• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP EMPATI PEMIMPIN TERHADAP BAWAHAN DALAM SISTEM ORGANISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIKAP EMPATI PEMIMPIN TERHADAP BAWAHAN DALAM SISTEM ORGANISASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP EMPATI PEMIMPIN TERHADAP BAWAHAN DALAM SISTEM ORGANISASI

Opi Teci Darisma Putri

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) YASNI Muara Bungo, Jambi. Indonesia E-mail: Teciopi@gmail.com

ABSTRAK

Seorang manajer harus mampu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan bawahanya dengan baik, karena tugas utama seorang manajer adalah "memerintah" bawahanya namun tentunya dengan cara-cara yang baik pula, selain itu seorang manajer juga harus mampu untuk memotivasi bawahannya agar mau untuk bekerja dengan lebih baik lagi demi tercapainya tujuan sebuah organisasi atau perusahaan, dan kemampuan untuk memotivasi orang lain ini yang sulit dicari karena kemampuan ini lahir dari dalam diri seorang manajer sendiri bukan didapat dari pelajaran atau bangku kuliah sekalipun. Seorang manajer yang baik adalah manajer yang mampu untuk berkomunikasi dan memotivasi bawahan atau karyawannya dengan baik serta mau dan mampu untuk mendengarkan apresiasi, keluhan dan saran dari bawahan, semua hal itu harus dilakukan demi tercapainya tujuan dari perusahaan atau organisasi yang sedang dia naungi.

Keyword: Empati, Pemimpin, Bawahan, Sistem Organisasi A. PENDAHULUAN

Kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan adalah identitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan

(2)

organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik. Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang organisasi dan manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan kepemimpinan. Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh anggota organisasi.

Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu dibedakan konsep pemimpin (leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna mendorong kelompok atau organisasi tersebut mencapai tujuan-tujuannya. Pemimpin menunjuk pada personal atau individu spesifik atau kata benda. Sementara itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota lainnya guna mendorong kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya. 1

Kebiasaan buruk pemimpin yang tidak boleh ditolerir adalah sikap cuek pada keluh kesah bawahan, atau masa bodoh dan tidak mau mendengarkan persoalan para bawahan. Sikap cuek tidak hanya membuat bawahan kehilangan jalur komunikasi dengan atasan, tapi akan membuat hubungan kerja menjadi tidak harmonis dan cenderung pasif.

1 Sthepen P. Robins. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi

(3)

Menurut kaidah, para pemimpin atau manajer adalah manusia-manusia super lebih daripada yang lain, kuat, gigih, dan tahu segala sesuatu. Para pemimpin juga merupakan manusia-manusia yang jumlahnya sedikit, namun perannya dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan yang hendak dicapai. Berangkat dari ide-ide pemikiran, visi para pemimpin ditentukan arah perjalanan suatu organisasi. Walaupun bukan satu-satunya ukuran keberhasilan dari tingkat kinerja organisasi, akan tetapi kenyataan membuktikan tanpa kehadiran pemimpin, suatu organisasi akan bersifat statis dan cenderung berjalan tanpa arah. Menurut Djajendra “Setiap sikap baik, setiap ucapan baik, setiap pikiran baik, setiap senyum tulus, akan mengantar anda untuk menjadi pribadi yang dihormati dan disenangi oleh orang lain.”2

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pimpinan itu dalam menciptakan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri.

B. PEMBAHASAN

1. Keterampilan Merangkul Dengan Sikap Baik Setiap Bawahan Pemimpin adalah panutan yang harus memiliki keterampilan untuk merangkul setiap bawahan dengan sikap baik. Pemimpin tidak sekedar menjadi seorang bos, tapi harus tahu tentang bagaimana cara

2Http://Djajendra-Motivator.com/?p=601 di akses pada tanggal 7 Oktober

(4)

terefektif untuk berhasil menjadi teman dan sahabat buat para bawahan.

