• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW SERTIFIKASI CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK (CPIB) BAGI SUPPLIER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REVIEW SERTIFIKASI CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK (CPIB) BAGI SUPPLIER"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW SERTIFIKASI CARA

PENANGANAN IKAN

YANG BAIK (CPIB) BAGI

SUPPLIER

Pusat Pengendalian Mutu

Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan

2017

Disampaikan pada:

(2)

»

OUTLINE:

1. LATAR BELAKANG

2. PROGRAM SERTIFIKASI CPIB

3. SERTIFIKASI SUPLIER

4. CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK

5. CAPAIAN SERTIFIKASI CPIB 2016 (INDENTIFIKASI

DAN SERTIFIKAT)

(3)
(4)

Kapal SERTIFIKASI CBIB SERTIFIKASI CPIB monitoring UNIT PENGOLAHAN IKAN/ INSTALASI PERIKANAN TANGKAP (Kapal) Pakan/ Obat-obatan SERTIFIKASI HACCP DISTRIBUSI DAN PASAR TRANSPORTASI Supplier Supplier SERTIFIKASI CPIB PRODUK MONITORING Bio Security TRACEABILITY NRCP AQUACULTURE Tempat pendaratan /pelabuhan

SISTEM SERTIFIKASI JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL

PERIKANAN

SERTIFIKASI (HC)

Mutu dan keamanan pangan hasil perikanan

(5)

Tidak melakukan

official control

terhadap unit

supplier yang memasok bahan baku ke Unit

Pengolahan Ikan (UPI) yang ekspor ke Uni Eropa

sehingga pernyataan pada Sertifikat Kesehatan

(Health Certificate/HC)

Pada Bagian II.1

bahwa produk perikanan yang

akan diekspor ke Uni Eropa telah dilakukan

official control

dengan baik

tidak terpenuhi.

TEMUAN HASIL AUDIT/INSPEKSI

(6)

Belum terjamin mutu dan keamanan hasil

perikanan pada unit supplier/pengumpul

(Supplier belum seluruhnya memiliki sertifikat

CPIB)

UPT BKIPM belum semua melaksanakan

sertifikasi CPIB terhadap unit

pengumpul/supplier

TEMUAN HASIL AUDIT/INSPEKSI

BPK Tahun 2015

(7)

HASIL INSPEKSI USFDA 11-21 April 2016

Fokus inspeksi Residu Obat ikan pada produk budidaya

(udang dan kepiting):

Hasil Temuan Terkait Suplier Produk Udang :

a. Tim USFDA mengetahui bahwa proses registrasi

supplier baru saja diperkenalkan dan informasi

tentang program ini belum menjangkau seluruh

pemangku kepentingan.

b. Supplier/pengumpul adalah supplier bahan baku

udang untuk UPI. Saat ini hubungan antara supplier

dengan petambak dan UPI adalah hubungan bisnis.

Supplier tidak memiliki dokumentasi akurat yang

dapat menunjukkan asal tambak.

(8)

HASIL INSPEKSI USFDA 11-21 April 2016

Rekomendasi USFDA :

- Otoritas Kompeten harus memulai melaksanakan proses registrasi tanpa penundaan

- Seluruh Supplier harus mendapatkan pelatihan yang cukup tentang keamanan pangan dan bahaya pada produk budidaya

- Mendorong Supplier untuk menerapkan program keamanan pangan

berdasarkan prinsip2 HACCP dan memelihara rekaman untuk traceability

- Supplier menjadi bagian audit/inspeksi yang dilakukan oleh pemerintah secara teratur

- Mewajibkan UPI untuk mendapatkan rekaman bahan baku dari supplier dan memeliharanya

- Mendorong UPI mendesak suplier untuk menggunakan system pengkodean bagi para pemasok bahan bakunya

- Mendorong UPI melakukan audit kepada suppliernya (tambak) minimal satu kali periode pada tahap pembesaran di tambak.

