• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulisan Penyebab Kematian Berdasarkan ICD 10 Dan Kepentingan Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penulisan Penyebab Kematian Berdasarkan ICD 10 Dan Kepentingan Hukum"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS ARTIKEL

TOPIK : PENULISAN PENYEBAB KEMATIAN

BERDASARKAN ICD 10 & KEPENTINGAN HUKUM

OLEH: KELOMPOK 6

KADEK SOGA PRAYADITYA PUTRA

H1A010033

PUJI NURHIDAYATI

H1A010034

MELINDA EKA SUSILARINI

H1A010035

IDA BAGUS INDRA NUGRAHA S. H1A010036

NI PUTU GALUH MEGANTARI E. H1A010037

IDA AYU KRISNAYANTI

H1A010038

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

2011

▸ Baca selengkapnya: kode icd 10 kematian mudigah

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Penugasan artikel sebagai salah satu bagian dari aspek dari penilaian pada Blok Tahap-Tahap Kehidupan ini.

Penugasan artikel kami berjudul “Penulisan Penyebab Kematian berdasarkan ICD 10 & Kepentingan Hukum”. Membaca temanya, sudah cukup jelas bahwa materi yang akan dibahas berkaitan dengan bagaimana prosedur dari penulisan penyebab kematian berdasarkan ICD 10 dan kepentingan hukum.

Di dalam laporan ini, akan dibahas mengenai penjelasan tentang pengkodeandari ICD 10 itu dan bagaimana prosedurnnya. Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan, baik dalam hal penulisan maupun materi yang disampaikan. Untuk itu, kami mohon kritik serta saran yang membangun agar kami dapat memperbaikinya pada kesempatan selanjutnya. Kami berharap laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat positif bagi pembaca.

Mataram, 13 Desember 2011

Penyusun: (Kelompok 6)

(3)

DAFTAR ISI Judul ………. 1 Kata pengantar……… 2 Daftar isi………. 3 BAB I Pendahuluan………. 4 BAB II Pembahasan………. BAB III kesimpulan………. Daftar pustaka……….

(4)

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada semester 3 blok 9, Blok Tahap – Tahap kehidupan, banyak kegiatan dan pembelajaran yang kami lalui sesuai dengan kurikulum yang berlaku, diantaranya adalah penugasan artikel. Penugasan artikel merupakan salah satu tekhnik pembelajaran agar mahasiswa dapat menguasai ilmu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang sarjana kedokteran, disamping sarana pembelajaran lain seperti tutorial, kuliah, kunjungan lapangan, praktikum dan lain-lain.

Kegiatan penugasan artikel ini dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok wajib mencari dan membuat laporan sengan masing – masing 3 judul. Laporan penugasan artikel tersebut sudah harus dikumpulkan 3 hari sebelum persentasi artikel pada minggu ketiga dan keempat.

(5)

Penulisan penyebab kematian berdasarkan ICD 10 dan kepentingan hukum

Definisi

ICD (international classification of diseases) merupakan klasifikasi diagnostic standar internasional bagi kebutuhan manejerial kesehatan dan epidemiologi. Kebutuhan menejerial ini mencakup situasi kesehatan umum kelompok – kelompok populasi serta pemantauan insidensi dan prevalensi penyakit dan kesehatan lain yang berkaitan dengan variable lain seperti karakteristik dan keadaan individu yang terkena.

International Classification of Diseases (ICD) adalah suatu sistem pengelompokan

penyakit berdasarkan pendekatan multiaksial yang telah ditentukan yang dilakukan oleh WHO. Tujuan dari ICD ini adalah untuk melakukan pencatatan, analisis, interpretasi dan membandingkan secara sistematik kejadian dan kematian akibat penyakit dari banyak negara pada waktu yang berbeda. Sudah selayaknya semua data yang mencatat diagnosis penyakit mengikuti tata cara koding dari ICD. Dalam perkembangannya, klasifikasi penyakit yang tertuang dalam ICD mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga bertambah lengkap dan sempurna seiring dengan makin canggihnya pemeriksaan untuk menunjang penetapan diagnosis.

