• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BANDUNG

Sari Kepustakaan : Lensa Kontak Hybrid Penyaji : Astriviani Switania Sari D

Pembimbing : Susanti Natalya Sirait, dr., SpM(K), MKes

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh

Pembimbing Unit Refraksi, Low Vision, dan Lensa Kontak

Susanti Natalya Sirait, dr., SpM(K), MKes

Senin, 10 April 2017 Pukul 07.00 WIB

(2)

I. Pendahuluan

Lensa kontak merupakan salah satu modalitas yang dapat digunakan pada berbagai indikasi, salah satunya adalah untuk koreksi kelainan refraksi pada mata. Lensa kontak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1880 dan saat ini telah digunakan oleh lebih dari tiga puluh juta orang di Amerika Serikat. Berdasarkan jenis material penyusunnya, lensa kontak diklasifikasikan menjadi lensa kontak keras, lensa kontak rigid gas permeable (RGP), lensa kontak lunak, dan lensa kontak hybrid. Pemilihan jenis lensa kontak harus disesuaikan dengan indikasi dan kenyamanan pasien.1,2

Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan adanya perpaduan antara dua material lensa kontak yang disebut lensa kontak hybrid. Lensa kontak hybrid tersusun dari lensa kontak RGP pada bagian sentral yang dikelilingi oleh lensa kontak lunak pada bagian perifer. Lensa kontak hybrid menawarkan alternatif pilihan lensa kontak yang lebih luas dengan tujuan untuk mencapai koreksi optik dan kenyamanan penggunaan lensa kontak yang optimal.1,2,3

Sari kepustakaan ini disusun untuk membahas mengenai pengembangan lensa kontak hybrid sebagai salah satu alternatif penggunaan lensa kontak, indikasi penggunaan lensa kontak hybrid, serta prosedur fitting yang digunakan untuk menentukan parameter lensa kontak yang akan digunakan oleh pasien.

II. Lensa Kontak dan Perkembangannya

Lensa kontak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1880, terbuat dari material kaca dan memiliki diameter yang besar sehingga menempel hingga ke bagian sklera. Pada perkembangan selanjutnya, diperkenalkan lensa kontak dengan material yang sama, namun dengan diameter yang lebih kecil yang menutupi permukaan kornea dan bersifat tidak permeabel terhadap oksigen. Seiring dengan berkembangnya teknologi, ditemukan bebagai jenis material lensa kontak dengan permeabilitas oksigen yang baik dan fleksibilitas material yang beragam. Berdasarkan jenis material penyusunnya, lensa kontak diklasifikasikan menjadi lensa kontak keras, lensa kontak rigid gas permeable (RGP), lensa kontak lunak, dan lensa kontak hybrid.1,2,3

(3)

Lensa kontak diindikasikan pada berbagai kondisi seperti koreksi optik pada kelainan refraksi dan regularisasi permukaan kornea, terapeutik sebagai pelindung untuk permukaan kornea, dan kosmetik untuk menyamarkan kerusakan kornea. Pemilihan jenis lensa kontak harus disesuaikan dengan indikasi dan kebutuhan pasien dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan penggunaan lensa kontak.1,4

2.1 Parameter Lensa Kontak

Lensa kontak memiliki tiga parameter yang yang dapat diukur, yaitu base curve, power, dan diameter. Parameter lain yang harus dipertimbangkan saat pemilihan lensa kontak sesuai dengan kebutuhan pasien adalah nilai Dk, Dk/L, zona optik, sagittal depth, wetting angle, secondary curve, peripheral curve dan jenis serta material lensa kontak.1,2

Base curve adalah kelengkungan permukaan posterior bagian sentral lensa kontak yang bersentuhan dengan kornea. Base curve dapat dinyatakan dalam ukuran milimeter atau dioptri. Diameter lensa kontak bervariasi dan tergantung dari material penyusun lensa kontak. Diameter lensa kontak lunak berkisar antara 13– 15 mm sedangkan lensa kontak RGP memiliki diameter lebih kecil dan berkisar antara 9–10 mm. Power didefinisikan sebagai kemampuan suatu lensa kontak untuk membiaskan cahaya paralel dan dinyatakan dalam dioptri.1,2,4

