• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kecernaan Serat Berbagai Hijauan Pakan Pada Kambing Peranakan Ettawa dengan Uji In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Kecernaan Serat Berbagai Hijauan Pakan Pada Kambing Peranakan Ettawa dengan Uji In Vitro"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 43 Tahun 2019

“Sumber Daya Pertanian Berkelanjutan dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0”

Evaluasi Kecernaan Serat Berbagai Hijauan Pakan Pada Kambing Peranakan Ettawa

dengan Uji In Vitro

Syukron, Pangestu dan Nuswantara Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Jl. Prof H. Soedarto, S.H.–TembalangSemarang, Indonesia 50275

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kecernaan serat NDF (neutral detergen fiber), ADF (acid detergen fiber) dan hemiselulosa pada tanaman hijauan pakan ternak secara in vitro. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 jenis hijauan dan cairan rumen ternak kambing yang diberi pakan dengan PK 12% dan TDN 60%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 8 perlakuan hijauan pakan dan 3 ulangan. Perlakuan jenis pakan terdiri atas T1 (daun turi), T2 (daun nangka), T3 (daun pisang), T4 (daun mangga), T5 (daun gamal), T6 (daun mahoni), T7 (kaliandra) dan T8 (daun lamtoro). Data dianalisis menggunakan anova taraf 5%, dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan NDF, ADF dan hemiselulosa berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan jenis pakan. Kecernaan NDF, ADF dan hemiselulosa hijauaun terendah sampai tertinggi berturut-turut yaitu daun turi (21,06%; 11,34%; 36,16), daun nangka (24,08%; 9,36%; 38,86), daun pisang (32,00%; 23,43%; 47,17), daun mahoni (33,36%; 17,35%; 24,87), daun mangga (34,13%; 21,88%; 32,44), kaliandra (49,41%; 76,10%; 71,02%), daun gamal (66,19%; 62,73%; 65,00) dan daun lamtoro (66,12%; 58,57%; 64,10%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berbagai pakan hijauan berbeda nyata terhadap nilai kecernaan NDF, ADF dan hemiselulosa.Daun lamtoro, daun gamal dan kaliandra merupakan pakan hijauan yang memiliki kecernaan tertinggi karena memiliki kandungan NDF, ADF dan lignin rendah.Hijauan pakan tersebut berpotensi besar untuk diberikan sebagai pakan. Kata kunci: Serat, HIjauan pakan, Kambing, In Vitro

Pendahuluan

Keberhasilan usaha peternakan salah satunya dipengaruhi oleh pakan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Umumya peternak memberikan pakan untuk kambing berupa hijauan tanaman perdu dan hijauan pohon dari kelas graminea maupun leguminosa (Vana dkk., 2005, Hadi dkk., 2011) Hijauan pakan tersebut memiliki kandungan nutrien dan antinutrien yang berbeda dengan keunggulan masing–masing (Manousidis dkk., 2016). Serat adalah salah satu nutrien yang penting untuk ternak ruminansia. Pentingnya serat pakan bagi ternak yaitu berpengaruh pada laju pakan, fungsi mukosa dan berperan sebagai subsrat untuk kinerja mikroba usus dan kesehatan saluran pencernaan pada ternak (Gidenne, 2013, Tsiplakou dkk., 2017). Pemanfaatan hijauan untuk pakan

(2)

ternak ruminansia belum optimal, diduga karena kurangnya pengetahuan tentang kandungan nutrien hijauan dan kecernaan pakan tersebut.

Kandungan nutrien yang berbeda pada masing – masing pakan hijauan tersebut mempengaruhi kecernaan pakan (Jalali dkk, 2012). Perbedaan kandungan nutrien tersebut salah satu faktor yang bisa menunjukkan kualitas hijauan sehingga memberikan hasil yang berbeda pada kecernaan pakan. Setiap hijauan memiliki potensi yang berbeda, agar dapat dimanfaatkan oleh ternak dengan baik dapat ditentukan dengan melakukan uji kecernaan pakan.

