Typical Layout Airport
Typical Layout Airport
Airport : suatu area berupa daratan atau sungai/lautan yang secara
tetap digunakan sebagai tempat landing dan take-off pesawat. Airport selalu dilengkapi dengan beberapa fasilitas tambahan.
Aerodrome Reference Point ; lokasi geographis suatu bandar udara. Runway : suatu area pada suatu bandara yang dipergunakan sebagai
tempat landing dan take-off pesawat.
Taxiway : suatu area yang menghubungkan antara apron dan
runway.
Apron : merupakan area tempat parkir pesawat pada saat
Typical Layout Airport
Typical Layout Airport
Holding apron : suatu area tempat pemeriksaan akhir pesawat yang
siap berangkat.
Holding bay : suatu area tempat menunggunya pesawat sebelum
memasuki runway.
Turning area ; suatu area tempat berbeloknya pesawat diujung
runway.
Overrun : suatu area yang ada di runway yang disediakan untuk
temapt pesawat yang akan batal berangkat
Fillet : suatu lebar jari-jari tambahan yang ada pada pertemuan
Lay Out
Lay Out Bandara
Bandara Radin
Radin Inten
Inten II
II
((Skala
Skala 1 : 10.000)
1 : 10.000)
2 8 2 8
LAY OUT
LAY OUT
LAY OUT
LAY OUT
Bandar
Bandar
Bandar
Airport Classification
Airport Classification
ICAO AERODROME ANNEX 14
Code Element I Code Element II
Code Number ARFL (m) Code Letter Wing Span (m) OMGWS (m)
1 < 800 A < 15 < 4.5
2 800 - < 1200 B 15 - < 24 4.5 - < 6
OMWGS = oute main gear wheel span ARFL = aeroplane reference field length
2 800 - < 1200 B 15 - < 24 4.5 - < 6 3 1200 - < 1800 C 24 - < 36 6 - < 9 4 > 1800 D 36 - < 52 9 - < 14
Airport Design Group (ADG)
Airport Design Group (ADG)
FAA Airport Design standard, AC : 150/5320-12
ADG Wing span (m)
I Up to but not including 15 m (49 ft) II 15 m (49 ft) - < 24 m (79 ft) III 24 m (79 ft) - < 36 m (118 ft) III 24 m (79 ft) - < 36 m (118 ft) IV 36 m (118 ft) - < 52 m (171 ft) V 52 m (171 ft) - < 60 m (197 ft) VI 60 m (197 ft) - < 80 m (262 ft)
Pengertian
Pengertian Berat
Berat Pesawat
Pesawat
Operating Empty Weight : berat dasar pesawat termasuk didalamnya
crew dan peralatan pesawat yang biasa disebut “No Go Item” tetapi tidak termasuk bahan bakar dan penumpang/barang yang membeyar
Pay Load : produksi muatan (penumpang/barang) yang membayar Zero Fuel Weight : batasan berat, spesifik pada tiap jenis pesawat Zero Fuel Weight : batasan berat, spesifik pada tiap jenis pesawat
Maximum Ramp Weight : berat maksimum pesawat diizinkan untuk taxi. Maximum Structural Landing Weight : kemampuan struktural pesawat
pada waktu mendarat.
Maximum Structural Take Off Weight : berat maksimum pesawat
termasuk crew, berat pesawat kosong, bahan bakar, payload sehingga momen tekuk yang terjadi pada badan pesawat rata-rata masih dalam batas kemampuan material.
Payload and Range
Payload and Range
ae
be
Add : Payload and Range
Add : Payload and Range
Titik A : menunjukkan jarak tempuh terjauh aR, yang bisa dicapai
pesawat dengan maksimum struktural payload ae.
Titik B : menunjukkan jarak terjauh bR, yang bisa ditempuh pesawat
dengan tangki bahan bakar diisi penuh paa awal penerbangan. Payload yang bisa dibawa adalah be, untuk terbang dengan jarak bR.
Titik C : menunjukkan jarak maksimum yang bisa diterbangi
pesawat cR tanpa mengisi payload keadaan ini disebut “Ferry Range” dan dipakai untuk menyampaikan pesawat terbang dari pabrik ke pembeli.
Pada beber apa keadaan maximum structural landing weight
menentukan jauh pesawat dapat terbang dengan maximum
structural payload. Garis DE menunjukkan jarak tempuh pesawat bila payload dibatasi oleh maximum structural landing weight.
