tabel aplikasi yang disertai dengan masing masing diagram E.R nya .
No Nama Tabel Primary Key Data Store E/R
1 Nilai kriteria Id_Kriteria nilai kriteria
2 Nilai Alternatif Id_Alternatif nilai alternatif
36
4 Kriteria Id_Kriteria kriteria
4 Lokasi No lokasi hasil keputusan
Tabel.3.10 Daftar Tabel Aplikasi SPK Usaha.
3.15 Dekomposisi Fungsional Modul
pada tabel di bawah ini dibahas dekomposisi fungsional modul pada sistem. No
Fungsiona l
Fungsi / proses Tabel input
Data input Tabel output Data output Ket
3.1 Pengolahan data
lokasi
Data lokasi
nokios, namakios, alamat letak kios
- No kios,nama
kios,alamat letak kios
3.1.1 Lihat data kios Data
kios - Alamat,ukura n,harga,fasilit as - - No Fungsiona l
Fungsi / proses Tabel input
Data input Tabel output Data output Ket
3.1.2 Ubah harga kios Data
harga - Lokasi kios,letak kios,alamat letak kios - -
3.1.3 Hapus data kios datakios - Lokasi
kios,letak kios,alamat letak kios
- -
37
3.16 Spesifikasi Proses
Spesifikasi proses menjelaskan logika dari proses yang tejadi dalam tingkatan terendah dari diagram arus data. Menggambarkan deskripsi dan spesifikasi dari setiap proses pada pemodelan data dan flow diagram sesuai kebutuhan sistem. Spesifikasi proses befungsi untuk menjelaskan apa yang dilakukan ketika masukan ditransformasi menjadi keluaran.
3.16.1 Spesifikasi Pengolahan Data Kios
Tabel 3.12.Spesifikasi Proses Pengolahan Data Kios
No P 3.1
Nama Proses Tambah data kios
Masukan Datakios
Keluaran Datakios
Deskripsi Algoritma Begin
Masukkan data kios ke form untuk mengisi data kios isi semua field
If semua field terisi then
Simpan data yang sudah terisi ke tabel datakios
If penyimpanan berhasil then Commit data ke tabel datakios else
Tampilkan pesan kesalahan “ tidak boleh kosong”
End
3.16.2 Spesifikasi Proses Lihat Data kios
Tabel 14.Spesifikasi Proses Lihat Data kios
No P 3.1.1
Nama Proses Lihat data kios
Masukan -
Keluaran Datakios
Deskripsi Algoritma Begin
SELECT data kios
If berhasil then
Tampilkan data kios
Else data kios tidak bisa ditampilkan
38
3.16.3 Spesifikasi Proses Ubah Data kios
Tabel 3.14.Spesifikasi Proses Ubah Data kios
No P 3.1.2
Nama Proses Ubah data kios
Masukan Datakios
Keluaran Datakios
Deskripsi Algoritma Begin
Tampilkan data kios
Klik tanda ubah pada salah satu data
If data berhasil diubah then
Commit data ke tabel data kios Tampilkan data kios
Else data tidak bisa diubah
Kembali ke halaman tampilkan data kios
3.16.4 Spesifikasi Proses Hapus Data kios
Tabel 3.15. Spesifikasi Proses Hapus Data kios
No P 3.1.3
Nama Proses Hapus data kios
Masukan Datakios
Keluaran Datakios
Deskripsi Algoritma Begin
Tampilkan data kios
Klik tanda hapus pada salah satu data
If data berhasil dihapus then
Commit data ke tabel datakios Tampilkan data kios
Else data tidak bisa dihapus
Kembali ke halaman tampilkan data kios
3.16.5 Spesifikasi Proses Lihat Data Hasil Seleksi
No P 6.1
Nama Proses Lihat data hasil seleksi
Masukan -
Keluaran Datahasil
Deskripsi Algoritma Begin
SELECT data hasil
If berhasil then
Tampilkan data hasil seleksi
Else data hasil seleksi tidak bisa ditampilkan
End
39
3.17 Perancangan Tampilan
3.17.1 Perancangan Menu Login Admin/User
Gambar.3.8 Perncangan tampilan Menu Login Admin/User
3.17.2 Perancangan Tampilan Menu Halaman Utama
Gambar 3.9. Perancangan Tampilan Menu Halaman Utama SPK Usaha.
menu utama Implementasi Metode AHP Dalam Penentuan Lokasi Usaha
hasil analisa teks LOGO /SPK USAHA MANDIRI
Image mall top 100 batu aji Username ”admin” password ”admin”
username password
40
3.17.3 Perancangan Tampilan Menu Data Alternatif Lokasi
Pada perancangan menu tampilan Data Alternatif Lokasi menampilkan tampilan awal yang terdiri dari no,kode,nama alternatif lokasi,dan kolom pengeditan dan hapus data.
