• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUJJAH: Vol. 4 no. 1 (2020) p.issn: Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Penyiaran Islam Juni - November e.issn:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

1 STRATEGI PENGEMBANGAN DAKWAH KONTEMPORER Tuti Munfaridah

Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap

tutimnfarida17@iaiig.ac.id

Abstrak

Dakwah Islam adalah kewajiban yang harus dilakukan umat Muslim, terutama oleh Ulama dan Da’i. Kegiatan menyampaikan ajaran Islam kepada seseorang atau sekelompok orang supaya mereka memeluk Islam atau melaksanakan ajaran Islam demi mencapai kebahagiaan di Dunia dan Akhirat. Kegiatan Dakwah Islam makin lama makin memiliki bergam tantangan yang tidak mudah, bahkan bisa dikatakan sangat berat. Baik dari umat Muslim sendiri, non muslim sampai pada perkembangan peradaban yang makin beragam. Peradaban yang makin menjauhi agama dan lebih dekat pada materi.

Budaya hidup materialys dan hedonys sudah sangat merebak bagai bunga yang berkembang liar tanpa batas. Apalagi dengan perkembanganteknologi informasi yang mendunia makin menambah liarnya pemikiran-pemikiran dan perilaku yang non religious. Dari jaringan internet yang berupa face book, blogger/ blog, twitter dan website- website pribadi seolah mengindikasikan bahwa mereka bisa meng-upload apa saja tanpa terbatas etis atau tidak, konsumsi pribadi atau atau bukan.

Maka perilaku masyarakat dari kalangan bawah sampai atas, usia anak-anak sampai dewasa, pelajar sampai mahasiswa, pejabat atau orang biasa hampir mayoritas terpengaruh budaya materialisme dan hedonisme. Dengan demikian tantangan Dakwah makin bertambah. Bagaimana para Juru Dakwah/ Da’i/ Muballigh/ ‘Ulama bisa menyampaikan dakwahnya dengan baik dan bisa diterima dalam kondisi masyarakat yang demikian adalah salah satu bentuk keprihatinan penulis untuk meneliti, menganalisa dan menulis bagaimana Strategi Dakwah yang tepat saat ini, menjadi inspirasi tulisan yang berjudul Strategi Dakwah Kontemporer.

Kata Kunci: Dakwah, Metode Dakwah, Tantangan Dakwah, Strategi Dakwah A. Pendahuluan

Sebenarnya aktivitas Dakwah Islam telah berlangsung sejak lama. Dalam al-Qur’an

telah digambarkan bagaimana Dakwah dilakukan oleh para Utusan Allah SWT. Secara historis tergambar jelas dimulai sejak zaman Nabi Nuh AS. Kemudian pada zaman Rasulullah Muhammad SAW Dakwah Islam makin berkembang secara nyata dalam semua aspek kehidupan, terutama dakwah yang dilakukan pada periode Madinah, dimana Beliau secara

factual merealisasikan ajaran Islam pada berbagai permasalahan umat yang notabene

merupakan persolan dalam berbagai segi kehidupan.

Namun dalam kenyataannya persolan umat tidak semakin ringan dan berkurang, tetapi justru makin komplek dan berkembang. Dari mulai persoalan ekonomi, politik, sosial, budaya,

(2)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

2

hankam dan lainnya. Sehingga Juru Dakwah (Da’i) dituntut untuk makin berkualitas baik di bidang kompetensi dan kualifikasi pengetahuannya maupun berbagai wacana social kemasyarakatan. Apalagi masyarakat sekarang sudah sangat heterogen dipandang dari latar belakang mereka yang makin beragam.

Dakwah sesungguhnya tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tidak seringan “kata-kata” para Orathore panggung yang mengabarkan ajaran Islam dengan “kekhasan” mereka. Dakwah juga merupakan kerja besar yang perlu the right management. Tanpa manajemen, Dakwah akan sia-sia, kurang terarah, tidah terkontrol hasilnya dan terkesan “asal-asalan”.