Edisi pertama ICD dinamakan international list of death diadopsi oleh international statistical institute pada tahun 1893. WHO mengambil alih pengelolaan ICD sejak edisi keenam yang untuk pertama kalinya mencakup data morbiditas pada tahun 1948. ICD-9 diterbitkan pada tahun 1977 dan ICD 10 pada tahun 1992 oleh WHO. ICD 10 mulai digunakan oleh Negara – Negara anggota WHO pada tahun 1994.

ICD digunakan untuk mengklasifikasikan penyakit dan masalah kesehatan lain untuk dicatat pada berbagai tipe rekam kesehatan dan vital, termasuk sertifikat kematian dan rekam medik rumah sakit. Selain memungkinkan pengambilan dan penyimpanan kembali informasi diagnostic untuk kebutuhan klinik dan epidemiologis, perekaman ini juga merupakan basis pengumpulan statistik mortalitas dan morbiditas oleh Negara – Negara anggota WHO.

(6)

TUJUAN :

1. Mempermudah perekaman sistematis, untuk analisis, interpretasi, komparasi data morbiditas/mortalitas

2. Menerjemahkan diagnosis penyakit & masalah kesehatan lain  kode alfanumerik

IMPLEMENTASI ICD-10

• WHO dalam sidang World Health Assembly ke-43 telah menetapkan ICD-10 sebagai pedoman klasifikasi internasional tentang penyakit edisi terbaru yang harus dipakai oleh seluruh negara anggotanya.

• Di Indonesia telah ditetapkan berlakunya ICD-10 untuk pedoman klasifikasi penyakit melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 50/MENKES/SK/I/1998 tentang Pemberlakuan Klasifikasi Statistik Internasional Mengenai Penyakit Revisi ke-Sepuluh tertanggal 13 Januari 1998.

PERUBAHAN/PERBEDAAN ANTARA ICD-9 & ICD-10

No. Perbedaan ICD-9 ICD-10 1. 2. 3. Volume Buku Jumlah Bab Karakter kode 2 Volume 17 Bab inti Numerik 3 Volume 21 Bab Alfa-numerik

(7)

• VOLUME ICD-10

Volume 1 : Klasifikasi Utama

Isi : morfologi neopl, daft. tabulasi khusus, aturan nomenklatur

Volume 1 berisikan klasifikasi yang menunjukkan kategori-kategori di mana suatu diagnosis akan dialokasikan guna mempermudah penyortiran dan penghitungan data untuk tujuan statistik. Volume tersebut juga dilengkapi dengan definisi-definisi dari isi tiap kategori, subkategori dan item dalam daftar tabulasi.

Volume 2 : Pedoman penggunaan Isi : sejarah, instruksi, penggunaan

Volume 2 berisikan deskripsi tentang sejarah ICD berikut struktur dan prinsip klasifikasi; aturan-aturan yang berkaitan dengan koding morbiditas dan mortalitas; presentasi statistik serta petunjuk praktis bagi pengguna ICD agar dapat memanfaatkan klasifikasi yang ada sebaik-baiknya. Pengetahuan dan pemahaman tentang tujuan dan struktur ICD sangat penting artinya bagi statistisi dan analis informasi kesehatan, serta petugas koding (koder).

Volume 3 : Indeks alfabetik

Sect I : Diseases & nature of injury

Bagian I berisikan semua terminologi yang terklasifikasi dalam Bab I-XIX dan Bab XXI, kecuali obat-obatan dan zat kimia lain

Sect II : External causes of injury

Bagian II merupakan indeks dari sebab luar morbiditas dan mortalitas; berisikan semua terminologi yang terklasifikasi dalam Bab XX, kecuali obat-obatan dan zat kimia lain

(8)

Sect III: Table of drugs & chemicals

Pendahuluan dalam Volume 3 berisikan instruksi tentang penggunaan volume tersebut yang merupakan indeks alfabetik dari ICD-10. Instruksi ini harus dimengerti dengan baik sebelum mulai meng-kode

Bagian III, Tabel obat-obatan dan zat kimia lain, berisikan masing-masing substansi yang digunakan dalam koding keracunan dan efek samping obat yang ada dalam Bab XIX dan kode dalam Bab XX yang menunjukkan apakah keracunan tersebut tidak sengaja dilakukan, sengaja (menyakiti diri-sendiri), tak ditentukan atau merupakan efek samping dari substansi yang telah diberikan secara benar.

