• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jariyah, Efektivitas Pembelajaran Inkuiri 175

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jariyah, Efektivitas Pembelajaran Inkuiri 175"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI DIPADU SAINS TEKNOLOGI

MASYARAKAT (STM) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

PROSES SAINS PESERTA DIDIK

The Effect of Inquiry Combined Science-Technology-Society (STS) Learning to Enhance Science Process Skills of Students

Ita Ainun Jariyah Stikes Bina Sehat PPNI

Jl. Raya Jabon KM. 6, Mojoanyar-Mojokerto, Telp. 0321 390203 e-mail korespondensi: itaainunjariyah@gmail.com

ABSTRAK

Keterampilan proses sains penting untuk dikuasai oleh guru dan peserta didik ketika mempelajari IPA. Pentingnya keterampilan proses sains adalah membantu peserta didik mengembangkan proses belajar melalui pengalamannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui rerata peningkatan keterampilan proses sains peserta didik sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran inkuiri dipadu STM, serta mengetahui tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran inkuiri dipadu STM. Metode penelitian yang digunakan adalah “pre eksperimental design” dengan desain “the group pretestt posttest design”. Sampel penelitian diambil dari peserta didik kelas VII SMPN 3 Peterongan. Pengumpulan data dilakukan dengan tes yaitu pretest dan postest serta angket respon peserta didik. Data pretest dan postest dianalisis menggunakan statistik uji-t berpasangan. Data angket respon peserta didik dianalisis dengan rumus persentase. Hasil uji-t berpasangan adalah 0,00 yaitu lebih kecil dari 0,05. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan keterampilan proses sains peserta didik sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran berbasis inkuiri dipadu STM. Data angket respon peserta didik menunjukkan hasil bahwa peserta didik memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran inkuiri dipadu STM.

Kata kunci: inkuiri, keterampilan proses sains, STM

ABSTRACT

Science process skills are important to master by teachers and learners when studying science. The importance of science process skills is to help learners develop learning through their experience. Objectives of this research is to determine the average increase of science process skills of learners before and after implementing inquiry learning combined STS, and to know learner responses about inquiry learning combined STS. The research method is a “pre-experimental design” by design “the group pretest posttest design”. Samples were taken from the students of class VII SMPN 3 Peterongan. Data Collection was done by testing: pretest, posttest and questionnaire response of learners. Pretest and posttest data were analyzed by using paired t-test statistic. Questionnaire response of learner’s data were analyzed by using a percentage formula. The results of paired t test were 0.00 which was less than 0.05. The research conclusion was there are differences in the results of critical thinking skills before and after implementation of inquiry-based teaching materials combined STS. Data of questionnaire response of the learners show that learners gave positive response to the inquiry learning process combined STS.

Keywords: inquiry, Science process skills, STS

IPA merupakan pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. IPA juga ditujukan untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai keunggulan wilayah nusantara. Pembelajaran IPA erat kaitannya dengan keterampilan proses sains. Dimana terdapat tiga langkah kunci dalam proses pengembangan IPA (metode ilmiah) yaitu melakukan pengamatan, menginferensi (merumuskan penjelasan berdasarkan pengamatan, termasuk menemukan pola-pola, hubungan-hubungan, serta membuat prediksi), dan mengkomunikasikan. (Kementerian pendidikan dan kebudayaan RI, 2013). Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa dalam mempelajari IPA penting untuk menguasai keterampilan proses sains. Pendekatan pembelajaran yang erat

inkuiri, sementara untuk mendukung pendidikan berorientasi aplikatif inkuiri bisa dipadukan dengan pendekatan sains teknologi masyarakat (STM)

