• Tidak ada hasil yang ditemukan

BidangLingkunganHidupdaerahProvinsi,dandaerah. 2003Nomorl5l,TambahanLembaranNegaraRepublik. .'a.bahwaberdasarkanpasal63ayat(3)hurufjundang-undang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BidangLingkunganHidupdaerahProvinsi,dandaerah. 2003Nomorl5l,TambahanLembaranNegaraRepublik. .'a.bahwaberdasarkanpasal63ayat(3)hurufjundang-undang"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2012 NOMOR 26 SERI F NOMOR 259

Menimbang

PERATURAN BUPATI SAMOSIR

NOMOR 24 TAHUN 2012

TENTANG

STRATEGI PENCAPAIAN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

DI KABUPATEN SAMOSIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMOSIR'

.'a.bahwaberdasarkanpasal63ayat(3)hurufjUndang-Undang

Nomor32Tahun2alotentangPerlindungandanPengendalian

Lingkungan

Hidup,

dalam

perlindungan

dan

pengelolaan

lingkunganhidupPemerintahKabupaten/Kotabertugasdan

berwenangmelaksanakanstandarpelayananminimal;

b.

bahwa berdasarkan pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 tentang standar Pelayanan Minimal

BidangLingkunganHidupdaerahProvinsi,dandaerah

Kabupaten/Kota,lnstansiLingkunganHidupKabupaten/Kota

diamanatkan

untuk

menyusun perencanaan pencapaian dan

penerapan standar Pelayanan Minimal bidang lingkungan hidup secara bertahaP;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

hurufadanhurufb,perlumenetapkanPeraturanBupatiSamosir

tentang strategi Pencapaian standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan HiduP,

'.1'Undang-UndangNomor36Tahun2003tentangPembentukan

Kabupaten samosir dan Kabupaten serdang Bedagai

di

Provinsi

sumatera Utara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun

2003Nomorl5l,TambahanLembaranNegaraRepublik

lndonesia Nomor 4346);

Mengingat

(2)

I I I

2. Undang-Undang Nomor

32

Tahun

2004 tentang pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2oo4 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor

4437) sebagaimana telah diubah beberapa kari terakhir dengan

Undang-Undang

Nomor

12 Tahun

2008

tentang

Perubahan Kedua

Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang

Pemerintahan

Daerah

(Lembaran

Negara

Republik

lndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4844)',

Undang-Undang Nomor

33

Tahun

2004

tentang

perimbangan

Keuangan

Antara

Pemerintah

Pusat

dan

pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2oo4 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor aa3});

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perrindungan dan

Pengelolaan Lingkungan

Hidup

(Lembaran

Negara

Republik

lndonesia Tahun 2009 Ncmor 140, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5039);

Undang-Undang Nomor

12

Tahun

2011 tentang pembentukan

Peraturan

Perundang-undangan

(Lembaran

Negara

Repubrik

lndonesia

Tahun

Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara

Republik lndonesia Nomor

5%g;

Peraturan Pemerintah

Nomor

41

Tahun

l

ggg

tentang

Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara Repubrik lndonesiaTahun 1999 Nomor

86,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3853);

Peraturan Pemerintah l(omor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara

Republik lndonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran

Republik lndonesia Negara Nomor 4161)',

Peraturan Pemerintah Nomor

65

Tahun 2005 tentang pedoman

Penyusunan

dan

Penerapan

Standar

Pelayanan

Minimal (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 150,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4585);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian

Urusan

Pemerintahan

Antara

Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi

dan

Pemerintah

Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik lndonesia Tahun

2007

Nomor

82,

Tambahan

Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4737),

Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor

22

Tahun

2007

tentang

Organisasi

dan Tata Kerja

Lembaga

Teknis

Daerah Kabupaten Samosir (Lembaran Daerah Kabupaten Samosir Tahun

2007 Nomor 132, Seri D Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Samosir Nomor 3); J. 4. 5. 6. 7. B. 9. 10.

(3)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

6

Tahun 2007 tentang

Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;

Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor

19

Tahun

2008

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup

Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;

Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor

20

Tahun

2008

tentang

Petunjuk

Teknis Standar

Pelayanan

Minimal

Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;

l'(eputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003

tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan

:

PERATURAN BUPATI TENTANG STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Bupati adalah Bupati Samosir.

2.

Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggara Urusan Pemerintahan

oleh

Pemerintah Daerah

dan

Dewan

Perwakilan

Rakyat

Daerah

menurut

Asas

Otonomi

dan Tugas

Pembantuan

dengan

Prinsip

Otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik lndonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik lndonesia Tahun 1945.

3.

Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Samosir.

4.

Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Samosir.

5.

Badan Lingkungan, Peneliiian dan Pengembangan yang selanjutnya

disingkat BLHPP

adalah

Lembaga

Teknis

Daerah

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di

bidang lingkungan hidup daerah Kabupaten Samosir.

6. Urusan

Wajib

adalah urusan pemerintahan

yang

berkaitan dengan

hak

dan

pelayanan

dasar warga

negara

yang

penyelenggaraannya diwajibkan oleh Peraturan Perundang-undangan

kepada daerah untuk perlindungan

hak

konstirusional, kepentingan

nasional, kesejahteraan masyarakat serta ketentraman dan ketertiban

umum dalam rangkil menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik lndonesia.

7.

Pelayanan dasar bidang lingkungan hidup adalah

jenis

pelayanan

publik

yang

mendasar

dan

mutlak untuk

mendapatkan mutu

lingkungan hidup yang baik dan sehat secara berkelanjutan. 11.

13.

14.

(4)

13. 14.

B.

Standar

Pelayanan

Minimal Bidang

Lingkungan

Hidup

yang

selanjutnya disingkat

sPM

Bidang

Lingkungan

Hidup

adalah

ketentuan

mengenai

jenis

dan

mutu

pelayanan

dasar

bidang lingkungan hidup yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak

di

peroleh setiap warga secara minimal sesuai karakteristik, kondisi dan kemampuan daerah.

9. Jenis pelayanan adalah kegiatan untuk melaksanakan urusan wajib

berskala daerah

yang

pencapaiannya

ditentukan

berdasarkan

indikator kinerja.

10. lndikator SPM adalah tolak ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang

digunakan

untuk

menggambarkan besaran Sasaran

yang

hendak

dipenuhi

dalam

pencapaian

SPM

berupa masukan proses, hasil

dan/atau manfaat PelaYanan.

1 1. Batas waktu pencapaian adalah batas waktu untuk mencapai target

jenis

pelayanan bidang lingkungan hidup secara bertahap sesuai

dengan indikator dan nilai yang ditetapkan.

12. Target tahunan adalah

nilai

persentase pencapaian kinerja pada

tahun yang bersangkutan.

lnstansi lingkungan hidup adalah instansi

yang

menyelenggarakan

urusan pemerintahan dibidang lingkungan hidup'

Kewenangan daerah adalah kewenangan yang diberikan pemerintah kepada daerah.

15.

Standar

teknis adalah

kualitas

dan

prosedur

pelayanan yang ditentukan oleh Pemerintah.

'16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disebut

APBN adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Negara yang

disetujui

oleh

Dewan Perwakilan Rakyat

dan

ditetapkan dengan

Undang-Undang.

17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut

APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah dan

DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

BAB II

TUJUAN, SASARAN DAN FUNGSI

Bagian Kesatu Tujuan Pasal 2

Tujuan

Strategi

Pencapaian

Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup adalah :

a.

Tersedianya acuan pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan HiduP;

b.

Agar

pencapaian standar Pelayanan Minimal bidang Lingkungan Hidup dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan'

i I I I I Bagian Kedua.../

(5)

Bagian Kedua Sasaran

Pasal 3

Sasaran

yang akan

dicapai dengan Strategi

Pencapaian Standar

Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup adalah :

a.

Terlaksananya pelayanan dasar bidang lingkungan hidup secara

terencana dan terukur;

b.

Terpenuhinya hak masyarakat terhadap kualitas lingkungan hidup yang baik;

c.

Tersedianya

akses

yang

mudah terhadap informasi lingkungan

hidup;

d.

Terlaksananya tindaklanjut pengaduan masyarakat

atas

dugaan

terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan.

Bagian Ketiga Fungsi Pasal 4

Strategi Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan

Hidup berfungsi sebagai :

a.

Tolak ukur tercapainya kualitas lingkungan hidup;

b.

Pengukuran

kinerja

penyelenggaraan

urusan

wajib

daerah,

khususnya

yang

berkaitan

dengan

pelayanan

minimal

bidang

lingkungan hidup;

c.

Acuan

prioritas

perencanaan

dan

prioritas

program/kegiatan bidang lingkungan hidup.

pembiayaan

BAB III

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Bagian Kesatu

Jenis Pelayanan

Pasal 5

Jenis

Standar

Pelayanan

Minimal Bidang

Lingkungan

Hidup

di Kabupaten Samosir meliputi .

a.

Pelayanan dasar pencegahan pencemaran air;

b.

