• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul_KDM (Oksigenasi)_Lengkap.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul_KDM (Oksigenasi)_Lengkap.pdf"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen Pengajar:

SULISTYO ANDARMOYO, S. Kep., Ns., M. Kes

NIK: 19791215 200302 12

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2014-2015

Jl. Budi Utomo No. 10 Telp. (0352) 487 662 Ponorogo Fax. (0352) 461796

MODUL KEPERAWATAN DASAR

(2)

BAB 1 KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI

A. Pengertian Oksigenasi

B. Sistem tubuh yang berhubungan dengan system

oksigenasi

C. Proses Fisiologi pernapasan

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi

E. Perubahan fungsi jantung

(3)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan pengertian oksigenasi

2. Menyebutkan sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan

oksigenasi (anatomi fisiologi)

3. Menjelaskan proses fisiologi pernapasan

4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi

5. Menjelaskan perubahan fungsi jantung

(4)

BAB 1

KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. PENGERTIAN OKSIGENASI

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ dan sel tubuh.

Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas dari atmosfer. Oksigen (O2) untuk

kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.

B. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN

OKSIGENASI (ANATOMI-FISIOLOGI)

Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh sangat tergantung dari sistem kardiovaskuler, hematologi, dan keadaan respirasi itu sendiri, dalam bahasan ini akan dibahas lebih jauh mengenai system yang dimaksud

ANATOMI FISIOLOGI KARDIOVASKULER Pendahuluan

Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran darah melalui seluruh tubuh, di dalamnya terdapat pembuluh darah arteri yang membawa darah dari jantung, pembuluh darah vena yang

(5)

membawadarah ke jantung dan pembuluh kapiler yang menggabungkan arteri dan vena, yang terentang di antaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Di sini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstrasiel ataupun intrasel.

Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

Bentuk, letak dan ukuran jantung

Jantung merupakan organ otot yang berongga, berukuran kepalan tangan kira-kira 250-300 gram, menyerupai jantung pisang, terletak dibagian tengah rongga thoraks. Jantung terdiri dari atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri. Antara atrium dan ventrikel dibatasi oleh annulus fibrosus.

Ga mbar 1.1 Struktur Penampang Jantung. (Sumber: Syaifuddin, 1992)

(6)

Lapisan-lapisan jantung

Lapisan-lapisan jantung terdiri atas :

a. Endokardium. Merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam, terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender yang melapisi rongga jantung

b. Miokardium. Merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung.

c. Perikardium. Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan parietal dan visceral yang bertemu di pangkal dan membentuk kantung jantung

Pergerakan jantung

Jantung dapat bergerak yaitu: mengembang dan menguncup disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang berasal dari susunan saraf otonom. Rangsangan ini diterima oleh jantung pad simpul saraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena kava yang disebut Nodus Sino Atrial (SA Node)

Dari sisi rangsangan akan diteruskan ke dinding atrium dan juga ke bagian septum kordis oleh nodus atrio ventricular atau simpul tawara melalui berkas wenkebach

Dari simpul tawara rangsangan akan melalui bundle atrio ventricular (berkas his) dan pada bagian cincin yang terdapat antara atrium dan vebtrikel yang disebut annulus fibrosus, rangsangan akan terhenti kira-kira 1/10 detik.

(7)

Seterusnya rangsangan tersebut akan diteruskan ke bagian apeks kordis dan melalui berkas purkinye disebarkan ke seluruh dinding ventrikel dengan demikian jantung berkontraksi.

Gambar 1.2 Proses Pergerakan Jantung (Sumber: Syaifuddin, 1992)

Dalam kerjanya jantung mempunyai 3 (tiga) periode:

a. Periode konstriksi (periode systole). Suatu keadaan dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Pada periode ini katup/valvula bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup, katup/valvula semilunaris aorta dan semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan, sedangkan darah dari

(8)

ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.

b. Periode dilatasi (periode diastole). Suatu keadaan dimana jantung mengembang. Pada periode ini katup/valvula bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke atrium dekstra.

c. Periode istirahat. Yaitu waktu antara periode konstriksi dan dilatasi dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada saat seseorang beristirahat, jantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada tiap-tiap konstriksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70cc, demikian pula sebaliknya ketika seseorang melakukan aktivitas maka jantung akan lebih cepat berkonstriksi sehingga darah lebih banyak dialirkan ke seluruh tubuh.

Katup-katup pada jantung

a. Katup arterioventrikular : katup antara atrium dan ventrikel. Antara atrium dan ventrikel kiri disebut katup/valvula bikuspidalis/mitral, katup antara atrium dan ventrikel kanan disebut katup/valvula trikuspidalis. b. Katup semilunaris : katup antara ventikel kiri dengan aorta disebut

semilunaris aorta dan katup antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis disebut katup semilunaris arteri pulmonalis

Sistem Penghantar Jantung

Jantung mempunyai kemampuan mencetuskan impuls sendiri, system ini terdiri atas :

(9)

a. Simpul SA Node (sinoatrial) : mencetuskan impuls 70-80/menit dalam keadaan normal sampai 200/menit pada olah raga berat, kerusakan pada SA Node harus dibantu dengan alat pacu jantung.

b. Simpul AV Node (Atrioventrikular Node) : dalam keadaan normal hanya menerima dan mengikuti irama dari simpul SA, namun apabila SA rusak maka akan mengambil alih fungsi pencetus impuls, tetapi dengan frekwensi lebih rendah antara 40-60/menit.

c. Bundel his d. Serabut purkinye

Gambar 1.3 Sistem konduksi Jantung. (Sumber Cannobbio MM, 1990. Dikutip dari Potter & Perry, 2005)

(10)

Merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu konstriksi (sistol) dan pengendoran (diastole).

Perubahan pada siklus jantung berupa : a. Pada waktu systole :

1) Kontraksi isovolumetrik kontraksi ventrikel menyebabkan katup mitral tertutup, tekanan dalam ventrikel meningkat mencapai tekanan dalam aorta

2) Fase ejeksi: tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam aorta, akibatnya katup semilunaris aorta terbuka, darah didorong keluar dari ventrikel ke aorta, karena sifat elastisitas dinding aorta maka darah ditampung lebih dahulu untuk selanjutnya didorong ke arteri

b. Pada waktu diastole:

1) Fase relaksasi isovolumetrik, tekanan dalam vebtrikel kiri lebih rendah dari pada dalam aorta sehingga katup semilunaris aorta tertutup dan menahan darah agar tidak kembali ke ventrikel

2) Fase pengisian panjang, darah masuk ventrikeldari atrium karena tekanan ventrikel lebih rendah dari pada atrium

3) Fase pengisian lambat, darah dari atrium masih mengalir sedikit ke ventrikel

4) Fase sistole atrium, memompakan sedikit lagi darah yang ada di atrium

Peredaran darah jantung Arteri

Merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah ke seluruh bagian dan alat tubuh. Arteri yang paling besar di dalm tubuh adalah aorta dan arteri pulmonalis, arteri ini mempunyai cabang-cabang ke

(11)

seluruh tubuh yang desebut arteriola yang akhirnya akan menjadi pembuluh darah ranbut (kapiler). Arteri dapat mengecil dan melebar (kontraksi dan dilatasi disebabkan oleh karena pengaruh saraf dari susunan saraf otonom yang disebut vasomotor (vasodilator dan vasokonstruktor)

Vena (Pembuluh Darah Balik)

Merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian/alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang besar diantaranya adalah vena kava dan vena pulmonalis, vena-vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil yang disebut venolus dan selanjutnya menjadi kapiler. Vena dalam tubuh dibagi 2 yaitu yang dibawah kulit (superficial) dan vena dalam (profunda), vena profunda terletak diantara otot dan organ dalam, sedangkan vena superfisialis ada didekat permukaaan kulit. Tenaga untuk mendorong darah yang berada divena berasal dari : 1) Tekanan hidrostatik dari jantung yang masih tersisa, 2) Tekanan yang berasal dari otot yang berkontraksi karena sebagian vena berada diantara otot, 3) Daya hisap rongga toraks saat inspirasi, daya hisap jantung saat sistol.

