• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANPENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

(Studi Pada Bagian Produksi Barecore Di Pt. Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya)

Hayati Nupus1)

Andik Setiyono2) Sri Maywati3)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja1) Universitas Siliwangi (hayati.nupus50@yahoo.com)

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi2) ABSTRAK

Aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan yang melalui tahapan proses memiliki risiko bahaya dengan tingkatan risiko berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktivitas kerja di tempat kerja. Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar derajat kesehatan tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada Pekerja Bagian Produksi Barecore di PT. Bineatama Kayone Lestari Tasikmalaya. Jenis penelitian studi korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah populasi sebanyak 311 orang karyawan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa Terdapat hubungan pengetahuan, sikap, ketersediaan APD, dan dukungan teman kerja dengan penggunaan alat pelindung diri (pvalue < 0,05) serta

Tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan, masa kerja, umur, dan pelatihan kerja dengan penggunaan alat pelindung diri (pvalue > 0,05). Oleh karena itu perlu

lebih menegaskan dalam menerapkan sangsi yang lebih ketat pada tenaga kerja yang tidak disiplin dalam penggunaan APD serta diadakannya penyuluhan rutin untuk meningkatkan kesadaran dalam penggunaan APD.

Kata Kunci : Umur, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, pelatihan, dukungan teman kerja, ketersediaan alat pelindung diri dan penggunaan alat pelindung diri.

(2)

ABSTRACT

FACTORS RELATED TO THE USE OF PROTECTIVE EQUIPMENT (PPE) (A Study on the Production Department Barecore In Pt. Bineatama Kayone Lestari Tasikmalaya)

Activities that involve human factors, machinery and materials through the stages of the process have a risk of harm to the varying levels of risk that allows the occurrence of accidents and occupational diseases. The risk of accidents and occupational diseases is caused by the sources of danger as a result of activity in the workplace. Labor is a corporate asset that is essential in the production process, so it is necessary that the health of workers is always in optimal circumstances. This study aims to determine the factors associated with the use of personal protective equipment (PPE) in the Production Department Barecore Workers at PT. Bineatama Kayone Lestari Tasikmalaya. Study research correlation with cross sectional approach with a total population of 311 employees. The results of the bivariate analysis showed that There is a correlation between knowledge, attitude, availability of PPE, and the support of coworkers with the use of personal protective equipment (pvalue <0.05) There was no relationship and level of education, length of service, age, and job training with the use of personal protective equipment (pvalue> 0.05). Therefore, it needs to be reiterated in applying sanctions more stringent labor discipline in the use of PPE as well as holding regular outreach to raise awareness in the use of PPE.

Keywords : Age, level of education, employment, knowledge, attitudes, training, support co-workers, the availability of personal protective equipment and the use of personal protective equipment

(3)

LATAR BELAKANG MASALAH

Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan sampai tahun 2013 tidak kurang dari enam pekerja meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan dengan negara Eropa yang hanya sebanyak dua orang meninggal dunia setiap harinya karena kecelakaan kerja. Menurut data International Labour Organization (ILO), di Indonesia rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja. Total tersebut sekitar 70% berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup (ILO, 2013).

PT. Jamsostek menyatakan dalam tahun 2012 terjadi total 103.000 kasus kecelakaan kerja. Di wilayah Jawa Barat dan Banten terjadi 37.390 kasus kecelakaan kerja dengan pembayaran klaim mencapai Rp 139,6 miliar (Jamsostek, 2013).

Semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya, hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya. Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka perlu diadakan identifikasi sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja (Sahab, 1997).

Aktivitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan yang melalui tahapan proses memiliki risiko bahaya dengan tingkatan risiko berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktivitas kerja di tempat kerja. Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar derajat kesehatan tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal (Sahab, 1997).

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan dan sikap. Pengetahuan dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman kerja maupun pendidikan. Sikap merupakan respon seseorang baik secara positif maupun negatif terhadap orang, obyek atau situasi tertentu (Suroyo, 2007).

Pembangunan sektor industri kayu telah banyak memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia serta banyak tercipta lapangan kerja yang cukup besar, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Disisi lain dampak negatif pun terjadi, seperti timbulnya masalah lingkungan yaitu terjadinya pencemaran lingkungan disebabkan oleh debu hasil dari proses pengolahan kayu (Kristanto, 2004).

Salah satu dampak negatif dari industri pengolahan kayu adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industri tersebut. Tempat kerja yang prosesnya mengeluarkan debu, dapat menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan pada kulit, gangguan fungsi faal paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum. Gangguan kesehatan dapat dipengaruhi oleh perilaku pekerja dalam pengendalian paparan debu kayu seperti penggunaan alat pelindung diri (Mayasari, 2010).

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh tenaga kerja merupakan pilihan terakhir, apabila eliminasi, substitusi, pengendalian teknis dan pengendalian administratif tidak dapat dilakukan atau dapat dilakukan namun masih terdapat potensi bahaya terhadap pekerja. Dasarnya APD bukanlah alat yang nyaman

(4)

digunakan tetapi fungsi APD sangatlah besar karena dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada saat bekerja (Anizar, 2009).