(9)

HASIL INSPEKSI USFDA 11-21 April 2016

Hasil Temuan Terkait Suplier Produk Kepiting :

a. Hasil surveilan USFDA ditemukannya chloramphenikol pada

Crabmeat asal Indonesia

b. Indonesia memiliki pemahaman berbeda dengan USFDA

tentang Mini-plant

c. Mini-plant menurut USFDA adalah primary processor yang

wajib memiliki dan menerapkan HACCP Plan

d. Mini-plant menurut OK Indonesia adalah kelompok supplier

bahan baku yang berproduksi berdasarkan program GHP,

sehingga tidak diwajibkan mengidentifikasi dan mengawasi

proses dan produk terkait bahaya

(10)

HASIL INSPEKSI USFDA 11-21 April 2016

Rekomendasi USFDA :

Mendorong OK Indonesia untuk mencari penyebab kontaminasi

chloramphenikol (CAP) dan menetapkan pengawasan terhadap keefektifan pengendalian yang dilakukan oleh UPI dan menganalisa trend.

Mengumpulkan sampel crabmeat untuk analisa CAP selama inspeksi UPI dan Mini-plants kemudian hasilnya digunakan untuk memformulasikan tindakan pencegahan yang tepat

Terbentuknya toxin Staphylococcus aureus terjadi pada saat pengupasan cangkang (picking) karena tidak adanya pengawasan waktu dan suhu. Sifat toxin yang tahan panas tidak dapat dikurangi dengan proses pasteurisasi dan karena Mini-plant tidak diwajibkan memiliki HACCP Plan maka

diwajibkan pengawasan terhadap suhu dan waktu menjadi bagian program SOP.

Mendorong Mini-plants menjadi bagian inspeksi

OK Indonesia melatih Pemilik dan karyawan Mini-plant terkait pencegahah dan pengawasan terhadap potensi bahaya keamanan pangan

(11)

HAL YANG PERLU DISIAPKAN OK

Otoritas Kompeten sedang melaksanakan registrasi supplier

Pelatihan supplier akan dilaksanakan

OK sedang melakukan sertifikasi supplier berdasarkan

prinsip HACCP

OK dalam melakukan survailen dan verifikasi HACCP

termasuk audit/inspeksi terhadap supplier

Akan dilakukan monitoring terhadap monitoring potensi

kontaminasi CAP terhadap daging rajungan (crab yang baru

ditangkap, diproses, dan di UPI)

OK menerbitkan surat edaran untuk memfasilitasi

pelatihan/training terhadap pekerja miniplant

(12)

HASIL INSPEKSI UE 28 Februari - 9 Maret 2017

• Fokus inspeksi produk tuna beserta turunannya (Jakarta, jawa barat, bali,

Sulawesi Utara)

• Hasil temuan:

a. Regulasi mengenai impor bahan baku yang diekspor kembali ke UE belum sesuai dengan regulasi UE

b. Kapal Penangkap sebagai suplier bahan baku ke UPI yang melakukan ekspor belum memenuhi persyaratan CPIB

c. Suplier bahan baku ke UPI belum seluruhnya mempunyai sertifikat CPIB/HACCP

d. Kapal yang mendarat di pelabuhan belum seluruhnya dilakukan inspeksi pembongkaran oleh pengawas mutu pelabuhan setempat

e. Sebagian UPI yang mempunyai Approval Number dinilai belum memenuhi persyaratan UE

f. Pengawasan kapal penangkap yang mensuplai/memindahkan di tengah laut (kapal-kapal) belum dilaksanakan sesuai regulasi

(13)

RENCANA LANGKAH-LANGKAH YANG DIAMBIL

Otoritas Kompeten

Menambah persyaratan mengenai jaminan bahan baku impor

yang di re-ekspor

Mewajibkan semua kapal penangkap/pengangkut memenuhi

persyaratan CPIB secara terintegrasi dengan perijinan

Mewajibkan Suplier memenuhi persyaratan CPIB/HACCP

Menyiapkan SDM yang kompeten melakukan inspeksi di kapal

dan pelabuhan

Melakukan Re-listing terhadap UPI yang tidak memenuhi

persyaratan UE

(14)
(15)

INDIKATOR KINERJA TAHUN 2017

TARGET TAHUN 2017 : 200 Suplier Tersertifikasi

Prioritas Suplier Produk Rajungan, Kepiting, Udang

dan Ikan

UPT KIPM melakukan sertifikasi suplaier : 5 Unit

(16)
(17)

Sertifikasi CPIB untuk memberikan jaminan

mutu dan keamanan hasil perikanan yang

ditangani di Unit Pengumpul/ Supplier.