Tabel 1.1 Perbedaan pembuluh darah vena dan pembuluh darah arteri

Vena Arteri

1. Membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis

1. Membawa darah bersih kecuali arteri pulmonalis 2. Mempunyai dinding yang

tipis

2. Mempunyai dinding yang terbal

3. Jaringan kurang elastic 3. Mempunyai jaringan yang elastic

4. Mempunyai katub-katub sepanjang jalannya mengarah ke jantung

4. Katup hanya pada permulaan keluar ke jantung

(12)

5. Tidak menunjukkan adanya tempat mendengar denyut jantung

5. Menunjukkan adanya tempat untuk mendengar denyut jantung

(Sumber : Syaifuddin, 1992)

Kapiler

Merupakan merupakan pembuluh darah yang halus berdinding selapis endotel, tersebar diseluruh sel jaringan yang hidup kecuali rambut, kuku dan tulang rawan. Fungsi kapiler 1) alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena, 2) tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan, 3) mengambil hasil-hasil dari kelenjar, 4) menyerap zat makanan yang terdapat di usus, dan 5) menyaring darah yang terdapat di ginjal.

Saluran Limfe

Saluran ini meliputi seluruh tubuh yang akhirnya berkumpul dan berakhir di vena rongga toraks, cairan dialirkan melalui pembuluh ini kurang lebih 120 ml/menit atau 2-3 liter/hari, waktu olahraga dapat meningkat 10-30 kali. Di beberapa tempat kelenjar limfe berfungsi sebagai filtrasi, missal terhadap bakteri. Apabila di daerah tertentu terdapat bakteri seperti yang terjadi pada bisul, ada kuman yang terlepas kesaluran limfe. Dikelenjar limfe kuman akan ditahan dan terjadi reaksi radang.

ANATOMI FISIOLOGI DARAH Pendahuluan

Darah merupakan media transportasi berbagai zat yang berada di dalam tubuh manusia, darah berperan untuk proses keseimbangan/homeostasis dalam mempertahankan stabilitas lingkungan dalam tubuh dan untuk

(13)

mengembalikan fungsi tubuh dalam keadaan semula. Darah selamanya berada dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung.

Anatomi dan fisiologi darah

Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berwarnamerah, warna merah ini sangat tergantung dari o2 dan

CO2 yang ada di dalamnya.

Banyaknya darah

Pada tubuh orang sehat atau orang dewasa terdapat kurang lebih 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter dengan pH 7,37-7,45. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, tergantung kepada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah.

Bagian-bagian Darah

Tabel 1.2 Bagian-bagian Darah

Bagian-bagian darah

1. Air 91%

2. Protein 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen)

3. Mineral 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium & zat besi)

4. Bahan organic

0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol & asam amino)

(14)

Fungsi Darah

1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :

a. Mengambil o2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan ke

seluruh jaringan tubuh

b. Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru

c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan/alat tubuh

d. Mengangkut dan mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal

2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit, antibody/zat-zat anti racun

3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

Bagian-bagian Darah terdiri atas: 1. Sel-sel darah

a. Eritrosit (sel darah merah) b. Leukosit (sel darah putih) c. Trombosit (sel pembeku darah) 2. Plasma darah

Sel-sel Darah

Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit merupakan sel darah merah dengan bentuk seperti cakram/bokonkaf, dan tidak mempunyai inti. Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) diameter, dan tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2-5 juta). Warnanya kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung hemoglobin, dan semakin bertambah merah jika

(15)

didalamnya banyak mengandung O2. Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru

untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan

tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

Leukosit (sel darah putih)

Leukost merupakan sel darah putih dengan bentuk yang dapt berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna) banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6.000-9.000. Jika jumlah leukositdalam darah melebihi 10.000 mm3 disebut leukositosis dan kurang dari 6.000 mm3 disebut leucopenia. Fungsinya: 1) sebagai serdadu tubuh yaitu. Membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES atau Sistem Retikulo Endotel, tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe. 2) Sebagai pengangkut yaitu; mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa dan diteruskan ke pembuluh darah.

Macam-macam Leukosit , meliputi : 1. Agranulosit

Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, terdiri dari : a. Limfosit, dihasilkan dari RES dan kelenjar limfe, bentuknya besar dan

kecil, di dalam sitoplasma tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20-25%. Fungsinya sebagai kekebalan/imunitas yaitu membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.

b. Monosit, dibuat di sumsum tulang, lebih besar dari limfosit, banyaknya 3-8%, protoplasma lebar, warna biru sedikit abu-abu

(16)

dengan bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat dan panjang warnanya lembayung muda. Fungsinya sebagai fagosit dengan membunuh bakteri-bakteri yang masuk ke dalam tubuh.

2. Granulosit

Sel leukosit yang mempunyai granula di dalamnya, terdiri dari :

a. Netrofil, mempunyai inti sel yang berangkai kadang-kadang seperti terpisah, protoplasma banyak bintik-bintik halus/granula, banyaknya 60-70%. Fungsinya membunuh bakteri, pada infeksi akut jumlah sel ini meningkat.

b. Eosinofil, ukuran dan bentuknya hamper sama dengan neutrofil tetapi granula dalam sitoplasmanya lebih besar,banyaknya kira-kira 2-4%.

c. Basofil, selini kecil dari pada eosinofil tetapi mempunyai inti yangbentuknya teratur, di dalam protoplasma terdapat granula-granula besar. Banyaknya 1/2 -2% di sumsum merah. Sel ini berperan pada reaksi hipersensitif tipe cepat seperti urtikaria, rhinitis alergika, syok anafilaktik, dan menyerang beberapa jenis parasit, sel ini meningkat pada penderita alergi.

Trombosit (sel pembeku)

Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada yang lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm3. Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika jumlahnya kurang dari normal, maka jika ada luka darah tidak akan lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus. Trombosit yang

(17)

melebihi 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.

Plasma Darah

Plasma darah merupakan bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-kuningan yang dalam reaksi bersifat alkali. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya. Plasma mudah beku karena terdapat protein fibrinogen yang dapat berubah menjadi fibrin yang berperan dalam pembekuan darah.

Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:

1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah

2. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga dalam mengadakan osmotik 3. Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga

menimbulkan tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.

4. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin) 5. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh. 6. Antibodi/antitoksin

(18)

Gambar 1.4 Berbagai macam struktur sel darah putih (Sumber: Syaifuddin, 1992)

ANATOMI FISIOLOGI PERNAFASAN Pendahuluan

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung O2 dari atmosfer ke dalam tubuh dan membuang CO2 sebagai sisa dari

oksidasi ke luar tubuh atau atmosfer yang terjadi ketika proses inspirasi dan ekspirasi. Kegiatan ini dikendalikan oleh susunan saluran pernapasan dimulai dari hidung, faring, laring, trakhea, bronkhus, bronkheolus dan berakhir di alveolus.

Anatomi Sistem Pernapasan

Struktur sistem pernapasan tersusun sedemikian rupa untuk memudahkan pengambilan oksigen melalui proses inspirasi dan pengeluaran karbondioksida melalui proses ekspirasi. Struksur sistem pernafasan dimulai dari hidung dan berakhir pada alveolus. Gambar 1.1 mengambarkan susunan sistem pernafasan yang dimaksud.

