• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Chinese Food Via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Studi Kasus Masyarakat Muslim Di Kota Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Chinese Food Via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Studi Kasus Masyarakat Muslim Di Kota Malang)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Chinese Food Via Layanan

Pesan Antar Makanan Online (Studi Kasus Masyarakat Muslim Di Kota Malang)

Muchammad Wahyu Pamungkas

Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya

Email: wahyupamungkas95@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel Halal, Merek, Pemasaran, Jaminan Keamanan dan Harga terhadap Pembelian Chinese Food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Metode penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square Reggression (PLS-R). Pada hasil penelitian ini pembelian Chinese Food masyarakat muslim tidak dipengaruhi oleh adanya Jaminan Keamanan yang disediakan oleh pihak restoran maupun penyedia aplikasi. Hal yang perlu di tingkatkan adalah dengan menyediakan sertfikasi kesehatan secara kontinu serta tersedianya foto dan video lokasi dapur restoran. Kata kunci: pembelian chinese food, halal, merek, pemasaran, jaminan keamanan, harga

ABSTRACT

This research aims to determine the effect of the variables Halal, Brand, Marketing, Safety Assurance and Price on Purchasing Chinese Food via Online Food Delivery Services. This research method uses the Partial Least Square Regression (PLS-R) method. In this research Safety Assurance not affecting the purchase of Chinese Food Muslim communities that provided by the restaurant as well as application providers. Things need to be improved is by providing controlled health certification and the availability of photo and video in kitchen restaurant.

Keywords: purchasing chinese food, halal, brand, marketing, security assurance, price

A. PENDAHULUAN

Indonesia, negara dengan Product Domestic Bruto (PDB) terbesar keenam belas dan diproyeksikan pada tahun 2050 menempati urutan keempat dalam perekonomian dunia. Telah sejak awal peradabannya menjadi negara yang bergerak di sektor perdagangan. Daya tarik itulah yang memunculkan banyak pendatang dari seluruh belahan dunia ikut berdagang di negeri ini. Terutama berdagang rempah-rempah. Komoditas utama Indonesia yang tetap sampai saat ini menjadi salah satu unggulan.

Tak dapat dipungkiri bahwa bangsa-bangsa yang datang ke Indonesia turut pula membawa kebudayaan mereka. Hal yang sangat signifikan dalam membentuk kebudayaan Indonesia sampai sekarang. Seperti adat istiadat, norma masyarakat, agama, bahasa serta perilaku masyarakat. Tak terkecuali makanan. Hal vital dalam keberlangsungan kehidupan umat manusia.

Masakan Indonesia sendiri terkenal dengan keragaman dan variatif serta memiliki ciri khas tersendiri pada tiap daerah. Baik itu dari segi bahan baku, rempah, ataupun cara memasaknya. Mulai dari di goreng, bakar, asap, sangrai, kukus, rebus, mentah ataupun melalui fermentasi. Hampir seluruh cara memasak bahan makanan di dunia terdapat di masakan Indonesia. Pengetahuan ini tentunya berasal dari sejarah Indonesia sebagai salah satu negara destinasi perdagangan dunia sejak dulu kala.

Kota Malang sebagai bagian dari Indonesia adalah salah satu dari beberapa kota di Indonesia dengan komposisi masyarakat yang beragam. Dengan jumlah 927.285 penduduk per 31 Desember 2019 (Dukcapil, 2020) kota Malang menjadi salah satu kota wisata sekaligus kota pendidikan di Indonesia. Predikat sebagai kota wisata dan pendidikan menjadikan individu dari luar kota Malang tertarik untuk tinggal atau singgah disana. Para individu ini berasal dari beberapa daerah di Indonesia mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, maupun Papua atau bahkan dari luar Indonesia. Kondisi ini yang menjadikan keragaman budaya di kota Malang tak terelakan untuk terjadi.

(2)

Salah satu fenomena akibat dari banyaknya individu yang keluar masuk kota Malang adalah layanan pesan antar makanan online. Layanan antar makanan sendiri pertama kali di jumpai di Korea dimana seorang sarjana pada tahun 1768 memesan naengmyeon untuk makan siang bersama setelah sehari ujian telah selesai (Kim, 2016). Sedangkan layanan antar makanan online pertama kali dilakukan di Amerika serikat melalui restoran Pizza Hut pada tahun 1994 (Huffpost, 2014). Untuk layanan multi restoran, website waiter.com pada tahun 1995 sebagai pioneer dalam layanan ini dengan pembayaran melalui uang kas ataupun kartu kredit (Corcoran, 2000).

Perkembangan layanan pesan antar makanan online di Indonesia sejak tahun 2015 mulai mendapat perhatian lebih di dunia usaha dengan diluncurkannya GOFOOD oleh perusahaan asal Indonesia GOJEK. Menurut penelitian Nielsen Singapura melalui Executive Director of Consumer Insight Nielsen Singapura Garick Kea dalam Setyowati dan Yunianto (2019) GOFOOD adalah pioneer dalam layanan tersebut di Indonesia. Masih dalam penelitian tersebut bahwa layanan pesan antar makanan online telah digunakan oleh masyarakat sebesar 58% dari 95% masyarakat yang menggemari makanan siap saji. Penelitian Nielsen dilakukan dengan mensurvei 1000 responden yang tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Medan.

Kea dalam Thomas (2019) menuturkan frekuensi tertinggi pemesanan makanan didominasi oleh penggunaan aplikasi pesan-antar sebanyak 2,6 kali dalam seminggu. Kedua, kebiasaan makan di tempat dan take away hanya 2 kali dalam seminggu. Ketiga, kebiasaan memesan lewat website pesan-antar pihak ketiga mengikuti di belakangnya dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu. Terakhir, frekuensi terjarang ditempati oleh pemesanan via telepon dan website online restoran sebanyak 1,7 kali dalam seminggu.

Menurut Sutjahjo selaku Chief Food Officer Gojek Group dalam Setyowati dan Yunianto (2019), potensi pasar layanan pesan antar makanan masih sangat besar mengingat konsumen yang menggunakan layanan ini hanya sekitar 2% dari total konsumsi makanan secara nasional. Sementara pesaing terdekatnya GRABFOOD yang berdiri setahun setelah GOFOOD meluncur di Indonesia mengatakan melalui Regional Head Kell Jay Lim dalam Setyowati (2019) bahwa nilai penjualan bruto (Gross Merchandise Value) layanan pesan antar makanan di perusahaanya tumbuh 900% secara tahunan per Juni 2019 dan volume pengiriman tumbuh tujuh kali lipat. GRABFOOD menurutnya menyumbang sekitar 20% terhadap total GMV GRAB saat ini, Kontribusi yang sangat signifikan menurutnya dibandingkan tahun lalu yang hanya di bawah 5%.

Berdasarkan data ResearchAndMarkets.com dalam Setyowati dan Yunianto (2019), nilai bisnis layanan pesan-antar makanan secara global mencapai US$ 84,6 miliar sepanjang 2018-2019. Jumlah ini diprediksi naik menjadi US$ 164,5 miliar pada 2024. Proyeksi tersebut menunjukkan bahwa laju pertumbuhan majemuk tahunan atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) bisnis ini sekitar 11,4 % selama 2019-2024. Region Asia menurut data Statista dalam Setyowati dan Yunianto (2019), memperlihatkan bahwa pendapatan industri ini mencapai US$ 58,4 juta sejak awal tahun ini. CAGR pendapatan dari layanan antar-pesan ditaksir 10,5 % sepanjang 2019-2023. Sebagian besar pendapatan ini diraih Tiongkok, yakni US$ 40,2 juta sejak awal 2019.

GOJEK dan GRAB dalam laporannya mengaku telah berkontribusi dalam perekonomian Indonesia (Setyowati, 2019). Laporan tersebut telah di analisis oleh beberapa institusi di Indonesia. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) meneliti kontribusi GOJEK, sementara Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics meneliti kontribusi GRAB. Menurut LD FEB UI, kontribusi empat layanan terbesar Gojek yaitu Go-Ride, Go-Car, Go-Food, Go-Life sebesar Rp 44.2 triliun dalam 2018. Penelitian CSIS dan Tenggara Strategics mengatakan bahwa kontribusi GRAB terhadap Gross Domestic Product (GDP) Indonesia mencapai Rp 48.9 triliun.

