• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI PENDIDIKAN DI ERA KENABIAN MUHAMMAD SAW (Suatu Telaah Praktek Pendidikan Islam)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSTRUKSI PENDIDIKAN DI ERA KENABIAN MUHAMMAD SAW (Suatu Telaah Praktek Pendidikan Islam)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 10, Nomor 1, 2019 E-ISSN: 2621-2404, P-ISSN: 1907-3003

KONSTRUKSI PENDIDIKAN DI ERA

KENABIAN MUHAMMAD SAW

(Suatu Telaah Praktek Pendidikan Islam)

Silakhudin sila_khudin@yahoo.com

Abstrak

Salah satu pertanyaan yang sering dikemukakan terkait dengan Islam adalah bagaimana konsep pendidikan Islam. Tentu konsep pendidikan Islam berangkat dari nilai normatif sebagaimana terkanduing dalam Alquran dan sunnah. Tetapi secara historis, perlu ditelaah pendidikan Islam itu ketika Nabi Muhammad SAW memulai risalah Islam, berdakwah pada masa Islam awal dan melakukan proses pendidikan bagi kalangan muslim di Mekah dan Madinah. Pendidikan pada masa Rasulullah yaitu priode Makkah dan periode Madinah. Periode pertama sejak tahun 611-622 M atau selama 12 tahun 5 bulan 21 hari. Sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada nabi yang menentukan materi-materi pendidikan. Nabi memberikan pendidikan secara sembunyi-sembunyi terutama kepada keluarganya, di samping dengan berpidato dan ceramah-ceramah di tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang. Sedangkan materi pengajaran yang diberikan hanya berkisar ayat-ayat al-quran sejumlah 93 surat dan petunjuknya. Bentuk pendidikan pada zaman Nabi Muhammad SAW yaitu Shuffah, suatu tempat untuk aktivitas pendidikan yang dilengkapi dengan tempat pemondokan bagi pendatang dan miskin. Yang kedua adalah Kuttab/maktab yaitu tempat untuk menulis, atau tempat di mana dilangsungkan kegiatan tulis menulis. Kuttab atau maktab memiliki istilah yang sama dalam arti lembaga pendidikan Islam tingkat dasar di mana di dalamnya diajarkan membaca dan menulis kemudian ditingkatkan dengan membaca al-quran dan pengetahuan agama tingkat dasar. Halaqah adalah lingkaran yaitu sistem pengajaran yang dilaksanakan dengan cara murid melingkar di sekitar gurunya. Majlis yaitu tempat duduk yaitu tempat-tempat pelaksanaan belajar mengajar. Majlis berarti sesi di mana aktivitas pengajaran atau diskusi berlangsung. Majlis adalah aktivitas pengajaran dengan nama tempat sesuai dengan gurunya. Yang terakhir adalah masjid dimana masjid menjadi salah satu wadah penyelenggaraan pendidikan.

(2)

A. Pendahuluan

Jika disepakati bahwa Islam menjadi dasar normatif dalam penyelenggaraan pendidikan, maka terminologi pendidikan Islam dapat dimaksudkan sebagai sistem pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai ajaran Islam dengan sumber utamanya Al-Quran dan sunnah. Hampir semua literatur menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama Islam yang bersumber pada al-quran dan sunnah serta sumber lainnya.

Al-Quran dan sunnah menjadi menjadi sumber utama dalam pendidikan Islam. Tidak ada pertentangan bahwa Al-quran dan sunnah menjadi rujukan utama bagi konseptualisasi pendidikan Islam. Al-quran menjadi ruh dan sumber nilai penyelenggaraan pendidikan Islam. Dengan demikian, seluruh kandungan Al-quran dan sunnah merupakan segala sumber yang menjadi landasan praktek pelaksanaan pendidikan Islam.

Dalam sejarah pendidikan Islam telah diuraikan bahwa praktek penyelenggaraan pendidikan Islam sesungguhnya telah berjalan seiring diembannya tugas dan misi kenabian Muhammad SAW. Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan proses yang tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari praktek pelaksanaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Artikel ini akan memaparkan konstruksi pendidikan di zaman Kenabian Muhammad SAW yaitu semenjak diutusnya Muhammad sebagai nabi dan rasul di Mekah dan Madinah. Pembahasan dalam artikel ini berangkat dari rumusan masalah;

1. Bagaimana praktek penyelenggaraan pendidikan Islam di era Nabi Muhammad SAW

2. Bagaimana bentuk dan tahapan pendidikan Islam di masa Rasulullah.

3. Bagaimana materi/kurikulum pendidikan Islam di masa Nabi Muhammad SAW

4. Bagaimana metode pendidikan Islam di masa Nabi Muhammad SAW. 5. Apa saja bentuk-bentuk lembaga pendidikan Islam di zaman Nabi Muhammad

