• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi guru akidah akhlak dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP Al-Islam Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi guru akidah akhlak dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP Al-Islam Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)STRATEGI GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMP AL-ISLAM PEHNANGKA PARON KABUPATEN NGAWI. SKRIPSI Oleh: RAHMATUL FITRIA MAULIDA NIM. 14110058. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG JUNI, 2018. i.

(2) ii. STRATEGI GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMP AL-ISLAM PEHNANGKA PARON KABUPATEN NGAWI. SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd). Oleh: RAHMATUL FITRIA MAULIDA NIM. 14110058. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG JUNI, 2018. ii.

(3) iii. iii.

(4) iv. iv.

(5) v. v.

(6) vi. vi.

(7) vii. HALAMAN PERSEMBAHAN. Syukur Alhamdulillah ‘alamin yang tiada terhingga kepada Allah SWT Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW Segenap ketulusan hati ku persembahkan skripsi ini untuk: Ayahanda Sujitno (alm) & Ibunda Siti Arba’in Yang selalu memberikan limpahan cinta kasih, perhatian, do’a restu serta segala pengorbanan yang tak akn bisa penulis balas dengan apapun jua. Beliaulah yang akan menjadi peranntara untuk memperoleh ridhoNya Kakak-kakakku Bambang Eka Ista’adah serta Bustanul Arif Wibowo yang senantiasa menjadi panutan serta pemberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini Semua guru dan dosen yang telah membimbingku dengan penuh keikhlasan dan telah mendidikku dengan penuh kesabaran, semoga ilmu yang kalian berikan bermanfaat bagi penulis dan juga bermanfaat di dunia maupun di akhirat. vii.

(8) viii. Semua orang yang berpengaruh baik sanak saudara, sahabat, maupun teman dekat yang senantiasa selalu mensuport untuk menyelesaikan skripsi ini dengan penuh perjuangan. viii.

(9) ix. MOTO.     . "Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya."1 (QS. Al-Qalam: 4). 1. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya (Surabaya: Halim Publishing & Distributing, 2013), hlm. 564. ix.

(10) x. KATA PENGANTAR. Segala puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir denga judul ―Strategi Guru Akidah Akhlak dalam menanamkan Pendidikan Karakter Religius Siswa di SMP AL-ISLAM Pehanangka Paron Kabupaten Ngawi‖ sebagai persyaratan dalam menyelesaikan jenjang pendidian strata satu SARJANA Pendidikan Islam (S.Pd). Penulis melakukan penelitian dalam skripsi ini untuk mengetahui strategi guru Akidah Akhlak dalam membentuk karakter religius. Lalu mengetahu faktor pendukung serta faktor penghambat dalam mementuk karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka. Kemudian yang terakhir untuk mengetahui solusi dalam menyelesaikan masalah yang membentuk karakter siswa di SMP ALISLAM Pehanangka. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan dari beberapa pihak, untuk itu rangkaian ucapan terimakasih penulis sampaikan yang setulus-tulusnya kepada: 1.. Ayahanda Sujitno (alm) & ibunda Siti Arba’ain tercinta yang telah menanamkan norma hidup dan nilai kasih sayang dengan segala pengorbanan serta jerih payah demi keberhasilan dan kebahagiaan penulis, sehingga dengan iringan do’a dan motivasi mereka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.. 2.. Kakak-kakak tercinta Bambang Eka Ista’adah & bustanul Arif Wibowo yang telah. memberikan. motivasi. dan. dukungan. kepasda. saya,. dalam. menyelesaikan penulisan skripsi ini 3.. Bapak Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 4.. Bapak Dr. H. Agus Maimun selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. x.

(11) xi. 5.. Bapak Dr. Marno Nurullah, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 6.. Bapak Dr. H. Mulyono, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya dengan penuh pengertian, ketelatenan, dan kesabaran memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian dan penyusunannya hingga terselesaikannya skripsi ini.. 7.. Semua guru dan dosen yang telah memberikan ilmu untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.. 8.. Bapak Sukirna, S.Pd selaku kepala sekolah SMP AL-ISLAM Pehnangka dan semua guru khususnya guru Akidah Akhlak (bapak Imron Hanafi S.Pd) beserta keluarga besar SMP AL-ISLAM Pehnangka, yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.. 9.. Semua keluarga, sahabat, serta teman dekat yang selalu mensuport serta membantu dalam menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini Semoga Allah swt. membalas semua amal ibadah yang telah dilakukan. dengan ikhlas atas bantuan dan bimbingan pihak-pihak tersebut selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini melainkan Dia Yang Maha Sempurna. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kepada semua pihak berkenan memberikan kritik dan saran atas kesalahankesalahan dalam penulisan ini. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya dan saya ucapkan Jazakumullah Ahsanal Jaza’.. Malang, 9 Mei 2018. Rahmatul Fitria Maulida. xi.

(12) xii. PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN. Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:. A. Huruf ‫ا‬. = A. ‫ز‬. = z. ‫ق‬. = q. ‫ب‬. = B. ‫س‬. = s. ‫ك‬. = k. ‫ت‬. = T. ‫ش‬. = sy. ‫ل‬. = l. ‫ث‬. = Ts. ‫ص‬. = sh. ‫م‬. = m. ‫ج‬. = J. ‫ض‬. = dl. ‫ن‬. = n. ‫ح‬. = H. ‫ط‬. = th. ‫و‬. = w. ‫خ‬. = Kh. ‫ظ‬. = zh. ‫ـه‬. = h. ‫د‬. = D. ‫ع‬. = „. ‫ء‬. =. ‫ذ‬. = Dz. ‫غ‬. = gh. ‫ي‬. = y. ‫ر‬. = R. ‫ف‬. = f. B. Vokal Panjang. C. Vokal Diftong. Vokal (a) panjang = â. ‫ =وأ‬aw. Vokal (i) panjang = î. ‫ =يأ‬ay. Vokal (u) panjang = û. ‫ =وأ‬û. ‫ =يِا‬î. xii.

(13) xiii. DAFTAR TABEL Tabel I : Originalitas Penelitian .......................................................................13 Tabel II : Definisi istilah yang berkaitan dengan judul skripsi ..........................14 Tabel III : Macam-macam pendidikan karakter ..................................................37 Tabel IV : Faktor pendukung dan faktor penghambat ........................................45 Tabel V : Daftar kepala sekolah .........................................................................63 Tabel VI : Daftar guru dan karyawan .................................................................68 Table VII : Sarana dan prasarana ........................................................................70 Table VIII : Analisis materi Akidah Akhlak ...................................................... 77. xiii.

(14) xiv. DAFTAR GAMBAR Gambar I : Kerangka berfikir ...........................................................................49 Gambar II : Struktur organisasi .........................................................................72 Gambar III : Denah sekolah ................................................................................75 Gambar IV : Bagan tema penelitian tentang penanaman karakter religius kepada siswa ............................................................................................104. xiv.

(15) xv. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. : Bukti Konsultasi. Lampiran 2. : Surat Izin Penelitian. Lampiran 3. : Instrumen wawancara guru Akidah Akhlak. Lampiran 4. : Instrumen wawancara Kepala Sekolah. Lampiran 5. : Instrumen wawancara guru umum. Lampiran 6. : Instrumen wawancara peserta didik. Lampiran 7. : Dokumentasi. Lampiran 8. : Biodata peneliti. xv.

(16) xvi. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...........................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iv NOTA DINAS ...................................................................................................v SURAT PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................vii MOTO ................................................................................................................ix KATA PENGANTAR .......................................................................................x HALAMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ...............................................xii DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv DAFTAR ISI ....................................................................................................... xvi ABSTRAK ......................................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1 B. Fokus Penelitian .....................................................................................10 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................11 D. Manfaat Penelitian .................................................................................11 E. Originalitas Penelitian ............................................................................12 F. Definisi Istilah ........................................................................................14 G. Sistematika Pembahasan ........................................................................15 BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................18 A. Landasan Teori ........................................................................................18 1. Analisis Guru Akidah Akhlak Terhadap Materi Akidah Akhlak .....................................................................................................18 2.. Pengertian Guru Akidah Akhlak ................................................19. 3. Peran Guru Akidah Akhlak .........................................................20 4. Tanggung jawab Guru Akidah Akhlak .......................................25. xvi.