(18)

a) Undang- Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

b) Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009 revisi dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan ;

c) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;

d) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2015 tentang tentang Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan serta Peningkatan Nilai Tambah Produk Hasil Perikanan

e) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;

f) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013

tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.

g) Keputusan Kepala Badan

Karantina

lkan, Pengendalian Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan Nomor 371/KEPBKIPM/2014 tentang

Petunjuk

Teknis

Inspeksi

cara

Penanganan lkan

yang

Baik Berdasarkan

Konsepsi

Hazard

Analysis Critical Control Poin Pada

Unit

(19)

a) Penanganan

adalah sebagian atau keseluruhan dari

rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan terhadap ikan

dimulai dari penerimaan, penyiangan, pemotongan,

pencucian, sortasi, pembekuan, pengemasan, penyimpanan,

dan pendistribusian;

b) Sertifikat Hasil Inspeksi CPIB

adalah sertifikat yang diberikan

kepada Unit pengumpul/ supplier sebagai bukti hasil

inspeksi yang menyatakan bahwa suatu Unit pengumpul/

supplier telah menerapkan secara konsisten persyaratan cara

penanganan ikan yang baik;

c) Unit pengumpul/ Supplier

adalah unit penanganan

dan/atau pengolahan milik badan usaha atau

perorangan/kelompok yang mempunyai badan hukum yang

melakukan penanganan dan/atau pengolahan yang

(20)

d) Inspeksi adalah

pemeriksaan terhadap penerapan CPIB

pada Unit Pengumpul/ Supplier berdasarkan Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi,

Pengolahan dan ;

e) Inspektur Mutu

adalah pegawai negeri yang

mempunyai kompetensi melakukan kegiatan inspeksi,

verifikasi, surveilen, dan pengambilan contoh dalam

rangka pengendalian sistem jaminan mutu dan

keamanan hasil perikanan yang ditetapkan oleh Kepala

Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan

(21)

Unit Pengumpul/ Supplier

UPT KIPM

BKIPM

Sertifikat CPIB 1. Identifikasi supplier 2. Inspeksi 3. Tindakan Perbaikan Evaluasi Laporan Hasil Sertifikasi dan Monitoring

UPT KIPM membuat program inspeksi tahunan unit pengumpul/suplier yang mempunyai ijin

UPT KIPM melakukan survailen ke unit pengumpul/suplier yang bersertifikat setiap tahun dan dilaporkan ke Otoritas Kompeten.

Prosedur Sertifikasi Suplier (Cara Penanganan Ikan

yang Baik/CPIB)

(22)

KLASIFIKASI SERTIFIKASI CPIB

KLASIFIKASI

JUMLAH PENYIMPANGAN

Minor Mayor

Serius

Kritis

Sangat Baik

0 –

6

0 –

5

0

0

Baik

≥ 7

6 –

10

1 –

2

0

Cukup

na

≥ 11

3 –

4

0

(23)

1.Prosedur Inspeksi

a) Informasi Kepada Unit Pengumpul/Suplier

UPT KIPM melakukan identifikasi terhadap Unit

Pengumpul /suplier

baik perorangan atau yang

berbadan usaha

yang akan memasok ke UPI /pasar di

wilayah kerjanya;

UPT KIPM membuat program inspeksi untuk semua unit

pengumpul/suplier yang berbadan usaha

setiap tahun

;

Kepala UPT KIPM menginformasikan rencana inspeksi

dan sertifikasi CPIB kepada Penanggung Jawab Unit

Pengumpul/Suplier

minimal 1 minggu

sebelum tanggal

pelaksanaan;

