• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malaria

2.1.1 Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini mengancam keluarga miskin dan dapat menjadi salah satu penyebab penurunan kehadiaran di sekolah dan tempat kerja ( WHO, 2010).

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang infektif ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina dan dapat menyerang semua kelompok usia terutama kelompok resiko tinggi (bayi, balita, dan ibu hamil) serta dapat menurunkan produktifitas kerja ( Kemenkes RI, 2009 ; Arlan Prabowo, 2004 ; Susana, 2010).

2.1.2 Jenis Malaria

Penyakit malaria pada manusia ada empat jenis dan masing-masing disebabkan spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah (Harijanto, 2012) :

1. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan oleh Plasmodium vivax 2. Malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum.

3. Malaria quartana yang disebabkan Plasmodium malariae.

4. Malaria ovale mirip malaria tertiana, malaria ini paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale.

(2)

Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi lebih dari satu plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Di Indonesia paling banyak dua jenis parasit yakni campuran antara Plasmodium vivax dengan Plasmodium falciparum.

2.1.3 Vektor

Nyamuk Anopheles di seluruh dunia terdapat kira-kira 2000 spesies, sedangkan yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia, menurut pengamatan terakhir ditemukan 80 spesies Anopheles, sedangkan yang menjadi vektor malaria adalah 22 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda. Di Jawa dan Bali An. sundaicus, An. aconitus, merupakan vektor utama, sedangkan An. Subpictus dan An. Maculatus merupakan vektor sekunder.

Di daerah pantai banyak terdapat An. sundaicus dan An. Subpictus, sedangkan An. Aconitus dan An. Maculatus ditemukan di daerah pedalaman. Vektor penting yang ditemukan di Sumatera adalah An. Sundiacus, An. Maculatus dan An. Nigerrimus sedangkan An. Sinensis dan An. Letifet merupakan vektor yang kurang penting. Vektor penting di Sulawesi adalah An. Sundaicus, An. Subpictus, dan An. Barbirostis, sedangkan An. Sinensis, An. Nigerrimus, An. Umbrosus , An. Flavirostris, dan An. Ludlowi merupakan vektor sekunder. Di Kalimantan vektor pentingnya adalah An. Balabacensis, sedangkan An. Letifer merupakan vektor sekunder. Vektor utama di Papua adalah An. Faruati, An. Punctulatus, dan An. Bancrofti, sedangkan An. Karwari dan An. Colensis merupakan vektor sekunder.

(3)

Vektor yang pernah ditemukan di NTT adalah An. Sundiacus, An. Subpictus, dan An. Barbirostis (Sorontou, 2014).

2.1.4 Siklus Hidup Plasmodium

Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai dua hospes yaitu manusia dan nyamuk. Siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni dan siklus aseksual pada manusia yaitu skizogoni.

a. Siklus Seksual (sporogoni)

Siklus seksual terjadi dalam tubuh nyamuk. Gametosit yang masuk ke dalam bersama darah, tidak dicerna bersama sel-sel darah lain. Dalam waktu 12-24 jam setelah nyamuk menghisap darah, zigot berubah bentuk menjadi seperti cacing pendek disebut ookinet yang dapat menembut lapisan epitel dan membran basal dinding lambung. Didalam lambung ookinet membesar menjadi ookista lalu didalam ookista dibentuk ribuan sporozoit; dengan pecahnya ookista, sporozoit dilepaskan kedalam rongga badan dan bergerak keseluruh jaringan nyamuk. Bila nyamuk sedang menusuk manusia, sporozoit masuk kedalam darah dan jaringan dan mulailah silkus eritrositik (Susana, 2010).

b. Siklus Aseksual (Skizogoni)

Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk Anopheles betina dimasukkan dalam darah manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad tersebut memasuki parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik. Didalam sel hati parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit. Siklus eritrositik dimulai pada waktu merozoit hati memasuki sel darah

(4)

merah. Merazoit berubah bentuk menjadi tropozoit tumbuh menjadi skizon muda yang kemidia matang menjadi skizon matang dan membelah menjadi banyak merazoit. Kemudian sel darah merah pecah dan merazoit, igmen dan residu keluar serta masuk kedalam plasma darah. Parasit ada yang masuk dalam sel darah merah lagi untuk mengulang siklus skizogoni. Beberapa merozoit yang memasuki eritrosit tidak membentuk skizon, tetapi membentuk gametosit yaitu stadium seksual (Susana, 2010).