(17) xvii. B. Membentuk Karakter Siswa ...................................................................33 1. Pengertian Karakter .....................................................................33 2. Prinsip Pendidikan Karakter .......................................................35 3. Macam-Macam Pendidikan Karakter .........................................37 4. Metode Pendidikan Karakter.......................................................40 C. Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Membentuk Karakter Siswa .........41 1. Pengertian Strategi ......................................................................41 2. Macam-Macam Strategi ..............................................................41 D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ............................................45 E. Solusi Untuk Menyelesaikan Masalah Pendidikan Karakter ..................46 F. Kerangka Berfikir....................................................................................47 BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................51 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................................51 B. Kehadiran Peneliti ..................................................................................52 C. Lokasi Peneliti ........................................................................................52 D. Data dan Sumber Data ...........................................................................53 E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................54 F. Analisis Data ..........................................................................................56 G. Prosedur Penelitian .................................................................................56 BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ................................59 A. Latar Belakang Objek Penelitian ...........................................................59 1. Sejarah Berdiri dan Pengembangan SMP AL-ISLAM Pehanangka 59 2. Visi, Misi, dan Tujuan ......................................................................63 a. Visi Sekolah ...............................................................................63 b. Misi Sekolah ..............................................................................64 c. Tujuan Sekolah............................................................................66 3. Daftar Guru dan Karyawan SMP AL-ISLAM Pehnangka ..............68 4. Prestasi yang Diraih SMP AL-ISLAM Pehnangka ..........................69 5. Sarana dan Prasarana SMP AL-ISLAM Pehnangka ........................70 6. Struktur Organisasi SMP AL-ISLAM Pehnangka ...........................71 7. Denah Ruang SMP AL-ISLAM Penangka ......................................74. xvii.

(18) xviii. B. Penyajian dan Analisis Data ..................................................................76 1. Analisis Guru Akidah Akhlak Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak ........................................................................................................... 76 2. Strategi Guru Akiah Akhlak Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius Siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka ..............................82 3. Faktor Pendukung Serta Faktor Penghambat dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius Siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka ...........................................................................................................85 4. Solusi Menyelesaikan Dalam Menanamkan Pendidikan. Karakter. Religius Siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka ..............................88 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ..............................................92 A. Analisis Guru Akidah Akhlak Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak .................................................................................................................92 B. Strategi Guru Akiah Akhlak Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius Siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka ....................................95 C. Faktor Pendukung Serta Faktor Penghambat dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius Siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka ..97 D. Solusi Menyelesaikan Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius Siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka ..................................................102 BAB VI PENUTUP ...........................................................................................105 A. Kesimpulan ............................................................................................105 B. Saran .......................................................................................................107 Daftar Pustaka ....................................................................................................108. xviii.

(19) xix. ABSTRAK. Maulida, Rahmatul Fitria. 2018. Strategi Guru Akhidah Akhlak Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius Siswa di SMP AL-ISLAM Pehnagka Paron Kabupaten Ngawi. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing, Dr. H. Mulyono, M.Ag Kata Kunci: Guru Akidah Akhlak, Menanamkan Karakter Religius, Strategi guru Akidah Akhlak dalam membentuk karakter religius siswa adalah sangat penting. Strategi guru diperlukan ketika menyampaikan pembelajaran kepada siswa agar bisa mudah diterima, khususnya nilai karakter religius agar perilakunya sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadis. Melalui nilai karakter tersebut diharapkan siswa menjadi generasi penerus bangsa yang hebat. Melihat siswa yang masih banyak melakukan perilaku buruk, suka menonton Blue Film, dan sebagainya, maka pembentukan karakter religius sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Untuk itu, perlu adanya peran guru Akidah Akhlak dalam menanamkan pendidikan karakter religius. Fokus penelitian ini yaitu: 1) mendiskripsikan strategi guru Akidah Akhlak dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP ALISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi, (2) mendiskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi, (3) mendiskripsikan solusi untuk menyelesaikan masalah dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan tiga tahap analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk pengecekan data penulis menggunakan triangulasi data dan perpanjangan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Strategi pembentukan karakter religius kepada siswa SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi, 2) Faktor pendukung dalam menanamkan pendidikan karakter religius di SMP ALISLAM Pehnangka Paron : faktor keluarga, faktor ligkungan, faktor masyarakat dan lingkungan. Sedangkan faktor penghambat adalah faktor internal dan eksternal 3) Solusi menyelesaikan masalah dalam menanamkan pendidikan karakter religius di SMP AL-ISLAM Pehnangka adalah pendekatan personal dan melibatkan masyarakat serta pihak berwenang setempat.. xix.

(20) xx. ABSTRACT. Mauilida, Rahmatul Fitria. 2018. The strategy of Akhidah Akhlak teacher in building up the student’s religious character in SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi. Thesis, study program Islamic education, the faculty of Tarbiyah and teacher Universitas Islam Negeri maulana Malik Ibrahim malang. Suadviser, Dr. H. Mulyono, M. Ag Key words: Akhidah Akhlak teacher, building up religious character The strategy of Akhidah Akhlak teacher in building up the student’s religious character is very important. Teacher strategy is needed when conveyed material to students that can easy to be received, usually for the things of religious character that can be suitable with Al-Qur’an and Al-Hadist. By that things, it is hoped that the students can be the best generation for country in the future. In case that there are students still do the bad things, such like watch the blue film, and many others, so, building up the religious character is very needed to solve that problems. That why, it is needed the Akhidah Akhlak teacher role in building up the student’s religious character. The focus of this research are: 1) describe the strategy of Akhidah Akhlak teacher in building up the student’s religious character in SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi, 2) describe support factor and backstop factor in building up the student’s religious character in SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi, 3) describe the solution for solving problems in building up the student’s religious character in SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi. This research uses qualitative approach focusing on study case research. The technique of collecting data uses: interview, observation, and documentation. Whereas, for the data analysis uses descriptive analysis by use three steps analysis such as reduce the data, present the data, and taking the conclusion. For checking the data, the researcher uses triangulation data and prolongation monitoring. The result of this research showed that: 1) the strategy of building up the student’s religious character in SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi, 2) the support factor of building up the student’s religious character in SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron: family factor, environment factor, and society factor. While, the backstop factor were internal and external factor, 3) the solution of these problems in building up the student’s religious character in SMP AL-ISLAM Pehnangka was personal approach including the role of society and the police around the place.. xx.

(21) ‫‪xxi‬‬. ‫ملخص البحث‬ ‫ّ‬ ‫معلي العلُدة و ألاخلم فى جصوٍت ّ‬ ‫مىلدا‪ ,‬زخمت الفطسٍا‪ ,2018 .‬إسترا ّ‬ ‫ججُت ّ‬ ‫الشحصُت‬ ‫السبُت‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫الثاهىٍت إلاسالم فيهنكا فازون هجىي ‪ ,‬البدث الجامعي ‪ ,‬كسم‬ ‫الدًنُت لطالب املدزست‬ ‫ّ‬ ‫كلُت العلىم ّ‬ ‫إلاسالمُت‪ّ ,‬‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫إلالسالمُت ‪,‬‬ ‫التربُت والخدزَس ‪ ,‬حامعت مىالها ملك إبساهُم‬ ‫التربُت‬ ‫ّ‬ ‫الحكىممة ماالهج‬. ‫ّإن إستراجُدُت معلمي العلُدة وألاخالق لخكىٍن اشغصُت الطالب وأخالكهم‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫املعلم ّ‬ ‫ّ‬ ‫مادة الخعلُم الطالب ختى ّ‬ ‫ٌسهلهم فى الفله‬ ‫وبشدة ‪ّ .‬إنها مدخاج ملا أللم‬ ‫طسوي‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫والسنت فبرالك صاز الطالب حُال هافعا‬ ‫الشعصُه املسخرلت باللسآن‬ ‫خاصت هدُجت‬ ‫ً‬ ‫ومجتهدا الى ط ان‪ .‬املشكلت املطسوخت أمام طالب الُىم هي مشكلت دهبئت آلخالق منل‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫مشاهدة ألافالم فير التربىي وماإلى ذلك فبرلك جصوٍد ّ‬ ‫الدًنُت مدخاج‬ ‫الشحصُت‬ ‫التربُت‬ ‫ّ‬ ‫لحل هره امشكلت‬ ‫ّ‬ ‫أغساض البدث هي ‪ > .1‬وصف إسترا ّ‬ ‫جدُت معلي العلُدة وألا خال ق في التزوٍد‬. ‫‪xxi‬‬.