(19)

Gambar 1.5 Struktur Saluran Pernafasan (Sumber: Thibodeau, G.A.1992. Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004

a. Hidung = Naso = Nasal

Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang yang disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

Fungsi hidung, terdiri dari: 1) Sebagai saluran pernapasan

2) Sebagai penyaring udara yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung 3) Menghangatkan udara pernapasan melalui mukosa

4) Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada dalam selaput lendir mukosa hidung

(20)

Gambar 1.6 Potongan midsagital kepala dan leher yang memperlihatkan struktur saluran pernafasan atas. (Sumber: Thomson et al, (1993). (Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004).

b. Tekak = Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah dalam ruas tulang leher.

Hubungan faring dengan organ-organ lain; Ke atas berhubungan dengan rongga hidung, ke depan berhubungan dengan rongga mulut, ke bawah depan berhubungan dengan laring dan ke bawah belakang berhubungan dengan esophagus.

(21)

1) Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut Nasofaring.

2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium disebut dengan Orofaring

3) Bagian bawah sakali dinamakan Laringofaring mengelilingi mulut, esofagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.

c. Pangkal Tenggorokan (Laring)

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara. Laring (kotak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Pada pangkal tenggorok ini ada epiglotis yaitu katup kartilago elastis yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid. Saat menelan, epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan.

(22)

Gambar 1.7 Anatomi Laring (A) tampak anterior. (B), tampak posterior (Sumber: Thibodeau & Patton, 1996, Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004)

(23)

Trakea (pipa udara) Adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior esofagus yang memisahkan trakhea menjadi bronkhus kiri dan kanan. Trakea dilapisi epitelium respiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang mengandung banyak sel goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara saat bernafas.

e. Cabang Tenggorokan (Bronkhus)

Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang terdiri dari dua bagian bronkhus kanan dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer sehingga memungkinkan objek asing yang masuk ke dalam trakea akan ditempatkan dalam bronkus kanan. Sedangkan bronchus kiri lebih panjang dan lebih ramping, Brokhus bercabang lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi yang disebut bronkhiolus (bronkhioli).

(24)

Gambar 1.8 Pohon (Percabangan) bronchial dan alveoli. (Sumber: Wingerd, 1994. Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004)

f. Paru-Paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung-gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel, dan pada lapisan nilah terjadi pertukaran udara dimana O2 masuk ke dalam darah

dan CO2 dikeluarkan dari darah.

Pembagian paru-paru

1) Paru kanan: terdiri atas 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan kecil yang disebut segment. Paru-paru kanan memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus superior, 2 buah pada lobus medialis, dan 3 buah pada lobus inferior.

2) Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobus inferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus superior, dan 5 buah pada lobus inferior.

Gambar 1.9 Struktur Paru-paru. (Sumber: Wingerd, 1995, Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004)

(25)

Gambar : 1.10 Alveoli di ujung akhir jalan nafas bagian bawah. (Sumber Thomson J dkk, 1993 dikutip dari Potter & Perry, 2005)

C

.

PROSES FISIOLOGI PERNAPASAN

Dalam sistem pernafasan pemasukan O2 dan pembuangan CO2 keluar tubuh

melibatkan sitem pernafasan dan system kardiavaskular, jantung memompa darah yang banyak mengandung O2 melalui pembuluh arteri keseluruhan

tubuh untuk keperluan sel dan memompa darah dari seluruh tubuh yang banyak mengandung CO2 ke paru–paru untuk dikeluarkan ke atmosfer.

Fungsi Pernafasan

Fungsi pernafasan dapat dibagi atas: 1) Pertukaran gas, 2) Pengaturan keseimbangan asam basa

a. Pertukaran Gas

Pertukaran gas melalui proses 3 tahapan: 1) Ventilasi

2) Difusi 3) Transportasi

(26)

1) Ventilasi

Ialah masuknya O2 atmosfer kedalam alveoli dan keluarnya CO2 dan

alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi dan ekspirasi). Inspirasi adalah gerakan perpindahan udara masuk ke dalam paru-paru, sedangkan ekspirasi adalah gerakan perpindahan udara keluar atau meninggalkan paru-paru.

Ventilasi dipengaruhi oleh:

a) Volume udara (kuantitas) dan jenis gas yang mengalami pertukaran b) Keadaan saluran napas

c) Complince dan recoil d) Pengaturan nafas.

Gambar : 1.11 Mekanisme ventilasi. (A) Inspirasi; (B) Ekspirasi. (Sumber: Thibodeau & Patton, 1996. Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004).

(27)

Gambar 1.12 Alur respirasi (inspirasi dan ekspirasi). Sumber Wilson SF, Thomson JM. (Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004).

Kontraksi diafragma Relaksasi otot-otot akspiratori Kontraksi otot-otot pengangkat dada

Peningkatan ukuran diameter vertical thoraks

Peningkatan diameter anteroposterior dan transfersal toraks

Penurunan tekanan intrathoraks sekitar 4 mm Hg sampai sekitar

(28)

Gambar 1.13 Skema mekanisme inspirasi. (Sumber: Thibodeau & Patton, 1996, Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004)

Pengembangan atau ekspansi paru

Terbentuknya gradien tekanan (sekitar 3 mm Hg) dari tekanan atmosfir terhadap tekanan alveolar

Inspirasi

Penurunan tekanan alveolar (dari tingkat tekanan atmosfir sampai sekitar 3 mm Hg lebih rendah dari tekanan atmosfir)

Relaksasi otot-otot inspirasi Kontraksi otot-otot ekspirasi

Penurunan ukuran thoraks Rekoil elastic dari jaringan paru

Peningkatan tekanan intrathoraks sekitar-6 mm Hg sampai -4 mm Hg

(29)

Gambar 1.14 Skema mekanisme ekspirasi. (Sumber: Thibodeau & Patton, 1996, Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004)

a) Volume udara (kuantitas) dan jenis gas yang mengalami pertukaran. Kuantitas pada prinsipnya bersifat konstan yaitu jumlah udara yang dihisap sama dengan jumlah udara yang dikeluarkan. Tetapi dalam kualitas terdapat perbedaan komposisi yakni udara yang dihisap banyak mengandung O2 dan udara yang dikeluarkan banyak mengandung CO2.

b) Keadaan saluran napas

Selama inspirasi udara akan melewati saluran napas, mulai hidung sampai alveoli keadaan saluran napas harus bebas dari hambatan/resistensi.

c) Complience dan Recoil

Yaitu daya pengembangan dan pengempisan paru pada thoraks. Yaitu kemampuan peregangan dari paru untuk tetap dalam posisi berdilatasi complience dapat diukur dengan volume paru dibagi perubahan tekanan

Peningkatan tekanan alveolar sekitar -3 mm Hg sampai +3 atau +4 mm Hg

Gradian tekanan dari tekanan alveoli sampai tekanan atmosfir

(30)

jalan nafas (AV/AP). Nilai normal paru adalah O2, H2O pada berbagai

penyakit, misalnya edema paru dan fibrosis dan fibrosis paru complience akan berkurang.

Kemampuan ini dibentuk oleh: gerakan naik turun diafragma, elevasi dan depresi iga, elastisitas jaringan paru dan surfactant

 Gerakan naik turun diafragma

Kontraksi menyebabkan diafragma menjadi desenden, menyebabkan tekanan pleural yang negatif dan peningkatan dimensi vert ikal paru, yang memberi kontribusi pada inflasi paru–paru. Peningkatan dimensi vertikal dan penurunan tekanan intrapulmonar (negatif dengan pada tekanan atmosfer menyebabkan udara masuk ke dalam paru–paru).

