• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN ORANG TUA ANAK AUTISME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN ORANG TUA ANAK AUTISME"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN ORANG

TUA ANAK AUTISME

Emylia Prayitna emy.mutz92@gmail.com

Sumi Lestari Yoyon Supriyono

Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT

This study aims to determine whether there is the relationship between support social and acceptance parents autism in Malang. This study used quantitative correlation. The sampling technique used purposive sampling study. The number of subjects in this study of 50 people. Data collection tools in the form of a questionnaire with Likert scale is a scale of support social and scale acceptance parents autism. Hypothesis test uses Pearson Product Moment correlation using SPSS 20 with significance of 0.001. The result show there is a relationship between suppotr social andacceptance parents autism in city malang with a correlation value of 0.461.

keywords: social support, acceptance, parents autism ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan orang tua autisme di Malang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat hubungan. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan purposive sampling. Jumlah subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang tua autisme. Alat pengumpulan data berupa kuesioner dengan skala likert yaitu skala dukungan sosial dan skala penerimaan. Uji hipotesis menggunakan korelasi Product Moment Pearson menggunakan SPSS 20 dengan signifikansi sebesar 0,001. Hasil yang didapat yaitu terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan orang tua autisme di kota malang dengan nilai korelasi sebesar 0.461.

kata kunci: dukungan sosial, penerimaan, orang tua autisme

LATAR BELAKANG

Orang tua, pasti menginginkan buah hatinya lahir dalam keadaan sempurna, sehat, baik sehat dari segi fisik maupun sehat secara psikis atau mental, orang tua mendambakan anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas, berhasil dalam pendidikannya, dan sukses dalam hidupnya. Orang tua merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut menjadi kenyataan, tidak jarang orang tua mengungkapkan perasaan bangga tersebut dengan menceritakan kesuksesan anaknya kepada sanak keluarga,

tetangga dekat maupun jauh, teman sejawat, bahkan kepada siapa pun yang menjadi lawan bicaranya (Ulyatin, 2012).

Keadaan akan menjadi berubah ketika anak yang dilahirkan, berbeda dengan anak lainnya, yakni anak yang memerlukan perhatian atau kebutuhan khusus, tentunya orang tua merasa kecewa karena memiliki anak yang tidak sesuai dengan harapan. Harapan untuk mendapat anak normal dapat berubah menjadi kecewa karena anak yang selama ini didambakan atau diinginkan mengalami gangguan perkembangan, salah satunya karena memiliki

(2)

anak autisme, sebab anak-anak dengan gangguan autisme mengalami banyak hambatan dalam perkembangan normal seperti hubungan dalam komunikasi dan interaksi sosial, serta hambatan dalam mengelola emosi pada anak. Orang tua yang memiliki anak autisme pada umumnya tidak dapat menerima kenyataan bahwa anak yang selama ini didambakan seperti tidak membutuhkan kehadirannya. Pelukan dan belaian yang dapat merekatkan hubungan emosi antara orang tua dan anak tidak dapat dirasakan, karena anak autisme cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya ( Safaria, 2005).

Menurut Ulyatin (2012), autisme adalah suatu gangguan perkembangan neurobiologist yang berat atau luas. Penyebab autisme adalah multifaktor. Kemungkinan besar disebabkan adanya kerentanan genetik, kemudian dipicu oleh faktor-faktor lingkungan yang multifaktor, seperti infeksi (rubella, cytomegalovirus) saat anak masih dalam kandungan, bahan-bahan kimia (pengawet makanan, pewarna makanan, perasa makanan dan berbagai food additives lainnya) serta polutan seperti timbal, timah hitam atau air raksa dari ikan yang tercemar merkuri sebagai bahan pengawet vaksin.

