• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI HIDRO-OSEANOGRAFI PERAIRAN LAUT JAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI HIDRO-OSEANOGRAFI PERAIRAN LAUT JAWA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

78

KONDISI HIDRO-OSEANOGRAFI PERAIRAN LAUT JAWA

Sahala Hutabarat, Subiyanto

Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unversitas Diponegoro Jalan Haya Wuruk 4A, Semarang 50241

Abstract: Schematically, Java sea is rectangular and it is situated between the south latitudes of 3° 30’ - 6°30’ S and east longitudes of 105° - 115°. The data of the current, salinity and tides were obtained from Jepara sea and its surround-dings. The data concerning with the rainfall, evaporation and energy exchange were taken from Meteorology station in Semarang. The data were compiled and analyzed. It was found that the climate, water mass features such as current, salinity surface temperature, and tide pattern in Java sea all year round were affected by the local condition and the waters in the environment.

Keywords: coastal area, Java sea, monsoons

PENDAHULUAN

Laut Jawa secara skematis berben-tuk segi empat yang sejajar satu sama lain yang terletak pada lintang Selatan 3o 30’ - 6o30’S, dan bujur Timur 105o – 115o (Gambar 1). Di sebelah Utara berbatasan

dengan Pulau Kalimantan dan di Selatan berbatasan dengan Pulau Jawa. Bentuk dasar perairan laut Jawa umumnya landai tetapi apabila diukur dari arah pantai Pulau Jawa lebih terjal dibandingkan de-ngan bentuk dasar perairan yang diukur dari arah pantai Kalimantan.

(2)

Demikian pula apabila diukur dari arah barat ke timur, maka bentuk dasar perairan di bagian barat lebih landai di-bandingkan dengan bentuk dasar per-airan di bagian Timur (Sunier 1917). Kedalaman maksimum bagian Barat Laut Jawa mencapai 50 meter, dimana dasar perairannya merupakan lanjutan dari dasar Laut Cina Selatan yang merupakan daerah paparan benua yang juga meliputi Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Jawa dimana di ketiga pulau tersebut banyak terdapat sungai-sungai besar yang semuanya bermuara ke Laut Jawa (Delsman, 1939).

METODA PENELITIAN

Data lapangan seperti arus, salinitas, suhu dan pasang-surut dalam penelitian ini diperoleh dari perairan Jepara dan laut sekitarnya. Pada waktu bersamaan data curah hujan, penguapan dan per-tukaran enersi diambil dari Stasion Metereologi di Semarang yang kemudian di kompilasikan serta dianalisa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Angin Musim

Perairan Indonesia terletak di an-tara 10o lintang di ekuator yang juga berbatasan dengan daratan Asia dan Australia. Hal ini yang menyebabkan ter-jadinya angin musim di daerah ini yang disebabkan adanya perbedaan tekanan udara akibat dari pemanasan oleh sinar matahari ke dua daratan benua yang terjadi dua kali dalam setahun. Pada waktu musim panas di lintang Utara, terjadi penguapan di Benua Asia sehingga tekanan udara rendah, sebaliknya di belahan lintang Selatan, Benua Australia

mengalami musim dingin yang menga-kibatkan tekanan udara tinggi dan me-nyebabkan terjadinya aliran angin dari tekanan tinggi ke rendah, sehingga terjadi angin musim yang juga akan mem-pengaruhi pola arus laut. Gejala seba-liknya akan terjadi pada waktu musim dingin di lintang Utara dan musim panas

di lintang Selatan (Wyrtki, 1961;

Hutabarat dan Evans, 2001). Arus Permukaan

Kajian tentang sistem arus per-mukaan yang terjadi di Laut Jawa pertama kali dilakukan oleh Berlage ta-hun 1927 yang menyatakan, bahwa ter-jadinya arus permukaan di pantai Utara Laut Jawa pada dasarnya disebabkan oleh adanya pengaruh angin musim. Arus mengalir secara terus menerus dari arah Timur ke Barat pada bulan Mei sampai Oktober dan arus ini masih dijumpai pada bulan Nopember, tetapi pada bulan Desember arus ini berubah pola arahnya ke arah Timur secara berkelanjutan dari bulan Januari, Pebruari sampai Maret. Pada bulan April pola arah arus ke arah Barat mulai timbul kembali dan demikian seterusnya terjadi secara bergantian dua kali setahun. Dalam kajian penelitian ini selama setahun dijumpai terjadinya pola arus ke arah Barat selama 8 bulan ber-turut-turut dan ke arah Timur hanya sela-ma 4 bulan.