a. Resonansi Perasaan

Empati sering disebut-sebut sebagai resonansi dari perasaan. Secara fisika berarti ikut bergetarnya suatu benda karena persamaan frekuensi. Dengan empati, seseorang akan membuat frekuensi perasaan dalam dirinya sama dengan frekuensi perasaan yang dirasakan orang lain. Sehingga ia turut bergetar, turut memahami, sekaligus merasakan apa yang dirasakan orang lain. Karena pikiran, kepercayaan, dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya, seseorang yang berempati akan mampu mengetahui pikiran dan mood orang lain. Empati ini sangat kita butuhkan. Empati ini akan membuat kita terbiasa melihat sesuatu dari sisi yang lain. Empati akan membuat kita bisa cepat memisahkan orang dan masalahnya; empati akan mendorong kita untuk lebih melihat bagaimana menyelesaikan masalah ketimbang bagaimana menyerang orang.

Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekadar hubungan yang menempatkan orang lain sebagai obyek manipulatif. Ia memandang empati sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling mempercayai

(5)

karena empati mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat.3

Berempati tidak melenyapkan kedirian kita. Perasaan kita sendiri takkan hilang ketika kita mengembangkan kemampuan untuk menerima pula perasaan orang lain yang juga tetap menjadi milik orang itu. Menerima diri orang lain pun tidak identik dengan menyetujui perilakunya. Meskipun demikian, empati menghindarkan tekanan, pengadilan, pemberian nasihat apalagi keputusan. Dalam berempati, kita berusaha mengerti bagaimana orang lain merasakan perasaan tertentu dan mendengarkan bukan sekadar perkataannya melainkan tentang hidup pribadinya: siapa dia dan bagaimana dia merasakan dirinya dan dunianya.

Saat ini bangsa kita sedang membutuhkan orang-orang yang memiliki “sense of empati” yang tinggi, yang memiliki kepekaan empati. Empati itu tidak hanya dibutuhkan ketika bangsa kita sedang terpuruk dengan berbagai bencana yang melanda. Sebagai contohnya, ketika bangsa kita sedang tertimpa musibah tsunami Aceh. Rakyat Indonesia berbondong-bondong menyumbangkan apa yang dimiliki, baik sumbangan berbentuk materi, tenaga, maupun dengan doa. Rakyat Indonesia saat itu memang tampak benar-benar bersatu, bersatu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara di Aceh, kehilangan sanak keluarga yang tercinta, kehilangan harta benda, kehilangan bagian-bagian tubuh, merasakan kehilangan hal-hal berharga yang dimiliki, dan semua itu telah membuat kita bersatu.

Kini, empati menjadi suatu yang harus hidup dalam sanubari karena dengan berempati, menunjukkan bahwa kita adalah manusia

3Keith Davis, Human relations at work (New York.Sanfransisco.Toronto,

(6)

yang masih hidup, manusia yang berperasaan, dan akhirnya menuntun kita menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. Empati itu wujudnya luas. Tidak iri kepada kesuksesan orang lain juga bentuk empati kita pada seseorang. Sebagai seorang pemimpin, anggaplah teman-teman yang kamu pimpin sebagai kawan, bukan anak buah apalagi jongos. Hormati mereka dan berikan mereka tugas menurut kemampuan mereka. Itulah empati seorang pemimpin pada orang yang mereka pimpin.

b. Peran Seorang Manajer dalam Sebuah Organisasi

Dalam sebuah organisasi tentu peran seorang manajer di dalamnya sangat diperlukan. Walaupun sumber daya, alat dan infrastrukturnya lengkap namun apabila tidak ada yang mengatur maka hal itu tidak akan ada artinya oleh karena itu peran manajer sangatlah vital.