Gambar 10. Perancangan Tampilan Menu data alternatif Lokasi.
3.17.4 Perancangan Tampilan Menu Data Kriteria Penentuan Lokasi
Gambar 3.11 Perancangan Tampilan Menu Data Kriteria Penentuan menu utama Data Alternatif Lokasi
no kode Nama alternatif
hasil analisa
menu utama Data Kriteria Penentuan
No Kode Nama Kriteria
hasil analisa
Tambah data alternatif
Tambah data kriteria LOGO /SPK USAHA MANDIRI
41
3.17.5 Perancangan Tampilan Menu data lokasi
Gambar 3.12. Perancangan Tampilan Menu data lokasi
Pada tampilan menu data lokasi, sistem menampilkan seluruh data lokasi yang ada pada hasil SPK yang meliputi harga sewa, alamat,ukuran kios,dan fasilitaas secara terperinci.
3.17.6 Perancangan Tampilan Menu Nilai Kriteria lokasi
menu utama Data Lokasi
kriteria lantai satu Lantai dua angkringan Queen hall harga alamat ukuran fasilitas analisa
Nilai Kriteria Lokasi Nama
Kriteria
Nilai Perbandingan Nama Kriteria Lokasi harga Lokasi ukuran Lokasi fasilitas Harga ukuran Harga fasilitas Ukuran fasilitas
simpan Cek konsistensi Reset Nilai
Menu utama
Analisa
LOGO /SPK USAHA MANDIRI
42 Gambar 3.13. Perancangan Tampilan Menu Nilai Kriteria Lokasi.
Pada tampilan menu nilai kriteria lokasi, sistem menampilkan perbandingan masing masing nilai kriteria ,dimana nilai perbandingan ini mengacu pada tabel saaty dengan nilai dari satu sampai sembilan, dan bisa di cek ke konsistenan nilai tersebut
Pada kolom cek konsisitensi,dan juga bisa di edit nilai perbandingan nya sesuai dengan yang nilai yang di ingin kan pada kolom reset nilai.
3.17.7 Perancangan Tampilan Menu Nilai Alternatif Lokasi.
Gambar 3.14 Perancangan Tampilan Menu Nilai Alternatif Lokasi. Nilai Alternatif Lokasi
Kriteria
Nama Kriteria
Nilai Perbandingan Nama Kriteria Lokasi harga Lokasi ukuran Lokasi fasilitas Harga ukuran Harga fasilitas Ukuran fasilitas
simpan Cek konsistensi Reset Nilai Menu utama
Analisa
43 Pada tampilan menu data lokasi, sistem menampilkan seluruh data lokasi yang ada pada hasil SPK yang meliputi harga sewa, alamat,ukuran kios,dan fasilitas.