Tabel 1.1 Kontribusi Pendapatan GOJEK dan GRAB Terhadap GDP Indonesia

Kontribusi Pendapatan GOJEK dan GRAB Terhadap GDP Indonesia Survei LD FEB UI Survei CSIS & Tenggara Strategics Go-Ride Rp 16.5 triliun GrabBike Rp 15.7 triliun Go-Car Rp 8.5 triliun GrabCar Rp 9.7 trilliun Go-Food Rp 18 triliun GrabFood Rp 20.8 triliun

(3)

Sumber: Setyowati, 2019

LD FEB UI mensurvei 6,732 responden pada bulan November 2018 sampai Januari 2019. Responden yang diteliti adalah pengguna aktif GOJEK dalam tiga bulan terakhir di sembilan kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Balikpapan, Makassar, dan Palembang. Sementara CSIS dan Tenggara Strategics mensurvei 3,418 responden pada bulan November sampai Desember 2018. Responden yang diteliti adalah pengguna aktif GRAB dalam tiga bulan terakhir di kota Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar.

Melihat kontribusi serta dampak yang ditimbulkan oleh layanan pesan antar makanan online seperti yang telah dijelaskan di atas rasanya perlu ada kesadaran lebih dari diri individu sebagai konsumen. Terutama individu yang beragama Islam. Karena Islam adalah pedoman hidup maka segala perbuatan individu berada dalam koridor serta konteks Islam. Terlebih dalam memilih makanan.

Halal adalah suatu keharusan bagi seorang muslim dalam mengkonsumsi apa yang ia masukan ke tubuhnya. Baik itu berupa makanan ataupun minuman. Tak hanya sebatas bahan makanan saja Islam mengatakan bahwa makanan itu Halal. Menurut UU no. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal menyatakan bahwa produk Halal adalah produk yang telah dinyatakan Halal sesuai dengan syariat Islam. Proses Produk Halal yang selanjutnya disingkat PPH adalah rangkaian kegiatan untuk menjamin kehalalan produk mencakup penyediaan bahan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian produk.

Prosedur untuk menilai apakah suatu makanan Halal atau tidak dalam ajaran Islam semata-mata dilakukan bukan untuk mempersulit kaum muslimin, namun untuk menjaga kaum muslimin itu sendiri. Ada pepatah yang berkata bahwa “Kamu adalah apa yang kamu makan”. Pepatah ini ternyata ada benarnya setelah penelitian yang dilakukan oleh Pool-Zobel dkk (1997) membuktikan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi sayuran yang kaya carotenoid dapat mengurangi kerusakan serta oksidasi yang dialami oleh DNA. Maka, perilaku hati-hati dalam mengkonsumsi makanan haruslah menjadi prioritas kaum muslimin agar terhindar dari dampak buruk yang tidak diinginkan.

Layanan pesan antar makanan online yang menjadi objek penelitian peneliti ternyata terdapat berbagai macam tipe makanan yang ditawarkan. Hal ini menjadi lumrah karena Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman suku dan budaya seperti yang telah dijelaskan sebeliumnya. Salah satunya adalah Chinese food. Chinese food di Indonesia pertama kali dibawa oleh para imigran cina pada abad ke-11 (Suryadinata, 2010 dalam Fathoni, 2016). Banyak orang-orang Cina yang merantau ke berbagai wilayah di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Selain motif untuk berdagang, sebagian orang-orang Cina merantau untuk memperbaiki kehidupannya. Pada saat itu keadaan Tiongkok sedang kacau. Jatuhnya Dinasti Ming dan pasca perang candu memicu terjadinya kerusuhan, pergolakan sosial, serta kemelaratan rakyat. Gencarnya kolonialisme Barat di negara-negara Asia Tenggara yang membutuhkan para pekerja untuk mengeksploitasi kekayaan alam di negara-negara tersebut mendorong masuknya sejumlah imigran yang didatangkan dari Tiongkok.

Melihat sejarah bahwa Chinese food telah berabad-abad ada di Indonesia menjadi wajar apabila kini menjadi kian popular di kalangan masyarakat. Dalam layanan pesan antar makanan online menu Chinese food selalu menjadi salah satu yang teratas dalam segi penjualan. Uniknya, dalam layanan pesan antar makanan online banyak restoran yang tidak memiliki indikator yang pasti untuk mengetahui apakah makanan itu Halal atau tidak. Terutama Chinese food. Padahal hal ini menjadi sesuatu yang krusial bagi umat Muslim mengingat pentingnya makanan Halal itu sendiri. Fenomena inilah yang menjadi konsentrasi peneliti. Oleh sebab itu penelitian ini guna menjawab faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konsumen Muslim dalam pembelian Chinese food via layanan pesan antar makanan Online.

Rumusan Masalah

Dengan demikian permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Go-Life Rp 1.2 triliun Kudo Rp 2.7 triliun

Total Kontribusi GOJEK Rp 44.2 triliun Total Kontribusi GRAB Rp 48.9 triliun

(4)

Apakah faktor halal, merek, pemasaran, jaminan keamanan, harga sebagai penentu dalam pembelian chinese food via layanan pesan antar makanan online.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

Mengetahui faktor halal, merek, pemasaran, jaminan keamanan, harga sebagai penentu dalam pengambilan keputusan konsumen muslim untuk pembelian chinese food via layanan pesan antar makanan online.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat dimana memberi pengetahuan terhadap pelaku bisnis terkait sebagai bahan pertimbangan dalam mengetahui faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian Chinese food. Selain itu agar dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah atau pihak terkait untuk menyusun program atau kebijakan tertentu guna mendorong terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam pengembangan layanan pesan antar makanan online.

B. KAJIAN PUSTAKA Teori Perilaku Konsumsi Konvensional

Schiffman dan Kanuk (2000) mendefinisikan perilaku konsumsi sebagai perilaku yang dilakukan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, serta menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) mengartikannya sebagai aktivitas yang secara langsung terlibat dalam memperoleh, mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan sebelum dan setelah tindakan ini. Perilaku konsumen pada hakikatnya menurut Sumarwan (2014) untuk memahami Why do consumers do what they do. Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat kita simpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis konsumen yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa, serta setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.

Schiffman dan Kanuk (2000) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumsi adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang konsumen membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Secara sederhana, studi perilaku konsumen meliputi hal-hal sebagai berikut:

 Apa yang dibeli konsumen (What they buy)?

 Mengapa konsumen membelinya (Why They Buy it)?  Kapan mereka membelinya (When They buy it)?  Di mana mereka membelinya (Where They buy it)?  Berapa sering mereka membelinya (How often they buy it)?

Sumarwan (2011) menyatakan bahwa disiplin perilaku konsumen adalah salah satu cabang dari ilmu sosial, ia memanfaatkan metode riset yang berasal dari disiplin psikologi, sosiologi, ekonomi, dan antropologi dalam meneliti perilaku manusia sebagai konsumen. Riset perilaku konsumen terdiri dari tiga perspektif, yaitu perspektif pengambilan keputusan, perspektif eksperiensial (pengalaman), dan perspektif pengaruh perilaku. Cara berpikir dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh ketiga perspektif tersebut.

Teori Perilaku Konsumsi Islam

Ide ekonomi islam memiliki teori konsumsi pertama kali dikemukakan oleh Kahf (1978) dalam karyanya yang berjudul "The Islamic economy: an analytical study of the functioning of the Islamic economic system". Studi ini berkaitan dengan teori konsumsi dari perspektif Islam. Studi tersebut dianggap memiliki dampak dalam membangun teori produksi Islam dimana menyarankan langkah-langkah kebijakan untuk memastikan produksi yang dijalankan secara Islami. Namun, karyanya tidak memuat kerangka teori dalam perilaku konsumsi. Kemudian Khan (1984), melalui karyanya berjudul "Macro consumption function in an Islamic framework" menguraikan secara rinci teori perilaku konsumsi dalam Islam. Menurutnya, unsur utama perilaku konsumsi Islam ada dua yaitu, pengeluaran untuk mencapai kepuasan di dunia serta pengeluaran untuk orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan hadiah di akhirat. Maksudnya apa yang dikonsumsi oleh diri sendiri di dunia ini untuk tujuan Allah S.W.T. maka akan dihargai oleh Allah S.W.T. dan membawa implikasinya ke akhirat.