Perilaku pemakaian APD dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam diri maupun dari luar subjek. Menurut Lawrence Green (1980) terdapat tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor enabling, faktor reinforcing. Teori ini menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang antara lain: pengetahuan, sikap (predisposisi) kemudian dipengaruhi oleh faktor pendukung (enabling) yaitu ketersediaan atau fasilitas dan sarana prasarana kemudian diperkuat dengan adanya faktor pendorong (reinforcing) yaitu adanya pengawasan dari pihak perusahaan. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan individu ada dua yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi pengetahuan, masa kerja, pendidikan dan sikap, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi kelengkapan APD, kenyamanan APD, peraturan tentang APD dan pengawasan APD (Notoatmodjo, 2010).

Hasil rekapitulasi kuesioner APD yang dilakukan pada 33 orang pekerja dengan penggolongan jenis kelamin pekerja pria 72,72% dan pekerja wanita berjumlah 27,27%. Tingkatan usia tertinggi berusia antara 36-50 tahun sebanyak 45,45% dan tingkat usia yang sedikit antara >50 tahun 3,03%. Tingkat pendidikan terbanyak yaitu pendidikan SLTA sebanyak 84,84% dan tingkat pendidikan paling sedikit yaitu D1 sebanyak 3,03%. Penggolongan pekerjaan berdasarkan masa kerja <5 tahun sebanyak 54,54% dan masa kerja 6-10 tahun sebanyak 18,18%. Pengetahuan penggunaan APD yang baik 9,09% sedangkan yang tidak baik 90,90% dan sikap penggunaan APD dengan kategori setuju 6,06% sedangkan kategori tidak setuju 93,93%.

Data dan fakta keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja pengolahan kayu dibagian produksi barecore sebagian pekerja tidak menggunakan APD lengkap pada saat melakukan pekerjaannya, dari 33 pekerja yang selalu memakai alat pelindung diri saat bekerja sebanyak 12,12%, pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri sebanyak 63,63%, dan pekerja yang kadang-kadang memakai alat pelindung diri sebanyak 24,24%.

Pengamatan awal yang dilakukan pada pekerja dengan wawancara singkat, diketahui bahwa 33 orang dibagian produksi barecore memiliki keluhan kesehatan akibat paparan debu kayu, dimana jenis keluhan kesehatan yang mereka alami berbeda-beda diantaranya: mengeluh sesak nafas yang paling banyak dirasakan sebesar 81,81%, batuk-batuk 63,63%, iritasi pada mata 45,45%, gatal-gatal atau alergi pada kulit 36,36%.

Kecelakaan yang dialami pekerja dari satu tahun kebelakang ini tercatat diantaranya yaitu terjatuh/tergelincir sebanyak 30 orang karena tidak menggunakan alat pelindung diri sepatu beralas karet, terjepit 27 orang teriris benda tajam 15 orang tertusuk/ tergores 19 orang terpotong benda tajam 10 orang karena pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri sarung tangan, mata terkena debu kayu 14 orang karena tidak menggunakan alat pelindung diri seperti kacamata, gogles dan tameng muka.

Jenis APD yang digunakan oleh pekerja adalah masker sebanyak 75,75%, sarung tangan sebanyak 15,15%, pelindung telinga sebanyak 9,09%. Pekerja memakai APD masker karena disekitar pabrik banyak debu. Pekerja tidak menggunakan APD sarung tangan karena dalam proses produksi, mesin yang digunakan menyebabkan suhu menjadi panas sehingga jika memakai sarung tangan akan terasa lembab dan tidak nyaman, pekerja tidak menggunakan APD telinga karena telinga merasa berdengung dan mengganggu kenyamanan.

(5)

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Bagian Produksi Barecore di PT. Bineatama Kayone Lestari”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian studi korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan melakukan pengukuran faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek penggunaan APD pekerja pada satu saat tertentu saja.

HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat

a. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.4

Distribusi Tingkat Pendidikan Responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya Tahun 2015

No. Tingkat Pendidikan f %

1 SD 64 20,6

2 SLTP 57 18,3

3 SLTA 149 47,9

4 Perguruan Tinggi 41 13,2

Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya paling banyak berada pada tingkat pendidikan SLTA yaitu sebanyak 149 orang (47,9%).

b. Masa Kerja

Tabel 4.5

Distribusi Masa Kerja Responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya Tahun 2015

No. Masa Kerja f %

1 Baru (< 6 Tahun) 127 40,8

2 Lama (≥ 6 Tahun) 184 59,2

Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa masa kerja responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya paling banyak memiliki masa kerja yang tergolong lama yaitu sebanyak 184 orang (59,2%).

c. Umur

Tabel 4.6

Distribusi Umur Responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya Tahun 2015

No. Umur f %

1 Muda (< 35 Tahun) 184 59,2

2 Tua (≥ 35 Tahun) 127 40,8

(6)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui umur responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya yang termasuk ke dalam kategori umur muda yaitu sebanyak 184 orang (59,2%).

d. Pengetahuan

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Tentang Pertanyaan Variabel Pengetahuan Responden di PT Bineatama Kayone Lestari

Kota Tasikmalaya Tahun 2015

Jumlah

Ya Tidak

No Pertanyaan

f % f %

1 Apa anda tahu tentang Alat Pelindung Diri (APD)?

301 96.8 10 3.2

2 Apa yang dimaksud dengan Alat Pelindung

Diri (APD)?