Seorang Juru Dakwah harus bisa menyusun strategi yang effective , efisien dan tepat sasaran sesuai audiens yang berangkat dari berbagai latar belakang pendidikan, usia, ekonomi, sosial, yang majemuk. Bagaimana berdakwah, menyampaikan dan menanamkan ajaran Islam yang bisa diterima, dipahami dan dapat diamalkan oleh Mad’u dengan pemahaman yang sesuai

al-Qur’an dan al-Sunnah di Era Informasi yang serba transparan dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat besar pengaruhnya terhadap mindset dan life style

masyarakat, menjadi problema yang sangat berat bagi para Insan Dakwah.

B. Pembahasan

1. Pengertian Strategi Dakwah

Sebelum membahas lebih jauh pengertian setrategi dakwah itu apa? Maka untuk mempermudah pemahaman disini akan dibahas satu persatu, apa itu strategi dan apa itu dakwah. Istilah strategi, sering kali kita dengar ditelinga kita dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam dunia pendidikan, sosial masyarakat, dan terutama dalam hal politik. Karena istilah strategi itu sendiri mempunyai arti tentang suatu cara, metode, siasat, ataupun taktik yang dipergunakan untuk tujuan tertentu. Para ahli telah merumuskan definisi tentang Strategi antara lain:

a. Jamaludin Darwis dalam Djamrah dan Zain menyatakan bahwa Strategi dimaknai sebagai “seni merencanakan perang”. Strategi juga bisa diartikan sebagai “strategi pasukan darat dan laut untuk menepati posisi yang menguntungkan dalam perang.1

(3)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

3

b. Senada dengan pendapat diatas syukir juga berpendapat dalam bukunya bahwa Strategi adalah metode, cara, siasat atau taktik yang dipergunakan dalam aktifitas (kegiatan) tertentu.2

c. Sedangkan menurut pendapat M. Ali Aziz, bahwa Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertenatu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.3

Dari beberapa penjelasan istilah diatas, kemudian penulis menganalisis pendapat atau pemikiran para ahli tersebut sehingga dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan Strategi adalah proses penentuan cara (taktik) dan daya upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu guna mencapai tujuan secara optimal.

Sedangkan Pengertian Dakwah jika ditinjau dari segi bahasa (etimologi) dakwah merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar. Yakni berasal dari kata:

ةوعد

-

وعدي

-

اعد

yang berarti panggilan, seruan, ajakan, undangan, dorongan ataupun do’a.4

Istilah ini juga sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, tasyir, amar ma’ruf nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, inzhar, washiyah, talim dan khotbah.

Pengertian dakwah dari segi bahasa ini masih memiliki karakteristik yang umum, karena yang namanya mengajak, memanggil atau menyeru bisa terjadi pada kebaikan dan keburukan. Bahkan Istilah dakwah dalam Al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il mapun masdar sebanyak lebih dari 100 kali. Al-Qur’an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang dsiertai dengan resiko masing-masing piliahan. Di dalam Al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan

2 Syamsuri, Strategi dan Metode Pomesmawi dalam Dakwah Islamiah di Desa Kebarongan. Skripsi Prodi Sosial Islam fakultas Dakwah IAIIG Cilacap. 2009. Hal. 3

3 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarata: Kencana, 2009) hal. 349 4 Drs. Enjang, dkk, 2009: 3

(4)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

4

kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. bahkan ada beberapa kata-kata dakwah dalam Al-Qur’an yang mempunyai arti do’a.5

Dakwah Menurut Istilah sebenarnya telah banyak dikemukakan oleh para ahli, dimana definisi tersebut saling melengkapi. Walaupun berbeda redaksinya, namun hakikinya maksud dan maknanya sama.