3.18 Penerapan Konsep AHP dalam Menentukan Lokasi Usaha
Langkah-langkah menentukan Kios yang baik menggunakan konsep AHP dapat kita rumuskan sebagai berikut:
3.18.1 Perhitungan Faktor Pembobotan Hierarki untuk Semua Kriteria
Langkah pertama yaitu menentukan serta menyusun struktur hirarki permasalahan penentuan lokasi kios. Setelah penyusunan hirarki, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara elemen dengan memperhatikan pengaruh elemen pada level diatasnya. Pembagian pertama dilakukan untuk elemen-elemen pada level kriteria dengan memperhatikan level diatasnya yaitu goal atau tujuan utama (menentukan lokasi kios). Pada level dua terdiri dari kriteria lokasi ,harga, ukuran dan fasilitas kios. Pembandingan dilakukan dengan menggunakan skala 1-9 dan memenuhi aksioma - aksioma pada metode AHP. Berikut adalah tahap pembahasan pembobotan
Tabel.3.18 Kriteria dan Subkriteria Hirarki
Tabel 3.19. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki Untuk Semua Kriteria
Lokasi Harga Ukuran Fasilitas
Lokasi 1 2 3 4 Harga ½ 1 2 3 Ukuran 1/3 1/2 1 2 Fasilitas ¼ 1/3 1/2 1 Kriteri a Subkriteria Lokasi
Lantai 1=sangat baik
Queen hall area=cukup baik
Angkringan depan
mall=kurang Lantai 2=sangat kurang
Harga
< 2.5 Juta = Baik <3 juta =cukup baik <4 Juta = Kurang
>4.5 juta = sangat Kurang
Ukuran
2x3 = kurang 2x3 = cukup 4x6= sangat baik 3x4= baik
Fasilitas Ruangan,listrik,air,
rolling door= sangat baik
Listrik,karpet merah=sangat kurang Listrik,air,gerobak =cukup baik Ruangan,listrik,air,rollin g door=sangat baik
44 Pengisian nilai bobot kriteria pada Tabel 3.19. dilihat dari tingkat prioritas kepentingan masing-masing dari kriteria dalam suatu hirarki dan dapat dijelaskan bahwa lokasi 2 kali lebih penting dibandingkan jumlah harga, 3 kali lebih penting di bandingkan ukuran, dan 4 kali lebih penting di bandingkan fasilitas,itu mengartikan bahwa lokasi adalah kriteria yang terpenting pada hirarki. Jumlah harga 2 kali lebih penting dibandingkan harga dan 3 kali lebih penting dibandingkan fasilitas. Ukuran 2 kali lebih penting dibandingkan fasilitas. Setelah menentukan nilai bobot kriteria maka nilai tersebut akan disederhanakan menjadi bilangan decimal dan menghitung jumlah kolomnya seperti yang akan ditampilkan pada Tabel berikut:
Tabel 3.20. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki Untuk semua Kriteria yang disederhanakan
Lokasi Harga Ukuran Fasilitas
Lokasi 1,000 2,000 3,000 4,000
Harga 0,500 1,000 2,000 3,000
Ukuran 0,333 0,500 1,000 2,000
Fasilitas 0,250 0,333 0,500 1,000
∑ 2,083 3,833 6,500 10,000
Selanjutnya unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan, yang akan diperoleh bobot relatif yang dinormalkan. Kemudian mencari nilai Eigen Vektor yang dihasilkan dari rata – rata nilai bobot relatif untuk setiap baris. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 3.21. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki Untuk semua Kriteria yang dinormalkan
Lokasi Harga Ukuran Fasilitas Eigen
Vektor
45
Harga 0,240 0,261 0,308 0,300 0,277
Ukuran 0,160 0,130 0,154 0,200 0,161
Fasilitas 0,120 0,087 0,077 0,100 0,096
∑ 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
- Menghitung lamda maksimum
Selanjutnya nilai Eigen maksimum (λmaksimum) diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian antara jumlah entri-entri kolom pada matriks faktor pembobotan yang disederhanakan dengan vektor eigen. Nilai eigen maksimum yang diperoleh adalah sebagai berikut :
λmaks = (0,466 * 2,083) + (0,277 * 3,833) + (0,161 * 6,500) + (0,096 * 10,000)
= 4,039
- Menghitung Indeks Konsistensi (CI)
CI = (λmaks-n)/n-1
Indeks Konsistensi (CI) ; matriks random dengan skala penilaian 9 (1 sampai dengan 9) beserta kebalikannya sebagai Indeks Random (RI). Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika “judgement” numerik diambil secara acak dari skala 1/9,1/8,…,1,2,…,9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran yang berbeda, sebagai berikut.
Tabel 3.22 Nilai Indeks Random
Ukuran Matriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
46 Karena matriks berordo 4 (yakni terdiri dari 4 kriteria), nilai indeks konsistensi yangdiperoleh :
CI = (4,039 – 4) / 4 – 1 = 0,013
- Menghitung Rasio Konsistensi (CR)
- CR = CI/RI
Untuk n = 4, RI = 0, maka : CR = 0,013 / 0,9 = 0,014
Karena CR < 0,100 berarti Preferensi Penilaian adalah Konsisten.
