• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. deskriptif kualitatif tentang pembelajaran kitab kuning di MTI Tabek Gadang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN. deskriptif kualitatif tentang pembelajaran kitab kuning di MTI Tabek Gadang."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab IV ini penulis akan memaparkan hasil penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif tentang pembelajaran kitab kuning di MTI Tabek Gadang. Untuk mendapatkan data-data dalam penelitian ini, penulis mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi langsung dengan Kepala Sekolah, Mejelis Guru (ustadz / ustadzah), dan santiwan / santriwati yang belajar di MTI Tabek Gadang. Agar lebih jelasnya, berikut akan peneliti uraikan berdasarkan sub bab yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini.

Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang hasil penelitian, penulis akan memaparkan data sekolah dalam bentuk profil sekolah sebagai berikut :

A. Profil Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang

1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang

Madrasah Tarbiyah Islamiyah Tabek Gadang adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Syekh Abdul Wahid Ash Shalihy pada tahun 1906 M. Dalam perkembangannya telah banyak yang dilakukan lembaga tersebut sesuai perannya selaku lembaga pendidikan Islam, yaitu menghasilkan siswa yang mampu

(2)

mengembangkan ajaran Islam di tengah masyarakat dengan

kapasitas keilmuan yang mereka miliki selama belajar di sana.1

Syekh Abdul Wahid dahulunya adalah sebagai seorang ulama sekaligus pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah Tabek Gadang. Beliau berkiprah dalam rangka mengembangkan dakwah Islam ketengah-tengah masyarakat. Selain itu upaya untuk mengembangkan lembaga pendidikan agama. Melalui lembaga yang formal diharapkan segala sesuatu bisa diatur sebagaimana mestinya. Banyak metode dan cara yang di lakukan untuk mewujudkan pola hidup dan pergaulan yang dilandasi dengan nilai-nilai Islam. Dalam pengembangan dakwah beliau telah banyak menekankan rentang pemahaman nilai Akidah, Tauhid dan Ibadah, karena dari konsep inilah nilai-nilai keislaman di kembangkan. Dan usaha seorang hamba dalam mendekatkan diri bagi khaliknya, bagi Syekh Abdul Wahid hal itu terimplementasi pada tiga bentuk bagian :

a. Mencetak kader-kader ulama atau pemimpin umat

b. Mengadakan wirid pengajian

c. Mengadakan suluk.2

Dari penjelasan tersebut dapatlah penulis pahami bahwa pendiri Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang tersebut adalah

1 Dokumentasi TU, Mulyadi, Sekilas Syekh Abdul Wahid Ash Shalihy dan MTI Tabek

Gadang, ( Padang: TT, 2005), h. 6

(3)

seorang ulama yang cukup berpengaruh di tengah-tengah masyarakat, yang begitu keras perjuangannya untuk menegakkan nilai-nilai islam dalam kehidupan sosial masyarakat.

Dari usaha-usaha itulah Syekh Abdul Wahid mendirikan sebuah surau sebagai tempat belajar mengaji masalah agama pada tahun 1324 H / 1906 M. Tidak beberapa lama kemudian surau yang beliau dirikan yang merupakan cikal bakal madrasah ini, dibanjiri pelajar dan orang yang ingin menuntut ilmu agama yang berasal

dari beberapa kawasan, bahkan dari luar sumatera3.

Berdasarkan hasil observasi penulis tentang kitab kuning yang dipakai di MTI Tabek Gadang untuk diajarkan kepada santri yang belajar di Madrasah tersebut. Maka penulis akan menjabarkan kitab kuning tersebut sesuai dengan tingkatan kelasnya didalam tabel , diantara kitab kuning yang di pelajari di Madraah Tarbiyah

Islamiyah Tabek Gadang adalah4 :

3Ibid, h. 18

4 Dokumentasi, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI Tabek

(4)

Nama-Nama Kitab Kuning

NO Bidang

Keilmuan

Nama Kitab Per - Kelas

I II III IV V VI VII

1 Nahwu Matn

al-Ajrumiyah

Muhtasar Jiddan

Azhariyah Khatrun Nida Khatrun

Nida Al-fiyah Syarah Ibnu A’kil Al-fiyah Syarah Ibnu A’kil

2 Sharf Matn al-Bina Kailani Kailani Salsal

Mudkhal Salsal Mudkhal Al-fiyah Syarah Ibnu A’kil Al-fiyah Syarah Ibnu A’kil

3 Fiqh Matn

al-Taqrib

Fath al- Qarib Fath al-Qarib Fath

al-Mu’in

Fathul Mu’in

Al-mahally Al-mahally

(5)

5 Tafsir Juz A’mmah Juz A’mmah Jalalain Jalalain Jalalain Jalalain Jalalain

6 Hadist Matn Arba’in Mukhtarul

Hadist Mukhtar Hadist Mukhtar Hadist Mukhtar Hadist Mukharul Ibnu Abi Jumrah Mukharul Ibnu Abi Jumrah 7 Akhlaq Akhlaqul Libanin Akhlaqul Libanin - - - - -

8 Tarikh Nurul Yaqin Nurul Yaqin Nurul Yaqin Nurul Yaqin Nurul Yaqin Itmamul

Wafaq

Itmamul Wafaq

9 Ushul - - Mubadi

Awaliyah

Warqat Gayyah

al-Ushul Gayyah al-Ushul Gayyah al-Ushul 10 Mustalah Hadist

- - - Baikuni Baikuni Baikuni Baikuni

(6)

12 Mantiq - - - Idhohul Mubham - Assalamu Malawi Assalamu Malawi 13 Balaghah - Bidayatul Balaghah - Bidayatul Balaghah Jauhar Maknun Jauhar Maknun Jauhar Maknun

(7)

Berdasarkan data di atas dapat penulis analisa bahwa sangat banyak kitab kuning yang dipelajari di Madrasah Tarbiyah Islamiyah Tabek Gadang tersebut, dengan artian untuk mendalami ilmu-ilmu keagamaan melalui kitab kuning tersebut sangat prioritaskan.