2.1.5 Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna, yaitu mulai dari telur, jentik, pupa, dan nyamuk dewasa. Waktu untuk masing-masing tahapan dalam siklus hidup tersebut di daerah beriklim dingin. Umur nyamuk betina rata-rata 1-2 bulan dan hanya kawin satu kali untuk seumur hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi 24-48 jam setelah keluar dari kepompong. Makanan nyamuk betina adalah darah yang diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Waktu yang diperlukan oleh nyamuk malaria untuk menyelesaikan siklus hidupnya sekitar 10-14 hari. Setelah kira-kira tiga hari menghisap darah, nyamuk betina meletakkan telur-telurnya diatas permukaan air. Di daerah tropis telur menetas setelah 1-2 hari dan menjadi pupa antara 8-10 hari. Umur pupa kira-kira 2-3 hari, kemudia menjadi nyamuk dewasa 1-2 hari (Susana, 2010).

2.1.6 Masa Inkubasi

Menurut Susana(2010), masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa

(5)

inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium. Plasmodium falciparum mempunyai masa hidup terpendek dibanding plasmodium yang lain. Masa inkubasi keempat plasmodium dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Masa Inkubasi Malaria

Jenis plasmodium Masa Inkubasi

Plasmodium falciparum Plasmodium Vivax Plasmodium ovale Plasmodium Malariae 9-12 (12) hari 12-17 (15) hari 16-18 (17) hari 18-40 (28) hari 2.1.7 Gejala Klinis

Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium , imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten. Gejala pada anak biasanya disertai batuk (Harijanto 2012).

Menurut Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), (Harijanto, 2012) yaitu:

1. Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti

(6)

orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

2. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.

3. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa.

Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil.

Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat,

(7)

muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti teh tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.

2.1.8 Cara Penularan

Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Penularan secara alamiah (natural infection)

Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium.

2. Penularan tidak alamiah (not natural infection)

a. Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.

b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik. Penularan pada jarum suntik biasanya terjadi pada para pecandu narkoba yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.

c. Secara oral. Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung (Plasmodium gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium knowlesi) yang akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi manusia.

Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis (Harijanto, 2012).

2.1.9 Pencegahan Malaria

Pencegahan malaria secara umum meliputi tiga hal, yaitu edukasi, kemoprofilaksis dan upaya menghindari gigitan nyamuk.

(8)

a. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan pada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja didaerah endemis. Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, resiko terkena malaria, tanda dan gejala malaria, serta menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih dan terhindar dari pembiakan nyamuk terutama rawa atau tempat genangan air.

b. Upaya menghindari gigitan nyamuk Anopheles adalah cara yang paling efektif untuk mencegah malaria. Upaya tersebut berupa proteksi pribadi, modifikasi perilaku dan modifikasi lingkungan. Proteksi pribadi dengan menggunakan kelambu yang dilapisi insektisida permethin, gunakan lotion anti nyamuk serta baju lengan panjang dan celana panjang. Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktifitas diluar rumah mulai senja sampai subuh disaat nyamuk Anopheles umumnya menggigit atau usahakan tinggal didalam rumah mulai sore. Sebaiknya pintu rumah ditutup mulai sore hari, pasang kasa nyamuk dikisi-kisi udara rumah dan tidur dalam kelambu.

Modifikasi lingkungan bertujuan untuk mengurangi habitat pembiakan nyamuk, berupa perbaikan sistem drainase sehingga mengurangi genangan air. Mengubur barang-barang bekas, perbaikan tepian sungai untuk memperlancar aliran air. Pengelolaan lingkungan tersebut disertai modifikasi perilaku manusia efektif mengurangi resiko terkena malaria sampai 80-88%

c. Kemoprofilaksis diberikan bagi para wisatawan yang melancong ke daerah endemis dalam waktu singkat ataupun mereka yang akan menjalankan tugas

(9)

untuk jangka waktu yang lama sampai bertahun-tahun. Kemoprofilaksis diberikan untuk mengurangi resiko jatuh sakit jika telah tergigit nyamuk infeksius. Tingkat efektivitas kemoprofolaksis sangat ditentukan oleh tingkat resistensi plasmodium setempat terhadap obat anti malaria (Harijanto, 2012)

2.2 Perilaku.

2.2.1 Konsep Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri dalam bentangan sangat luas, antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2012).

Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung. Rangsangan ini bisa berasal dari dalam diri (internal) ataupun dari luar diri (eksternal) manusia yang bersangkutan (Sunaryo, 2010).

Jadi, perilaku manusia adalah segala bentuk aktivitas atau kegiatan yang dilakukan manusia sebagai suatu bentuk reaksi manusia terhadap stimulus yang datang dari dalam diri ataupun dari luar diri manusia dan aktivitas ini dapat diamati maupun tidak dapat dapat diamati oleh pihak luar.

2.2.2 Jenis-jenis perilaku

Perilaku dikatakan terjadi sebagai bentuk reaksi manusia terhadap rangsangan dari dalam dirinya ataupun dari luar dirinya dimana reaksi ini dapat diamati maupun

(10)

tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2010:44). Berdasarkan hal ini, maka perilaku dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku Tertutup (Covert behaviour)

Perilaku tertutup terjadi bila reaksi terhadap stimulus masih belum dapat diamati oleh orang lain secara jelas. Respon seseorang masih terbatas pada perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Misalnya, seorang ibu tahu tentang penyakit malaria dan cara pencegahannya (pengetahuan) kemudian ibu tersebut berusaha memberikan tanggapan terhadap malaria dan cara pencegahan (sikap) (Notoadmodjo, 2010).

2. Perilaku Terbuka (Overt behaviour)

Perilaku terbuka terjadi apabila reaksi terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang bisa diamati orang lain dari luar. Misalnya, ibu melakukan tindakan pencegahan sesuai arahan petugas kesehatan (Notoadmodjo, 2010).

2.2.3 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1998) dalam Notoatmodjo (2014) membagi dominan perilaku atas 3 bagian yakni, koginitif (cognitive), afektif (affective), psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian dominan ini untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat perilaku sebagai berikut :

(11)

1) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar penginderaan seseorang didapatkan melalui indera penglihatan (mata) dan indera pendengaran (telinga). Pengetahuan seseorang akan suatu obyek memiliki tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar pengetahuan dibedakan dalam 6 tingkat(Notoatmojo, 2014).

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahasan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain; menyebutkan, menguraikan, memberi contoh dan sebagainya. Misalnya ibu dapat menyebutkan tujuan pencegahan gigitan nyamuk pada balita.

2. Memahami (comperehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa pencegahan gigitan nyamuk itu penting untuk dilakukan dan bagaimana cara melakukan pencegahan tersebut.

(12)

3. Aplikas (application)

Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil/sebenarrnya. Misalnya ibu selalu menggunakan kelambu untuk anak saat anak tidur.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi–formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Penelitian Rogers (1974) dalam Indriyani dan Asmudji (2014), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, orang tersebut mengalami beberapa proses dalam dirinya, yakni:

(13)

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari atau mengetahui adanya stimulus (obyek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus (obyek).

c. Evaluation, yakni orang tersebut mulai menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, yakni orang tersebut mulai mencoba perilaku baru tersebut.

e. Adoption, yakni orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Indikator-indikator pengetahuan seseorang tentang kesehatan, mencakup:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, meliputi: penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, cara penularan penyakit, cara pengobatan penyakit, tempat mencari pengobatan penyakit, dan cara pencegahan penyakit (Notoatmodjo, 2012).

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makanan bergizi bagi kesehatannya, pentingnya olahraga bagi kesehatan, penyakit-penyakit atau bahaya merokok, bahaya minuman keras, bahaya narkoba, pentingnya istirahat yang cukup, rekreasi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi: manfaat air bersih, cara-cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat, akibat polusi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

(14)

Dalam Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang positif akan bersifat langgeng (long lasting) dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran.

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2010).

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang stimulus atau obyek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-setuju-tidak baik, dan sebagainya). Sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan lainnya (Notoadmodjo, 2010).

Sunaryo (2013), menggabungkan beberapa pendapat para ahli tentang ciri-ciri sikap, yakni:

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya.

b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendir, namun selalu berhubungan dengan obyek sikap d. Sikap dapat tertuju pada satu obyek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan

obyek.

e. Sikap dapat berlangsung lama atau sementara

f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga berbeda dengan pengetahuan.