(5)

Khan (1989) dalam Amin dkk (2013) menjelaskan bahwa perilaku konsumsi adalah fenomena kompleks yang ditentukan oleh kebiasaan, adat istiadat, tradisi, mode, kepercayaan agama, dan sumber daya lain yang ada di dalam diri individu. Khan menegaskan bahwa konsumen di Barat cenderung memaksimalkan utilitasnya dan meminimalkan biaya di mana individu berperilaku rasional. Dalam ekonomi Islam, syariat mengatur perilaku konsumsi. Al-Quran menggambarkan aturan tersebut sebagai iqtisad, yang secara harfiah berarti moderasi. Oleh karena itu, konsumen Muslim diharuskan untuk mengambil sikap moderat dalam perolehan dan pemanfaatan sumber daya. Pendapat tersebut di kemukakan karena menurutnya Nabi Muhammad S.A.W mempromosikan moderat dalam semua perbuatannya. Khan (1989) dalam Amin dkk (2013) memandang Nabi Muhammad S.A.W sebagai mahakarya sendiri, di mana Nabi mempraktikkan hidup sederhana dan konsumsi rendah. Dua perilaku konsumsi yang ekstrem, israf dan bukhl, tidak termasuk dalam perilaku konsumsi Islam.

Hubungan antara keinginan (wants) yang tidak terbatas dengan kelangkaan (scarcity) sumber daya alam (SDA) maka akan memunculkan keterbatasan pilihan adalah dasar dari ekonomi sekuler. Ekonom Islam secara umum mendukung hubungan tersebut, namun terdapat cendekiawan yang menolaknya terutama masalah scarcity. Pandangan yang menolak hubungan tersebut menurut Khan (1994) tidak dapat dipertahankan. Menurut Hasan (2005) secara historis kita tidak perlu memperdebatkan masalah scarcity karena manusia mampu menyelesaikannya melalui penemuan dan inovasi tak henti-hentinya dalam sains, teknologi, dan organisasi sosial.

Kita sebagai manusia tentu membutuhkan barang dan jasa untuk memenuhi wants yang telah di definisikan sebelumnya. Para cendekiawan muslim akan tetapi sering tertukar antara needs dengan wants (Khan,1995). Mereka menyamakan keduanya dan membagi needs menjadi tiga kategori serta hubungan antara ketiganya. Pertama adalah daruriyat, atau keperluan untuk hidup seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan seterusnya. Hal-hal yang meningkatkan taraf hidup disebut hajiyat seperti pelengkap atau peningkatan. Terakhir adalah tahsiniyat atau needs yang memberikan kita kepuasan dalam status sosial atau pengakuan dalam masyarakat. Ketiganya digambarkan saling berhubungan dan menjelaskan tahapan peningkatan kualitas hidup. Fokus perhatiannya adalah barang—barang yang memenuhi needs pada tiap kategori. Needs digambarkan tetap sama tetapi kepuasan terus meningkat seiring kita bergerak ke atas (Khan, 1995)

Para ekonom Islam tentu harus mempelajari perilaku konsumsi terlebih untuk mempelajari dan mendefinisikan perilaku konsumsi Islam yang ideal. Menurut Askari dkk (2015) pendekatan yang tepat dilakukan adalah mentransformasikan beberapa prinsip dan pedoman Syariah yang relevan ke dalam aksioma. Sebagai permulaan, bahan-bahan tertentu dan transaksi bisnis yang secara jelas dilarang oleh Syariah harus dihindari seperti alkohol dan bunga. Beberapa hal lain yang kurang jelas maka harus berdasarkan ijtihad (penalaran independen). Misalnya, rasheed yaitu tidak boleh mewah atau pelit, seperti yang Allah S.W.T katakan dalam Quran (25:67):

اًما َوَق َكِلََٰذ َنْيَب َناَك َو او ُرُتْقَي ْمَل َو اوُف ِرْسُي ْمَل اوُقَفْنَأ اَذِإ َنيِذَّلا َو

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,”

Tidak seperti ekonomi konvensional menurut Askari dkk (2015), di mana konsumen secara rasional membeli barang-barang untuk mencapai kepuasan (utility) maksimal. Islam menantang hal itu dan mendorong manusia untuk menjaga keseimbangan yang adil untuk mengendalikan keinginan (wants) mereka. Anggaran konsumsi Muslim dikenakan pajak, seperti zakat (praktik pemberian sedekah berdasarkan akumulasi kekayaan), kharaj (pajak atas tanah), dan khums (kewajiban untuk memberikan seperlima dari jenis pendapatan tertentu kepada amal). Setelah semua pajak ini dibayarkan pendapatan seorang Muslim tidak menentukan konsumsi, karena harus dibagi lagi jika kesenjangan pendapatan dan kemiskinan berlanjut. Terlepas dari apakah sumber daya benar-benar langka, rute teraman adalah tidak mengonsumsi di luar kebutuhan individu karena kesejahteraan orang lain dan generasi mendatang amatlah penting.

Perilaku konsumsi (consumer behavior) menurut Karim (2007) mempelajari bagaimana manusia memilih di antara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumber daya (resources) yang dimilikinya. Teori perilaku konsumsi Islam yang dibangun berdasarkan syariat memiliki perbedaan yang mendasar dengan teori konvensional. Perbedaan ini menyangkut nilai dasar yang menjadi pondasi teori, motif dan tujuan konsumsi, hingga teknik pilihan dan alokasi anggaran untuk berkonsumsi.

Ada tiga nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim :

a. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, prinsip ini mengarahkan seorang konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat daripada dunia. Mengutamakan konsumsi untuk ibadah dari pada konsumsi duniawi. Konsumsi untuk ibadah merupakan future consumption (karena terdapat balasan surga di akhirat), sedangkan konsumsi duniawi adalah present consumption.

(6)

b. Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral agama Islam, dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi moralitas semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapai. Kebajikan, kebenaran dan ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas Islam. Kebajikan dan kebenaran dapat dicapai dengan prilaku yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dan menjauhkan diri dari kejahatan.

c. Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang dengan sendirinya bersifat buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan). Harta merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar.

Perilaku konsumsi adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Fokus dari perilaku konsumsi adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.

Dalam penelitian ini, Teori Perilaku Konsumsi Islam dianggap relevan karena dapat menjelaskan variabel-variabel yang digunakan diantaranya jaminan keamanan, halal, merek, pemasaran dan harga. Faktor jaminan keamanan, halal, merek, pemasaran dan harga sangat dibutuhkan untuk pengembangan restoran chinese food sehingga mampu memaksimalkan outputnya dan meningkatkan pendapatan.

Perbedaan Antara Teori Perilaku Konsumsi Konvensional dengan Teori Perilaku Konsumsi Islam Askari dkk (2015) menjelaskan ada perbedaan besar antara ekonomi Islam dan konvensional dalam hal perilaku konsumsi. Ekonomi konvensional membuat asumsi untuk memodelkan perilaku konsumsi, tetapi tidak mengembangkan model tentang bagaimana konsumen benar-benar berperilaku atau seharusnya berperilaku. Hal ini karena ekonomi konvensional tidak memiliki ruang dalam realisme atau pandangan nilai. Ekonomi konvensional hanya mendalilkan bahwa mengejar maksimisasi utilitas seseorang adalah "rasional" dan kemudian menjelaskannya, pada kenyataannya, ketika setiap individu berusaha untuk memaksimalkan utilitasnya maka akan memaksimalkan pula manfaat masyarakat secara keseluruhan. Sebaliknya, ekonomi Islam dimulai dengan nilai dan tujuan berdasarkan syariat untuk membentuk perilaku konsumen yang ideal. Masih terdapat pekerjaan yang harus dilakukan di bidang perumusan postulat yang harus ditaati ketika menganalisis perilaku konsumen Muslim yang rasheed. Intinya, dalam sistem Islam, ekonomi mikro dapat dimodelkan dengan mengubah perilaku manusia dan perusahaan untuk mematuhi prinsip-prinsip Islam seperti keadilan, saling berbagi, atau dengan memberlakukan beberapa batasan pada perilaku manusia dan perusahaan yang sesuai dengan Islam.