 Elevasi dan depresi iga

Interkostal eksternal berkontraksi meningkatkan ujung anterior rangka menyebabkan pergerakan ke arah dalam dan ke arah luar, sehingga meningkatkan antero postenor toraks. Intercosta internal

 Elastisitas jaringan paru

Ialah sifat elastisitas dari jaringan yakni untuk kembali kepada ukuran semula setelah terjadi perubahan volume akibat tekanan dari lumen maupun tekanan dari luar. Elastisitas respirasi dibagi 2: Elastisitas thoraks dan Elastisitas Paru. Pada waktu inspirasi diperlukan daya elastisitas yang aktif, sedangkan fase ekspirasi diperlukan daya elastisitas yang pasif.

(31)

Tahankan tegangan permukaan alveoli dan mencegahnya dari kolabs. Dihasilkan sel septal (sel epitel alveoli type II). Fungsinya: (1) mengurangi tegangan permukaan alveoli apabila complience bertambah, (2) menstabilkan alveoli bila terjadi perpindahan udara diantara alveoli, (3) mempertahankan tekanan alveoli supaya tetap tinggi, oleh karena cairan ini akan ke rongga alveoli, sehingga tegangan permukaan tetap kecil.

d) Pengaturan Nafas

Pusat pengaturan nafas terdapat pada Medulla oblongata dan Pons. Pusat napas terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang merupakan

hasil metabolisme sel. Adanya trauma kepala edema otak akan meningkatkan tekanan intrakranial sehingga menyebabkan gangguan pada sistem pengendalian.

Gambar 1.15 Pusat pernafasan pada batang otak. (Sumber: Bulock, BL, 1996. Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004)

(32)

2) Difusi Gas

Pertukaran gas mencakup dua proses independen, pernapasan internal yaitu pertukaran gas antara alveoli dengan aliran darah dan pernafasan eksternal yaitu pertukaran gas antara kapiler dalam tubuh (selain dalam paru-paru) dengan sel-sel tubuh. Kedua proses tersebut mencakup perpindahan gas melalui difusi. Difusi sendiri adalah pertukaran antara o2 dan co2 alveoli

dengan kapiler paru. Diartikan lain bahwa difusi ialah gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah.

Gambar 1.16 Pernapasan internal dan eksternal. (Sumber: Wingerd, 1994. Dikutip dari Asih, NGY & Effendy C, 2004)

(33)

a) Ketebalan membran respirasi b) Luas permukaan membran c) Koefisien difusi

d) Perbedaan tekanan.

a) Ketebalan membran respirasi

Gas berfungsi dan alveoli kedalam darah kapiler paru atau sebaliknya melintasi membran alveoli kapiler yang tipis dibentuk oleh epitel pulmonal, endofel kapiler, serta membran basaks masing–masing berdifusi: ketebalan membran respirasi dapat meningkat pada: edema paru, radang akut, parenkim paru, hipoalbuminemia, sindrom nefrotik: kecepatan difusi berbanding terbalik dengan tebalnya membran.

b) Luas permukaan membran

Apabila terjadi penyakit seperti radang paru akut, TBC, pengangkatan sebagaian lobus paru maka dapat menyebabkan berkurangnya luas permukaan membran sehingga mengganggu permukaan gas.

c) Koefisien Difusi

Koefisien difusi tiap gas dalam membran respirasi tergantung pada daya larutnya didalam membran itu. Kecepatan difusi CO2 20x lebih cepat dari

O2 sehingga kekurangan O2 belum tentu disertai CO2. O2 berdifusi 2x lebih

cepat daripada Nitrogen (N). Kecepatan difusi CO2 200x lebih cepat dari

O2 sehingga mudah terjadi keracunan.

d) Perbedaan Tekanan

Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena perubahan tekanan. Pengembalian O2 dari alveoli kedalam darah didasarkan atas perbedaan

(34)

tekanan partikel O2 dalam darah alveoli semakin tinggi kadar O2 dalam

dan semakin cepat pengikatan O2 oleh darah.

Pemindahan CO2 dari darah ke alveoli berdasarkan perbedaan tekanan

partikel CO2 dalam darah vena yakni sebesar 46 mmHg dan tekanan

alveoli 39 mmHg.

Gambar 1.17: A: Kontraksi diafragma untuk meningkatkan dimensi vertical paru-paru, B: Relaksasi diafragma untuk menurunkan dimensi vertical paru-paru (Sumber Wade JF, 1982. Dikutip dari Potter & Perry, 2005)

(35)

Penyaluran O2 dari alveoli keseluruh tubuh dan pembuangan CO2 dari

seluruh tubuh ke atmosfer ditentukan oleh aktivitas sistem paru dan sistem kardiovaskuler.

Proses penghantaran ini bergantung pada: a) Curah jantung

b) Jumlah eritrosit c) Exercise

d) Hematokrit darah

e) Keadaan pembuluh darah

a) Curah jantung

Kecepatan dan penurunan tempat O2 ke jaringan dipengaruhi oleh curah jantung. Kegagalan miokard untuk memompa volume darah dengan jumlah yang cukup untuk sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik menyebabkan gagal jantung. Bila gagal jantung kiri yaitu jumlah darah yang dipompa dan ventrikel kiri menurun drastis sehingga banyak darah yang terkumpul di paru–paru, sehingga menyebabkan kongesti paru.

Gagal jantung kanan lebih disebabkan karena penyakit pulmonal/akibat gagal jantung kiri. Akibatnya jantung kanan bekerja lebih keras dan jantung meningkat kebutuhan oksigennya. Darah yang keluar dari ventrikel kanan juga menurun akibatnya darah mengumpul disirkulasi sistemik. Dalam keadaan normal curah jantung Sekitar 5 liter melalui darah ditransport sekitar 5 ml O2 dan 4 ml CO2 per 100 ml darah.

b) Jumlah eritrosit

Eritrosit dan Hb membawa 9 % oksigen, setiap proses yang menurunkan atau mengubah hemoglobin, seperti anemia dan inhalasi substansi

(36)

beracun, menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen. Pada anemia ditandai kadar hemoglobin di bawah normal. Peningkatan kerusakan eritrosit/kehilangan darah. Karbon monoksida merupakan toksik inhalasi yang paling sering dijumpai. Zat ini menurunkan kapasitas Hb dan eritrosit membawa oksigen. Afinitas hemoglobin untuk terikat karbon monoksida 210 x lebih besar daripada afinitasnya untuk terikat dengan oksigen.

c) Exercise

Dengan exercise akan meningkatkan O2 dalam tubuh sehingga medulla

oblongata dan pons sebagai pusat pengontrol pernafasan mempengaruhi kecepatan denyut jantung dan mempercepat pengiriman CO2 keluar

tubuh. Kecepatan transport O2 ke jaringan dapat meningkatkan sekitar

15x normal pada gerak. Pada seorang atlet 20 x dari normal.

d) Hematokrit darah

Apabila hematokrit darah meningkat maka berdampak meningkatnya viskositas darah akibatnya beban jantung meningkat. Apabila kondisi ini terus menerus terjadi penurunan curah jantung dan O2/CO2 tidak dapat

lancar proses penyaluran keseluruhan tubuh atau pembuangan ke atmosfer. Penurunan hematokrit menggambarkan penurunan eritrosit dan Hb dalam darah. Sehingga menyebabkan penurunan tranportasi oksigen keseluruh tubuh.

e) Keadaan Pembuluh Darah

Apabila pembuluh darah tersumbat karena trombus, emboli, dan arteri sklerosis maka aliran darah arteri dan vena tidak lancar. Jika arteri yang tersumbat maka O2 tidak bisa lancar dikirim keseluruh tubuh begitu juga

(37)

sebaliknya jika vena yang tersumbat maka CO2 tidak bisa lancar dibuang dari jaringan keluar tubuh.

