• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK BERBASIS KINERJA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MODEL REACT DI SMA KELAS X SEMESTER 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK BERBASIS KINERJA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MODEL REACT DI SMA KELAS X SEMESTER 2"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK BERBASIS KINERJA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

MODEL REACT DI SMA KELAS X SEMESTER 2

Dewi Wulandari1, Sugiyanto, dan Dwi Haryoto.

Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang (UM)

1

e-mail:d3w_wul4nd4r1@yahoo.com

ABSTRAK:Penilaian oleh guru harus mencakup aspek kognitif, aspek psikomotor dan aspek afektif serta terintegrasi dalam pembelajaran. Fakta hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa penilaian dalam pembelajaran Fisika cenderung hanya aspek kognitif saja. Hal ini disebabkan guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun format penilaian kinerja. Oleh karena itu, penelitian pengembangan instrumen penilaian kinerja penting dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk instrumen penilaian autentik berbasis

kinerja dalam pembelajaran Fisika model REACT di SMA kelas X semester 2

serta mendeskripsikan kelayakannya.

Model penelitian ini adalah mengadopsi model pengembangan R & D oleh Borg dan Gall. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu studi lapangan, pengembangan produk dan uji coba produk. Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu validasi oleh tiga validator serta uji coba terbatas oleh dua guru terhadap 78 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Berdasarkan hasil analisis data validasi produk, diperoleh bahwa persentase kelayakan RPP berbasis aktivitas siswa sebesar 85,04%, LKS model REACT sebesar 84,50%, instrumen penilaian kognitif produk sebesar 83,52%, instrumen penilaian psikomotor (lembar observasi kinerja) sebesar 86,07%, instrumen penilaian afektif perilaku berkarakter (lembar observasi sikap) sebesar 82,70%,dan instrumen penilaian afektif keterampilan sosial (lembar peer assessment) sebesar 85%. Berdasarkan hasil analisis data uji coba terbatas, diperoleh bahwa persentase kelayakan instrumen penilaian psikomotor (lembar observasi kinerja) menurut guru sebesar 91,06%, dan persentase keterbacaan LKS model REACT menurut siswa sebesar 89,03%. Seluruh instrumen penilaian autentik berbasis kinerja hasil pengembangan telah memenuhi kriteria layak dan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran.

Kata Kunci: instrumen, penilaian autentik, kinerja, REACT.

Perubahan kurikulum menjadi KTSP turut mengubah paradigma kegiatan pembelajaran dan proses penilaian, baik yang menyangkut tentang sistem, prinsip, pendekatan, maupun teknik dan bentuk penilaian (Arifin, 2009:178). KTSP menuntut pelaksanaan penilaian yang mengacu pada Standar Penilaian

Pendidikan. Salah satu prinsip penilaian yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan adalah menyeluruh dan berkesinambungan. Menyeluruh berarti penilaian oleh guru mencakup semua aspek kompetensi (aspek kognitif, aspek psikomotor dan

(2)

aspek afektif) dengan menggunakan berbagai teknik penilain yang sesuai. Berkesinambungan artinya penilaian dilakukan untuk memantau perkembangan kemampuan siswa.

Hamid (2008:36) menemukan fakta bahwa sistem penilaian yang

digunakan dalam pembelajaran Fisika di SMA masih didominasi dengan penilaian

paper and pencil test, sementara kinerja siswa maupun penilaian diri oleh siswa tidak pernah dilakukan oleh guru. Pada hal, tujuan mata pelajaran Fisika yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi adalah agar siswa memiliki kemampuan: (1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; (2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain; (3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; (4)

Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif; (5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai

keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan tujuan mata pelajaran Fisika tersebut, jelas bahwa aspek psikomotor maupun aspek afektif justru sangat penting untuk dinilai. Tanpa itu data yang dikumpulkan dalam penilaian menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna (Arifin, 2009:179). Hamid (2008:40) juga menegaskan penilaian yang tidak menyeluruh mengakibatkan guru mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan pada akhir semester khususnya dalam pengisian rapor siswa.

Hasil belajar psikomotor pada mata pelajaran Fisika tidak dapat diabaikan karena berdasarkan hakikatnya Fisika merupakan bidang ilmu yang tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga merupakan serangkaian proses ilmiah yang

(3)

membutuhkan keaktifan bertindak atau hands-on (Yuliati, 2008:5). Pengukuran aspek psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan (Arikunto, 2010:182). Menurut Ryan (Haryati, 2008:26) salah satu cara menilai kompetensi aspek psikomotor adalah melalui pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku (kinerja) siswa selama kegiatan pembelajaran (praktek berlangsung).