Pelayanan dasar tindaklanjut pengaduan masyarakat akibat adanya

(6)

Bagian Kedua Target PencaPaian

Pasal 6

(1)

Target pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan

Hidup untuk

masing-masing

pelayanan

dasar

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal

5

dilaksanakan secara bertahap sampai

dengan

tahun

2013 dengan indikator kinerja

dan

batas waktu

pencapaian ini.

(2)

lndikator kinerja

dan

batas

waktu

pencapaian

dari

target

pencapaian

standar

Pelayanan

Minimal

untuk

masing-masing

pelayanan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua

Kriteria sasaran dari Target standar Pelayanan Minimal

Pasal 7

(1)

Sasaran

dari

target Standar Pelayanan Minimal untuk pelayanan

dasar pencegahan pencemaran

air

sebagaimana dimaksud dalam

pasal 5 huruf a memenuhi salah satu atau lebih dari kriteria sebagai

berikut :

a.

Usaha dan/atau

kegiatan

yang

menghasilkan

limbah

dari

proses

produksinya

berupa cairan dan/atau padat

yang berpotensi mencemari Perairan;

b.

Usaha dan atau kegiatan yang menggunakan bahan penunjang untuk produksi yang berpotensi mencemari perairan'

(2)

Sasaran

dari

target Standar Pelayanan Minimal untuk pelayanan

dasar tindaklanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 huruf b memenuhi salah satu atau lebih dari kriteria sebagai berikut :

a.

Usaha dan/atau kegiaian

yang

lokasi

dan/atau dampaknya

berada pada suatu wilayah Kabupaten Samosir;

b. Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup terjadi di

wilayah 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil laut;

Usaha dan/atau kegiatan

yang

penilaian analisis mengenai

dampak lingkungan hidup oleh komisi penilai analisis mengenai

dampak lingkungan hidup Kabupaten Samosir;

Usaha

dan/atau kegiatan

yang

izin

usaha

dan/atau

izin lingkungannya yang diberikan di Kabupaten Samosir'

c.

d.

(7)

.."

BAB IV

PENGORGANISASIAN

Pasal B

(1)

Bupati

sebagai

penanggungjawab

atas

penyerenggaraan

pelayanan dibidang Lingkungan

Hidup sesuai

dengan standar

Pelayanan

Minimal bidang

Lingkungan

Hidup

sebagaimana

dimaksud dalam pasal 5.

(2)

Penyelenggaraan

pelayanan

dibidang

Lingkungan

Hidup

sebagaimana

dimaksud

pada ayal

(1)

secara

operasional

dilaksanakan oleh

sKpD

yang membidangi Lingkungan Hidup di

Kabupaten Samosir.

(3)

SKPD

yang

membidangi Lingkungan

Hidup dalam

rangka

penyelenggaraan

pelayanan

wajib

menyusun

perencanaan

pencapaian

dan

penerapan

standar

pelayanan Minimal bidang Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat

(2)

secara

bertahap, ses.uai petunjuk

teknis

yang

diatur dalam

peraturan

Menteri Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 200g tentang petunjuk

Teknis standar

pelayanan

Minimal bidang

Lingkungan

Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

BAB V

PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PELAPORAN Pasal 9

(1)

SKPD yang membidangi Lingkungan Hidup menyusun perencanaan

pencapaian

dan

penerapan

standar

pelayanan Minimal

(spM)

bidang Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam pasal 5

secara bertahap.

(2)

SKPD yang membidangi Lingkungan

Hidup

menyampaikan laporan

hasil

pencapaian kinerja penerapan

standar

pelayanan Minimal

(sPM)

Bidang Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 kepada Bupati Samosir.

(3)

Berdasarkan laporan

sKpD

yang

membidangi Lingkungan Hidup

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati menyampaikan laporan

hasil

pencapaian kinerja penerapan

standar

pelayanan Minimal

(sPM)

Bidang

Lingkungan

Hidup

daerah

Kabupaten samosir kepada Gubernur.

Pasal 10

(1)

Dalam rangka menjaga kesinambungan pelayanan dasar terkait

urusan

wajib

lingkungan

hidup

ini,

program

dan

kegiatan ietap

diarahkan kepada pencapaian indikator Standar Pelayanan Minimal

(SPM) Bidang Lingkungan Hidup.

(2)

Program

dan

Kegiatan sebagaimana dimaksud

pada

ayat

(1)

(8)

BAB VI PEMBIAYAAN

Pasal 11

Pembiayaan pencapaian

dan

penerapan

standar

pelayanan Minimal bidang Lingkungan Hidup dibebankan pada Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten samosir dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB VII PENUTUP

Pasal 12

Peraturan Bupati samosir ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar

setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan

Bupati

ini

dengan

penempatannya

dalam

Berita

Daerah

Kabupaten Samosir.