Transport Oksigen

Proses transport oksigen bergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru– paru, aliran darah ke paru–paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin, dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen.

Transport oksigen dilakukan 2 cara:

Secara fisik larut dalam plasma relatif kecil yaitu hanya sekitar 3%. Dan Secara kimia berikatan dengan Hb membentuk oksi hemoglobin (HbO2) 97%.

Transport karbondioksida

Darah vena mentransportasi sebagian besar karbon dioksida. Pengangkutan CO2

didalam darah dari jaringan ke paru menyebabkan perubahan sebagai berikut: Darah yang tereduksi mempunyai kadar CO2 tinggi sehingga berwarna lebih

gelap. ph relatif lebih rendah karena HCO lebih tinggi. Kadar Cl-, Na+, K+ mengalami penurunan, kadar HCO- meningkat.

Transport CO2 dari jaringan ke paru–paru kemudian dibuang ke atmosfer,

dilakukan dengan cara: Secara fisik larut dalam plasma 5%. Pemindahan CO2 dari

darah ke alveoli berdasarkan perbedaan tekanan partikel CO2 dalam darah vena

yakni sebesar 46 mmHg dan tekanan alveoli 39 mmHg. Secara kimia bergabung dengan Hb membentuk Carbomino Hemoglobin 30% KHCO3 + HHb + O2  Kl +

BO2 + CO2 + H2O. Dimana CO2 dibebaskan dari darah ke alveoli. Berikatan dengan

air kemudian membentuk bikarbonat plasma 65%. Pengangkutan CO2 dari

(38)

41,5% cc dalam bentuk HCO3, 4 cc dalam bentuk ikatan amino, dan 3,55 cc dalam

bentuk larutan plasma darah.

Tabel 1.3 Volume dan Kapasitas Pulmonal

Volume Diskripsi Nilai

Normal

Kapasitas Rumus Nilai Normal Volume

Tidal (TV)

Volume udara yang mengalir kedalam atau keluar dari saluran pernafasan selama siklus pernafasan normal 500 ml Kapasitas Vital (VC) TV+IRV+ ERV 4500-5000 ml Volume Cadangan Inspirasi (IRV) Volume udara maksimum yang dapat dialirkan ke dalam saluran pernafasan setelah inspirasi normal 3000-3300 ml Kapasitas Inspirasi (IC) TV+IRV 3500-3800 ml Volume Cadangan Ekspirasi (ERV) Volume udara maksimum yang dapat dialirkan ke luar saluran pernafasan setelah ekspirasi normal 1000-1200 ml Kapasitas Residual Fungsional (FRC) ERV+RV 2200-2400 ml Volume Residual (RV)

Volume udara yang tersisa dalam saluran pernafasan setelah ekspirasi maksimum 1200 ml Kapasitas Paru Total (TLC) TV+IRV+ ERV+RV 5700-6200 ml

(39)

b. Pengaturan Keseimbangan Asam Basa

Ph darah normal adalah berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Manusia supaya tetap hidup adalha berkisar antara 7,0 sampai 7,8.

Ph darah dapat bervariasi: Variasi fisiologis

Darah arteri mempunyai Ph lebih tinggi dibandingkan dengan darah vena, hal ini karena konsentrasi CO2 lebih tinggi pada darah vena.

Variasi patologis

Asidosis : Ph darah lebih kecil dari 7,2 Alkalosis : Ph darah lebih besar dari 7,5

Dalam darah terdapat 2 sistem yagn bersifat variabel : H2CO3 (asam) dan HCO3

(basa/ bikarbonat). Ph darah ditentukan oleh keseimbangan asam basa yang terdapat di dalam darah. Kadar H2CO3 dalam darah ditentukan oleh CO2 melalui

mekanisme pernafasan dan mekanisme ginjal sebagai tambahan.

Gangguan keseimbangan asam basa Asidosis

Ialah suatu keadaan dimana terjadi kelebihan asam dalam darah

Asidosis respiratorik

Retensi CO2 yang lebih/produksi CO2 oleh jaringan yang lebih banyak

dibandingkan dengan kemampuan pembebasan CO2 oleh paru–paru.

(40)

Terjadi karena: 1) Intake dari asam yang tinggi: metanol, NH4Cl, 2) Bertambahnya produksi asam: asam laktat, 3) Berkurangnya ekskresi asam oleh ginjal: asidosis tubulus ginjal, 4) Pengeluaran bikarbonat: pada diare yang lama.

Alkalosis

Ialah suatu peninggian basa dalam darah

Alkalosis respiratorik

Adalah suatu keadaan dimana PaCO2 dalam darah berkurang yang disebabkan

oleh hiperventilasi. Keadaan ini disebabkan oleh karena pemakaian obat–obatan.

Alkalosis metabolik

Disebabkan karena HCl lambung berkurang, misalnya muntah dan pemberian zat–zat alkali melalui IV. Biasanya terjadi kenaikan Ph, peninggian kadar kalium yang berasal dari kalium intra seluler sehingga kalium dalam urin juga akan mengalami peninggian.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN

Keadekuatan sirkulasi, ventilasi, perfusi dan transportasi gas ke jaringan dipengaruhi oleh empat hal : (1) fisiologis, (2) perkembangan, (3) perilaku, dan (4) lingkungan :

a. Faktor fisiologis

Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kerja kardiopulmonar secara langsung akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Pada tabel 1.4 dapat dijelaskan proses fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi.

(41)

Proses Pengaruh pada oksigenasi.

Anemia Menurunnya kapasitas darah yang

membawa oksigen

Racun inhalasi Menurunnya kapasitas darah yang membawa oksigen

Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen yang diinspirasi alveoli

Tempat yang tinggi Menurunnya konsentrasi oksigen inspirator karena konsentrasi oksigen yang rendah Demam Meningkatnya metabolism dan kebutuhan

oksigen di jaringan Penurunan gerakan

dinding dada

Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan diameter anteroposterior thoraks pada saat inspirasi, menurunnya volume udara yang diinspirasi

(Sumber : Potter & Perry, 2005)

b. Tahap Perkembangan 1) Bayi dan Todler

Bayi dan toddler beresiko mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas sebagai hasil pemaparan agen infeksi dan asap rokok. Hali ini terjadi karena pada saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara dan pada usia prematur kecenderungan pembentukan surfactan berkurang

2) Anak usia sekolah dan remaja

Anak usia sekolah, dan remaja beresiko terpapar pada infeksi saluran pernapasan, misalnya menghisap asap rokok dan merokok. Individu

(42)

yang mulai merokok pada usia remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa pertengahan mengalami peningkatan resiko penyakit kardiopulmonar dan kanker paru.

3) Dewasa muda dan dewasa

Dewasa muda dan pertengahan banyak terpapar pada banyak resiko kardiopulmonar seperti: diet yang tidak sehat, stress, kurang aktivitas/aktivitas fisik, obat-obatan, dan merokok. Dengan mengurangi factor-faktor resiko tersebut dapat menurunkan resiko menderita penyakit kardiopulmonar.