Proses pencernaan karbohidrat (serat) di dalam rumen dilakukan oleh mikrobia rumen yang menghasilkan VFA (Sveinbjronsson dkk., 2006). Aktifitas mikroba rumen yang tinggi akan menghasilkan kecernaan nutrien yang tinggi (Xu dkk., 2014, Liu dkk., 2017). Mikroba rumen membuat pakan mengalami perombakan sehingga sifat – sifat secara fisik berubah yaitu menjadi partikel kecil dan sifat kimianya juga berubah menjadi senyawa yang berbeda dengan nutrien asalnya (Riswandi dkk., 2015). Hal ini terjadi ketika mikroba rumen dapat berkembang dengan baik karena nilai nutrien yang dibutuhkan mikroba untuk berkembang telah tercukupi. Berdasar uraian tersebut maka penelitian tentang kecernaan serat hijauan tersebut perlu dilakukan sehingga dapat diketahui informasi tentang nilai kecernaan serat tiap pakan hijauan pada ternak kambing

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengkaji kecernaan serat pada hijauan pakan ternak. Manfaat dari peneltian ini adalah dapat mengetahui atau memberikan informasi tanaman hijauan pakan ternak yang memiliki potensi kecernaan serat yang baik sehingga dapat dijadikan salah satu dasar dalam penyusunan bahan pakan ternak.

Metodologi

Penelitian dilaksanakan bulan Juli 2018 sampai Januari 2019, di laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

Materi

Materi yang digunakan meliputi delapan jenis pakan hijauan yaitu daun pisang (Musa paradisiaca), daun mangga (Mangifera indica), daun lamtoro (Leucaena glauca), daun turi (Sesbania grandiflora), daun nangka (Artocarpus heterophyllus), kaliandra (Calliandra calothyrsus) daun mahoni (Swietenia mahagoni) dan daun gamal (Glirisidea sepium) yang diperoleh dari daerah Demak, Semarang dan Magelang. Bahan yang digunakan yaitu cairan rumen kambing, larutan McDaugall, larutan pepsin HCL 0,2%, larutan NDS (neutral detergent solution), larutan ADS (acid detergent solution), aquades, Na2SO3, aceton, waterbath, tabung reaksi, termometer, sentrifuge, pipet, krusibel, pompa vakum, timbangan analitik, eksikator, oven, tanur, kertas saring.

(3)

Metode

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 8 perlakuan pakan dan 3 ulangan. Adapun 8 perlakuan tersebut yaitu T1 :daun turi, T2 : daun nangka, T3 : daun pisang, T4 : daun mangga, T5 : daun gamal, T6 : daun mahoni, T7 : daun kaliandra dan T8 : daun lamtoro.

Parameter yang diamati adalah kecernaan NDF, kecernaan ADF dan kecernaan hemiselulosa, diuji secara in vitro menggunakan metode Tilley and Terry. Dasar metode ini dengan meniru proses pencernaan yang terjadi di rumen dengan 2 fase yaitu fermentative dan enzimatis (Tilley dan Terry, 1963). Data di analisis dengan analysis of variance dalam rancangan acak lengkap dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

Pengukuran Kecernaan

Metode yang digunakan untuk mengukur serat dengan metode van Soest (Harris, 1970). Pengukuran kecernaan nutrien (NDF, ADF dan hemiselulosa) dengan rumus :

Kecernaan nutrien =A - (B+C)