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan kriteria Lokasi kios merupakan kriteria yang paling penting dalam membuka usaha dengan nilai bobot 0,466 atau 46,6%, berikutnya kriteria Harga dengan nilai bobot 0,277 atau 27,7%, kriteria Ukuran dengan nilai bobot 0,161 atau 16,1% dan kriteria Fasilitas dengan nilai bobot 0,096 atau 9,6%.
3.18.2 Perhitungan Faktor Evaluasi
3.18.3 Perhitungan Faktor Evaluasi Untuk Kriteria Lokasi
Perbandingan berpasangan untuk kriteria lokasi pada 3 alternatif yaitu - Lokasi A dengan Lokasi B
- Lokasi A dengan Lokasi C - Lokasi B dengan Lokasi A - Lokasi B dengan Lokasi C - Lokasi C dengan Lokasi A - Lokasi C dengan Lokasi B
Maka matriks perbandingan berpasangan preferensi pembobotan kriteria penghasilan dapat dilihat pada Tabel berikut :
47 Tabel 3.23 Matriks Pembobotan Kriteria Lokasi
KATEGORI LOKASI A B C A 1,000 2,000 3,000 B 0,500 1,000 2,000 C 0,333 0,500 1,000 ∑ 1,833 3,500 6,000
Tabel 24. Matriks Pembobotan Kriteria Lokasi yang Dinormalkan
A B C Eigen Vektor Λmaks
A 0,545 0,571 0,500 0,539 0,988
B 0,273 0,286 0,333 0,297 1,040
C 0,182 0,143 0,167 0,164 0,983
∑ 1,000 3,011
- Indeks Konsistensi (CI)\
Karena matriks berordo 3, nilai indeks konsistensi yang diperoleh : CI = (λmaks-n)/n-1 = 0,006
Rasio Konsistensi (CR)
CR = CI/RI = 0,010
Karena CR < 0,100 berarti Preferensi Penilaian adalah Konsisten.
3.18.4 Perhitungan Faktor Evaluasi Untuk Kriteria Harga
Tabel 3.25 Matriks Pembobotan Kriteria Harga
KATEGORI HARGA A B C A 1 3 4 B 1/3 1 3 C ¼ 1/3 1 ∑ 1,583 4,333 8,000
48 Tabel 3.26 Matriks Pembobotan Kriteria Harga yang Dinormalkan
A B C Eigen Vektor Λmaks
A 0,632 0,692 0,500 0,608 0,963
B 0,211 0,231 0,375 0,272 1,179
C 0,158 0,077 0,125 0,120 0,960
∑ 1,000 3,101
- Indeks Konsistensi (CI)
CI = (λmaks-n)/n-1 =
0,051
- Rasio Konsistensi (CR)
CR = CI/RI = 0,087
Karena CR < 0,100 berarti Preferensi Penilaian adalah Konsisten.
3.18.5 Perhitungan Faktor Ukuran Kios
Tabel 3.27 Matriks Pembobotan Kriteria Ukuran Kios
KATEGORI UKURAN KIOS
A B C
A 1 3 1
B 1/3 1 1/3
C 1 3 1
∑ 2,333 7,000 2,333
Tabel 3.28 Matriks Pembobotan Kriteria Ukuran kios yang Dinormalkan
A B C Eigen vector Λmaks
A 0,429 0,429 0,429 0,429 1,000
B 0,143 0,143 0,143 0,143 0,999
C 0,429 0,429 0,429 0,429 1,000
49 - Indeks Konsistensi (CI)
CI = (λmaks-n)/n-1 = -0,003
- Rasio Konsistensi (CR)
CR = CI/RI
= -0,001
Karena CR < 0,100 berarti Preferensi Penilaian adalah Konsisten.