Ditetapkan di Pangururan

pada tanggal, 14 September 2012

BUPATI SAMOSIR,

Cap/dto

MANGINDAR SIMBOLON

Diundangkan di Pangururan pada tanggal,

l8

Seprenber 2012

lr. HATORANGAN STMARMATA

PEMBINA UTAMA MUDA

NrP.1 9570622 198603 1 005

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2012 NOMOR }bSERI F NOMOR

}qg

(9)

o

N

5

c! L

-3

z

EF

9

=E-

0

P3

r

g

f:5

6

.--:5

t

t, qa

E

Ejc, I

L-A1

=rsF.Y=

;f,* < E

(jJ

E

fi

3

F=

o iiE o

=

0_

l

o

=

z

(,

z

f

V

x2

oJ

1.o

tz

a< o

26

4-tCl

N(qo

59io

ruXZE

trz=6

ntzz

>-<LlJ

uo2t

FUJ<<

o-ritL

u<lf

l

ax)m

:bHg

z

o_ O

z

uJ (L

f

F

Y

=

U)

F

m

z

o

t

LIJ

z

v

t

o

F

V

o

z

s

',1\ r(

tt

aQ

.l>

=o

4z

k

fi-"

E.

g

3u

< d

-

=H

f

3

p

g

3s

z<@

<

=

o'

-.rO

'?g$

frF

H

#

e

3i

$t

o

col (Il Jel L ->'

=t

cD el

Lc-{e

E-ES

ol 9r cL

{g

c=c

G(tr(I' (s= o, ols c llc= -o ([rz o-o

I

5r.!

Eg;

EO([(EFY

*blX;

EOJ_\z -(5

sk

Y>\ $(, ct(s

cE

-C

kq

EH (s o) c) (Jg 6<o o-c

cE

(I'G cc

qb

c G c (! ct

€E

(s(s

=3

o) (L c o o, c f g -c o) c o) (L U' f E f

t

s

O O -l X

EI

:l

FI

jj

l.-2

ls

.=

l=

tr lcl

E

l-rs (!'"ls t clrJ U tslx >r >l\ (/) Etp

b

F.ilE

?Et$

cg sl.li !! -l-- PIU 9

iil:

H bol "

p glF

E

gl€

IN

i

.e l-E

fr.EIB

>

(s

gls

I '-e

ls

rd ld

-c ltr

d lS (/) l\ :ll

El

ccl

EI

-t )t o ri >< $ ri N d s. B B) AC B) lt) sq L a) +J r B)

x

B) AJ

:

s a ,:. P (6 (s P h!

a

(s oo c (! Cg th L c) p (0 6 G C6 c) (J c.) o. (0 bo cd

6 ! cd ,-o Cg +r t< (! v, C! G bD q) o. G E c (tr c (s G o l-L (5 oc

cc

f(tr(o

Hgf

EEE

(I'(,O

H[E

c

3Ee

js_v

h

5s

Etrc,:

1S:

99,3s

(E--bo

E6.9E

3E=8

!o)Ec: ^(l) oo o) il-Y (U o. ,-i CJ Ree-c X'lz (5 N; (oE

3;.3E

PFEB

A--o

r

c X(s(6(5

.tF

(5-0eo

=

5x€€

-! orii 6

-crjz

=;

gsHi>

H

Xg;

biibP

ato.=

t

uJ

o

a

t

lrJ

t

(10)

KATA PENGANTAR

Amanat Pemerintah untuk menjalankan urusan pemerintahan wajib

dan

urusan pilihan secara gamblang telah tertuang

di

dalam

Peraturan

Pemerintah

Nomor

38

Tahun 2007

tentang

Pembagian

Urusan

Pemerintahan

antara

Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi

dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Berbeda dengan urusan mutlak yang

menjadi wewenang

Pemerintah,

urusan

wajib

dan

pilihan

dapat

diselenggarakan secara bersama-sama antara Pemerintah dan pemerintah

daerah, dimana

Pemerintah berperan

sebagai regulator

sedangkan pemerintah daerah sebagai implementator.

Salah

satu

urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Pemerintah tersebut adalah urusan bidang lingkungan

hidup.

Di

dalam

Undang-Undang

Nomor

32

Tahun

2009

tentang

Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan

Hidup

disebutkan

bahwa

perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang

dilakukan

untuk

melestarikan

fungsi

lingkungan

hidup

dan

mencegah

terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan

penegakan hukum.