Kitab kuning merupakan pelajaran pokok pada madrasah tersebut, maka yang mengajarkan kitab kuning tersebut pada Madrasah Tarbiyah Islamiyah Tabek Gadang adalah guru ( ustadz/ustadzah ) yang sudah menguasai kitab kuning dengan baik. Maka diantara guru MTI yang mengajarkan kitab kuning

tersebut di kelas I sampai VII adalah5 :

Tabel 1.2

Nama-Nama Guru Kitab Kuning

No Nama Tamat Tahun Tamatan Nama Kitab

1 Laila Rahmi 2004 S1 IAIN IB

Padang

Ilmu Tafsir

2 Fakrurrozi 1991 Darul Funun Ilmu Fiqh dan

Tasauf

3 Amrialis Imam 1991 MTI Tabek

Gadang

Ilmu Nahwu dan Sharf

4 Zil Amri Ahmad 1991 MTI Tabek

Gadang

Ilmu Mantiq dan Mustatalah

5Observasi langsung, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 26April 2017

(8)

hadist

5 Hendri 1998 MTI Tabek

Gadang

Ilmu Hadis dan Tauhid

6 Besri Afrinaldi,S.HI 2001 S1 IAIN IB

Padang

Ilmu Tarikh

7 Zuria Depi,S.IQ S,Pd.i 2010 S1 STAIPIQ Ilmu Tafsir

8 Yusriati 2006 MTI Tabek

Gadang

Ilmu Balaghah

9 Wazir Tunikam B.A 2012 DIII IAIN Ilmu Ushul

10 Nurhayati,S.Pd.i 2001 S1 STIT Ilmu Akhlak

Dari data di atas dapat penulis analisis bahwa ustadz atau ustadzah yang mengajarkan kitab kuning di MTI Tabek Gadang masih mencukupi walaupun sudah mulai berkurang untuk proses pembelajaran kitab kuning di MTI Tabek Gadang.

B. Proses Pembelajaran Kitab Kuning

Berdasarkan pengamatan / observasi yang penulis lakukan, bahwa pembelajaran kitab kuning di MTI Tabek Gadang tidak dimulai dengan sebuah perencanaan atau RPP yang harus disiapkan oleh

(9)

seorang ustadz sebelum melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar6.

Alasan tidak dimulai pembelajaran itu dari sebuah perencanaan atau RPP karena pada umumnya di setiap lembaga pendidikan Islam

untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran tidak ada

menggunakan rancangan pelaksanaan pembelajaran atau RPP, karena materi yang diajarkan itu tidak ada target pembelajaran dalam membahas kitab kuning tersebut. Meskipun demikian, pembelajaran yang dilakukan pada kitab kuning tersebut hampir sama dengan pembelajaran pada umumnya di sekolah-sekolah.

Pernyataan di atas sesuai dengan keterangan Ustadz Besri Afrinaldi ketika penulis melakukan wawancara, Ustadz menyatakan bahwa proses pembelajaran kitab kuning di MTI sama dengan pembelajaran yang dilakukan pada umumnya, yang diawali dengan do’a,

pengambilan absen, kemudian kondisi siswa disiapkan untuk belajar7.

Hal ini senada dengan pernyataan santri yang mengatakan bahwa ustadz memulai pembelajaran kitab kuning itu diawali dengan do’a, pengambilan absen, kemudian kami siap-siap untuk memulai

pembelajaran dengan membuka kitab kami masing-masing.8

6Observasi langsung, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 26April 2017

7

Besri Afrinaldi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang, wawancara langsung, Tanggal 26April 2017

8Putri Aulia, Santri Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang,

(10)

Untuk lebih jelasnya penulis akan uraikan kegiatan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren tersebut.

a. Kegiatan awal

Dari observasi yang dilakukan dalam kegitan awal ini, penulis menemukan bahwa proses pembelajaran dibuka dengan membaca do’a, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan absen. Selanjutnya siswa dikondisikan untuk memulai pembelajaran. Setelah siswa siap untuk memulai pembelajaran, Ustadz membuka kitab yang akan

diajarkan, begitu juga dengan siswa.9

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan ustadz yang mengajar kitab kuning, mengatakan bahwa: “Proses pembelajaran kitab kuningpelaksanaan pembelajarannya sama dengan pembelajaran lainnya, yang di awali dengan do’a, pengambilan absen, kemudian mengkondisikan siswa untuk belajar.”