A × 100%

A : Kadar nutrien pakan B : Kadar nutrien residu C : Kadar nutrien blanko

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Kandungan Nutrien Hijauan Pakan yang Diteliti Kandungan nutrien Bahan Perlakuan daun turi daun nangka daun pisang daun mangga daun gamal daun mahoni kaliandra daun lamtoro ---% ---Air 8,92 9,26 8,27 7,72 7,98 9,98 8,19 8,36 Protein kasar 27,63 15,52 15,51 8,99 25,39 12,71 25,97 32,03 Lemak kasar 3,84 2,36 4,8 1,54 3,97 2,07 0,81 2,67 Karbohidrat 64,8 76,25 73,6 83,2 66,75 81,5 69,49 61.42 NDF 45,34 29,74 46,88 47,73 37,87 39,23 51,18 33,43 ADF 29,27 19,25 31,51 44,05 25,01 31,3 38,73 23,03 Hemiselulosa 16,07 10,49 15,37 3,68 12,86 7,93 12,45 10,4 Selulosa 9,21 2,33 4,34 14,62 17,33 12,86 17,11 18,05 Lignin 20,06 16,92 27,17 29,43 7,68 18,44 12,95 4,98 Silika 1,14 4,66 2,46 8,14 0,13 0,15 3,56 3,57 Abu 3,73 5,97 6,09 6,27 3,89 3,72 3,73 3,88

Berdasarkan kandungan nutrien pakan hijauan diketahui bahwa hijauan pakan yang masuk ke dalam kelompok leguminosa memiliki kandungan protein kasar (PK) tinggi, yaitu daun lamtoro, turi, kaliandra dan gamal, kelompok hijauan yang berasal dari pohon mengandung protein kasar

(4)

sedang, yakni daun nangka, pisang dan mahoni dan kandungan protein kasar rendah daun mangga. Tarigan dan Ginting (2011) melaporkan bahwa tingginya kandungan protein kasar dalam hijauan pakan memicu meningkatnya aktivitas fermentasi mikroba dalam rumen.

Pakan yang memiliki kandungan NDF dan lignin yang rendah dibandingkan hijauan pakan lainnya yaitu daun lamtoro, daun nangka, daun gamal dan daun mahoni. Wati dkk. (2012) menyampaikan bahwa bahan pakan yang memiliki kandungan lignin tinggi berpengaruh negatif terhadap kualitas pakan, karena nutrien pakan yang terikat dengan lignin (lignoselulosa dan lignohemiselulosa) menjadi sulit dicerna oleh mikroba rumen sehingga kecernaan rendah.

Tabel 2.Data Kecernaan NDF, ADF dan Hemiselulosa Hijauan Pakan Bahan pakan Kecernaan NDF

(%) Kecernaan ADF (%) Kecernaan Hemiselulosa (%) Daun turi 21,06b 11,34de 36,16cd Daun nangka 24,08b 9,36f 38,86c Daun pisang 32,00b 23,43c 47,17bc Daun mangga 34,13b 21,88cd 32,44cd Daun gamal 66,19a 62,73b 65,00b Daun mahoni 33,36b 17,35cd 24,87e Kaliandra 49,41a 76,10a 71,02a Daun lamtoro 66,12a 58,57b 64,10b

Keterangan :a–fSuperscrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Kecernaan NDF

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kecernaan NDF berbeda nyata (P<0,05) antar hijauan pakan. Nilai kecernaan NDF dari tertinggi ke terendah berturut–turut yaitu hijauan daun lamtoro, daun gamal, kaliandra, daun mangga, daun mahoni, daun pisang, daun nangka dan daun turi (Tabel 2). Berdasarkan uji Duncan diketahui bahwa daun lamtoro, kaliandra dan daun gamal memiliki kecernaan NDF yang paling tinggi dibanding hijauan pakan lainnya, yaitu daun manga, daun mahoni, daun pisang, daun nangka dan daun turi. Hal ini menunjukkan bahwa daun lamtoro, kaliandra dan daun gamal memiliki potensi mudah dicerna oleh ternak dan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk kebutuhan hidup ternak baik hidup pokok, pertumbuhan maupun produksi.