Bagaimanapun kelahiran anak yang mengalami gangguan autisme adalah kenyataan yang berat yang harus dipikul oleh orang tua, kenyataan ini akan mempengaruhi keseluruhan hidup orang tua dan keluarga. Setiap orang tua yang memiliki anak dengan gangguan perkembangan autisme tentunya akan punya sikap penerimaan yang berbeda. Ada orang tua yang mampu menerima dengan penuh syukur atas apapun kenyataan yang dialami orang tua

tersebut, namun adapula orang tua yang tidak mampu menerima kenyataan anak autisme (Ismail, 2012). Kebanyakan orang tua saat mengetahui anaknya autisme akan merasa dirinya yang mengakibatkan anak menjadi autisme. Perasaan bersalah akan semakin besar saat melihat keadaan anak autisme yang tidak bisa diketahui kesembuhannya (Safaria, 2005). Orang tua sangat mengharapkan dan menginginkan buah hatinya dapat lahir secara normal dan sehat. Akan tetapi keinginan dan harapan tersebut tentunya tidak selalu sejalan dengan apa yang diharapkan oleh orang tua. Keadaan anak yang serba terbatas kemampuannya akan menimbulkan kekecewaan yang sangat mendalam dan merupakan kenyataan pahit yang harus dihadapi orang tua. Jika anak yang dinanti-nanti gagal memenuhi harapan orang tua, maka orang tua akan merasa kecewa dan mulai bersikap menolak (Hurlock, 1978).

Menurut Mangungsong, (1998) orang tua yang anaknya terdiagnosa mengalami gangguan autisme, tidak mudah bagi mereka untuk menerima kenyataan, reaksi pertama orangtua ketika anaknya dikatakan bermasalah adalah tidak percaya, shock, sedih, malu, kecewa, merasa bersalah, marah dan menolak, sebelum akhirnya sampai pada tahap penerimaan (acceptance), pada dasarnya setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya walaupun anak mengalami gangguan atau berkebutuhan, namun dalam proses ke arah sana orang tua mempunyai tanggung jawab untuk dapat menerima keadaan anaknya dengan apa adanya secara keseluruhan, selain itu juga orang

(3)

tua tetap menghargai dan memahami serta mendukung perkembangan anaknya. Penerimaan (acceptance) orang tua akan berpengaruh terhadap keadaan psikologis anak berkebutuhan. Menerima anak berarti menyadari anak sebagai seorang individu yang memiliki perasaan, keinginan, dan kebutuhan yang sama dengan anak-anak lainnya.

Penelitian mengenai penerimaan orang tua telah dilakukan oleh Astuti (2007) yang hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua dapat menerima anaknya yang menyandang autisme. Bentuk penerimaannya adalah dengan mencintai, merawat, mendidik, dan mengasuh dengan baik. Orang tua autisme juga memahami kondisi, emosional, dan komunikasi anak-anak mereka. Perasaan subjek terhadap anaknya yang menyandang autisme berbeda-beda, ada yang merasa biasa-biasa saja. Tindakan dan upaya untuk anaknya yang menyandang autisme yang dilakukan oleh orang tua satu dengan yang lainnya hampir sama, mereka ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya yang menyandang autisme dengan memberikan perhatian yang besar yaitu menyekolahkan anaknya di yayasan atau sekolah autisme, melakukan terapi secara rutin dan selalu mencari informasi yang terbaru tentang autisme.

Chaplin (2004) berpendapat bahwa penerimaan merupakan sikap yang mencerminkan perasaan seseorang sehubungan dengan kenyataan yang ada pada dirinya, sehingga individu yang menerima dirinya dengan baik akan mampu menerima kelemahan atau kelebihan yang dimilikinya. Menurut Hurlock (1978), mengemukakan banyak faktor

yang mempengaruhi seseorang untuk menyukai dan menerima keadaan dirinya adalah pemahaman diri, harapan yang realistis, tidak hadirnya hambatan-hambatan dari lingkungan, tingkah laku sosial yang mendukung (dukungan sosial), tidak adanya tekanan emosi yang berat, sukses yang terjadi, identifikasi bagi orang yang mempunyai penyesuaian yang baik, konsep diri, dan tingkat pendidikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pada orang tua yang memiliki anak autisme adalah dukungan sosial. Penerimaan orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya dukungan sosial dari orang-orang disekitar karena manusia takkan lepas dari orang lain (Saraswati, 2004).