Berikut ini akan penulis kemukakan beberapa definisi dakwah yang dikemukakan oleh para ahli mengenai istilah dakwah:

1.) Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka untuk berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek (mungkar) agar mereka mendapat kebahagian di dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat Imam Al-ghozali bahwa amar ma’ruf nahi mungkar adalah inti dari gerakan dakwah dan penggerak dari dinamika masyarakat Islam.6

2.) Muhamad Khaidar Husain dalam bukunya “al-Dakwah ila ila al-islah”

mengatakan, dakwah adalah upaya untuk memotifasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dengan tujuan untuk mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

3.) Toha Yahya Oemar mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagian mereka dunia dan akhirat.

4.) Quraish Shihab mendefinisikan dakwah, sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik kepada situasi yan lebih baik dan sempurna baik terhadap pripadi ataupun masyarakat.7

5.) Ahmad Ghalwasy dalam al-dakwah al-Islamiah mengatakan dakwah adalah menyampaiakan pesan Islam kepada manusia disetiap waktu dan tepat, dengan metode-metode dan media yang sesuai dengan situasi dan kondisi para penerima pesan dakwah (khalayak dakwah).

5

Ibid..hal. 3

6 M. Munir, Metode Dakwah,(Jakarta: Kencana, 2006), hal. 7

(5)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

5

6.) Menurut Al-Mursyid dakwah adalah system dalam menegakkan penjelasan kebenaran, kebaikan, petnjuk ajaran, memerintahkan perbuatan baik (ma’ruf), dan mengungkap media kebatilan dan metode-metodenya, dengan berbagai macam pendekatan, metode dan media dakwah.8

Dari kedua kata atau kalimat tersebut jika digabungkan akan menghasilkan sebuah istilah yakni Strategi Dakwah. dan menurut M. Ali. Aziz pengertian Strategi Dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu.9

Sedangkan menurut Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq Strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses atau cara penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia.10

Dari berbagai pengertian, pemikiran serta pendapat di atas, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa pengertian Strategi dakwah adalah cara, taktik atau perencanaan tertentu yang diatur (didesain) secara sistematis yang dilakukan seorang da’i, kiyai, ustadz ataupun komunikator kepada mad’u untuk mencapai tujuan dakwah tertentu atas dasar amar ma’ruf nahi mungkar dan hikmah, kasih sayang.

Pengertian dakwah dari segi bahasa ini masih memiliki karakteristik yang umum, karena yang namanya mengajak, memanggil atau menyeru bisa terjadi pada kebaikan dan keburukan. Bahkan Istilah dakwah dalam Al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il mapun masdar sebanyak lebih dari 100 kali. Al-Qur’an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan resiko masing-masing piliahan. Di dalam Al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. bahkan ada beberapa kata-kata dakwah dalam Al-Qur’an yang mempunyai arti do’a.11

Dakwah Menurut Istilah (terminologi) sebenarnya telah banyak dikemukakan oleh para ahli, dimana definisi tersebut saling melengkapi. Walaupun berbeda redaksinya, namun hakikinya maksud dan maknanya sama. Yaitu suatu

8 Enjang AS,. dan aliyudian, S. Media dakwah. (Jakarta: Kencan, 2009), hal. 8 9

M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 349

10 Http: //Aziz Firmansyah.blopspot.com/2011/pengertian strategi-dan-dakwah 11 Ibid..hal. 3

(6)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

6

kegiatan untuk menyampaikan ajaran Islam atau mengajak orang lain untuk memeluk Islam/ melaksanakan ajaran Islam demi kebahagiaan di Dunia dan Akhirat.

Dari kedua kata atau kalimat tersebut jika digabungkan akan menghasilkan sebuah istilah yakni Strategi Dakwah. dan menurut M. Ali. Aziz pengertian Strategi Dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu.12

Sedangkan menurut Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq Strategi dakwah dapat diartikan sebagai proses atau cara penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia.13

Dari berbagai pengertian, pemikiran serta pendapat di atas, peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa pengertian Strategi dakwah adalah cara, taktik atau perencanaan tertentu yang diatur (didesain) secara sistematis yang dilakukan seorang da’i, kiyai, ustadz ataupun komunikator kepada mad’u untuk mencapai tujuan dakwah tertentu atas dasar amar ma’ruf nahi mungkar dan hikmah, kasih sayang.