a. Alat untuk melindungi diri dari

kebisingan saja

b. Alat untuk melindungi diri dari

kebisingan, panas, dan benda-benda yang jatuh

c. Alat untuk melindungi diri dari potensi bahaya atau kecelakaan kerja

d. Alat pelindung mata, muka, dan alat pernafasan untuk melindungi dari debu-debu saja pada saat bekerja

184 190 152 128 59.2 61.1 48.9 41.2 127 121 159 183 40.8 48.9 51.1 58.8

3 Apa kegunaan Alat Pelindung Diri (APD) ?

a. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pada saat bekerja

b. Untuk meminimalisasi dampak

kecelakaan pada saat bekerja

136 151 43.7 48.6 175 160 56.3 51.4

4 Apa akibat jika tidak menggunakan Alat

Pelindung Diri?

a. Menimbulkan kecelakaan b. Bisa cedera saat bekerja

184 188 59.2 60.5 127 123 40.8 39.5

5 Kapan seharusnya Alat Pelindung Diri

digunakan?

a. Setiap mengerjakan pekerjaan yang bahaya

b. Dipakai sepanjang jam kerja

c. Dipakai bila ada pengawas (Ya/Tidak) 155 162 191 49.8 52.1 61.4 156 149 120 50.2 47.9 38.6

6 Apa saja jenis-jenis Alat Pelindung Diri

(APD)?

a. Alat pelindung kepala

b. Alat pelindung muka dan mata c. Alat pelindung telinga

d. Alat pelindung pernafasan e. Alat pelindung tangan f. Alat pelindung kaki g. Pakaian pelindung h. Sabuk pengaman 192 210 168 193 158 183 200 176 61.7 67.5 54.0 62.1 50.8 58.8 64.3 56.6 119 101 143 118 153 128 111 135 38.3 32.5 46.0 37.9 49.2 41.2 35.7 43.4

(7)

Jumlah

Ya Tidak

No Pertanyaan

f % f %

7 Apa manfaat dari pelindung kepala ?

a. Alat untuk melindungi kepala dari terbentur, tergores

b. Alat untuk melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh saat bekerja c. Alat untuk melindungi kepala dari

bahaya radiasi, api

d. Alat untuk melindungi kepala dari bahan kimia 201 170 185 188 64.6 54.7 59.5 60.5 110 140 126 123 35.4 45.3 40.5 39.5

8 Apa manfaat dari pelindung tangan ?

a. Alat untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam atau goresan b. Alat untuk melindungi tangan dari

kontak arus listrik

c. Alat untuk melindungi tangan dari bahan-bahan kimia (padat/larutan) d. Alat untuk melindungi tangan dari

benda-benda panas/dingin atau kontak arus listrik 180 177 170 176 57.9 56.9 54.7 56.6 131 134 141 135 42.1 43.1 45.3 43.4

9 Apa manfaat dari pelindung badan?

a. Alat untuk melindungi dari percikan api b. Alat untuk melindungi dari suhu c. Alat untuk melindungi dari panas d. Alat untuk melindungi dari cairan kimia

157 157 170 176 50.5 50.5 54.7 56.6 154 154 141 135 49.5 49.5 45.3 43.4

10 Apa manfaat dari pelindung kaki?

a. Alat untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam atau goresan

b. Alat untuk melindungi kaki dari benda-benda jatuh

c. Alat untuk melindungi kaki dan bagian-bagian dari kontak listrik, dan benda panas 180 169 161 57.9 54.3 51.8 131 142 150 42.1 45.7 48.2

11 Apa manfaat dari pelindung mata dan

muka?

a. Untuk melindungi mata dan muka dari lemparan benda-benda kecil

b. Untuk melindungi mata dan muka dari lemparan benda-benda panas

c. Untuk melindungi mata dan muka dari pengaruh radiasi

d. Untuk melindungi mata dan muka dari pengaruh cahaya 150 127 151 130 48.2 40.8 48.6 41.8 161 184 160 181 51.8 59.2 51.4 58.2

12 Apabila waktu bekerja disekitar anda

terdapat banyak debu, APD apa saja yang harus dipakai?

a. Alat pelindung mata b. Alat pelindung muka c. Alat pelindung pernafasan

116 96 152 37.3 30.9 48.9 195 215 159 62.7 69.1 51.1 Berdasarkan tabel 4.2 yang mengetahui tentang APD sebesar 96,8%, yang tahu maksud APD 61,1%, yang tahu kegunaan APD 48,6%, yang tahu akibat tidak menggunakan APD 60,5%, yang

(8)

mengetahui kapan seharusnya APD digunakan sebesar 61,4%, yang mengetahui jenis-jenis APD sebesar 67,5%, yang mengetahui manfaat pelindung kepala 64,6%, yang mengetahui manfaat pelindung tangan sebesar 57,9%, yang tahu manfaat pelindung badan sebesar 56,6%, yang tahu manfaat pelindung kaki sebesar 57,9%, yang mengetahui manfaat pelindung mata dan muka sebesar 48,6% dan yang mengetahui alat pelindung pernafasan sebanyak 48,9%.