Teknik penilaian yang dapat digunakan untuk memantau perkembangan siswa yang sebenarnya (nyata) selama kegiatan pembelajaran dan bukan sesuatu yang dibuat-buat adalah teknik penilaian autentik (Arifin, 2009:181). Muslich (2007:47) berpendapat bahwa penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang

perkembangan pengalaman belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah tekumpul selama proses pembelajaran berlangsung dan bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. Sebagaimana dinyatakan oleh Nurgiyantoro (2008:251) sebagai berikut.

Penilaian autentik mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan demikian, seluruh tampilan siswa dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk) saja. Lagi pula amat banyak kinerja siswa yang ditampilkan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran sehingga penilaiannya haruslah dilakukan selama dan sejalan dengan berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran.

Penilaian autentik terhadap kompetensi aspek psikomotor siswa dapat dilakukan melalui penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan penilaian yang melibatkan peragaan pengetahuan atau kemampuan yang sesungguhnya ke dalam kehidupan nyata Trice (Slavin, 2009:317). Penilaian kinerja menuntut siswa untuk melakukan tugas dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati oleh guru sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Muslich (2007:95) mendefinisikan bahwa “penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilaian terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi”. Pada hakikatnya penilaian kinerja merupakan penilaian yang autentik karena dalam penilaian ini, siswa dituntut untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan temuan mereka, melakukan keterampilan dan penalaran. National Science Teacher Association (NSTA) (Marhaeni, 2012:28) menegaskan sebagai berikut.

(4)

Asesmen kinerja (performance) pada dasarnya adalah asesmen autentik karena dalam asesmen siswa dituntut untuk mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan penalaran dan keterapilan dalam menyelesaikan berbagai tugas menarik dan menantang dalam konteks kehidupan nyata.

Pelaksanaan penilaian kinerja terpadu (terintegrasi) dengan kegiatan pembelajaran sehingga terkait dengan model pembelajaran tertentu (Kunandar, 2007:382). Penilaian dipandang sebagai bagian integral dari proses pembelajaran sebagaimana dikemukakan Muchtar (2010:71) sebagai berikut.

Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang sangat menentukan kegiatan pembelajaran. Ketiga pilar tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Apabila ketiga pilar tersebut sinergis dan berkesinambungan, maka akan sangat menentukan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu penilaian harus dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sistem penilaian harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran. Sebagaimana diketahui model dan strategi pembelajaran telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, seperti model pembelajaran yang berbasis konstruktivis, kontekstual, dan

neuroscience.

Salah satu model pembelajaran yang menunjang terlaksananya penilaian kinerja adalah model REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,

dan Transferring). Pembelajaran model ini menyajikan pembelajaran secara kontekstual serta memberikan peluang bagi aktifitas kelas yang berpusat pada siswa (student centered) (Yuliati, 2008:61). Tahap experiencing yang terdapat dalam pembelajaran model REACT memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam yang menuntut kecakapan kompetensi aspek psikomotor, sehingga penilaian kinerja dapat dilaksanakan pada tahap ini.

Penilaian terhadap kinerja siswa memerlukan format penilaian kinerja yang mencakup aspek-aspek sesuai dengan tuntutan kurikulum misalnya: mempersiapkan alat ukur, memasang atau merangkai alat, membaca hasil pengukuran, menuliskan data, menganalisis data, dan menyusun laporan (Susila, 2012:5). Hasil studi pendahuluan melalui wawancara terhadap guru Fisika SMA (SMA Negeri 1 Turen dan SMA Negeri 9 Malang) dan observasi didapatkan informasi bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam menyusun format penilaian kinerja yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tersebut. Hal ini, mengakibatkan penilaian terhadap aspek psikomotor siswa belum pernah

dilaksanakan secara autentik. Nilai aspek psikomotor siswa dalam laporan hasil belajar diambil dari nilai laporan praktikum bukan dari kinerja siswa secara nyata

(5)

dalam kegiatan pembelajaran. Menanggapi kenyataan tersebut, perlu upaya pengembangan instrumen penilaian kinerja yang layak digunakan untuk menilai kinerja siswa secara autentik.

Sebagai respon dari keseluruhan permasalahan yang telah dipaparkan, maka dilakukan penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan

Instrumen Penilaian Autentik Berbasis Kinerja dalam Pembelajaran Fisika Model

REACT di SMA Kelas X Semester 2” yang bertujuan menghasilkan produk instrument penilaian autentik berbasis kinerja dalam pembelajaran Fisika model

REACT di SMA Kelas X Semester 2 serta mendeskripsikan kelayakan. Penilaian autentik berbasis kinerja adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap kinerja siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk menilai kompetensi siswa dalam aspek

psikomotor (keterampilan) secara nyata. Penilaian dilaksanakan dengan mengacu pada lembar observasi kinerja.

Penilaian kinerja terdiri atas tiga komponen utama, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performasi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik perfomansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut (Marhaeni, 2012:28).

Model Pembelajaran REACT merupakan pengembangan pembelajaran kontekstual. Dalam pembelajaran model REACT siswa diajak menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, bekerjasama, menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mentransfer dalam kondisi baru (Yuliati, 2008:60). Langkah-langkah model pembelajaran REACT terdiri atas Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring.

Penilaian autentik berbasis kinerja dalam pembelajaran Fisika model

REACT adalah penilaian terhadap aspek psikomotor siswa secara nyata selama dalam proses pembelajaran menggunakan model REACT. Penilaian kinerja untuk menilai kompetensi aspek psikomotor dilaksanakan pada tahap Experiencing, yaitu ketika siswa melakukan percobaan dengan mengacu pada lembar observasi

(6)

kinerjaberupa daftar cek yang merujuk pada kegiatan pembelajaran dalam RPP berbasis aktivitas siswa.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dirancang untuk menghasilkan produk berupa instrumen penilaian autentik berbasis kinerja dalam pembelajaran Fisika model REACT di SMA kelas X semester 2. Model penelitian pengembangan ini mengadopsi Research and Development (R & D) oleh Borg dan Gall. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu (1) studi lapangan, (2) pengembangan produk, dan (3) uji coba produk.

Subjek coba dalam penelitian pengembangan ini terdiri atas dua guru model dan 78 siswa. Guru model adalah mahasiswa program studi pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang yang telah melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 9 Malang pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Uji coba dalam penelitian pengembangan ini merupakan uji coba terbatas yang dilakukan dengan cara menggunakan satu paket produk hasil pengembangan (paket IV tentang perubahan wujud) secara langsung dalam pembelajaran di kelas.

Data yang diperoleh dari keseluruhan tahap dalam penelitian

pengembangan ini adalah data kuantitatif berupa angka 4, 3, 2 atau 1, dan data kualitatif berupa komentar dan saran hasil validasi dan uji coba terbatas. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian pengembangan ini berupa angket yang disusun dalam bentuk tabel dengan skala rentang. Angket yang digunakan yaitu angket validasi untuk validator, angket tanggapan guru model terhadap lembar observasi kinerja, dan angket tanggapan siswa terhadap LKS model REACT .

Teknik analisis data yang digunakan adalah: P ∑ Keterangan:

P = persentase

∑X = jumlah skor subjek coba ∑Xi = jumlah skor maksimum

(7)

Tingkat kelayakan produk hasil penelitian pengembangan diidentikkan dengan persentase skor. Semakin besar persentase skor hasil analisis data maka semakin baik tingkat kelayakan produk hasil penelitian pengembangan. Produk dengan persentase skor 80,00 -100 dinyatakan baik/ valid/ layak, produk dengan persentase skor 60,00-79,99 dinyatakan cukup baik/ cukup valid/ cukup layak, produk dengan persentase 50,00-59,99 dinyatakan kurang baik/ kurang valid/ kurang layak, produk dengan persentase 0-49,99 dinyatakan tidak baik (diganti). Kriteria tingkat kelayakan analisis persentase produk hasil pengembangan secara lebih jelas disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria Kelayakan Analisis Persentase

(Sumber: Sukmadinata , 2002:32)

Setelah kriteria suatu produk diketahui, maka harus diputuskan apakah produk tersebut perlu direvisi atau tidak. Saran dari validator, guru model, atau siswa juga turut menentukan keputusan dilaksanakannya revisi.