(15)

g. Pembentukan sikap pada manusia dipengaruhi oleh faktor dalam diri manusia (internal) dan pengaruh interaksi manusia satu dengan lainnya (eksternal). Faktor-faktor internal yang membentuk sikap yaitu fisiologi, psikologi dan motif. Sedangkan faktor eksternal yaitu pengalaman yang diperoleh individu, situasi yang dihadapi oleh individu, norma dalam masyarakat, hambatan, dan pendorong yang dihadapi individu dalam masyarakat.

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki tingkatan sesuai dengan intensitasnya, sebagai berikut (Notoadmodjo, 2010):

a. Menerima (receiving), berarti individu mau stimulus yang diberikan suatu obyek

b. Menanggapi (responding), berarti memberikan tanggapan terhadap obyek yang dihadapi

c. Menghargai (valuing), berarti seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulus

d. Bertanggung jawab (responsible), berarti individu bertanggung jawab terhadap apa yang sudah diyakininya.

e. Tindakan atau praktik

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Mewujudkan suatu sikap menjadi suatu tindakan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, misalnya fasilitas ataupun dukungan dari pihak lain dari luar diri individu yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2012).

(16)

Sikap memiliki empat determinan (Sunaryo, 2013), yaitu: a. Faktor fisiologis

Faktor yang penting dalam faktor fisiologis adalah umur dan kesehatan. Misalnya, orang muda umumnya bersikap kurang perhitungan dengan akal, sedangkan orang tua bersikap dengan penuh kehati-hatian; orang muda umunya suka membuang limbah sembarangan dibandingkan dengan orang yang lebih tua.

b. Faktor pengalaman langsung terhadap obyek sikap

Contohnya, perawat yang pernah tertusuk jarum bekas suntikan akan bersikap negatif terhadap perilaku pengelolaan limbah jarum suntik yang tidak sesuai. c. Faktor kerangka acuan

Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan obyek sikap akan menimbulkan sikap yang negatif terhadap obyek sikap tersebut. Misalnya, perawat yang menyakini tentang perilaku membuang jarum suntik bekas tidak sesuai dengan acuan pengelolaan limbah medis, maka perawat tersebut tidak akan akan melakukannya.

d. Faktor komunikasi sosial

Informasi yang diterima individu akan mengubah sikap individu.

Notoadmodjo, (2010), menyatakan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep orang terhadap suatu obyek. Misalnya bagaimana pendapat seseorang tentang penyakit malaria

(17)

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap obyek. Misalnya bagaimana penilaian seseorang terhadap penyakit malarai, apakah orang tersebut menganggapa penyakit malaria sebagai penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.

c. Kecenderungan untuk bertindak. Misalnya, apa yang akan dilakukan seseorang bila ia menderita sakit malaria.

Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmodjo, 2010).

Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Indikator sikap kesehatan sejalan dengan pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Indikator sikap kesehatan meliputi (Notoatmodjo, 2012):

a. Sikap terhadap sakit penyakit, yaitu penilaian atau pendapat seseorang tentang gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan, dan sebagainya .

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, yakni penilaian atau pendapat seseorang tentang cara-cara memelihara dan cara-cara berperilaku hidup sehat . c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan, yakni penilaian atau pendapat seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap pembuangan limbah, dan sebagainya .

(18)

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah pengungkapan (assesment) atau pengukuran (measurement) sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan langsung ataupun tidak langsung. Menurut Sugiyono (2013), berbagai skala sikap dapat digunakan untuk penelitian pendidikan, administrasi dan social, misalnya skala Likert.

Penelitian menggunakan skala Likert dilakukan bila ingin menjabarkan indikator variabel. Setiap jawaban dengan menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata misalnya:

1. sangat setuju 2. setuju 3. tidak sutuju

4. sangat tidak setuju.

Jawaban dapat diberi skor misalnya:

1. Sangat setuju diberi skor 4 2. Setuju diberi skor 3 3. Tidak setuju diberi skor 2 4. Sangat tidak setuju diberi skor 1

3. Tindakan atau Praktek (Practice)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu factor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau

(19)

sarana dan prasarana. Seorang ibu sudah tahu bahwa mencegah gigitan nyamuk malaria pada balita itu penting untuk mencegah terjadinya penyakit malaria, dan sudah ada niat (sikap) untuk melakukan pencegahan. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan Posyandu, atau Puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya.