Tabel 4.3

Kategori Pengetahuan Tentang APD pada Responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya

Tahun 2015

No. Pengetahuan f %

1 Kurang Baik 111 35,7

2 Baik 200 64,3

Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya yang termasuk ke dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 200 orang (64,3%).

e. Sikap

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Responden Tentang Pernyataan Sikap Mengenai APD di PT Bineatama Kayone Lestari

Kota Tasikmalaya Tahun 2015

JUMLAH SETUJU KURANG SETUJU TIDAK SETUJU NO PERNYATAAN f % f % f %

1 Penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) tidak menghambat

pekerjaan

85 27.3 52 16.7 174 55.9

2 Tujuan menggunakan APD

adalah agar terhindar dari bahaya saat bekerja!

206 66.2 77 24.8 28 9.0

3 APD digunakan saat masuk ruang

produksi! 79 25.4 107 34.4 125 40.2

4 APD yang digunakan pada waktu bekerja yang sumber bahayanya

debu adalah alat pelindung

pernafasan, mata, dan muka

156 50.2 85 27.3 70 22.5

5 Untuk pemeliharaan alat

pelindung diri seperti helm,

kacamata, ear plug, sarung

tangan kain/kulit/karet sebaiknya di cuci dengan air sabun

68 21.9 140 45.0 103 33.1

6 Pada waktu bekerja intensitas

kebisingannya sangat tinggi

sebaiknya pekerja cukup

menggunakan alat pelindung

telinga saja

(9)

7 APD yang rusak tidak layak

digunakan 3 1.0 207 66.6 101 32.5

8 APD yang rusak sebaiknya diganti 133 42.8 118 37.9 60 19.3

9 APD harus nyaman saat

digunakan 170 54.7 23 7.4 118 37.9

10 Perawatan APD adalah tanggung

jawab perusahaan 238 76.5 48 15.4 25 8.0

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya mengenai sikap responden tenang penggunaan APD tidak menghambat pekerjaan sebesar 55,9% menyatakan tidak setuju, sikap mengenai tujuan menggunakan APD adalah agar terhindar dari bahaya saat bekerja sebesar 66,2% menyatakan setuju, sikap mengenai APD digunakan saat masuk ruang produksi sebesar 40,2% menyatakan tidak setuju, sikap mengenai APD yang digunakan pada waktu bekerja yang sumber bahayanya debu adalah alat pelindung pernafasan, mata dan muka sebesar 50,2% menyatakan setuju, untuk pemeliharaan alat pelindung diri seperti helm, kacamata, ear plug, sarung tangan kain/kulit/karet sebaiknya di cuci dengan air sabun sebesar 45% menyatakan kurang setuju, pada waktu bekerja intensitas kebisingannya sangat tinggi sebaiknya pekerja cukup menggunakan alat pelindung telinga saja sebesar 53,1% menyatakan setuju, yang menyatakan kurang setuju menggunakan APD yang rusak tidak layak digunakan sebesar 66,6%, sebesar 54,7% menyatakan setuju bahwa APD harus nyaman saat digunakan dan sebesar 76,5% responden menyatakan setuju bahwa perawatan APD adalah tanggung jawab perusahaan.

Tabel 4.8

Distribusi Sikap Responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya Tahun 2015

No. Sikap f %

1 Kurang 54 17,4

2 Cukup 140 45,0

3 Baik 117 37,6

Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya yang memiliki sikap dengan kategori cukup sebesar 45%.

f. Pelatihan

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Pelatihan di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya Tahun 2015

No. Pelatihan f %

1 Tidak Pernah 208 66,9

2 Pernah 103 33,1

(10)

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya yang tidak pernah mengikuti latihan sebesar 66,9%.

g. Ketersediaan APD

Tabel 4.10

Distribusi Frekuensi Ketersediaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya Tahun 2015

No. Ketersediaan APD f %

1 Kurang 181 85,2

2 Baik 130 41,8

Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui responden di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya yang menyatakan ketersediaan APD kurang sebesar 85,2%.

h. Dukungan Teman Kerja

Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Dukungan Teman Kerja di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya Tahun 2015

No. Ketersediaan APD f %

1 Kurang 55 17,7

2 Cukup 133 42,8

3 Baik 123 39,5

Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui dukungan teman kerja dalam penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya termasuk kategori cukup yaitu sebesar 42,8%.

i. Penggunaan APD

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya Tahun 2015

No. Ketersediaan APD f %

1 Tidak Pernah 88 28,3

2 Kadang-kadang 81 26,0

3 Menggunakan 142 45,7

Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa responden yang menggunakan penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya sebesar 45,7%.