Untuk

melaksanakan urusan-urusan

wajib

dimaksud,

maka Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal' Kementerian

teknis

ditugaskan menyusun pedoman

teknis

pelaksanaan

Standar

Pelayanan

Minimal,

sedangkan pemerintah

daerah

hanya

melaksanaan

pedornan

dan

ketentuan

yang telah

diterbitkan

oleh

Pemerintah.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan tersebut, maka pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten) dianjurkan menyusun strategi pencapaian

Standar Pelayanan Minimal

yang dapat

dituangkan

dalam peta

jalan

(roadmap) pencapaian Standar Pelayanan Minimal. Pemerintah Kabupaten Samosir dan Pusat Kajian Kinerja Otonorni Daerah LAN telah bekerjasama untuk menyusun roadmap pencapaian Standar Pelayanan Minimal

di

lima

(11)

Semoga dokumen

ini

dapat

bermanfaat

bagi

Badan

Lingkungan

Hidup,

Penelitian

dan

Pengembangan

Kabupaten

Samosir

dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, khususnya dalam melaksanakan

tugastugas di

bidang

lingkungan

hidup,

dan

pada umumnya bagi Pemerintah Kabupaten Samosir dalam upaya melaksanakan urusan wajib

yang

menjadi

kewenangannya

sesuai amanat

peraturan

perundang-undangan.

Pangururan,

lt

Sqptember 2012

BUPATI SAMOSIR

(12)

DAFTAR ISI Pengantar Daftar Tabel BAB I PENDAHULUAN

A.

l,atar Belakang

B.

Tujuan

C.

Ruang Lingkup Strategi Pencapaian SPM Bid. Lingkungan Hidup ...,...

D.

Metodo1ogi...

E.

Sistematika Penulisan ... BAB II I(ONSEP DAN I(EBIIAKAN

A.

I(onsep Standar Pelayanan

Minimal

7

B.

I(ebijakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan

Hidup....

15 PENCAPAIAN SPM BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

A.

Deskripsi Wilayah l{abupaten

Samosir

31

B.

Tugas Pokok

dan

Fungsi Badan Lingkungan Hidup, Penelitian dan

Pengembangan...

34

C.

Perkembangan Pencapaian SPM Bidang Lingkungan

Hidup

37

D.

Permasalahan dan

Tantangan

41,

ANALISIS STRATEGI PENCAPAIAN SPM

A.

Analisis

SWOT

43

B.

Roadmap Pencapaian SPM Bidang Lingkungan

Hidup

48

C.

Strategi Capaian SPM Bidang Lingkungan

Hidup

49

D.

Kebutuhan Sumber Daya Pencapaian SPM

...,..

57

E. Anggaran

58 BAB

III

BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAIG t iii iv 1 4 5 5 6 BABIV 60 62

(13)

Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel4.2 Tabel 4.3 f abel4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel4.7 DAFTAR TABEL

lndikator dan Target Capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Menurut PermenLH Nomor .2012Q08.

Luas Wilayah dan Jumlah Desa di Setiap Kecamatan

lndikator dan Capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2008-201'1 ... ... .

lnternal Faktors Summary (IFAS).

Eksternal Faktors Analysis Summary

(EFAS).

... ... ..-.

Roadmap Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup.

Program, Kegiatan, Target dan Kebutuhan Anggaran Yang Terkait Pencapaian SPM.

Program, Kegiatan, Target dan Kebutuhan Anggaran Pendukung Pencapaian SPM.

Kondisi SDM Berdasarkan Kebutuhan Kondisi Sarana Prasarana.

,18 3'1 40 43 44 4B 52 55 57

(14)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pertumbuhan

setiap sektor

baik

pertambahan

penduduk,

peningkatan konsumsi manusia hingga kemajuan teknologi tidak hanya

mendatangkan perubahan kearah yang diinginkan atau dengan kata lain

mendatangkan dampak positif, tetapi juga terjadi dampak negatif terutama

terhadap

rona

wilayah

lingkungan. Peningkatan

dan

percepatan

pembangunan

juga

menjadi faktor penting yang memberikan kontribusi

yang akan menimbulkan keterbatasan dan perubahan potensi peruntukan

dan

tata

kelola lahan.

Dampak keseluruhan aktivitas tersebut telah

menimbulkan berbagai

efek

nyata

yang dapat

kita

rasakan

saat

ini,

berupa pencemaran air, udara, kerusakan tanah dan lahan, kerawanan

bencana alam, penurunan jumlah habitat hewan dan kerusakan vegetasi

atau

keseluruhannya

yang

secara umum disebut

degradasi kualitas

lingkungan dan alam. Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun

tersebut tentunya

akan

mengancam kelangsungan

perikehidupan

manusia

dan

makhluk

hidup

lainnya,

untuk itulah perlu

dilakukan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh

-

sungguh

dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan.