Menjadi seorang manajer memang bukan perkara mudah, perlu bertahun-tahun pengalaman dan jam terbang serta bidang keilmuan yang mencukupi yang bisa menjadikan ia pantas disebut dan diangkat menjadi seorang manajer. seorang manajer harus mampu untuk mengatasi masalah dan mampu untuk meramalkan kejadian yang akan terjadi bila sebuah keputusan diambil, namun tidak semua manajer itu bekerja selayaknya seorang manager, ada manajer yang hanya bisa menyuruh-nyuruh dan tidak mau dikoreksi apa bila dia salah dan tidak mau dikritik padahal pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau mendengarkan keluhan dari bawahannya. Manajer yang hanya mau untuk menyuruh-nyuruh saja tanpa mau dikoreksi apalagi disalahkan bukan seorang manajer yang baik, dan hal itu dapat menurunkan kualitas dan kinerja dari para

(7)

bawahan yang dia bawahi, dan akhirnya berdampak kepada keuntungan atau kelangsungan dari organisasi itu sendiri, agar perusahaan tidak menjadi korban dari hal tersebut maka perlu dipilih seorang manajer yang baik yang mampu mengatasi masalah. Gaya bahasannya baik dan tidak terkesan memerintah maka karyawan atau bawahan pun akan menurun dan merasa tidak dipaksa dalam melaksanakan tugas mereka, sehingga mengakibatkan kinerja dalam organisasi tersebut akan meningkat selain itu manajer juga harus mau dan mampu mendengarkan bawahannya dengan penuh antusias dan perhatian sehingga akan menimbulkan sikap empati dari bawahan kepada sang manajer dan hal itu akan membuat bawahan betah untuk bekerja sama dengan manajer tersebut.

Selain itu seorang manajer juga harus mampu untuk membangun pemahaman visi, misi dan tujuan organisasi atau perusahaan kepada para bawahannya, karena semakin paham bawahan maka akan semakin cenderung mereka untuk aktif menyampaikan gagasan-gagasan dalam mengembangkan kinerja organisasi atau perusahaan, dengan demikian citra perusahaan dan prospek perusahaan kedepanya menjadi lebih baik lagi. Manajer yang baik juga harus mampu untuk membuka saluran komunikasi yang multi arah dalam arti tidak hanya manajer saja yang memberikan perintah dan rencana-rencana namun manajer juga harus menampung aspirasi-aspirasi dari bawahannya sehingga para bawahan akan mengapresiasi sang atasan dan sebaliknya, memang tidak mudah bagi seorang manajer untuk menerima pesan atau gagasan dari bawahanya, karena posisi manajer jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bawahan namun untuk tercapainya tujuan dari organisasi

(8)

maka hal itu harus dilakukan. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan manajer agar efektifitas mendengarkan bawahan dapat tercapai:4

1. Seorang manajer harus memahami identitas dan khususnya karakter dari bawahannya, misalnya kemampuan komunikasinya, keagresifan dalam bertanya, kadar emosi bawahanya, dan pengetahuan tentang suatu masalah.

2. Seorang manajer harus memahami apa yang disampaikan bawahan termasuk dalam hal isi dan tujuan penyampaian aspirasi, dengan semakin paham maka komunikasi akan semakin lancar sehingga tidak akan ada multitafsir yang akan mengaburkan komunikasi tersebut.

3. Selalu fokus dan penuh perhatian kepada karyawan yang menyampaikan pesan atau aspirasi, dan usahakan jangan memberikan kesan manajer melecehkan bawahanya, hal ini penting untuk memberikan empati tinggi sehingga karyawan atau bawahan akan merasa diperhatikan dan dihargai eksistensi dan usulannya.

Seperti dikatakan oleh Disraeli, memerintah dengan kata-kata”. Artinya suatu perintah bisa menjadi mubazir hanya karena tidak jelasnya pesan yang disampaikan manajer kepada bawahannya. Karena itu manajer dengan kepemimpinan yang efektif adalah seseorang yang mampu mengekspresikan ide dan membujuk orang untuk berbuat sesuatu seperti yang diinginkannya. Dan dalam prakteknya dibutuhkan suatu proses komunikasi dua arah dan bahkan multi-arah. Jadi di situ ada yang menyampaikan pesan dan ada yang mendengarkannya. Ini berlaku pada posisi manajer dan karyawan baik suatu ketika sebagai penyampai pesan dan di saat lain sebagai pendengar yang baik. Tak akan ada pembicara (karyawan) yang baik kalau tidak ada pendengar (manajer) yang baik pula.5