(24)

b) Persiapan Inspeksi

Kepala UPT KIPM menugaskan inspektur mutu

untuk melakukan inspeksi

Kepala bagian yang menangani pengendalian

mutu/ Inspektur mutu membuat perencanaan

inspeksi unit pengumpul/suplier

Inspektur mutu menyiapkan dokumen yang

mencakup Petunjuk teknis Inspeksi

Sebelum inspeksi, Inspektur mutu melakukan

review terhadap informasi yang berkaitan dengan

Unit Pengumpul/suplier yang akan dikunjungi

Inspektur Mutu mencatat secara khusus hasil

(25)

c) Pelaksanaan Inspeksi Unit Pengumpul/Suplier

Pertemuan Pembukaan

Ketua tim inspeksi memimpin pertemuan

pembukaan antara tim inspektur mutu dan

manajemen Unit Pengumpul/Suplier

Inspeksi Lapangan

Ketua tim Inspektur mutu mengatur pelaksanaan

inspeksi lapangan

Inspektur mutu mencatat dan merekam

bukti-bukti objektif yang ditemukan pada saat inspeksi

secara benar dan tepat berdasarkan prinsip PLOR.

Inspektur mutu memberitahukan wakil unit

pengumpul/suplier tentang temuan

(26)

Pembahasan Hasil Temuan (

Caucus Meeting

) dan

pembuatan laporan ketidak sesuaian

Sebelum dilakukan pertemuan akhir dengan

manajemen unit pengumpul/suplier, tim inspektur

mutu mengadakan pertemuan tertutup untuk

mendiskusi temuan dan evaluasi ketidaksesuaian yang

disampaikan oleh setiap anggota inspektur mutu;

Temuan ketidak sesuaian ditulis dalam form temuan

ketidaksesuaian

berdasarkan ”PLOR” (

Problem,

Location, Objective Efidience

dan

Reference

) dan

dituliskan secara jelas dan tidak merupakan saran

tentang tindakan yang perlu diambil, tidak

(27)

Pertemuan Akhir

Ketua tim inspeksi memimpin pertemuan akhir dengan

manajemen unit pengumpul/suplier dan menyampaikan

hal-hal sebagai berikut :

»

Presentasi temuan ketidaksesuaian;

»

Ringkasan keseluruhan dan kesimpulan dari ketua tim;

»

Memberikan kesempatan kepada pihak unit

pengumpul/suplier untuk memberikan tanggapan,

mendiskusikan, menyampaikan komentar pertanyaan,

klarifikasi dll;

»

Meminta unit pengumpul/suplier untuk menyampaikan

rencana tindakan perbaikan ;

»

Menyampaikan prosedur tindakan perbaikan sesuai

ketentuan

»

Ketua tim inspeksi dan penanggungjawab unit

pengumpul/suplier menandatangani Daftar Temuan

Ketidaksesuaian.

(28)

2. Prosedur Sertifikasi CPIB

a) Verifikasi Tindakan Perbaikan

»

Unit Pengumpul/Suplier melakukan tindakan

perbaikan selambat-lambatnya

1 (satu)

bulan;

»

Apabila dalam kurun waktu dimaksud, Unit

pengumpul/suplier yang bersangkutan belum juga

memenuhi persyaratan maka Unit pengumpul/suplier

diberikan perpanjangan waktu selambat-lambatnya 1

(satu) bulan untuk melakukan tindakan perbaikan;

»

Ketua tim inspektur mutu melakukan verifikasi

terhadap tindakan perbaikan dan melaporkan hasil

inspeksi kepada Kepala UPT KIPM

(29)

»

Apabila Unit Pengumpul/Suplier tidak melakukan

tindakan perbaikan sampai batas waktu yang telah

disepakati, maka kepala UPT KIPM tidak dapat

menerbitkan sertifikat CPIB;

»

UPT KIPM dapat menjadwalkan kembali untuk

melakukan inspeksi ulang;

»

Hasil sertifikasi dan monitoring dilaporkan kepada

Otoritas Kompeten pusat untuk dilakukan evaluasi;

»

Apabila berdasarkan laporan hasil verifikasi tindakan

perbaikan unit pengumpul/suplier tidak memenuhi

persyaratan CPIB maka tidak boleh memasok ke

(30)

b) Penerbitan dan Pelaporan

»

Berdasarkan laporan hasil verifikasi tindakan

perbaikan unit pengumpul/suplier memenuhi

persyaratan CPIB maka Inspektur mutu mengajukan

penerbitan sertifikat;

»

Stempel yang digunakan adalah stempel UPT KIPM;

»

Pengesahan dengan Tanda tangan Kepala UPT

KIPM.