Nilai Dk mencerminkan permeabilitas oksigen pada suatu material lensa kontak, dimana D merupakan koefisien difusi pergerakan oksigen dalam material tertentu dan k merupakan konstanta kelarutan oksigen dalam material tersebut. Dk/L merupakan permeabilitas oksigen pada suatu material lensa kontak dibagi dengan ketebalan lensa kontak dan menggambarkan transmisibilitas oksigen di dalam material lensa kontak. Zona optik merupakan bagian sentral dari lensa kontak yang memiliki kekuatan refraktif dan berada pada area sentral kornea. Secondary curve dan peripheral curve suatu lensa kontak terletak pada bagian perifer dari zona optik dan berperan dalam aliran air mata serta kenyamanan penggunaan lensa kontak.1,2,3,4

(4)

Gambar 2.1 Parameter Lensa Kontak

Dikutip dari: American Academy of Ophthalmology1 2.2 Material Penyusun Lensa Kontak

Berdasarkan fleksibilitas material penyusunnya, lensa kontak diklasifikasikan menjadi lensa kontak keras, lensa kontak rigid gas permeable (RGP), lensa kontak lunak, dan lensa kontak hybrid. Material penyusun lensa kontak keras yang paling populer pada tahun 1936 adalah polymethylmetacrylate (PMMA). PMMA merupakan material plastik yang bersifat ringan dengan wettability yang tinggi serta tahan terhadap gesekan, namun bersifat non-gas permeable sehingga dapat mengganggu fisiologi kornea. Pada tahun 1970 dikembangkan material lensa kontak RGP yang bersifat gas permeable dan lebih fleksibel dibandingkan PMMA yang terbuat dari cellulose acetate butyrate (CAB) dan silicone acrylate. Material penyusun lensa kontak lunak terbuat dari hydroxyethylmethacrylate (HEMA) yang bersifat hidrofilik.1,2,3,4

Berbagai material penyusun lensa kontak memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Lensa kontak lunak memiliki keunggulan dalam hal kenyamanan dan sentrasi yang baik pada kornea, sedangkan lensa kontak RGP dapat memberikan koreksi optik dan tajam penglihatan yang lebih baik. Berbagai pengembangan dilakukan untuk mengkombinasikan keunggulan dari berbagai jenis material penyusun lensa kontak untuk memaksimalkan efektivitas penggunaan lensa kontak dan meminimalisasi kelemahan yang ada.

(5)

Lensa kontak piggy back merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Lensa kontak piggy back terdiri dari lensa kontak RGP yang diletakkan di atas lensa kontak lunak yang menempel pada permukaan kornea, bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan stabilitas lensa kontak serta memberikan kualitas koreksi tajam penglihatan yang baik, terutama pada permukaan kornea yang ireguler. Walaupun demikian, terdapat beberapa lensa kontak jenis ini yaitu biaya yang lebih mahal dan perawatan lensa kontak yang lebih rumit dibandingkan penggunaan satu jenis lensa kontak saja, selain itu lensa kontak piggy back juga dapat menyebabkan penurunan transmisibilitas oksigen, mengakibatkan edema dan neovaskularisasi kornea. 1,3,5,6

(a) (b)

Gambar 2.2 (a) Lensa kontak piggy back dan (b) gambaran skematik Dikutip dari: Sengor et al6