(22) ‫‪xxii‬‬. ‫ًنُت لطالب املدزست الثا ّ‬ ‫هىٍت إلاسالم إسترا ّ‬ ‫الشحصُت الد ّ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ججُت ّ‬ ‫معلي العلُدة و‬ ‫التربُت‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ألاخلم فى جصوٍت ّ‬ ‫الثاهىٍت إلاسالم فيهنكا فازون‬ ‫الدًنُت لطالب املدزست‬ ‫الشحصُت‬ ‫السبُت‬ ‫هجىي‬ ‫معلي العلُدة و ألاخلم فى ثشوٍت ّ‬ ‫جدُت إسترا ّ‬ ‫‪ > .2‬وصف عىامل اعخلا د استرا ّ‬ ‫ججُت ّ‬ ‫السبُت‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫الثاهىٍت إلاسالم فيهنكا فازون هجىي‬ ‫الدًنُت لطالب املدزست‬ ‫الشحصُت‬ ‫‪ > .3‬وصف عىامل املنا سب ملشكلت جص و ًد إسترا ّ‬ ‫ججُت ّ‬ ‫معلي العلُدة و ألاخلم فى جصوٍت‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬ ‫الثاهىٍت إلاسالم فيهنكا فازون هجىي‬ ‫الدًنُت لطالب املدزست‬ ‫الشحصُت‬ ‫السبُت‬ ‫لخدم ألاهدا ف املركىزة‪ .‬اسخدد م املؤلف منهج البدث البدث النى عي ‪ .‬وصاز‬ ‫ّ‬ ‫املُداهُت وكد ّ‬ ‫ثم حمع البُا هاث في هر البدث‬ ‫منهجه منهج البدث الى صفم بنىع البدىث‬ ‫من خالل امللا بالث املالخظت الى ثا ئم ‪ .‬ولخدلُل الب ًاها ث اسخدد م املؤلف طسٍلت‬ ‫الخدلُاي الى صفم النىعي أي ّسسح الب هاث بمؤ سست ثالثت الحطىاث ‪ :‬اختزال البُا هاث ‪,‬‬ ‫جلد ًم الب ًاهاث و جلخُص البُان مع جطبُم البُا ها ث بى صف مثلث البُاها ث ‪.‬‬. ‫‪xxii‬‬.

(23) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dunia pendidikan dalam beberapa aspeknya tidak terlepas dari adanya proses belajar mengajar yang meniscayakan adanya relasi antara murid dan guru. 2 Sehingga sebagai seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang luas, tidak hanya pengetahuan saja namun juga karakter religiusnya harus didapatkan, hal ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan terlepas dari yang namanya pendidikan karakter, terlebih ialah pendidikan karakter religius baik itu di rumah, lingkungan sekitar, maupun lingkungan sekolah. Pada saat ini sangatlah urgen yang harus diperhatikan di era globalisasi karena maraknya karakter seorang siswa kurang ta’dzim (sopan) terhadap guru, orang yang lebih tua, dan terlebih ialah orangtua. Peserta didik adalah generasi yang akan meneruskan perjuangan bangsa kita dikemudian hari. Karakter peserta didik yang terbentuk dari sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa ini. Karakter peserta didik yang terentuk dengan baik apabila dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya mereka mendapatkan cukup ruang untuk mengekpresikan diri secara leluasa. Peserta didik merupakan pribadi yang mempunyai hak untuk tumbuh dan bertumbuh secara optimal sesuai dengan kemampuan masing-masing. 3 Sehingga guru sebagai ujung tombak dalam pembentukan. 2 3. Sya’roni, Model Relasi Ideal Guru & Murid (Yogyakarta: Sukses Offset, 2007), hlm. 5. Moh. Haitami Salim, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2013), hlm. 105.. 1.

(24) 2. karakter religius siswa harus benar-benar memperhatikan perkembangan zaman yang globalisasi sesuai dengan syari’at islam. Karena pendidikan karakter religius yang baik, terbentuk melalui proses pendidikan karakter yang baik melalui lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Selama ini masalah sikap akhlakul karimah atau nilai-nilai karakter religius seperti terlupakan atau dikesampingkan. Akibat dari terjadinya pola pikir (mindset), masyarakat pengguna pendidikan, yaitu dari yang semula mereka belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan intelektual, moral, fisik, dan psikisnya, berubah menjadi belajar untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang besar. 4 Maka dari itu, guru diharapkan mampu mengintegrasikan kedalam pembelajaran siswa yang terdapat nilai-nilai religius yang harus ditanamkan setiap pembelajaran. Sehingga secara tidak sadar siswa memperoleh pembelajaran religius yang akan mereka lakukan setiap hari. Dari proses kegiatan ini, apabila sudah melekat ke dalam sanubari mereka, siswa akan merasa ada kejanggalan jika hal ini tidak dilakukan. Dengan maraknya pergaulan remaja sekarang, sangat disayangkan dan harus benar-benar diperhatikan terutama peran guru yang mempunyai wewenang sebagai orangtua di sekolahan. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru mempunyai tanggung jawab yang utama. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya 4. pendidikan. pada. siswa. sangat. tergantung. pada. Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 17..

(25) 3. pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.5 Tugas guru tidak hanya menyangkut kegiatan yang ada di dalam kelas atau sekolah, melainkan harus membantu membentuk melaksanakan seperangkat tingkah laku sehubungan dengan kedudukannya sebagai guru atau lebih tepatnya dengan pembentukan karakter siswa Menurut Nana Saodih Sumadinata, interaksi guru dan siswa adalah interaksi antara dua kepribadian. Guru sebagai orang dewasa, diharapkan bisa memberikan bimbingan melalui proses belajar mengajar dan nasihat. Selain itu memberikan cara untuk menerapkannya dengan contoh yang baik. Jika hal tersebut sudah terlaksana dengan baik maka siswa akan berkembang dengan baik dan menemukan jati dirinya. Selain siswa dan guru, di sekolah terdapat organisasi yang juga sangat penting, organisasi diartikan member struktur atau susunan yakni dalam penyusunan/ penempatan orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak, atau tanggung-jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung-jawab supaya tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.6 Dalam organisasi sekolah mempunyai seorang pemimpin dan anggota. Pemimpin, seperti kepala sekolah SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi yang bertugas untuk mengatur dan mengarahkan program di sekolah. Selain itu juga bisa mengetahui kemampuan setiap anggotanya baik guru, karyawan, dan seluruh warga sekolah. Jadi semua warga sekolah 5. Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 42. 6 B. Suryosubroto, Manajemen pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 139.

(26) 4. bisa menjalankan hak dan kewajiban masing-masing agar tujuan bisa terlaksana Tujuan pendidikan akan terwujud jika organisasi dalam sekolah itu berjalan dengan baik. Dalam organisasi ada kepala sekolah yang menjadi inti dari struktur organisasi. Karyawan sebagai anggota dalam organisasi yang membantu proses jalannya program yang sudah direncanakan. Sedangkan siswa juga mempunyai peran untuk membantu proses tercapainya tujuan di sekolah. Pendidikan karakter di Indonesia dapat dilihat secara nyata, misalnya dalam problem remaja, terutama pelajar dan mahasiswa adalah mudah marah terprovokasi yang tidak terkendali sehingga berujung pada tawuran antar pelajar atau antar mahasiswa. Seperti yang seringkali diberitakan di televisi dan media cetak, di kota-kota besar, mahasiswa dan pelajar terlibat dalam penyalah gunaan obat terlarang, seperti narkoba dengan berbagai jenisnya. Bahkan perilaku negatif pelajar saat ini diperparah oleh perilaku penyimpangan sosial yang mereka lakukan dalam bentuk pergaulan bebas (free sex, aborsi, homosexual, lesbian suka menonton Blue Film, dan lainlain). Mereka juga terkesan kurang hormat kepada orang-tuanya, guru (dosen), orang yang lebih tua, dan tokoh masyarakat. Fenomena ini dapat diilustrasikan sebagai sosok anak bangsa yang berada dalam kondisi split personality (kepribadian yang pecah, tidak utuh).7 Berdasarkan wacana di atas, penulis menemukan peristiwa serupa di 7. Agus Zaenul Safitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah (Jogjakarta: Arruzz Media, 2012), hlm. 10..