Johnson dan Medinnus (1974) berpendapat bahwa dukungan sosial adalah pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan sosial juga dimaksudkan sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima, dan menjaga individu. Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan atau pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Dukungan sosial terhadap orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus berasal dari pihak keluarga, teman dan tetangga. Dukungan sosial dapat berupa, materi fisik, psikologis dan informasi. Dukungan yang paling utama bagi orang tua adalah dukungan dari anak (saudara dari anak yang mengalami gangguan atau berkebutuhan), dukungan dari orang tua, mertua,

(4)

kerabat dekat, teman atau sahabat, dan tetangga, sebaliknya jika tanpa adanya dukungan sosial dari keluarga maupun dari lingkungan sosial, dapat menyebabkan orang tua akan menjadi sulit untuk dapat menerima keadaan.

Penulis memilih melakukan penelitian ditujukan kepada orang tua autisme, karena banyak orang tua dari anak autisme tidak mudah dapat menerima anaknya yang telah terdiagnosa autisme dikarenakan kurang adanya dukungan sosial yang mendukung dari pihak keluarga maupun dari lingkungan sosial, oleh sebab itu dari judul yang diangkat pada penelitian ini hipotesis yang muncul yaitu terdapat hubungan positif antara antara dukungan sosial dengan penerimaan orang tua anak autisme di Kota Malang.

METODE

a. Partisipan Dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek penelitian sejumlah 50 orang tua, yang terdiri dari 22 perempuan dan 28 merupakan orang tua di Pusat Layanan Autis Kota Malang dan di Sekolah Dasar Laboratorium Autis Universitas Negeri Malang. Sampel penelitian memiliki kriteria yaitu, orang tua yang memiliki anak autisme berdomisili Kota Malang, anaknya sudah didiagnosa oleh dokter maupun psikolog, orang tua yang tinggal satu rumah dengan anak autisme, orang tua yang memiliki anak autisme yang berumur lima sampai dua belas tahun. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang digunakan bersifat hubungan (korelasi), yaitu menghubungkan

antara variabel satu dengan yang lain (Azwar, 2013).

b. Skala Penelitian

1. Dimensi dari dukungan sosial menurut Kumalasari & Ahyani (2012), adalah emosi (emotional), penghargaan (esteem), instrumental (instrumental), informatif (informational), dengan jumlah item yang lolos sebanyak 23 item dengan realibilitas sebesar 0,835.

2. Dimensi penerimaan orang tua menurut Sheere (Satyaningtyas & Abdullah, 2010)), yaitu keyakinan, berharga, objektif, mengenali kelemahan, dengan item yang lolos sebanyak 19 item dengan realibilitas sebesar 0,659.

HASIL

a. Hasil Analisi Deskriptif

Tabel 1. Deskripsi Data Variabel

Variabel Statistik Hipotetik Empirik X (Dukungan Sosial) Skor Minimum 23 54 Skor Maksimum 92 98 Mean 57.5 75.92 Standar Deviasi 11.5 7.941 Y (Penerimaan Orang Tua) Skor Minimum 19 48 Skor Maksimum 76 74 Mean 47.5 64.5 Standar Deviasi 9.5 6.72

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui skor empirik untuk variabel dukungan sosial memiliki rata-rata 75.92 yang berarti bahwa subjek yang ada memiliki dukungan sosial cukup baik/positif. Nilai terendah dari nilai empirik adalah 54 dengan nilai

(5)

tertinggi sebesar 98, sedangkan standar deviasinya sebesar 7.941.