(3)

B. Pembahasan

1. Jazirah Arabiyah

Dalam buku “Muhammad: Legacy of a prophet yang ditulis Susan L. Douglass, disebutkan Jazirah (pulau) Arab atau Semenanjung Arab adalah daratan yang membentang antara Afrika dan Asia. Ini adalah salah satu semenanjung terbesar di bumi, dan dikelilingi oleh air di keempat sisinya. Di sebelah utara terletak Laut Mediterania; ke barat membentuk sebuah pantai ke Laut Merah. Di sebelah timur adalah Teluk Persia dan ke selatan adalah Laut Arab, yang juga merupakan bagian dari Samudera Hindia. Sekitar tiga-perempat dari Semenanjung Arab ditutupi oleh gurun.1

Secara umum, kondisi geografis arab, khususnya Mekah, merupakan hamparan padang pasir yang tandus. Kondisi gerografis ini telah membentuk masyarakat Arab bertipologi dinamis dalam berusaha (berdagang), berani melakukan perjalanan jauh, jujur, tegas pendiriannya dan memiliki daya ingat yang kuat, bahkan dengan kemampuan daya ingat ini, meskipun tidak bisa membaca dan menulis, mereka mampu mengekspresikan nilai sastranya melalui lisan dengan cara menghafal bait-bait syair dengan baik sekali.2 Sementara dilihat dari geografisnya, Mekah berada pada wilayah

yang sangat strategis bagi terjadinya interaksi antar kabilah dan suku. Dengan adanya ka’bah yang setiap tahun senantiasa ramai dikunjungi manusia di luar Arab, menjadikan Mekah sebagai pusat perdagangan dan keagamaan.3

Semenanjung Arab itu sebagian besar kering dan tidak ramah medan, dengan daerah yang subur hampir seluruh pinggiran. Sepanjang pegunungan Arab pantai Laut di selatan, tadah hujan dan daerah dataran irigasi mendukung pertanian yang kaya. gunung ini terus sampai ke pantai Laut Merah, tidak menerima hujan, dan sebagian

1 Susan Doulas menulis “The Arabian Peninsula is a large land bridge suspended between Africa and

Asia. It is among the largest peninsulas on earth, and is surrounded by water on all four sides. To the north lies the Mediterranean Sea; to the west it forms a coast to the Red Sea. To the east is the Persian (or Arabian) Gulf, and to the south is the Arabian Sea, which is also part of the Indian Ocean. About three-quarters of the Arabian Peninsula is covered by deserts. …. Lihat, Susan Douglas, Muhammad, Legacy of a Prophet, (Council on Islamic

education) hal. 19

2 Lihat Syamsu Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam Potret Timur Tengah Era

Awal dan Indonesia, (Ciputat: Ciputat Pres Grup,2005), hal. 3-4

(4)

besar gersang.4 Kondisi geografis ini turut mempengaruhi tabiat dan kebiasaan

masyarakat arab.

2. Kondisi Geografis, Sosial dan Budaya

Menurut Samsul Nizar, secara umum masyarakat Arab dapat dibagi kepada dua tipologi, yaitu pertama, masyarakat nomadik yang hidup berpindah-pindah. Kedua, masyarakat non nomadik yang hidup menetap. Kedua masyarakat ini hidup dalam budaya kesukuan Badui yang identitas sosialnya berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas.5 Dua jenis masyarakat aran ini berinteraksi membentuk

masyarakat pada beberapa bentuk kabilah dan suku yang diikat dengan ikatan darah dan kesukuan.

Dengan ikatan ini, maka terbentuk masyarakat pada sikap solidaritas suku (ashabiyyah) pada kabilah dan suku yang cenderung sulit untuk hidup berdampingan dalam suasana rukun dan harmoni. Kecenderungan mereka justru sering bermusuhan dan melakukan peperangan antar suku. Dalam keadaan masyarakat seperti itu, maka berpengaruh pada pola sikap yang cenderung merendahkan perempuan. Oleh karenanya, dengan kebiasaan seperti itu membuat masyarakat Arab terutama Mekah sulit berkembang ke arah kemajuan peradaban manusia (al-hadarah al-Insaniyyah).