3.18.6 Perhitungan Faktor Evaluasi Untuk Kriteria fasilitas
Tabel 3.29 Matriks Pembobotan Kriteria Fasilitas
KATEGORI FASILITAS KIOS
A B C
A 1 1/3 ½
B 3 1 3
C 2 1/3 1
∑ 6,000 1,666 4,500
Tabel 3.30 Matriks Pembobotan Kriteria Fasilitas yang Dinormalkan
A B C Eigen Vektor Λmaks
A 0,167 0,200 0,111 0,159 0,955
B 0,500 0,600 0,667 0,589 0,981
C 0,333 0,200 0,222 0,252 1,133
∑ 1,000 3,070
- Indeks Konsistensi (CI)
CI = (λmaks-n)/n-1 = 0,035
- Rasio Konsistensi (CR)
CR = CI/RI = 0,060
50
3.18.7. Perhitungan Hasil Total Rangking Prioritas Global
Meninjau seluruh evaluasi yang dilakukan terhadap faktor-faktor proses interview, survey dan kualifikasi yang diminta lembaga faktor evaluasi total dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.31 Matriks Faktor Evaluasi Total
Total Rangking Prioritas Global
Lokasi Harga Ukuran Fasilitas
A 0,539 0,608 0,429 0,159
B 0,297 0,272 0,143 0,589
C 0,164 0,120 0,429 0,252
Total rangking/prioritas global diperoleh dengan mengalikan matriks faktor evaluasi total dengan matriks pembobotan hirarki dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.32 Matriks Faktor Alternatif per kriteria (Prioritas Global)
Total Rangking Prioritas Global
Kriteria Bobot
Lokasi Harga Ukuran Fasilitas Prioritas
Global
0,466 0,277 0,161 0,096
A 0,539 0,608 0,429 0,159 0,504
B 0,297 0,272 0,143 0,589 0,293
C 0,164 0,120 0,429 0,252 0,203
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh urutan prioritas global yang menjadi prioritas utama yaitu A (50,4% ), kemudian B (29,3%) dan C (20,3%).
51 Analisis Sensitivitas AHP Pada Bobot Prioritas Kriteria Keputusan
Analisis Sensitivitas pada kriteria keputusan dapat terjadi karena ada informasi tambahan sehingga Decision Maker mengubah penilaiannya. Akibat terjadinya perubahan penilaian yang menyebabkan dapat berubahnya urutan prioritas.
Analisis Sensitivitas Terhadap Kriteria Kedisiplinan
Model prioritas global kios A, B, dan C dinyatakan pada Tabel 3.32. sehingga prioritas global tersebut diperoleh sebagai berikut:
A = (0,466*0,539)+(0,277*0,608)+(0,161*0,429)+(0,096*0,159) = 0,504 B = (0,466*0,297)+(0,277*0,272)+(0,161*0,143)+(0,096*0,589) = 0,293 C = (0,466*0,164)+(0,277*0,120)+(0,161*0,429)+(0,096*0,252) = 0,203
Dari kondisi diatas, terlihat bobot prioritas Fasilitas adalah 0,466 dan pada kondisi tersebut prioritas global A adalah prioritas yang paling utama yaitu 0,504, kemudian prioritas global B adalah 0,293 dan C dengan bobot prioritas global
0,203.
Apabila bobot prioritas Fasilitas naikan menjadi 0,600, maka urutan prioritas global adalah sebagai berikut :
Tabel 3.33 Sensitivitas Terhadap Kriteria Fasilitas
Analisi Sensitivitas AHP pada Bobot Kriteria
Kriteria Lokasi Harga Ukuran Fasilitas Prioritas Global
Bobot 0,466 0,277 0,161 0,600
A 0,539 0,608 0,429 0,159 0,584
B 0,297 0,272 0,143 0,589 0,590
52 Urutan prioritas berubah dimana urutan prioritas tertinggi yaitu B dengan bobot 0,590 atau 59,0% menggeser A dengan bobot 0,584 atau 58,4% dan C tetap di urutan prioritas ke-3 dengan bobot 0,330 atau 33,0%.
3.18.8 Batasan dalam Penentuan kios untuk usaha..
Batasan yang diberikan dalam menentukan kios untuk usaha adalah.
1. Data kriteria pemilihan yang digunakan bersifat dinamis yakni Lokasi, Hargas,Ukuran,dan Fasilitas. Dan bisa diganti sesuai dengan ke inginan. 2. kepentingan (bobot) yang telah ditentukan
3. Banyaknya alternatif kios (alternatif pemilihan) dapat berubah setiap saat (setiap dilakukan pemilihan), pada penelitian ini hanya dilakukan di sebuah mall dengan 4 kriteria perbandingan lokasi.
53 BAB IV
IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
4.1 Implementasi file Basis Data. 4.1.1 Implementasi tabel alternatif lokasi.
Di bawah ini merupakan implementasi file basis data tabel alternatif. Tabel 3.34 Tabel alternative lokasi.