Contoh :

Berikut diperlihatkan contoh pengkodean ICD 10 untuk migraine, salah satu tipe nyeri kepala primer yang cukup sering didapatkan dalam praktek klinik. Untuk memudahkan pengguna pada tiap kelompok klasifikasi penyakit, kode dengan decimal ‘8’ digunakan untuk ‘other’ dan kode decimal ‘9’ untuk ‘unspecified’. Untuk fasilitas kesehatan yang sederhana dengan kemampuan medis petugas kesehatan yang terbatas, pengkodean kode penyakit seringkali dilakukan tanpa digit decimal.

Contoh petikan pengkodean dan klasifikasi penyakit dengan ICD 10 Tabel 7.1

(9)

Sebab kematian studi mortalitas SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) 2001 dicatat pada sertifikat kematian umum atau sertifikat kematian perinatal. Sejak SKRT 1995, tata cara koding diagnosis sebab kematian pada studi mortalitas telah menggunakan ketentuan sesuai ICD-10, dimana penyakit dan masalah kesehatan lain dikelompokkan ke dalam 21 bab, dengan rincian:

Daftar 1. Klasifikasi Penyakit Menurut Bab dalam ICD-10 No.

Bab

Nama Bab Kode

I Certain infectious and parasitic diseases A00-B99

II Neoplasm C00-D48

III Diseases of the blood and blood-forming organs and certain disorders involving the immune mechanism

(10)

IV Endocrine, nutritional and metabolic diseases E00-E90 V Mental and behavioral disorders F00-F99 VI Diseases of the nervous sistem G00-G99 VII Diseases of the eye and adnexa H00-H99 VIII Diseases of the ear and mastoid process H60-H95 IX Diseases of the circulatory sistem I00-I99 X Diseases of the respiratory sistem J00-J99 XI Diseases of the digestive sistem K00-K93 XII Diseases of the skin and subcutaneous tissue L00-L99 XIII Diseases of the musculoskeletal sistem and connective tissue M00-M99 XIV Diseases of the genitourinary sistem N00-N99 XV Pregnancy, childbirth and the puerperium O00-O99 XVI Certain conditions originating in the perinatal period P00-P96 XVII Congenital malformations, deformations and chromosomal

abnormalities

Q00-Q99 XVIII Symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory findings, not

elsewhere classified

R00-R99 XIX Injury, poisoning and certain other consequences of external causes S00-T98 XX External causes of morbidity and mortality V01-Y98 XXI Factors influencing health status and contact with health services Z00-Z99

(11)

Bab XV khusus untuk penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kematian maternal yaitu kematian yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Di dalam bab ini sebab kematian maternal dibedakan antara:

• Sebab kematian secara langsung berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan masa nifas (O00-O97) dan

• Sebab kematian tidak langsung yaitu disebabkan karena penyakit infeksi, penyakit sistem sirkulasi (Jantung), penyakit sistem pernapasan, anemia yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan, dan masa nifas (O98-O99).

Tiap bab terdiri dari beberapa blok dimana masing-masing blok merupakan kumpulan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Tiap-tiap blok terdiri dari beberapa penyakit dan gangguan kesehatan lainnya yang mempunyai 3 kode karakter. Beberapa kategori 3 karakter terbagi lagi dalam kategori 4 karakter yang menguraikan secara lebih rinci tentang penyakit dan gangguan kesehatan lainnya seperti menguraikan letak anatomis, komplikasi, sifat dan lain lain. Untuk beberapa keadaan bahkan sampai dengan 5 karakter (contoh patah tulang). Di bawah ini akan disebutkan beberapa contoh:

• Penyakit Infeksi dan Parasit (A00-B99)…...….. ………. Bab • Penyakit Infeksi Intestinal (A00-A09)……….……….Blok • Tuberculosis (A15-A19)……….…………. …….Blok • Cholera (A00)………..…Kategori 3 karakter

• Typhoid dan paratyphoid fever……… .... ..Kategori 3 karakter • Typhoid fever………..…….Kategori 4 karakter

(12)