Setelah itu, Ustadz menambahkan bahwa:

Untuk tahap awal beberapa siswa disuruh untuk mengulang terlebih dahulu materi yang kemaren atau yang berlalu, dengan mengulang artinya saja. Kemudian santri disuruh secara acak (membaca

matan) pelajaran berikutnya dan langsung santri yang

bersangkutan meng-i’rab. Khusus untuk meng-i’rab digilirkan

untuk semua santri. Kemudian baru kita (guru) yang membetulkan

bacaan matan siswa sesuai dengan kaedah nahwu dan sharf.

(membaca matan dan meng-i’rab) Selanjutnya baru kita (guru)

melanjutkan materi baru yang diawali dengan membaca matan,

kemudian diterjemahkan dan dijelaskan maksud dari terjemahan

9Observasi Langsung, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI Tabek

(11)

itu. Setelah itu siswa disuruh untuk membaca kembali dari materi

yang telah dipaparkan sekitar dua atau tiga orang.10

Dari penjelasan di atas dapat dicermati bahwa langkah pembelajaran yang dilakukan di Pondok Pesantren tersebut tidaklah jauh berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya, baik itu pendidikan Islam maupun pendidikan umum. dimana di Pondok Pesantren tersebut dalam proses pembelajaran dimulai dengan doa, absen, dan mengondisikan siswa untuk belajar. Sebelum pembelajaran dimulai, Ustadz meminta siswa untuk mengulang materi sebelumnya dan kemudian guru menjelaskan materi selanjutnya.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan bahwa setiap pembelajaran Ustadz/ustadzah tetap melakukan apersepsi (pengulangan materi). Setelah santri disuruh mengulang pembelajaran yang lalu sekitar dua atau tiga orang maka ustadz/ustadzah bersiap untuk menambah pembelajaran berikutnya.

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di setiap pembelajaran kitab kuning bahwa langkah-langkah yang ditempuh oleh Ustadz dalam mengajar hampir sama, yaitu dengan memulai dari kegiatan

membaca kitab, kemudian meng-’i’rab, menerjemah dan menjelaskan

kandungan kitab yang dibaca. Secara umum kegiatan inilah yang penulis temukan dalam kegiatan inti proses pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren MTI Tabek Gadang . Namun ada sedikit perbedaan yang penulis

10Besri Afrinaldi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek

(12)

temukan dalam kegiatan awal dari proses pembelajaran kitab kuning seperti “Pada kegiatan awal adakalanya Ustadz melakukan absen di awal

pelajaran dan adakalanya diakhir pelajaran.”11

Menurut salah seorang santri MTI yang bernama Zainal Abidin menyatakan bahwa, “proses pembelajaran selalu dilakukan tepat pada waktunya, gurunya selalu datang tepat waktu, dan sebelum belajarpun kami selalu berdo’a, lalu Ustadz selalu bertanya tentang materi yang telah berlalu, kalau kami tidak bisa menjawab biasanya kami mendapat ceramah

dari Ustadz/ustadzah.”12

Demikian proses kegiatan pembelajaran kitab kuning yang penulis pahami setelah melakukan penelitian. Kegiatan pembukaan yang dilakukan oleh ustadz/ustadzah hampir sama dengan perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru bidang studi lain, bahkan dalam pembukaan pembelajaran yang dilakukan Ustadz yang mengajar selalu memuji Allah Swt sebagai Tuhan Yang Maha Esa serta mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul pembawa kebenaran, di satu sisi penulis memahami bahwa, kegiatan pembukaan yang dilakukan oleh Ustadz ketika hendak mulai mengajar lebih lengkap jika dibandingkan dengan guru-guru bidang studi umum, sebab ustadz memulainya dengan nilai-nilai religius sehingga santri bisa belajar dengan penuh khidmat dan antusias.

11Observasi Langsung, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 29 April 2017

12Zainal Abidin, Santri Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang,

(13)

b. Kegiatan Inti

1. Membaca matan

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan terlihat bahwa pada kegiatan inti ini, santri dipanggil secara acak untuk membaca

matan tentang materi yang akan dipelajari pada waktu itu, setelah

santri membaca matan dua atau tiga orang selanjutnya ustadz

mananyakan i’rab dari sebagian kalimat yang telah dibaca kepada

seluruh santri.

Setelah bermacam-macam jawaban santri dan ada pula santri yang tidak menjawab sama sekali, selanjutnya ustadz membaca kembali matan yang telah di baca oleh santri sekaligus untuk memperbaiki bacaan santri yang keliru agar sesuai dengan

kaedah nahwu dan sharf, setelah ustadz membaca kitab dilanjutkan

dengan i’rab kalimat yang sebelumnya ditanyakan kepada seluruh

santri, guna untuk memperbaiki pendapat-pendapat santri yang

salah berkaitan dengan i’rab.

2. Meng-i’rab

Pada tahap kedua didalam pembelajaran kitab kuning

adalah meng-i’rab. Menurut ustadz Besri Afrinaldi bahwa

meng-i’rab adalah salah satu kegiatan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang ini. Kegiatan itu bertujuan untuk memudahkan santri dalam memahami kaedah bahasa arab.

(14)

Dengan demikian santri lebih mudah memahami kandungan yang

terdapat didalam kitab kuning tersebut13.