Tingginya nilai kecernaan NDF daun lamtoro, kaliandra dan daun gamal diduga karena pengaruh kandungan nutrien berupa lignin yang tergolong rendah dibandingkan pakan hijauan lain. Lignin yang terdapat dalam pakan dalam jumlah yang rendah akan berpengaruh kecil dalam menurunkan kecernaan. Anindyawati (2010) menyatakan bahwa struktur lignin berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa sehimgga sulit dipecah, rendahnya lignin pada pakan mengakibatkan kecernaan meningkat karena mikroba lebih mudah dalam memecah ikatan lignoselulosa. Hal ini berdampak positif pada pencernaan sehingga nilai kecernaan NDF pakan hijauan tersebut menjadi

(5)

meningkat. Ratio NDF : lignin pada bahan pakan tersebut diketahui memiliki ratio yang tergolong tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa kecernaan NDF bernilai tinggi karena kandungan lignin lebih rendah dibanding NDF sehingga kecernaan pakan lebih baik.

Disamping kandungan nutrien, nilai kecernaan NDF juga dipengaruhi oleh mikrobia rumen selama fermentasi (Xu dkk., 2014, Weimer dkk, 2011). Dinyatakan pula bahwa sumber hijauan berpengaruh pada pertumbuhan dan jumlah populasi mikrobia rumen yang dihasilkan, khususnya mikrobia yang bersifat selulolitik. Hasil kecernaan yang tinggi pada penelitian salah satunya dipengaruhi oleh mikrobia rumen yang menghasilkan enzim selulase dan enzim hemiselulase sehingga dapat mencerna isi sel dan dinding sel bahan pakan. Muslim dkk.(2014) menyatakan bahwa mikroba rumen dalam lambung ruminansia sebaiknya dijaga keberadaannya sehingga mampu bekerja sesuai fungsinya memproduksi enzim seperti selulase maupun hemiselulase untuk menghidrolisis pakan di dalam rumen. Anam dkk.(2012) menyatakan bahwa kecernaan NDF turut dipengaruhi oleh kandungan nutrien pakan, komposisi ransum dan faktor ternak tersebut.

Kecernaan ADF

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kecernaan ADF berbeda nyata (P<0,05) antar pakan hijauan. Nilai kecernaan ADF dari tertinggi ke terendah berturut–turut yaitu kaliandra, daun gamal, daun lamtoro, daun pisang, daun mangga, daun mahoni, daun turi dan terendah daun nangka. Berdasarkan uji Duncan diketahui bahwa kaliandra, daun gamal dan daun lamtoro memiliki kecernaan yang paling tinggi dibanding pakan hijauan lainnya sebagaimana data yang ditampilkan pada Tabel 2.

Kecernaan yang tinggi pada kaliandra, daun gamal dan daun lamtoro diduga karena kadar ADF yang rendah dibanding hijauan pakan lainnya. Melati dan Sunarno (2016) melaporkan kadar ADF yang rendah menunjukkan bahwa bahan pakan memiliki kualitas yang baik karena ADF memiliki korelasi negatif terhadap kecernaan suatu bahan pakan. Ratio ADF : lignin yang tinggi pada kaliandra, daun gamal dan daun lamtoro menunjukkan bahwa kecernaan ADF tinggi. Fukushima dkk. (2015) menyatakan bahwa lignin yang terkandung dalam hijauan pakan berpotensi menghambat kecernaan NDF dan ADF dan semakin tinggi lignin maka kecernaan semakin rendah. Selain itu, kecernaan hemiselulosa kaliandra tergolong tinggi sehingga mengakibatkan mikroba rumen dapat memanfaatkan hemiselulosa untuk menambah kemampuan dalam mencerna serat ADF. Riswandi dkk. (2016) menyatakan bahwa mikroba rumen yang menghasilkan enzim hemiselulosa tinggi akan bermanfaat dalam mengoptimalkan pencernaan hemiselulosa sebagai sumber energi dalam menghidrolisis pakan.