4) Lansia

Pada lansia seiring bertambahnya usia maka akan berdampak pada system pernafasan dan system jantung. Pada system arterial akan terjadi plak aterosklerosis sehingga tekanan darah bisa meningkat. Kompliansi dinding dada menurun, penurunan otot-otot pernafasan, identik juga sering terjadi pada lansia. Selain itu penurunan kerja silia dan mekanisme batuk efektif menyebabkan individu/lansia mengalami infeksi saluran pernafasan.

c. Perilaku

Perilaku atau gaya hidup, seacara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi oksigen. Faktor gaya hidup yang mempengaruhi fungsi pernafasan meliputi nutrisi, latihan fisik, merokok, penyalahgunaan substansi dan stress. Tabel 1.5 dan 1.6 menggambarkan promosi kesehatan kardiovaskuler dan pernafasan yang bisa dilakukan perawat

1) Nutrisi

Pada seseorang yang obesitas berat akan menyebabkan penurunan ekspansi paru, dan peningkatan kebutuhan oksigen untuk memenuhi

(43)

kebutuhan metabolisme tubuh. Pada seseorang yang mengalami kekurangan gizi akan mengalami kelemahan otot pernafasan sehingga akan menyebabkan kekuatan otot dan kerja pernafasan menurun. Efisiensi batuk pun menurun akibat kelemahan otot pernafasan, sehingga menyebabkan klien mengalami retensi sekresi di saluran pernafasan.

2) Latihan fisik/Aktifitas

Latihan fisik dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan kebutuhan akan oksigen, kondisi ini akan menyebabkan frekuensi dan kedalaman pernafasan individu meningkat, sehingga akan mempengaruhi kemampuan individu untuk menghirup lebih banyak oksigen dan mengeluarkan kelebihan oksigen.

3) Merokok

Merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah perifer. Nikotin yang diinhalasi menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah koroner, dampaknya akan meningkatkan tekanan darah dan menurunkan aliran darah ke pembuluh darah perifer. Resiko kanker paru 10 kali lebih kuat pada individu yang merokok daripada individu yang tidak merokok.

4) Penyalahgunaan substansi

Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan dapat mengganggu oksigenasi dengan jalan mendepresi pusat pernafasan, menurunkan kedalaman pernafasan dan jumlah oksigen yang diinhalasi.

5) Stress

Keadaan yang terus menerus pada ansietas berat akan meningkatkan laju metabolisme tubuh dan kebutuhan akan oksigen. Tubuh berespon terhadap ansietas dan stress lain dengan meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan.

(44)

Tabel 1.5 Promosi kesehatan Kardiovaskuler Promosi kesehatan Kardiovaskuler 1. Pertahankan berat badan idela 2. Diet rendah garam dan rendah lemak 3. Program latihan fisik yang teratur 4. Kurangi stress

5. Jangan merokok

6. Pantau kolestero dan trigliserida 7. Periksa takanan darah setiap tahun (Sumber : Potter & Perry, 2005)

Tabel 1.6 Promosi kesehatan pernafasan Promosi kesehatan Kardiovaskuler 1. Jangan merokok

2. Hindari menghisap asap rokok 3. Lakukan program latihan fisik

4. Gunakan masker atau pelindung tubuh 5. Lakukan vaksin flu satiap tahun

6. Lakukan vaksin Pnemokokus 7.

8.

Tutup mulut dan hidung ketika Lakukan vaksinbatuk dan bersin Hindari berada di tengah

(Sumber : Potter & Perry, 2005)

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi kebituhan oksigenasi. Insiden penyakit paru lebih tinggi di daerah berkabut atau dataran tinggi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian

(45)

memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

Lingkungan kerja yang penuh dengan polutan (asbestos, bedak talk, debu dsb) beresiko meningkatkan berbagai penyakit dalam saluran pernafasan.

Kondisi lingkungan pekerjaan yang dipenuhi dengan stressor secara terus menerus pada ansietas berat akan meningkatkan laju metabolisme tubuh dan kebutuhan akan oksigen. Tubuh berespon terhadap ansietas dan stress lain dengan meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan.

E. PERUBAHAN FUNGSI JANTUNG

a. Gangguan dalam Konduksi

Gangguan dalam konduksi merupakan gangguan-gangguan yang terjadi karena penghantaran hasil impuls listrik yang tidak sesuai. Gangguan irama ini disebut dengan disritmia, yang berarti penyimpanagn pada irama jantung sinus normal. Hal ini terjadi karena merupakan respon terhadap ischemia, kelainan katub, ansietas, dan keracunan obat; akibat penggunaan kafein, alcohol, atau tembakau; atau komplikasi ketidakseimbangan asam dan basa atau elektrolit.

(46)

Disritmia diklasifikasikan berdasarkan respon jantungdan tempat asal impuls. Respon jantung dapat berupa takikardia (frekuensi denyut jantung lebih dari 100 kali/menit), bradikardia (frekuensi denyut jantung kurang dari 60 kali/menit), denyut premature (denyut dini), atau blok jantung (denyut jantung tertunda atau tidak ada).

b. Perubahan curah jantung

Kegagalan miokard untuk memompa darah dengan jumlah yang cukup untuk sirkulasi pulmonar dan sirkulasi sistemik dapat menyebabkan gagal jantung. Kegagalan pompa miokard ini diakibatkan oleh penyakit arteri koroner primer, kondisi-kondisi kardiomiopati, gangguan katub, dan penyakit pulmonar.

Gagal jantung kiri merupakan kondisi abnormal, yang ditandai dengan kerusakan ventrikel kiri akibat tekanan dan kongesti pulmonary yang meningkat, sehingga menyebabkan darah yang dipompa oleh ventrikel kiri menurun dan menyebabkan penurunan curah jantung. Temuan klinis meliputi suara cracles pada saat diauskultasi, hipoksia, nafas pendek pada saat ekspirasi, dan pada saat istirahat, batuk, atau saat mengalami dispnea nocturnal paroksimal.

Gagal jantung kanan disebabkan karena kerusakan fungsi ventrikel kanan yang ditandai dengan kongesti vena pada sirkulasi sistemik. Kondisi ini merupakan kelanjutan dari gagal jantung kiri dan beberapa penyakit pulmonary. Temuan klinis yang diperoleh adalah berat badan klien meningkat, vena-vena di leher mengalami distensi, hepatomegali dan splenomegali, dan edema perifer.

(47)

Penyakit katub jantung merupakan gangguan katub jantung yang didapat atau kongenital. Penyakit ini ditandai dengan stenosis dan obstruksi aliran darah atau degenerasi katub dan regurgitasi darah.

d. Iskhemia miokard

Iskhemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen pada organ. Dua manifestasi yang umum pada Iskhemia miokard adalah angina pectoris dan infarak miokard.

Angina pectoris merupakan ketidakseimbangan sementara antara suplai dan kebutuhan oksigen pada miokard. Manifestasi klinisnya adalah nyeri dada yang menimbulkan rasa sakit, nyeri tajam, kesemutan, terbakar, atau terasa seperti tekanan.

Infark miokard disebabkan penurunan aliran darah koroner yang tiba-tiba atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard tanpa disertai perfusi koroner yang adekuat. Manifestasi klinis yang ditemukan adalah nyeri dada seperti sensasi pukulan, diperas/diremas atau seperti tusukan. Nyeri menjalar ke lengan kiri, leher, gigi, ulu hati dan punggung. Nyeri terasa saat istirahat atau pada saat beraktivitas, berlangsung lebih dari 30 menit dan tidak hilang dengan istirahat, perubahan posisi atau pemberian nitrogliserin sublingual.

F. PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN

a. Hiperventilasi

Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hiperventilasi dapat disebabkan

(48)

oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam basa, dan hipoksia yang biasanya dikaoitkan dengan embolus paru dan syok .

Respon klinis yang dihasilkan adalah peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan. Hal ini terjadi karena haemoglobin tidak membebaskan oksigen ke jaringan dengan mudah sehingga akan menyebabkan hipoksia jaringan. Tabel 1.7 di bawah ini menggambarkan tanda dan gejala hiperventilasi alveolar.