2. Problem Dakwah

Apabila dilihat dari berbagai sudut pandang, problem Dakwah sangat komplek apabila diidentifikasi secara rinci dan serius. Akan tetapi Penulis hanya akan memaparkan beberapa hal yang perlu kita kaji pada kesempatan kali ini, antara lain :

Pertama, pemahaman masyarakat terhadap pengertian Dakwah saat ini masih sebatas sebagai oral communication (tabligh . Sehingga Da’i juga masih berorentasi pada aktivitas ceramah-ceramah. Ada beberapa keuntungan Dakwah dengan lecturing methode / telling methode ini yaitu antara lain: mad’u dapat secara langsung berhadapan dengan Da’i , face to face dan seorang Juru Dakwah tidak perlu persiapan yang “matang”. Namun ada beberapa kelemahan yang sangat jelas di dalamnya, misalnya: mad’u harus meluangkan waktu khusus untuk mendengarkan ceramah dimana mereka sebenarnya sangat sulit membagi waktu karena padatnya kegiatan sehari-hari. Disamping itu daya tangkap dan penalaran

12 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 349

(7)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

7

audiens juga tidak sama dan menjadi problem tersendiri untuk dicermati, juga terkadang ceramah menjadi hal yang sangat membosankan, tidak menarik dan terkesan asal-asalan karena materinya hanya “itu-itu saja” untuk moment yang sama. Apalagi kompetensi Da’i sangat berperan dalam kegiatan tabligh, yang menuntut social analysis dari berbagai aspek kehidupan audiens.

Kedua, problem yang berkaitan dengan epistimologis. Dakwah pada era informasi dan abad globalisasi saat ini seharusnya bukan hanya kegiatan rutinitas,

religious ceremonial, temporal, and instant, melainkan harus berpacu dengan waktu, kesibukan dan paradigm keilmuan dan teknologi.

Ketiga, problem selanjutnya adalah permasalahan yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM). Banyaknya Mubaligh yang kurang professional

dan asal “meng-iyakan undangan” dalam berbagai moment acara menimbulkan

negative image masyarakat sehingga penghargaan terhadap Da’i menjadi rendah dan terkesan meremehkan. Tidak sedikit juga Juru Dakwah yang “gagap teknologi” dan lemah pemahamannya terhadap perkembangan pemikiran masyarakat saat ini.

3. Makna Dakwah Dalam Kontek Modern

a. Pemaknaan Dakwah yang berorientasi politis (political orientation)

Dimana Dakwah dipergunakan sebagai sebuah gerakan untuk menegakkan sistem politik alternative, penyesuaian system politik, masuknya dakwah dalam sistem politik dan perlawanan terhadap system politik yang tidak Islami.14

b. Makna Pendalaman (interiozation)

Selain untuk menyampaikan kebenaran kepada orang di luar Islam, dakwah juga digunakan untuk memperdalam iman umat Islam. Ada dua alasan mengapa pendalaman ini di lakukan; pertama, berkembangnya materialism dan sekuralisme di era modern yang

notabene berbeda dengan Islam, menyebabkan perlunya umat Islam dibekali keimanan melalui kegiatan dakwah. Kedua, para aktifis dakwah memandang bahwa pemerintahan di Negara-negara Muslim merupakan peninggalan kolonialisme barat yang beragama Kristen

(8)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

8

sehingga pengaruh-pengaruhnya masih ada dan perlu dihilangkan memalui dakwah Islam.15

c. Sebagai Organisasi atau Lembaga Dakwah

Banyak contoh-contohnya seperti, The International Islamic University di Isamabad Pakistan. Juga School for Training Muslim Misionaries di Istanbul.

d. Dakwah yang berorientasai pada Kesejahteraan Sosial (Social walfare)

Dari bermacam makna dakwah tersebut maka akan menimbulkan berbagai metode dakwah yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dakwah di masyarakat.