Skor hipotetik variabel dukungan sosial diperoleh dari perhitungan manual. Total aitem dalam skala variabel dukungan sosial adalah 23 aitem. Skor terendah untuk pilihan jawaban adalah 1, dan skor tertinggi untuk pilihan jawaban adalah 4, sehingga dapat diperoleh total nilai terendah/minimum = 1 x 23 = 23 dan total nilai tertinggi/maksimum = 4 x 23 = 92. Untuk luas sebarannya adalah 92 - 23 = 69, dengan demikian dapat diketahui satuan deviasi standarnya bernilai SD = 75/6 = 12,5 dan rata-rata/mean hipotetiknya adalah µ = 69 – 11.5 = 57.5.

Pengolahan data diketahui skor empirik untuk variabel penerimaan orang tua memiliki rata-rata 64.58 yang berarti bahwa subjek yang ada memiliki harga diri yang cukup baik. Nilai terendah dari nilai empirik adalah 48 dengan nilai tertinggi 74, sedangkan standar deviasinya sebesar 6.762. Skor hipotetik variabel penerimaan diperoleh dari perhitungan manual. Total aitem dalam skala variabel penerimaan adalah 19 aitem. Skor terendah untuk pilihan jawaban adalah 1, dan skor tertinggi untuk pilihan jawaban adalah 4, sehingga dapat diperoleh total nilai terendah/minimum = 1 x 19 = 19 dan total nilai tertinggi/maksimum = 4 x 19 = 76. Untuk luas sebarannya adalah 76 – 19 = 57, dengan demikian dapat diketahui satuan deviasi standarnya bernilai SD = 57/6 = 9.5 dan rata-rata/mean hipotetiknya adalah µ = 57 – 9.5 = 47.5.

b. Hasil Uji Normalitas Dan Linieritas

Penelitian ini, teknik statistik yang diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) 20 for Windows. Setelah dilakukan uji normalitas,

hasil uji normalitas yang didapatkan pada tabel berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Variabel Kolmogoro v-Smirnov Asymp. Signifan ce Keterang an X (Dukungan Sosial) 0.913 0.376 Distribusi normal Y (Penerimaa n) 0.882 0.419 Distribusi normal

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa nilai kolmogorov-smirnov untuk variabel dukungan sosial adalah sebesar 0.913 yang berarti bahwa skala variabel \terdistribusi secara normal karena > 0.05. Sedangkan nilai kolmogorov-smirnov untuk variabel penerimaan adalah sebesar 0.882 yang berarti bahwa skala variabel penerimaan juga terdistribusi secara normal karena nilainya > 0.05. Dapat disimpulkan bahwa uji normalitas kedua variabel terpenuhi.

Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan uji F yang dihitung dengan bantuan SPSS versi 20 for windows. Hasil peghitungan uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Hasil Uji Linieritas

Variabel F Hitung Signifikan

Dukungan Sosial *

Penerimaan 18.24 0.000 Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai signifikan uji F sebesar18.24. Nilai signifikansi ini lebih besar dari taraf signifikansi yang telah ditentukan, yaitu 0.05 (18.24 > 0.05) dengan demikian dapat dikatakan bahwa distribusi data

(6)

penelitian ini linier atau memiliki hubungan garis lurus dan uji linieritas terpenuhi.

c. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi product moment dari Karl Pearson. Hasil pengujian korelasi product moment yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Product

Moment

Variabel Korelasi Signifikan

Dukungan Sosial *

Penerimaan 0.461 0.001

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada model korelasi ini sebesar 0.461 dan signifikansi sebesar 0.001. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu 0.05 maka dapat dikatakan bahwa pengujian berpengaruh signifikan. Dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial ada hubungan secara signifikan terhadap orang tua yang memiliki anak autisme di Kota Malang. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin tinggi penerimaan orang tua autisme, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial, maka semakin rendah penerimaan orang tua autisme.

