• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Tim Penyusun"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RENCANA

(Integrated Coastal Management)

KELURAHAN BATU LUBANG

Kota Bitung

Project Management Office (PMO)

Coastal Community Development Project

Tim Penyusun :

Jimmi R. P Tampubolon, S.I.K, M.Si

Angeliqu DI Rumondor, SP, M.Env.Mgt

Herbeth T. Y Marpaung, S.I.K

Ir. Sapta Putra, M.Sc., Ph.D

(3)

KATA PENGANTAR

Pengelolaan Pesisir Terpadu atau dalam bahasa asing sering disebut dengan Integrated Coastal Managament (ICM) merupakan sebuah konsep pengelolaan wilayah pesisir secara terintegrasi. Integrasi yang dimaksud ialah upaya pengelolaan secara terpadu, terpadu antar ekosistem pesisir, terpadu antara ekosistem daratan dengan laut, terpadu antar instansi pemerintahan, terpadu antara pemerintah dengan pemangku kepentingan (stakeholder), dan terpadu antar multi displin ilmu. Keterpaduan tersebut dipandang perlu untuk mencegah konflik kepentingan akan laut, konflik wewenang akan laut, dan konflik penggunaan sumber daya hayati dan non-hayati yang ada di pesisir dan lautan. Keterpaduan merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan pembangunan masyarakat pesisir

Penyusunan dokumen rencana pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (ICM) Kelurahan Batu Lubang merupakan salah satu kegiatan Pembangunan Masyarakat Pesisir melalui CCDP IFAD. Rencana ini diharapkan menjadi salah satu rekomendasi konstruktif, baik kepada pemerintah pusat (Kementerian Kelautan dan Perikanan) serta PMO (Project Managament Officer), dan pemerintah daerah (Dinas Perikanan) serta PIU (Project Implementation Unit) Kota Bitung ataupun pemangku kepentingan diluar pelaksana kegiatan CCDP IFAD. Dokumen ini dapat dijadikan salah satu dokumen acuan dan arahan dalam perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya sehingga dapat tercapai keseimbangan ekonomi dan ekologi dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya pesisir dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Dokumen ICM ini disusun melalui serangkaian kegiatan antara lain pengumpulan data sekunder, survey lapangan, wawancara, FGD, analisis data dan penulisan dokumen.

Dokumen Pengelolaan Wilayah Pesisir (ICM) ini masih perlu dikonsultasikan kembali kepada stakeholder terkait untuk mendapatkan masukan sehingga menjadi lebih baik. Selain itu rencana pengelolaan ini diharapkan dapat diadopsi dalam rencana kerja kelurahan atau pemerintahan daerah Kota Bitung, agar mendapatkan pengakuan dari masyarakat luas dan pemangku kepentingan lainnya dan ikut mengimplementasikannya di masa datang.

Akhirnya, disampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam keseluruhan proses penyusunan dokumen ICM ini.

(4)

2 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... 3 BAB I PENDAHULUAN ... 4 1.1 Latar Belakang ... 4 1.2 Tujuan ... 5 1.3 Ruang Lingkup ... 5

1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah ... 5

1.3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ... 5

1.4 Metode Penyusunan ... 6

BAB II RONA WILAYAH PESISIR ... 7

2.1 Geografi dan Administrasi ... 7

2.2 Kondisi Sosial Budaya ... 9

2.2.1 Penduduk ... 9

2.2.2 Kesejahteraan Keluarga... 9

2.2.3 Pendidikan ... 10

2.2.4 Fasilitas Kesehatan ... 10

2.2.5 Kelembagaan ... 10

2.3 Aktivitas Ekonomi Masyarakat ... 10

2.3.1 Mata Pencaharian Masyarakat... 10

2.3.2 Pendapatan Masyarakat ... 10

2.3.3 Perekonomian Kelurahan ... 10

2.3.4 Prasarana dan Sarana ... 11

2.4 Potensi Sumberdaya Alam dan Jasa Lingkungan ... 12

2.4.1 Ekosistem Terumbu Karang, Lamun, dan Mangrove ... 12

2.4.2 Pemanfaatan Ekosistem Pesisir ... 13

BAB III PERENCANAAN PENGELOLAAN ... 14

3.1 Isu-isu Prioritas ... 14

3.2 Strategi Pengelolaan ... 17

3.3 Rencana Program ... 21

3.4 Rancana Monitoring dan Evaluasi ... 23

(5)

3 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi Perencanaan aspek Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 17

Tabel 2. Identifikasi Perencanaan aspek Sosial Budaya... 19

Tabel 3. Identifikasi Perencanaan aspek Ekonomi ... 20

Tabel 4. Rencana Program dalam 5 tahun ... 21

Tabel 5. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi ... 23

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alir Penyusunan rencana pengelolaan pesisir terpadu ... 6