Inkuiri adalah aktivitas yang beraneka ragam yang meliputi melakukan observasi; mengajukan pertanyaan, menguji buku dan sumber informasi lain untuk memeriksa apa yang telah diketahui; merencanakan penelitian; meninjau ulang keterangan yang telah diketahui berdasarkan bukti eksperimen; menggunakan alat untuk mendapatkan hasil, melakukan analisis, dan interpretasi data; mengusulkan pertanyaan, penjelasan, dan prediksi; serta mengkomunikasikan hasil. Inkuiri membutuhkan identifikasi dari asumsi, menggunakan keterampilan berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan dari alternatif penjelasan (National Science Educational Standards,National Research Council, 2002)

(2)

berpikir ilimiah. Pendekatan ini menempatkan peserta didik lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah. Peserta didik betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh peserta didik sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi peserta didik dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan peserta didik dalam pemecahan masalah, harus dikurangi (Sudjana, 2005).

Menurut Poedjiadi (2010) salah satu ciri pendekatan STM adalah memahami sebagian besar konsep-konsep sains, hipotesis, teori sains dan mampu menggunakannya serta mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah tergantung pada proses-proses inkuiri dan teori-teori. Dengan demikian diharapkan melalui pembelajaran inkuiri dipadu STM dapat meningkatkan kemampauan berpikir kritis peserta didik tidak hanya dalam menghadapi permasalahan di sekolah tetapi juga dalam menghadapi permasalahan atau isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat.

Proses belajar dan mengajar IPA akan menjadi bermakna dan menantang ketika peserta didik dan guru secara aktif melakukan petualangan ilmiah. Mempelajari IPA, Seorang guru dan peserta didik perlu menggunakan keterampilan proses sains. Pentingnya keterampilan proses tersebut adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan proses belajar melalui pengalamannya. Peserta didik harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya (Pardhan, 2000). Keterampilan proses dapat diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan dengan mengidentifikasi pertanyaan, membuat prediksi, membuat desain penelitian, mengumpulkan data, menginterpretasi data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan, serta mengkomunikasikan apa yang telah dipelajari. Keterampilan-keterampilan tersebut adalah yang digunakan oleh para ilmuwan untuk menyelesaikan masalah. Keterampilan tersebut dibutuhkan secara efektif dalam sebuah metode ilmiah (Liston, 2013). Menurut Bakar (2005) belajar sains di sekolah tingkat dasar termasuk SMP perlu melalui pemahaman pengetahuan ilmiah termasuk kognitif skill seperti keterampilan proses sains. Keterampilan proses tersebut merupakan pondasi dari scientific inquiry, serta pengetahuan yang dibangun secara induktif dari pengalaman sensoris.

METODE

Penelitian ini adalah “pre eksperimental design” dengan desain “the group pretestt posttest design”. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik SMP Negeri 3 Peterongan. Sedangkan yang menjadi

sampel penelitian adalah peserta didik kelas VII tahun ajaran 2013-2014, yaitu: kelas VII D sebanyak 33 orang dan kelas VII J sebanyak 27 orang. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrument tes yang terdiri dari seperangkat soal untuk mengukur keterampilan proses sains dan lembar angket respon peserta didik.

Teknik analisis untuk data pretest dan postest kemampuan berpikir kritis terdiri dari deskripsi statistik hasil keterampilan proses sains, uji homogenitas, uji normalitas dan uji beda. Uji beda bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata peningkatan nilai antara pretest dan postest kemampuan berpikir kritis. Sedangkan data angket respon peserta didik dianalisis menggunakan rumus persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data keterampilan proses sains berupa pretest dan postest dianalisis tingkat keefektifannya dengan menggunakan uji-t dua sampel berpasangan (Paired t-test). Sebelum melakukan analisis data dengan uji-t dua sampel berpasangan, terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dan normalitas data. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan uji statistik Levene (Levene test) pada program SPSS 21 for Windows. Hasil uji homogenitas data pretest dan postest keterampilan proses sains peserta didik disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Uji Homogenitas Data Keterampilan Proses Sains Kelas VII D