Dalam ICD-10, diagnosis penyakit dapat mempunyai 2 kode, yaitu kode sebagai penyakit utama (underlying diseases) dan kode sebagai manifestasi organ yang terkena penyakit. Dalam ICD, kode untuk underlying diseases diberi tanda dengan + (dagger) dan untuk manifestasi organ yang terkena penyakit diberi tanda * (asteric). Untuk kepentingan studi mortalitas prioritas diberikan pada underlying diseases/etiologi daripada manifestasi organ. Sebagai contoh, diagnosis sebab kematian adalah Meningitis tuberkulosa, maka kode ICD yang dipilih adalah A17.0 + (Tuberculosis of nervous system) bukan G01* (Meningitis in bacterial diseases

classified elsewhere).

PENETAPAN DIAGNOSIS SEBAB KEMATIAN

Sebab kematian adalah semua penyakit, keadaan sakit atau cedera yang menyebabkan atau berperan pada terjadinya kematian, dan keadaan kecelakaan atau kekerasan yang mengakibatkan cedera. Dalam definisi ini tidak termasuk gejala dan cara kematian seperti gagal

(13)

Ada 2 sertifikat kematian, yaitu sertifikat kematian umum untuk kematian yang berumur 8 hari ke atas dan sertifikat kematian perinatal untuk kematian janin dengan usia kehamilan 22 minggu sampai dengan umur 7 hari termasuk lahir mati. Ulasan selanjutnya adalah mengenai sertifikat kematian umum, dan penetapan diagnosis untuk kematian yang berumur 8 hari ke atas. Berikut ini adalah contoh sertifikat medis yang dipakai untuk sebab kematian umum (Gambar 1) dan kematian perinatal (Gambar 2) yang dipakai secara international oleh WHO:

Gambar 1. International Form of Medical Certificate of Cause of Death

Kolom yang disebelah kanan berisi keterangan kira-kira lama waktu antara timbulnya penyakit sampai orang tersebut meninggal untuk setiap penyakit/keadaan pada Ia, Ib, Ic, Id. Bagian ini membantu menempatkan sebab kematian secara benar pada tempatnya.

Sertifikat sebab kematian umum (lihat Gambar 1) dalam bagian I atau II merupakan penyakit, cedera, atau komplikasi suatu penyakit. Cara kematian seperti gagal jantung, gagal napas dihindari sebagai penyebab kematian, karena tidak memberikan informasi yang baik dan tepat yang dapat digunakan bagi pengelola program kesehatan.

(14)

Dalam Sertifikat sebab kematian perinatal (lihat Gambar 2), data tentang ibu dan anak dibutuhkan, termasuk juga jumlah semua kelahiran dan kondisinya: lahir hidup, lahir mati, dan aborsi. Variabel lain yang diperlukan adalah adalah penolong persalinan dan cara melahirkan.

(15)

Sertifikat Kematian Umum Yang Dipakai Oleh Studi Mortalitas SKRT 2001

Untuk keperluan studi mortalitas sertifikat kematian umum mengacu pada International

Form of Medical Certificate of Cause of Death ditambah dengan keterangan riwayat sakit

sebelum meninggal dan lembar abstraksi gejala.

 Riwayat sakit sebelum meninggal: Bagian ini merupakan wawancara/ ‘aloanamnesis’ dengan ART terdekat yang merawat almarhum yang sakit semasa hidupnya untuk mendapatkan keterangan tentang faktor risiko, keluhan utama, keluhan tambahan,

(16)

riwayat perjalanan penyakit, penyakit/kelainan yang pernah diderita, kecacatan/abnormalitas yang pernah diderita, riwayat berobat maupun pemeriksaan laboratorium yang mendukung penetapan diagnosis. Gejala-gejala yang ditemukan dirinci atas kapan mulainya, berapa lama, jenis dan sifat dari gejala tersebut, dan disusun secara kronologis. Khusus untuk kematian maternal, informasi pemeriksaan kehamilan, kesehatan selama hamil, proses persalinan, masa nifas, penolong persalinan sangat diperlukan untuk menegakan diagnosis.