Meskipun memiliki tabiat yang tidak baik, bukan berarti masyarakat Arab tidak dinamis. Masyarakat Arab dikenal dengan kekuatan dalam mencari nafkah, ulet dengan tantangan alam, suka dengan kebebasan, dan sangat kuat dalam menjaga eksistensi kelompoknya. Diketahui pula bahwa bangsa Arab zaman dulu memiliki kesukaan berdagang, pemberani, dan sulit dipengaruh, dan ulung dalam sastra dan seni. Masyarakat arab memiliki tradisi yang tergambar dalam ungkapan Ahmad Syalabi sebagai berikut ;

4 The Arabian Peninsula was mostly arid and inhospitable terrain, with fertile regions nearly all around

the periphery. Along the mountainous Arabian Sea coast to the south, rain-fed and irrigated highland areas support a rich agriculture. These mountains continue up to the Red Sea coast, but they do not receive the monsoon rains, and are mostly arid. Lihat Susan Douglas, Muhammad, Legacy of a Prophet, hal. 19

(5)

اكامحو ديلقت ىلع نوئشني راغصلا ناكف ،ةاكالمحاو ديلقتلا ىلع ملاسلإا لبق برعلا دنع ةيبترلا تدمتعا ،رابكلا ة ناكف .ةليبقلا في ةدئاسلا ةيعامتجلاا ميقلاو ئدابملل اقفو اهراغص ميلعتب موقت نوطبو رئاشع نم ابه امو ةليبقلا تناكو مهراعشأ في ابه نونغتيو ابه نورختفي اوناك تيلا مهميق برعلل 6

Masyarakat arab berpegang teguh pada taklid dan ucapan. Anak tumbuh dan berkembang melalui cara meniru terhadap orang dewasa. Kabilah dengan syair-syair yang dimilikinya melakukan transfer nilai-nilai sosial dan prinsip-prinsip dasar yang dimiliki oleh kabilah. Bangsa Arab sangat bangga dengan nilai-nilai mereka berupa syair-syair yang dinyayikan.

Paparan di atas menunjukan bahwa masyarakat Arab Mekah sebelum kedatangan Islam, telah memiliki tradisi sosial yang beraneka ragam bentuknya. Struktur sosial terbentuk berdasarkan kabilah dan suku dengan identitas masing-masing. Secara umum, masyarakat arab mekah memiliki karakter keras, suka berperang untuk menyelesaikan masalah. Karakter ini terbentuk dari kondisi alam yang memang kering dan tandus,

Masyarakat Arab juga memiliki kemampuan tinggi dalam hafalan, kemampuan beretorika, bersyair, meriwayatkan (menuqilkan) sesuatu dan kemampuan menguasai nasab-nasab. Namun mereka, tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis (ummiy).

Jika masyarakat Mekah berindikasi eksklusif dan sering konflik, berbada dengan Yastrib (sekarang Madinah). Dari sisi geografis, Yastrib memiliki tanah yang subur sehingga menjadi lahan pertanian agraris. Secara umum, masyarakat Yastrib hidup rukun berdampingan dengan kelompok masyarakat lainnya. Masyarakat Yatsrib cenderung lebih damai, dan tidak memiliki kebiasaan berperang.

Tipe masyarakat antara Mekah dan Madinah (Yastrib) yang kontra tersebut menentukan pola dan corak pendidikan di zaman Nabi Muhammad SAW. Pendidikan Nabi Muhammad SAW di Mekah sangat berbeda periode Madinah dari sisi subtansi pendidikan dan strateginya.

6Al Maktabah al-Syamilah, at Tarbiyyah al Islāmiyyah, Ushūluhā wa Thathawwuruha fī al Bilād

(6)

PRAKTEK PENYELENGGARAN PENDIDIKAN KENABIAN

Praktek penyelenggaraan pendidikan Islam berkembang seiring misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. Misi kerasulan Nabi Muhammad SAW dimulai ketika fase makkah. Di umur 4o tahun, Muhammad SAW telah diangkat sebagai sebagai nabi untuk menyampaikan risalah Islam.7 Penerimaan wahyu yang diterima oleh Nabi

Muhammad SAW menjadi titik awal bagi beliau untuk menjalankan misi kerasulan. Misi kerasulan yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW merupakan tugas berat yang harus dihadapinya saat berhadapan dengan komunitas masyarakat Arab (baca Mekah) yang sudah sangat mapan dengan praktek-praktek penyimpangan keyakinan dan keimanan ilahiyah (hanif) yang telah diajarkan oleh Nabi Ibrahim.

Pendidikan pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi dua periode yaitu priode Makkah dan periode Madinah. Pada peride pertama yakni sejak nabi diutus sebagai rasul hingga hijrah ke Madinah-kurang lebih sejak tahun 611-622 M atau selama 12 tahun 5 bulan 21 hari- sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada nabi. Bahkan tidak ada yang mempunyai kewenangan untuk memberikan atau menentukan materi-materi pendidikan selain nabi. Nabi memberiakan pendidikan secara sembunyi-sembunyi terutama kepada keluarganya, di samping dengan berpidato dan veramah-ceramah di tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang. Sedangkan materi pengajaran yang diberikan hanya berkisar ayat-ayat al-quran sejumlah 93 surat dan petunjuknya.