Salinitas

Dibandingkan dengan rata-rata

salinitas di lautan terbuka yang variasi tahunannya sangat kecil, maka salinitas permukaan Laut Jawa variasi sangat besar. Salinitas permukaan Laut Jawa berkisar antara 30.0 ppt sampai 34.3 ppt di bagian Timur dan 30.6 ppt sampai 32.6 ppt di bagian Barat, sehingga rata-rata setiap tahun berkisar antara 2.0 ppt dan

(3)

Sahala Hutabarat, Subiyanto: Kondisi Hidro-Oseanografi di Perairan 80 4.3 ppt, dimana hal tersebut sesuai

dengan yang dinyatakan oleh Soeriat-madja (1956). Hal tersebut dapat terjadi karena banyaknya sungai baik kecil maupun besar yang terdapat di Kaliman-tan, Sumatera Selatan dan Jawa yang bermuara di Laut Jawa, disamping penga-ruh pola arus yang disebabkan oleh angin musim (Delsman, 1939).

Suhu Permukaan

Suhu permukaan lautan di daerah tropis umumnya selalu tinggi dengan variasi tahunan yang relatif kecil seperti di Laut Jawa. Karena kedalaman Laut Jawa relatif rendah, maka perbedaan an-tara suhu permukaan dan dasar perairan tidak terlalu besar (Wyrtki, 1961). Suhu permukaan rata-rata Laut Jawa pada waktu angin musim kurang dari 27.5oC dan pada musim peralihan 29oC (Dels-man, 1939).

Penguapan, Curah Hujan, Pertukaran Enersi

Data curah hujan, penguapan dan pertukaran enersi yang terjadi di Laut Jawa diambil dari Stasiun Metereologi

Semarang, Jawa Tengah. Laut Jawa mengalami musim kering ketika terjadi angin musim Timur yaitu pada bulan Juni sampai September, dimana penguapan lebih besar dari curah hujan (Gambar 2 dan Gambar 3) disertai angin kencang dan nilai kelembaban yang rendah (Gambar 4) yang disebabkan oleh karena nilai penguapan mencapai 150 mm/ bulan. Pada bulan-bulan ini enersi yang timbul untuk penguapan melebihi radiasi matahari dan akibatnya suhu permukaan tendensi turun (Gambar 5). Pada waktu musim Barat di bulan Desember sampai Pebruari dimana angin bertiup kencang dan mengangkut massa air serta hujan yang lebat, maka penguapan tidak dapat diperkirakan (Hutabarat dan Evans, 2001).

Dengan demikian suhu permukaan Laut Jawa menunjukkan adanya variasi enam bulanan dimana mencapai mak-simum pada musim peralihan di bulan Mei dan Oktober, ketika kecepatan angin sangat rendah dan suhu permukaan turun drastis waktu timbul angin musim dimana kecepatan angin mencapai puncaknya (Gambar 5).

Gambar 2. Rata-rata nilai penguapan di Laut Jawa pada periode 1999 – 20. Garis tegak lurus menunjukkan nilai interval pada tingkat kepercayaan 95%.

(4)

Gambar 3. Rata-rata curah hujan di Laut Jawa pada periode tahun 1999 – 2004. Garis tegak lurus menunjukkan nilai interval pada tingkat kepercayaan 95%.

Gambar 4. Rata-rata nilai kelembaban relatif pada periode tahun 1999 – 2004. Garis tegak lurus menunjukkan nilai interval pada tingkat kepercayaan 95%.

Gambar 5. Rata-rata suhu permukaan Laut Jawa pada periode tahun 1999 – 2004. Garis tegak lurus menunjukkan nilai interval pada tingkat kepercayaan 95%.

Pasang-Surut

Pola pasang-surut di Laut Jawa sa-ngat dipengaruhi oleh pola pasang-surut yang berasal dari perairan yang ada di-sekitarnya. Dimana pola pasangnya ada-lah campuran yaitu tipe pasang diurnal yang merupakan rambatan pola pasang yang berasal dari Lautan Pasifik yang

sam-pai di Laut Jawa melewati Selat Makassar dan tipe pasang semi-diurnal yang meru-pakan rambatan pasang yang berasal dari Lautan Hindia (lihat Gambar 1, Wyrtki, 1961).

Gambar 6 menunjukkan pola pa-sang di Laut Jawa yang didominasi oleh ti-pe pasang diurnal.

(5)

Sahala Hutabarat, Subiyanto: Kondisi Hidro-Oseanografi di Perairan 82 Gambar 6. Pola tipe pasang Laut Jawa pada pengamatan selama 31 hari

Kondisi Lingkungan

Pencemaran minyak di pantai meru-pakan suatu problem yang tidak terlalu mengkwatirkan tetapi sudah mulai mem-pengaruhi pariwisata seperti yang terjadi baru-baru ini di Kepulauan Seribu (Anony-mous, 1974). Disamping itu pantai juga dapat dipengaruhi oleh banyaknya bua-ngan sampah yang mebua-ngandung bahan racun dan dapat mempengaruhi penye-baran organisme benthik, postlarva udang, menurunkan produktivitas perai-ran (Jones, 1979; Hutabarat, 1998, 2000) dan pertumbuhan pohon bakau di pantai (Martosubroto dan Sudrajat, 1973).