Hipotesis

H1: Halal diduga berpengaruh positif terhadap tinggi atau rendahnya pembelian Chinese food via layanan pesan antar makanan online oleh konsumen Muslim dikarenakan konsumen Muslim ingin produk yang dikonsumsi menghidarinya dari mudharat serta mendapat manfaat darinya.

H2: Merek diduga berpengaruh positif terhadap tinggi atau rendahnya rendahnya pembelian Chinese food via layanan pesan antar makanan online oleh konsumen Muslim dikarenakan konsumen Muslim ingin produk yang dikonsumsi memiliki kualitas makanan yang terjamin.

H3: Pemasaran produk diduga berpengaruh positif terhadap tinggi atau rendahnya pembelian Chinese food via layanan pesan antar makanan online oleh konsumen Muslim dikarenakan konsumen Muslim ingin produk yang dikonsumsi dekat dengan konumen (relatable) sesuai kondisi masyarakat saat itu.

H4: Jaminan keamanan diduga berpengaruh positif terhadap tinggi atau rendahnya pembelian Chinese food via layanan pesan antar makanan online oleh konsumen Muslim dikarenakan konsumen Muslim ingin produk yang dikonsumsi terhindar dari bahan-bahan yang merusak tubuh.

H5: Harga diduga berpengaruh positif terhadap tinggi atau rendahnya pembelian Chinese food via layanan pesan antar makanan online oleh konsumen Muslim dikarenakan konsumen Muslim ingin produk yang dikonsumsi sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan.

C. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dikhususkan untuk pengolahan data-data berupa angka. Penelitian kuantitatif dapat memudahkan peneliti dalam mengolah angka yang nantinya dilakukan dengan analisis regresi menggunakan aplikasi Smart PLS.

(7)

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah masyarakat Muslim Kota Malang yang menggunakan layanan pesan antar makanan online dalam pembelian makanan Chinese food. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 1 Maret 2020 – 14 Maret 2020

Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya

No Variabel Definisi Variabel Indikator Variabel 1 Pembelian Chinese food via layanan pesan antar makanan online (Y) Intensitas konsumen Muslim membeli produk Chinese food yang di jual menggunakan layanan pesan antar makanan online

1. Intensitas kegiatan pembelian oleh konsumen Muslim via layanan pesan antar makan online.

2. Ketertarikan dengan masakan Chinese food

3. Pengalaman kepuasan penggunaan layanan pesan antar makanan online dalam pembelian produk

4. Layanan pesan antar makanan online membantu proses pembelian produk

5. Penggunaan layanan pesan antar makanan online membuat lebih banyak kebebasan dalam pembelian produk. 2 Halal (X1) Ketertarikan

dengan kehalalan restoran Chinese Food

1. Kepedulian dengan makanan halal atau tidak

2. Pengetahuan konsumen terkait produk halal ataupun non halal

3. Kredibilitas pemerintah terkait ketersediaan makanan Halal

4. Kredibilitas BPJPH sebagai lembaga penjamin logo Halal 5. Konsumen menuntut logo halal di setiap makanan yang dibeli 3 Merek (X2) Ketertarikan dengan merek/ brand image restoran Chinese Food

1. Nama restoran menjadi penjamin makanan halal 2. Restoran nasional penentu pembelian

3. Restoran regional penentu pembelian

4. Nama restoran menjadi penjamin dalam kualitas makanan 5. Konsumen restoran penentu pembelian

4 Pemasaran (X3) Ketertarikan dengan pemasaran restoran Chinese Food

1. Terjaminnya kualitas makanan 2. Publik figur penentu dalam pembelian 3. Jumlah restoran penentu pembelian 4. Lokasi restoran penentu pembelian 5. Iklan penentu pembelian

5 Jaminan Keamanan (X4) Ketertarikan dengan jaminan keamanan restoran Chinese Food

1. Bahan makanan bebas pestisida

2. Bahan makanan bebas bumbu penyedap adiktif 3. Bahan makanan bukan makanan beku

4. Tempat memasak bersih

5. Perlunya sertifikasi kebersihan restoran 6 Harga (X5) Ketertarikan

dengan harga restoran Chinese Food

1. Promosi mempengaruhi pembelian 2. Biaya para kompetitor

3. Margin keuntungan penyedia layanan Sumber: Penulis, 2020

Data & Sumber Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Data Primer sebagai bahan penelitian yang nantinya akan diolah. Data primer adalah data yang dikumpulkan dalam penelitian dan berasal dari tempat aktual terjadinya peristiwa (Sekaran, 2006). Sehingga data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui kuesioner. Data primer dipilih karena penelitian ini dilakukan di lingkup Kota Malang, sehingga peneliti perlu menyebar kuesioner agar bisa mendapatkan data dari para sampel yang dipilih.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk metode pengumpulan data, peneliti memilih menggunakan metode Simple Random Sampling. Teknik Simple Random Sampling adalah teknik pengumpulan data dengan cara memilih secara acak pada sampel yang akan dipilih dan pada saat itu juga. Simple Random Sampling merupakan model pengumpulan data dimana sampel dari populasi, tidak memiliki peluang yang sama dan tidak ditentukan sebelumnya untuk terpilih sebagai sampel. Simple Random Sampling adalah teknik penentuan sampel secara bebas, jika ada

(8)

seseorang yang bersedia mengisi kuesioner dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan peneliti, maka akan dijadikan sampel.

Populasi & Sampling

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen restoran Chinese food yang berada di kota Malang. Dipilihnya konsumen restoran Chinese food sebagai populasi adalah karena pengguna teknologi sekaligus pelaku ekonomi dalam dunia e-commerce. Sampel yang dipilih pada penelitian ini adalah 100 masyarakat Kota Malang yang membeli Chinese food melalui layanan pesan antar makanan online. Jumlah sampel 100 dikarenakan penelitian menggunakan metode Partial Least Square. Partial Least Square (PLS) memiliki keunggulan yang tidak memerlukan data dalam jumlah banyak dengan minimal 30 sampel, sehingga analisis dapat dilakukan hanya dengan sample kecil (Hussein, 2015).

Pengukuran Variabel

Untuk mengukur variabel yang akan diteliti pada penelitian ini, maka dilakukan dengan menggunakan cara five points likert. Skala likert tersebut berguna untuk menentukan persepsi ataupun pendapat dari responden. Kuesioner yang dibuat pada penelitian ini dilengkapi dengan 5 jawaban yang sudah tersedia, sehingga dapat langsung dipilih oleh responden. Skala pengukuran likert yang telah disediakan dalam penelitian ini antara lain:

Sangat Tidak Setuju : 1 Kurang Setuju : 2

Biasa : 3

Setuju : 4

Sangat Setuju : 5

Untuk mengukur data tersebut, maka telah disediakan kuesioner-kuesioner yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian yang akan diberkan kepada para responden selaku objek penelitian.

Analisis Data

Dalam tahap analisis peneliti menggunakan sebuah aplikasi untuk mengolah data yaitu Smart PLS. Namun sebelum tahap analisis data dilakukan maka peneliti perlu menguji apakah data tersebut valid dan reliable. Uji ini dilakukan untuk meninjau seberapa valid suatu butir-butir pertanyaan yang diajukan kepada responden atau yang dikenal uji validitas, serta mengukur tingkat reabilitas suatu jawaban responden dari suatu instrumen pertanyaan dengan metode uji reabilitas

Analisis Multivariat

Pada ruang lingkup penelitian ekonomi dan bisnis, analisis multivariat yang biasa digunakan adalah analisis regresi berganda, Multivariat ANOVA, dan Partial Least Square (Hussein, 2015). Penelitian ini menggunakan analisis multivariat dikarenakan data-data yang akan diolah dalam penelitian ini berupa skala likert yang berada pada kisaran 1 sampai 5, sehingga analisis yang sesuai adalah analisis multivariat yang memang dikhususkan untuk mengukur data berupa skala likert.