Pendidikan Islam terjadi sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul Allah di Makkah dan nabi sendiri yang menjadi gurunya. Nabi memulai proses pendidikan Islam ketika nabi mendapat perintah untuk berdakwah dan mengajak masyarakat Arab Makkah untuk beriman kepada Allah. Dasar perintah ini adalah surat al mudatstsir 74 ayat 1-7.

Misi yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW merupakan peningkatan kualitas kemanusiaan masyarakat Arab yang ketika itu berada dalam fase kegelapan

(adz-7 Dalam beberapa referensi disebutkan bahwa ketika nabi Muhammad SAW Muhammad

Rasulullah SAW diangkat menjadi Rasul pada tanggal 17 Ramadhan tahun keempat puluh dari usia beliau, bertepatan pada tanggal 6 Agustus 610 M. Lihat Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam

Lintasan Sejarah, Kajian dari Zaman Pertumbuhan sampai Kebangkitan, Cet.2 (Jakarta: Kencana,2014), hal.

(7)

dzulumāt). Yang penulis maksudkan kegelapan di sini adalah masyarakat Arab telah

kehilangan fitrah keimanan mereka dengan melakukan praktek penyembahan kepada materi (berhala) dan memiliki tradisi yang sangat kejam dan bengis seperti mengubur hidup-hidup anak perempuan yang lahir.

Kehadiran nabi Muhammad SAW merupakan pendobrak tradisi-tradisi arab yang irrasional dan tidak lazim. Nabi diutus untuk mengangkat harkat dan martabat manusia agar keluar dari sistem kemasyarakatan yang menafikan pengharagaan dimensi kemanusiaan. Misi ini disebut oleh Azyumardi Azra sebagai misi profetis. Beliau mengatakan

Tidak ada keraguan lagi, salahsatu missi sentral Nabi Muhammad SAW adalah peningkatan kualitas SDM, yang benar-benar utuh, tidak hanya secara jasmaniah tetapi juga batiniah. Peningkatan kualitas SDM itu dilaksanakan dalam keselarasan dengan tujuan missi profetis nabi, yakni mendidik manusia, memimpin mereka ke jalan Allah, dan mengajar merekauntuk menegakkan masyarakat yang adil, sehat, harmonis, sejahtera secara material maupun spiritual. Nabi Muhammad SAW diutus untuk mengembangkan kualitas kehidupan manusia, menyucikan moral mereka, dan membekali mereka dengan bekal-bekal yang diperlukan untuk menghadapi kehidupan di dunia dan akhirat.8

Nabi Muhammad SAW diposisikan sebagai sumber teladan bagi umatnya dan sebagai pendidik utama di Mekah dan Madinah. Pada fase Mekah nabi memiliki tugas utama membangun masyarakat agar menjadi pribadi yang bertauhid dan beriman kepada Allah SWT, meletakkan dasar-dasar fundamental untuk masyarakat yang mampu menjawab tantangan zaman. Dasar untuk pembentukan masyarakat Mekah ke arah manusia yang beriman itu adalah alquran yang senantiasa turun disertai sunnahnya.

8 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Cet. IV

(8)

1. Bentuk dan Tahapan Pendidikan a. Pola Rahasia dan perseorangan

Dilakukan ketika Rasululllah menerima wahyu pertama sebagai pertanda kenabian Muhammad SAW yaitu alquran surah 96 ayat 1-5. Dengan menerima ayat ini, Nabi Muhammad SAW mulai melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini dilakukan mengingat kondisi yang tidak memungkinkan dakwah dilakukan secara terang-terangan. Saat Nabi Muhammad memulai misi ini, Nabi Muhammad hanya fokus terhadap keluarga dekatnya.

Menurut Zuhairini, bahwa petunjuk dan instruksi pelaksanaan tugas kenabian terdapat dalam ayat al-quran surah al-Alaq 1-5 dan disusul dengan wahyu ayat al-quran surah al Muddasir ayat 1-7. Perintah dan petunjuk tersebut pertama-tama tertuju kepada Muhammad SAW agar beliau memberikan peringatan kepada umatnya. Kemudian bahan/materi pendidikan tersebut diturunkan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera ia sampaikan kepada umatnya, diiringi penjelasan-penjelasan dan contoh-contoh bagaimana pelaksanaannya.9