Typical Aircraft A 380
Typical Aircraft A 380
Contoh
Failure on the aircraft
Failure on the aircraft
For Piston engine aircraft : Normal Landing Case
Engine Failure Case
For Jet-Engine aircraft : Normal Landing Case Engine Failure Case Engine Failure Case Engine Failure Case
Normal Landing Case
Pesawat dapat melakukan pendaratan dengan hanya memanfaatkan 60% sampai kondisi berhenti dari panjang lanasan serta pilot melakukan pendekatan di ujung runway (threshold) dengan ketinggian 50 ft ( 15 meter).
Normal Take-Off Case
Jarak take off yang diperlukan untuk sebuah pesawat adalah sama dengan 115% jarak yang diperlukan untuk mencapai ketinggian 35 ft ( 10.5 meter)
Declared Distance
Declared Distance
Runway tidak dilengkapi dengan stopway (SWY) atau clearway
(CWY), dan threshold di ujung runway
TORA = TODA = ASDA = LDA
Runway dilengkapi dengan (CWY), dan TODA bagian panjang CWY TORA = TODA = ASDA = LDA
TORA = ASDA = LDA TODA
Declared Distance
Declared Distance
Runway dilengkapi dengan SWY, dan ASDA meliputi panjang
panjang SWY
TORA = TODA = LDA ASDA
SWY
Runway mengalami displaced threshold, LDA berkurang ASDA
TORA = TODA = ASDA LDA
Declared Distance
Declared Distance
Runway dengan fasilitas lengkap dan telah pula mengalami
displaced threshold LDA TORA SWY CWY TORA ASDA TODA
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi suatu bandara :
Bentuk pengembangan lingkungan sekitar
Kondisi atmosfer dan ruang udara di sekitar lokasi
Kemudahan akses transportasi darat
Ketersediaan areal/lahan untuk pengembangan di masa yang akan datang
Ketersediaan areal/lahan untuk pengembangan di masa yang akan datang
Letak bandar udara lain yang berdekatan dengan rencana lokasi bandar udara
Halangan/obstacle di sekitar rencana lokasi bandara
Justifikasi kelayakan ekonomi
Ketersediaan fasilitas penunjang
Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi suatu bandara :
Karakteristik dan jensi pesawat kritis yang beroperasi
Proyeksi permintaan jumlah angkutan udara
Kondisi Meteorologi sekitar kawasan
Ketinggian lokasi bandara dihitung terhadap MSL
Tabel 5. 1 Data Windrose Analysis
Arah <4 Knot 4-10 Knot >10 Knot Usability
10 - 190 0.12 2.23 0.15 98.88 20 - 200 0.58 4.85 0.25 98.84 30 - 210 0.43 2.99 0.02 98.89 40 - 220 0.25 2.23 0.04 98.86 50 - 230 0.30 2.90 0.03 98.82 60 - 240 0.58 3.01 0.21 98.78 70 - 250 0.42 3.37 0.05 98.78 80 - 260 0.40 3.05 0.06 98.79 90 - 270 0.99 8.31 0.20 98.85 100 - 280 0.72 7.48 0.10 98.88 110 - 290 0.29 3.62 0.02 99.00 120 - 300 1.00 10.8 0.11 99.13 130 - 310 0.30 4.34 0.09 99.01 140 - 320 0.34 5.41 0.32 98.99 150 - 330 0.70 8.17 0.17 99.05 160 - 340 0.41 4.64 0.08 99.10 170 - 350 0.37 3.29 0.01 99.02 180 - 360 1.08 7.88 0.15 99.00
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar bandar udara
pada dasarnya adalah suatu daerah disekitar bandar udara yang perlu
diamankan khususnya kemungkina adanya halangan (obstacle) yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan pesawat udara yang beroperasi di bandar udara terkait sesuai tahapan dari proses pendekatan pendaratan dan lepas landas yang dilakukan oleh pesawat udara.
lepas landas yang dilakukan oleh pesawat udara.