Menurut ustadzah Yusriati mengatakan bahwa meng-i’rab

itu adalah hal yang sangat penting didalam pembelajaran kitab

kuning, karena didalam meng-i’rab tersebut ada dua perpaduan

ilmu yaitu nahwu dan sharf. Oleh sebab itu kunci lancarnya

seorang santri di dalam meng-i’rab kalimat di dalam kitab kuning

tergantung santri menguasai ilmu nahwu dan sharf14.

Penulis melihat kegitan meng-i’rab ini merupakan cara

yang amat baik untuk memahamkan santri dalam memahami kalimat demi kalimat yang ada dalam kitab kuning tersebut.

Adapun proses pada kegiatan meng-i’rab ini berdasarkan observasi

yang penulis lakukan:

a) Ustadz/ustadzah membaca beberapa kalimat dari kitab kuning,

kemudian Ustadz/ustadzah melemparkan (meminta pendapat)

kepada santri tentang i’rab kalimat tersebut.

b) Ustadz/ustadzah membacakan kalimat dari kitab kuning,

kemudian ustadz/ustadzah menunjuk santri untuk menjelaskan

i’rab kalimat tersebut.

c) Pada saat kegiatan membaca kitab Ustadz dan santri lain

menyimak bacaan tersebut. Disaat ada yang salah maka Ustadz

13

Besri Afrinaldi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang, wawancara langsung, Tanggal 29 April 2017

14Yusriati, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek

(15)

akan menulis kesalahan itu dipapan tulis, setelah selasai membaca kitab maka Ustadz dan santri akan membahas kesalahan bacaan tersebut.

d) Disaat santri salah dalam memaca kitab maka Ustadz langsung

menegur dan menyuruh santri untuk memperbaiki

kesalahannya.

e) Adakalanya santri yang salah membaca kitab disuruh mencari

kesalahannya sendiri dan memperbaikinya.15

Ustadz Zil Amri Ahmad membenarkan hasil observasi penulis di atas, menurut beliau, biasanya dalam setiap pembelajaran cara di ataslah yang diterapkan dalam memperbaiki pemahaman santri

dalam meng-i’rab. Sebab cara di atas lebih efektif dan efesien.16

3. Menerjemah

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan kegiatan menerjemah di dalam pembelajaran kitab kuning hanya terfokus pada ustadz/ustadzah yang mengajar. Setelah selesai kegiatan

meng-i’rab oleh ustadz/ustadzah, maka selanjutnya mereka

menerjemahkan materi tersebut, sedangkan santri hanya fokus menyimak dan sebagian ada yang menerjemahkan didalam kitabnya masing-masing. Penulis juga melihat bahwa santri

15Observasi Langsung,tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 30 April 2017

16Zil Amri Ahmad, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI

(16)

menerjemahkan kitab mereka langsung ditulis dalam kitab mereka itu sendiri17.

Menurut penjelasan Ustadz Zil Amri Ahmad, santri memang mengartikan dalam kitab mereka sendiri, namun kegiatan

ini dinamakan mendhabit yaitu mengartikan kalimat di dalam kitab

dengan menulis artinya dibawah kalimat tersebut, dan kalimat yang diartikan itu tidak keseluruhan, namun hanya sebagian yang

merupakan kosa kata baru atau kata sulit18.

Menurut salah seorang santri mengatakan, bahwa kami

memang sudah terbiasa dengan mendhabit kitab dalam setiap

pelajaran di Pondok Pesantren atau sudah kebiasaan yang turun-temurun. Lebih lanjut diterangkan, sebenarnya ada juga santri yang menerjemahkan isi kitab itu dengan memindahkannya pada buku lain, dalam artian, kalimat yang dianggap sulit artinya akan dicatat

dibuku lain untuk dihafal menjadi kosa kata baru19.

Dengan keterangan di atas penulis memahami bahwa,

mendhabit ini sangat efektif dalam mengartikan kitab, selain siswa lebih efesian juga dapat membantu siswa untuk mengingat setiap kosa kata dalam kitab tersebut.

4. Menjelaskan

17Observasi Langsung, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 30 April 2017

18

Zil Amri Ahmad, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang, wawancara langsung, Tanggal 30 April 2017

19Yazid, Santri Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak

(17)

Menjelaskan merupakan kegiatan yang tidak kalah penting

dengan membaca dan meng-i’rab, karena kegiatan ini perlu

dilakukan untuk menambah dan memperjelas pemahaman santri dalam materi yang dibahas.

Dalam kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren ini, Ustadz memulai kegiatan penjelasan dari tema yang dibahas, kemudian berlanjut sampai pada sub-sub tema pada pembahasan itu. Pembahasan itu ada kalanya dengan mengkaitkan pelajaran dengan contoh terdahulu dan adakalanya dengan

contoh-contoh yang lebih up to date.20

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada bidang studi fikih kitab kuning, Ustadz memberikan penjelasan dibantu dengan metode dan media yang tersedia di kelas, yaitu metode ceramah dan tanya jawab, sedangkan media yang digunakan ialah,

kitab, papan tulis dan spidol.21

Selain itu, Ustadz Besri Afrinaldi menjelaskan bahwa urgensi menjelaskan dalam kegiatan belajar mengajar sangat membantu peserta didik dalam memahami pelajaran, oleh karena

20Observasi Langsung, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 1 Mei 2017

21Observasi Langsung, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 1 Mei 2017