4 Hasibuan. H, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Bumi

Aksara, 2005. Hal.23

5 Hasibuan. H, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Bumi

(9)

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan dia banyak menyebut nama Allah” (Q.S. al-Ahzab; 21). Sifat empati merupakan kemampuan seseorang untuk menyadari perasaan, kepentingan, kehendak, masalah atau kesusahan yang dirasakan oleh orang lain. Individu yang memiliki sifat empati tersebut senantiasa dapat memahami dan menyelami perasaan orang lain dari perspektif mereka Satu lagi kelebihan individu yang memiliki sifat empati adalah mampu mengembangkan potensi orang lain, selalu berkeinginan untuk memenuhi kepentingan orang lain, dan mampu memahami perasaan dan permasalahan kelompok serta pemegang kekuasaan dalam sebuah organisasi.

Rasulullah SAW adalah orang terkenal memiliki empati yang tinggi. Kalau beliau jadi imam shalat, beliau memendekkan bacaannya saat mendengar tangisan anak kecil yang merengek pada ibunya, dan jika tahu di dalam jamaah terdapat orang-orang tua. Beliau juga dikenal sebagai orang yang gemar memuliakan orang lain. Kala ada yang terlambat masuk ke dalam majelis beliau meminta agar para sahabat yang lain menggeser duduk mereka, memberi kesempatan bagi yang terlambat.

Sifat peka, peduli dan partisipatif menggambarkan tentang perhatian seseorang terhadap perubahan dan keadaan emosi orang lain. Seseorang yang memiliki kepekaan yang tinggi dapat merasakan kesulitan orang lain, seolah-olah dia sendiri yang merasakannya. Individu ini mampu memberikan solusi terbaik kepada orang yang menghadapi masalah. Sedangkan sifat positif menggambarkan tentang kemampuan seseorang untuk selalu berusaha berbicara secara positif dan menghindari penggunaan kalimat-kalimat negatif.

(10)

Center for Creative Leadership menyatakan bahwa

ketidakpekaan seseorang terhadap orang lain, merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan seorang eksekutif dan pemimpin6. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa kesediaan

seseorang untuk memahami perspektif orang lain (empati) merupakan faktor keberhasilan yang signifikan dalam aspek kepemimpinan.

Jika dikaitkan dengan pandangan Islam perhatian terhadap keadaan orang lain (empati) memang dinilai sebagai perbuatan yang sangat baik dan bisa mendatangkan pertolongan sang khalik terhadap individu yang memiliki sifat tersebut. Seperti dinyatakan dalam Al-Quran : “Sesiapa yang menolong agama Allah maka Allah akan menolong mereka” (QS, Muhammad:7) orang-orang yang menolong agama Allah yang di maksudkan oleh ayat ini adalah orang yang termasuk perhatian terhadap kepentingan hamba-hamba Allah, yang bertugas sebagai khalifah di muka bumi.

C. Penutup

Memiliki sifat empati adalah mampu mengembangkan potensi orang lain. Pemimpin memang seharusnya memiliki sifat ini, karena banyak potensi yang harus diperhatikan dan dikembangkannya. Pemimpin yang memiliki sifat ini berprinsip bahwa keberhasilan memimpin dapat dilihat sejauh mana dirinya dapat mengakomodir ataupun mengembangkan potensi-potensi yang ada di sekelilingnya. Dengan perkataan lain, pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang dapat membantu orang lain berhasil selama dalam proses kepemimpinannya. Inilah yang disebut dalam Islam sebagai konsep

6

(11)

Rahmatan lil alamin yaitu prinsip keberhasilan untuk semua orang. Pemimpin yang memiliki prinsip ini, merasa tidak nyaman sekiranya orang-orang di sekelilingnya tidak dapat di bantu untuk memperoleh keberhasilan secara bersama-sama, inilah yang dimaksud oleh Surat Al Qishas: 84 “Sesiapa yang membawa kebaikan, pahalanya adalah lebih baik daripada kebaikan yang dia lakukan…”