III. Lensa Kontak Hybrid

Lensa kontak hybrid merupakan perpaduan dari dua material lensa kontak dengan tujuan untuk memberikan koreksi optik dan kenyamanan penggunaan yang optimal dengan stabilitas lensa kontak yang baik pada kornea. Lensa kontak hybrid tersusun dari lensa kontak RGP pada bagian sentral yang dikelilingi oleh lensa kontak lunak dibagian perifer. Lensa kontak jenis ini memiliki ukuran diameter 14,5 mm, diameter komponen rigid 8,4 mm, diameter zona optik 7,8 mm. Generasi terbaru lensa kontak hybrid tersusun dari material RGP pada bagian sentral dan polyHEMA nonionic hidrofilik pada bagian perifer.1,2,3,4

(6)

Lensa Kontak hybrid generasi pertama diperkenalkan pada tahun 1977 dan beredar secara luas di Amerika Serikat pada tahun 1984. Lensa kontak ini tersusun dari dua jenis material lensa kontak dengan tautan molekuler pada masing-masing tepinya. Permasalahan yang timbul pada penggunaan lensa kontak ini adalah ketidaknyamanan pasien dan neovaskularisasi kornea yang disebabkan oleh permeabilitas oksigen yang rendah dan fitting yang terlalu ketat. Walaupun mengakibatkan berbagai komplikasi, desain awal lensa kontak hybrid memberikan alternatif yang menjanjikan untuk pasien dengan intoleansi penggunaan lensa kontak RGP dan lensa kontak lunak.1,2,4,5,7

Modifikasi dari lensa kontak hybrid generasi pertama menghasilkan lensa kontak hybrid generasi kedua dengan diameter yang lebih besar dan modifikasi bagian tepi lensa yang memungkinkan sirkulasi air mata yang lebih baik, namun permeabilitas oksigen yang rendah masih menjadi masalah pada lensa kontak ini. Komplikasi yang muncul akibat penggunaan lensa kontak ini adalah giant papillary conjunctivitis, hipoksia kronis pada kornea, dan robeknya perbatasan antara bagian sentral dan tepi dari lensa kontak tersebut. 2,5,6,8,9,10

Pada tahun 2001 dikembangkan lensa kontak hybrid generasi ketiga untuk memperbaiki keterbatasan lensa kontak hybrid generasi kedua. Lensa kontak hybrid generasi ketiga beredar luas di Amerika Serikat pada tahun 2005 dengan permeabilitas oksigen pada bagian sentral yang lebih tinggi dibandingkan pendahulunya dan material lensa kontak yang lebih tahan terhadap robekan. Lensa kontak hybrid generasi ketiga juga memiliki wettability bagian perifer yang lebih tinggi dan parameter bagian sentral yang bervariasi sehingga dapat meningkatkan kenyamanan penggunaan. Saat ini terdapat empat varian lensa kontak hybrid generasi yang dapat digunakan untuk indikasi koreksi astigmat, keratokonus, pasca tindakan bedah, dan presbiopia.5,9,10

(7)

Gambar 3.1 Lensa kontak hybrid

Dikutip dari: Carrecado et al9 3.1 Indikasi Lensa Kontak Hybrid

Lensa kontak hybrid generasi ketiga merupakan penyempurnaan dari generasi pendahulunya, dan saat ini tersedia untuk berbagai indikasi. Indikasi penggunaan lensa kontak hybrid yang paling sering adalah pada pasien dengan keratokonus. Lensa kontak hybrid dapat direkomendasikan sebagai salah satu alternatif tatalaksana keratokonus pada keadaan intoleransi terhadap lensa kontak RGP, kegagalan tatalaksana menggunakan lensa kontak lunak, dan derajat progresivitas keratokonus sedang hingga lanjut. Lensa kontak hybrid berperan dalam menyamarkan iregularitas kornea dan menciptakan permukaan optik yang baru dengan kenyamanan pemakaian lensa kontak lunak pada pasien dengan keratokonus. Lensa kontak hybrid juga dapat digunakan pada pasien keratokonus yang telah mendapatkan tatalaksana bedah seperti pemasangan intrastromal ring segment dan penetrating keratoplasty.5,9,10,11,12