(18)

itu saya berharap setiap ustadz agar selalu menjelaskan pelajaran

yang diajarkan kepada santri di Pondok Pesantren ini.22

Dari beberapa kali observasi yang penulis lakukan pada pelajaran kitab kuning penulis menemukan bahwa sewaktu-waktu Ustadz tidak sampai menjelaskan materi yang dipelajari dari awal, terkadang materi yang dijelaskan itu bersifat apa adanya saja (tidak

dikembangkan dengan luas).23Hal ini juga disampaikan oleh salah

seorang santri bahwa, dalam pembelajaran adakalanya Ustadz tidak menjelaskan materi yang dibahas.Persoalan ini disebabkan oleh waktu yang kurang memadai.Hal ini tentu merugikan kami sebagai santri. Apakah ini disebabkan oleh proses pembelajarannya yang terlalu banyak atau pengelolaan pembelajaran yang kurang baik,

terlalu sulit untuk mencarikan solusinya.24

Untuk memperjelas persoalan ini, penulis melakukan wawancara dengan salah seorang Ustadz yang mengajarkan kitab kuning yaitu ustadz Besri Afrinaldi, beliau membenarkan persoalan di atas, dan menjelaskan beberapa alasan dari persoalan itu, antara lain sebagai berikut:

22Besri Afrinaldi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek

Gadang, wawancara langsung, Tanggal 1 Mei 2017

23Observasi Langsung, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 1 Mei 2017

24Hidayatul Armi, Santri Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang,

(19)

a) Tidak dilakukannya penjelasan karena dianggap santri sudah paham tentang persoalan itu, seperti tata cara shalat, berwuduk.

b) Terkadang ada penjelasan tapi hanya sedikit saja, dikarenakan

santri sudah dianggap paham dilihat dari tanya jawab yang dilakukan, mungkin materi yang dibahas hal yang lumrah buat santri.

c) Adakalanya dalam pembelajaran, santri kesulitan untuk

membaca, mengi’rab dan menerjemahkan, sehingga

membutuhkan waktu yang lama dalam memahamkan santri dikelas. Hal ini menyebabkan waktu untuk menjelaskan terpakai oleh kegiatan di awal, sehingga disaat menjelaskan

waktu sudah habis.25

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis memahami bahwa kendala-kendala yang dihadapi oleh ustadz/ustadzah terkait kekurangan waktu disebabkan karena kurang baiknya perencanaan pembelajaran. Tanpa sebuah perencanaan pembelajaran atau RPP seorang guru tidak tahu berapa menit yang seharusnya dipakai untuk kegiatan awal, kegiatan inti, dan juga kegiatan penutup.

Berdasarkan observasi penulis dilapangan, terkadang tingkat kesulitan kitab kuning yang dibahas itu tinggi, jadi ketika

santri memberi syakal dan meng-i’rab terlalu lama waktu yang

25Besri Afrinaldi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek

(20)

dipakai. Hal ini akan berakibat terhadap kegiatan menerjemah dan menjelaskan dari materi yang dipelajari, sangat sedikit sekali waktu yang dapat digunakan untuk menerjemah apalagi untuk

menjelaskan.26

Ketiadaan ustadz/ustadzah didalam menyusun perencanaan pembelajaran atau RPP ternyata tidak mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar didalam kelas. Hal ini terlihat dari kepiawaian seorang ustadz/ustadzah didalam mengolah sebuah materi pembelajaran. Sebagai seorang guru, ustadz/ustadzah tidak kelihatan ragu maupun kaku didalam menyampaikan materi pembelajaran meskipun terkadang ustadz/ustadzah kekurangan waktu.

Selain itu penulis melakukan berbagai pengamatan dan wawancara tentang ketiadaan ustadz dalam membuat RPP, salah satunya penjelasan dari Ustadz Zuria Depi, beliau mengungkapkan persoalan terkait ketiadaan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yaitu:

“Untuk pembelajaran kitab kuning selama ini belum ada RPP begitu juga silabusnya. Acuan yang digunakan untuk menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran berpedoman kepada kitab

yang ditentukan pada tiap-tiap semester”.27

26Observasi Langsung, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 2 Mei 2017

27Zuria Depi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek

(21)

Beliau juga menambahkan bahwa ”Sebenarnya proses pembelajaran telah sesuai dilakukan seperti yang ada pada konsep RPP, artinya kami memang tidak ada RPP, namun terkhusus pada proses pembelajaran fikih kitab kuning konsep RPP itu kami pakai

dan kami terapkan di lapangan.”28

Kemudian penulis juga melakukan wawancara dengan Bapak Mulyadi, Kepala Sekolah Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang menyatakan bahwa “Memang pada pembelajaran kitab kuning ini, dari Kementerian Agama kami tidak diberikan semacam panduan. Khususnya Silabus. Untuk itu guru mengalami kesulitan dalam membuat RPP, saya khususnya tidak memberatkan guru dalam membuat RPP pada mata pelajaran seperti ini.Lain halnya pada mata pelajaran umum, dan terkait bagaimana pelaksanaannya kami serahkan kepada guru yang bersangkutan

sepenuhnya”.29

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran kitab kuning tidak memakai silabus dari Kementerian Agama. Akan tetapi seluruh hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran kitab kuning telah menggunakan tata cara yang sesuai RPP.