Partial Least Square Regression (PLS-R)

Pada penelitian ini menggunakan model Partial Least Square yang diolah dengan aplikasi Smart PLS 3.3.2. Dengan menggunakan aplikasi Smart Pls 3.3.2, maka dapat dilakukan penganalisaan dengan menggunakan metode Partial Least Square Regression (PLS-R). Keunggulan dari metode Partial Least Square (PLS) ini antara lain adalah dapat menganalisa model yang menggunakan data berupa skala likert. Partial Least Square (PLS) memiliki keunggulan pada data yang tidak harus terdistribusi dengan normal seperti pada analisis regresi biasa. Selain itu, PLS memiliki keunggulan yang tidak memerlukan data dalam jumlah banyak dengan minimal 30 sampel, sehingga analisis dapat dilakukan hanya dengan sample kecil (Hussein, 2015). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

PE = β1H + β2B + β3M + β4SA + β5P Keterangan:

PE = Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online H = Halal B = Merek M = Pemasaran SA = Jaminan Keamanan P = Harga β/γ = Koefisien Regresi

(9)

Penguijan Outer Model

Analisis Outer model adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel laten dengan indikator-indikatornya. Outer model juga dapat dikatakan sebagai model para Partial Least Square yang mendefinisikan tentang bagaimana suatu indikator dapat berhubungan dengan variabel latennya (Solimun dan Fernandes, 2017). Pada Outer Model terdapat dua pengujian yang digunakan, yaitu uji validitas instrumen dan uji reliabilitas instrumen.

1. Uji Validitas

Uji Validitas merupakan uji yang digunakan dalam model Partial Least Square Regression untuk mengetahui kemampuan suatu instrumen penelitian dalam mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper dan Schindler, 2006). Validitas pada suatu penelitian harus dapat menyatakan derajat ketepatan dari alat ukur sebuah penelitian terhadap isi sebenarnya dari sesuatu yang diukur. Menurut Ghozali (2009) uji validitas perlu dilakukan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan-pertanyaan dari suatu kuesioner mampu untuk menjelaskan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jika menggunakan SmartPLS, maka kriteria untuk lulus dari uji validitas adalah nilai Average Variance Extracted (AVE) harus lebih dari 0,50.

2. Uji Realibilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian untuk memperoleh informasi, dapat dipercaya sebagai instrumen pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi yang sebenarnya di lapangan (Sugiharto dan Situnjak, 2006). Uji reliablitas tersebut digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur konsistensi suatu responden dalam menjawab setiap pernyataan pada kuesioner atau instrumen penelitian. Dengan menggunakan SmartPLS, maka kriteria untuk lulus dari uji validitas adalah nilai Cronbachs Alpha harus lebih dari 0,70.

Pengujian Inner Model

Analisis inner model dilakukan untuk mengetahui tentang hubungan antara variabel laten (Solimun dan Fernandes, 2017). Dalam inner model diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator di skala zero means dan unit varian adalah satu, sehingga parameter konstanta dapat dihilangkan dari model. Pengujian inner model dilakukan dengan metode booststrapping yang dapat melakukan resampling dengan besar yang sama atau lebih kecil dari sampel aslinya dan diulang sebanyak 100 kali agar konvergen. Pada hasil bootstrapping akan menunjukkan beberapa bagian dari inner model yaitu T-Statistics, Probability Values dan R2.

1. T-Statistics

T-statistics adalah bagian dari inner model yang berguna untuk mengetahui signifikansi dari variabel independen terhadap variabel dependen. Syarat t-statistics agar signifikan adalah t-statistics harus lebih besar dari t-table yang dinyatakan sebesar 1.96.

2. Probability Values

Probability Values merupakan bagian dari inner model yang juga berguna untuk mengetahui signifikansi dari suatu variabel independen terhadap variabel dependennya. Variabel independen dapat dikatakan signifikan terhadap variabel dependen apabila Probability Values kurang dari α = 0.05.

3. R Square

R Square adalah salah satu bagian dari inner model yang berguna untuk mengetahui seberapa besar variabel dependen dapat diprediksikan oleh variabel-variabel independennya. Menurut Miller (1992) apabila R Square lebih besar dari 0.67 adalah tinggi, apabila R Square lebih dari 0.33 adalah cukup atau sedang, apabila R Square lebih dari 0.19 adalah rendah atau lemah, sedangkan apabila R Square kurang dari maka tidak diakui atau tidak diterima.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan kategori khusus dalam mengelompokkan responden. Kategori responden pada penelitian ini antara lain meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, jenjang pendidikan, pekerjaan, lamanya pengunaan jasa layanan pesan antar makanan online, pendapatan serta pengeluaran per bulan dalam pembelian chinese food.melalui layanan pesan antar makanan online

Gambaran Variabel Yang Diteliti

(10)

Item

SS

S

N

TS

STS

Jumlah

Rata-rata

f

%

f

%

f

%

f

%

f

%

Jumlah

%

X1.1 47 47.00 26 26.00 21 21.00 6 6.00 0 0.00 100

100 4.14

X1.2 37 37.00 35 35.00 26 26.00 1 1.00 1 1.00 100

100 4.06

X1.3 36 36.00 30 30.00 26 26.00 6 6.00 2 2.00 100

100 3.92

X1.4 38 38.00 35 35.00 22 22.00 4 4.00 1 1.00 100

100 4.05

X1.5 47 47.00 39 39.00 12 12.00 2 2.00 0 0.00 100

100 4.31

Grand Mean

4.10

Sumber: data primer, diolah 2020

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Merek (X2)

Item

SS

S

N

TS

STS

Jumlah

Rata-rata

f

%

f

%

f

%

f

%

f

%

Jumlah

%

X2.1 73 73.00 16 16.00 7

7.00

3 3.00 1 1.00 100

100 4.57

X2.2 67 67.00 18 18.00 8

8.00

5 5.00 2 2.00 100

100 4.43

X2.3 61 61.00 21 21.00 15 15.00 3 3.00 0 0.00 100

100 4.40

X2.4 71 71.00 14 14.00 13 13.00 2 2.00 0 0.00 100

100 4.54

X2.5 60 60.00 24 24.00 11 11.00 5 5.00 0 0.00 100

100 4.39

Grand Mean

4.47

Sumber: data primer, diolah 2020

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Pemasaran (X3)

Item

SS

S

N

TS

STS

Jumlah

Rata-rata

f

%

f

%

f

%

f

%

f

%

Jumlah

%

X3.1 45 45.00 25 25.00 23 23.00 5 5.00 2 2.00 100

100 4.06

X3.2 16 16.00 55 55.00 24 24.00 3 3.00 2 2.00 100

100 3.80

X3.3 18 18.00 52 52.00 23 23.00 5 5.00 2 2.00 100

100 3.79

X3.4 27 27.00 43 43.00 27 27.00 3 3.00 0 0.00 100

100 3.94

X3.5 31 31.00 37 37.00 29 29.00 3 3.00 0 0.00 100

100 3.96

Grand Mean

3.91

Sumber: data primer, diolah 2020

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Jaminan Keamanan (X4)

Item

SS

S

N

TS

STS

Jumlah

Rata-rata

f

%

f

%

f

%

f

%

f

%

Jumlah

%

X4.1 49 49.00 32 32.00 16 16.00 3 3.00 0 0.00 100

100 4.27

X4.2 29 29.00 48 48.00 21 21.00 2 2.00 0 0.00 100

100 4.04

X4.3 35 35.00 39 39.00 22 22.00 4 4.00 0 0.00 100

100 4.05

X4.4 41 41.00 40 40.00 16 16.00 2 2.00 1 1.00 100

100 4.18

X4.5 42 42.00 41 41.00 12 12.00 4 4.00 1 1.00 100

100 4.19

Grand Mean

4.15

Sumber: data primer, diolah 2020

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Harga (X5)

Item

SS

S

N

TS

STS

Jumlah

Rata-rata

f

%

f

%

f

%

f

%

f

%

Jumlah

%

X5.1 46 46.00 27 27.00 21 21.00 5 5.00 1 1.00 100

100 4.12

X5.2 40 40.00 27 27.00 23 23.00 9 9.00 1 1.00 100

100 3.96

X5.3 43 43.00 32 32.00 21 21.00 4 4.00 0 0.00 100

100 4.14

X5.4 54 54.00 28 28.00 16 16.00 1 1.00 1 1.00 100

100 4.33

X5.5 57 57.00 29 29.00 12 12.00 1 1.00 1 1.00 100

100 4.40

Grand Mean

4.19

(11)