Periode dakwah ini memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk berdakwah terhadap kalangan dekat. Dalam Al-quran surah asy-Syuara disebut “ dan perilah peringatan terhadap keluargamu yang dekat”. Kalangan terdekat yang mula-mula dididik dan diajar adalah istrinya, Khadijah, diikuti oleh Ali bin Abi Thalib (anak pamannya), Zait bin Haritsah (seorang pembantu rumah tangga yang kemudia diangkat menjadi anak angkatnya). Lalu disusul sahabat karibnya, Abu Bakar Siddiq. Kemudian ajakan tersebut disampaikan agak meluas tetapi terbatas di kalangan keluarga dekat dari Suku Quraisy saja seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqash, Abdurahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jarrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid dan beberapa orang lainnya yang mereka disebut dengan assabiqun al-awwalun(orang-orang yang mula masuk Islam).10

9 Lihat Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) hal. 21 10 Lihat Samsul Nizar, op.cit, hal. 5. Lihat pula Zuhairini, ibid. hal. 22

(9)

Keadaan dengan dakwah di kalangan terbatas dan khusus ini berlangsung lebih dari 3 tahun. Nabi Muhammad SAW melakukan ajakan dan pendidikan kepada keluarga dan sahabat terdekat tersebut berlangsung tidak lama hingga pada akhirnya turun perintah dari Allah agar Nabi Muhammad SAW memberikan dakwah dan pendidikan secara terbuka. Dalam surah al-Hijr ayat 94 disebutkan “maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”

b. Pendidikan secara terang-terangan

Ketiaka turun perintah dakwah secara terangan-terangan. Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh nabi seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam. Di samping itu, keberadaan rumah arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh Kuffar Quraisy.

Haidar Putra Daulay, menyebut tahapan ini dengan dengan cara semi rahasia.11

Pada tahap ini ruang lingkup dakwah beliau lebih luas daripada tahapan pertama, yaitu ditunjukkan kepada kelompok Bani Abdul Muthalib.

c. Pendidikan untuk umum

Tahap pendidikan berikutnya adalah bersifat umum. Atau secara terbuka dan demonstrative. Rasulullah merubah strategi dakwahnya dengan dari yang bersifat keluarga dan orang-orang terdekat menjadi sasaran umum umat manusia secara keseluruhan. Dakwah umum ini berdasarkan perintah Allah dalam QS al-Hijir 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut Rasulullah pada musim haji mendatangi jemaah-jemaah haji yang diterima oleh kaum Yastrib dan Khazraj yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah Islam mendapatkan legitimasi.

Menurut Samsul Nizar, penerimaan masyarakat Yastrib terhadap ajaran Islam secara antusias tersebut dipengaruhi oleh ;

1. Kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya rasul

2. Suku Aus dan Khazraj mendapatkan tekanan dan ancaman dari kelompok yahudi

(10)

3. Konflik antara Khazraj dan suku Aus yang sduagh dlama yang dengannya diharapkan pemimpin yang mampu memelindungi12

Pada musim haji ke dua belas kerasulan Muhammad. Rasulullah didatangi oleh 12 orang laki-laki dan 1 wanita yang berikrar kesetiaan yang dikenal dengan “Baiatul

Aqabah I”. Mereka berjanji untk setia dengan Muhammad SAW dan mendukung

dakwah Nabi Muhammad SAW.

Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhhamd SAW setelah hijrah ke Madinah membuat seluruh mayoritas penduduk Yastrib masuk Islam, kecuali orang-orang Yahudi. Musim haji berikutnya, terdapat 73 orang mendatangi Nabi Muhammad SAW untuk berikrar kesetiaan yang disebut dengan “Baiatul Aqabah II”. Fase Yastrib inilah dakwah dilakukan secara demonstratif dan terbuka sehingga Islam menembus ke seluruh penjuru Tanah Arab

Setelah hijrah ke Yastrib (Madinah) Nabi Muhammad melaksanakan fungsi beliau sebagai pendidik utama dalam pembangunan masyarakat sosial politik, masyarakat politik, keagamaan Islam Madinah. Di Madinah, nabi tidak hanya menciptakan tatanan politik, seperti yang direfleksikan dalam “Piagam Madinah”, tetapi juga membangun juga membangun tradisi pendidikan pendidikan Islam dengan fungsionalisasi masjid lebih dari sekedar tempat salat13

Dengan demikian, misi kenabian menjadikan proses pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan di mana tugas ini merupakan persoalan utama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan proses pendidikan yang mengupayakan perubahan mendasar bagi masyarakat Arab.

2. Materi/Kurikulum Pendidikan Islam

Secara umum, kurikulum pendidikan Islam di Makka dan Madinah adalah Al-Quran yang diwahyukan dalam kondisi dan situasi tertentu. Sejak rasul berada di Makkah, beliau telah memperoleh wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.