28

Zuria Depi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang, wawancara langsung, Tanggal 3Mei 2017

29Mulyadi, kepala Sekolah Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang ,

(22)

Namun demikian, pembelajaran kitab kuning yang dilakukan di MTI tersebut memiliki kendala dalam hal waktu, sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz Besri Afrinaldi bahwa “salah satu kendala kita dalam mengajar kitab kuning di pesantren waktu yang tersisa tidak mencukupi. Jadi untuk penggunaan waktu harus

di cerdasi saja bagi ustadz yang mengajar kitab kuning.”30

Senada dengan itu juga santri menyatakan bahwa” kekurangan waktu dalam mengajar memang menjadi kendala yang rumit untuk dituntaskan, selain disebabkan oleh banyaknya bidang studi yang harus dipelajari oleh santri juga diakibakan oleh banyaknya cakupan dari materi kitab kuning, sehingga terkadang disaat Ustadz menjelaskan materi kepada santri waktu sudah habis, maka penjelasannya dilanjutkan untuk pertemuan yang akan

datang.”31

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kitab kuning terkadang tidak memiliki waktu yang cukup. meskipun demikian pembelajaran kitab kuning ini seharusnya diberikan waktu tambahan untuk mengatisipasi kekurangan waktu belajar dikelas dan ini juga diberikan kepada santri yang berminat untuk mengikutinya.

30

Besri Afrinaldi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang, wawancara langsung, Tanggal 1Mei 2017

31Zainal Abidin, Santri Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang,

(23)

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup ini terdapat pengulangan materi kitab kuning oleh santri atau yang disebut dengan evaluasi. Dalam pengamatan penulis, sistem evaluasi yang dilakukan oleh Ustadz memiliki cara-cara yang lazim digunakan. Pelaksanaannya tidak terfokus hanya dengan penilaian tes lisan saja, tapi juga tes tulisan. Kemudian tidak hanya sekedar ujian MID semester dan ujian semester, tapi juga pada saat pelajaran berakhir, bahkan pada saat

pelajaran itu berlangsung.32

Dari penjelasan diatas penulis memahami, bahwa Ustadz bidang studi kitab kuning melakukan evaluasi pembelajaran dengan baik, hal itu terbukti dari setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan selalu dibarengi dengan kegiatan evaluasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jadi dapat disimpulkan bahwa proses penilaiaan yang dilakukan oleh pendidik adalah dengan memerintahkan santri

untuk mengulang bacaan matan dan menerjemahkannya sendiri. itu

dilihat kalau waktu pembelajaran masih mencukupi untuk melaksanakannya. Kemudian ustadz Besri Afrinaldi juga menambahkan bahwa: penilaiaan lainnya juga mengikut kepada

32

ObservasiLangsung, tentang Proses Pembelajaran kitab Kuning di Pondok Pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah Tabek Gadang Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 3 Mei 2017

(24)

jadwal ujian yang telah di tetapkan di sekolah dan jadwal ujian

pada umumnya seperti MID semester dan ujian akhir semester.33

C. Metode Pembelajaran Kitab Kuning

Setelah pada sub bab sebelumnya dijelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran kitab kuning, pada sub bab ini peneliti akan memaparkan dan membahas data yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian di Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang tentang metode pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.

Hasil penelitian mengenai metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang dilihat dari hasil wawancara yang penulis lakukan sebagai berikut :

Wawancara yang penulis lakukan dengan guru kitab kuning yang mengatakan:

“Selama proses pembelajaran berlangsung kami menggunakan metode membaca dalam memulai pembelajaran, kemudian metode ceramah dalam menyampaikan materi dan metode tanya jawab untuk melihat apakah peserta didik telah memahami materi atau tidak, dengan melemparkan beberapa pertanyaan kepada

santri dan santriwati.”34

Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan salah sorang santri yang mengatakan bahwa “Ustadz memang menjelaskan pelajaran seperti

33

Besri Afrinaldi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang, wawancara langsung, Tanggal 3Mei 2017

34Besri Afrinaldi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek

(25)

orang ceramah, kemudian bertanya kepada kami dengan beberapa

pertanyaan yang harus dijawab.”35

Penulis memahamai bahwa dalam proses pembelajaran kitab kuning tidak banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan. Ustadz Zil Amri Ahmad menjelaskan perihal tersebut, “Keterbatasan waktu menjadi penyebab untuk tidak menggunakan metode yang lainnya karena

proses pembelajaran kitab dengan cara membaca matan, i`rab, terjemah

dan menjelaskan. Sehingga metode yang efektif digunakan yaitu ceramah

dan tanya jawab saja.”36

Lebih lanjut dijelaskan oleh Beliau yang mengatakan bahwa, “memang tidak banyak metode yang dapat diterapkan tetapi dengan metode ceramah dan tanya jawab yang saya lakukan, selama ini cukup untuk membuat kelas tetap aman dan santri aktif selama proses

pembelajaran dengan tanya jawab.”37

Pemaparan data di atas, dapat dipahami bahwa dalam proses pembelajaran kitab kuning ustadz hanya terbatas dengan metode ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah merupakan metode ustadz dalam menjelaskan materi atau isi. Selanjutnya setelah menjelaskan materi dengan pertanyaan kepada santri untuk dijawab. Hal ini dilakukan agar

35Zainal Abidin, Santri Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang,

wawancara langsung, tanggal 4 Mei 2017

36

Zil Amri Ahmad, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang, wawancara langsung, Tanggal 4 Mei 2017

37Zil Amri Ahmad, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI

(26)

pembelajaran tidak monoton.Demikian halnya membaca, meng-i`rab dan menerjemah untuk mengaktifkan santri. Selain itu metode tanya jawab juga melihat pemahaman peserta didik.