Sumber: data primer, diolah 2020

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Pembelian Chinese Food Via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Y)

Item

SS

S

N

TS

STS

Jumlah

Rata-rata

f

%

f

%

f

%

f

%

f

%

Jumlah

%

Y1

34 34.00 35 35.00 26 26.00 4 4.00 1 1.00 100

100 3.97

Y2

36 36.00 37 37.00 22 22.00 5 5.00 0 0.00 100

100 4.04

Y3

23 23.00 52 52.00 22 22.00 3 3.00 0 0.00 100

100 3.95

Y4

30 30.00 48 48.00 18 18.00 3 3.00 1 1.00 100

100 4.03

Y5

33 33.00 42 42.00 18 18.00 5 5.00 2 2.00 100

100 3.99

Grand Mean

4.00

Sumber: data primer, diolah 2020 Analisis Data

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis multivariat. Analisis multivariat dapat dikatakan sebagai penggunaan metode statistika yang berkaitan dengan beberapa variabel yang pengukurannya dilakukan secara bersama dari setiap obyek penelitian, dengan proses analisis secara simultan dan pelaksanaan interpretasi secara komprehensif (Solimun, 2017). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square Regression (PLS-R) dengan alat analisis aplikasi SmartPLS 3.3.2. Dalam metode Partial Least Square Regression (PLS-R) dilakukan dua model pengujian. Yang pertama adalah pengujian outer model yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas. Yang kedua adalah pengujian inner model, yaitu untuk mengetahui pengaruh dan signifikansi dari variabel-variabel yang telah ditentukan. Menilai Outer Model atau Measurement Model

Terdapat tiga kriteria di dalam penggunaan teknik analisa data dengan SmartPLS untuk menilai outer model yaitu Convergent Validity, Discriminant Validity dan Composite Reliability.

Gambar 4.1 Model Struktural (Outer Model)

Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2020 a. Convergent Validity

Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/ component score yang diestimasi dengan Soflware PLS. Ukuran refleksif individual

(12)

dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut Chin, 1998 (dalam Ghozali, 2006) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai. Dalam penelitian ini akan digunakan batas loading factor sebesar 0,70.

Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa semua nilai faktor loading dari indikator Halal, Merek, Pemasaran, Jaminan Keamanan, dan Harga terhadap variabel terikat yaitu Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Y) lebih besar dari 0,70. Hal ini menunjukan bahwa indikator – indikator tersebut valid.

b. Discriminant Validity

Discriminant validity dari model pengukuran dinilai berdasarkan pengukuran cross loading dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan pokok pengukuran (setiap indikatornya) lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka konstruk laten memprediksi indikatornya lebih baik daripada konstruk lainnya. Model mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari setiap indikator dari sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar dengan nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian discriminant validity diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.7 Nilai Discriminant Validity (Cross Loading)

X1 X2 X3 X4 X5 Y X1.1 0.875 0.520 0.614 0.615 0.637 0.669 X1.2 0.928 0.518 0.640 0.617 0.590 0.644 X1.3 0.910 0.521 0.685 0.603 0.610 0.664 X1.4 0.902 0.453 0.546 0.546 0.504 0.595 X1.5 0.828 0.543 0.518 0.551 0.553 0.629 X2.1 0.418 0.905 0.469 0.596 0.614 0.613 X2.2 0.539 0.930 0.566 0.640 0.671 0.722 X2.3 0.618 0.912 0.625 0.619 0.619 0.699 X2.4 0.400 0.910 0.474 0.577 0.593 0.570 X2.5 0.616 0.897 0.665 0.704 0.716 0.676 X3.1 0.668 0.573 0.879 0.545 0.536 0.621 X3.2 0.582 0.471 0.838 0.508 0.403 0.550 X3.3 0.519 0.626 0.860 0.686 0.613 0.639 X3.4 0.591 0.550 0.888 0.593 0.550 0.641 X3.5 0.569 0.442 0.848 0.542 0.494 0.597 X4.1 0.599 0.629 0.570 0.894 0.781 0.688 X4.2 0.511 0.602 0.456 0.784 0.647 0.616 X4.3 0.559 0.557 0.672 0.820 0.715 0.587 X4.4 0.627 0.528 0.554 0.876 0.774 0.726 X4.5 0.492 0.615 0.589 0.853 0.723 0.633 X5.1 0.583 0.597 0.487 0.756 0.895 0.684 X5.2 0.638 0.634 0.530 0.755 0.894 0.757 X5.3 0.527 0.613 0.599 0.742 0.891 0.699 X5.4 0.525 0.626 0.510 0.794 0.883 0.668 X5.5 0.589 0.635 0.531 0.735 0.822 0.647 Y1 0.652 0.584 0.638 0.645 0.675 0.876 Y2 0.693 0.659 0.614 0.693 0.750 0.906 Y3 0.630 0.589 0.570 0.698 0.669 0.861 Y4 0.567 0.666 0.591 0.694 0.706 0.840 Y5 0.583 0.647 0.661 0.614 0.617 0.853 Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2020

Berdasarkan nilai cross loading, dapat diketahui bahwa semua indikator yang menyusun masing-masing variabel dalam penelitian ini (nilai yang dicetak tebal) telah memenuhi discriminant validity karena memiliki nilai outer loading terbesar untuk variabel yang dibentuknya dan tidak pada variabel yang lain.

(13)

Dengan demikian semua indikator di tiap variabel dalam penelitian ini telah memenuhi discriminant validity.

c. Mengevaluasi Composite Reliability, Average Variance Extracted (AVE) dan Cronbach Alpha

Evaluasi model pengukuran dengan square root of average variance extracted adalah membandingkan nilai akar AVE dengan korelasi antar konstruk. Jika nilai akar AVE lebih tinggi daripada nilai korelasi di antara konstruk, maka discriminant validity yang baik tercapai. Selain itu, nilai AVE lebih besar dari 0,5 sangat direkomendasikan.

Tabel 4.8 Goodness of Fit

Variabel Cronbach's Alpha Composite Reliability Average Variance Extracted (AVE) X1 0.933 0.95 0.791 X2 0.949 0.961 0.83 X3 0.914 0.936 0.744 X4 0.9 0.926 0.716 X5 0.925 0.943 0.77 Y 0.917 0.938 0.752

Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2020

Nilai AVE untuk keenam konstruk tersebut lebih besar dari 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki diskriminan validity yang baik. Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan uji criteria yaitu composite reliability dan cronbach alpha dari blok indikator yang mengukur konstruk. Konstruk yang dinyatakan reliable jika nilai composite reliability maupun cronbach alpha di atas 0.70. Jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik.

Pengujian Model Struktural (Inner Model)

Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural.

(14)

Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2020 a. Koefisien Determinasi

Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai R-square yang merupakan uji goodness-fit model.

Tabel 4.9 Nilai R-Square Variabel R Square

Y 0.752

Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2020

Pada prinsipnya penelitian ini menggunakan 1 variabel yang mempengaruhi variabel endogen yaitu variabel Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Y) yang dipengaruhi oleh variabel Halal, Merek, Pemasaran, Jaminan Keamanan, dan Harga. Tabel 4.6 menunjukan nilai R-square untuk variabel Y diperoleh sebesar 0,752. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 75,2% Variabel Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Y) dapat dipengaruhi oleh variabel Halal, Merek, Pemasaran, Jaminan Keamanan, dan Harga. Sedangkan sisanya 24,8% di pengaruhi oleh variabel lain di luar yang diteliti.

b. Pengujian Hipotesis

Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dalam PLS pengujian secara statistik setiap hubungan yang dihipotesiskan dilakukan dengan menggunakan simulasi. Dalam hal ini dilakukan metode bootstrap terhadap sampel. Pengujian dengan bootstrap juga dimaksudkan untuk meminimalkan masalah ketidaknormalan data penelitian. Hasil pengujian dengan bootstrapping dari analisis PLS adalah sebagai berikut.