Sementara ini sudah terbukti bahwa pengembangan pantai seperti reklamasi dan kerusakan pohon bakau dapat mem-pengaruhi kelimpahan udang di lautan. Hampir seluruh hutan bakau di pantai Utara Jawa saat ini telah berubah menjadi area pertambakan atau perumahan pen-duduk. Walaupun tidak ada data yang menyatakan pengaruh dari pembangunan pantai ini tehadap perikanan, tetapi su-dah ada indikasi bahwa hasil tangkapan udang di sepanjang pantai Utara Jawa menurun dibandingkan dengan pada waktu hutan bakau masih tumbuh subur seperti di pantai Sumatera, Kalimantan dan Jawa Selatan. Kondisi lingkungan di perairan pedalaman Pulau Jawa

semata-mata dipengaruhi oleh banyaknya sungai-sungai yang bermuara disekitar pulau ini yang membawa banyak massa air tawar (Delsman, 1939). Kondisi hidrografi yang

menyangkut perubahan kandungan

nutrien disekitar perairan ini telah dinyatakan oleh Soegiarto dan Birowo, 1975).

KESIMPULAN

Iklim, sifat massa air seperti arus, salinitas, suhu permukaan, pola pasang Laut Jawa sepanjang tahun sangat di-pengaruhi oleh kondisi lingkungan lokal dan perairan di sekitarnya.

REFERENSI

Anonymous. 1974. Coastal zone pollution in Indonesia with emphasis on oil: a

reconnaissance survey. LEMIGAS..

Jakarta.. xxiii — 162 pp. (mimeo) Berlage, H.P. 1927. Monsoon-current in

Java Sea and its entrances.

Koninklijk Magnetisch en Meteo-rologish Observatorium te Batavia

Verhandelingen 19: 1 - 28 + charts.

Hutabarat, S. 1998. Hubungan Antara Kelimpahan Postlarva Udang pe-naeid Dengan Waktu siang malam,

(6)

Pasang Surut dan periode bulan di perairan Jepara, Laut Jawa. Ilmu

Kelautan. Hal 16 – 25.

Hutabarat, S. 2000. Produktivitas Perairan dan Plankton. Telaah Terhadap Ilmu

Perikanan dan Kelautan. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. 61 hal.

Hutabarat, S., Evans, S.M. 2001.

Pe-ngantar Oseanografi. Penerbit

Universitas Indonesia . 159 hal. Cetakan ke - IV

Jones, D.A. 1979. The ecology of sandy beaches in Penang, Malaysia. with Species reference to Excirolana oriental is (Dana). Estuarine and

Coastal Marine Science 9: 677 – 682

Martosubroto, P., Sudradjat. A. 1973. Mempelajari beberapa segi ekologi

dan Perikanan Segara Anakan.

Publications for Marine Fisheries

Institute (LPPL) 1/73:34 -55.

Soegiarto, A., Birowo, S. (Editors). 1975.

Atlas Oseanologi Perairan Indonesia

dan sekitarnya. Lembaga

Oseanologi Nasional, Jakarta, 2 Volume

Soeriaatmadja, R.D.E. 1956. Seasonal fluctuations in the surface salinity of the. North Coast of Java. Marine

Research in Indonesia I: I - 14.

Sunier, A.L.J. 1917. Voordracht over het

pelagiaal van de Java Zee.6e

Bijeenkomst. van

Proefstation-personeel, te Soerabaya op 27 Augustus 1917.

Gambar

Gambar 1.  Peta perairan Indonesia.
Gambar 2. Rata-rata nilai penguapan di Laut Jawa pada periode 1999 – 20. Garis  tegak  lurus menunjukkan nilai interval pada tingkat kepercayaan 95%
Gambar 3. Rata-rata curah hujan di Laut Jawa pada periode tahun 1999 – 2004. Garis  tegak lurus menunjukkan nilai interval pada tingkat  kepercayaan 95%

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh masing-masing faktor kecerdasan emosi yang diantaranya kesadaran diri, kontrol diri, motivasi diri, empati

Berdasarkan hukum Hardy-Weinberg populasi itik Tegal yang digunakan untuk penelitian merupakan populasi yang seimbang dan pewarisan karakteristik polimorfisme protein

Apakah anda bersikap seperti seorang pemandu desa wisata yang bertanggung jawab dan benar dalam memberikan informasi tentang pengetahuan desa wisata kepada wisatawan..

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) mempelajari efektivitas asap cair sebagai disinfektan melalui uji aktivitas antimikroba asap cair terhadap antraknosa,

Menurut Soemitro dalam Tommy dan Maria (2013) menyatakan bahwa tax planning adalah suatu perencanaan pajak yang dilakukan oleh seorang tax planner untuk wajib pajak

membeli produk atau jasa yang ditawarkan, dengan keyakinan yang diterima konsumen bahwa kualitas produk atau jasa yang di tawarkan baik maka konsumen akan dapat

Hasil yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang cukup besar jika dibandingkan dengan hasil penelitian Bari (2006) yang memperoleh mortalitas hampir mencapai 100% dengan