»

UPT KIPM melakukan survailen terhadap penerapan

persyaratan CPIB oleh unit pengumpul/suplier yang

bersertifikat setiap tahun dan dilaporkan ke

(31)
(32)
(33)

PERSYARATAN UMUM

Unit pengumpul/supplier harus memperhatikan:

jenis ikan tertentu yang dilarang atau

memerlukan

persyaratan tertentu ;

dilarang menggunakan bahan tambahan pangan yang tidak

diizinkan sesuai ketentuan perundang undangan ; mempunyai sarana pendinginan yang mampu mempertahankan suhu produk pada titik leleh

es

Hanya boleh

menggunakan bahan kimia atau sejenisnya

yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan

Sarana pembekuan yang mampu menurunkan suhu secara cepat sehingga mencapai suhu pusat

-18°C; dan

Penyimpanan beku (cold storage) yang mampu menjaga suhu

pusat produk - 18°C atau lebih rendah.

(34)

Lokasi

• tidak tercemar

• dapat diakses untuk melakukan

pengendalian mutu dan keamanan hasil

perikanan

• tidak diperbolehkan dibangun di lingkungan

pemukiman, kawasan industri atau kegiatan

lain yang dapat mencemari hasil perikanan

yang ditangani, diproses dan diolah

(35)

Bangunan

Ruang kerja yang cukup untuk melakukan kegiatan dengan kondisi higienis

Bangunan harus mampu menghindari kontaminasi terhadap hasil perikanan

terpisah antara ruang penanganan hasil perikanan yang bersih dan ruang penanganan hasil perikanan yang kotor

Bangunan harus dirawat, dibersihkan, dan dipelihara

secara higienis

Bangunan harus dirancang dan ditata dengan konstruksi sedemikian rupa untuk mendukung proses penanganan secara higienis, cepat dan tepat

Bangunan harus mampu melindungi produk dari binatang pengganggu dan potensi kontaminasi lainnya

(36)

Bangunan

Bangunan harus mampu menghindari

kontaminasi terhadap hasil perikanan

terpisah antara ruang penanganan hasil

perikanan yang bersih dan ruang penanganan

hasil perikanan yang kotor

Bangunan harus dirawat, dibersihkan, dan

dipelihara secara higienis

Bangunan harus dirancang dan ditata dengan

konstruksi sedemikian rupa untuk mendukung

(37)

Lantai harus mempunyai kontruksi kemiringan yang cukup, kedap air, mudah dibersihkan dan disanitasi, serta dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan pembuangan air;

Dinding harus rata permukaannya, mudah

dibersihkan, kuat dan kedap air;

Pintu terbuat dari bahan yang kuat dan mudah

dibersihkan;

Ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup untuk

menghindari kondensasi; dan

Penerangan yang cukup, baik lampu maupun

cahaya alami

(38)

dilengkapi fasilitas untuk mendukung kebersihan

karyawan dengan konstruksi dan jumlah

memadai:

Toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang

penanganan dan pengolahan;

Bak cuci kaki dan fasilitas cuci tangan yang mudah dijangkau

untuk digunakan sebelum, selama dan sesudah melakukan

penanganan dan pengolahan hasil perikanan;

Ruang tempat penyimpanan barang-barang karyawan

(loker).

Memiliki ruang atau tempat khusus untuk

menyimpan es dan bahan kebutuhan penanganan

lainnya, misalnya bahan pengemas.