Tabel 4.10 Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values) Original Sample (O) Standard Deviation (STDEV) T Statistics

(|O/STERR|) p-value Keterangan X1 -> Y 0.210 0.085 2.482 0.013 Signifikan X2 -> Y 0.198 0.097 2.048 0.041 Signifikan X3 -> Y 0.185 0.093 2.005 0.046 Signifikan X4 -> Y 0.107 0.128 0.838 0.402 Tidak Signifikan X5 -> Y 0.307 0.143 2.148 0.032 Signifikan Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2020

Berdasarkan pada Tabel 4.10 di dapatkan hasil sebagai berikut : Persamaan struktural yang didapat adalah

Y = 0,210 X1 + 0.198 X2 + 0,185 X3 + 0,107 X4 + 0,307 X5

1. Pengujian Hipotesis 1 (Halal berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online)

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa hubungan variabel Halal (X1) dengan Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Y) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,210 dengan nilai t sebesar 2,482. Arah hubungan yang positif menunjukkan jika Halal mengalami peningkatan maka akan diikuti peningkatan variabel Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti bahwa Halal memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online yang berarti sesuai dengan hipotesis pertama dimana Halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Hal ini berarti Hipotesis 1 diterima.

2. Pengujian Hipotesis 2 (Merek berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online)

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa hubungan variabel Merek (X2) dengan Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Y) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0198 dengan nilai t sebesar 2,048. Arah hubungan yang positif menunjukkan jika Merek mengalami peningkatan maka akan diikuti peningkatan variabel Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti bahwa

(15)

Merek memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online yang berarti sesuai dengan hipotesis kedua dimana Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Hal ini berarti Hipotesis 2 diterima.

3. Pengujian Hipotesis 3 (Pemasaran berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online)

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa hubungan variabel Pemasaran (X3) dengan Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Y) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,185 dengan nilai t sebesar 2,005. Arah hubungan yang positif menunjukkan jika Pemasaran mengalami peningkatan maka akan diikuti peningkatan variabel Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti bahwa Pemasaran memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online yang berarti sesuai dengan hipotesis ketiga dimana Pemasaran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Hal ini berarti Hipotesis 3 diterima.

4. Pengujian Hipotesis 4 (Jaminan Keamanan berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online)

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa hubungan variabel Jaminan Keamanan (X4) dengan Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Y) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,107 dengan nilai t sebesar 0,838. Arah hubungan yang positif menunjukkan jika Jaminan Keamanan mengalami peningkatan maka akan diikuti peningkatan variabel Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti bahwa Jaminan Keamanan memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online yang berarti belum sesuai dengan hipotesis keempat dimana Jaminan Keamanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Hal ini berarti Hipotesis 4 ditolak.

5. Pengujian Hipotesis 5 (Harga berpengaruh signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online)

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa hubungan variabel Harga (X5) dengan Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online (Y) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,307 dengan nilai t sebesar 2,148. Arah hubungan yang positif menunjukkan jika Harga mengalami peningkatan maka akan diikuti peningkatan variabel Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel (1,960). Hasil ini berarti bahwa Harga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online yang berarti sesuai dengan hipotesis kelima dimana Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pembelian Chinese food via Layanan Pesan Antar Makanan Online. Hal ini berarti Hipotesis 5 diterima.

Pembahasan

Pengaruh Halal terhadap Pembelian Chinese Food Via Layanan Pesan Antar Makanan Online Pada penelitian ini dinyatakan bahwa variabel halal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online oleh masyarakat Kota Malang yang berarti bahwa jika semakin tinggi prioritas makanan halal oleh masyarakat Kota Malang maka tingkat pembelian via layanan pesan antar makanan online oleh masyarakat Kota Malang juga akan naik. Nilai koefisien positif dari variabel halal berarti menunjukkan bahwa variabel ini bergerak linear dengan variabel pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online sebagai variabel terikat. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang dirumuskan oleh peneliti sebelumnya dan juga sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa ketika masyarakat Kota Malang sadar akan pentingnya kehalalan suatu produk, maka masyarakat Kota Malang tersebut semakin selektif dan hati-hati dalam pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online. Indikator yang dibuat dalam penelitian ini guna mengetahui tingkat prioritas makanan halal meliputi pengetahuan makanan halal serta kepedulian dengan makanan halal itu sendiri.

Pengetahuan makanan halal pada masyarakat Kota Malang sudah berjalan dengan sangat baik dibuktikan dengan jawaban pada penyataan “Saya mengetahui secara detail dan pasti kondisi makanan dikatakan halal atau non halal” diperoleh yang menjawab setuju sebanyak 66%. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Kota Malang menyadari bahwa makanan halal adalah prioritas dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Karena “Kamu adalah apa yang kamu makan”, maka seyogyanya kita sebagai manusia menjaga apa yang kita konsumsi sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dijalankan oleh Pool-Zobel dkk (1997) membuktikan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi sayuran yang kaya carotenoid dapat

(16)

mengurangi kerusakan serta oksidasi yang dialami oleh DNA. Terlebih kita sebagai umat muslim harus lebih mengikuti koridor yang telah ditentukan oleh Allah SWT yaitu salah satunya memastikan makanan yang kita konsumsi adalah makanan halal agar terhindar dari dampak buruk kehidupan di dunia ini.

Selain prioritas makanan halal dalam bentuk pengetahuan makanan halal, prioritas makanan halal juga meliputi kepedulian dengan makanan halal. Dalam hal ini masyarakat Kota Malang sangat peduli dengan makanan halal. Dibuktikan dengan pernyataan “Saya sangat percaya dengan pemerintah sebagai pemasok utama makanan halal di Indonesia” diperoleh yang menjawab setuju sebanyak 86%. Hal ini menunjukkan masyarakat Kota Malang memanglah sangat peduli dengan kondisi makanan halal yang tersedia di wilayahnya. Kepedulian tersebut sangatlah diperlukan sebab dengan kepedulian yang tinggi masyarakat mampu menjadi pengawas sosial atas kredibilitas pemerintah sebagai pemasok utama makanan halal. Sehingga masyarakat menjadi aman dan nyaman dalam mengkonsumsi makanan halal setiap harinya. Pengaruh Merek terhadap Pembelian Chinese Food Via Layanan Pesan Antar Makanan Online

Pada penelitian ini dinyatakan bahwa variabel merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online oleh masyarakat Kota Malang yang berarti bahwa jika semakin tinggi merek yang dimiliki oleh restoran Chinese Food maka tingkat pembelian via layanan pesan antar makanan online oleh masyarakat Kota Malang juga akan naik. Nilai koefisien positif dari variabel merek berarti menunjukkan bahwa variabel ini bergerak linear dengan variabel pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online sebagai variabel terikat. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang dirumuskan oleh peneliti sebelumnya dan juga sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa ketika masyarakat Kota Malang semakin dekat dengan merek suatu restoran Chinese Food, maka masyarakat Kota Malang semakin tertarik untuk melakukan pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online. Indikator yang dibuat dalam penelitian ini guna mengetahui sejauh mana dampak merek yang meliputi pengaruh nama restoran serta tersedianya restoran di wilayah tertentu menjadi penentu.pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online.

Pengaruh nama restoran pada masyarakat Kota Malang sudah berjalan dengan baik dibuktikan dengan jawaban pada penyataan “Nama restoran yang unik, menarik, serta relatable dengan anda menjadi penentu dalam pembelian Chinese food” diperoleh yang menjawab setuju sebanyak 82%. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Kota Malang menyadari bahwa nama suatu restoran menjadi salah satu faktor penentu dalam pembelian Chinese Food. Dikarenakan merek yang memiliki asosiasi positif di mata konsumen maka konsumen akan tertarik mempertahankan konsumsi. Hal ini sejalan dengan penelitian Aaker (2003) dalam Aspan dkk (2017) dimana persepsi positif terhadap brand image juga turut mempengaruhi konsumen dalam mempretahankan konsumsinya

Selain merek dalam bentuk nama restoran, merek juga meliputi tersedianya restoran di wilayah tertentu. Dalam hal ini masyarakat Kota Malang sangat peduli dengan tersedianya restoran di wilayah tertentu. Dibuktikan dengan pernyataan “Restoran yang beroperasi secara Regional menjadi penentu dalam pembelian Chinese food” dan “Restoran yang beroperasi secara Nasional menjadi penentu dalam pembelian Chinese Food” diperoleh yang menjawab setuju sebanyak 84% dan 85%. Hal ini menunjukkan masyarakat Kota Malang sangat terpengaruh dengan skala bisnis restoran yang akan mereka beli. Semakin besar skala bisnis restoran tersebut maka akan semakin tertarik pula masyarakat Kota Malang untuk membeli di restoran tersebut begitupun sebaliknya.