Tabel 1.7 Tanda dan gejala hiperventilasi alveolar Tanda dan gejala Hiperventilasi alveolar

Takikardia Nafas pendek Nyeri dada Pusing

Sakit kepala ringan Disorientasi

Paretesia Tinitus

Penglihatan kabur Disorientasi

Tetani (spasme karpopedal) (Sumber : Potter & Perry, 2005)

b. Hipoventilasi

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara

(49)

adekuat. Tanda dan gejala hipoventilasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.8 Tanda dan gejala hipoventilasi alveolar Tanda dan gejala Hipoventilasi alveolar

Pusing

Nyeri kepala (daerah oksipital) Latargi

Disorientasi

Penurunan kemampuan mengikuti instruksi Disritmia jantung

Ketidakseimbangan elektrolit Konvulsi

Koma

Henti jantung

(Sumber : Potter & Perry, 2005)

c. Hipoksia

Hipoksia merupkan kondisi tidak adekuatnya/tercukupinya pemenuhan O2 oleh tubuh/selular akibat dari defisiensi O2 yang dinspirasi atau

meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat sel.

Hipoksia dapat disebabkan oleh : (1) penurunan kadar Hb (Haemoglobin) dan penurunan kapasitas pembawa oksigen, (2) penurunan konsentrasi O2 yang diinspirasi, (3) ketidakmampuan jaringan untuk mengambil O2

dari darah, (4) penurunan difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti

pada pneumonia, (5) penurunan perfusi jaringan seperti pada syok, dan (6) Kerusakan/gangguan ventilasi seperti pada fraktur iga multiple atau trauma dada. Tanda gejala hipoksia dapat dilihat pada tabel 1.9

(50)

Tabel 1.9 Tanda dan gejala hipoksia Tanda dan gejala Hipoksia

Gelisah

Rasa takut, ansietas Disorientasi

Penurunan kemampuan berkonsentrasi Penurunan tingkat kesadaran

Peningkatan keletihan Pusing

Perubahan peilaku

Peningkatan frekuensi nadi

Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan Peningkatan tekanan darah

Disritmia jantung Pucat

Sianosis Clubbing Dispnea

(51)

BAB 2 PROSES KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

C. Perencanaan

D. Pelaksanaan/Implementasi

E. Evaluasi

(52)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan pengkajian pada klien dengan gangguan

oksigenasi

2. Menjelaskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

gangguan oksigenasi

3. Menjelaskan perencanaan keperawatan pada klien dengan

gangguan oksigenasi

4. Menjelaskan implementasi keperawatan pada klien dengan

gangguan oksigenasi

5. Menjelaskan evaluasi keperawatan pada klien dengan

gangguan oksigenasi

(53)

BAB 2

PROSES KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH OKSIGENASI

A. Pengkajian

1. Riwayat keperawatan

a. Masalah pernapasan yang pernah dialami

1) Apakah pernah mengalami perubahan pola pernapasan? 2) Apakah pernah mengalami batuk dan sputum?

3) Apakah pernah mengalami nyeri dada?

4) Aktifitas apa sajakah yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas? b. Riwayat penyakit pernapasan

1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain? 2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian?

c. Riwayat penyakit kardiovaskuler

1) Apakah pernah mengalami penyakit jantung, atau gangguan peredaran darah?

d. Gaya Hidup

1) Apakah mempunyai kebiasaan hidup yang tidak sehat seperti merokok, berasal dari keluarga perokok, apakah lingkungan kerja penuh dengan kebiasaan merokok, asap rokok, polusi dsb?

2. Pengkajian secara umum

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data mengenai: biodata klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat pekerjaan dan kebiasaan, riwayat psikososial dan pemeriksaan fisik.

(54)

a. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)

Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

b. Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien. Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigen dan karbondioksida antara lain : (1) batuk, (2) peningkatan produksi sputum, (3) dyspnea, (4) hemoptysis, (5) mengi, dan (6) chest pain.

1) Batuk (Cough).

Batuk adalah reflek protektif yang disebabkan oleh iritasi pada percabangan trakheobronkhial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme penting dalam membersihkan jalan napas bagian dalam. Signifikasi, adanya batuk dapat menunjukkan penyakit pulmonal yang serius. Yang juga sama pentingnya adalah tipe batuk. Batuk yang kering, iritatif menandakan infeksi saluran napas atas dengan asal virus Laringo trakeitis menyebabkan batuk dengan puncak bunyi kering? Hacking? Brassy? Mengi? Ringan? Berat? Waktu batuk dicatat. Batuk malam hari dapat menunjukkan awitan gagal jantung sebelah kiri atas asma bronchial. Batuk pada pagi hari dengan pembentukan sputum merupakan indikatif bronchitis. Batuk dengan awitan akhir berarti berasal dari proses infeksi akut.

(55)

Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan tenggorok. Sputum secara konstans dikeluarkan ke atas menuju faring oleh silia paru. Sputum terdiri atas lendir, debius selular, mikroorganisme, darah, pus dan benda asing. Trakeobronkial tree secara normal memproduksi sekitar 3 ons mucus sehari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal (“Normal Cleansing Mechanism”). Tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan klien tentang warna sputum (jernih, kuning, hijau, kemerahan, atau mengandung darah), bau, kualitas (berair, berserabut, berbusa, kental), dan kuantitas (sendok teh, sendok makan, cangkir). Tanyakan juga apakah sputum hanya dibentuk setelah klien berbaring dalam posisi tertentu. Hal-hal tersebut dapat menunjukkan keadaan dari proses patologik. Jika infeksi timbul sputum dapat berwarna kuning atau hijau, sputum mungkin jernih, putih atau kelabu. Pada keadaan edema paru sputum akan berwarna merah mudah, mengandung darah dan dengan jumlah yang banyak.

Tabel 2.1 Karakteristik sputum.

Karakteristik sputum

Warna Konsistensi

Jernih Berbuih

Putih Berair

Kuning Liat, kental

Bercampur darah

Hijau Bau

Coklat Tidak berbau

Merah Bau busuk

Kualitas Kadungan Darah

(56)

Meningkat Pada awal pagi hari

Menurun Merah cerah atau merah

gelap

Mengandung darah Perubahan warna

Warna sama sepanjang hari Warna menjadi jernih jika batuk

Warna secara progresif lebih gelap

(Sumber: Potter & Perry, 2005)

3) Dyspnea.

Dyspnea merupakan suatu persepsi kesulitan untuk bernafas/nafas pendek dan merupakan perasaan subjektif klien. Perawat mengkaji tentang kemampuan klien untuk melakukan aktifitas. Contoh ketika klien berjalan apakah dia mengalami dyspnea?. kaji juga kemungkinan timbulnya paroxysmal nocturnal dyspnea dan orthopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru kronik dan gagal jantung kiri.

Dispnea dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Inspiratori dispne : yakni kesukaran barnapas pada waktu inspirasi yang disebabkan oleh karena sulitnya udara untuk memasuki paru-paru 2. Ekspiratori dispne : yakni kesukaran bernapas pada waktu eksipasi yang

disebabkan oleh karena sulitnya udara yang keluar dari paru-paru 3. Kardiak dispne : yakni dispne yang disebabkan primer penyakit jantung 4. Exertoinal dispne : yakni dispne yang disebabkan oleh kerena olahraga 5. Ekspansional dispne : yakni dispne yang disebabkan oleh karena

(57)

6. Paroksismal dispne : yakni dispne yang terjadi sewaktu-waktu, baik pada malam maupun pada siang hari

7. Ortostatik dipsne : yakni dispne yang berkurang pada waktu posisi duduk.

Tingkatan dispnea berdasarkan New York Heart Association dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan :

1. Tingkat 1 : bila dispnea tidak membatasi aktifitas, artinya kebutuhan oksigen baik pada masa istirahat maupun pada masa setelah latihan dapat dikompensasi paru-paru.