4. Kewajiban Berdakwah

Perbedaan pendapat tentang kewajiban berdakwah berawal dari perbedaan interpretasi terhadap al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104:









































Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (al-Qur’an: Ali Imron: 104)

Dari ayat tersebut, Ibnu Kastir mengatakan bahwa, ada dua pendapat, yaitu sebagian menyatakan dakwah merupakan kewajiban kelompok (fardhlu kifayah) dan sebagian lainnya menyatakan sebagai kewajiban individual (fardhlu ‘ain).16 Hal ini terjadi karena perbedaan penafsiran pada kata (min) , pada golongan pertama menafsirkan bahwa kata min pada ayat 104 surat Ali Imron adalah littab’idh maka dakwah dianggap kewajiban sebagian orang (kelompok) atau kifayah. Sedangkan bagi golongan kedua min di sini ditafsirkan sebagai

litabyin/ lil bayan sehingga fungsinya hanya menjelaskan sehingga kewajiban berdakwah diartikan sebagai kewajiban individu / fardhlu ‘ain.

5. Strategi Dakwah Kontemporer

Strategi dakwah modern secara garis besar dapat di bagi 2 yaitu, interpersonal strategy dan external-institutional strategy. Strategi interpersonal dapat dipahami seperti pada kegiatan-kegiatan dakwah di majlis-majlis Taklim, halaqah-halaqah, konseling , tareqat

15 M.Khalid Masud, Modern usage, dalam John L.Esposito, The Oxford Encyclopedia of the modern Islamic

World vol.1, New York: Oxford University Press, 1995, hlm. 351

16 Abu Fida Ismail Ibnu Kastir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, juz 1, Beirut: Dar Ihya al-Turats al A’raby, 1969, hlm. 390

(9)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

9

dan Tabligh-tabligh, dan lain-lain. Sedangkan external institusional dimaksud yaitu, dakwah yang menekankan pada pembangunan struktur organisasi masyarakat.

Dua strategi ini telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Strategi internal-personal dilakukan pada periode Mekkah, yaitu dengan metode home visit / silaurahmi dan face to face yang dilaksanakan dengan diam-diam / bi-al-Sirr. Sedangkan strategi external personal

dilakukan pada periode Madinah, yaitu dengan membangun pemerintahan Islami, dan membangun masjid dengan fungsi-fungsi ibadah dan social.

6. Tantangan Dakwah

Secara garis besar ada 3 tantangan dakwah yang kita hadapi, pertama, masyarakat kita telah berubah dari dari agraris ke industri, yang cenderung hedonisme, materialisme, rasionalsme. Keadaan yang demikian menyebabkan cenderung kurang merasa perlu terhadap agama. Bahkan sering menganggap agama adalah produk tradisional, kuno, dan menghambat kegiatan masyarakat.

Kedua, globalization information yang terjadi pada saat ini dipenuhi oleh cultuur , life style, and moral value yang sangat jauh dari budaya dan tata moral Negara kita. Bahkan cenderung menyimpang dan berentangan dengan budaya ketimuran kita yang mayoritas Muslim.

Ketiga, makin tingginya tingkat intelektualitas generasi muda membuat mereka tidak mudah menerima begitu saja retorika dakwah yang disampaikan para Da’i. Mereka menuntut rasionalitas, argumentasi dan penjelasan yang logis, analisis sesuai karakternya yang kritisdan pragmatis.