(27) 5. SMP AL-ISLAM Pehanangka Paron Kabupaten pada tahun 2009-2011 yang sangat jelas bahwa banyak sekali karakter yang menyimpang dari normanorma yang harus dijalankan. Peyimpangan tersebut berupa pacaran, keluar malam, jam masuk sekolah sudah dimulai namun masih saja anak cangkrukan di warung, kurang adanya kesopanan terhadap bapak- ibu guru, melihat film parno, kurangnya rasa hormat terhadap guru, dan juga sampai hamil diluar nikah. Semua bisa terungkap karena adanya pengawasan dari para guru, masyarakat dan juga dari teman-temannya sendiri. Setelah saya melakukan penelitian beserta hasil wawancara dengan bapak Imron Hanafi selaku guru Akidah Akhlak menerangkan bahwa ditahun sebelum 2011 banyak sekali yang menyimpang dari norma-norma agama, semisal hamil diluar nikah sebanyak 7 siswa, miras sebanyak kurang lebih 15 siswa, dan yang hampir setiap hari datang terlambat separuh dari siswa lakilaki. Namun dengan adanya peraturan-peraturan baru yang kurang lebih sudah hampir 6 tahun tidak ada yang namanya hamil diluar nikah atau bisa disebut dengan kenakalan remaja, melainkan hal yang sangat urgen saat ini ialah maraknya gatget. Namun dalam mengatasi hal tersebut, ada peraturan bahwa semua siswa tidak boleh membawa handphone selain siswa yang rumahnya jauh, itupun juga harus handphone yang jadul dan wajib dikumpulkan kepada WAKASEK, bisa diambil ketika jam pulang sudah berbunyi. Meski demikian, para guru tetap intensif dan tidak boleh terlena dalam peraturan ini, sehingga seminggu sekali atau dua minggu sekali tetap ada yang namanya razia..

(28) 6. Sesuai dengan masalah yang dipaparkan diatas, maka pendidikan karakter di madrasah belum berjalan dengan baik 100% namun bisa dikatakan hampir 95% sudah berjalan dengan baik. Permasalahan tersebut muncul karena faktor dari luar dan dalam. Faktor luar, seperti pengaruh lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Faktor dari dalam, seperti pengaruh yang berasal dari dirinya sendiri baik psikis atau fisik. Menurut penjelasan Bapak Imran Hanafi selaku guru Akidah Akhlak, ada sebagian siswa yang tidak mengindahkan karakter religiusnya, seperti halnya; 1) siswa yang masih datang terlambat ke sekolah, 2) siswa yang berperilaku seenaknya sendiri terhadap teman, 3) siswa yang tidak disiplin terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, 4) siswa yang membangkang atau berani terhadap guru maupun orangtua8 Berdasarkan pernyataan bapak Imran, penyimpangan di atas kemungkinan dikarenakan minimnya pengawasan orangtua, pengaruh lingkungan yang kurang memadai baik teman sepergaulan maupun lingkungan masyarakat. Oleh karena itu dari pendidikan karakter tersebutlah tidak diperhatikan. Faktor lainnya dalam pendidikan karakter ini ialah anak yang sejak kecil dititipkan oleh neneknya sedangkan orangtuanya sibuk sendiri bahkan sampai bekerja diluar negeri hal itu juga sangat mempengaruhi oleh karakter anak itu sendiri terlebih ialah segi religiusnya. Sedangkan pendidikan yang sangat urgen ialah ketika anak mulai mengerti terlebih ketika dalam proses pencarian jati diri (usia SD-SMP). 8. Wawancara dengan Imran Hanafi, Guru Akidah Akhlak SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi, tanggal 16 Oktober 2017.

(29) 7. Perilaku-perilaku penyimpang tersebut tentu saja membuat prihatin kita semua terlebih menjadi seorang guru. Karena sosok seorang gurulah biasanya dipandang sebagai orang yang bisa mendidik anak didiknya menjadi anak yang baik. Jadi upaya perbaikan harus segera dilakukan salah satu upayanya ialah dengan pendidikan karakter, dan pendidikan karakter tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan dengan adanya pendidikan karakter religius. Dengan adanya pendidikan karakter religius, siswa disamping mempunyai etika juga mempunyai sifat akhlakul karimah yang mempunyai nilai plus tersendiri. Dalam pembentukan suatu karakter tidak terlepas dari pendidikan Akidah Akhlak yang menyangkut karakter religius. Hal ini dikarenakan sesuai dengan pengertian dari Akidah Akhlak tersebut. Dimana Akidah ialah suatu keyakinan yang ditanamkan pada diri masing-masing dengan bertujuan untuk mempercayai akan semua ciptaanNya atau yang berhubunganNya, sedangkan Akhlak ialah lebih kepada perilaku seseorang. Maka dapat disimpulkan bahwa Akidah Akhlak ialah suatu keyakinan yang ditanamkan pada diri masing-masing manusia dengan mengimplementasikan melalui perbuatan kita. Perilaku disini yang dilihat ialah akhlak kita kepada sesama manusia, karena hal pertama yang akan dilihat seseorang ialah dengan akhlaknya atau perilakunya. Sedangkan karakter religius ialah suatu kepribadian atau watak yang dimiliki oleh seseorang dalam mendekatkan diri kepada Allah swt, selain itu juga religius disini ialah lebih kepada akhlakul karimah..

(30) 8. ―Didalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional,. berfungsi. mengembangkan. kemampuan. dan. membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab‖.9 Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter bisa mengembangkan potensi siswa. Siswa akan memiliki pribadi yang baik, dekat dengan Allah SWT. Dan pengembangan kemampuan merujuk pada kualitas akademik. Betapa sulit dan penuh tantangan kita selaku sosok seorang guru, tidak hanya memberikan muatan materi saja (transfer of knowledge) melainkan ia harus bersikap sebagai orang tua saat di sekolah. Menjadi seorang guru mempunyai fokus yang sangat vital, sebab baik dan buruknya peserta didik itu tergantung sosok guru itu sendiri. Pentingnya peran seorang guru di sekolah ibarat peran orangtua kepada anak di rumah yang harus menanamkan pondasi berupa akidah dan akhlak. Perilaku tersebut sesuai kisah Qur’an yang menceritakan Luqman dan anaknya. Berdasarkan ayat di bawah ini:. ّ ‫َو ْذ َو َو ُل ْذ َو ُل ْذ َو ُل َو َو ُل ُل َو ُل َو َّي ُل ْذ ْذ َّي َّي‬ ‫الش ْذس َون َول ُلظ ْذل ٌمم َوع ِإظ ٌم‬ ‫ُم‬ ‫وِإإذ كال للمان الب ِإن ِإه وهى ٌ ِإعظه ًا ب ي ال حش ِإسن ِإبالل ِإه ِإإن ِإ‬ “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia 9. Barnawi dan M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 45.