 Lembar Abstraksi Gejala: Pengelompokan gejala-gejala yang ditemukan ke dalam lembar abstraksi. Setiap kelompok menunjukkan kumpulan gejala-gejala yang menunjang salah satu rantai penyebab kematian yang ditemukan pewawancara. Uraikan setiap gejala berdasar berapa lama gejala tersebut berlangsung, dan apabila memungkinkan dicatat jenis/sifat gejala tersebut.

 Format diagnosis sebab kematian pada sertifikat kematian sebagai berikut:

I.

Penyakit-penyakit yang perjalanan penyakitnya berhubungan langsung dengan sebab kematian.

Dengan format ini diharapkan dokter menulis secara sistematis penyakit-penyakit yang menyebabkan kematian mulai dari penyebab kematian langsung (direct cause of

death), penyakit perantara (intervening antecedent cause of death), sampai dengan

penyebab utama (underlying cause of death). Untuk dapat mengisi secara berurutan penyakit/keadaan/cedera yang berperan pada kematian perlu ditentukan terlebih dahulu awal dari urutan peristiwa terjadinya sebab kematian. Awal dari urutan peristiwa tersebut disebut sebagai Underlying Cause of Death.

Ia. Direct Cause of Death (Penyebab Kematian Langsung)

Adalah penyakit yang secara langsung menyebabkan kematian. Contoh:

(17)

Penyebab kematian langsung adalah ‘Pulmonary Embolism’, penyebab perantara adalah ‘Pathologikal Fracture’ dan ‘Secondary Carcinoma of Femur’, sedang penyebab kematian utama adalah ‘Carcinoma of Breast’.

Ib & Ic. Intervening Antecedent Cause of Death (Penyebab Perantara)

Adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya penyakit yang disebutkan pada Ia.

Id. Underlying Cause of Death (Penyebab Utama)

Adalah penyakit atau cedera yang merupakan awal dimulainya perjalanan penyakit menuju kematian atau keadaan kecelakaan/kekerasan/ keracunan yang menyebabkan cedera dan kematian.

II.

Penyakit/keadaan lain yang berperan terhadap kematian, tetapi tidak berhubungan dengan urutan peristiwa penyakit pada Bagian I.

Contoh:

Penyebab kematian langsung adalah ‘Bronchopneumonia’, penyebab kematian utama adalah ‘Chronic Bronchitis, dan penyakit yang memperberat kesehatannya adalah ‘Chronic Myocarditis’.

Contoh pengisian sertifikat kematian umum pada studi mortalitas:

 Riwayat sakit sebelum meninggal:

Keluhan utama : kejang seluruh tubuh dan tidak sadarkan diri Keluhan tambahan: -

Riwayat perjalanan penyakit:

Almarhum hamil 8 bulan. Dua hari sebelum meninggal almarhum kejang seluruh tubuh kira-kira 15 menit dan pingsan. Keluarga memanggil dukun dan kemudian bidan, namun

(18)

untuk dioperasi, namun belum sempat dilaksanakan pasien telah meninggal. Satu bulan sebelum serangan kejang, kaki almarhum bengkak dan sering sakit kepala dan pandangan kabur, pernah berobat ke Puskesmas. Responden tidak mengetahui apakah almarhum menderita tekanan darah tinggi.

 Lembar abstraksi gejala:

Lembar abstraksi gejala membantu menetapkan diagnosis sebab kematian dari beberapa kemungkinan diagnosis sebab kematian (diferensial diagnosis), dalam hal ini dibantu oleh buku Glossary Gejala Penyakit .

Gejala Lamanya Jenis dan sifatnya

Kejang 15 menit Seluruh tubuh Pingsan 15 menit

Kaki bengkak 1 bulan

Sakit kepala 1 bulan Seluruh kepala Pandangan kabur 1 bulan

Sertifikat kematian l I a. - b. - c. - d. Eclampsia (O15) II a - b –

(19)

Tata cara memilih sebab kematian umum

Memakai Konsep Urutan Logik:

Dua atau lebih keadaan yang dituliskan berturut-turut pada bagian I (pertama) sertifikat adalah penyakit/gangguan/cedera dimana masing-masing keadaan tersebut adalah penyebab yang dapat diterima dari penyebab yang sebelumnya.