12 Lihat Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Ibid. hal. 6

13 Lihat Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, ,

(11)

Demikian pula di Madinah, beliau telah mendapatkan wahyu al-quran yang secara praktis menjawab berbgai persoalan-persoalan yang dihadapi umatnya.

Secara garis besar, materi pendidikan Islam zaman nabi diklasifikasikan dalam beberapa hal. Zuhairini menulis bahwa materi pendidikan Islam di zaman nabi diklasifikasikan menjadi 2 bentuk yaitu materi pendidikan Islam periode Makkah dan materi pendidikan Islam periode Madinah.14

Menurut Zuhairini, materi pendidikan Islam di Makkah terbagi menjadi 2 yaitu pendidikan Tauhid dan Pengajaran al-quran, sedangkan pase Madinah, materi meliputi ; pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju kesatua sosial dan politik, materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan, materi pendidikan khusus untuk anak-anak, dan materi pendidikan pertahanan dan ketahanan dakwah Islam15

Pendidikan tauhid di Mekah menjadi prioritas karena masyarakat Mekah ketika itu mengalami penyimpangan akidah dan tauhid yang menyembah patung. Ajaran tauhid sebagai ajaran inti Nabi Muhammad SAW terkandung dalam surah al-fatihah yang memiliki kandungan yaitu ;

a. Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta.

b. Allah adalah pemberi nikmat, memberikan segala keperluan makhluk ditambah dengan petunjuk dan bimbinganNya

c. Bahwa Allah adalah pemilik hari kemudian yang memberi pengertian bahwa segala amal perbuatan manusia akan diperhitungkan di sana

d. Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan satu-satunya. Hanya Allah yang disembah

e. Bahwa Allah adalah penolong yang sebenarnya. Oleh karenanya hanya Allah tempat meminta pertolongan

f. Bahwa Allah sebenarnya yang membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia dalam mengarungi kehidupan ini.16

14 Lihat Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Op.cit. hal. 23-31 15 Zuhairini, ibid

(12)

Fase Mekah, pengajaran al-Quran menjadi bagian dari tema pendidikan Islam. Pada awal turunnya, alquran sudah dipelajari di rumah-rumah seperti rumah Arqam bin Arqam. Mereka berkumpul membaca al-quran, mempelajari secara sembunyi-sembunyi.

Menurut Haidar, segi yang mendasar dalam pendidikan Islam fase Mekah adalah akidah dan akhlak. 17 sentral pendidikan yang dilakukan oleh Rasuulullah

dirincikan dalam pendidikan akidah, pengajaran al-quran, pendidikan ibadah, pendidikan akal dan pendidikan akhlak; 18 sedangkan materi pendidikan fase Madinah

adalah pendidikan Al-quran, pendidikan keagamaan (akidah, muamalah, dan akhlak), pendidikan sosial kemasyarakatan. 19 Menurut Soekarno dan Ahmad Supardi, bahwa

materi pendidikan Islam di Madinah adalah pendidikan Keimanan, pendidikan ibadat, pendidikan akhlak, pendidikan kesehatan, pendidikan kemasyarakatan,20

3. Metode Pendidikan Islam

Beberapa metode telah digunakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam melakukan dakwah dan proses pendidikan. Di antara metode itu adalah metode

17 Lihat Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, hal. 23

18 a). Akidah yaitu Saat nabi diutus, kehidupan masyarakat Mekah telah memiliki tradisi

menyembah berhala. Di sekitar ka’bah terdapat banyak patung yang disembah oleh orang Quraisy. Keadaan inilah yang diubah oleh Nabi Muhammad dalam menjalankan misi kenabiannya. Inti pokok yang disampaikan oleh Nabi Muhammad adalah bertuhan hanya kepada Allah. Oleh karena itu, ayat-ayat yang turunkan pada periode Makkah ini berisikan ayat-ayat-ayat-ayat Tauhid., b). Pengajaran Al-quran, yaitu Rasulullah menerima wahyu dan mengajarkannya kepada sahabat-sahabatnya dan menghafalkannya. Setiap ayat yang turun kepada nabi, langsung diajarkannya kepada para sahabatnya. c). Pendidikan ibadah Ibadah yang dilakukan adalah ibadah salat, berdoa dan sebagainya d). Pendidikan akal yaitu Pada permulaan Islam berkembang di Makkah, rasulullah juga telah menerima beberapa ayat yang berkenaan dengan pengembangan akal pikiran. Sehingga sahabat didorong untuk menggunakan akal pikiran mereka. e.) Pendidikan akhlak yaitu Sejumlah ayat-ayat makkiyah banyak mengungkapkan tentang penanaman nilai-nilai akhlak. Lihat Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, hal. 23-28

19 a). Pembelajaran Alquran dilakukan oleh nabi Muhammad kepada para sahabat manakala

ayat turun, menyuruh membaca,difahal dan ditulis. Pada waktu tertentu Rasul mengadakan tadarrusan, b). Nabi melanjutkan pendidikan keimanan, mendidik sahabat untuk ibadah dengansalat jamaah, berpuasa, zakat dan haji. Di bidang muamalat terkait dengan jual beli, pinjam meminjam, persrikatan, jinayah, dan lain-lain. Pendidikan sosial Kemaysrakatan yaitu membina persaudaraan di kalngan umat Islam. Lihat Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, hal. 32-34.