No. Nama Field Jenis Volume Keterangan 1 id_alternatif Int 11 Primary Key
2 Kode Varchar 10
3 Nama Varchar 50
4.1.2 Implementasi Tabel Kriteria
Di bawah ini merupakan implementasi file basis data tabel Kriteria. Tabel 35. Tabel Kriteria lokasi
No. Nama Field Jenis Volume Keterangan
1 id_kriteria Int 11 Primary Key
2 Kode Varchar 10
3 Nama Varchar 50
4.1.3 Implementasi Tabel nilai_alternatif
Di bawah ini merupakan implementasi file basis data tabel nilai_alternatif.
Tabel 3.36 Tabel nilai_alternatif
No. Nama Field Jenis Volume Keterangan 1 id_nilai_alternatif Int 11 Primary Key
2 id_kriteria Int 11
3 id_alternatif_1 Int 11
4 id_alternatif_2 Int 11
54
4.1.4 Implementasi Tabel nilai_kriteria
Di bawah ini merupakan implementasi file basis data tabel nilai_kriteria. Tabel 3.37 Tabel nilai_kriteria
No. Nama Field Jenis Volume Keterangan 1 id_nilai_kriteria Int 11 Primary Key
2 id_kriteria_1 Int 11
3 id_kriteria_2 Int 11
4 Nilai Float
4.2 Implementasi Antar Muka
4.2.1 Tampilan Menu Halaman Login
Pada gambar ini merupakan tampilan awal dari sistem Implementasi Metode AHP dalam penentuan lokasi usaha di batam.
Gambar 4.1 tampilan menu Login
Pada tampilan halaman Login Admin sudah menyediakan info nama Username dan Password yang harus dimasukkan,sehingga lebih mudah di akses oleh siapapun yang membutuhkan.
55
4.2.2 Tampilan Menu Halaman Utama
Gambar 4.2 Menu Halaman Utam
Pada halaman utama ini terdapat dua menu utama ,yaitu menu utama dan menu Analisa,masing masing menu utama memiliki beberapa sub menu,yaitu Halaman depan,data alternatif lokasi,data kriteria penentuan,data kios ,dan Sign Out juga menjadi halaman untuk menampilkan judul,beserta foto Mall tempat studi kasus ini dilakukan.
56 4.2.3 Tampilan Menu Data Alternatif
Gambar 4.3 Menu Data Alternatif
Pada tampilan data alternatif lokasi,disini terdapat menu tambah data alternatif menghapus data dan meng update data sehingga user pun bisa menambah atau
57 4.2.4 Tampilan Menu Data Kriteria Penentuan.
Gambar 4.4 Data Kriteria penentuan
Pada halaman data kriteria penentuan ini,terdapat tabel yang didalamnya berisi menu tambah data kriteria ,hapus data kriteria dan update data kriteria sehingga
58 4.2.5 Tampilan Menu Data Kios
Gambar 4.5 Tampilan menu Data Kios.
Pada halaman data kios berisi tabel yang didalam nya berisi data dari kios yang ada dilokasi,mencakup luas,harga,fasilitas dan alamat kios tersebut,sehingga ini
akan memberikan gambaran kepada pedagang yang ingin menyewa kios tersebut,tanpa perlu mengunjungi lokasi mereka cukup mengakses sistem ini dari
59 4.2.6 Tampilan Menu Nilai Kriteria Lokasi
Gambar 4.6 Tampilan Menu Data Kriteria Lokasi.
Pada halaman nilai kriteria lokasi ini,user diminta memasukkan nilai perbandingan berpasangan,dimana nilai tersebut terdiri dari satu sampai sembilan,nilai tersebut boleh di isi sesuai keinginan dari user itu sendiri,yang didapat dari penilaian pribadi ataupun dari pengumpulan data lewat survey dan
wawancara pada pedagang setempat,disini admin hanya membuat sistem perhitungan nya saja.
60 4.2.7 Tampilan Menu Nilai Alternatif Lokasi.
Gambar 4.7 Tampilan Menu Nilai Alternatif Lokasi.
Pada halaman nilai Alternatif lokasi ini,tidak jauh beda dengan halaman data kriteria lokasi,disini user juga diminta memasukkan nilai perbandingan berpasangan,dimana nilai tersebut terdiri dari satu sampai sembilan,nilai tersebut
boleh di isi sesuai keinginan dari user itu sendiri,yang didapat dari penilaian pribadi ataupun dari pengumpulan data lewat survey dan wawancara pada pedagang setempat,disini admin hanya membuat sistem perhitungan nya saja.