Contoh:

I a. Hepatic Failure b. Bile duct obstruction

c. – (kosong, karena hanya satu sebab kematian perantara)

d. Carcinoma of head of pancreas

Urutan logik yang dilaporkan adalah: Hepatic Failure disebabkan oleh Bile Duct Obstruction dan obstruksi ini disebabkan oleh Carcinoma di pancreas. Dengan kata lain: Ca pancreas menyebabkan obstruksi empedu, obstruksi empedu menyebabkan kegagalan hati. Dengan demikian Ca Pancreas diambil sebagai Underlying Cause of Death karena Ca Pancreas adalah awal dari rangkaian perjalanan penyakit yang berakhir dengan kematian. Ca Pancreas ditempatkan pada bagian Id, Bile Duct Obstruction ditempatkan pada bagian Ib atau Ic sebagai penyakit perantara, Hepatic Failure ditempatkan pada bagian Ia sebagai penyebab langsung. ♦ Bila hanya terdapat satu sebab kematian maka sebab kematian ini dipilih untuk “Underlying

Cause of Death” dan ditempatkan pada bagian Id, sedangkan untuk bagian lainnya Ia, Ib, Ic tidak diisi.

♦ Bila lebih dari satu sebab kematian maka pilihan sebab kematian dilakukan sesuai dengan konsep urutan logik Underlying Cause of Death yaitu penyakit utama yang merupakan dasar

(20)

♦ Bila sebab kematian adalah cedera maka keadaan yang menyebabkan cedera (Chapter XX) dan sifat cedera (Chapter XIX) harus dituliskan. Pilihan sebab kematian untuk Underlying Cause of Death adalah penyebab cedera (Chapter XX).

Contoh:

Penyebrang jalan ditabrak truk, meninggal ditempat kejadian, dibawa ke RS terdekat dan oleh dokter dikatakan mengalami patah ke dua tulang tungkai atas, tulang lengan bawah kanan. Pada sertifikat kematian dicatat sebagai berikut:

Ia. Traumatic Shock (T79) b. Multiple Fractures (S72) c. -

d. Pedestrian Hit by Truck (V04)

♦ Bila ditemukan 2 rangkaian penyebab kematian, maka yang menjadi Underlying Cause of Death adalah keluhan utama dari rangkaian penyakit sebelum almarhum meninggal dan ditempatkan pada bagian Ia, sedangkan rangkaian penyakit lainnya ditempatkan pada bagian II.

Contoh:

Dari autopsi verbal ditemukan ada riwayat chronic rheumatic heart diseases, congestive heart

failure, dan cirrhosis of the liver. Sebelum meninggal almarhum muntah darah/hematemesis.

Pada sertifikat kematian dicatat sebagai berikut: I a. Oesophageal Varices (I85)

b. - c. -

(21)

Sertifikat Kematian Perinatal Yang Dipakai Pada Studi Mortalitas Skrt 2001

Awal dari urutan peristiwa sebab kematian Underlying Cause of Death pada kematian umum tidak dapat digunakan, karena pada kematian perinatal 2 individu dapat terlibat yaitu anak dan ibu, selain itu sebab/keadaan yang tidak berkaitan dengan sebab utama dari anak atau ibu juga dapat menyebabkan kematian.

Untuk keperluan studi mortalitas, sertifikat kematian perinatal ditambah dengan keterangan riwayat sakit sebelum meninggal dan lembar abstraksi gejala. Pewawancara menulis keterangan responden pada bagian A, sedang bagian B dan C diisi tidak dihadapan responden.

 Riwayat sakit sebelum meninggal: Bagian ini merupakan wawancara/aloanamnesa dengan ART terdekat yang merawat almarhum/bayi yang meninggal yang sakit semasa hidupnya untuk mendapatkan keterangan baik dari almarhum/ bayi maupun keterangan dari ibu yang melahirkan. Keterangan keadaan bayi adalah usia bayi, riwayat/proses kelahiran (partus normal/dengan bantuan, letak bayi ketika lahir, tunggal/kembar, keadaan plasenta/ tali pusat, siapa yang menolong), berat ketika lahir, keadaan kesehatan bayi baru lahir, serta riwayat sakit selama 0-7 hari. Keterangan keadaan ibu adalah mengenai kesehatan ibu selama hamil, riwayat antenatal care, imunisasi, semua informasi mengenai ibu yang berhubungan dengan kesehatan janin dicatat. Gejala-gejala yang ditemukan pada janin/bayi dirinci lamanya, jenis dan sifat dari Gejala-gejala disusun secara kronologis untuk menetapkan diagnosis.