2. Tingkat 2 : Terjadi pembatasan yang ringan dari fungsi paru, artinya pada penderita yang melakukan aktifitas fisik dapat terjadi dispne, akan tetapi pada waktu istirahat tidak terjadi dipsnea.

3. Tingkat 3 : Aktifitas fisik penderita sangat terbatas dan dengan aktifitas fisik yang ringan saja sudah dapat menimbulkan sesak napas.

4. Tingkat 4 : Dispne terjadi pada keadaan istirahat. Kerja ringan akan memperberat keadaan dispneanya.

4) Hemoptysis

Hemoptisis adalah membatukkan darah, atau sputum bercampur darah. Sumber perdarahan dapat berasal dari jalan napas atas atau bawah atau berasal dari parenklin paru atau bahkan perut. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Lakukan pula pengkajian tentang awitan, durasi, jumlah dan warna (mis. Merah terang atau berbusa). Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain: Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway

(58)

necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses paru.

5) Mengi.

Bunyi mengi dihasilkan ketika udara mengalir melalu jalan napas yang sebagian tersumbat atau menyempit pada saat inspirasi dan ekspirasi. Mengi dapat terdengar hanya dengan menggunakan stetostkop. Minta klien mengidentifikasi kapan mengi terjadi dan aaah hilang dengan sendirinya atau dengan menggunakan obat-obatan seperti bronkhodilator. Tidak semua mengi mengacu pada asma. Mengi dapat disebabkan oleh odem mukosa, sekresi dalam jalan napas, kolaps jalan napas akibat kehilangan elastisitas jaringan, dan benda sing atau tumur yang sebagian menyumbat aliran udara.

6) Chest Pain.

Nyeri dada atau chest pain mungkin berkaitan dengan masalah pulmonal dan jantung, lakukan analisis gejala yang lengkap pada nyeri dada. Informasi tentang lokasi, durasi dan intensitas nyeri dada penting untuk dikumpulkan, dan akan memberikan petunjuk diri tentang penyebab. Nyeri dada dialami oleh banyak pasien dengan pnemonia, embolisme pulmonal dengan infark paru, dan pleuritis dan merupakan gejala lanjut karsinoma broncogenik. Pada karsinoma, nyeri mungkin pekak dan persisten karena kanker telah menyerang dinding dada, mediastinum atau tulang belakang. Dengan medikasi analgesik sangat efektif dalam meredakan nyeri dada tetapi harus hati-hati agar tidak menekan pusat pernapasan atau batuk produktif.

Nyeri dada jantung biasanya digambarkan sebagai nyeri yang sangat sakit, hebat, sensasi seperti diremas-remas, dengan rasa tertekan atau sesak pada area substernal.

(59)

Tabel 2.2 Nyeri Dada Torakal-Pulmonal

Sumber Karakteristik Kemungkinan penyebab

Dinding dada Sakit konstan pada tempat yang jelas, meningkat dengan gerakan

Trauma, batuk, herpes zoster

Pleura Tajam, awitan mendadak, meningkat dengan pernapasan atau dengan upaya ventilasi mendadak (batuk, bersin) unilateral

Inflamasi pleura (pleuris), infark pulmonal,

pneumotoraks, tumor

Parenkim paru Tumpul, sakit konstan, letak tidak jelas

Tumor jinak pulmonal, karsinoma

pneumotoraks (Sumber: Asih, NGY & Effendy C, 2004)

c. Riwayat kesehatan saat ini

Pengkajian riwayat penyakit sekarang sistem pernafasan dimulai dengan perawat menanyakan tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan dan dilakukannya pengkajian saat itu. Misalnya: sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana pertama kali keluhan timbul, apa yang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha

(60)

mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah usaha tersebut, dan sebagainnya.

Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada klien sedetail-detailnya, dan semuannya diterangkan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala adalah lama timbulnya (durasi), lokasi penjalarannya terutama untuk nyeri : sifat keluhan (karakter), berat ringannya, mula timbulnnya (onset), faktor-faktor yang meringankan atau memperberat, dan gejala yang menyertainnya.

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat kesehatan masa lalu memberikan informasi tentang riwayat kesehatan klien dan anggota keluarganya. Kaji klien terhadap kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena kondisi ini memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru. Tanyakan klien tentang perawatan di rumah sakit atau pengobatan masalah pernapasan sebelumnya. Dapatkan pula informasi tentang kapan penyakit terjadi atau waktu perawatan. Tanyakan apakah klien telah mengalami pemeriksaan rontgen dan kapan, dan apakah pemeriksaan diagnostik pulmonal dilakukan. Tanyakan klien adakah riwayat keluarga tentang penyakit pernapasan. Misal asma, kanker paru. Sebutkan usia dan penyebab kematian anggota keluarga. Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang perokok, perokok pasif sering kali mengalami gejala pernapasan lebih buruk.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan pernfasan sangat penting untuk mendukung keluhan dari penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang memberikan predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk lama, batuk darah dari generasi terdahulu. Adanya penyakit

(61)

tekanan darah tinggi dan kencing manis dapat memperberat keluhan penderita.

Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :

1) Penyakit infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.

2) Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.

3) Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.

f. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan

Perawat menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya, Kebiasaan social: menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, mis. minum alcohol, atau obat tertentu. Kebiasaan merokok: menanyakan tentang kebiasaan merokok terkait sudah berapa lama, berapa batang per hari, jenis rokok yang dikonsumsi (filter, kretek), Situasi kerja: menanyakan apakah pekerjaan penuh dengan stress, bagaimana menanggani stress, apa dampak stress terhadap kesehatannya, apakah lingkungan juga dipenuhi dengan polusi udara, allergen yang berdampak dalam masalaha kesehatannya, penting juga untuk diidentifikasikan.

g. Pengkajian Psikososial 1) Psikologis

(62)

a) Persepsi/tanggapan klien terhadap masalahnya/ penyakitnya b) Pengaruh sakit terhadap cara hidup

c) Perasaan klien terhadap sakit dan therapy

d) Persepsi/tanggapan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien/ penyakit dan therapy

e) Harapan klien dan keluarga terhadap masalah yang dihadapi sekarang

2) Riwayat sosial

a) Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya: merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

2. Pemeriksaan Fisik a. Mata

1) Xantelasma/lesi kuning pada kelopak mata (dikarenakan hiperlipidemia) 2) Konjungtiva pucat (karena anemia)

3) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)

4) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis akibat bakteri)

b. Hidung

1) Pernapasan dengan cuping hidung (megap-megap, dispnea) c. Mulut dan bibir

1) Membran mukosa sianosis (karena penurunan oksigen)

2) Bernapas dengan mengerutkan mulut (dikaitkan dengan penyakit paru kronik)

d. Vena leher

1) Adanya distensi/bendungan (dikaitkan dengan gagal jantung kanan)

Gambar

Gambar  1.4 Berbagai macam struktur sel darah putih (Sumber: Syaifuddin,  1992)
Gambar  1.5  Struktur  Saluran  Pernafasan  (Sumber:  Thibodeau,  G.A.1992.
Gambar 1.6 Potongan midsagital kepala dan leher yang memperlihatkan  struktur  saluran  pernafasan  atas
Gambar  1.8  Pohon  (Percabangan)  bronchial  dan  alveoli.  (Sumber:
+7

Referensi

Dokumen terkait