61 4.2.8 Tampilan Menu Hasil Alternatif Lokasi
Gambar 4.8 Tampilan Menu Hasil Aternatif Lokasi
Pada halaman hasil alternatif lokasi ini,merupakan halaman yang menampilkan hasil keputusan,yang terdiri dari dua bagian,yaitu halaman yang menampilkan hasil keputusan dari pertanyaan “apa kriteria utama yang paling menentukan ketika seorang pedagang akan membuka usaha ?” jawaban nya diputuskan dengan
penentuan nilai vektor eigen tertinggi dimana nilai vektor eigen yang persentase nya tertinggi merupakan faktor terpenting yang harus diperhatikan ketika akan memulai suatu usaha, Dan bagian kedua adalah halaman yang menampilkan hasil dari pertanyaan “dimanakah lokasi terbaik untuk membuka usaha? ” jawaban nya
ditentukkan dengan perangkingan,dimana yang menempati rangking pertama adalah lokasi terbaik untuk membuka usaha atau berjualan.
62 4.3 Pengujian
4.3.1 Tujuan Pengujian
Pengujian sistem bertujuan untuk menemukan kesalahan yang mungkin masih terdapat dalam sistem dan juga untuk mengetahui apakah program yang dibuat telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
4.3.2 Strategi Pengujian
Strategi pengujian pada Implementasi Metode AHP dalam menentukan lokasi usaha Batam menggunakan metode Black Box yaitu berfokus pada kebutuhan deskripsi fungsional guna untuk mengetahui jalannya sistem secara lengkap dan tepat.
4.3.3 Deskripsi Pengujian
Deskripsi pengujian dalam sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan proses login meliputi Memasukan username, password.
4 Melakukan pengelolaan terhadap data alternatif seperti menambah, mengubah, menghapus data alternative lokasi.
5 Melakukan pengelolaan terhadap data kriteria lokasi seperti menambah, dan menghapus data kriteria lokasi.
6 Melihat data kios.
7 Melakukan pengelolaan terhadap nilai alternative lokasi seperti membuat perbandingan antar alternatif berdasarkan kriteria.
8 Melakukan pengelolaan terhadap nilai kriteria lokasi seperti membuat perbandingan antar kriteria.
63 4.3.4 Hasil Pengujian
Pengujian sistem telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan metode Black Box yang digunakan dan rincian hasilnya dapat dilihat di halaman lampiran A.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembuatan sistem Implementasi Metode AHP dalam menentukkan lokasi usaha Batam adalah sebagai berikut:
1. Sistem mampu memutuskan alternatif lokasi yang bagus dan strategis untuk memulai usaha.
2. Sistem mampu memberikan perangkingan lokasi secara akurat.
3. Sistem sangat membantu para calon pedagang yang berada diluar Batam untuk mengambil keputusan,tanpa harus datang ke lokasi.
5.2 Saran
Beberapa saran untuk pengembangan sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya sistem dikembangkan dengan menambahkan fitur data jenis usaha apa saja yang di bisa dijalankan di lokasi alternatif.
2. Sebaiknya sistem dikembangkan dengan menambahkan fitur denah lokasi kios untuk mempermudah pencarian lokasi nya.
65 DAFTAR PUSTAKA
HM, Jogiyanto.2005. Analisa & Disain Sistem Informasi: pendekatan terstruktur teori dan praktek aplikasi bisnis. Penerbit ANDI Yogyakarta.
Tintri, Dharma E.Sudarsono. 2004. Penerapan Analytical Hierarchy Process untuk Pemilihan Metode Audit PDE oleh audit internal. Jakarta.
Turban, Efraim. McLean, James. 2005. Decision Support System and intellegent System.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Turban, Efraim . 1995 . Decision Support System and Expert System, 4th Edition . Prentice Hall International, Inc.
Saaty, T.L. 2001. Decision Making For Leaders. Forth edition, University of Pittsburgh, RWS Publication.
Saaty, T.L.1988. Multicriteria Decision Making : The Analytic Hierarchy Process. University of Pittsburgh, RWS Publication, Pittsburgh
Suryadi, K. dan Ramdhani, MA.1998. Sistem Pendukung Keputusan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.