Kecernaan Hemiselulosa

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kecernaan hemiselulosa berbeda nyata (P<0,05) antar pakan hijauan. Nilai kecernaan hemiselulosa dari tertinggi ke terendah yaitu kaliandra, daun

(6)

gamal, daun lamtoro, daun pisang, daun nangka, daun turi, daun mangga dan terendah daun mahoni. Berdasarkan uji Duncan diketahui bahwa kaliandra, daun gamal dan daun lamtoro memiliki kecernaan yang paling tinggi dibanding pakan hijauan lainnya sebagaimana data yang ditampilkan pada Tabel 2. Kecernaan hemiselulosa merupakan gambaran dari kemampuan daya cerna komponen dinding sel tanaman pakan yaitu hemiselulosa. Hal ini sesuai pendapat Ramadhan dkk. (2014) bahwa hemiselulosa dan selulosa merupakan komponen dinding sel tanaman pakan yang memiliki tingkat kecernaan tergantung aktivitas mikroba rumen dalam proses fermentasi pakan. Aktivitas mikrobia rumen dalam mendegradasi nutrien pakan sangat bergantung pada substrat atau kandungan nutrien hijauan pakan (Liu dkk., 2017).

Kecernaan hemiselulosa yang tinggi pada kaliandra, daun gamal dan daun lamtoro diduga dipengaruhi oleh rasio lignin terhadap hemiselulosa yang termasuk tinggi dibandingkan pakan hijuan lain. Riswandi dkk. (2016) menyatakan bahwa lignin merupakan salah satu komponen ADF yang sukar dicerna oleh mikrobia rumen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio hemiselulosa dibanding lignin maka kecernaan yang dihasilkan semakin tinggi sehingga hemiselulosa dapat dimanfaatkan mikrobia sebagai sumber energi untuk melakukan proses pencernaan. Hemiselulosa memiliki empat gula utama yaitu glukosa, mannosa, xilosa dan arabinosa yang diduga juga berpengaruhi pada kecernaan. Turangan dkk. (2018) menyatakan bahwa rendahnya rantai cabang arabinosa diduga dapat menyebabkan dinding sel pakan menjadi lebih kaku sehingga menurunkan kecernaan. Disamping itu, kecernaan yang tinggi pada kaliandra dipengaruhi oleh aktivitas mikroba yang optimal sehingga mampu mencerna pakan dengan leluasa. Aktivitas mikroba didukung oleh kandungan protein yang tinggi pada kaliandra sehingga pertumbuhannya baik. Hindratiningrum dkk. (2011) menyatakan bahwa perkembangan mikroba dalam rumen diatur oleh kandungan protein pakan, meningkatnya kandungan protein pakan menjadi faktor meningkatnya kinerja mikroba dalam mencerna pakan.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pakan hijauan masing-masing berbeda terhadap nilai kecernaan NDF, ADF dan hemiselulosa. Daun lamtoro, daun gamal dan kaliandra merupakan pakan hijauan yang memiliki kecernaan tertinggi karena memiliki kandungan NDF, ADF dan lignin rendah. Hijauan pakan tersebut berpotensi besar untuk diberikan sebagai pakan kambing.

(7)

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Laboratorium Ilmu Nutrien Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang atas bantuan selama pelaksanaan penelitian dan segenap pihak yang mendukung

Daftar Pustaka

Anam, N. K., R. I. Pujaningsih dan B. W. H. E. Prasetiyono. 2012. Kadar neutral detergent fiber dan acid detergent fiber pada jerami padi dan jerami jagung yang difermentasi isi rumen kerbau. Animal Agriculture Journal. 1(2): 352–361.

Anindyawati, T. 2010. Potensi selulase dalam mendegradasi lignoselulosa limbah pertanian untuk pupuk organik. Berita Selulosa. 45(2): 70–77.