(11)

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan APD Tabel 4.14

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya

Tahun 2015 Penggunaan APD Tidak Pernah Kadang-kadang Menggunak an Total Pendidikan f % f % f % f % Perguruan Tinggi 11 26.8 10 24.4 20 48.8 41 100 SLTA 45 30.2 37 24.8 67 45.0 149 100 SLTP 12 21.1 20 35.1 25 43.9 57 100 SD 20 31.3 14 21.9 30 46.9 64 100 Jumlah 88 28,3 81 26,0 142 45,7 311 100 pvalue = 0,679

Berdasarkan tabel 4.14 hasil uji statistik chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha < 0,05 diperoleh nilai pvalue 0,679

dan tidak dijumpai nilai harapan <5 sehingga digunakan pearson chi-square, dengan demikian nilai pvalue > nilai alpha, sehingga

menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel penggunaan APD.

b. Hubungan Masa Kerja dengan Penggunaan APD Tabel 4.15

Hubungan Masa Kerja dengan Penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya

Tahun 2015 Penggunaan APD Tidak Pernah Kadang-kadang Menggunak an Total Masa Kerja f % f % f % f % Lama 52 28.3 44 23.9 88 47.8 184 100 Baru 36 28.3 37 29.1 54 42.5 127 100 Jumlah 88 28,3 81 26,0 142 45,7 311 100 pvalue = 0,535

Berdasarkan tabel 4.15 hasil uji statistik chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha < 0,05 diperoleh nilai pvalue 0,535

dan tidak dijumpai nilai harapan <5 sehingga digunakan pearson chi-square, dengan demikian nilai pvalue > nilai alpha, sehingga

menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel masa kerja dengan variabel penggunaan APD.

(12)

c. Hubungan Umur dengan Penggunaan APD Tabel 4.16

Hubungan Umur dengan Penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya

Tahun 2015 Penggunaan APD Tidak Pernah Kadang-kadang Menggunak an Total Umur f % f % f % f % Tua 36 28.3 37 29.1 54 42.5 127 100 Muda 52 28.3 44 23.9 88 47.8 184 100 Jumlah 88 28,3 81 26,0 142 45,7 311 100 pvalue = 0,535

Berdasarkan tabel 4.16 hasil uji statistik chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha < 0,05 diperoleh nilai pvalue 0,535

dan tidak dijumpai nilai harapan <5 sehingga digunakan pearson chi-square, dengan demikian nilai pvalue > nilai alpha, sehingga

menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel umur dengan variabel penggunaan APD.

d. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD Tabel 4.13

Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya

Tahun 2015 Penggunaan APD Tidak Pernah Kadang-kadang Menggunak an Total Pengetahuan f % f % f % f % Baik 46 23,0 60 30,0 94 47,0 200 100 Kurang Baik 42 37,8 21 18,9 48 43,2 111 100 Jumlah 88 28,3 81 26,0 142 45,7 311 100 pvalue = 0,010

Berdasarkan tabel 4.13 hasil uji statistik chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha < 0,05 diperoleh nilai pvalue 0,010

dan tidak dijumpai nilai harapan <5 sehingga digunakan pearson chi-square, dengan demikian nilai pvalue < nilai alpha, sehingga

menunjukkan ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan variabel penggunaan APD.

(13)

e. Hubungan Sikap dengan Penggunaan APD Tabel 4.17

Hubungan Sikap dengan Penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya

Tahun 2015 Penggunaan APD Tidak Pernah Kadang-kadang Menggunak an Total Sikap f % f % f % f % Baik 26 22.2 14 12.0 77 65.8 117 100 Cukup 33 23.6 56 40.0 51 36.4 140 100 Kurang 29 53.7 11 20.4 14 25.9 54 100 Jumlah 88 28,3 81 26,0 142 45,7 311 100 pvalue = 0,000

Berdasarkan tabel 4.17 hasil uji statistik chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha < 0,05 diperoleh nilai pvalue 0,000

dan tidak dijumpai nilai harapan <5 sehingga digunakan pearson chi-square, dengan demikian nilai pvalue < nilai alpha, sehingga

menunjukkan ada hubungan antara variabel sikap dengan variabel penggunaan APD.

f. Hubungan Pelatihan dengan Penggunaan APD Tabel 4.18

Hubungan Pelatihan dengan Penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya

Tahun 2015 Penggunaan APD Tidak Pernah Kadang-kadang Menggunak an Total Pelatihan f % f % f % f % Pernah 33 32.0 26 25.2 44 42.7 103 100 Tidak Pernah 55 26.4 55 26.4 98 47.1 208 100 Jumlah 88 28,3 81 26,0 142 45,7 311 100 pvalue = 0,579

Berdasarkan tabel 4.18 hasil uji statistik chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha < 0,05 diperoleh nilai pvalue 0,579

dan tidak dijumpai nilai harapan <5 sehingga digunakan pearson chi-square, dengan demikian nilai pvalue > nilai alpha, sehingga

menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel pelatihan dengan variabel penggunaan APD.

(14)

g. Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD Tabel 4.19

Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya

Tahun 2015 Penggunaan APD Tidak Pernah Kadang-kadang Menggunak an Total Ketersediaan APD f % f % f % f % Baik 24 18.5 33 25.4 73 56.2 130 100 Kurang 64 35.4 48 26.5 69 38.1 181 100 Jumlah 88 28,3 81 26,0 142 45,7 311 100 pvalue = 0,001

Berdasarkan tabel 4.18 hasil uji statistik chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha < 0,05 diperoleh nilai pvalue 0,001

dan tidak dijumpai nilai harapan <5 sehingga digunakan pearson chi-square, dengan demikian nilai pvalue < nilai alpha, sehingga

menunjukkan ada hubungan antara variabel ketersediaan APD dengan variabel penggunaan APD.