(31) 9. memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar". (Qs. Al-Luqman (31): 13)10 Sesuai ungkapan Luqman di atas patut kita dijadikan teladan oleh siapapun. Sistematika yang tersusun dengan indah yang didasari oleh contoh dan budi pekerti yang amat mulia sehingga meresap dalam hati. Ia mulai menaburkan nasehatnya dengan tauhid mengesakan Allah Swt, mengajak untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan menanamkan budi pekerti yang mulia. Sehingga peran guru ialah menanamkan pendidikan karakter kepada anak didiknya. Masalah pendidikan karakter tidak hanya terjadi pada peserta didik saja, melainkan bisa juga kepada pendidiknya. Melalui pendidikan karakter yang ditanamkan sejak kecil, diharapkan siswa mempunyai pedoman dalam hidup. Pedoman yang tepat ialah sesuai Al-Qur’an dan Al-Hadits. Selain itu juga dibutuhkan kerja sama antara guru dan juga orangtua supaya bisa tercapai apa yang di inginkan. Dapat disimpulkan bahwa siswa sebagai produk pendidikan di sekolah sedikit yang belum menampakkan kualitas moral dan karakter yang baik, sehingga sekolah mempunyai tanggung-jawab dan peran besar dalam menolong maupun mengantisipasi hal itu. Memang sangat diperlukan guru Akidah Akhlak dalam membentuk karakter religius siswa. Selain itu, perhatian dan juga dorongan orangtua juga sangat dibutuhkan. Supaya semuanya bisa berjalan dengan mudah.. 10. Al-Qur’an dan Terjemahanya (Bogor: PT Syigma Examedia Arkanleema, 2007), hlm. 412.

(32) 10. Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian di sekolah ini, sedangkan yang di teliti adalah guru Akidah Akhlak, siswa kelas VII dan VIII. Penulis kemudian membahasnya dalam skripsi ini yang berjudul “Strategi Guru Akhidah Akhlak Dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius Siswa Di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi”.. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah analisis guru Akidah Akhlak dalam mata pelajaran Akidah Akhlak? 2. Bagaimana strategi guru Akhidah Akhlak dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi? 3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat serta solusi pemecahan guru Akidah Akhlak dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi? 4. Bagaimanakah. dampak/. hasil. untuk. mengatasi. masalah. dalam. menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi?.

(33) 11. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui analisis guru Akidah Akhlak dalam mata pelajaran Akidah Akhlak 2. Untuk mengetahui strategi guru Akhidah Akhlak dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron, Kabupaten Ngawi 3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat serta solusi pemecahan guru Akidah Akhlak dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi 4. Untuk mendeskripsikan dampak/ hasil mengatasi masalah dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi. D. Manfaat Penelitian Selanjutnya manfaat penelitian ini, bisa dilihat dari dua hal, yaitu: 1. Manfaat Teoritis: Melalui penelitian ini, untuk mengembangkan ilmu/ kegunaan teoritis 2. Manfaat Praktis: Melalui penelitian ini, secara praktis akan bermanfaat bagi: a. Bagi Sekolah Sebagai acuan dan bahan pertimbangan mengingat pentingnya.

(34) 12. menanamkan pendidikan karakter religius terhadap peserta didik dan diharapkan memperoleh manfaat tersendiri dari hasil penelitian sehingga dapat dijadikan acuan menindak lanjuti perilaku siswa b. Bagi Guru Sebagai acuan dan bahan pertimbangan pembelajaran mengingat pentingnya peran guru dalam menanamkan pendidikan karakter religius terhadap siswanya c. Bagi Peneliti Menambah pengalaman dan wawasan tentang bagaimana guru dalam menanamkan pendidikan karakter religius terhadap siswanya d. Bagi Siswa Biar lebih selektif dalam memilih jalan hidup ke arah yang lebih baik e. Bagi Orangtua Bisa lebih memberikan perhatian, kasih sayang serta pendidikan nilai karakter religius terhadap anaknya agar terciptanya keluarga yang harmonis f. Peneliti lain: Hasil penelitian dalam rangka menggali tambahan informasi terhadap peran guru dalam menguapayakan strategi guru Akidah akhlak dalam pembentukan karakter religius siswa. E. Originalitas Penelitian Dalam kajian pustaka ini akan dikemukakan teori-teori yang terkait dengan judul peneliti yang diambil dan ada hubungannya dengan pokok permasalahan dengan dasar dan pedoman untuk mengetahui jawaban dari.

(35) 13. permasalahan tersebut. Adapun yang menjadi titik berat dari penelitian ini adalah pada strategi guru Akidah Akhalak dalam membentuk karakter religius siswa, namun sebelumnya akan diunkapkan mengenai penelitian terdahulu, yakni:. Tabel. I Originalitas Penelitian No Nama Peneliti, Tahun dan Judul Penelitian 1. Ari Rahmawati, (2012), ―Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah Aliyah Negeri Kediri II Kota Kediri‖. Persamaan. Perbedaan. Orisinilitas Penelitian. Penerapan pendidikan karakter. Lokasi Penelitian Fokus pada kegiatan belajar mengajar dalam penerapan pendidikan karakter. Strategi Guru Akidah Akhlak dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Religius siswa di SMP ALISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi. 2.. Upaya guru Agama Islam dalam Menanamkan akhlakul kaimah. Lokasi Penelitian Fokus pada Guru Pendidikan Agama Islam karena penelitian di madrasah. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam. Lokasi Penelitian Objek Penelitiannya pada Pembinaan Akhlak. 3.. Angga Dwi Kurniawan, (2013), ―Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Akhlakul Karimah pada Siswa Kelas X di SMAN I Pagak Suryani, (2009), Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak.

(36) 14. F. Definisi Istilah Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih mengarah dan terfokus pada permasalahan yang dibah, sekaligus untuk menghindari terjadinya persepsi lain mengenai istilah-istilah yang ada, maka perlu adanya penjelasan mengenai definisi stilah. Hal ini sangat diperlukan agar tidak terjadi persamaan penafsiran dan terhindar dari kesalahan pengertian pada pokok pembahasan ini.as Definisi istilah yang berkaitan dengan judul dalam penulisan skripsi ini yaitu:. Tabel. II Definisi istilah yang berkaitan dengan judul skripsi No 1. Strategi. Penjelasan langkah-langkah yang ditempuh guru untuk melakukan suatu pencapaian yang ingin dicapai terutama akhlaknya. 2.. Guru. semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik secara individual, ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah karena ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orangtua. 3.. Akidah Akhlak. Ilmu yang mepelajari tentang ketauhidan kita kepada Allah swt dan juga Nabi Muhammad saw serta ilmu yang mempelajari kita kepada perilaku yang terpuji maupun tercela.

(37) 15. 4.. Pendidikan. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 5.. Karakter Religius. akhlak atau budi budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak yang tidak akan mungkin tertukar dengan orang lain sesuai dengan syari’at islam. Berdasarkan definisi istilah tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi guru Aidah Akhlak dalam Pendidikan Karakter Religius adalah semua orang atau pendidik yang berwenang dan bertanggung. jawab. terhadap. pendidikan. peserta. didiknya. dengan. menggunakan langkah-langkah yang harus dilaksanakan pendidik terutama guru Akidah Akhlak dalam mewujudkan pembentukan karakter religius melalui berbagai proses yang diimplementasikan dalam kehiduapan seharihari. Sehingga guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.11. G. Sistematika Penulisan Penulisan dalam kajian ini dibagi dalam enam bab yang dijabarkan dalam garis besarnya sebagai berikut: 11. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 37.

(38) 16. Bab I. : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.. Bab II. : Kajian pustaka yang merupakan pembahasan yang teoritik tentang kajian yang diteliti. Dalam kajian pustaka membahas berbagai teori yang berkaitan dengan rumusan penelitian yaitu analisis guru Akidah Akhlak dalam mata pelajaran Akidah Akhlak, pengertian guru Akidah Akhlak, peran guru Akidah Akhlak, tanggung jawab guru Akidah Akhlak, pengertian karakter religius, prinsip pendidikan karakter religius, membentuk karakter, strategi guru Akidah Akhlak, faktor pendukung serta faktor penghambat dalam pendidikan karakter religius, beserta solusi.. Bab III : Metode penelitian merupakan bab yang memaparkan pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber. data,. tekhnik. pengumpulan. data,. analisis. data,. pengecekan keabsahan temuan, dan tahap-tahap penelitian. Bab IV : Hasil penelitian/ paparan data dan temuan penelitian, bab yang memaparkan hasil penelitian berupa gambaran umum tentang strategi guru Akidah Akhlak dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi, faktor pendukung dan faktor penghambat serta solusi dalam menanamkan karakter siswa di SMP AL-ISLAM.