Untuk itu diperlukan komunikasi interpersonal yang berkesinambungan dalam memecahkan fenomena yang ada. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal karena prosesnya yang secara dialogis. Dalam hal ini intensitas dialog antara atasan dan bawahan sangat penting untuk menjaga kelangsungan dan keseimbangan komunikasi dalam organisasi. Dengan adanya intensitas dialog yang baik dan terjaga maka diharapkan muncul hubungan yang kuat antara atasan dan bawahan. Hubungan interpersonal muncul karena adanya komunikasi yang terus terjalin. Intensitas komunikasi interpersonal sangat penting dijaga untuk menumbuhkan hubungan tersebut. Hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan yang telah terjalin akan menumbuhkan kepercayaan dan keterbukaan. Hubungan yang kuat antara atasan dan bawahan merupakan jantung pengelolaan yang efektif. Kepercayaan dan keterbukaan dalam suatu hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan dapat menumbuhkan semangat dalam diri karyawan sehingga dapat memunculkan motivasi kerja yang tinggi.

Apabila seorang pemimpin merasakan bahwa

mengembangkan potensi orang lain merupakan tanggung jawab, maka dirinya akan merasa bangga dan bahagia melihat orang lain berhasil. Inilah salah satu kelebihan pemimpin yang memiliki sifat empati yaitu dirinya bahagia melihat keberhasilan orang lain.

Dengan memasukkan berbagai gagasan dan pemikiran mereka ke dalam proses inovasi dan operasional perusahaan secara

(12)

berkesinambungan. Langkah seperti itu juga akan menciptakan perasaan memiliki dalam ikatan yang lebih meresap ke dalam hati dan menjalar ke seluruh denyut organisasi perusahaan yang ia pimpin. Hubungan keakraban dan empati yang demikian berpusat pada semangat saling berbagi, dimana keseluruhan jajaran kepersonalian saling memperoleh kegunaan dan manfaat, semakin sejahtera, tumbuh dan berkembang. Karenanya, kesadaran akan adanya ikatan ini membuat mereka menjadi lebih terbuka untuk belajar tentang perasaan dan pandangan baru, yang kesemuanya akan memicu kreativitas dan hasil terbaik bagi individu maupun kelompok atau tim kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A., & Tabrani ZA. (2018). Orientation of Education in Shaping the Intellectual Intelligence of Children. Advanced

Science Letters, 24(11), 8200–8204.

https://doi.org/10.1166/asl.2018.12523

AR, M., Usman, N., Tabrani ZA, & Syahril. (2018). Inclusive Education Management in State Primary Schools in Banda Aceh. Advanced

Science Letters, 24(11), 8313–8317.

https://doi.org/10.1166/asl.2018.12549

Hasibuan. H, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Bumi Aksara. 2005

Idris, S. (2017). Learning by Conscience as a New Paradigm in Education. Advanced Science Letters, 23(2), 853-856. https://doi.org/10.1166/asl.2017.7447

Idris, S., & Ramly, F. (2016). Dimensi Filsafat Ilmu dalam Diskursus Integrasi Ilmu. Yogyakarta: Darussalam Publishing

Idris, S., & Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi:

Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96–113.

https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420

(13)

Paradigm in the Perspective of Islamic Education. Advanced

Science Letters, 24(11), 8226–8230.

https://doi.org/10.1166/asl.2018.12529

Keith Davis. Human relations at work . New York. Sanfransisco. Toronto, London. 1962

Lvina, E. (2015). The Role of Cross-Cultural Communication Competence: Effective Transformational Leadership Across Cultures. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 1-18.

Lvina, E. (2015). The Role of Cross-Cultural Communication Competence: Effective Transformational Leadership Across Cultures. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 1-18.