7. Solusi dan alternatif

Meskipun begitu rumit dan pelik persoalan-persoalan umat dan dakwah, para Dai’ tidak perlu merasa, bingung, minder dan terpinggirkan atau direndahkan. Meskipun penghargaan masyarakat terhapap Juru Dakwah telah luntur dan terkikis, para Muballigh

tidak perlu miris, pesisimis dan terhina. Asalkan kita tetap berpegang teguh pada ajaran Islam yang kaffah sesuai al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, maka ada beberapa solusi dan

alternatif strategi dakwah kontemporer saat ini.

a. Pembaharuan / evaluasi yang terus-menerus terhadap visi-misi dakwah, analisis situasi dan kondisi, serta perluasan wilayah dakwah yang merambah dunia global baik dunia media maupun wilayah fisik.

(10)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

10

b. Meningkatkan harkat danmartabat umat melalui peningkatan pendidikan, ekonomi, posisi sosial dan politik untuk mencapai sumber informasi dan pengambil keputusan. c. Menggunakan metode dakwah yang diajarkan al-Qur’an dalam kontek modern.

Sesuai al-Qur’an surat al-Nahl ayat 125, metode dakwah terbagi dalam 3 garis besar. Bi al-Hikmah dapat diartikan secara luas sebagai al--Dakwah bi-al-Siyasah. Dakwah dengan metode ini yang terlahir pada bidang kehidupan public di bidang social, politik, dan ekonomi berhubungan dengan good governance yang secara emansipatif dan

partisipatif berusaha membangun , menata dan memanaj kehidupan bersama dalam bernegara dan bermasyarakat.

Dalam hal ini dakwah diharapkan dapat berperan sentral dalam proses penguatan civil society yang merupakan one of indicator tulang punggung peradaban. Dalam kontek ini pula dakwah bi-al-hikmah perlu diaktualisasikan melalui kegiatan public pooling loby

dan advocation social politic.

Sedangkan metode al-mau’zhah al-hasanah yang merupakan proses education dapat diaktualisasikan dalam pendidikan dan penyadaran social politik yang berakar pada etic and value of Islam. Karena dengan evaluasi etik dan telogis yang mendasar peradaban manusia dapat terus memperbaharui keabsahan serta relevansinya.

Adapun dakwah bi-al-mujadalah bi-al-ihsan dalam masyarakat “modern” sekarang

perlu dituangkan dalam lembaga-lembaga dakwah dan para “fungsionarisnya” untuk mengembangakan international competence-nya ketika melibatkan diri dalam diskursus seta diskusi-diskusi dan inisiatif-inisiatif nasional maupu internasional.

d. beberapa metode dan media dakwah yang relevan dengan situasi dan kondisi, misalnya:

lecturing methode, face to face, discuse, question ansewered, propaganda, al-hal, bi-al-mal, infiltration/ dramatytion dan lain-lain. Tentu saja dengan berbagai media yang sesuai dengan metodenya, dapat memilih, media masa, media elektronik, media oral, dan lain-lain.

e. Dengan mempertimbangkan beberapa faktor dakwah

Dalam menentukan startegi dakwah juga harus mempertimbangkan beberapa factor penentu keberhasilan dakwah, yaitu:

(11)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

11 1) Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan pokok dakwah adalah menagjak manusia ke jalan yang benar sesuai perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia akhirat.20 Menurut Penulis tujuan dakwah tersebut masih sangat umum, sehingga dapat saya jabarkan menjadi 2: pertama: tujuan Strategis, yaitu yang berkaitan dengan visi dakwah kita yang merupakan tujuan jangka panjang. Kedua: .tujuan praktis atau tujuan jangka pendek yang terbagi menjadi tujuan dakwah tahunan dan bulanan sampai kegiatan sehari-hari.

2) Mad’u / Obyek dakwah

Obyek dakwah dapat di bagi dalam beberapa golongan menurut latar belakang: keluarganya, pendidikan, jenis kelamin, geografis, ekonomi, profesi, dan lain-lain. Dengan mengetahui latar belakang mad’u , strategi dakwah kita akan lebih terarah dengan baik, karena akan lebih mudah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi mereka.