Selain metode di atas, ada juga metode lain yang dipakai dalam kegiatan pembelajaran, Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ustadz Bersi Afrinaldi yang mengatakan bahwa, penggunaan metode ceramah dan tanya jawab hanya mampu mengakomodasi pelajaran kitab kuning yang bersifat keilmuan, tapi tidak cukup untuk materi kitab kuning yang berkaitan dengan kajian praktek. Untuk itu perlu adanya metode demonstrasi guna untuk memberikan pemahaman yang mendalam kepada

santri tentang materi yang diajarkan.38

Demikian juga hasil wawancara yang penulis lakukan dengan santri yang mengatakan bahwa setiap pembelajaran yang terkait dengan pelaksanaan ibadah selalu melakukan praktek, meskipun hanya sekedar di kelas saja dan menggunakan waktu apa adanya. Lebih lanjut ditambahkan bahwa adanya praktek dalam pembelajaran Fikih menambah pemahaman yang mendalam dan nyata terhadap ingatan kami, sehingga membuat kami

tidak mudah lupa.39

Perihal kekurangan waktu dalam belajar juga dijelaskan oleh santri yang mengatakan bahwa,“lebih sering Ustadz mengakhiri pelajaran

38

Besri Afrinaldi, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang, wawancara langsung, Tanggal 5 Mei 2017

39Widya Rahmi, Santri Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan

(27)

pada tahap penjelasan yang singkat saja, bahkan terkadang tanpa penjelasan, hal ini disebabkan oleh kehabisan waktu pada kegiatan

sebelumnya.”40

Adapun Hasil penelitian mengenai metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota dilihat dari hasil observasi yang penulis lakukan sebagai berikut:

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terlihat bahwa selama proses pembelajaran guru menggunakan metode membaca, metode ceramah, tanya jawab. Adapun metode lain yang sangat mendukung dengan kitab kuning ini ialah metode demonstrasi sebab penggunaan metode ceramah dan tanya jawab saja tidaklah cukup dalam bidang studi yang memerlukan praktek, apalagi materi-materi yang ada dalam kitab Fikih yang harus diiringi dengan praktek, jika tidak santri akan sulit

memahami penjelasan tentang praktek tersebut.41

Namun meskipun demikian, penggunaan ketiga metode ini sepertinya tidak selalu dilakukan dalam setiap pembelajaran, sebab waktu pembelajaran kitab kuning terlalu banyak dihabiskan untuk kegitan

40Yazid, Santri Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak

Kabupaten Lima Puluh Kota, wawancara langsung, tanggal 5 Mei 2017

41Observasi langsung, Tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 5 Mei 2017

(28)

membaca, meng-i’rab, dan menerjemahkan, sedangkan dalam penjelasan

terkadang sangat sedikit waktu yang tersisa.42

Dalam pengamatan dilain waktu ketiga metode ini adakalanya digunakan dalam menjelaskan materi belajar, meskipun pemakaiannya tidak terlalu lama namun mampu membuat peserta didik terlihat paham

dengan penjelasan ustadz dengan metode tersebut.43

Berdasarkan keterangan di atas, penulis memahami bahwa sekurang-kurangnya ada tiga metode yang digunakan oleh guru kitab kuning dalam pembelajaran, yaitu: metode ceramah, metode tanya jawab dan metode demonstrasi, Ketiga metode ini apabila dilaksanakan akan mampu membawa pembelajaran yang lebih baik dan bermakana untuk mencapai tujuan pembelajaran.

D. Faktor Penunjang Dan Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di MTI Tabek Gadang

1. Faktor penunjang

a. Adanya kerjasama yang baik antara guru, kepala sekolah, orang

tua dan masyarakat

42Observasi Langsung, Tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 5 Mei 2017

43Observasi Langsung, tentang Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren MTI

Tabek Gadang Padang Japang Kecamatan Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanggal 6 Mei 2017

(29)

Berdasarkan wawancara dengan wakil kepala bidang kurikulum pondok pesantren MTI Tabek Gadang ustadz Besri Afrinaldi mengatakan bahwa :

“Guru adalah seorang pendidik bagi peserta didik, untuk

melaksanakan ajaran Islam secara sempurna ( Kaffah). Namun

tidak bisa dilaksakan oleh guru saja tanpa ada bantuan dari pihak lain, maka dari itu guru mengadakan kerjasama dengan kepala sekolah, orang tua dan masyarakat agar tercapainya tujuan

pendidikan”44

Berdasarkan wawancara di atas bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan untuk melaksanakan ajaran

Islam secara sempurna (Kaffah), namun semua itu tidaklah bisa

dilaksanakan oleh seorang guru saja tanpa bantuan dari pihak lain. Demi terciptanya tujuan pendidikan tersebut, maka guru mengadakan kerja sama dengan kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat.