Berdasarkan Pasal 2BH ayat

(1)

UUD 1945 yaitu "Sefiap orang

berhak

hidup

sejahtera

lahir

dan

batin,

bertempat

tinggal,

dan

mendapatkan

lingkungan

hidup

yang baik dan

sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan" dan Pasal

33

ayat

(4)

UUD

1945

"Perekonomian

nasional

diselenggarakan

berdasar

a/as

demokrasi

ekonomi dengan

prinsip

kebersamaan,

efisiensi

berkeadilan,

berkelanjutan, benuawasan lingkungan, kemandirian,

serta

dengan

menjaga keseimbangan kemajuan

dan

kesatuan

ekonomi nasionaf'

Pemerintah dalam hal ini

telah

mengakomodasi perlindungan konstitusi

(constitutional protection) baik terhadap warga negara untuk memperoleh

(15)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

lingkungan

hidup

yang

lestari

atas

dampak negatif

dari

aktivitas

perekonomian

nasional.

Ketentuan ini

pulalah

mengandung pengertian

bahwa setiap warga negara berhak dan memperoleh jaminan konstitusi

(constitutional guranteee) untuk hidup dan memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat untuk tumbuh dan berkembang.

Pemerintah

melalui

Undang-Undang

Nomor

32

Tahun

2004,

menyatakan

bahwa

masing-masing

daerah secara

terpadu

untuk

melakukan strategi pengelolaan sumber

daya alam

yang

mendorong

konsep pembangunan daerah berkelanjutan dengan tata kelola wilayah

yang perspektif lingkungan.

Kemudian,

perlindungan

dan

pengelolaan

lingkungan hidup juga diatur dalam Pasal

1

angka

(2)

Undang-Undang

Nomor

32

Tahun

2009

tentang

Perlindungan

dan

Pengelolaan

Lingkungan Hidup (UUPPLH), dimana dalam pengertiannya perlindungan

dan

pengelolaan lingkungan hidup

merupakan

upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,

pengawasan, dan penegakan hukum.

Selanjutnya, sesuai Pasal 13 dan 14 huruf

j

Undang-undang Nomor

32

Tahun 2004 tentang

Pemerintahan

Daerah,

lingkungan

hidup merupakan urusan wajib

dan

dalam penyelenggaraannya berpedoman

pada

Standar

Pelayanan Minimal

(SPM)

yang

dilaksanakan secara

bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini sejalan dengan Pasal B Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Sebagai tindak lanjut

dari

Peraturan Pemerintah tersebut telah

diterbitkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 tahun

2008

tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang

Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Ada empat jenis pelayanan

yang menjadi urusan wajib kabupaten/kota, yaitu; pelayanan pencegahan

pencemaran air; pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber

tidak

bergerak; pelayanan informasi status kerusakan

lahan

danlatau

(16)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

tanah untuk

produksi biomassa; pelayanan

tindak lanjut

pengaduan

masyarakat

akibat

adanya dugaan pencemaran

dan/atau

perusakan lingkungan hidup.

\

\

i L/ Fefavanan

rE**g.*r",*-,

penc€rl}alsn al4 Pel*vxnin rnfoffissi ,,lri*t*i &;**sakan

l*h*n

I $Pil'l Bidang l-in gkun ga n l{id n p

\

2) 3) Pe$aysnarr'

,/

P€ftcegeftsr!"

./

pr*ncemarnrl udarx

f'elnf inan ttncak .

lanj{"'t p€ng$rtuan j

nibsy*rakat

,

Gambar. 1.1

Ruang Lingkup Pelayanan Dasar SPM Bidang Lingkungan Hidup

Berdasarkan

gambar

1.1

dapat

diuraikan

bahwa

sPM

bidang lingkungan hidup terdiri dari :

1)

Pelayanan

pencegahan pencemaran

air

yaitu

tindakan

secara

manajemen/administratif

dan

secara

teknik yang

dilakukan oleh

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam rangka mencegah

masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia.

Pencemaran udara yang diartikan dengan turunnya kualitas udara sehingga udara mengalami penurunan mutu dalam penggunaannya

yang

akhirnya

tidak

dapat digunakan

lagi

sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya.