HASIL

Deskripsi Produk Hasil Pengembangan

Produk yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini berupa instrumen penilaian autentik berbasis kinerja dalam pembelajaran Fisika model

REACT di SMA kelas X semester 2 yang terdiri atas tujuh paket produk utama dan produk tambahan . Produk hasil pengembangan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Produk Hasil Pengembangan

Produk Utama Produk Tambahan Paket Materi

1. Instrumen penilaian psikomotor (lembar observasi kinerja) 2. LKS model REACT 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis aktivitas siswa

2. Instrumen penilaian kognitif

produk

3. Instrumen penilaian afektif

perilaku berkarakter (lembar observasisikap)

4. Instrumen penilaian afektif

keterampilan sosial (lembar peer assessment) I II III IV V VI VII

Kalor dan Perubahan Suhu Pemuaian Zat Padat Pemuaian Zat Cair dan Gas Perubahan Wujud

Asas Black Konduksi

Konveksi dan Radiasi

No Persentase Keterangan

1 80,00 - 100 Baik/valid/layak

2 60,00 - 79,99 Cukup baik/cukup valid/cukup layak

3 50,00 - 59,99 Kurang baik/kurang valid/kurang layak

(8)

Sesuai data yang tersaji dalam Tabel 2, produk hasil pengembangan mencakup Standar Kompetensi (SK) 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi, dengan Kompetensi Dasar: (4.1) Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat, (4.2) Menganalisis cara perpindahan kalor, (4.3) Menerapkan Asas Black dalam pemecahan masalah.

Hasil Validasi dan Uji Coba Terbatas

Berdasarkan hasil validasi oleh tiga validator diketahui bahwa seluruh produk hasil pengembangan (instrumen penilaian autentik berbasis kinerja dalam pembelajaran Fisika model REACT di SMA kelas X semester 2) dinyatakan layak. Instrumen penilaian psikomotor (lembar observasi kinerja dinyatakan layak dengan persentase rata-rata 86,07. LKS model REACT dinyatakan layak dengan persentase rata-rata 84,50. RPP berbasis aktivitas siswa dinyatakan layak dengan persentase rata-rata 85,04. Instrumen penilaian afektif perilaku berkarakter (lembar observasi sikap) dinyatakan layak dengan persentase 82,70, serta instrumen penilaian afektif keterampilan sosial (lembar peer assessment) dinyatakan layak dengan persentase rata-rata 85,00.

Hasil analisis data uji coba terbatas, diketahui bahwa lembar observasi menurut dua orang guru model dinyatakan layak dengan persentase rata-rata 91,06. Sedangkan menurut 78 siswa, LKS model REACT dinyatakan layak dengan persentase 89,03.

Revisi Produk

Revisi bertujuan agar produk yang dihasilkan menjadi lebih baik. Revisi dilakukan dengan mengacu pada kriteria produk serta saran atau komentar ahli dan guru model. Draf instrumen hasil pengembangan secara garis besar

mengalami revisi dari segi susunan (konstruksi). Daftar bagian draf instumen yang mengalami revisi secara rinci disajikan dalam Tabel 3.

(9)

Tabel 3 Revisi Draf Instrumen Berdasarkan Hasil Validsi dan Uji Coba Terbatas

Instrumen Paket Halaman Produk Keterangan

Lembar Observasi Kinerja (LOK)

I - VII 24, 58, 88, 112, 138, 170, 203

Kriteria lembar observasi kinerja untuk setiap kegiatan disusun secara terpisah menjadi LOK I A, I B, dan I C

LKS Model REACT I - VII 10, 45, 79, 103,

128, 156, 191

 Materi dalam pendahuluan LKS disusun

dengan manambah contoh kasus dalam kehidupan sehari-hari

 Soal pada tahap Applying, Cooperating

dan Transferring diperbaiki dari segi konstruksi

RPP Berbasis Aktivitas Siswa

I - VII 2, 35, 69, 94, 120, 146, 179

Tujuan pembelajaran memuat proses dan hasil

Instrumen Penilaian Kognitif Produk

I - VII 21, 56, 86, 110, 136, 169, 201

Kunci jawaban disertai indikator soal

Lembar Peer Assessment

I - VII 33, 67, 93, 119, 144, 179, 209

Aspek keterampilan sosial yang tidak sesuai dihilangkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini terdiri atas produk utama dan produk tambahan yang tersusun dalam tujuh paket. Produk utama meliputi: (1) instrumen penilaian psikomotor (lembar observasi kinerja); dan (2) LKS model REACT. Sedangkan produk tambahan meliputi: (1) RPP berbasis aktivitas siswa; (2) instrumen penilaian kognitif produk; (3) instrumen penilaian afektif perilaku berkarakter (lembar observasi sikap); dan (4) instrumen penilaian afektif keterampilan sosial (lembar peer assessment).