Gambar 2. Peta Administrasi Kelurahan Batu Lubang ... 7

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan (land use) Kelurahan Batu Lubang ... 8

Gambar 4. Peta Infrastruktur Kelurahan Batu Lubang ... 9

Gambar 6. Peta Sebaran Karang Kelurahan Batu Lubang ... 12

Gambar 6. Peta Penggunaan ruang laut (sea use) Kelurahan Batu Lubang ... 13

Gambar 7. Peta Rencana Pengelolaan Pesisir Terpadu (ICM) Kelurahan Batu Lubang ... 14

(6)

4 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bitung adalah salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Kota Bitung dari tahun ke tahun berkembang dengan cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong laju percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di Kaki Gunung Duasaudara. Kota Bitung merupakan kota industry, khususnya industry perikanan. Pembangunan daerah pesisir begitu cepat di Kota Bitung, hal ini dapat berpengaruh terhadap pengelolaan ruang daratan dan laut. Demikian pula dampak negatif terhadap ekologi di pesisir kota ini.

Pembangunan wilayah pesisir yang memperhatikan aspek-aspek ekologi akan berdampak pada keberlanjutan. Ekologi yang telah rusak tidaka akan mendapatkan dampak setelahnya, yang akan diterima hanya kemunduran pembangunan wilayah pesisir. Pembangunan dan perencanaan perlu direncanagakan dengan baik dan tepat berdasarkan isu permasalahannya dengan tujuan sesuai yang diinginkan.

Konsep perencanaan pengembangan wilayah pesisir perlu dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang menyeluruh. Pengelolaan pesisir terpadu (Integrated Coastal Management) merupakan suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu yang bertujuan untuk mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Keterpaduan tersebut perlu mencakup tiga dimensi, yaitu: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. (Dahuri et al. 2001).

Berdasarkan informasi Lurah dan pengamatan di lapangan, isu utama (strategis) pengelolaan sumber daya pesisir di Kelurahan Batu Lubang adalah tingkat kemiskinan di Kelurahan Batu Lubang masih tinggi sekitar 25 %, dimana pendapatan penduduk masih tergolong rendah yang sebagian besar sebagai nelayan dan petani (di bawah garis kemiskinan), Kesehatan masyarakat dan sanitasi lingkungan, terutama dipemukiman dekat pantai yang di dominsai oleh nelayan, penyediaan instalasi air bersih, perbaikan atau perapihan pemukiman

(7)

5 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

nelayan, dimana area yang banyak tepat di atas pantai dan masih banyak membuang limbah langsung ke pantai.

1.2 Tujuan

Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk menyusun rencana pengelolaan wilayah pesisir terpadu (ICM) Kelurahan Batulobang, Kota Bitung yang menyeluruh terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan visi dan misi pengembangan pengelolaan wilayah Pesisir Kota Bitung 20 tahun kedepan.

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah

Perencanaan dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir berada pada Kelurahan Batu Lubang.

1.3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Adapun ruang lingkup kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir Kelurahan/Kelurahan Batu Lubang adalah sebagai berikut:

1. Menginventarisasi berbagai data primer dan sekunder yang berkaitan dengan potensi sumberdaya alam (pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, pertambangan dan energi, dll) dan jasa lingkungan di wilayah pesisir.

2. Mengidentifikasi isu strategis yang ada, khususnya isu kerusakan ekosistem wilayah pesisir, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan di pesisir Kelurahan Batu Lubang.

3. Mengidentifikasi kondisi perekonomian wilayah baik berupa gambaran perekonomian masyarakat, kegiatan investasi yang berkembang, dan potensi pengembangan ekonomi untuk multi sektor yang ada di wilayah pesisir Kelurahan Batu Lubang.

4. Mengidentifikasi kondisi sosial dan nilai-nilai budaya (budaya lokal) dalam pengelolaan sumberdaya pesisir kelurahan Batu Lubang.

5. Menyusun rencana induk pengelolaan di wilayah pesisir kelurahan Batu Lubang, antara lain: isu strategis, visi dan misi, konsep kebijakan dan strategi pengembangan wilayah pesisir dan laut, rencana struktur runag wilayah pesisir, rencana pola pemanfaatan ruang pesisir dan laut,

(8)

6 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

rencana kawasan-kawasan prioritas yang layak usaha secara nasional dan regional serta sektor unggulan yang dapat dikembangkan.

6. Mengadakan pertemuan dan diskusi melalui FGD di pesisir Kelurahan Batu Lubang yang melibatkan segenap pemangku kepentingan.