(39)

a)

Kontak langsung dengan ikan harus:

mudah dibersihkan

tidak menyebabkan kontaminasi terhadap hasil

perikanan

terbuat dari bahan tahan karat, tidak beracun, tidak

menyerap air.

b)

Ditata untuk menjamin kelancaran, mencegah

kontaminasi silang dan mudah dibersihkan; dan

c)

Peralatan dan perlengkapan untuk limbah harus diberi

tanda dan dipisahkan dan tidak dipergunakan untuk

menangani ikan, bahan penolong dan bahan

tambahan pangan.

(40)

a) Sehat, tidak sedang mengalami luka, tidak menderita

atau menyebarkan penyakit menular;

b) Menggunakan pakaian dan perlengkapan kerja yang

bersih dan tutup kepala sehingga menutupi rambut

secara sempurna;

c) Mencuci tangan sebelum memulai pekerjaan;

d) Tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan

minum di area penanganan dan pengolahan produk;

e) Tidak diperbolehkan menggunakan asesoris,

kosmetik, obat-obat luar, atau melakukan tindakan

yang dapat mengkontaminasi produk.

(41)

Harus dicegah berkembang biak;

Harus dicegah untuk masuk

lingkungan UPI /ruang proses

Memiliki program dan tindakan

(42)

Pasokan air dan es

memadai dan aman

untuk digunakan

harus mencegah terjadi

kontaminasi antara air

bersih dan air kotor

(43)

»

Produk Hidup

Produk hidup harus disimpan pada

kolam/ bak air yang mampu

mempertahankan ikan tetap hidup

dengan memenuhi kebutuhan oksigen,

kualitas air dan kebersihan lingkungan;

Penanganan dihindarkan dari cemaran

kimia dan kontaminasi dari luar.

PENANGANAN DAN PENGOLAHAN HASIL

PERIKANAN

(44)

Produk Segar

Produk segar yang sedang atau masih

menunggu untuk ditangani, dikemas dan/

atau dikirim, harus diberi es atau disimpan

di ruang dingin yang mampu

mempertahankan suhu produk pada titik

leleh es; dan

Penanganan harus dilakukan sedemikian

rupa sehingga mencegah kontaminasi dan

penurunan mutu.

(45)

Produk Beku

O

Produk harus disimpan pada tempat yang

mampu mempertahankan suhu pusat

produk - 18°C;

O

Bahan baku untuk tujuan pengalengan

dapat digunakan pembekuan air garam

sepanjang tidak lebih tinggi dari - 9°C; dan

O

Disimpan pada ruang penyimpanan beku

yang dilengkapi dengan alat pencatat/

perekam suhu yang mudah dibaca, sensor

suhu harus diletakkan di tempat yang

suhunya paling tinggi.

Lanjutan....

(46)

Produk Masak

Setiap pemasakan harus diikuti

pendinginan cepat

Air yang digunakan untuk pemasakan

harus air minum atau air laut bersih.

Apabila tidak menggunakan metode

pengawetan lain, pendinginan harus

dilakukan terus sampai suhunya

mendekati titik leleh es;

(47)

Produk Masak

Pembuangan kulit atau pengambilan daging

harus dilakukan secara higienis untuk

mencegah kontaminasi produk.

o

pekerja harus mencuci tangan dan

o

semua peralatan harus dibersihkan dengan

baik.

o

Apabila menggunakan mesin harus

dibersihkan secara teratur dan disanitasi

setiap selesai bekerja

Secara teratur harus melakukan uji

mikrobiologi terhadap hasil produksinya

sesuai dengan standar yang berlaku;

(48)

Pengepakan harus dilakukan pada kondisi yang

higienis;

Bahan pengepak harus memenuhi persyaratan

higiene:

Tidak boleh mempengaruhi karateristik

organoleptik dari hasil perikanan;

Tidak boleh menjadi sumber kontaminasi yang

membahayakan kesehatan manusia; dan

Harus cukup kuat melindungi hasil perikanan.

(49)

Bahan pengepakan tidak boleh digunakan

kembali kecuali wadah tertentu yang terbuat

dari bahan yang kedap air, halus, dan tahan

karat;

Bahan pengepakan yang digunakan untuk

produk segar yang di-es harus dilengkapi

dengan saluran pembuangan untuk air lelehan ;

(50)

Lanjutan....