Rahmat, Jalalludin, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2001

Ramly, F., Walidin, W., Idris, S., (2018). A Contemporary Discourse on Integrated Islamic Education. Advanced Science Letters, 24(10), 7124-7127. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12423

Sarboini, S. (2016). Performance of Employees and Impact on Promotion of Position. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 103-114. doi:10.26811/peuradeun.v4i1.89

Sarboini, S., Rizal, S., Surya, J., & Yusuf, Z. (2018). The Effect of Leadership, Compensation and Competency on Employee Performance. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 6(2), 215-234. doi:10.26811/peuradeun.v6i2.199

Sthepen P. Robins. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi. Jakarta: Arcan. 1994

Suzanne, R., & Nathalie, L. (2016). Multiculturalism as an Alternative A Cultural Orientation to Education in the Aspect of Culture as the Axiological Focus. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(3), 383-394. doi:10.26811/peuradeun.v4i3.111

Tabrani ZA, & Masbur. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul and Its Influence in Human Learning (A Philosophical Analysis of the Classical and Modern Learning Theories). JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2), 99–112.

Retrieved from

http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/600

(14)

Pemerintahan: Konsep Dien wa Ni’mah dan Pluralisme Agama di Indonesia. Ijtima`i: International Journal of Government and Social Science, 3(1), 15–30.

Tabrani ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan

Modern). Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.

Tabrani ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education

Indonesia. International Journal of Democracy, 17(2), 99–113.

Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia.

International Journal of Democracy, 18(2), 271–284.

Tabrani ZA. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 211–234.

Tabrani ZA. (2016). Perubahan Ideologi Keislaman Turki (Analisis Geo-Kultur Islam dan Politik Pada Kerajaan Turki Usmani). JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2), 130–146. https://doi.org/10.22373/je.v2i2.812

Tabrani ZA. (2017a). Menggugat Logika Nalar Rasionalisme

Aristoteles. Yogyakarta: Mizan.

Tabrani ZA. (2017b).

ىلع ةسارد

(

بعشلل يقلخلا ءامنلإا يف ةيملاسلإا ةيبرتلا رود

ايسينودنإب يموقلا ءامنلإا يف هرودو ملاسلإا). Ar-Raniry, International

Journal

of

Islamic

Studies,

4(1),

101–116.

https://doi.org/10.20859/jar.v4i1.128

Uchjana, Onong, Hubungan Insani, Jakarta, Rineka Cipta, 1998

Walidin, W. (2016). Informal Education as a Projected Improvement of the Professional Skills of Employees of Organizations. Jurnal

Ilmiah Peuradeun, 4(3), 281-294.

doi:10.26811/peuradeun.v4i3.103

Walidin, W., Idris, S., & Tabrani ZA. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press. Yunus, Mahmud. Kamus bahasa arab (Yayasan Penyelenggara Penterjemah

Referensi

Dokumen terkait

Data primer adalah data teoritis yang orisinil, dan sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari tempat yang menjadi objek penelitian

Sedangkan menurut Suharsimi (2013:272) menyatakan bahwa metode observasi adalah format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pembuatan biodiesel dari minyak biji kapuk randu. 2) Karakteristik biodiesel hasil sintesis dari minyak biji kapuk randu yang meliputi

Feltételeztem, hogy mivel a kilencedik évfolyam az általános iskolai képzést záró évfolyam, a diákok írásbeli dolgozataiban csak elenyésző számban fordulnak elő

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI TENTANG PEDOMAN KEWENANGAN BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL

Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA dari RAL yang menunjukkan bahwa penggunaan full fat soya (FFS) sebagai subtitusi bungkil kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap

Selain itu, teori kebebasan mengacu pada pengandaian, bahwa suatu tindakan termasuk di dalamnya tindakan moral adalah sebagai hasil dari usaha rasional individu,

corethrurus yang diberi perlakuan insektisida karbofuran ternyata senyawa methylcarbomat sangat mempengaruhi hormon pada kokon sehingga jumlah dan daya tetas kokon menu- run.