Indikasi lainnya untuk penggunaan lensa kontak hybrid adalah untuk koreksi kelainan refraksi astigmat. Selain itu, generasi terbaru lensa kontak hybrid juga tersedia dalam bentuk lensa kontak multifokal yang dapat digunakan sebagai alternatif tatalaksana presbiopia.11,12

(8)

3.2 Prosedur Fitting Lensa Kontak Hybrid

Untuk mendapatkan hasil koreksi optik dan kenyamanan yang optimal serta meminimalisasi kemungkinan timbulnya komplikasi akibat penggunaan lensa kontak hybrid, perlu dilakukan prosedur fitting yang baik. Sebelum dilakukan prosedur fitting hendaknya dilakukan pemeriksaan keratometri dan topografi kornea untuk menentukan base curve awal. Sesaat sebelum prosedur fitting, dilakukan penetesan anestesi topikal pada mata pasien untuk meminimalisasi refleks tearing yang dapat mempengaruhi pola fluorescein yang terbentuk dan menganggu sentrasi lensa. Sebelum lensa kontak diaplikasikan, dilakukan penetesan cairan garam fisiologis ke dalam permukaan posterior lensa untuk menghindari terbentuknya gelembung udara diantara permukaan kornea dan permukaan posterior lensa. Terdapat dua metode aplikasi lensa kontak hybrid, yaitu tripod method dan suction cup method dan lensa kontak diaplikasikan ke dalam mata pasien saat kepala pasien dalam posisi menunduk.8,9,10

(a) (b)

Gambar 3.2 (a) tripod method dan (b) suction cup method

Dikutip dari : Rubinstein et al8

Prosedur fitting lensa kontak hybrid pada kornea yang regular tidak memerlukan aplikasi fluorescein. Kriteria well fitted ditandai dengan sentrasi lensa dengan bagian RGP terletak sejajar dengan area pupil, lensa kontak menutupi seluruh permukaan kornea dan terdapat pergerakan lensa kontak sebesar 1,0 mm pada saat mata berkedip atau dengan penekanan lensa kontak dengan palpebra. Jika tidak terlihat pergerakan lensa maka fitting dilanjutkan menggunakan lensa kontak dengan bagian lunak yang lebih flat. 5,8,10

(9)

Prosedur fitting lensa kontak hybrid pada kornea yang ireguler memerlukan aplikasi fluorescein pada permukaan trial lens untuk menilai pola fluorescein yang terbentuk. Kriteria well fitted ditandai dengan apical clearance pada bagian sentral dengan adanya light touch pada bagian perifer dari lensa RGP. Tidak boleh terdapat gelembung udara di antara permukaan kornea dan lensa kontak, selain itu terdapat pergerakan lensa kontak sebesar 1,0 mm pada saat mata berkedip atau dengan penekanan lensa dengan palpebra.8,10,12

Gambar 3.3 Pola fluorescein apical clearance dengan light touch

Dikutip dari : Rubinstein et al8 IV. Simpulan

Lensa kontak hybrid merupakan suatu pengembangan dari dua jenis material lensa kontak yang bertujuan untuk mengoptimalkan koreksi optik dan kenyamanan pasien, serta menjaga fisiologi permukaan okular. Pengembangan lensa kontak hybrid menyediakan suatu alternatif tatalaksana pada pasien dengan keratokonus pada kondisi tertentu. Rekomendasi penggunaan lensa kontak hybrid untuk indikasi lainnya dapat dipertimbangkan jika modalitas utama dan pilihan modalitas lainnya gagal mengkoreksi kelainan yang ada dengan optimal. Fitting lensa kontak hybrid membutuhkan keahlian dari dokter mata dan motivasi yang baik dari pasien, sehingga didapat parameter lensa kontak dengan kriteria terbaik yang dapat mengkoreksi optik dengan optimal dan memberikan kenyamanan kepada pasien.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course: Clinical Optics. 2014-2015 ed. American academy of ophthalmology.