20Sebagaimana dikutip oleh Haidar Putra Dauly, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah. Hal.

(13)

ceramah, dialog, diskusi atau tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode sosio drama dan bermain peranan. 21

Kamrani dalam buku “Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam” menguraikan beberapa metode pendidikan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad dalam pendidikan. Mengutip dari Muhammad Syafii Antonio, disebutkan bahwa terdapat 20 metode pengajaran rasul yaitu Learning Conditioning, Active Interaction, Applied Learning

Method, scanning and Leveling, Discussion Feedback, Story Telling, Analogy and Case Study, Teaching and Motivation, Body Languange, Picture and Graph Technology, Reasioning and Arguementation, Self Reflection, Affirmation and Repetition, Focus and Point Basis, Question and Answer Method, Guessing with Guestion, Encouraging Student to Ask, Wesdom in Answering Question, Commenting on Student Question, dan Honestry. 22

KELEMBAGAAN PENDIDIKAN ISLAM

Kelembagaan pendidikan Islam diartikan adanya institusi yang memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan proses pendidikan. Dalam konteks ini, lembaga pendidikan yang diterapkan zaman nabi Muhammad terdiri dari beberapa institusi baik pendidikan keluarga maupun institusi formal.

Konsep Islam sebagai dasar pendidikan Islam menempatkan institusi keluarga sebagai peletakan dasar-dasar pendidikan terhadap anak. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan keluarga merupakan fase awal pelaksanaan pendidikan di zaman nabi. Berkenaan dengan lingkungan rumah tangga, ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadis ;

“seseorang tidak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, atau menjadi Nashrani atau Majusi, dan pada riwayat menjadi musyrik ( HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

21Lihat Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Op.cit. hal. 16

22 Lihat Kamrani Buseri, Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam (Yogyakarta:Aswaja Pressindo,

(14)

Hadist ini adalah hadis populer yang sering disebut dan didengar. Hadis ini menjadi dasar betapa pendidikan keluarga sangat menentukan arah perkembangan kejiwaan anak dan potensi tumbuh kembangnya keimanan anak. Dengan hadis ini, tersirat bahwa Nabi Muhammad SAW ingin menekankan pondasi pendidikan Islam lewat pendidikan keluarga. Sebagai pendidikan informal.

Berikut ini akan disajikan beberapa lembaga pendidikan yang telah ada pada zaman Nabi Muhammad SAW yaitu ;

1. Shuffah

Shuffah adalah suatu tempat yang dipakai untuk aktivitas pendidikan. Tempat ini, dilengkapi dengan tempat pemondokan bagi pendatang dan miskin. Di tempat ini para, peserta didik diajarkan membaca dan menghafal al-quran secara benar di bawah bimbingan Nabi Muhammad SAW. Setidaknya saat itu, telah ada 9 shuffa yang tersebar di kota Madinah. Salasahtunya berlokasi di samping Masjid Nabi Muhammad SAW. Rasulullah mengangkat Ubaid ibn Al-Samit sebagai guru pada sekolah Shuffah.

2. Kuttab/maktab

Kuttab atau maktab berarti tempat untuk menulis, atau tempat di mana dilangsungkan kegiatan tulis menulis.23 Kuttab atau maktab memiliki istilah

yang sama dalam arti lembaga pendidikan Islam tingkat dasar di mana di dalamnya diajarkan membaca dan menulis kemudian ditingkatkan dengan membaca al-quran dan pengetahuan agama tingkat dasar. 24

3. Halaqah

Halaqah adalah lingkaran yaitu sistem pengajaran yang dilaksanakan dengan cara murid melingkar di sekitar gurunya. Kegiatan halaqah ini bisa

23 Lihat Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumu Aksara,1997), hal. 89.

24 Bandingkan dengan Samsul Nizar bahwa Term Kuttab atau maktab, diambil dari kata

Taktibyang berarti mengajar menulis. Kuttab adalah institusi pendidikan rendah pertama yang terdapat di dunia Arab pra Islam. Dalam sejarah pendidikan Islam masa awal, dikenal ada 2 jenis kuttab yaitu kuttab yang berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada tulis baca. Dan kuttab sebagai tempat yang mengajarkan al-quran dan dasar-dasar keagamaan. Lihat Samsul Nizar, Sejarah dan

(15)

terjadi di masjid atau di rumah-rumah. Halaqah ini dikategorikan dengan pendidikan lanjutan.