(39) 17. Pehnangka. Paron. Kabupaten. Ngawi,. dan. solusi. untuk. menyelesaikan masalah dalam membentuk karakter siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi. Bab V : Meliputi hasil penelitian, bab ini membahas tentang analisis guru Akidah Akhlak dalam mata pelajaran Akidah Akhlak, strategi guru Akidah Akhlak dalam menanamkan pendidikan karakter religius siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi. faktor pendukung dan faktor penghambat serta solusi dalam menumbuhkan karakter siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka. Paron. Kabupaten. Ngawi,. dan. solusi. untuk. menyelesaikan masalah dalam membentuk karakter siswa di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi. Bab VI : Penutup yang merupakan kesimpulan, memuat hal-hal pokok dari keseluruhan isi pembahasan dan saran sebagai masukan kepada berbagai pihak khususnya pihak sekolah di SMP AL-ISLAM Pehnangka Paron Kabupaten Ngawi..

(40) BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Analisis Guru Akhidah Akhlak Terhadap Materi Akhidah Akhlak Secara etimologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Analisis memiliki arti sebagai tindakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dalam makna lain analisa atau analisis dikatakan sebagai kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah kegiatan atau tindakan guna meneliti struktur kegiatan atau tindakan tersebut secara mendalam. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan sebagai suatu upaya merangkum sejumlah besar data mentah yang berkaitan dengan pendidikan, untuk kemudian diolah menjadi informasi yang dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti. Dalam. mencapai. tujuan. pembelajaran. seorang. guru. harus. menganalisis materi yang akan diajarkan kepada peserta didiknya, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah materi tersebut sudah tepat atau belum. Dalam menganalisis materi Akhidah Akhlak seorang guru harus jeli dalam menerapkan materi yang terangkum dalam pelajaran tersebut sehingga bisa tersampaikan dengan baik kepada peserta didik. Setelah menganalisis materi Akhidah Akhlak seorang guru Akhidah Akhlak. 18.

(41) 19. diharapkan bisa menindaklanjuti materi tersebut sehingga jika ada yang kurang maka bisa dilakukan pembelajaran tambahan baik formal maupun nonformal sesuai dengan kebutuhan peserta didik, tentunya yang mengarah ke karakter religius 2. Pengertian Guru Akidah Akhlak Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushola, di rumah, dan sebagainya. 12 Serta didukung dengan perbuatan akhlakul karimah dimana keadaan yang melekat pada diri manusia yang darinya lahir perbuatan-perbuatan yang baik da terpuji menurut akal dan syari’at (hukum) islam.13 Menurut penjelasan diatas, bahwasanya seorang guru memang diberikan suatu amanah yang sangat besar tanggung jawabnya, dikarenakan masyarakat atau orang dikhalayak umum sudah percaya bahwa gurulah orang yang bisa mendidik anaknya, mencerdaskan anaknya dan membentuk suatu karakter yang baik. Oleh sebab itu kebiwaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur seorang guru.. 12. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 31 13 Abdur Rohim Hasan dan Abdur Rouf, Pendidikan Aqidah & Akhlaqul Karimah (Surabaya: Pesantren Al-Qur’an Nurul Falah, 2011), hlm.13.

(42) 20. 3. Peran Guru Akidah Akhlak Guru merupakan sosok yang menjadi idola anak didik. Menurut E. Mulyasa, fungsi guru itu bersifat multifungsi. Dia tidak hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaru, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong, kreativitas,. pembangkit. pandangan, pekerja. rutin,. pemindah kemah, pembawa cerita, actor, emancipator, evaluator, pengawet, dan kulminator.14 Melihat dari penjabaran diatas, bahwasannya peran seorang guru ialah sangat penting, sehingga apa yang menjadi gerak gerik guru secara tidak sadar akan diikuti oleh peserta didiknya. Sehingga peran guru disini ialah sangat penting dalam pembentukan karakter siswanya. Peran guru terhadap pendidikan karakter:15 1. Keteladanan Keteladanan merupakan faktor mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru. Dalam pendidikan karakter, keteladanan disinilah yang sangat diutamakan. Seperti halnya keteladanan dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Tanpa adanya keteladanan, pendidikan karakter tidaklah dapat diamalkan dengan baik 14. Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Jogjakarta: Diva Press, 2011), hlm. 71 15 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Jogjakarta: Diva Press, 2011), hlm. 74.

(43) 21. 2. Inspirator Seseorang akan menjadi sosok inspirator jika ia mampu membangkitkan semangat untuk maju dengan menggerakkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi spektakuler bagi diri dan masyarakat. Menjadi seorang pendidik sangatlah berpengaruh terhadap peserta didik, lingkungan, bahkan keluarga sendiri. Berawal dari inspirator buat diri sendiri juga bisa lainnya. Sehingga harus bisa mempengarui dalam kebaikan atau bahkan menjadi inspirasi buat yang lain. 3. Motivator Setalah menjadi sosok inspirator, peran guru selanjutnya adalah motivator. Yakni setelah kita menginspirasi kepada peserta didik langkah selanjutnya ialah mengenalkan biografi orang-orang yang membuat kita termotivasi dalam hal kesuksesan. Dari situlah peserta didik akan berpikir panjang, yang akan menumbuhkan sifat percaya diri dan juga berfikir ke depan untuk kesuksesan. 4. Dinamisator Peran guru yang berawal dari menginspirasi, menjadi motivator,. langkah. selanjutnya. ialah. menjadi. dinamisator.. Maksudnya ialah guru harus bisa benar-benar mendorong anak didik masuk ke dalam tujuan yang diinginkan, dengan kecepatan, kearifan behkan kecerdasan..

(44) 22. 5. Evaluator Setelah. berjalannya. proses. pembelajaran. ataupun. pendidikan karakter yang diterapkan, seorang guru harus melakukan evaluasi yang bertujuan apakah sudah berjalan dengan lancar ataupun belum. Sebab hal ini seringkali dilupakan atau tidak diperhatikan oleh seorang pendidik. Pandangan modern seperti yang dikemukakan oleh Adams & Dickey bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi: a.. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor),. b.. Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor),. c.. Guru sebagai ilmuan (teacher as scientist), dan. d.. Guru sebagai pribadi (teacher as person) Dalam peranan-peranan diatas, jika ditinjau satu persatu ialah. sebagai berikut: a.. Guru sebagai pengajar Maksudnya ialah guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas). Ia menyampaikan pelajaran agar murid mampu memahami serta menghayati apa yang telah diterangkan oleh guru supaya murid dapat menerima semua yang diterangkan oleh gurunya. Namun seorang guru juga harus menguasai dan mengetahui karakter masing-masing siswanya, sebab selain menyampaiakan mata pelajaran juga harus mampu menguasai dengan metode dan tekhnik mengajar.

(45) 23. b.. Guru sebagai pembimbing Maksudnya. ialah. guru. berkewajiban. memberikan. bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Oleh sebab itu sebagai seorang pendidik harus mampu menguasai keadaan yang ada disekitar lingkungan sekolah terutama anak didiknya. Sehingga ketika peserta didik sedang mendapatkan masalah, guru harus mampu membimbing peserta didik tersebut agar bisa keluar dari masalahnya dan juga bisa menjadi pembimbing bagi peserta didik. Mau tidak mau guru harus sanggup memberikan bantuan terhadap peserta didik. c.. Guru sebagai pemimpin Maksudnya ialah diibaratkan sekolah dan kelas adalah sebagai organisasi, diamana murid sebagai pemimpinnya. Didalam sebuah kepemimpinan tidak terlepas dengan namanya manajemen. Menjadi seorang guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik. Apabila dalam kepemimpinannya baik, maka yang dipimpinpun atau bawahannya juga akan baik juga.. d.. Guru sebagai ilmuan Maksudnya ialah guru dipandang sebagai orang yang mempunyai pengetahuan luas, tidak hanya berkewajiban.