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan terdiri dari : ◦ Kawasan pendekatan dan lepas landas;
◦ Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
◦ Kawasan di bawah permukaan horisontal dalam; ◦ Kawasan di bawah permukaan horisontal luar; ◦ Kawasan di bawah permukaan kerucut;
◦ Kawasan di bawah permukaan transisi;
Batas
Batas KetinggianKetinggian dandan KawasanKawasan KeselamatanKeselamatan OperasiOperasi PenerbanganPenerbangan (KKOP) (KKOP) Bandara
Bandara RadinRadin IntenInten IIII
Potongan
Potongan MemanjangMemanjang dandan MelintangMelintang Batas Batas KetinggianKetinggian dandan KawasanKawasan Keselamatan
Single runway Parallel runway L/T.O L/T.O Dual-lane runway L L T.O T.O T.O T.O Parallel runway Open-V runway L/T.O L/T.O L/T.O L/T.O Intersection runway L L
Bentuk hubung antara terminal dan runway yang diinginkan oleh
suatu bandara seharusnya memiliki karakteristik sebagai berikut :
Operasional pendaratan, taxiiing dan lepas landas tidak diganggu oleh operasional lainnya
Jarak taxiway terpendek merupakan yang diinginkan
Panjang runway aman sangat diperlukan pada saat pengoperasian
Pendekatan yang aman saat mendarat
Pandangan bebas control tower yang memuaskan
Areal apron yang cukup luas
Areal penambahan gedung terminal
Kebutuhan lahan untuk areal pengembangan
Single runways
L/T.O L/T.O
Two parallel runways-even threshold
Two parallel runways-staggered threshold L T.O T.O L Open-V runways T.O L T.O T.O L L
Three runways
L T.O
T.O
L
Four paralleel runways
ICAO design standards dalam melakukan perancangan suatu
bandara mengacu pada “Aerodromes Annex 14, Volume I : Aerodrome Design and Operations”.
FAA dalam melakukan perancangan suatu bandara mengacu pada
“Airport Design Standards Transport Airports, AC 1983 : Airport Geometry”.
1. Runways
Panjang runways ditentukan berdasar pada panjang referensi atau disebut dengan Aerodrome Reference Field Length (ARFL).
Penentuan panjang runway ini ditentukan pula oleh beberapa faktor seperti :
Kedudukan airport dari muka laut
Temperature airport (standard 15oC)
Beda tinggi arah memanjang runway
Tiupan an gin
Beban pesawat
Tidak ada angin yang bertiup selama pendaratan ke tujuan
Pengaruh
Pengaruh Lingkungan
Lingkungan terhadap
terhadap Penentuan
Penentuan Panjang
Panjang Runway
Runway
((
Aeroplane
Aeroplane Reference Field Length, ARFL
Reference Field Length, ARFL
))
Temperature , pada temperature yang lebih tinggi dibutuhkan
landasan yang lebih panjang, sebab temperatur tinggi density udara menjadi rendah. ICAO memberikan koreksi temperatur sebesar 1%,
Ft = 1 + 0,01.(T-(15-0,0065.h) metric Tr = Ta + 1/3. (Tm – Ta)
Ketinggian Altitude, ARFL bertambah 7% setiap kenaikan 300 m
dihitung dari ketinggian muka laut dihitung dari ketinggian muka laut
Fe = 1 + 0,07.(h/300) metric
Kemiringan landas pacu, koreksi kemiringan (Fs) sebesar
10%setiap kemiringan 1%.
Fs = 1 + 0,1.S metric
Angin permukaan, landasan yang diperlukan lebih pendek bila
tertiup angin haluan (head wind) sebaliknya bila bertiup angin buritan (tail wind) landasan yang diperlukan lebih panjang.
2. Taxiway
Perhitungan dimensi atau ukuran taxiway menyangkut beberapa hal berikut :
Panjang Taxiway
Lebar Taxiway
Lebar area aman
Kemiringan memanjang
Kemiringan melintang
Kemiringan melintang
Rata-rata perubahan kemiringan memanjang
Jarak pandang
Jarak belok dan jari-jari belokan
Jalur pemisah antara taxiway dan runway serta antara dua parallel taxiway
ANALISA TEKNIS DAN OPERASI
Berdasarkan ANNEX 14 seharusnya Bandara Syamsudin Noor tidak boleh melayani penerbangan pesawat sejenis B 737/200-400 karena :
Posisi ekor pesawat B 737/200-400 yang parkir di apron, sudah melebihi batas obstacle
penerbangan
1 : 7
Lebar runway strip < 300 m (tidak memenuhi persyaratan bandara Code Number 4D,
Atas KEBIJAKSANAAN Menteri Perhubungan c.q. Direktur Jenderal Perhubungan Udara mengijinkan
pendaratan maupun lepas landas pesawat B 737/200-400 untuk domestic flight.
Secara teknis dan operasional pesawat yang parkir di Apron eksisting merupakan obstacle/penghalang
bagi pesawat yang akan mendarat maupun lepas landas sehingga lebar runway strip saat ini < 300 m.