Jenis

Tes N Mean Dev Std. Min Max Sig

Pretes 33 48,58 20,44 10 85 0,094

Postes 33 69,64 14,23 41 94 0,094

Tabel 1 menunjukkan signifikansi uji homogenitas keterampilan proses sains data pretest dan postest kelas VII D adalah 0,094 lebih besar dari 0,05 (tingkat kepercayaan 95%). Tabel 2 menunjukkan signifikansi uji homogenitas keterampilan proses sains data pretest dan postest kelas VII J adalah 0,70 lebih besar dari 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) maka dapat disimpulkan bahwa data pretest maupun postest mempunyai varian sama (homogen).

Tabel 2. Uji Homogenitas Data Keterampilan Proses Sains Kelas VII J

Jenis Tes

N Mean Std.

Dev

Min Max Sig

Pretes 27 43,74 15,58 10 73 0,70

Postes 27 68,00 10,17 50 90 0,70

Selanjutnya dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov pada

(3)

program SPSS 21 for Windows. Hasil uji normalitas data pretest dan postest kemampuan berpikir kritis disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Uji Normalitas Data Keterampilan Proses Sains Kelas VII D

Jenis

Tes N Mean Dev Std. Min Max Sig

Pretes 33 48,58 20,45 10 85 0,20

Postes 33 69,64 14,23 41 94 0,20

Tabel 4. Uji Normalitas Data Keterampilan Proses Sains Kelas VII J

Jenis

Tes N Mean Dev Std. Min Max Sig

Pretes 27 43,74 15,58 10 73 0,2

Postes 27 68,00 10,54 50 90 0,2

Tabel 3 kelas VII D menunjukkan signifikansi uji normalitas keterampilan proses sains data pretest adalah 0,2 dan data postest adalah 0,15 yaitu lebih besar dari 0,05. Berdasarkan Tabel 4 kelas VII J menunjukkan bahwa signifikansi uji normalitas keterampilan proses sains data pretest dan data postest adalah 0,2 yaitu lebih besar dari 0,05. Kesimpulan yang dapat diambil adalah kedua data tersebut berdistribusi normal, dengan demikian uji-t berpasangan dapat diterapkan. Analisis data menggunakan uji-t berpasangan (paired t-test) disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5. Uji t Berpasangan Data Keterampilan Proses Sains Kelas VII D

Pair sample

N Corr Sig Mean Stad Dev Stad error P Value P tabel Pretes dan Postes 33 0,74 0,00 21,06 13,89 2,42 0,00 0,05

Tabel 6. Uji t Berpasangan Data Keterampilan Proses Sains Kelas VII J

Pair

sample N Corr Sig Mean Stad Dev Stad error Value P tabel P Pretes

dan Postes

27 0,85 0,00 24,30 8,79 1,69 0,00 0,05

Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan bahwa p-value dari uji-t berpasangan di atas adalah 0,00 yaitu lebih kecil dari 0,05. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil tersebut adalah terdapat perbedaan hasil keterampilan proses sains sebelum dan sesudah penerapan bahan ajar berbasis inkuiri dipadu STM. Data di atas menunjukkan bahwa sesudah menggunakan bahan ajar berbasis inkuiri dipadu STM, keterampilan proses sains peserta didik lebih tinggi daripada sebelum menggunakan bahan ajar tersebut. Hasil tersebut juga berarti bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dipadu STM terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Retno (2016)

yang mendapatkan hasil bahwa pembelajaran konsep dasar IPA dengan scientific inquiry dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan bekerja ilmiah serta sikap ilmiah mahasiswa; konsep dasar IPA dengan scientific inquiry juga mampu menggali dan mengembangkan kreatifitas mahasiswa dalam merancang percobaan sederhana yang dapat diterapkan di sekolah dasar.

Pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses sains karena dalam proses inkuiri dilakukan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak peserta didik secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat (Gulo, 2002).