1.4 Metode Penyusunan

Proses penyusunan rencana pengelolaan wilayah pesisir terpadu Keluharan Malambe terdiri dari 6 tahapan yaitu, sebagaimana disajikan dalam alur tahapan penyusunan pada gambar:

1. Tahapan Persiapan.

2. Tahapan Identifikasi isu pengelolaan 3. Tahapan Perencanaan Program

4. Tahapan Adopsi Program dan Pendanaan 5. Tahapan Pelaksanaan Program

6. Tahapan Monitoring dan Evaluasi

(9)

7 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

BAB II RONA WILAYAH PESISIR

2.1 Geografi dan Administrasi

Kelurahan Batu Lubang merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Lembeh Selatan. Secara geografis, Kelurahan Batu Lubang terletak pada koordinat 01o 24’ 59.01’’ - 01o 25’ 59.71” LU dan 1250 11’ 46.05” - 1250 12’ 6.52” BT. Adapun batas wilayah administrasi kelurahan ini, antara lain :

 Sebelah Utara : Selat Lembeh

 Sebelah Selatan : Kelurahan Dor bolaang  Sebelah Timur : Kelurahan Papusungan  Sebelah Barat : Kelurahan Paudan

Jarak Kelurahan Batu Lubang dari Ibukota Kecamatan Lembeh Selatan sekitar 1,2 Km dan jarak dari Ibukota Kota Bitung sekitar 3,85 Km. Dilihat dari keadaan administrasi, pemerintahan Kelurahan Batu Lubang terbagi atas 2 (dua) Lingkungan/RW dengan jumlah RT sebanyak 6 RT.

(10)

8 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

Berdasarkan administrasinya, luas kelurahan Baru Lubang sebesar 290 ha dengan jumlah penduduk sebesar 2818 jiwa pada Tahun 2015. Sebagian besar penduduk Kelurahan Batu Lubang memeluk agama Kristen sebanyak 1.959 orang, Islam sebanyak 854 orang, dan Katholik sebanyak 5 orang. Sarana peribadatan yang ada yaitu Masjid sebanyak 1 unit dan Gereja Kristen sebanyak 3 unit. Sedangkan etnis yang ada adalah mayoritas Sangihe Talaud dan beberapa etnis lain, seperti Makassar (Bugis) sebanyak 4 orang dan Flores sebanyak 5 orang.

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan (land use) Kelurahan Batu Lubang Wilayah peruntukan dari Kelurahan Batu Lubang (Gambar 3) yaitu pemukiman seluas 290 Ha, perkebunan seluas 286 Ha, perkuburan seluas 1 Ha, taman seluas 75 Ha, perkantoran seluas 360 Ha, dan prasarana umum lainnya seluas 540 Ha, sehingga total penggunaan wilayah seluas 1.553 Ha.

Infrastruktur yang terdapat di Kelurarahan Batu Lubang diantaranya ada pondok informasi CCDP IFAD, sedangkan infrastruktur umum yang ditemukan di Kelurahan ini seperti, dermaga, gereja, masjid, posyandu, puskesmas pembantu, SD negeri, dan TK Swasta (Gambar 4). Selain itu terdapat monumen TRIKORA yang dapat dijadikan sebagaik ikon wisata sejarah.

(11)

9 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

Gambar 4. Peta Infrastruktur Kelurahan Batu Lubang

2.2 Kondisi Sosial Budaya 2.2.1 Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Batu Lubang pada tahun 2014 sebanyak 3.818 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.537 orang dan perempuan sebanyak 1.281 orang. Jumlah kepala keluarga sebanyak 752 KK dengan rata-rata anggota berjumlah 5 anggota/KK.

2.2.2 Kesejahteraan Keluarga

Tingkat kesejateraan keluarga di Kelurahan Batu Lubang, sebagai berikut :  Keluarga Pra Sejahtera/Miskin sebanyak 180 KK

 Keluarga Sejahtera Satu (I) sebanyak 246 KK  Keluarga Sejahtera Dua (II) sebanyak 35 KK  Keluarga Sejahtera Tiga (III) sebanyak 261 KK

Jumlah rumah layak huni dikelurahan ini yang tidak permanen sebanyak 186 unit unit dan permanen sebanyak 62 unit rumah. Berdasarkan status peruntukan bangunan, untuk tempat tinggal sebanyak 576 unit dan bukan tempat tinggal sebanyak 12 unit (BPS, Kecamatan Lembeh Selatan Dalam Angka 2015).