Pengaruh Pemasaran terhadap Pembelian Chinese Food Via Layanan Pesan Antar Makanan Online Pada penelitian ini dinyatakan bahwa variabel pemasaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online oleh masyarakat Kota Malang yang berarti bahwa jika semakin tinggi pemasaran oleh pihak restoran Chinese Food maka tingkat pembelian via layanan pesan antar makanan online oleh masyarakat Kota Malang juga akan naik. Nilai koefisien positif dari variabel pemasaran berarti menunjukkan bahwa variabel ini bergerak linear dengan variabel pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online sebagai variabel terikat. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang dirumuskan oleh peneliti sebelumnya dan juga sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa ketika masyarakat Kota Malang semakin sadar dengan adanya pemasaran oleh pihak restoran Chinese Food, maka masyarakat Kota Malang semakin tertarik untuk melakukan pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online.. Indikator yang dibuat dalam penelitian ini guna mengetahui tingkat pemasaran meliputi pengetahuan publik terhadap restoran serta reachibility restoran..

Pengetahuan publik terhadap restoran Chinese Food pada masyarakat Kota Malang sudah berjalan dengan sangat baik. Dibuktikan dengan jawaban pada penyataan “Individu-individu yang terasa dekat dengan anda turut mempromosikan produk menjadi penentu dalam pembelian Chinese Food” dan “Sedikit atau banyaknya informasi yang anda ketahui tentang restoran menjadi penentu dalam pembelian Chinese Food”

(17)

diperoleh yang menjawab setuju sebanyak 71% dan 68%. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Kota Malang menyadari bahwa pemasaran terutama yang berkaitan dengan pengetahuan publik terhadap restoran sangatlah menentukan pembelian.

Selain pemasaran dalam bentuk pengetahuan publik terhadap restoran, pemasaran juga meliputi reachability restoran. Dalam hal ini masyarakat Kota Malang sangat peduli reachability restoran. Dibuktikan dengan pernyataan “Jumlah cabang restoran banyak atau sedikit menjadi penentu dalam pembelian Chinese Food” dan “Lokasi restoran jauh atau tidaknya menjadi penentu dalam pembelian Chinese Food” diperoleh yang menjawab setuju sebanyak 70% dan 70%. Hal ini menunjukkan masyarakat Kota Malang sangatlah peduli dengan lokasi restoran Chinese Food” yang terdapat di wilayahnya.

Pengaruh Jaminan Keamanan terhadap Pembelian Chinese Food Via Layanan Pesan Antar Makanan Online

Pada penelitian ini dinyatakan bahwa variabel jaminan keamanan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online oleh masyarakat Kota Malang. Nilai koefisien positif dari variabel jaminan keamanan berarti menunjukkan bahwa variabel ini bergerak linear dengan variabel pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online sebagai variabel terikat. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang dirumuskan oleh peneliti sebelumnya. Dimana dalam hipotesis jaminan keamanan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel pembelian Chinese Food via layanan pesan antar.

Hasil tersebut dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil yang didapat. Faktor tersebut ada dua, yaitu faktor statistik dan faktor teori. Faktor statistik terdapat beberapa sebab. Sebab pertama, hasil variabel jaminan keamanan tidak signifikan berarti memang hubungan dengan variabel pembelian Chinese Food memang tidak terlalu tinggi. Sebab kedua, hubungan variabel jaminan keamanan dengan variabel pembelian Chinese Food rendah dikarenakan hubungannya lebih rendah atau kalah tinggi dibandingkan dengan variabel independen yang lain. Sebab ketiga, jumlah sampel yang diteliti jumlahnya perlu ditambahkan sehingga hasilnya sesuai yang diharapkan.

Faktor yang kedua, yaitu faktor teori dimana terdapat beberapa sebab. Sebab pertama, hasil variabel jaminan keamanan tidak signifikan dikarenakan masyarakat Kota Malang masih menganggap restoran Chinese Food yang ada di daerahnya belum memenuhi kriteria mereka untuk membelinya. Hal ini bisa dilihat dari jawaban pernyataan-pernyataan pada variabel jaminan keamanan, dimana nilai minimal jawaban setuju mereka sebesar 74% dan maksimal 83%. Hasil yang dikatakan sangat baik tersebut ternyata tidak di barengi dengan mereka membeli Chinese Food.

Sebab kedua, masyarakat Kota Malang dalam hal ini konsumen muslim sangatlah menjalani prinsip-prinsip Islam dalam mengkonsumsi makanan sehari-harinya. Sehingga mereka ragu untuk membeli makanan Chinese Food terutama dalam segi keamanan makanan dimana mereka butuh kepastian bahwa makanan yang mereka konsumsi baik untuk tubuh mereka, baik dari segi jasmani maupun rohani. Hal ini sesuai dengan pendapat Karim (2007), dimana salah satu pondasi dalam perilaku konsumsi masyarakat muslim adalah kepercayaan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, sehingga masyarakat muslim dituntut untuk mengutamakan konsumsi akhirat daripada dunia.

Pengaruh Harga terhadap Pembelian Chinese Food Via Layanan Pesan Antar Makanan Online Pada penelitian ini dinyatakan bahwa variabel harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online oleh masyarakat Kota Malang yang berarti bahwa jika harga semakin rendah/ murah yang dimiliki oleh restoran Chinese Food maka tingkat pembelian via layanan pesan antar makanan online oleh masyarakat Kota Malang juga akan naik. Nilai koefisien positif dari variabel harga berarti menunjukkan bahwa variabel ini bergerak linear dengan variabel pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online sebagai variabel terikat. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang dirumuskan oleh peneliti sebelumnya dan juga sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa ketika masyarakat Kota Malang merasa harga makanan disuatu restoran Chinese Food semakin rendah/ murah, maka masyarakat Kota Malang semakin terrtarik untuk melakukan pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online. Indikator yang dibuat dalam penelitian ini guna mengetahui sejauh mana dampak harga yang meliputi promosi serta biaya para kompetitor menjadi penentu pembelian Chinese Food via layanan pesan antar makanan online.

Pengaruh promosi pada masyarakat Kota Malang sudah berjalan dengan baik dibuktikan dengan jawaban pada penyataan “Saya membeli Chinese food via layanan pesan antar makanan online karena harganya terjangkau” diperoleh yang menjawab setuju sebanyak 73%. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Kota Malang menyadari bahwa promosi menjadi salah satu faktor penentu dalam pembelian Chinese Food.

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Indikatornya
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Merek (X2)
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Pembelian Chinese Food Via Layanan Pesan Antar Makanan  Online (Y)
Tabel 4.7 Nilai Discriminant Validity (Cross Loading)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini juga dapat diketahui bahwa variabel Faktor Psikologis berpengaruh dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian pada online shop shopee, hal ini

Banyak diantara para pemain yang terbiasa untuk melakukan pembelian barang-barang pada game online, oleh karena itu maka dilakukan penelitian guna mengetahui nilai

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Penerapan standar akuntasi pemerintah berbasis akrual terhadap kualitas laporan

Tujuan penelitian ini adalah menggunakan metode deret Taylor dan bahasa Reduce dalam menyelesaikan masalah komputasi beserta ralatnya tentang gerak benda jatuh

Setiap peralatan listrik mempunyai keterangan besar daya yang dikonsumsi dalam watt,tetapi lebih tepatnya satuan energi pada peralatan tersebut adalah joule karena Watt hanya

Palu Palu plastik  plastik  Berfungsi untuk memukul benda dari bahan lunak atau Berfungsi untuk memukul benda dari bahan lunak atau keras tanpa merusak komponen yang dipukul..

Dari tahapan proses pembuatan propelan komposit tersebut, pada saat pencampuran awal ( pre- mixing ) antara fuel binder dan curing agent, akan terjadi proses pembentukan

Faktor-faktor yang digunakan dalam analisis yaitu jumlah ekspor kunyit, jumlah impor kunyit, inflasi, luas lahan dan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat