• Tidak ada hasil yang ditemukan

ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3 : 30) EDISI Desember 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3 : 30) EDISI Desember 2017"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30) EDISI Desember 2017 Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,

Kita telah berada lagi di bulan Desember, bulan akhir tahun. Ketika menengok kembali ke awal tahun, tidak terasa waktu berlalu dengan cepat. Mungkin bulan inilah saat yang tepat bagi kita untuk merenungkan kembali waktu setahun ini. Begitu banyak hal yang telah terjadi sepanjang tahun ini. Banyak suka-duka, sukses dan kegagalan, pertemuan dan perpisahan serta banyak hal lain yang mungkin telah kita alami. Kita bersyukur kepada Tuhan atas begitu banyak rahmat dan berkat yang kita terima sepanjang tahun ini. Syukur atas peristiwa-peristiwa yang membahagiakan tetapi syukur juga atas kekuatan yang diberikan Tuhan kepada kita untuk menghadapi peristiwa duka dan kemalangan yang harus kita hadapi. Sebagai keluarga besar KKI kita juga bersyukur bahwa banyak kegiatan kita sepanjang tahun ini telah berjalan dengan baik dan semakin meneguhkan kita dalam kebersamaan di KKI.

Bagi kita umat Katolik , peristiwa yang paling penting di bulan Desember tentu saja Hari Natal, perayaan Hari Kelahiran Yesus. Inilah saatnya kita mengenang kembali peristiwa kelahiran di kandang Betlehem. Bersama para gembala kita diajak untuk mendengar berita sukacita yang disampaikan malaikat Tuhan: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan” (Lukas 2: 10-12). Dan bersama dengan para gembala kita menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi Yesus yang sedang berbaring di dalam palungan.

Seperti biasa, untuk menyambut perayaan Hari Natal perlu banyak persiapan. Panitia Natal sedang bekerja keras dengan persiapan-persiapan yang diperlukan, baik untuk upacara liturgi maupun perayaan di luar liturgi. Semakin banyak orang yang bisa menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk kesuksesan Perayaan Natal kita tentu semakin baik. Ini juga merupakan kesempatan baik bagi kita untuk menjalin kerja sama dan meningkatkan persatuan kekeluargaan kita, seperti yang telah kita lakukan dalam banyak kesempatan, khususnya dalam perayaan HUT ke-30 KKI pada bulan September yang lalu. Banyak terima kasih, Panitia Natal KKI 2017! Pada kesempatan akhir tahun ini, marilah juga kita mengucapkan terima kasih kepada chaplain kita Pater Bonifasius Buahendri SVD yang tidak kenal lelah melayani umat KKI Melbourne. Juga kepada Ketua dan Badan Pengurus KKI, baik pusat maupun wilayah, banyak terima kasih atas kerja kerasnya sepanjang tahun ini. Semoga Bayi Yesus membawa untuk kita banyak berkat dan rahmatNya di Hari Raya Natal 2017 ini.

Dalam edisi ini kita dapat membaca Pesan Natal Bersama Tahun 2017 oleh Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI):

“Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah Dalam Hatimu!” (Kol. 3:15a). Juga disajikan sebuah ceritera yang menarik mengenai pengalaman merayakan Natal di pedalaman Borneo oleh penulis Kompasiana, Yogi Pusa. Selain itu kita juga dapat mengikuti refleksi menyambut Natal lewat artikel singkat “Rumah” sumbangan Frans Suryana. Selamat membaca, sampai jumpa dalam kegiatan-kegiatan KKI. Selamat Natal 2017 dan Tahun Baru 2018!

MISA KKI

Minggu, 28 Januari 2018 St. Paschal 98-100 Albion Rd

Box Hill VIC Pukul: 11.00 Minggu, 4 Februari 2018 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.15 Minggu, 11 Februari 2018 St. Joseph Church 95 Stokes Street Port Melbourne VIC

Pukul: 11.00 Minggu, 18 Februari 2018 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:30 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu St. Augustine’s City Church

631 Bourke Street Melbourne VIC Pengumuman

Tidak ada misa KKI pada minggu pertama, kedua dan ketiga pada bulan Januari 2018. Misa KKI akan dimulai kembali pada hari Minggu 28 Januari 2018 di Box Hill jam 11.00.

(2)

PESAN NATAL BERSAMA

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)

DAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)

TAHUN 2017

“Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah Dalam Hatimu!” (Kol. 3:15a)

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Natal adalah perayaan kelahiran Sang Juru Selamat dan Raja Damai. Perayaan ini mengajak kita untuk menyimak

kembali pesan utamanya. Karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia, Allah telah mengutus Putra-Nya ke dunia (bdk. Yoh 3:16). Putra-Nya itu mengosongkan diri sehabis-habisnya dan menjadi manusia seperti kita (bdk. Flp 2:7). Ia datang untuk memberi kita hidup yang berkelimpahan (bdk. Yoh 10:10). Ia, yang adalah Raja Damai dan Imanuel, Allah-beserta-kita, datang untuk membawa damai sejahtera kepada dunia, seperti yang diwartakan para malaikat kepada para gembala,“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2:14).

Bagi kita umat Kristiani, kelahiran Sang Raja Damai merupakan suatu momentum untuk membaharui hidup pribadi maupun hidup bersama. Sebagai umat beriman, yang dilahirkan kembali, kita harus membuka diri agar damai sejahtera Kristus benar-benar memerintah dalam hati kita (bdk. Kol 3:15a). Kita mendambakan damai sejahtera, baik dalam hidup pribadi maupun dalam hidup bersama. Kita merindukan suatu bumi yang penuh damai dan umat manusia yang makin bersaudara. Hanya dengan demikian, kita akan mengalami sukacita sejati.

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Sudah sepatutnya kita semua berusaha menemukan makna dan relevansi perayaan Natal bagi kita umat Kristiani dan bagi bangsa Indonesia. Perayaan Natal seharusnya menjadi momentum indah bagi kita untuk menyadari kembali tugas perutusan serta komitmen kita, sebagai elemen bangsa dan negara tercinta ini. Kondisi dan situasi bangsa Indonesia saat ini merupakan tantangan sekaligus panggilan bagi kita untuk merenungkan dan menarik secara lebih seksama makna dari seruan Santo Paulus, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah” (Kol 3:15a). Kata-kata Paulus ini seharusnya mendorong kita untuk terus-menerus mengupayakan terwujudnya damai sejahtera, karena hanya dengan demikian kita memahami makna sejati Natal. Sebagai anak-anak Allah, sumber damai kita, kita harus mewujudkan komitmen kristiani kita, yakni menjadi pembawa damai (bdk. Mt 5:9).

Saat ini kita sedang cemas. Persatuan kita sebagai bangsa Indonesia sedang terancam perpecahan. Keresahan dan kecemasan itu semakin terasa beberapa tahun belakangan ini. Ada pihak-pihak yang, entah secara samar-samar atau pun secara terang-terangan, tergoda untuk menempuh jalan dan cara yang berbeda dengan konsensus dasar kebangsaan kita, yaitu Pancasila. Hal itu terlihat dalam banyak aksi dan peristiwa: dalam persaingan politik yang tidak sehat dan yang menghalalkan segala cara, dalam fanatisme yang sempit, bahkan yang tidak sungkan membawa-bawa serta agama dan kepercayaan, dan dalam banyak hal lainnya. Dengan demikian, hasrat bangsa kita untuk menciptakan damai sejahtera menjadi sulit terwujud.

Cita-cita luhur bangsa Indonesia, sebagaimana diungkapkan dalam Pembukaan UUD 1945, untuk menciptakan persatuan, keadilan sosial dan damai sejahtera, bukan saja di antara kita, tetapi juga di dunia, masih perlu kita perjuangkan terus bersama-sama. Sistem dan mekanisme demokrasi masih perlu kita tata dan benahi terus agar mampu mewujudkan secara efektif cita-cita bersama kita. Tentu saja hal ini tidaklah mudah.

(3)

Hanya dengan damai Kristus yang menguasai hati kita, kita akan dimampukan untuk membuka diri, merangkul dan menyambut sesama anak bangsa dan bersama mereka merajut kesatuan dan melangkah bersama menuju masa depan yang semakin cerah.

Inspirasi dan kekuatan spiritual yang mendorong kita untuk mewujudkan kesatuan dan untuk sungguh-sungguh

melibatkan diri dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia yang tercinta, kita timba dari kabar sukacita Yesaya: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan kepada kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya”(Yes 9:5-6). Saudara-saudari terkasih dalam Kristus

Kita selalu mendambakan damai sejati, yang dilandaskan pada keadilan dan kebenaran. Isi kabar sukacita Natal adalah kelahiran Sang Messias, yang akan mengokohkan Kerajaan-Nya, yaitu kerajaan keadilan dan kebenaran, di mana kita semua adalah warganya. Sebagai warga Kerajaan itu kita ditantang untuk memperjuangkan kesatuan, persaudaraan, kebenaran dan keadilan serta damai sejahtera. Memperjuangkan keadilan, memperkecil jurang kaya dan miskin,

memberantas korupsi, merobohkan tembok pemisah atas nama suku, agama dan ras adalah mandat Injili yang mesti kita perjuangkan di bumi Indonesia ini.

Ketika kita sendiri berusaha memberikan kesaksian dalam usaha mewujudkan keadilan, kebenaran, damai sejahtera dan persaudaraan, tentu kita patut mawas diri. Mungkin kita masih menutup diri dalam kenyamanan hidup menggereja, sehingga lalai mewujudkan diri sebagai garam dan terang dunia. Mungkin kita sendiri masih enggan mengulurkan tangan kasih dan persaudaraan kepada sesama anak bangsa, terutama kepada mereka yang kecil dan terpinggirkan. Bukankah damai sejahtera hanya dapat terwujud ketika kita berhasil mengalahkan kepentingan diri demi kebaikan bersama?

Bukankah Raja Damai yang lahir ke dunia menyadarkan kita bagaimana Dia telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Fil 2:7)?

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus

Sebagai warga Kristiani, kita sendiri ditantang untuk tak henti-hentinya mewujudkan damai sejahtera, kerukunan dan persaudaraan di antara kita. Karena itu, kita patut bersyukur atas hasil kerja keras dari Komisi Gereja Lutheran dan Katolik untuk menggalang persatuan. Selama 500 tahun, kita merajut kerukunan dan kehangatan persaudaraan di antara kita dengan jatuh bangun. Dari Juru Selamat, yang adalah Jalan, Kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6), kita belajar untuk merendahkan diri dan membuka diri satu sama lain. Dalam semangat itulah, kita belajar mengulurkan kebaikan dan kasih kepada sesama. Kita belajar saling mengampuni dan memaafkan. Jika ada kasih dan damai dalam hati kita masing-masing, kita akan bersukacita dan dapat bersama-sama mewujudkan komunitas ekumenis. Dengan bersatu sebagai umat Kristiani, kesaksian kita tentang kerukunan dan persaudaraan kepada masyarakat majemuk di negeri ini lebih berarti dan meyakinkan.

Selain rukun dengan sesama, damai yang dibawa Sang Juru Selamat juga mengajak kita untuk berdamai dengan segenap ciptaan. Saat ini ciptaan sedang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya. Tanpa tanggungjawab kita menggunakan dan menyalah-gunakan kekayaan yang ditanamkan Allah di dalamnya. Mewujudkan damai sejahtera dengan alam ciptaan berarti bertanggungjawab memulihkan keutuhannya. Selain itu, kita wajib

mewujudkan keadilan dalam hidup bersama, karena alam merupakan sumber hidup yang disediakan Tuhan bagi semua manusia, dan bahwa segala sesuatu bersatu dan tertuju kepada Kristus sebagai kepala (Kol 1:15-22). Dengan demikian, masih ada banyak yang perlu kita kerjakan untuk menciptakan kerukunan dan persaudaraan, sementara dilain pihak kita patut selalu bersyukur karena karya besar Tuhan yang kita alami bersama.

(4)

Semoga perayaan Natal mendorong dan menyemangati kita semua untuk belajar dan mengembangkan kemampuan menerima perbedaan dan menyukurinya sebagai kekayaan kehidupan bersama kita di negeri ini. Marilah kita meng-hidupi dan mengembangkan damai sejahtera yang merupakan anugerah dari Allah, dengan jalan merangkul sesama, merawat ciptaan serta memajukan kerukunan dan persaudaraan di antara kita. Hanya dengan demikian, kita dapat memberi kesaksian bahwa damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita. Selamat Natal, Tuhan memberkati.

SELAMAT NATAL 2017 DAN TAHUN BARU 2018 Jakarta, 22 November 2017

Atas nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA DI INDONESIA (PGI) INDONESIA (KWI)

Pdt. Dr. Henriette T.H-Lebang Mgr. Ignatius Suharyo Ketua Umum Ketua

Pdt. Gomar Gultom Mgr. Antonius S. Bunjamin, OSC Sekretaris Umum Sekretaris Jendral

Rumah

Franciscus Suryana

Semasa bersekolah kita belajar mengenai kebutuhan pokok manusia yaitu sandang, pangan dan papan (busana, makanan dan rumah). Bicara mengenai rumah, kita mengenal rumah secara fisik yaitu tempat kita tinggal dan berteduh dari terik mentari dan derai hujan, tempat berkumpul bersama keluarga dan orang-orang yang kita cintai. Namun seb-agai umat beriman, kita mungkin perlu ingat bahwa kita pun memiliki rumah spiritual yaitu hati nurani kita. Seringkali kita tinggal dengan nyaman di rumah fisik tapi kenyamanan itu tidak tercermin ke dalam rumah spiritual. Malah kita sering kali merasa terlepas (disconnect) dari rumah spiritual kita.

Dalam kehidupan moderen jaman sekarang yang serba instan, yang penuh dengan segala macam tetek bengek kesi-bukan, kita kadang-kadang terlupa untuk berkunjung ke dalam hati nurani kita. Kita terpaku dalam kehidupan rutin baik dalam keluarga, bekerja dan pergaulan sosial (apalagi dengan keberadaan media sosial). Dampaknya kita merasa jemu dengan kehidupan yang orang bilang begitu-begitu saja. Padahal berkunjung ke dalam hati nurani dapat dilakukan den-gan cara yang sederhana yaitu refleksi atau memeriksa batin kita. Salah satu contohnya adalah refleksi tindakan yang telah kita perbuat selama satu hari ini.

Dalam menyambut kedatangan Kristus di hari Natal, sudah sepantasnya kita persiapkan hati nurani kita untuk menyam-but kehadiran Sang Bayi. Kita buka pintunya lebar-lebar dengan doa dan renungan. Kita selami hati nurani kita untuk semakin mendalami makna kehadiran Kristus. Kita bantu saudara-saudara kita untuk bertandang ke rumah spiritual mereka masing-masing. Seperti kita merasa nyaman tinggal di rumah fisik selayaknya kita pun merasakan kedamaian

(5)

Menikmati Sensasi Natal di Pedalaman Borneo

Yogi Pusa

Sebagian orang pastinya berpandangan kalau suasana Natal di perkotaan akan lebih semarak dan meriah bila dibandingkan di perdesaan. Namun, menikmati Natal di kampung juga tidak kalah serunya. Sangat terasa akan makna dan kesederhanaan. Seperti apa suasana Natal di pedalaman Borneo?

Hari itu Rabu, (30/12/2015), saya mengi-kuti Pastor Pamungkas, Pastor Paroki St.Yohanes Rasul Balai Semandang Keusk-upan Ketapang-Kalbar, yang kebetulan akan turne (kunjungan) ke stasi Legong dan Taga. Kedua kampung ini terletak sekitar 8 Km dari jalur utama jalan Trans Kalimantan. Bagi saya kampung Legong sudah tidak asing, setidaknya sudah tiga kali menyambangi tempat ini. Namun momennya beda, dalam suasana Natal belum pernah saya rasakan.

Rombongan yang ikut ada 3 buah motor dan hanya kami berlima dengan pastornya yang pergi. Pastor Pamungkas, Carlina, Ronal dan Selviana mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang sedang KKM serta saya. Biasanya kalau kegiatan ke kampung-kampung lumayan ramai juga yang ikut. Namun, karena ada persiapan kegiatan Natal bersama OMK (Orang Muda Katolik) di Balai Semandang jadinya hanya sedikit saja yang bisa ikut. Perjalanan menuju stasi Legong dapat ditempuh sekitar 40 menit.

Kebetulan hari itu cuacanya bagus jadi perjalanan kami lumayan lancar. Kalau musim hujan bisa sampai satu setengah jam lebih untuk menjangkau kampung ini. Maklum seratus persen jalannya adalah masih berupa tanah kuning. Begitu kami tiba, semua umat sudah siap sedia di gereja stasi Legong. Misa pun langsung dimulai, semua bergembira ria. Lagu Pujian “Selamat-selamat Datang Yesus Tuhanku” mengiringi pembukaan misa.

Dalam misa kali ini juga dibaptis beberapa orang bayi. Dalam khotbahnya pastor Pamungkas menjelaskan akan makna kelahiran Yesus Kristus ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. “Natal yang identik dengan kelahiran dan ke-bahagiaan hendaknya dirayakan dengan sukacita dan pendalaman iman akan sang penyelamat dunia begitu,” pesan pastor Pamungkas.

Perayaan misa yang dimulai sekitar pukul 10.30 WIB berakhir pada pukul 12.00 WIB. Setelah selesai misa kami pun dijamu makan siang di salah satu rumah umat. Selain di jamu makan siang kami juga di jamu minuman khas Borneo, apalagi kalau bukan minuman tuak manis. Selain minuman tuak, kami juga disuguhkan dengan berbagai buah-buahan karena kebetulan bulan Desember musimnya buah-buahan, seperti buah rambutan, durian,mentawak dan berbagai buahan lainnya.