(12)

10 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

2.2.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan terdiri dari Lulus SD sebanyak 254 orang, lulus SLTP sebanyak 464 orang, lulus SLTA sebanyak 376 orang, lulus D3 sebanyak 4 orang, lulus S1 sebanyak 52 orang, dan lulus S2 sebanyak 1 orang. Sarana pendidikan yang ada yaitu TK sebanyak 2 unit, SD sebanyak 2 unit dengan jumlah guru sebanyak 22 orang dan murid sejumlah 313 orang.

2.2.4 Fasilitas Kesehatan

Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di kelurahan ini adalah Pustu sebanyak 1 unit, Posyandu sebanyak 3 unit, Polindes sebanyak 1 unit. Tenaga medis yang ada yaitu Bidan sebanyak 2 orang dan didukung oleh dukun bayi terlatih sebanyak 1 orang (BPS, Kecamatan Lembeh Selatan Angka 2015).

2.2.5 Kelembagaan

Lembaga yang ada selain Pemerintah Kelurahan adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Pemberdayaan Kesehatan Keluarga (PKK), dan Karang Taruna

2.3 Aktivitas Ekonomi Masyarakat 2.3.1 Mata Pencaharian Masyarakat

Jumlah penduduk Kelurahan Batu Lubang yang bekerja sebagai nelayan sebanyak 399 orang, pensiunan sebanyak 7 orang, karyawan swasta sebanyak 71 orang, dan TNI/POLRI sebanyak 2 orang.

2.3.2 Pendapatan Masyarakat

Pendapatan nelayan di Kelurahan Batu Lubang rata-rata Rp. 850.000,- per bulan/rumah tangga (Rp. 450.000,- penghasilan kepala keluarga dan Rp. 400.000,- dari penghasilan anggota keluarga yang bekerja).

2.3.3 Perekonomian Kelurahan

Perekonomian Kelurahan Batu Lubang didukung beberapa sektor utama, yaitu perikanan, perkebunan, dan peternakan.

 Perikanan

Kelurahan Batu Lubang memiliki 7 unit karamba budidaya. Produksi perikanan di Kelurahan Batu Lubang ini adalah jenis ikan Tuna 2 ton/th, Cakalang 3

(13)

11 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

ton/th, Tengiri 0,9 ton/th, Kuwe 2 ton/th, Cumi 0,2 ton/th, Gurita 0,5 ton/th, Baronang 0,5 ton/th, Udang 1,5 ton/th, dan kepiting 0,5 ton/th.

 Perkebunan

Tanaman perkebunan yang ada di Kelurahan Batu Lubang adalah Kelapa 250 Ha, Cengkeh 1 Ha, Jagung (0,25 Ha), Ubi kayu (0,10 Ha) dan Bawang merah 0,5 Ha.

 Peternakan

Jenis ternak yang dipelihara oleh penduduk Kelurahan Batu Lubang adalah sapi (3 ekor), kambing (26 ekor), ayam (815 ekor), ayam broiler (251 ekor), bebek (54 ekor), anjing (180 ekor), babi (120 ekor), dan itik (20 ekor).

2.3.4 Prasarana dan Sarana

Masyarakat di Kelurahan Batu Lubang pada umumnya sudah menggunakan sambungan jaringan listrik PLN sebagai sumber penerangan dan keperluan rumah tangga, dengan jumlah pengguna PLN sebanyak 727 pengguna. Selain itu, masih ada yang belum menggunakan jaringan non PLN sebanyak 20 KK.

Jalan penghubung antar kelurahan berupa jalan aspal sepanjang3 km dan jalan semen sepanjang 1,3 km. Kondisi infrastruktur jalan tersebut masih dalam kondisi bak. Sarana transportasi laut yang dimiliki penduduk pada tahun 2014 yaitu perahu motor sebanyak 60 unit. Sedangkan sarana transportasi darat berupa ojek sebanyak 35 unit dan bentor 8 buah.

Media elektronik yang ada berupa televisi jumlahnya 714 buah dan parabola sebanyak 27 unit. Sedangkan sarana komunikasi masyarakat sudah menggunakan telepon seluler (terdapat 3 jarigan provider) yang jaringannya dapat diterima cukup baik.

Sebagian besar penduduk Kelurahan Batu Lubang memeluk agama Kristen sebanyak 1.959 orang, Islam sebanyak 854 orang, dan Katholik sebanyak 5 orang. Sarana peribadatan yang ada yaitu Masjid sebanyak 1 unit dan Gereja Kristen sebanyak 3 unit. Sedangkan etnis yang ada adalah mayoritas Sangihe Talaud dan beberapa etnis lain, seperti Makassar (Bugis) sebanyak 4 orang dan Flores sebanyak 5 orang.