Pelayanan lnformasi Status Kerusakan Lahan

dapat

diuraikan ke

dalam

2

(dua) bentuk yaitu tanah sebagai salah satu sumber daya alam, wilayah hidup, media lingkungan, dan faktor produksi termasuk

produksi

biomassa

yang

mendukung

kehidupan manusia

serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestariannya dan biomassa

yaitu

tumbuhan atau bagian-bagiannya yaitu bunga, biji,

buah, daun,

ranting, batang,

dan

akar, termasuk tanaman yang dihasilkan oleh kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan tanaman

(17)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

4)

Pelayanan

tindak lanjut hasil

pengaduan masyarakat merupakan

dampak dari peningkatan kesadaran masyarakat untuk mendapatkan

hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Peraturan Pemerintah

Nomor

38

Tahun

2007

menempatkan

lingkungan hidup merupakan urusan wajib ketiga setelah pendidikan dan kesehatan sehingga pencapaian pelayanan minimal

ini

menjadi sangat

penting bagi pemerintdah daerah. Pencapaian Standar Pelayanan Minimal

(SpM)

merupakan

bukti

keberhasilan Kepala Daerah dalam memenuhi

pelayanan dasar kepada

masyarakat.

Namun

demikian,

permasalahan

yang

ada

dalam

penerapan

Standar

Pelayanan

Minimal (SPM)

pada pemerintah daerah adalah masih minimnya komitmen pemerintah daerah dalam pencapaian standar pelayanan minimal khususnya lingkungan hidup

ini yang ditunjukkan dengan belum tersedianya peraturan daerah tentang standar pelayanan minimal. Kemudian, dengan telah dikeluarkannya Surat

Edaran Menteri

Dalam

Negeri

Nomor

10011023/SJ

tentang

Percepatan

Pelaksanaan Penerapan

dan

Pencaparan Standar Pelayanan Minimal di

Daerah.

Berdasarkan

hal

tersebut,

maka

pemerintah

daerah

Samosir

menindaklanjuti hal-hal yang terkait dengan pencapaian Standar Pelayanan

Minimal (SPM) khususnya lingkungan hidup yang dituangkan dalam strategi pencapaian target standar pelayanan minimal lingkungan hidup.

B.

Tujuan

Tujuan yang ingin dicaPai adalah :

1.

Mengetahui sejauh mana pemahaman daerah tentang pedoman dan petunjuk teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup

2.

Mengetahui Perkembangan dan berbagai kendala dalam pencapaian

standar Pelayanan Minimal (sPM) di bidang lingkungan hidup

3.

Mendorong Pemerintah Kabupaten Samosir untuk menjadikan Standar Pelayanan Minimal

(SPM)

yang

ditetapkan sebagai acuan dalam

dokumen perencanaan dan penganggaran guna menjamin optimalisasi

penerapan dan pencapaian standar Pelayanan Minimal (sPM).

4

Mendorong Pemerintah Kabupaten

Samosir

membuat

Laporan

Tahunan Target Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

3

Tahun 2007 tentang Laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD)

dan

Peraturan Menteri

(18)

5

c.

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 tentang Tata cara Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah;

Menyusun rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang

memuat target tahunan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)

dengan mensinkronkan

dan

mengitegrasikan

ke

dalam RPJMD dan

Renstra SKPD.

Ruang

Lingkup Strategi

Pencapaian

Standar

Pelayanan Minimal

(SPM) Bidang Lingkungan Hidup

1. Pencapaian

kinerja

standar

Pelayanan

Minimal

(sPM)

Bidang

Lingkungan Hidup.

2. Permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup

3. Pemetaan faktor kekuatan, kelemahan, tantangan dan potensi daerah

terkait dengan percepatan penerapan Standar Pelayanan Minimal

(SPM) Bidang Lingkungan HiduP

4.

Target

Capaian

standar

Pelayanan Minimal

(sPM)

Bidang Lingkungan Hidup (Roadmap 2008-201 5).

5. Strategi pencapaian (road map) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir.

D.

Metodologi

Metode perumusan yang dilakukan dalam penyusunan strategi ini

yakni menggunakan data-data yang tersebar

di

SPKD, dalam

hal

ini

Badan Lingkungan Hidup, Penelitian

Dan

Pengembangan Kabupaten

Samosir, termasuk data-data yang ada

di

level kaupaten/kota. Data-data

yang

digunakan

dalam

perumusan

strategi

ini

meliputi

:

Rentra

Kabupaten,

LAKIP

Kabupaten,

Rentra SKPD, LAKIP

dan

dokumen

lainnya yang relevan.

Sedangkan

teknik

pengumpulan

data

dalam kegiatan kajian ini

mencakup sejumlah kegiatan, terdiri dari. pengumpulan literatur berkaitan

dengan Standar

Pelayanan

Minimal,

pengumpulan

data

melalui kuesioner/angket, dan pengumpulan data melalui wawancara/FGD .