d. Hasil Uji Regresi

Uji regresi digunakan untuk mengukur pengaruh variabel dukungan sosial dengan penerimaan orang tua anak autisme. Analisis regresi ini menggunakan

teknik regresi linier sederhana. Berikut hasil dari analisis regresi linier sederhana:

Tabel 5. Pengaruh Variabel Dukungan Sosial Terhadap Variabel Penerimaan Orang Tua

Variabei R (Koefisien Korelasi) Pengaruh Dukungan Sosial Penerimaan Orang Tua 0.461 21.2%

Koefesiensi determinasi R sebesar 0,461yang berarti kemampuan variabel dukungan sosial dalam menjelaskan variabel penerimaan orang tua sebesar 21,2%, sehingga terdapat 78,8% yang dipengaruhi oleh faktor lain.

DISKUSI

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan penerimaan orang tua anak autisme di Kota Malang. Berdasarkan nilai korelasi r diperoleh sebesar 0,461 yang menandakan besarnya hubungan kedua variabel, nilai tersebut dapat dikategorikan ke dalam kategori cukup dan hubungan kedua variabel ini bersifat positif, artinya dalam penelitian ini dukungan sosial semakin tinggi, maka penerimaan orang tua autisme juga semakin tinggi.

Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Ningrum (2007) dan Ismail (2008) yang berpendapat salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan orang tua adalah dukungan sosial (Support Social). Orang tua yang menghargai terhadap dirinya, orang tua yang lebih sering diberikan dukungan oleh lingkungannya cenderung bersikap lebih menerima anak-anak mereka yang

(7)

terhambat secara fisik . Seseorang yang mendapat support dari lingkungan dan sosial akan membuat orang tersebut lebih merasa diterima keadaan dirinya oleh lingkungan. Perlakuan lingkungan sosial terhadap seseorang membentuk tingkah laku orang tersebut. Hal ini yang membuat seseorang yang mendapatkan perlakuan dari lingkungan sosial yang mendukung akan dapat menerima dirinya sendiri dengan lebih baik.

Kebanyakan orang tua mengalami shock bercampur bersama perasaan sedih, khawatir, cemas, takut, menolak dan marah ketika pertama kali mendengar diagnosa bahwa anaknya mengalami gangguan (Safaria, 2005). Setiap orang tua pasti berbeda-beda emosionalnya, bagaimanapun reaksi emosional yang dimunculkan oleh para orang tua tersebut adalah hal wajar yang alamiah. Hal ini adalah persoalan yang sangat sulit dihadapi para orang tua dan mereka dipaksa untuk berhadapan dengan keadaan tersebut, serta dipaksa untuk menerima kenyataan. Penerimaan terhadap anak sangat penting, sebab individu yang menerima akan memiliki pandangan yang positif mengenai dirinya sehingga mampu menghadapi kegagalan dalam kehidupan, dalam hal ini adalah memiliki anak yang autisme. Proses penerimaan kenyataan memiliki kesadaran intelektual mengenai gangguan yang dialami oleh anak dan proses penyesuaian secara emosional perlu diperhatikan oleh orang tua sehingga mampu menjalani kehidupannya (Mangungsong, 1998).

Dukungan sangat dibutuhkan oleh setiap orang (individu) dalam menjalani suatu kehidupan. Dukungan dapat diperoleh dari manapun bahkan siapapun. Adanya dukungan yang diberikan oleh

keluarga, pasangan, teman, membuat orang tua tersebut mencoba untuk selalu semangat dan tidak merasa sendiri karena banyak yang mendukung serta membantu. Hal ini yang dapat membuat orang tua mampu menghadapi masalah yang dialami dalam kehidupannya yang berkaitan dengan status subjek sebagai orang tua anak dari anak autisme.