Sumber pengadaan air bersih bagi penduduk berasal dari sumur gali umum berjumlah 4 buah yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi. Kebiasaan penduduk dalam pembuangan air limbah keluarga (BAB) sudah

(14)

12 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

menggunakan jamban keluarga (WC), memanfaatkan MCK umum (terdapat 4 unit), serta sebagian masih membuang ke laut (bagi penduduk yang bermukim di dekat dengan pantai). Pembuangan sampah rumah tangga dilakukan dengan cara membakar dan meletakkan di lubang tanah.

2.4 Potensi Sumberdaya Alam dan Jasa Lingkungan

Secara hidrologis, Kelurahan Batu Lubang memiliki sumber daya air berupa sumur gali. Sedangkan ekosistem pesisir tidak memiliki hutan mangrove (bakau), terdapat lamun dengan luasan yang kecil, serta pantai sudah mulai tercemar oleh limbah rumah tangga. Garis pantai di Kelurahan Batu Lubang sepanjang 1,96 km.

2.4.1 Ekosistem Terumbu Karang, Lamun, dan Mangrove

Ekosistem terumbu karang dapat ditemukan (62,3 ha) sedangkan mangrove tidak dimiliki oleh Kelurahan Batu Lubang, akan tetapi memiliki ekosistem lamun meskipun dengan tutupan yang sangat kecil (Gambar 6). Hal ini dikarenakan kondisi topografi Kelurahan ini yang berbukit, sehingga ekosistem pesisir banyak tidak diperhatikan akan fungsi ekologisnya.

(15)

13 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

2.4.2 Pemanfaatan Ekosistem Pesisir

Perairan laut di Kelurahan Batu Lubang pada umumnya dimanfaatkan usaha perikanan (budidaya ikan di karamba jaring apung) dan transportasi umum. Pada bibir pantainya terdapat reklamasi yang dipergunakan untuk fasilitas umum, pemukiman, dan dermaga. Hal tersebut dikarenakan di Pulau Lembeh memiliki topografi berbukit sehingga untuk pengembangan pemukiman dan lain-lain lebih mudah dengan reklamasi. Berdasakran Gambar 6, pemanfaatan laut di Kelurahan Batu Lubang sudah ditemukan divespot, seperti Goby A Crab, dan Kapal Indah, hal ini menunjukkan bahwa ada pendapatan alternatif selain melaut.

(16)

14 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

BAB III PERENCANAAN PENGELOLAAN

Pemanfaatan pola ruang laut Kelurahan Batu Lubang untuk kawasan pemukiman, pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Kawasan pemukiman lebih banyak ditemukan di daerah pesisir dengan mayoritas mata pencahariannya adaalh nelayan. Kegiatan pariwisata sudah terjadi di Kelurahan ini dengan adanya dua dive spot (Goby A Crab dan Kapal Indah). Rencana pengelolaan yang terintegrasi berdasarkan Gambar 7 adalah zona wisata bahari, daerah perlindungan laut, budidaya keramba jarring apung, wisata pantai, budidaya rumput laut, dan sentra pengolahan perikanan.

Gambar 7. Peta Rencana Pengelolaan Pesisir Terpadu (ICM) Kelurahan Batu Lubang

3.1 Isu-isu Prioritas

A. Isu Sumberdaya Alam dan Lingkungan  Banyaknya sampah di daerah pesisir

Sampah merupakan masalah utama dalam kehidupan akhir-akhir ini. Kelurahan Batu Lubang juga bermasalah dengan sampah, hal ini

(17)

15 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

dibuktikan dari banyaknya sampah di sekitar pantai dan di pemukiman penduduk. Tempat pembuangan akhir dan pengolahan sampah belum ditemukan di sekitar pemukiman Kelurahan ini.

 Vegetasi lamun yang menurun

Menurunnya vegetasi lamun di Kelurahan Batu Lubang menjadi salah satu faktor berkurangnya stok ikan, hal ini berkaitan dengan fungsi ekologinya. Fungsi tersebut sebagai daerah asuhan, daerah memijah, dan daerah mencari makan. Faktor yang menjadi ekosistem lamun meurun yaitu alam dan aktifitas manusia. Aktifitas manusia yang ditemukan pada Kelurahan ini adalah penambatan kapal yang tidak emmperhatikan ekosistem lamun.

 Pencemaran perairan karena tumpahan minyak

Kelurahan Batu Lubang dengan mata pencaharian masyrakatnya adalah menangkap ikan, maka tidak dipungkiri masih banyak tumpahan minyak di sekitaran pantai. Hal ini menyebabkan kondisi perairan tercemar, dan sangat mempengaruhi ekosistem pesisir. Selain itu, ikan-ikan kecil yang berada di daerah pantai akan mati.  Kerusakan terumbu karang

Kerusakan terumbu karang merupakan akibat dari perairan yang tercemar oleh tumpahan minyak. Dampak yang akan terjadi dengan adanya msalah tersebut akan berdampak pada ekositem dan biota yang ada.

 Kerusakan ekosistem mangrove

Begitu halnya pada ekosistem mangrove, dampak dari tumpahan minyak akan berpengaruh pada pertumbuhannya. Akar nafas yang tertutupi oleh minyak dapat mengahmabt proses fotosintesis.

 Penangkapan biota dilindungi

Penangkapan biota yang dilindungi masih dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Batu Lubang yaitu memburu penyu. Penyu ini

dimanfaatkan leh masyrakat pada bagian tempurungnya untuk hiasan, dan dagingya dikonsumsi.

B. Isu Sosial Budaya

(18)

16 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

Budaya membuang sampah akan susah dirubah jika tidak didukung oleh fasilitas tempat pembuang sampah dari hulu hingga hilir. Akan tetapi penyadaran masyrakat akan pentingnya kebersihan lingkungan dapat dilakukan untuk memulai membersihkan lingkungan.

Pemakaian kompresor untuk menangkap ikan

Penangkapan ikan karang dan biota lainnya di laut dalam memang menghasilkan pendapatan yang tiggi, akan tetapi alat yang digunkana sangat berbahaya bagi kesehatan. Lumpuh merupakan salah satu akibat dari penyelaman menggunakan kompresor. Budaya ini susah untuk dihilangkan karena penangkapan dengan menggunakan kompresor dapat memilih ikan target yang akan ditangkap dibawah laut.

Penangkapan yang merusak

Selain penangkapan menggunakan kompresor, masyrakat Kelurahan Batu Lubang masih menggunakan penagkapan yang merusak, seperti bom, pukat, dll. Budaya ini memang sedikit susah untuk dirubah, karena persepsi masyarakat adalah modal sedikit hasil melimpah.

C. Isu Ekonomi

Kemiskinan masyarakat pesisir

Kemiskinan masyarakat pesisir di Kelurahan Batu Lubang hampir sama dengan Kelurahan pesisir di wilayah lain. Namun demikian, program-program pemberdayaan masyrakat yang dilakukan pemerintah melalui bantuan-bantuan kurang efektif dalam mengentas kemiskinan masyrakat pesisir. Hal ini disebabkan oleh, pola hidup yang berbeda pada masyarakat pesisir, dan prinsip hidup mencari sekarang untuk sekarang, besok mencari lagi.

D. Isu Kelembagaan

Penegakan hukum yang tidak optimal

Belum ada perencanaan Kelurahan berbasis masyarakat E. Isu Sarana dan Prasarana

(19)

17 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

Listrik sudah menjadi masalah sarana dan prasarana pada wilayah yang jauh dari kota, hal ini dikarenakan proses instalasi yang masih lama, dan pembangkit yang belum mencukupi untuk dayanya. Keterbatasan ini masih bisa diatasi dengan listrik tenaga surya, akan tetapi kelemahannya adalah batre yang menyimpan daya tidak dapat bertahan lama.

Keterbatasan air bersih

Selain listrik, air menjadi salah satu masalah di daearah pesisir, hal ini berkaitan dengan adanya sumber air tawar. Kelurahan Batu Lobang memiliki struktur daratan berbukit, sumber air bersih akan sdikit susah, karena sumber air yang sangat jauh jika melakukan pengeboran.

3.2 Strategi Pengelolaan

Tabel 1. Identifikasi Perencanaan aspek Sumberdaya Alam dan Lingkungan Aspek SDA dan Lingkungan

No Isu Strategi

1 Penumpukan sampah di

Pantai

1. Kerjasama penanganan sampah antar instansi pemerintah

2. Memperbanyak program/kegiatan bersih pantai

3. Mengoptimalkan peran Pokmaswas program CCDP IFAD dalam penerbitan dan penanggulangan sampah

4. Mendorong dan memfasilitasi sarana dan prasarana penanganan sampah pesisir

2 Pemutihan

karang/kerusakan karang

1. Keterlibatan masyarakat dalam upaya perlindungan ekosistem TK

2. Mengoptimalkan peran Pokmaswas program CCDP IFAD dalam pengawasan ekosistem terumbu karang

3. Memperbanyak frekuensi program rehabilitasi ekosistem terumbu karang

(20)

18 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

4. Pengidentifikasian sumber-sumber kerusakan terumbu karang

5. Penyelarasan hukum adat dan hukum Negara bagi pelaku pengrusakan karang 6. Penanganan limbah cari di Daerah Aliran

Sungai

3 Penurunan populasi

vegetasi lamun

1. Keterlibatan masyrakat dalam upaya perlindungan ekosistem padang lamun 2. Mengoptimalkan peran pokmaswas

CCDP IFAD dalam pengawasan ekosistem lamun

3. Memperbanyak frekuensi program restorasi ekosistem lamun

4. Pengidentifikasian sumber-sumber kerusakan padang lamun

5. Memperbanyak sosialisasi pentingnya vegetasi lamun bagi kehidupan

6. Penyelarasan hukum adat dan hukum Negara bagi pelaku pengrusakan vegeasi lamun

4 Pencemaran perairan

karena limbah

1. Meningkatkan pengolahan limbah di daerah aliran sungai dan laut

2. Pendayagunaan sistem AMDAL

3. Penataan kawasan industry, pelabuhan, pelabuhan khusus, budidaya, dan pemukiman masyrakat pesisir

4. Pengedalian limbah domestic dan industri

5 Kerusakan Ekosistem

Mangrove

1. Mengembangkan dan melestarikan mangrove berbasis masyrakat

2. Membentuk dan mengembangkan kelompok masyarakat dan meningkatkan perananya dalam melestarikan mangrove 3. Membangun sistem monitoring dan

(21)

19 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

4. Mengembangkan penelitian untuk mendukungng pengelolaan mangrove Indikator Pengelolaan :

1. berkurangnya sampah di pemukiman masyarakat baik di darat maupun di laut 2. banyaknya meja/rak transplantasi yang berfungsi sebagai rehabilitasi terumbu

karang

4. rehablitasi padang lamun dan mangrove dengan luasan yang semakin luas 5. adanya tempat pengolahan limbah di darat

Tabel 2. Identifikasi Perencanaan aspek Sosial Budaya Aspek Sosial Budaya

No Isu Strategi

1 Penangkapan yang tidak

ramah lingkungan

1. Penyadartahuan dampak penangkapan yang tidak ramah lingkungan

2. Mengoptimalkan peran pokmaswas CCDP IFAD dalam pengawasan penangkapan yang tidak ramah lingkungan

3. Pemberdayaan nelayan

4. Pengawasan terhadap pelaku penangkapan yang tidak ramah lingkungan

2 Rendahnya Pemahaman

Kesadaran, kepedulian, dan partisipasi

masyarakat

1. Meningkatkan pembinaan oleh instansi terkait kepada kelompok-kelompok MP pengguna sumberdaya wilayah pesisir 2. Mendorong partisipasi aktif seluruh anggota

masyarakat baik individu, keluarga

3. Mengaktifkan dan meningkatkan forum-forum komunikasi antar stakeholder di masing-masing kawasan pesisir

4. Menggali dan melestraikan kearifan local dalam pengelolaan wilayah pesisir

Indikator Pengelolaan :

1. adanya hukum adat atau peraturan Kelurahan yang dipatuhi oleh seluruh masyarakat

(22)

20 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

pengelolaan yang terpadau antar instansi dalam Kelurahan

Tabel 3. Identifikasi Perencanaan aspek Ekonomi

Aspek Ekonomi

No Isu Strategi

1 Kemiskinan masyrakat

pesisirs

1. Pemutusuan ketergantungan nelayan terhadap tengkulak

2. Penyadaran dan pentingnya tabungan dan investasi

3. Pembuatan tabungan masyarakat pesisir khusunya nelayan

4. Pengurangan biaya operasi melaut

5. Sosialisasi dan pembinaan oleh pemerintah Indikator Pengelolaan :

1. Meningkatnya aktifitas industri rumah tangga, serta peran wanita nelayan dalam kegiatan ekonomi yang produktif dan jumlah UKM-UKM masyarakat pesisir untuk perkembangan perekonomian Kelurahan Batu Lubang

(23)

21 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

3.3 Rencana Program

Tabel 4. Rencana Program dalam 5 tahun

Isu Strategi Program Kegiatan Pelaksana Waktu

(Tahun Ke-) Sumber Pendanaan 1 2 3 4 5 Pengembangan sarana dan prasarana perikanan tangkap 1. Memperbanyak alat tangkapa yang ramah lingkungan 2. Pemberian modal untuk nelayan yang tidak mengikat 3. Pembentukan koperasi masyrakat pesisir khususnya nelayan Sosialisasi dan penyadartahuan terhadap penangkapan yang tidak ramah lingkungan 1. Memberikan bantuan alat tangkap ramah lingkungan 2. Pinjaman bank dengan bunga kecil 3. Pemasaran dengan mengambil ikan dari nelayan DKP, Bank, Pemerintah Kelurahan, Kota, dan Provinsi Swasta, APBD, dan CSR

(24)