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:

a) Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b) Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan medis.

c) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Prakrik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangaka memelihara kesehatan. Tindakan atau praktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor seperti pengetahuan dan sikap kesehatan tersebut di atas, yaitu:

(20)

1. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pencegahan penyakit menular dan tidak menular dan praktik tentang mengatasi atau menangani sementara penyakit yang diderita.

2. Tindakan atau praktik sehubungan dengan gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.

3. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan (utilisasi) fasilitas pelayanan kesehatan.

4. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan di tempat-tempat umum.

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan subjek dalam rangka memelihara kesehatannya, misalnya: tindakan apa saja yang dilakukan ibu untuk mencegah gigitan nyamuk anpheles pada balita saat sore hari.

Pengukuran secara tidak langsung berarti peneliti tidak secara langsung mengamati perilaku orang yang sedang diteliti (responden). Metode pengukuran secara tidak langsung dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

(21)

1. Menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan kesehatan(Notoatmodjo, 2014).

2. Melalui orang ketiga atau orang lain yang dekat dengan subjek. Metode ini biasa digunakan untuk mengamati perilaku keteraturan minum obat seorang penderita penyakit tertentu melalui orang terdekat misalnya suami atau istri. 3. Melalui indikator (hasil perilaku)

Pengukuran ini dilakukan melalui indikator hasil perilaku orang yang diamati. Misalnya peneliti akan mengamati atau mengukur perilaku kebersihan diri seorang murid sekolah.

2.2.4 Perilaku Kesehatan A. Defenisi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan (Notoadmodjo, 2010).

B. Jenis-jenis Perilaku Kesehatan

Notoadmodjo (2012), mengklasifikasi perilaku kesehatan dalam tiga kelompok, sebagai berikut:

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)

Perilaku ini menggambarkan usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatannya agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit.

(22)

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau disebut juga perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour). Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan ini dimulai dari tindakan mengobati sendiri sampai dengan mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku ini menyangkut upaya seseorang untuk mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarganya atau masyarakatnya.

C. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan

Perilaku seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor-faktor ini disebut determinan (Notoatmodjo, 2010).

Green (1980) dalam Notoadmodjo (2010), menyebutkan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku, yaitu:

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor–faktor ini adalah faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, umur, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Contohnya, seorang ibu mau melakukan pencegahan gigitan nyamuk anopheles pada anaknya karena ibu tersebut tahu dan yakin bahwa tindakannya itu dapat meminimalkan resiko terjadinya penularan penyakit malaria.

(23)

Kholid (2012), menambahkan karakteristik faktor predisposisi dari segi faktor-faktor demografi (usia dan jenis kelamin), struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, etnik, dan faktor lainnya yang mengukur status dalam masyarakat serta kesehatan lingkungan fisik), dan kepercayaan kesehatan (sikap, nilai, dan pengetahuan yang mungkin mempengaruhi persepsi kebutuhan dan pengunaan layanan kesehatan).

a. Umur

Menurut Elisabeth yang dikutip dari Nursalam (2003) Usia adalah umur individu yang dihitung sejak dilahir sampai berulang tahun. umur dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada perubahan perilaku dirinya, akan tetapi pada umur-umur tertentu (usia lanjut) kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu pengetahuan yang baru akan berkurang Notoatmodjo (2007). Hal ini didukung pula oleh pendapat Hurlock dalam Padilla (2014), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Umur merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kesehatan dalam hal ini adalah upaya pencegahan gigitan nyamuk anopheles (Notoatmodjo, 2012).

Umur yang tepat untuk ibu yang merawat balita adalah berkisar antara 20-40 tahun (masa dewasa awal). Masa dewasa awal adalah masa dimana seluruh potensi sebagai manusia berada pada puncak perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa dewasa awal dibagi menjadi dua masa yaitu masa pembentukan (20-30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua, membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan.

(24)

Masa konsolidasi (31-40 tahun) yaitu masa konsolidasi karier dan memperkuat ikatan perkawinan (Psycho Share, 2014).

b. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Menurut Dictionary of Education (dalam Munib, 2004) pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk utorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.