Penerapan inkuiri dapat menghasilkan aktivitas pembelajaran yang aktif dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan latihan pembelajaran yang bermakna dalam sains. Dalam inkuiri peserta didik melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman serta menggunakan kemampuan ilmiahnya seperti mengembangkan hipotesis, melakukan eksperimen, merekam data dan menganalisis data (Venditti, 2001).

Belajar IPA dan mengembangkan keterampilan proses sains adalah suatu kegiatan terintegrasi. Mengembangkan keterampilan proses sains adalah tujuan penting dalam bekerja di laboratorium IPA (Foulds&Rowe, 1996). Keterampilan proses sains adalah komponen dasar dari berpikir dan digunakan untuk menyelesaikan masalah serta berpikir kritis, tidak hanya dalam sains tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses menggambarkan rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh para ilmuwan dimana dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengembangkan kemampuan saintifik literasi dan kemampuan berpikir kritisnya oleh karena itu keterampilan proses sains penting untuk dikuasai oleh peserta didik (Fraser, 2011). Melalui proses inkuiri yang dilakukan dalam aktivitas belajar, keterampilan proses sains dapat dilatih untuk ditingkatkan. Di samping itu dalam pendekatan STM juga menggunakan konsep-konsep sains, keterampilan proses dan nilai apabila mengambil keputusan yang bertanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah pembelajaran inkuiri dipadu STM selesai dilaksanakan peserta didik mengisi angket respon peserta didik dengan hasil disajikan pada Tabel 7. Rerata tanggapan peserta didik kelas VII D terhadap penerapan bahan ajar berbasis inkuiri dipadu STM diperoleh hasil bahwa peserta didik memberikan respon positif sangat setuju sebesar 36%, setuju 62%, kurang setuju 2% dan tidak setuju 0%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran berbasis inkuiri dipadu STM ditinjau dari respon peserta didik

(4)

mendapatkan respon yang positif dalam hal pembelajaran dianggap lebih menarik, memotivasi dan menyenangkan, materi lebih mudah dipahami, mampu meningkatkan keterampilan proses sains, dan mampu melatih peserta didik untuk menjadi pembelajar yang mandiri serta memotivasi untuk membaca. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ratnaningrum dkk (2015) dimana pembelajaran inkuiri terbimbing mampu meningkatkan motivasi diantaranya attention (perhatian) sebesar 10,78%, relevance (keterkaitan) sebesar 13,09%, confidence (kepercayaan diri) sebesar 7,13%, dan satisfaction (kepuasan) sebesar 12,41%.

Tabel 7. Ringkasan Hasil Angket Respons Peserta Didik Kelas VII D

No. Pernyataan

Persentase Respons Peserta Didik (%) Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak setuju 1 Belajar menjadi lebih menarik 46 50 3 0 2 Pembelajaran lebih memotivasi dan menyenagkan 41 59 0 0 3 Materi menjadi lebih mudah dipahami 16 84 0 0 4 Pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan proses sains 39 59 2 0 5 Pembelajaran melatih kemandirian peserta didik dalam belajar 40 54 6 0 6 Pembelajaran mampu memotivasi untuk lebih banyak membaca 34 63 0 0 7 Strategi belajar yang diterapkan perlu dikembangkan 38 63 0 0 Total rata-rata persentase respons peserta didik 36 62 2 0

Sementara hasil angket respon peserta didik kelas VII J disajikan pada Tabel 8. Rerata tanggapan peserta didik kelas VII J terhadap penerapan bahan ajar berbasis inkuiri dipadu STM diperoleh hasil bahwa peserta didik memberikan respon positif sangat setuju sebesar 39%, setuju 58%, kurang setuju 3% dan tidak setuju 0%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran berbasis inkuiri dipadu STM ditinjau dari respon peserta didik mendapatkan respon yang positif dalam hal pembelajaran dianggap lebih menarik, memotivasi dan menyenangkan, lebih mudah memahami materi, mampu meningkatkan keterampilan

proses sains, dan mampu melatih peserta didik untuk menjadi pembelajar yang mandiri dan memotivasi untuk lebih banyak membaca.