 Lembar Abstraksi Gejala: Pengelompokan gejala-gejala yang ditemukan ke dalam lembar abstraksi. Setiap kelompok menunjukkan kumpulan gejala-gejala yang menunjang salah satu rantai penyebab kematian yang ditemukan pewawancara. Uraikan setiap gejala berdasar berapa lama gejala tersebut berlangsung, dan apabila memungkinkan dicatat jenis/sifat gejala tersebut.

 Format diagnosis sebab kematian pada sertifikat kematian perinatal sebagai berikut: (a). Penyakit atau keadaan janin/bayi utama sehingga menyebabkan kematian.

(22)

(b). Penyakit atau keadaan janin/bayi lain yang menyebabkan kematian.

(c). Penyakit atau keadaan ibu utama yang mempengaruhi kematian janin/bayi. (d). Penyakit atau keadaan ibu lain yang turut mempengaruhi kematian janin/bayi. (e). Keadaan relevan lain yang menyebabkan kematian janin/bayi, tetapi tidak

berkaitan dengan penyakit atau keadaan janin/bayi atau ibu, misalnya bersalin tanpa penolong.

Contoh pengisian sertifikat kematian perinatal pada studi mortalitas:  Riwayat sakit sebelum meninggal

Keadaan bayi: Bayi laki-laki lahir kurang bulan (7 bulan), di Puskesmas, berat badan bayi 2000 gram. Ari-ari kecil, lengkap. Bayi dirujuk ke RS PMI Bogor. Dirawat 4 hari di RS, karena kehabisan biaya dibawa pulang ke rumah. Setelah 1 hari di rumah bayi meninggal.

Keadaan ibu: waktu hamil ibu tidak sehat tidak ada nafsu makan, penambahan berat badan hanya 4 kg, ANC di Puskesmas, tekanan darah normal.

 Lembar abstraksi gejala

Gejala Lamanya Jenis dan sifatnya Penyakit utama janin/bayi

Premature dan BBLR 7 bulan Penyakit utama ibu

(23)

(a) Disorders related to short gestation and low birth weight (P07) (b) -

(c) Fetus and newborn affected by maternal nutritional disorders (P00.4) (d) -

Definisi dan peraturan diagnosis kematian perinatal

Penyakit atau keadaan janin utama sehingga menyebabkan kematian adalah suatu keadaan patologis pada janin yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap kematian janin/bayi tersebut. Penyakit/kelainan utama pada janin/bayi dicantumkan dalam (a).

Seperti kematian umum, cara meninggal seperti gagal jantung, asphyxia atau anoxia, prematuritas tidak boleh dicatat sebagai diagnosis di dalam bagian ini, kecuali keadaan tersebut merupakan satu-satunya penyebab kematian yang diketahui.

Penyakit atau keadaan ibu utama yang mempengaruhi kematian bayi adalah penyakit atau keadaan ibu yang paling besar pengaruhnya terhadap janin/bayi. Penyakit/ kelainan utama pada ibu dicantumkan dalam (c).

Penyakit/kelainan pada ibu yang menurut pendapat pemeriksa (dokter) juga dapat mempengaruhi keadaan janin/bayi, dicantumkan dalam (d). Keadaan yang ada hubungannya dengan kematian janin/bayi, tetapi tidak termasuk baik penyakit/kelainan pada ibu maupun pada janin/bayi, maka keadaan tersebut dicantumkan dalam (e), misalnya persalinan tanpa penolong.

Pemberian kode sebab kematian perinatal

Chapter XVI adalah Certain Conditions originating in the perinatal period. Chapter ini dipakai khusus untuk memberi kode sebab kematian yang terjadi pada masa perinatal (kehamilan 22 minggu sampai bayi berumur 7 hari).

• Kode P00-P04 (Keadaan janin dan bayi yang dipengaruhi oleh factor ibu dan komplikasi pada kehamilan dan persalinan), hanya dapat diletakkan pada (c) dan (d)

(24)

sebagai penyakit/kelainan pada ibu yang mempengaruhi janin/ bayi. Kode P00-P04 tidak boleh dicantumkan dalam (a) dan (b).