Pendidikan terjadi melalui kegiatan atau proses belajar yang dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri yaitu: pertama, belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri yang ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha, dan didasari bukan karena kebetulan (Notoatmodjo, 2007).

Ruang lingkup pendidikan terdiri dari pendidikan informal, non formal dan formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah dalam lingkungan keluarga. Pendidikan informal berlangsung tanpa

(25)

organisasi, yakni tanpa orang tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagai pendidik, tanpa suatu program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, dan tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian. Pendidikan non formal meliputi berbagai usaha khusus yang diselenggarakan secara terorganisasi terutama generasi muda dan orang dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat yang produktif. Sedangkan pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu seperti terdapat di sekolah atau universitas (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar (SD dan SMP), dan pendidikan tinggi (SMA, akademi, institute, sekolah tinggi dan universitas)(Hasbulah, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan yaitu faktor umur, faktor tingkat sosial ekonomi dan faktor lingkungan. Faktor umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur, pendidikan yang didapat akan lebih banyak, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang diinginkan adalah terjadinya perubahan kemampuan, ketrampilan atau perilakunya. Perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap atau ketrampilannya. Faktor tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan masyarakat. Rata-rata keluarga dengan sosial ekonomi yang baik akan

(26)

memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu. Sedangkan faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan seseorang. Contoh orang yang berada dalam lingkungan yang mendukung serta mengutamakan pendidikan, mereka akan merasa lebih termotivasi untuk belajar. Sehingga pengetahuan yang mereka peroleh akan lebih baik dibandingkan seseorang yang keluarganya tidak mendukung untuk merasakan bangku sekolah (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Penggunaan posyandu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dapat membuat orang menjadi berpandangan lebih luas berfikir dan bertindak secara rasional sehingga latar belakang pendidikan seseorang dapat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Ibu dengan pendidikan yang relatif tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber daya keluarga yang lebih baik dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah (Notoatmodjo, 2007).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan yang dilakukan subjek penelitian diluar rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang. Pekerjaan terbagi menjadi 2 yaitu bekerja dan tidak bekerja. Bekerja apabila melakukan kegiatan rutin yang dilakukan yang dilakukan subjek penelitian diluar rumah yang

(27)

menghasilkan imbalan materi maupun uang. Sedangkan tidak bekerja apabila subjek penelitian tidak memiliki kegiatan riutin yang dilakukan diluar rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang(Nurhasanah, 2008).

Bekerja atau tidaknya seseorang akan turut berpengaruh pada minatannya terhadap pelayanan kesehatan, semakin baik jenis pekerjaan dari seseorang semakin tinggi peminatan terhadap pelayanan kesehatan. Indikatornya adalah mempunyai pekerjaan, tetap memanfaatkan pelayanan kesehatan walaupun harus meninggalkan pekerjaannya (Syafruddin, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2010), pekerjaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Bekerja : buruh, tani, swasta dan PNS

Tidak bekerja : Ibu rumah tangga dan pengangguran

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seperti sarana dan prasarana yang dapat menunjang terjadinya perilaku kesehatan. Sarana prasarana yang dimaksudkan disini misalnya Puskesmas, rumah sakit, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan air, pembagian kelambu ke semua kepala keluarga.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini adalah faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku. Perilaku hidup sehat dapat terjadi jika ada tokoh masyarakat yang

(28)

menjadi role model atau adanya dukungan dari orang-orang terdekat individu bersangkutan, misalnya dari tokoh agama dan tokoh adat setempat.

2.2.5 Perilaku Pencegahan Malaria

Indikator praktik pencegahan dan pengendalian penyakit malaria dapat diketahui melalui tindakan masyarakat sehubungan dengan penyakit malaria, membersihkan semak-semak disekitar rumah, menggunakan bahan penolak nyamuk (repellent), tidur menggunakan kelambu dan upaya yang lain untuk mencegah tertular penyakit malaria (Harijanto, 2012). Berbagai perilaku yang dapat dilakukan agar terhindar dari bahaya penyakit malaria, yaitu (Harijanto, 2012):

1. Memberantas habitat larva dengan penyemprotan insektisida, membersihkan parit, menutup dan membersihkan tempat penyimpanan air yang digunakan sehari-hari.