Untuk tujuan pengawasan ketelusuran (

traceability

)

produk, digunakan label (untuk produk yang dikemas)

atau dokumen yang menyertai (untuk produk yang

tidak dikemas), adapun informasi tersebut mencakup :

Asal dan jenis produk yang dapat ditulis secara

lengkap atau singkatan dengan menggunakan huruf

besar; dan

Nama dan nomor registrasi unit pengumpul/ supplier.

Memperhatikan persyaratan pelabelan untuk

produk-produk perikanan tertentu misalnya yang beracun

(

poisoning

) atau memerlukan persyaratan tertentu

untuk dikonsumsi.

(51)
(52)

No UPT KIPM Jumlah 1. Denpasar 71 2. Palembang 31 3. Ambon 59 4. Entikong 7 5. Kendari 46 6. Medan II 52 7. Padang 1 8. Pekanbaru 1 9 Gorontalo 8 10 Pontianak 42 11. Yogyakarta 12

JUMLAH UNIT SUPPLIER BERDASARKAN

HASIL IDENTIFIKASI

No UPT KIPM Jumlah 12 Bandung 47 13 banjarmasin 31 14 Bengkulu 2 15 Bima 8 16 Cirebon 76 17 Merauke 226 18 Palangkaraya 14 19 Sorong 30 20 Tj Balai Asahan 3 21 Tarakan 27 22 Merak 5

(53)

No UPT KIPM Jumlah 23 Batam 16 24 Jambi 2 25 Surabaya I 192 26 Medan I 84 27 Manado 111 28 Luwuk Banggai 18 29 Ternate 30 30 Makassar 248 31 Balikpapan 10 32 Palu 16 33 Aceh 73 34 Lampung 80

No UPT KIPM Jumlah 35 Kupang 23 36 Tahuna 2 37 Tanjung Pinang 26 38 Jakarta I 0 39 Mataram 8 40 Jakarta II 0 41 Surabaya II 6 42 Semarang 12 43 Jayapura 2 44 Pangkal Pinang 5 45 Bau bau 5 46 Mamuju 2

Lanjutan....

(54)

NO UPT KIPM JUMLAH SERTIFIKAT TERBIT

JENIS PRODUK KETERANGAN

1 Denpasar 5 Tuna Tuna (8 sertifikat) Udang (7 sertifikat) Rajungan (26 Sertifikat) Ikan Segar (27 sertifikat) Ikan Beku (3 sertifikat) Cumi (1 Sertifikat) Ikan Hidup ( 4 serifikat) Telur Ikan (3 sertifikat) Kepiting Hidup (1 sertifikat)

Lobster Hidup (1 sertifikat) Daging Tenggiri (1 sertifikat)

Ikan Kering (1 Sertifikat) 2 Cirebon 4 Udang, Rajungan

3 Manado 1 Ikan Segar 4 Balikpapan 1 Udang

5 Merak 2 Rajungan

6 Surabaya II 6 Rajungan

7 Batam 20 Ikan segar dan Ikan Beku 8 Lampung 5 Rajungan

9 Surabaya II 9 Rajungan , Ikan segar, Cumi, Ikan Hidup 10 Semarang 2 Rajungan

11 Makassar 15 Tuna, rajungan, Udang, Ikan Segar, Telur Ikan 12 Jakarta I 5 Ikan, Kepiting, Lobster Hidup

13 Bengkulu 2 Lobster Hidup, Tenggiri 14 Merauke 2 Udang, Ikan Gabus Kering 15 Pangkal

Pinang

4 Rajungan

16 Sorong 1 Ikan Beku Jumlah 84

REKAPITULASI SERTIFIKASI CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK (CPIB) Tahun 2015-2016

(55)