1 : 7 KONDISI EKSISTINGKONDISI EKSISTING
KONDISI SETELAH PROYEK KONDISI SETELAH PROYEK
3. Apron
Beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan dimensi apron :
a. Kemiringan permukaan
b. Jarak antar pesawat
c. Jumlah pesawat jam puncak
d. Konfigurasi parkir pesawat
e. Konsep penanganan penumpang
Jarak antar pesawat merupakan salah satu faktor penentu utama dimensi apron. Hal ini terkait erat dengan hal berikut :
Hal ini terkait erat dengan hal berikut : 1) Ukuran pesawat dan jari-jari belok minimum
2) Konsep pergerakan keluar masuk pesawat ke apron : by engine or toward tractor 3) Konfigurasi parkir pesawat di apron
1) Nose-in
2) Angle Nose-in
3) Nose-out
4) Angle Nose-out
1) Nose-IN 1) Nose-OUT 1) Parallel
KEUNTUNGAN
KEUNTUNGAN dan
dan KERUGIAN
KERUGIAN dari
dari masing
masing--masing
masing Posisi
Posisi Parkir
Parkir Pesawat
Pesawat
Nose-In dan Angle Nose-In Keuntungan :
Tingkat kebisingan yang lebih kecil pada saat taxiing, karena tidak memerlukan gerakan membelok
Jet blast pesawat tidak langsung mengenai bangunan terminal penumpang
Pintu depan pesawat lebih dekat dengan bangunan terminal penumpang
Kerugian :
Tenaga dorong yang dibutuhkan lebih besar pada saat manuver pesawat
Pintu belakang pesawat lebih jauh dengan bangunan terminal penumpang
Nose-Out dan Angle Nose-Out Nose-Out dan Angle Nose-Out
Keuntungan :
Tenaga dorong yang diperlukan lebih kecil pada saat manuver pesawat
Pintu belakang pesawat lebih dekat dengan bangunan terminal penumpang
Kerugian :
Jet blast pesawat langsung mengenai bangunan terminal penumpang
Parallel
Keuntungan :
Pintu belakang dan pintu depan pesawat lebih dekat dengan bangunan terminal penumpang
Kerugian :
Membutuhkan luas areal yang cukup luas
SISTEM
SISTEM Parkir
Parkir Pesawat
Pesawat … 1
… 1
Frontal System
Kebanyakan diterapkan pada suatu bandara kecil dengan jumlah gate yang lebih sedikit
Open Apron System
Kebanyakan digunakan pada sutau bandara dengan volume penerbangan rendah dimana penumpang dapat langsung berjalan ke pesawat. Jika sistem ini akan
diterapkan pada suatu bandara dengan volume cukup besar maka dapa dilengkapi dengan mobil pengantar (mobile conveyence).
SISTEM
SISTEM Parkir
Parkir Pesawat
Pesawat … 2
… 2
Finger System
Pada sistem ini penambahan jumlah gate dapat dilakukan tanpa melakukan penambahan luas atau dimensi sistem itu sendiri.
Satellite System
Pada sistem ini pesawat parkir dalam kelompok kecil, dimana kelompok tersebut dihubungkan juga melalui suatu jalur yang tertutup atau ditempatkan dibawah areal apron.
KONSEP PENANGANAN PENUMPANG … 1
KONSEP PENANGANAN PENUMPANG … 1
Gate Arrival
Merupakan konsep paling sederhana dan cukup ekonims, tetapi hanya dapat diterapkan untuk bandara-bandara kecil. Terminal di bangun sangat dekat dengan apron atau
parkir pesawat agar jarak tempuh penumpang menjadi sangat pendek. Pier Finger
Merupakan konsep penanganan terpusat. Proses penumpang dan bagasi dilakukan di bangunan terminal, untuk hal tersebut pesawat harus parkir dekat sekali dengan
terminal penumpang. Pier Satellite
Merupakan konsep penanganan dengan menempatkan suatu bangunan kecil di apron
Pier Satellite
Merupakan konsep penanganan dengan menempatkan suatu bangunan kecil di apron yang dihubungkan. Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep Pier Finger. Konsep ini cukup mengunungkan karena proses tiket, bagasi dan lainnya terlah dilakukan di bangunan terminal.
Remote Satellite
Merupakan konsep penanganan dengan memanfaatkan suatu bangunan pelengkap (satellite) untuk proses tunggu penumpang. Dimana satellite tersebut dapat
dihubungkan melalui suatu koridor atau underground tunnel. Mobile conveyence
Konsep ini merupakan suatu konsep yang banyak digunakan di beberapa bandara di Indonesia. Proses tiket, check in dan bagasi dilakukan di bangunan terminal, kemudian penumpang akan diantar dengan kendaraan pengangkut (mobile conveyence) menuju pesawat.