h. Hubungan Dukungan Teman Kerja dengan Penggunaan APD Tabel 4.20

Hubungan Dukungan Teman Kerja dengan Penggunaan APD di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya

Tahun 2015 Penggunaan APD Tidak Pernah Kadang-kadang Menggunak an Total Dukungan Teman Kerja f % f % f % f % Baik 28 22.2 10 12.0 85 65.8 123 100 Cukup 27 23.6 54 40.0 52 36.4 133 100 Kurang 33 53.7 17 20.4 5 25.9 55 100 Jumlah 88 28,3 81 26,0 142 45,7 311 100 pvalue = 0,000

Berdasarkan tabel 4.17 hasil uji statistik chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dan alpha < 0,05 diperoleh nilai pvalue 0,000

dan tidak dijumpai nilai harapan <5 sehingga digunakan pearson chi-square, dengan demikian nilai pvalue < nilai alpha, sehingga

menunjukkan ada hubungan antara variabel dukungan teman kerja dengan variabel penggunaan APD.

Tabel 4.21

Rekapitulasi Hasil Uji Chi-Square

Variabel Pvalue Keterangan

Umur dengan Penggunaan APD 0,679 Tidak ada hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan APD 0,535 Tidak ada hubungan Masa Kerja dengan Penggunaan APD 0,535 Tidak ada hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD 0,010 Ada hubungan Sikap dengan Penggunaan APD 0,000 Ada hubungan Pelatihan dengan Penggunaan APD 0,579 Tidak ada hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD 0,001 Ada hubungan Dukungan Teman dengan Penggunaan APD 0,000 Ada hubungan

(15)

Berdasarkan tabel 4.21 menunjukkan bahwa hasil uji statistik hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, ternyata ada 4 yang berhubungan yaitu diantaranya pengetahuan, sikap, ketersediaan APD dan dukungan teman kerja, sedangkan variabel yang tidak berhubungan diantaranya tingkat pendidikan, masa kerja umur dan pelatihan.

PEMBAHASAN

A. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan APD pada Responden

Hasil analisis dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai pvalue 0,679

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel penggunaan APD. Seseorang yang pernah mendapatkan pendidikan formal diperkirakan akan lebih mudah menerima dan mengerti tentang pesan-pesan kesehatan melalui penyuluhan maupun media masa. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Menurut YB Mantra (2010), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

Juli Soemirat Slamet, (2003), pendidikan formal memberikan pengaruh besar dalam membuka wawasan dan pemahaman terhadap nilai baru yang ada di lingkungannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk memahami perubahan yang terjadi di lingkungannya dan orang tersebut akan menyerap perubahan tersebut apabila merasa bermanfaat bagi dirinya.

B. Hubungan Masa Kerja dengan Penggunaan APD pada Responden Hasil analisis dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai pvalue 0,535

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel masa kerja dengan variabel penggunaan APD. Masa kerja dapat memungkinkan seseorang untuk lebih memahami tentang faktor resiko terhadap pekerjaannya dan upaya pencegahannya, namun hal tersebut tidak pula mempengaruhi dalam penggunaan APD secara lengkap.

Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah sesuai dengan usia, masa kerja di perusahaan dan lamanya bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya, selain itu tenaga kerja baru sering mementingkan selesainya sejumlah pekerjaan yang diberikan kepada mereka sehingga keselamatan tidak cukup mendapatkan perhatian mereka. Suatu perusahaan pekerja-pekerja baru yang kurang pengalaman sering mendapatkan kecelakaan sehingga

(16)

perhatian khusus perlu diberikan kepada mereka. Lama kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalaman yang didapatkan di tempat kerja, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman dan ssemakin tinggi pengetahuannya dan keterampilannya (Mulyanti, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faris Khamdani (2009) mengatakan bahwa masa kerja responden sebagian besar memiliki masa kerja lama ≥ 10 tahun yaitu 71 orang atau 88,8%, sehingga responden sudah memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dibandingkan dengan responden yang memiliki masa kerja sedikit. Makin lama tenaga kerja bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki tenaga kerja yang bersangkutan. Sebaliknya makin singkat masa kerja, maka makin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya terbatasnya pengalaman kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki makin rendah. C. Hubungan Umur dengan Penggunaan APD pada Responden

Hasil analisis dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai pvalue 0,535

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel umur dengan variabel penggunaan APD. Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemauan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Fakhriyati (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan penggunaan APD.

Menurut teori psikologis perkembangan pekerja, umur dapat digolongkan menjadi dewasa muda dan dewasa tua. Dewasa muda adalah umur dari 17-35 dan dewasa tua 36-65 tahun. Umur pekerja dewasa muda diyakini dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi gangguan penyakitnya. Untuk melakukan kegiatan tersebut, pekerja muda akan lebih disiplin menjaga kesehatannya. Sedangkan pada pekerja tua akan mengalami kebebasan dalam kehidupan bersosialisasi, kewajiban-kewajiban pekerja dewasa tua akan tetap berkurang terhadap lingkungan sosial dan terhadap kehidupan bersama (Adithya, (2007) Hatta, (2002) dan Egriany, dkk (2008).

D. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD pada Responden Menurut Lavine (dalam Elfrida, 2010) pengetahuan pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri yang baik dan aman mutlak dimiliki penggunaannya mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan, untuk itu pekerja harus tahu fungsi dari APD itu sendiri serta potensi bahaya pada tempat kerjanya. Pengetahuan akan timbul akibat rasa takut akan sesuatu yang mungkin terjadi dan jika pekerja tahu akan dampak atau bahaya yang akan timbul jika menggunakan APD, maka diharapkan pekerja akan memberikan perhatian dalam penggunaan APD.

Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan perinderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Hasil analisis dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai pvalue 0,010

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan variabel penggunaan APD. Dengan demikian bahwa karyawan

(17)

bagian produksi bare core di PT Bineatama Kayone Lestari Tasikmalaya mampu menerapkan pengetahuan pada kondisi yang nyata dalam hal ini bahwa karyawan dapat menerapkan penggunaan APD berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan. Pengetahuan yang dimiliki karyawan mengenai penggunaan APD diperoleh dari

Hasil penelitian ini sejalan dengan Faris Khamdani (2009) hasil uji chi square diketahui nilai p value pengetahuan yaitu sebesar 0,001 (p<0,05) sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian alat pelindung diri, sehingga dapat diartikan bahwa pengetahuan petani merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan pemakaian APD pestisida semprot pada petani di Desa Angkatan Kidul Pati.

E. Hubungan Sikap dengan Penggunaan APD pada Responden

Hasil analisis dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai pvalue 0,000

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara variabel sikap dengan variabel penggunaan APD. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Faris Khamdani (2009) bahwa responden yang memiliki sikap negatif dan tidak memakai APD lengkap sebanyak 45 orang atau 93,8%. Responden yang mempunyai sikap negatif dan memakai APD lengkap 3 orang atau 6,3%, sedangkan responden yang mempunyai sikap positif dan memakai APD lengkap 32 orang atau 100%.

Sebuah sikap merupakan suatu keadaan sikap mental yang dipelajari dan di organisasi menurut pengalaman dan yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atau reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan (Ruhyadi, 2010).

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang terhadap stimulus atau obyek yang diterimanya. Sikap belum tentu tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan (Notoatmodjo, 2003). Responden dalam penelitian ini sebagian besar bersikap negatif, sehingga membawa responden untuk tidak memakai APD, hal ini dipengaruhi karena ketidaknyamanan petani dalam pemakaian alat pelindung diri.

F. Hubungan Pelatihan dengan Penggunaan APD pada Responden

Hasil analisis dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai pvalue 0,579

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pelatihan dengan variabel penggunaan APD.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Arianto (2009) bahwa secara statistik variabel pelatihan tidak mempunyai hubungan bermakna terhadap penggunaan APD (p value=0,938). Hal ini dikarenakan pekerja belum mendapatkan pelatihan yang secara formal diberikan oleh perusahaan, begitu juga dengan jenis pelatihan mengenai K3 pekerja mengatakan materi yang diberikan pada waktu sebelum mereka diterima bekerja belum menyentuh pada substansi K3.

Pelatihan merupakan bagian dari pembinaan sumber daya manusia. Setiap individu memerlukan latihan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu untuk mencapai sasaran. Pelatihan juga berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Fungsi dari suatu sistem pelatihan adalah memproses individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan (Sahab, 1999).

(18)

G. Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD pada Responden

Hasil analisis dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai pvalue 0,001

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara variabel ketersediaan APD dengan variabel penggunaan APD.

Menurut ILO (1989) perlindungan perorangan harus dianggap sebagai garis pertahanan terakhir, karena sering peralatan ini tidak praktis untuk dipakai dan menghambat gerakan, karenanya tidak mengherankan bila kadangkala dikesampingkan oleh pekerja. Peralatan dirancang untuk mencegah bahaya luar agar tidak mengenai tubuh pekerja, ia menahan panas tubuh dan uap air didalamnya, sehingga pekerja menjadi gerah, berkeringat dan cepat lelah.

Dalam UU No. 1 Tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan bahwa pengurus (pengusaha) diwajibkan untuk mengadakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.

Alat pelindung diri yang dianggap sebagai garis pertahanan terakhir harus disediakan sesuai dengan kebutuhan dan cocok untuk setiap pekerja yang menggunakannya agar tidak timbul adanya kecelakaan disebabkan karena ketidaknyamanan pekerja dalam menggunakan APD tersebut (Anizar, 2009).

H. Hubungan Dukungan Teman Kerja dengan Penggunaan APD pada Responden

Hubungan yang erat diantara kawan-kawan sangat penting, suatu hal yang sulit bagi individu menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan.

Hasil analisis dengan uji statistik chi-square diperoleh nilai pvalue 0,000 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara variabel dukungan teman kerja dengan variabel penggunaan APD.

Menurut Mulyati, (2007) Mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya secara bebas. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya didapatkan bahwa :

1. Gambaran umum responden memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik yaitu 64,3%, Tingkat pendidikan sebesar 47.9% adalah dengan pendidikan SLTA, Memiliki masa kerja yang lama sebanyak 59,2%, termasuk kategori umur yang muda sebanyak 59,2%, memiliki sikap yang cukup terhadap penggunaan APD sebesar 45%, responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 66,9%, ketersediaan APD dinilai kurang sebesar 58,2%, dukungan teman kerja dengan

(19)

kategori cukup sebesar 42,8% dan responden yang menggunakan APD sebesar 45,7%.