4. Majlis

Majlis yaitu diartikan tempat duduk yaitu tempat-tempat pelaksanaan belajar mengajar. Majlis berarti sesi di mana aktivitas pengajaran atau diskusi berlangsung. Majlis adalah aktivitas pengajaran dengan nama tempat sesuai dengan gurunya. Di zaman nabi, majlis disebut dengan majlis an-Nabiy artinya majlis yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah.

5. Masjid

Era Madinah merupakan era berdirinya kelembagaan pendidikan Masjid yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW, terutama setelah mendirikan masjid Quba dan beberapa masjid lainnya. Di mesjid, seluruh kegiatan umat difokuskan, termasuk pendidikan. Majlis pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabat dilakukan dengan sistem halaqah. Dengan demikian, halaqah seperti yang telah diuraikan di atas, sangat erat hubungannya dengan masjid ini, karena salah satu tempat pelaksanaan halaqah itu adalah mesjid di samping rumah.

C. Kesimpulan

Pendidikan pada masa Rasulullah yaitu priode Makkah dan periode Madinah. Periode pertama sejak tahun 611-622 M atau selama 12 tahun 5 bulan 21 hari. Sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada nabi yang menentukan materi-materi pendidikan. Nabi memberikan pendidikan secara sembunyi-sembunyi terutama kepada keluarganya, di samping dengan berpidato dan ceramah-ceramah di tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang. Sedangkan materi pengajaran yang diberikan hanya berkisar ayat-ayat al-quran sejumlah 93 surat dan petunjuknya.

Bentuk pendidikan pada zaman Nabi Muhammad SAW yaitu Shuffah, suatu tempat untuk aktivitas pendidikan yang dilengkapi dengan tempat pemondokan bagi pendatang dan miskin. Yang kedua adalah Kuttab/maktab yaitu tempat untuk menulis, atau tempat di mana dilangsungkan kegiatan tulis menulis. Kuttab atau maktab

(16)

memiliki istilah yang sama dalam arti lembaga pendidikan Islam tingkat dasar di mana di dalamnya diajarkan membaca dan menulis kemudian ditingkatkan dengan membaca al-quran dan pengetahuan agama tingkat dasar. Halaqah adalah lingkaran yaitu sistem pengajaran yang dilaksanakan dengan cara murid melingkar di sekitar gurunya. Majlis yaitu tempat duduk yaitu tempat-tempat pelaksanaan belajar mengajar. Majlis berarti sesi di mana aktivitas pengajaran atau diskusi berlangsung. Majlis adalah aktivitas pengajaran dengan nama tempat sesuai dengan gurunya. Yang terakhir adalah masjid dimana masjid menjadi salah satu wadah penyelenggaraan pendidikan.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Al Maktabah al-Syamilah, at Tarbiyyah al Islāmiyyah, Ushūluhā wa Thathawwuruha fī al

Bilād al-Islamiyyah

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Cet. IV (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu,2002

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, Kajian dari Zaman

Pertumbuhan sampai Kebangkitan, Cet.2, Jakarta: Kencana,2014

Kamrani Buseri, Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014

Susan Douglas, Muhammad, Legacy of a Prophet, (Council on Islamic education) Syamsu Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam Potret Timur Tengah Era

Awal dan Indonesia, Ciputat: Ciputat Pres Grup, 2005

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Mercu Buana khususnya Fakultas Desain ct Seni ifteatif, Program Studi Desain Produl< bertujuan mendidik dan melatih mahasiswa agar menjadi rnahasiswa

Model yang dihasilkan dengan Algoritma Naïve Bayes dan Bayes Network diuji menggunakan metode split percentace dan Cross Validation, terlihat perbandingan

Penanaman modal asing merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk mendapatkan laba

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW KARYA ILMIAH: JURNAL ILMIAH

Hasil yang diperoleh ini dikarenakan pada waktu kontak 3 jam selulosa daun mahkota nanas sebagai adsorben sudah mendekati titik jenuh sehingga logam yang sudah

Perlakuan yang paling efektif dijadikan sebagai adsorben ion logam Fe(III) berada pada perlakuan tanpa aktivasi yaitu proses kalsinasi suhu 600 o C sebesar 0 mg/L

Partisipasi anggota dan pelayanan kredit berpengaruh secara simultan terhadap keberhasilan usaha Koperasi Unit Nagari (KUN) Talago II sebesar 36,7% dan sisanya