22 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

Pengadaan air bersih 1. Pembuatan sumur bor sebagai induk air bersih 2. Kelurahanlinasi air laut diadakan 3. Fasilitas mck umum Pengadaan air bersih untuk Kelurahan tertinggal 1. Pengeboran sumber mata air bersih 2. Pembuatan sarana umum mck KKP, DKP, Kementerian PDT, PUPR, Pemerintah Kota, Kelurahan, dan Provinsi APBD, APBN, dan Swasta Perbaikan gizi masyrakat dan penyehatan lingkungan 1. Peningkatan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat pesisir 2. Penanggunalangan sampah di masing-masing rumah 3. Penyadartahuan akan pentingnya hidup sehat Sosialisasi dan pemberian bantuan bahan makanan yang sehat dan menyehatkan 1. Pemberian bantuan makanan gratis yang sehat 2. Fasilitas tempat pembuangan akhir untuk sampah Pemdes, Dinas Lingkungan Hidup, DKP, Dinkes, Pemerintah Kota, Pemerintah Provinsi Swasta, CSR, dan APBN, APBD

(25)

23 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

3.4 Rancana Monitoring dan Evaluasi

Tabel 5. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi

No Kegiatan Waktu Penanggung Jawab

1 2 3 4 5

1 Seminar Interaktif Pendidikan lajut Dinas Pendidikan

2 Workshop atau Pelatihan tepat guna bagi masyarakat pesisir DKP

3 Pembuatan Jaring penahan sampah dan penampungan sampah sementara

Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kebersihan

4 Ketetapan dalam Peraturan Kelurahan/ penegakan hukum BPLHD, DKP

5 Pemasangan bak sampah dan papan himabauan di area jogging tarck Kelurahan Kelurahan Batu Lubang

6 Pelatihan dan Pendampingan Management UKM Dinas Koperasi dan

UKM, DKP

7 Penyediaan dana Bergulir DKP

8 Kerja Bakti setiap RT Kelurahan Batu

Lubang

9 Perlombaan bertema Lingkungan Pesisir DKP / Kelurahan Batu

(26)

24 Rencana Pengelolaan Pesisir Negeri Nusaniwe, Kota Ambon

DAFTAR PUSTAKA

Cicin-Sain B. 1993. Sustainable Development and Integrated Coastal Zone Management. Ocean and Coastal Management 21:11-14. Island Press. Irwandi Idris, Sapta Putera, Jimmi R P T Berjudul "Panduan Praktis Pengelolaan

Pesisir Terpadu CCDP IFAD 2016"

Irwandi Idris dan Sapta Putra Ginting, Buku Berjudul Membangunkan Raksasa Ekonomi, PT Sarana Komunikasi Utama, Jakarta 2007 (ada di dapus panduan praktis)

Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa, Badan Informasi Geospasial, Jakarta 2016

(27)

Gambar

Gambar 1. Alir Penyusunan rencana pengelolaan pesisir terpadu
Gambar 2. Peta Administrasi Kelurahan Batu Lubang
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan (land use) Kelurahan Batu Lubang  Wilayah  peruntukan  dari  Kelurahan  Batu  Lubang  (Gambar  3)  yaitu  pemukiman seluas 290 Ha, perkebunan seluas 286 Ha, perkuburan seluas 1 Ha,  taman seluas  75  Ha,  perkantoran  seluas
Gambar 4. Peta Infrastruktur Kelurahan Batu Lubang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Periode transisi menuju pada lingkungan laut terbuka dengan sedimentasi pada pasif margin terjadi pada pertengahan sampai akhir Jura hasil

a) Posisi pengikatan dan klem baterai harus kuat agar baterai tidak goyang saat kendaraan berjalan atau bekerja, sehingga dapat retak, elektrolit tumpah.. d) Pasang terminal

Hasil pengukuran dan pengujian Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Budaya Kerja, dan Iklim Organisasi secara bersama-sama terhadap Kinerja Sekretariat Dewan Perwakilan

MAHASISWA DALAM PENGISIAN KRS HARUS MENGISI KELAS SUPAYA NAMANYA TERCANTUM DALAM DAFTAR ABSEN KULIAH MAUPUN DAFTAR ABSEN

Tata kerja kelompok ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aturan besar kelompok SHK Lestari Muara Tiga sebagai acuan atau landasan pelaksanaan kerja kelompok dalam

• Degree of bodily arousal influences the intensity of emotion felt Schachter’s Theory Type Intensity Emotion (Fear) Perception (Interpretation of stimulus-- danger) Stimulus

Sehingga dibutuhkan suatu aplikasi yang dapat menyediakan layanan rekomendasi pemilihan lokasi rumah sakit di wilayah Malang Raya sesuai dengan kriteria yang diinginkan

Sebagai proses terakhir di hari kedua pertemuan, peserta yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil evaluasi kegiatan yang