Pilihan media dakwah berhubungan dengan pilihan metode dakwah yang tepat, misalnya: media lisan sesuai apabila dengan menggunakan metode ceramah /

telling methode atau diskusi / discutio , media audio visual akan lebih tepat bila menggunakan metode sisipan / infiltration methode , misalnya melaui drama, film atau kaset CD, dan lain-lain.

3) Biaya dan fasilitas

Strategi dakwah juga harus mempertimbangkan factor biaya dan fasilitas, dimana dengan biaya tetentu akan diperoleh pertimbangan metode yang sesuai. Misalnya, metode ceramah atau diskusi bisa dengan biaya kecil.

C. Kesimpulan

Dari paparan dan pembahasan materi Strategi Pengembangan Dakwah Komtemporer ini dapat kita simpulkan bahwa :

1. Dakwah saat ini sudah sangat berat dan sulit, karena persoalan kehidupan bertambah pelik, rumit dan komplek.

20 Proyk Penerangan Agama Islam Depag RI, Metodologi Dakwah Kepada Suku Terasing, Jakarta: DEPAG RI, 1978, Hlm.12

(12)

Strategi Pengembangan Dakwah . . . .

Tuti Munfaridah

12

2. Para Da’i yang telah “dipandang rendah “ oleh masyarakat tidak perlu pesimis dan apatis, tetapi harus tetap berpegang teguh pada ajaran Islam secara kaffah sesuai al-Qur’an dan

Sunnah Rasulullah SAW dengan senantiasa meningkatkan kualitas kompetensi dan kualifikasi Da’i baik lahiriyah maupun batiniyah.

3. Strategi Dakwah kontemporer saat ini dapat di lakukan melalui internal-personal strategy

dan external-institution strategy. Yang penjabaranya di sesuaikan dengan perkembangan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan menggunakan media dan metode yang tepat efektif dan efisien.

Daftra Pustaka

Abu Fida Ismail Ibnu Kastir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, juz 1, Beirut: Dar Ihya al-Turats al A’raby, 1969

Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Prima Duta, 1983 Enjang AS dan Aliyudian, S. Media Dakwah. (Jakarta: Kencan, 2009)

M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009)

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Menejment Dakwah, (Jakarta: Kencan, 2009) M. Munir, Metode Dakwah,(Jakarta: Kencana, 2006)

M. Khalid Masud, Modern usage, dalam John L.Esposito, The Oxford Encyclopedia of the modern Islamic World vol.1, New York: Oxford University Press, 1995

Proyk Penerangan Agama Islam Depag RI, Metodologi Dakwah Kepada Suku Terasing, Jakarta: DEPAG RI, 1978

Syamsuri, Strategi dan Metode Pomesmawi dalam Dakwah Islamiah di Desa Kebarongan. Skripsi Prodi Sosial Islam fakultas Dakwah IAIIG Cilacap. 2009

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, renstra ini akan menjadi “jembatan” yang akan mengantar FKIK Untad meraih mimpi tersebut melalui beberapa tahapan, antara lain : peningkatan

Secara spesifik Nurisjah (2001) menjelaskan agrowisata adalah rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai

Pada Tabel 6 dapat pula dilihat bahwa debt to equity ratio (X 4) mempunyai probabilitas sebesar 0,171 yaitu lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Ini berarti bahwa

Saat ini, misalnya, KPPU telah mengawali kerjasama dan koordinasi yang efektif dalam lingkup kerja dua lembaga negara melalui suatu Nota Kesepahaman dengan Komisi Pem-

Dalam terori retorika politik, setidaknya ada tiga tipe retorika yang dapat digunakan untuk menilai retorika cagub-cawagub DKI Jakarta 2017. Pertama, retorika

Mulyasa dalam (Bistari, 2015) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang

Sedangkan tujuan yang kedua adalah meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model problem based learning (PBL) pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Candisari

Mengacu pada kondisi usahatani padi daerah irigasi Mamak Kakiang yang terjadi pada musim hujan (1995/1996) dan musim kemarau (1996), maka peningkatan produksi