2. Mannis MJ, Zadnik K, Coral-ghanem C, Kara-jose N. Dalam: Contact lens in ophthalmic practice. Edisi ke-1. New York: Springer Inc; 2003. Hal 181-96. 3. Benjamin WJ. Dalam: Borish’s clinical refraction. Edisi ke- 2.China: Elsevier

Inc; 2006. Hal 1246-72.

4. Gasson A, Morris J. Dalam : The Contact Lens Manual A practical guide to fitting. Edisi ke-3. Toronto: Butterworth Heinemann; 2003. Hal 132-399. 5. Barnett M, Mannis MJ. Contact Lenses in the Management of Keratoconus.

Cornea. 2011;30(12):1510–6.

6. Rathi VM, Mandathara PS, Dumpati S. Contact Lens in Keratoconus. Indian J Ophthalmol. 2013;61(8):410–5.

7. Feder Rs dan Gan TJ. Noninflammatory ectatic disorder. Dalam: Krachmer JH, Mannis MJ, Holland EJ, editor. Cornea: volume I. Edisi ke-3. Chine: Mosby Elsevier; 2011. Hal 865-88.

8. Rubinstein MP, Sud S. The Use of Hybrid Contact Lenses in Management of the Irregular Cornea. Contact Lens Anterior Eye. 1999;22(3):87–90.

9. Carracedo G, González-méijome JM, Lopes-ferreira D, Carballo J, Batres L, et al. Clinical Performance of a New Hybrid Contact Lens for Keratoconus. Eye Contact Lens. 2014;40(1):2–6.

10. Elsahn AF, Hammersmith KM, Cohen EJ. SynergEyes Lenses for Keratoconus. Cornea. 2010;29(1):5–8.

11. Lipson MJ dan Musch DC. Synergeyes Versus Soft Toric Lenses : Vision-Related Quality of Life. Optom Vis Sci. 2007;84(7):593–7.

12. Pilskalns B, Fink B, Hill RM. Oxygen Demands with Hybrid Contact Lenses. Optom Vis Sci. 2007;84(4):334–42.

Gambar

Gambar 2.1 Parameter Lensa Kontak
Gambar 2.2 (a) Lensa kontak piggy back dan (b) gambaran skematik      Dikutip dari: Sengor et al 6
Gambar 3.1 Lensa kontak hybrid                                  Dikutip dari: Carrecado et al 9
Gambar 3.2 (a) tripod method dan (b) suction cup method         Dikutip dari : Rubinstein et al 8
+2

Referensi

Dokumen terkait

Individu dengan kelainan penglihatan warna akan menghasilkan pola kesalahan yang khas, nomor, dan posisi kesalahan dapat digunakan untuk mengarahkan diagnosis dan

Pada kasus pertama pasien langsung disarankan pemeriksaan untuk penegakkan diagnosis dan tatalaksana kemoterapi, namun pada kasus kedua pasien tidak datang untuk kontrol

Manfaat yang dimiliki hand magnifier adalah harga relatif lebih murah, dapat mengatur jarak antara mata dan objek secara fleksibel, dan ringan sehingga mudah

Prosedur anestesi umum pada tatalaksana laserasi kanalikuli dengan COVID-19 dapat dihindari, apabila tidak terdapat trauma berat di daerah lain.. Teknik anestesi MAC

Gambaran katarak traumatika dapat beragam, mulai dari robekan kecil di kapsul anterior yang menyebabkan katarak lokal, hingga kekeruhan total dengan material lensa

Pemeriksaan segmen anterior mata kiri didapatkan hasil palpebra superior dan inferior blefarospasme, konjungtiva bulbi terdapat injeksi siliar, kornea donor intak dengan

Fungsi lapisan musin adalah mengubah epitel kornea dari yang bersifat hidrofobik menjadi hidrofilik, berinteraksi dengan lapisan lipid untuk menurunkan tegangan

Blok Diagram Secara Keseluruhan Dari gambar 1, sistem kerja navigasi kapal laut berbasis image processing metode color detection terdiri dari 2 blok utama yaitu blok perangkat