(46) 24. menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada murid, tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus menerus memupuk pengetahuan yang telah dimilikinya. e.. Guru sebagai pribadi Maksudnya ialah sebagai seorang guru, harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh murid-muridnya, orangtua maupun masyarakat. Seorang guru harus mempunyai akhlak yang baik karena akan berpengaruh kepada peserta didiknya.. f.. Guru sebagai penghubung Maksudnya ialah diibaratkan sekolah berdiri diantara dua lapangan, yakni di satu pihak mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi dan kebudayaan yang terus menerus berkembang dengan lajunya, dan di lain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat. Di antara kedua lapangan inilah sekolah memegang peranannya sebagai penghubung dimana guru berfungsi sebagai pelaksana. Diantara cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghubungkan sekolah dan masyarakat, antara lain dengan mengadakan bulletin, pameran, pertemuanpertemuan berkala, kunjungan ke masyarakat, dan sebagainya.. g.. Guru sebagai pembaharuan Pembaharuan di dalam masyarakat terjadi berkat masuknya pengaruh-pengaruh dari ilmu dan teknologi modern,.

(47) 25. yang datang dari negara-negara yang sudah berkembang. Guru memegang peranan sebagai pembaharuan, sehingga guru harus senantiasa mengikuti usaha-usaha pembaharuan disegala bidang dan menyampaikan kepada masyarakat daam batas-batas kemampuan dan aspirasi masyarakat. Hubungan dua arah harus diciptakan oleh guru sedemikian rupa, sehingga usaha pembaruan yang disodorkan kepada masyarakat dapat diterima secara tepat dan dilaksanakan oleh masyarakat secara baik. h.. Guru sebagai pembangunan Guru sebagai pribadi maupun sebagai guru professional dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat. Partisipasi di dalam masyarakat akan turut mendorong masyarakat lebih bergairah untuk membangun. Dan pihak lain akan lebih mengemangkan kualitasnya sebagai guru.16. 4. Tanggung jawab Guru Akidah Akhlak Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu yang harus dipertanggung-jawabkan apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Terlebih ialah tanggung jawab sebagai seorang guru, disamping harus bisa mencerdaskan dalam sainsnya juga harus mencerdaskan dalam spiritualnya, sehingga antara dunia dan akhirat bisa berjalan dengan seimbang, sudah barang tentu menimbulkan atau 16. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara 2001), hlm. 127.

(48) 26. menambah tanggung jawab guru menjadi lebih besar. Tanggung jawab itu ialah sebagai berikut: 1. Guru harus menuntut murid-muridnya belajar Tanggung jawab guru yang terpenting ialah merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.17 Namun tugas guru tidak hanya disitu, melainkan juga harus melihat segi akhlak masing-masing dari peserta didiknya. 2. Turut serta membina kurikulum sekolah Sesungguhnya guru merupakan key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Sehingga apabila guru diikut sertakan duduk dalam panitia sekolah tentu saja pekerjaan ini akan lebih berhasil. 3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan jasmani) Memompakan pengetahuan kepada murid kiranya bukan pekerjaan yang sulit. Tetapi membina siswa agar menjadi manusia berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan yang mudah. Sehingga menjadi seorang guru sangatlah harus berhati-hati sebab setiap gerak-gerik guru akan dicontoh oleh anak didiknya. Karena murid menjadikan guru sebagai model dan. 17. Ibid, hlm. 127.

(49) 27. sebuah panutan baginya. 4. Memberikan bimbingan kepada murid Manfaat diadakan bimbingan kepada murid ialah agar mereka mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik. Apabila orangtua ingin dihormati dan dihargai kepada yang lebih muda, terlebih ialah menjadi seorang guru, dimana orang yang paling dipatuhi oleh peserta didiknya, guru juga harus menghormati dan menghargai pribadi anak, supaya mereka menjadi pribadi yang tahu akan hak-hak orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. 5. Bertanggung jawab meningkatkan peranan professional guru Bertitik tolak dari tanggung jawab guru sehingga guru sangat. perlu. meningkatkan. peranan. dan. kemampuan. profesionalnya. Tanpa adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki oleh guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan cara sebaik-baiknya. Peningkatan kemampuan itu meliputi kemampuan untuk melaksanakan tanggung jawab dalam melaksanakan tugastugas dalam sekolah dan kemampuan yang diperlukan untuk merealisasikan tanggung jawabnya di luar sekolah. Kemampuankemampuan itu harus dipupuk dalam diri pribadi guru sejak ia mengikuti pendidikan guru sampai ia bekerja..

(50) 28. Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengembangkan kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan siap menghadapi segala tantangan di masa depan. Diantara kecerdasan yang perlu dikembangkan oleh seorang guru adalah sebagai berikut: a. Kecerdasan Intelektual Kecerdasan intelektual atau biasa disebut Intelligence Quotient (IQ) dimana kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari. segala. sesuatu. dengan. alat-alat. berpikir.. Kecerdasan intelektual ini dapat diukur dari sisi kekuatan verbal dan logika sesorang. Secara teknis, kecerdasan ini pertama kali digagas dan ditemukan oleh Alfred Binet, seorang tokoh psikologis dari Prancis. Dari kecerdasan intelektual disini tampaknya menjadi sebuah kepentingan atau kebutuhan bahkan dikatakan wajib dimiliki oleh setiap individu atau muridnya. Seorang anak didik mendapatkan nilai bagus atau tidak, lulus atau tidak ditentukan oleh nilai dari kecerdasan intelektualnya. Disinilah seorang guru diharapkan mampu mengemangkan kecerdasan intelektual dengan baik, disamping juga mengembangkan kecerdasan lainnya..

(51) 29. b. Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional bisa disebut Emotional Quotient (EQ). kecerdasan ini setidaknya terdiri dari lima komponen pokok, yakni kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan meng, ditatur sebuah hubungan sosial. Kecerdasan ini juga dikembangkan pada sekolah-sekolah formal, namun porsinya jauh di bawah kecerdasan intelektual. Padahal menurut beberapa penelitian di bidang kecerdasan dan psikologi, termasuk menuru Daniel Goleman, bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20%, dan sisanya yang 80%, ditentukan oleh sederetan faktor yang disebutnya sebagai kecerdasan emosional. Disinilah dibutuhkan seorang guru yang dapat mengembangkan kecerdasan emosional murid- muridnya. c. Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual atau biasa disebut sebagai Spiritual Quotinet (SQ) adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri sehingga seseorang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Secara teknis, kecerdasan ini pertama kali digagas oleh Danah Zohar. Dalam beberapa penelitian dibidang kecerdasan dan psikologi, kecerdasan spiritual dikatakan sebagai kecerdasan yang paling penting. Ketiga macam jenis kecerdasan yang ada.

(52) 30. pada diri anak tersebut sangat perlu untuk diperhatikan oleh seorang. guru. sehingga. kecerdasan. anak-. anak. secara. keseluruhanpun dapat berkembang dengan baik. Secara garis besar, inilah tugas dan tanggung jawab seorang dalam mendidik murid-muridnya. Sebuah tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan, namun sangat penting dan mulia, demi generasi masa depan yang cerdas dan berakhlak mulia.18 Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,. membersihkan,. menyucikan,. serta. membimbing hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.19 Pendidik adalah bapak ruhani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Sehingga apapun aktifitas guru akan selalu ditiru oleh peserta didiknya, makanya dalam bahasa jawa dikatakan guru ―digugu lan ditiru‖ karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta didik. Sehingga tugas guru tidak sekedar transformasi ilmu, tetapi juga bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya kepada peserta didik 18. Akhmat Muhaimin Azzet, Menjadi Guru Favorit (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 19-21 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 87. 19.

(53) 31. Fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan ialah sebagai berikut: 1. Sebagai pengajar (intriksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta melaksanakan penilaian setelah program dilakukan. 2. Sebagai pendidik (educator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan kepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah Swt menciptakannya 3. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai. masalah. yang. menyangkut. upaya. pengarahan,. pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan (Rostiyah NK, 1982: 86)20 Muhaimin secara utuh mengemukakan karakteristik tugastugas pendidik dalam pendidikan islam. Dalam rumusannya, Muhaimin menggunakan istilah-istilah ustadz, mu’allim, murabbi, mursyid, mudarris, dan mu’addib. (Muhaimin, 2005: 50). Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut, 1. Ustadz adalah orang yang berkomitmen dengan profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement.. 20. Ibid, hlm. 89.