Dukungan sosial tersebut melibatkan hubungan sosial yang berarti, sehingga dapat memberikan pengaruh positif yang dapat mengurangi gangguan psikologis sebagai pengaruh dari tekanan. Tanpa adanya dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan sosial menyebabkan orang tua yang mempunyai anak autisme akan menjadi sulit untuk dapat menerima dirinya. Dukungan sosial yang dirasakan paling mempengaruhi penerimaan orang tua anak autisme adalah dukungan emosi dan informasi, kedua dukungan tersebut diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya keluarga, teman, media cetak, media elektronik, dan jaringan sosial (Ismail 2008).

Adapun pengaruh antara variabel dukungan sosial dengan penerimaan orang tua, koefisiensi determinasi square R adalah 0,212 yang berarti kemapuan variabel dukungan sosial dalam menjelaskan variabel penerimaan orang tua adalah sebesar 21,2% sehingga terdapat 78,8% yang dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang mempengaruhi variabel penerimaan menurut Hurlock (1978), yaitu (1) pemahaman diri, (2) harapan yang realistis, (3) tidak hadirnya hambatan-hambatan dari lingkungan, (4) tingkah laku sosial yang mendukung (dukungan sosial), (5) tidak adanya tekanan emosi yang berat, (6) sukses yang terjadi, (7) identifikasi bagi orang yang mempunyai

(8)

penyesuaian diri baik, (8) konsep diri, dan (9) tingkat pendidikan, sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Laurent (Subhan, 2011) faktor lain juga yang mempengaruhi penerimaan orang tua pada anak autisme adalah agama.

Berdasarkan beberapa hal yang sudah dipaparkan di atas, maka karakter seorang orang tua anak autisme yang harus dimiliki salah satunya adalah dukungan sosial. Dengan adanya dukungan sosial dari anak (saudara dari anak yang mengalami gangguan autisme), orang tua, kerabat dekat, teman atau sahabat dan dukungan dari tetangga, dapat membuat orang tua anak autisme dapat hidup seperti selayaknya orang tua yang memiliki anak normal, serta karakter yang harus dimiliki oleh orang tua yaitu penerimaan yang baik. Walaupun orang tua memiliki anak yang tidak di diharapkan serta diinginkan, diharapkan kepada seluruh orang tua anak autisme agar untuk mempersiapkan karakter dukungan sosial dan penerimaan yang baik agar dapat menjadi orang tua yang tangguh, menerima kenyataan apa yang telah ditetapkan atau diberikan oleh Tuhan, tidak mudah menyerah, dapat menyelesaikan berbagai macam tantangan maupun permasalahan yang ada, ikhlas, serta menjalaninya dengan baik.

Tahapan-tahapan pelaksanaan yang telah dilakukan, peneliti tidak terhindar dari beberapa keterbatasan yang ditemui selama penelitian, yaitu: (1) Subjek penelitian yang dipilih sebagai sampel kurang representatif karena jumlah sampel hanya berjumlah 50 orang tua autisme, serta peneliti kesulitan dalam mencari subjek penelitian karena tidak semua tempat terapi atau sekolah memberikan ijin untuk dilakukannya penelitian. (2) Menurut

Sheere (Satyaningtyas & Abdullah, 2010) aspek penerimaan diri terdapat lima aspek , akan tetapi peneliti hanya menggunakan empat aspek saja, dikarenakan peneliti mengalami kekeliuran atau kesalahan dalam pengolahan atau penggunaan aspek.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan dukungan sosial ada hubungan secara signifikan terhadap penerimaan orang tua autisme di Kota Malang. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin tinggi penerimaan orang tua autisme, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial, maka semakin rendah penerimaan orang tua autisme. Penelitian selanjutnya perlu mengembangkan penelitian tentang penerimaan orang tua yang berhubungan dengan variabel lainnya selain dukungan sosial. Misalnya seperti status sosial ekonomi, serta peneliti lebih teliti dan cermat lagi untuk menggunakan aspek-aspek dalam penelitian (instrumen penelitian) variabel yang akan digunakan, serta untuk penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan keterbatasan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Indah Suryaningrum. (2007). Sikap Penerimaan Orang Tua Terhadap Anaknya Yang Menyandang Autisme. Jurnal Psikologi. Volume 1 (1). Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta

Ayu, Anastasia Retno. 2012. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Teman Sebaya. Jurnal Psikologi. Tidak Diterbitkan. Universitas: Gunadarma Depok

Azwar, Saifuddin. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(9)

Chaplin, C. P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Rajawali: Pers. Jakarta

Hurlock, EB. 1978. Perkembangan Anak. Jilid 1. Edisi Keenam. Ahli Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa: Jakarta

Ismail Amalia. (2008). Hubungan Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri Ibu dari Anak Autis. Jurnal Psikologi. Volume 4 Universitas: Maria Kudus

Johnson, R & Medinnus, Gene. (1974). Child Psychology Behaviour And Develipment. Edisi Keenam. United State Of America: John Wiliey and Sonc, Inc

Kumalasari Fani & Ahyani Latifah Nur. 2012. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja di PantibAsuhan. Jurnal.Vol. 1. No.1. Universitas:Maria Kudus

Mangunsong, F. (1998). Psikologi dan pendidikan anak luar biasa. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Depok: (LPSP3) UI Ningrum, Diah Putri. (2007). Pengaruh penerimaan

orang tua terhadap penyesuaian diri anak tuna rungu di sekolah tahun Ajaran 2006-2007. Diambil dari website http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/ anchives/HASHO152.dir/doc.pdf. Tanggal 12 Oktober 2014

Safaria T. (2005). Autisme: Pemahaman Baru untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu

Satyaningtyas, Rahayu & Abdullah, Muliati Sri. (2010). Penerimaan Diri Dan Kebermaknaan Hidup Penyandang Cacat. Jurnal Psikologi. Volume 8 (1). Fakultas Psikologi: Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Subhan, Sabira.`(2011). Pengaruh Dimensi-Dimensi Religiusitas Terhadap Penerimaan Orang Tua Anak Autis. Jurnal Psikologi.. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Ulyatin Nur Alfina. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Religiusitas Dengan Penerimaan Orang Tua Pada ABK. Jurnal Psikologi. Volume 1 (2) . Universitas: Maria Kudus

Gambar

Tabel 1. Deskripsi Data Variabel  Variabel  Statistik  Hipotetik  Empirik
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas  Variabel  Kolmogoro v-Smirnov  Asymp.  Signifan ce  Keterangan  X  (Dukungan  Sosial)  0.913  0.376  Distribusi normal  Y  (Penerimaa n)  0.882  0.419  Distribusi normal

Referensi

Dokumen terkait

Setiap organisasi mempunyai standar yang harus dipenuhi dalam pencapaian keluaran (output) yang baik. Output dilembaga pendidikan adalah lulusan siswa- siswi yang

The exploitations are done to mislead the hearers or to get good political bargaining position and to obey the quantity maxim and politeness principle. The exploitations are also

Kami mengunjungi kantor pusat TLKM Padang, Gerai retail serta  infrastruktur  berupa  tower  Telkomsel  yan  berwilayah  di  Teluk  Bayur.  Telkomsel  mempunyai 

Data pengamatan jumlah pupa menjadi imago serta pengaruh teknik aplikasi serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran.7 menunjukkan bahwa perlakuan teknik

Perbandingan Penggunaan Arus Tanpa Karbon Aktif dan Menggunakan Karbon Aktif Setelah melihat perbandingan massa karbon aktif terhadap arus yang digunakan dan terhadap

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan kepala keluarga dan minat belajar dengan

2.4 Mengembangkan perilaku sebagai pembawa damai sejahtera dalam kehidupan sehari-hari... bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

Bab ini membahas tentang obyek penelitian dan menganalisis dan menguraikan praktik-praktik akuntansi komersial dalam laporan keuangan dan penyesuaian dalam