• Dalam (a) dan (b) boleh dicantumkan kode P lain diluar kode P00-P04, tetapi umumnya adalah kode P05-P96 (Keadaan perinatal) atau kode Q00-Q99 (Kelainan bawaan).

• Dalam (a) dan (c) hanya dapat dicantumkan satu diagnosis atau kode, tetapi dalam (b) dan (d) dapat dicantumkan lebih dari satu diagnosis atau kode.

• Dalam (e) biasanya tercantum keadaan yang relevan dengan kejadian kematian, tetapi tidak perlu diberi kode. Bila akan diberi kode maka pilihlah salah satu dari kelompok kode V01-Y98 (Chapter XX: Penyebab luar dari morbiditas dan mortalitas) atau kode Z00-Z99 (Chapter XXI: Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan).

SIMPULAN

Dari penjelasan yang kami bahas, dapat disimpulkan bahwa ICD-10 dipakai secara global untuk mengelompokan jenis penyakit dengan pengkodean yang tepat. Tujuan dari ICD-10 ini adalah untuk melakukan pencatatan, analisis, interpretasi dan membandingkan secara sistematik kejadian dan kematian akibat penyakit dari banyak negara pada waktu yang berbeda. Sistem ICD-10 yang dibuat oleh WHO ini sangat memudahkan kerja dalam bidang forensik kedokteran, terutama dalam penulisan sertifikat kematiannya. Semua telah diatur dalam sistem tersebut, sehingga dapat diterima oleh pihak yuridisme (hukum) terkait mengenai penulisan penyebab kematian tersebut.

(25)

Daftar Pustaka

World Health Organization. (2004). International Classification of Diseases, Tenth Revision, volume 1 Geneva: WHO.

Anonym. (2000). pencatatan dan pelaporan.( Dikases pada 11 Desember 2011 at

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/bab7-pencatatan_dan_pelaporan.pdf )

Santoso, dian budi. ( 2010 ). pengembangan modul pembelajaran icd-10 pada e-learning

terminologi medis. (diakses pada 14 desember 2011 at

http://dianbudisantoso.net/Pengembangan%20modul%20pembelajaran%20ICD-10.pdf )

Rooney, Cleo. (2001). The implementation of ICD-10 for cause of death coding – some

preliminary results from the bridge coding study. (accesed on 14 december 2011 at

http://www.ons.gov.uk/ons/rel/hsq/health-statistics-quarterly/no--8--winter- 2000/implementation-of-icd-10-for-mortality-data-in-england-and-wales-from-january-2001.pdf )

Referensi

Dokumen terkait

tungau dari famili Pterygosomatidae menurut Oedemans (1910) di dalam Montgomery (1966), antara lain adalah panjang tubuh sedikit lebih panjang dari lebarnya atau lebar sama

Menurut Hansen dan Moven (2005:274) mengemukakan bahwa analisis volume laba adalah suatu metode analisis terhadap hubungan biaya, harga jual dan tingkat output atau

Gambar- gambar yang dilukis ataupun tulisan yang dituangkan pada angkutan becak, agaknya bukan hanya sekedar lukisan atau gambar biasa saja, namun dibaliknya terkandung maksud-maksud

Tatkala Majapahit pada era keruntuhannya sekitar 1478, di hadapan Prabu Brawijaya yang berganti haluan memeluk Islam sedangkan Sabdo Palon tetap bertahan sebagai titah dengan

Aromatase inhibitor dapat digunakan sebagai pengganti hormon 17  - metiltestosteron untuk produksi populasi monoseks jantan ikan nila merah, dimana pemberian

terpisahkan dengan komponen lainnya di dalam suatu sistem informasi sebagai hasil dari perencanaan analisis, perancangan, dan strategi implementasi yang didasarkan

Bandura (1997) mengatakan bahwa efikasi diri pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu

Vastanneista ammattikalastajista 44 % (12 kpl) oli kalastanut suiston tutkimusalueella. Tiedustelualueella vapaa-ajankalastukseen osallistui noin 4600 henkilöä runsaasta 2600