2. Terdapat hubungan pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung diri (pvalue < 0,05). Terdapat hubungan sikap dengan penggunaan alat

pelindung diri (pvalue > 0,05). Terdapat hubungan ketersediaan APD

dengan penggunaan alat pelindung diri (pvalue < 0,05). Terdapat hubungan

dukungan teman kerja dengan penggunaan alat pelindung diri (pvalue <

0,05).

3. Tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan penggunaan alat pelindung diri (pvalue > 0,05). Tidak terdapat hubungan masa kerja dengan

penggunaan alat pelindung diri (pvalue > 0,05). Tidak terdapat hubungan

umur dengan penggunaan alat pelindung diri (pvalue > 0,05). Tidak

terdapat hubungan pelatihan kerja dengan penggunaan alat pelindung diri (pvalue > 0,05).

B. Saran

Seseorang yang pernah mendapatkan pendidikan formal diperkirakan akan lebih mudah menerima dan mengerti tentang pesan-pesan kesehatan melalui penyuluhan maupun media masa. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah sesuai dengan usia, masa kerja di perusahaan dan lamanya bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. Pelatihan merupakan bagian dari pembinaan sumber daya manusia. Setiap individu memerlukan latihan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu untuk mencapai sasaran, dengan demikian maka dalam penelitian ini penulis menyarankan sebagai berikut.

1. PT Bineatama Kayone Lestari lebih menegaskan dalam menerapkan sangsi yang lebih ketat pada tenaga kerja yang tidak disiplin dalam penggunaan APD.

2. Diadakannya penyuluhan rutin untuk meningkatkan kesadaran dalam penggunaan APD.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2009. K3 : Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, http://www.jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html. (diakses pada tanggal 15 Agustus 2015).

Adhitya. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Masker pada Pekerja Bagian Pengamplasan di Perusahaan Meubel CV Permata 7 Wonogiri, 2007 skripsi Universitas Negeri Semarang, http://www.kesimpulan.com/2007/04/alat-pelindung-diri-masker.html. (diakses pada tanggal 15 Agustus 2015).

Arianto., Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri di Areal Pertambangan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisinis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun, 2010, skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(20)

Asih, Astining., Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Alat Pelindung Telinga (Ear Flug) pada Tenaga Kerja bagian Produksi Divisi PM 6 PT. PURA Barutama Kudus, 2005, skripsi, Universitas Negeri Semarang,

http:/www.digilib.unnes.ac.id/gdsl/collect/skripsi/archives/HASH011c/a1b0 5e54.dir/doc.pdf. (diakses pada tanggal 15 Agustus 2015).

Handayati, Mira., Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja di divisi spinningn PT. Indorama Synthetics Tbk. Purwakarta, 2013, skripsi, Universitas Siliwangi.

Kusuma, Hendra., Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Radiografer di Instalasi Radiologi 4 Rumah Sakit di Kota Semarang, 2004, skripsi, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Linggasari, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri di Departemen Engineering PT. Indah Kiat Pulp dan Paper Tbk. Tanggerang, Skripsi, 2008, FKM-Universitas Indonesia, http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=122941&lokasi= lokal, (diaskes tanggal 28 Juli 2015).

Mulyati, Sri., Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Pemeriksaan Kehamilan oleh Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Cihideung Tasikmalaya, 2007, skripsi, Universitas Siliwangi.

Notoatmodjo, Soekidjo., Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.

Notoatmodjo, Soekidjo., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.

Suma’mur, Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, Penerbit PT. Gunung Agung, Jakarta, 1996.

Suroyo, Pengembangan Pola Manajemen Pengelola Upaya Kesehatan Kerja Di Puskesmas Kota Tasikmalaya, tesis, 2007, Universitas Diponegoro, http://eprints.undip.ac.id/18716/1/Suroyo.pdf, (diakses 15 Juni 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh pihak independen anggota komite pemantau risiko tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham, dan atau hubungan keluarga dengan dewan

INTISARIPerkembangan Teknologi begitu pesat sehingga memiki banyak feature dan pilihan model yang yang ditawarkan.Notebook merupakan peralatan teknologi yang banyak

Tetapi kalau konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi para fisikawan, maka kita menggunakan istilah miskonsepsi ( misconception ). Banyak konsepsi dan miskonsepsi

semua elemen yang dibutuhkan seperti gambar, teks dan icon. –

on how writing skills knowledge support students in answering reading texts test:.. First, Paragraph Texts (Narrative, Expository,

Pada hari ini, Senin tanggal Dua bulan Mei tahun Dua Ribu Enam Belas (02-05-2016) dimulai pukul 09.00 WIB, Kami yang bertanda tangan di bawah ini Kelompok Kerja

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa identifikasi morfologi, sampel YPW01 diduga Cymodocea rotundata, YPW02 diduga Thalassia

Pengaruh prostaglandin F2α dan Gonadotropin Terhadap aktivitas estrus dan superovulasi dalam rangkaian kegiatan transfer embrio pada Sapi Fries Holland, Bali dan Peranakan