Tabel 8. Ringkasan Hasil Angket Respons Peserta Didik Kelas VII J

No. Pernyataan

Persentase Respons Peserta Didik (%) Sangat setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak setuju 1 Belajar menjadi lebih menarik 48 52 0 0 2 Pembelajaran lebih memotivasi dan menyenagkan 52 44 4 0 3 Materi menjadi lebih mudah dipahami 24 76 0 0 4 Pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan proses sains 37 59 4 0 5 Pembelajaran melatih kemandirian peserta didik dalam belajar 39 57 4 0 6 Pembelajaran mampu memotivasi untuk lebih banyak membaca 28 68 4 0 7 Strategi belajar yang diterapkan perlu dikembangkan 48 48 4 0 Total rata-rata persentase respons peserta didik (%) 39 58 3 0

Hasil penelitian sesuai dengan tujuan inkuiri menurut Kuhlthau et al. (2007) yaitu membantu peserta didik mengembangkan kemampuan penyelidikan ilmiah dan pengetahuannya, membangun motivasi sebaik mungkin, membaca pemahaman, mengembangkan kemampuan bahasa, kemampuan menulis, belajar kooperatif, dan kecakapan sosial. Seluruh aspek tersebut diidentifikasi sebagai komponen penting dalam kesuksesan belajar sepanjang hayat.

Pendekatan STM dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik. Hal ini sesuai dengan ciri pendekatan STM menurut Poedjiadi (2010) diantaranya: (a) menggunakan konsep-konsep sains, keterampilan proses dan nilai apabila mengambil keputusan yang bertanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari; (b) mengetahui bagimana masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi serta bagaimana sains dan teknologi mempengaruhi masayarakat; (c) mengetahui bahwa masyarakat mengontrol sains dan teknologi melalui pengelolaan sumber daya alam; (d) menyadari keterbatasan dan kegunaan sains dan teknologi

(5)

untuk meningkatkan kesejahteraan manusia; (e) memahami sebagian besar konsep-konsep sains, hipotesis dan teori sains dan mampu menggunakannya; (f) menghargai sains dan teknologi sebagai stimulus intelektual yang dimilikinya; (g) mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah tergantung pada proses-proses inkuiri dan teori-teori; (h) membedakan antara fakta-fakta ilmiah dan opini pribadi; (i) mengakui asal-usul sains dan megetahui bahwa pengetahuan ilmiah adalah tentative; (j) mengetahui aplikasi teknologi dan pengambilan keputusan menggunakan teknologi; (k) memiliki pengetahuan dan pengalaman cukup untuk memberi penghargaan pada penelitian dan pengembangan teknologi.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian efektifitas pembelajaran inkuiri dipadu STM untuk meningkatkan keterampilan proses sains didapatkan kesimpulan bahwa 1. Hasil dari uji-t berpasangan adalah 0,00 yaitu lebih

kecil dari 0,05. Hasil tersebut berarti bahwa terdapat perbedaan hasil kemampuan berpikir kritis sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran berbasis inkuiri dipadu STM. Hal ini berarti pembelajaran inkuiri dipadu STM dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik khususnya dalam pembelajaran IPA.

2. Angket respon peserta didik menunjukkan hasil bahwa peserta didik memberikan respon yang positif terhadap proses pembelajaran inkuiri dipadu STM dalam hal pembelajaran dianggap lebih menarik, memotivasi dan menyenangkan, lebih mudah memahami materi, mampu meningkatkan keterampilan proses sains, dan mampu melatih peserta didik untuk menjadi pembelajar yang mandiri dan memotivasi untuk lebih banyak membaca.