Fukushima, R. S., M. S. Kerley, M. H. Ramos, J. H. Porter dan R. L. Kallenbach. 2015. Comparison of acetyl bromide lignin with acid detergent lignin dan klason lignin and correlation with in vitro forage degradability. Animal Feed Science and Technology. 201: 25 –37.

Gidenne, T. 2013. Dietary fibres their analysis in animal feeding and their role in rabbit nutrition and health.Wartazoa. 23(4): 195–213.

Hadi, R. H., Kustantinah dan H. Hartadi. 2011. Kecernaan in sacco hijauan leguminosa dan hijauan non- leguminosa dalam rumen sapi Peranakan Ongole. Buletin Peternakan. 35(2): 79 –85. Harris, L.E. 1970. Nutrition Research Techniques for Domestic and Wild Animals. Vol. I An

International Record System and Procedures for Analyzing Samples. Animal Sci. Departement. Utah State University. Logan.

Hindratiningrum, N., M. Bata dan S. A. Santosa. 2011. Produk fermentasi rumen dan produksi protein mikroba sapi lokal yang diberi pakan jerami amoniasi dan beberapa bahan pakan sumber energi. J. Agripet. 11(2): 29–34.

Liu,K., Qin Xu, Lizhi Wang, Jiwen Wang, Wei Guo, and Meili Zhou. 2017. The impact of diet on the composition and relative abundance of rumen microbes in goat. Asian-Australas J Anim Sci.30 (4):531-537.

Jalali, A.R., P. Nørgaard, M.R. Weisbjerg, M.O. Nielsen. 2015. Effect of forage quality on intake, chewing activity, faecal particle size distribution, and digestibility of neutral detergent fibre in sheep, goats and llamas. Anim. Feed Sci. and Techn. 208: 53–65.

Manousidis,T., A.P. Kyriazopoulosb, Z.M. Parissi, E.M. Abraham, G. Korakis,Z. Abas. 2016. Grazing behavior, forage selection and diet composition of goats in a Mediterranean woody rangeland. Small Ruminant Res. 145 : 142–153.

Melati, I. dan M. T. D. Sunarno. 2016. Pengaruh enzim selulosa Bacillus subtilis terhadap penurunan serat kasar kulit ubi kayu untuk bahan baku pakan ikan. Widyariset. 2(1): 57–66. Muslim, G., J. E. Sihombing, S. Fauziah, A. Abrar dan A. Fariani. 2014. Aktivitas proporsi

berbagai cairan rumen dalam mengatasi tannin dengan teknik In Vitro. J. Peternakan Sriwijaya. 3(1): 25–36.

Ramadhan, R. S., K. Maaruf, B. Tulung dan M. R. Waani. 2014. Pengaruh penggunaan konsentrat dalam pakan berbasis rumput (Panicum maximum) terhadap kecernaan hemiselulosa dan selulosa pada kambing lokal. J. Zootek. 34(1): 83–91.

Riswandi, Muhakka dan M. Lehan. 2015. Evaluasi nilai kecernaan secara In vitro ransum ternak sapi Bali yang disuplementasi dengan probiotik plus. J. Peternakan Sriwijaya. 1(4): 35 –46. Riswandi, L. Priyanto, A. Imsya dan N. S. Patricia. 2016. Nilai kecernaan Neutral detergent Fiber

(NDF), Acid Detergent Fiber (ADF) dan hemiselulosa pada ransum sapi potong dengan kandungan legume yang berbeda secara In Vitro. Dalam Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal. Palembang, 20-21 Oktober 2016. Hal. : 506–515.

(8)

Sveinbjornsson,J., M. Murphy, P. Ud´en. 2006. Effect of the proportions of neutral detergent fibre and starch, and their degradation rates, on in vitro ruminal fermentation. Anim. Feed Sci. and Techn.130 : 172–190.