Setelah menikmati suguhan berbagai makanan, sekitar pukul 14.00 WIB kami pun pergi menuju kampung berikutnya yakni stasi kampung Taga. Bersama dengan rombongan OMK dan ibu-ibu WK (Wanita Katolik) kami pun meluncur. Wah, sensasi perjalanannya sungguh menantang adrenalin dengan kondisi jalannya yang lumayan licin sehabis hujan, ditambah tanjakan yang curam. Kami harus berhati-hati, konsentrasi dalam mengendarai sepeda motor dituntut untuk sigap. Namun, di tengah perjalanan rasanya terpuaskan begitu melihat pemandangan di kiri kanan jalan yang lumayan indah memesona. Sejauh mata tertuju pemandangan dengan hamparan bukit-bukit yang menghijau seolah bisa mengo-bati rasa lelah. Momen ini tak kami sia-siakan untuk berselfie ria.

(6)

Tak terasa kami pun tiba di kampung Taga, jarak dari Legong sekitar 3 Km. Di sini umat masih sepi ketika kami datang, setelah menunggu beberapa saat kemudian di rumah ketua umat barulah kemudian banyak yang berdatangan dan mempersiapkan perlengkapan misa. Kami pun sempat jalan-jalan ke rumah warga untuk Natalan,yang dihidangkan bukanlah kue seperti pada umumnya namun segala buah-buahan yang begitu banyak sebagai pengganti kue. Dengan kesederhanaan umat, mereka pun mengajak kami untuk mendatangi rumahnya. Tentu saja tidak semuanya kami bisa sambangi, maklum karena kondisi waktu yang terbatas. Sekitar pukul 16.00 WIB misa pun dimulai. Lagu Glo-ria In Exselsis Deo mengiringi pelaksanaan misa. Di sini ada satu orang bayi yang dibabtis, Pastor Pamungkas memuji akan kesederhanaan umat sama seperti kesederhanaan Yesus Kristus yang lahir di kandang domba.

Pastor berpesan agar umat di stasi ini untuk tetap teguh menjalankan keyakinan dan imannya sebagai pengikut Kato-lik. Sama seperti di kampung Legong begitu selesai misa kami pun di undang untuk bersantap di rumah ketua umat. Tak terasa hari pun mulai gelap, kami pun pamit untuk kembali lagi ke Balai Semandang. Untung saja, pas pulangnya kondisi jalan lumayan kering.

Sampai di Legong kami sempat singgah sebentar untuk beristirahat sejenak, sambil mengobrol dengan beberapa umat. Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan pulang di tengah pekatnya kesunyian malam meskipun baru sekitar pukul 19.00 wib malam. Sekitar pukul 20.00 wib, kami tiba di Balai Semandang meskipun dengan suasana yang luma-yan capek, namun bisa lega karena bisa berada diantara umat luma-yang jauh dari keramaian hiruk pikuk kota.

Bagi saya inilah pengalaman pertama mengikuti kegiatan kunjungan pastor, maklum sejak SMP dalam setiap peray-aan Natal selalu jarang berada di kampung halaman. Serasa ada yang beda kali ini, bisa menikmati indahnya alam dan keluguan serta kesederhanaan umat yang penuh dengan kejujuran mereka. Ini ceritaku Natalan di kampung. Apa ceritamu?

(Sumber: Kompasiana 14 Januari 2016: Natal 2015)

Seksi Warta KKI mengucapkan

Referensi

Dokumen terkait

Kelakuan berkas berupa jangkau proton dan profil berkas di dalam target cair diamati dengan simulasi program SRIM, dan efek-efeknya tentang perubahan suhu dan tekanan yang

tertulis atau cetak yang berisi materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, dan latihan yang disusun secara sistematis dan menarik untuk

Dari definisi di atas kiranya dapat di tarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang

Dalam mengeksiskan Pesantren sebagai organisasi Islam modren di masa penjajahan penuturan Azyumardi Azra tersebut diperkuat oleh Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh

Pondok merupakan tempat tinggal bersama antara kyai dengan para santrinya.Di Pondok, seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang diadakan, ada

Cultural transform dan jenis konteks arkeologi di situs Benteng Putri Hijau Berdasarkan laporan penelitian tahun 2008 dan 2009, data artefaktual yang diperoleh dari

Teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moloeng, 2007:186). Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang

Public INIFileName As String Public pathload As String Public Sub getisistr() Dim iSa1 As String * 20 Dim iSa2 As String * 20 Dim iSa3 As String * 20 Dim iSa4 As String * 20