2. Penggunaan kelambu berinsektisida atau kelambu poles pada tempat tidur untuk melindungi balita saat tidur.

3. Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah untuk menghindari gigitan nyamuk.

4. Diadakan kerja bakti secara rutin untuk membersihkan lingkungan dan semak-semak belukar di sekitar rumah, genangan air dan kandang ternak. 5. Memasang kawat nyamuk pada jendela dan kisi kisi rumah untuk mencegah

masuknya nyamuk ke dalam rumah.

6. Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit (lotion) penolak nyamuk atau obat nyamuk bakar untuk menghindari gigitan nyamuk.

(29)

7. Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga tidak terkena gigitan terutama jika akan bepergian pada malam hari.

8. Menghindari kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari untuk menghindari gigitan nyamuk anopheles.

9. Menutup jendela dan pintu pada malam hari untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah.

2.3 Balita

2.3.1 Pengertian Balita

Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-5. Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

2.3.2 Karakteristik Balita.

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Muaris.H, 2006).

(30)

1. Karakteristik anak Batita

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar.

2. Karakteristik Usia Pra-sekolah

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan.

Karakteristik anak pra-sekolah ini mencakup perkembangan fisik dan kemampuan motorik serta emosional anak. Perkembangan fisik yaitu hasil tumbuh kembang fisik adalah bertumbuh besarnya ukuran-ukuran antropometrik dan gejala/tanda lain pada rambut, gigi-geligi, otot, serta jaringan lemak, darah, dan lainnya. Sedangkan kemampuan motorik dan emosional anak mencakup sikap anak dalam lingkungan, gerakan anggota badan, menggunakan bahasa tanpa memahami makna kata serta kemampuan intelektual anak seperti menyebutkan nama atau bercerita lainnya.

2.3.3 Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang

(31)

a. Asuh ( Kebutuhan Fisik – Biomedis) Kebutuhan asuh meliputi sebagai berikut :

1. Nutrisi yang adekuat dan seimbang 2. Perawatan kesehatan dasar

Untuk mencapai kesehatan dasar yang optimal, perlu beberapa upaya misalnya pencegahan penyakit menular, imunisasi, kontrol ke Puskesmas atau Posyandu secara berkala, perawatan bila sakit.

3. Pakaian 4. Perumahan

5. Higiene diri dan lingkungan 6. Kesegaran jasmani

b. Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang) Kebutuhan asih meliputi :

1. Kasih sayang orang tua 2. Rasa aman

3. Harga diri

4. Dukungan/dorongan 5. Mandiri

6. Rasa memiliki

c. Asah (Kebutuhan Stimulasi)

Stimulasi adalah adanya perangsangan dari dunia luar berupa latihan atau bermain. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan (Nursalam, 2013)

Gambar

Tabel 1.1 Masa Inkubasi Malaria

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat dilihat bahwa Fhitung (120,950) > Ftabel (3,28) dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan terdapat

Judul Skripsi : Pengaruh Cara Belajar Dan Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Mengelola Peralatan Kantor Kelas X Administrasi Perkantoran SMK Batik 1

b. Pengesahan Hibah Langsung yang bersumber dari Dalam Negeri dalam bentuk uang sebesar yang telah diterima dan belanja yang bersumber dari hibah langsung yang bersumber dari

Maksud penetapan standar pelayanan penyusunan dan pengkoordinasian Rencana Kerja (Renja) Bagian Anggaran 007 (Sekretariat Negara) adalah memberikan dukungan data sebagai

Kegiatan pelestarian lingkungan hidup yang sudah ada di sekolah akan dikolaborasikan dengan kegiatan kewirausahaan yang telah ada di SMA Negeri 9 Tangerang. Siswa sangat

Terbitan tahun 2014 ini lebih fokus ke 2 Provinci yaitu Jawa Tengah & Jawa Timur dan merupakan hasil up-dating dari direktori sebelumnya dan tambahan beberapa perusahaan

X-banner ini mengunakan konsep “Simplicity”, maka dari itu menggunakan ilustrasi foto-foto sungai di Denpasar yang terkena pencemaran limbah B3, Ilustrasi fotografi

Pada bagian ruang lingkup unit kerja, penulis akan menjelaskan tentang ruang lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab bagian processing di PT. Memproses dan