Tarigan, A. dan S. P. Ginting. 2011. Pengaruh taraf pemberian Indigofera sp. terhadap konsumsi dan kecernaan pakan serta pertambahan bobot hidup kambing yang diberi rumput Brachiaria ruziziensis. J. Ilmu Ternak dan Veteriner. 16(1): 25–32.

Tilley, J. M. A. dan R. A.Terry. 1963. A two stage technique for the in vitro digestion of forage crop. J. British Grassland Soc. 28: 104–111.

Tsiplakou,E., L. Yiasoumis, A.C. Maragou, A. Mavrommatis, K. Sotirakoglou, G. Moatsou, G. Zervas. 2017. The response of goats to different starch/NDF ratios of concentrates on the milk chemical composition, fatty acid profile, casein fractions and rennetclotting properties. Small Ruminant Res. 156: 82–88.

Turangan, G.G., B. Tulung, Y. R. L. Tulung dan M. R. Wani. 2018. Kecernaan NDF dan ADF yang mendapat suplementasi urea molasses multinutrient block (UMMB) dari beberapa jenis limbah pertanian dan rumput lapang pada sapi Peranakan Ongole (PO). Zootec. 38(2): 320 – 328.

Vana, D. T. T., Nguyen Thi Muib, Inger Ledinc.2005. Tropical foliages: effect of presentation method and species on intake by goats. Anim. Feed Sci. and Techn. 236 : 170-177.

Wati, N. E., J. Achmadi dan E. Pangestu. 2012. Degradasi nutrient bahan pakan limbah pertanian dalam rumen kambing secara in sacco. Animal Agriculture Journal. 1(1): 485–498.

Weimer, P.J., D.M. Stevenson, D.R. Mertens, M.B. Hall. 2011. Fiber digestion, VFA production, and microbial population changes during in vitro ruminal fermentations of mixed rations by monensin-adapted and unadapted microbes. Animal Feed Science and Technology.169:68– 78.

Xu, J., Y. Houa, H. Yang, R. Shi, C. Wu, Y. Huo and G. Zhao. 2014. Effects of Forage on Rumen Fermentation Characteristics, Performance and Microbial Protein Synthesis in Midlactation Cows. Asian Australas. J. Anim. Sci. 27(5): 667–673.

Gambar

Tabel 1. Kandungan Nutrien Hijauan Pakan yang Diteliti Kandungan nutrien Bahan Perlakuandaun turi daun nangka daun pisang daun mangga daun gamal daun mahoni kaliandra daun lamtoro --------%  --------------------------------Air 8,92 9,26 8,27 7,72 7,98 9,98
Tabel 2.Data Kecernaan NDF, ADF dan Hemiselulosa Hijauan Pakan

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan sumber pakan lokal dan hijauan sumber tanin lain dengan jumlah yang berbeda untuk mendapatkan kualitas fisik dan

Luaran yang diharapkan adalah publikasi dalam jurnal ilmiah terakreditasi terkait dengan ampas kurma sebagai pakan kambing perah yang mampu meningkatkan produksi dan

konsentrat pakan fermentasi dengan penambahan tepung daun sisik naga (Drymoglosum pilloselloides Presl.) (82,82%) lebih tinggi dari batas minimal kecernaan bahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh amoniasi dengan urea terhadap kecernaan in sacco bahan kering, bahan organik dan protein kasar pakan serat yang berasal dari

KcBK dan KcBO pakan komplit dengan sumber protein bungkil kedelai dan tepung daun lamtoro lebih tinggi dibandingkan dengan sumber protein tepung ikan, namun tidak

ragam menunjukkan bahwa pengaruh potongan hijauan pada berbagai ukuran dalam ransum memberikan pengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap konsumsi dan kecernaan pada

Pengaruh jenis pupuk terhadap kandungan bahan kering, protein kasar dan serat kasar titonia (Tithonia deversifolia) sebagai pakan hijauan yang di tanam pada