(54) 32. 2. Mu’allim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya. serta. menjelaskan. fungsinya. dalam. kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis praktiknya, sekaligus melakukan. transfer. ilmu. pengetahuan,. internalisasi,. serta. implementasi (amaliah). 3. Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitar. 4. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat panutan, teladan, dan konsultan bagi peserta didik. 5. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarui pengetahuan dan keahlian secara berkelanjutan. dan. berusaha. mencerdaskan. peserta. didik,. memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. 6. Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk. bertanggungjawab. dan. membangun. peradaban. yang. berkualitas di masa depan. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa tugas-tugas pendidik amat sangat berat, yang tidak saja melibatkan kemampuan kognitif, tetapi juga kemampuan afektif dan psikomotorik..

(55) 33. Profesionalisme pendidik sangat ditentukan oleh seberapa banyak tugas. yang. telah. dilakukannya,. sekalipun. terkadang. profesionalismenya itu tidak berimplikasi yang signifikan terhadap penghargaan yang doiperolehnya.21.. B. Membentuk Karakter Siswa 1. Pengertian Karakter Religius Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan sesorang dengan yang lain. Karakter dapat dianggap nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan etika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Warsono dkk. (2010) mengutip Jack Corley dan Thomas Phillip (2000) mengatakan: ―Karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral‖.22 Menurut pengerian diatas, bahwasanya karakter adalah suatu sifat yang ada pada diri seseorang yang membedakan antara orang satu 21. Ibid., hal. 90 Muchlas Samani dan Harianto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 42 22.

(56) 34. dengan orang lainnya dan suatu sikap yang bisa dikatakan sebagai suatu ciri-ciri yang membedakan dengan orang lainnya yang menjadi suatu identitas atau jati diri orang tersebut. Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak seringkali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. dalam Bahasa Jawa dikenal istilah ―Kacang ora ninggal lanjaran‖ (pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bamboo tempatnya melilit dan menjalar). Kecuali itu lingkungan, baik lingkungan sosial yang keras seperti di Harlem New York, para remaja cenderung berperilaku antisocial, keras, tega, suka bermusuhan, dan sebagainya. Sementara di lingkungan yang gersang, panas, da tandus, penduduknya cenderung bersifat keras dan berani mati. Sehingga menurut definisi karakter serta faktor-faktor yang mempengaruhi karakter, bahwa karakter bisa dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa. Sehingga seorang guru harus menanamkan sebuah karakter kepada siswanya seperti kejujuran, kepedulian, tanggung jawab, menghargai diri sendiri ataupun orang lain.

(57) 35. hal ini sangat penting sekali yang harus dimiliki oleh siswa karena sebagai pokok atau landasan kita bermasyarakat, baik dilingkuangan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Sementara itu sumber lain, Wikipedia (dalam modifikasi terakhir tanggal 27 Januari 2011) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai istilah payung (umberella term) yang acapkali digunakan dalam mendeskripsikan pembelajaran anak-anak dengan suatu cara yang dapat membantu mereka mengembangkan berbagai hal terkait moral, kewargaan, sikap tidak suka memalak, menunjukkan kebaikan, sopansantun dan etika, perilaku, bersikap sehat, kritis, keberhasilan, menjunjung nilai tradisional, serta menjadi makhluk yang memenuhi norma-norma sosial dan dapat diterima secara sosial. Sehingga dapat disimpulkan bahawasannya pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Pendidikan karakter baru akan bisa efektif jika tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tenaga non-pendidik di sekolah semua harus terlibat dalam pendidikan karakter. 2. Prinsip Pendidikan Karakter Religius Prinsip berarti ―asas atau dasar yang dijadikan pokok berpikir, bertindak, dan sebagainya.‖ (Salim, 2002: 1442). Menurut Ramayulis, prinsip pendidikan dapat diartikan dengan kebenaran yang bersifat.

(58) 36. universal, yang dijadikan dasar dalam perumusan perangkat pendidikan. (Ramayulis, 1994: 109)23 Karakter tidak dapat dikembangkan secara cepat dan segera, tetapi melalui proses yang sangat panjang, cermat, dan sistematis. Berdasarkan perspektif yang berkembang dalam sejarah pemikiran manusia, pendidikan karakter harus dilakukan berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak sejak usia didni sampai dewasa setidaknya, berdasarkan pemikiran psikolog Kholberg dan ahli pendidikan dasar Marlene Locheed ada empat tahap pendidikan karakter anak; yaitu (a) tahap pembiasaan sebagai awal perkembangan karakter anak; (b) tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap, perilaku, dan karakter siswa; (c) tahap penerapan berbagai perilaku dan tindakan siswa dalam kenyataan sehari-hari; (d) tahap pemaknaan yaitu tahap refleksi dari siswa-siswa melalui penilaian terhadap seluruh sikap dan perilaku yang mereka pahami, lakukan, dan bagaimana dampak serta kemanfatannya dalam kehidupan baik bagi diri sendiri maupun orang lain, jika seluruh tahap ini telah dilakukan, maka pengaruh pendidikan terhadap pembentukan. karakter. peserta. didik. akan. berdampak. secara. berkelanjutan.24 Dalam pembentukan karakter tentulah menggunakan waktu yang tidak secara instan, namun pembentukan karakter dilakukan ejak anak masih usaia dini sampai ia dewasa. Dalam pembentukan karakter ini 23 24. Ibid, hlm. 207 Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit., hlm. 109.

(59) 37. orangtua sangatlah berperan penting terhadap perkembangan karakter anknya, terurtama pendidikan karakter religiusnya, apabila religiusnya baik semua akan mengikut dengan sendirinya. Disinilah peran orangtua sangat dipentingkan.. 3. Macam-Macam Pendidikan Karakter Religius Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya. 18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas:25. Tabel. III Macam-Macam Pendidikan Karakter No. Nama. 1. Religius. 25. Penjelasan Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Sikap religius disini ialah harus patuh terhadap agama yang dianutnya, salah satunya ialah menjalankan apa yang diperintahkan serta menjauhi segala larangannya.. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdarakan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, Oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2010.

(60) 38. 2. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada uapaya yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Jika sikap jujur ini sudah ditanamkan sejak dini kepada anak, maka anak akan mempunyai rasa tanggung jawab serta tidak akan meremehkan dengan yang namanya kejujuran. 3. Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Sikap toleran disini ialah kita harus mempunyai rasa toleransi terhadap pemeluk agama lain serta harus mempunyai rasa rukun kepada tetangga. Beda agama bukan jadi penghalang kita untuk mempunyai rasa toleransi kepada yang lain. 4. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 6. Mandiri. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 7. Demokratis. Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 8. Kreatif. Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 9. Rasa ingin tahu. Sikap dan tindaka yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. kebangsaan.

Gambar

Gambar I  : Kerangka berfikir ...........................................................................49  Gambar II  : Struktur organisasi .........................................................................72  Gambar III : Denah sekolah ..........

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data time series selama 10 tahun dengan methode Ordinary Least Square ( OLS ) menunjukan bahwa, sektor Pariwisata berdasarkan ketiga variabel penelitian tersebut

I understand and accept all the matters stated in the Application for “Ajinomoto Scholarship for ASEAN International Students” and hereby apply for this scholarship.

Sementara itu, hasil simulasi terhadap model prediksi JST-BP, menunjukkan bahwa sepanjang periode prediksi (2016-2018), nilai-nilai prediksi volume produksi minyak

Inflasi terjadi disebabkan karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada semua kelompok pengeluaran yaitu: kelompok bahan makanan 0,38 persen;

[r]

[r]

Pelaksanaan pengecoran sebaiknya dilakukan didalam ruang tertutup agar pengaturan api yang digunakan untuk mencairkan logam lebih fokus dan tidak terganggu dengan adanya

Sekali waktu seorang perokok dapat meninggalkan dunianya yang sunyi dari rokok, hal tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan perjalanan bersama teman-teman yang