NO UPT KIPM JUMLAH SERTIFIKAT TERBIT

JENIS PRODUK KETERANGAN

1 Denpasar 2 Tuna Laporan

Per Tanggal 10 April 2017

16 UPT belum menyampaikan laporan Triwulan

2 Cirebon 4 Udang, Rajungan 3 Balikpapan nihil nihil

4 Merak 3 Rajungan

5 Lampung Nihil Nihil

6 Surabaya I 4 Rajungan , Ikan segar, Ikan Hidup 7 Semarang 2 Rajungan

8 Makassar 6 Tuna, rajungan, Udang, Ikan Segar, Telur Ikan

9 Merauke 2 Udang

10 Pangkal

Pinang Nihil

Nihil

11 Sorong 1 Ikan Beku 12 Tj Balai

Asahan 4

Ikan Segar

13 Mamuju 5 Ikan Segar 14 Bau-Bau Nihil Nihil 15 Ternate 5 Ikan segar

REKAPITULASI SERTIFIKASI CARA PENANGANAN IKAN YANG BAIK (CPIB) TRIWULAN I TAHUN 2017

(56)

NO UPT KIPM JUMLAH SERTIFIKAT

TERBIT

JENIS PRODUK KETERANGAN

16 Surabaya II Nihil Nihil 17 Banjarmasin Nihil Nihil 18 Palembang Nihil Nihil 19 Aceh Nihil Nihil 20 Gorontalo Nihil Nihil 21 Jambi Nihil Nihil 22 Kendari Nihil Nihil 23 Kupang Nihil Nihil 24 Padang Nihil Nihil 25 Palu Nihil Nihil 26 Yogyakarta Nihil Nihil 27 Bengkulu Nihil Nihil 28 Luwuk

Banggai

Nihil Nihil

29 Tahuna Nihil Nihil Jumlah 38

(57)
(58)

PERMASALAHAN

TENAGA INSPEKTUR MUTU TERBATAS

BEBAN KERJA DI UPT KIPM YANG TINGGI

ALOKASI ANGGARAN CPIB TERBATAS

(SOSIALISASI, PELATIHAN, SERTIFIKASI)

(59)

SEGERA MELAKUKAN SERTIFIKASI SUPLIER

Buat daftar supplier yang benar

Mempunyai unit penanganan/pengolahan

Bukan UPI yang sudah berHACCP

Bukan kapal

Verifikasi hasil identifikasi supplier

Buat program sertifikasi

Lakukan pembinaan/ sosialisasi

(60)

A.

Laporan Bulanan :

1. Rekapitulasi penerimaan & Persediaan Blanko HC

2. Rekapitulasi Penggunaan Blanko HC

3. Rekapitulasi Data HC

B. Laporan Triwulan

1.

Hasil Sertifikasi CPIB

2. Hasil Surveilan UPI untuk Penerbitan HC

3. Hasil pengambilan Contoh dan Uji

Surveilan UPI

4. Hasil Surveilan Kesegaran Ikan, residu dan Bahan

Berbahaya atau marine biotoxin dan lingkungan

perairan

(61)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah disetujui maka akan diberikan ke bagian engineering materials, dengan adanya engineer maka perusahaan dapat menduga bagaimana bentuk project yang akan

yang solid dari sebuah rumah sakit di masyarakat tidak lagi menjamin kesuksesan, sebaliknya masing-masing program Poliklinik Rawat Jalan di RSJPDHK mempunyai pelayanan

Pada pengerjaan proyek akhir ini yang berdasarkan suatu sistem monitoring, yang menggunakan sensor ultrasonik dan sistem wireless, dimana sensor ultrasonik ini digunakan

Hasil pengamatan organoleptis menujukkan bahwa bau ketiga jenis salep sesuai dengan bahan tambahan salep dan rasa dari ketiga jenis salep adalah dingin serta

Populasi dalam penelitian ini adalah petani jamur tiram putih di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan tampan Kota Pekanbaru hanya ada 1 orang pengusaha sehingga metode yang

Since the standards requirement of the research success were at least 70% of the students who could fulfill at least 3 indicators of observation and there were at

keseluruhan.Penilaian secara keseluruhan merupakan penilaian panelis terhadap bolu kemojo yang meliputi seluruh atribut mutu, yaitu aroma, rasa, dan tekstur.Uji

12.3.9.2 Setiap sambungan dalam jaringan (pipa) akhir antara pekerjaan yang baru dan sistem yang telah ada harus dilakukan uji kebocoran dengan gas dari peruntukan sist