b. Sarana dan Prasarana

Untuk tercapainya tujuan pendidikan harus ada faktor penunjang dari segi fasilitas yang memadai. Sebagaimana yang dikatakan oleh pembina asrama ustadz Zuria Depi bahwa :

“Untuk terciptanya tujuan pendidikan harus ada faktor penunjang seperti pondok pesantren ini memiliki 3 unit asrama ( 2 asrama putri dan 1 asrama putra), ruang belajar, mushalla yang cukup memadai untuk santri belajar keagamaan yang

44

Besri Afrinaldi, Waka Kurikulum Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang, Wawancara Langsung, 7 Mei 2017

(30)

dipandu oleh pembina asrama, ruang OSTI dan

perpustakaan.”45

Berdasarkan wawancara di atas bahwa sarana dan prasarana pondok pesantren MTI Tabek Gadang cukup memadai untuk keperluan pendidikan, hal ini dapat dilihat telah adanya di pondok pesantren tersebut berupa asrama putra dan putri, ruang belajar, mushalla, ruang OSTI untuk menunjang berjalannya proses pembelajaran dengan baik.

2. Faktor penghambat

Diantara faktor penghambat proses pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang adalah :

a. Jadwal pelajaran yang padat

Berdasarkan wawancara penulis dengan guru kitab kuning ustadz Amrialis Imam yang mengatakan bahwa :

“Di pondok pesantren kita ini jadwal pelajaran sangat banyak sekali, di samping santri mempelajari kitab kuning yang merupakan pelajaran pokok, santri juga mempelajari mata pelajaran umum seperti matematika, kwn, bahasa indonesia dan banyak yang lainnya. Jadi terlihat santri kita cepat jenuh di dalam proses pembelajaran, itu terlihat ketika santri yang mengantuk

pada jam pelajaran dan banyak yang kelur masuk.”46

Dari wawancara penulis di atas dapat diambil kesimpula bahwa jadwal pelajaran yang ada di pondok

45Zuria Depi, Pembina Asrama Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek

Gadang, Wawancara Langsung, 8 Mei 2017

46

Amrialis Imam, Guru Kitab Kuning Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI Tabek Gadang, Wawancara Langsung, 8 Mei 2017

(31)

pesantren MTI Tabek Gadang ini sangat padat sekali, di samping santri mempelajari kitab kuning sebagai pembelajaran yang pokok di pesantren ini, santri juga mempelajari mata pelajaran bidang studi umum. Karena begitu padatnya jadwal pelajaran santri cepat jenuh dalam proses pembelajaran, terlihat ketika santri mengantuk pada saat jam pelajaran dan banyak juga yang keluar masuk lokal.

b. Ustadz yang mengajarkan kitab kuning sudah berkurang

Diantara faktor penghambat pembelajaran kitab kuning di MTI Tabek Gadang adalah ustadz yang mengajarkan kitab kuning yang semakin berkurang, hal ini sejalan dengan pemaparan waka kurikulum pondok pesantren MTI Tabek Gadang kepada penulis bahwa ada di antara ustadz yang tidak sanggup lagi untuk

mengajarkan kitab kuning, namun yang akan

menggantikan sampai saat ini belum ada47. Dalam hal

ini dapat dilihat bahwa ustadz yang akan mengajarkan kitab kuning itu sudah mulai berkurang, maka yang demikian itu termasuk faktor penghambat dari proses pembelajaran kitab kuning di MTI Tabek Gadang.

47 Besri Aprinaldi, Waka Kurikulum Pondok Pesantren MTI Tabek Gadang, di MTI

(32)

c. Segi lingkungan yang kurang memadai

Proses pembelajaran kitab kuning sedikit terganggu yang di sebabkan karena letak pondok pesantren tersebut berada di pinggir jalan raya. Hal ini membuat proses pembelajaran kitab kuning menjadi tidak fokus karena kebisingan jalan raya yang banyak dilalui oleh kendaraan.

Referensi

Dokumen terkait

Adalah diharapkan agar kertas kerja program Anak Muda Nadi Malaysia Kolej Ungku Omar sesi 2013/2014 ini mendapat kelulusan daripada pihak Jabatan Perkhidmatan Pelajar

Dari latar belakang yang diuraikan di atas, apakah memang benar Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipengaruhi oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pengeluaran

DAFTAR PESERTA PLPG TAHAP 1 - 6 STATUS LULUS UJIAN ULANG I.. PANITIA SERTIFIKASI GURU

Surat Keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan atau surat pernyataan memiliki tempat praktik;b. Surat rekomendasi dari organisasi

11 Walau sebenarnya semua bentuk dari pengaruh media virtual yang secara sadar dan tidak sadar, menjelma dalam keyakinan si penerima informasi sebagai

4.4.3 Mendiskusikan hasil presentasi tentang peninggalan kerajaan masa Hindu,Buddha dan Islam pada masa kini dan pengaruhnya bagi masyarakat di wilayah setempat dalam bentuk

Berdasarkan data pengamatan dari minggu ke minggu selama empat (4) minggu. Sedangkan untuk kondisi cuaca panas temperaturnya adalah 25-30 ˚C dengan VSWR normal yaitu

Kejadian putus berobat (loss to follow up) pengobatan TB di Kabupaten Pasuruan sebesar 3,50%, meskipun tidak melebihi target nasional yaitu >10 % tetap tidak