Keseluruhan produk hasil pengembangan dinyatakan layak berdasarkan hasil validasi dan uji coba terbatas. Hasil analisis data validasi, secara rinci persentase kelayakan RPP berbasis aktivitas siswa sebesar 85,04%, LKS model

REACT sebesar 84,50%, instrumen penilaian kognitif produk sebesar 83,52%, instrumen penilaian psikomotor (lembar observasi kinerja) sebesar 86,07%, instrumen penilaian afektif perilaku berkarakter (lembar observasi sikap) sebesar 82,70%,dan instrumen penilaian afektif keterampilan sosial (lembar peer

assessment) sebesar 85%. Berdasarkan hasil analisis data uji coba terbatas, persentase kelayakan instrumen penilaian psikomotor (lembar observasi kinerja) menurut guru sebesar 91,06%, dan persentase kelayakan LKS model REACT

(10)

Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian di atas antara lain: (1) guru Fisika SMA disarankan untuk menggunakan produk hasil penelitian pengembangan ini dalam melaksanakan penilaian terhadap kinerja siswa agar hasil penilaian benar-benar mencerminkan pencapaian kompetensi ranah

psikomotor siswa secara nyata (autentik); (2) peneliti berikutnya disarankan untuk melakukan uji efektivitas instrumen hasil pengembangan melalui penelitian eksperimen, hal ini penting agar diperoleh efektivitas produk hasil pengembangan secara empiris; (3) peneliti berikutnya juga disarankan untuk melakukan

pengembangan produk lebih lanjut pada Standar Kompetensi selain Standar Kompetensi 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.

DAFTAR RUJUKAN

Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Rosda Karya.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Borg and Gall. 1983. Education Research, an introductiom. New york & London: Longman Inc. Dari NetLibrary, (Online), (http://www.netlibrary.com), diakses 8 Mei 2013.

Haryati, M. 2008. Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Pers.

Kunandar. 2007.Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Marhaeni, A.A.I.N. Juli 2012. Pelatihan Pengembangan Penilaian Kinerja Menulis Bahasa Inggris bagi Guru Bahasa Inggris SMA Kecamatan Buleleng. Majalah Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana,hlm.28, (Online), (http://www.undiksha.ac.id/media/1020.pdf), diakses 9 Juni 2013.

Muchtar, H. 2010. Penerapan Penilaian Autentik dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Pendidian Penabur, (Online), 9(14): 68-76,

(http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%2068-76%20Penerapan%20Penilaian%20Autentik.pdf), diakses 1 Mei 2013. Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual

Panduan bagi Guru,Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, B. 2008. Penilaian Otentik.Cakrawala Pendidikan,(Online), Th. XXVII, No.3, (http://eprints.uny.ac.id/1552/1/NOV_08_BURHAN.pdf.) diakses 5 Mei 2013.

(11)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Badan Standar Nasional Pendidikan. (Online), (http://www.dikti.go.id/files/atur/Permen20-2007StandarPenilaian.pdf), diakses 14 April 2013.

Slavin, R.E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks. Sukmadinata, N.S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sukmadinata, N. 2002. Pendekatan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.

Susila, I.K. 2012. Pengembangan Instrumen Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment) Laboratrium pada Mata Pelajaran Fisika Sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA Kelas X di Kabupaten Gianyar, (Online),

(http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ep/article/download/375/167), diakses 19 Mei 2013.

Yuliati, L. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika, Teori dan Praktek. Malang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran UM.

Gambar

Tabel 1  Kriteria Kelayakan Analisis Persentase
Tabel 3    Revisi Draf Instrumen Berdasarkan Hasil Validsi dan Uji Coba Terbatas

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya jika mengalami peurunan seperti pada tahun 2015-2016 maka menggambarkan bahwa ROA tidak dapat membantu manajemen dan investor dalam melihat seberapa baik suatu

diuraikan, tampak bahwa setelah dilakukan tindakan dan perbaikan tindakan diperoleh rata-rata skor meningkat dari siklus pertama dan siklus kedua. Hasil ini menunjukkan hal yang

Communication Made Easy adalah buku kedua yang saya tulis, membahas tentang berbagai macam aspek interpersonal skill, mulail dari cara berkenalan dengan orang, menjalin relasi,

menanggung seluruh modal usaha/investasi. BMT menerima bagi hasil atas keuntungan yang didapat dari usaha yang dikelola oleh nasabah sesuai kesepakatan pada saat akad.

Diharapkan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi, (1) Pengelola Bumdes, bahwa program ini dapat menambah wawasan dan memberikan sekaligus meningktakan keterampilan

Parameter yang diperbandingkan antara pelagis besar dan pelagis kecil yaitu ikan tembang setidaknya terdapat 6 parameter yang tidak sesuai, dan ikan demersal yaitu

Daerah dengan indeks kerentanan seismik yang tinggi (Kg) berada di desa Sukatani dan desa Bojongkoneng di kecamatan Ngamprah, Situ Ciburuy di kecamatan Padalarang