Saran

Pembelajaran berbasis inkuiri dipadu STM dapat diterapkan dalam proses pembelajaran IPA khususnya apabila guru menghendaki peningkatan keterampilan proses sains bagi peserta didik. Namun guru harus mempersiapkan sebaik mungkin berbagai aspek yang dibutuhkan dalam pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

DAFTAR RUJUKAN

Bakar, K. A. (2005). Technology-Based Science Classroom: What Factors Facilitate Learning?. Jurnal Pendidik dan Pendidikan, 20(1), 1-19.

Foulds, W. & John R. (1996). The Enhancement of Science Process Skills in Primary Teacher Education Students. Australian Journal of Teacher Education. 21(2), 16-23.

Fraser, P. (2011). Teaching Budding Scientists Fostering Scientific Inquiry with Diverse Learners in Grades 3-5. Boston: Pearson Education Inc

Gulo. W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013) Ilmu Pengetahuan Alam: Buku Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kuhlthau, C., Leslie K. M., & Ann K. C. (2007). Guided Inquiry Learning in the 21st Century. USA:

Libraries Unlimited.

Liston, M. (2013). Scientific Process Skills in Primary Science. NCE-MSTL Resource Research Guide, 4(1),1-4.

National Science Educational Standards, National Research Council. (2002). A Guide for Teaching and Learning. Washington. D. C: National Academy Press

Pardhan, H. 2000. Science Activities and Ideas Experiencing, Science Process Skills. Canada: CMASTE University Alberta.

Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat (Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nialai). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ratcliffe, M. (2001). Science, technology and society in school science education. School Science Riview, 82(300), 83-92.

Ratnaningrum, D. A., Lise C., Nur W. (2015). Penerapan pembelajaran guided inquiry untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA pada siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 2 Batu. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(1), 230-239. Retno, R. S., Wachidatul L. Y. (2016). Pembelajaran

konsep dasar IPA dengan scientific inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah pada mahasiswa. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(1), 1-9.

Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Venditti, J. I & Cynthia A S. (2012). Exploring Ovulation

& Pregnancy Using Over-the Counter Products: A Novel Guided Inquiry. The American Biology Teacher, 74(9), 613-618.

Gambar

Tabel  2.  Uji  Homogenitas  Data  Keterampilan  Proses  Sains  Kelas VII J
Tabel 3. Uji Normalitas Data Keterampilan Proses Sains  Kelas  VII D
Tabel 7. Ringkasan  Hasil  Angket Respons Peserta Didik  Kelas VII D

Referensi

Dokumen terkait

Topologi jaringan yang digunakan adalah topologi Tree karena bentuk topologinya yang bercabang seperti pohon. Kelebihan dari topologi ini ketika salah satu

a) Deskripsi hukum positif sesuai dengan bahan hukum primer tentang Status Dan Batas Usia Anak Angkat Dalam Pewarisan Menurut Hukum Adat Toraja (Ma’ Tallang)

didik dapat menggunakan serta melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah, (7) peserta didik bisa memperkaya pengalaman ddengan hal-hal yang bersifat objektif,

Hal tersebut mengacu pada teori milik (Zikmund, 2003) yakni aspek variabel loyalitas (variabel Y), dapat diukur berdasarkan: (1) satisfaction (kepuasan), merupakan

3.4.1 Setelah menyimak video pembelajaran yang telah ditampilkan guru tentang teks percakapan yang melibatkan tindak tutur memberi dan meminta informasi terkait

Dari hasil pengujian didapatkan hasil bahwa Rpm tertinggi yang didapat saat pengujian dengan pembebanan yaitu sebesar 587 Rpm, pada kemiringan sudut 15º..

ABSTRAK PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN KINERJA APARATUR PEMERINTAH TERHADAP PELA YANAN KARTUTANDA PENDUDUK ELEKTRONIK Studi Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah data dari observasi langsung di gerbang tol Banyumanik, yaitu data jumlah kedatangan kendaraan setiap lima menit dan waktu