(19)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

E.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan

dalam

penyusunan

strategi

pencapaian

Standar Pelayanan Minimal

(SPM)

Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut :

Bab

I

Pendahuluan, memuat latar belakang, tujuan, ruang lingkup

strategi pencapaian SPM bidang Lingkungan Hidup, metode

perumusan, kerangka berpikir dan sistematika penulisan.

Bab

ll

Konsep

dan

Kebijakan, berisi konsep-konsep yang berkaitan

dengan standar pelayanan minimal serta kebijakan-kebijakan di bidang standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup.

Bab

lll

Pencapaian

Standar

Pelayanan

Minimal

(SPM)

Bidang

Lingkungan Hidup, berisi perkembangan pencapaian Standar

Pelayanan

Minimal

(SPM)

Bidang

Lingkungan

Hidup,

Permasalahan dan tantangan kedepan.

Bab

lV

Analisis

Strategi

Pencapaian

Standar

Pelayanan Minimal

(SPM), memuat analisis SWOT, target pencapaian SPM bidang

lingkungan

hidup

(roadmap

2008-2015),

strategi

capaian

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup

dan

kebutuhan sumber daya pencapaian Standar Pelayanan

Minimal (SPM).

Bab

V

Penutup berisi saran yang dapat digunakan sebagai strategi

yang tepat dalam

percepatan pencapaian

target

Standar

Pelayanan Minimal

(SPM) bidang

lingkungan

hidup

pada

(20)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

BAB II

KONSEP DAN KEBIJAKAN

A.

Konsep Standar Pelayanan Minimal

Dalam

konteks

pelayanan

publik

di

daerah,

kebijakan

desentralisasi dan otonomi daerah ditujukan untuk meningkatkan kualitas

penyelenggaraan pemerintahan

daerah,

kesejahteraan

rakyat

dan

pemberdayaan

masyarakat.

Karena

itu

pemerintah

daerah

harus

menyediakan

pelayanan

publik

yang

sesuai dengan

kebutuhan

masyarakat. Sesuai dengan Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32

Tahun

2004,

Pemerintah

Pusat

menyelenggarakan

urusan pemerintahanan yang melipuli politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

Pada

ayat

(5)

Undang-Undang tersebut dinyatakan

pula

bahwa

pemerintah

juga

menyelenggarakan urusan pemerintahan

di

luar enam

urusan pemerintahan tersebut. Sedangkan

pada Pasal

11

Undang-Undang

ini

dinyatakan bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan

dibagi

berdasarkan

kriteria

eksternalitas, akuntabilitas,

dan

efisiensi

dengan

memperhatikan keserasian

hubungan

antar

susunan pemerintahan.

Eksternalitas, adalah dampak

yang timbul

sebagai

akibat

dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan kriteria eksternalitas ditentukan berdasarkan

luas,

besaran,

dan

jangkauan

dampak

yang

timbul

akibat

penyelenggaraan

suatu

urusan

pemerintahan. Berdasarkan kriteria

eksternalitas maka semakin langsung dampak penyelenggaraan suatu

urusan pemerintahan kepada masyarakat, maka urusan tersebut paling tepat untuk diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.

Akuntabilitas,

adalah

pertanggungjawaban

pemerintah,

pemerintahan daerah propinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota

dalam

penyelenggaraan

urusan

pemerintahan

tertentu

kepada

masyarakat. Penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan kriteria

akuntabilitas

ditentukan

berdasarkan

kedekatan

suatu

tingkatan

(21)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

ditimbulkan

oleh

penyelenggaraan

suatu

urusan

pemerintahan

Berdasarkan kriteria akuntabillitas maka semakin dekat pemberi layanan dan penggunanya, dan semakin banyak jumlah pengguna layanan maka layanan tersebut lebih tepat diselenggarakan oleh pemerintahan daerah

kabupaten/kota.

Efisiensi, adalah tingkat daya guna tertinggi yang dapat diperoleh

dari

penyelenggaraan Suatu

urusan

pemerintahan. Penyelenggaraan

urusan

pemerintahan berdasarkan

kriteria

efisiensi

ditentukan

berdasarkan perbandingan tingkat daya guna

yang

paling tinggi yang

dapat

diperoleh

dari

penyelenggaraan

suatu urusan

pemerintahan"

Berdasarkan kriteria efisiensi maka penyelenggaraan urusan lebih tepat pada tingkat pemerintahan dimana terdapat perbandingan terbaik antara

cosf

penyelenggaraan

urusan

dibandingkan

dengan

manfaat

yang diperoleh dengan penyelenggaraan urusan. Penggunaan kriteria kriteria

eksternalitas, akuntabilitas,

dan

efisiensi

dalam

pembagian urusan

pemerintahan antar tingkat pemerintahan dilaksanakan secara kumulatif sebagai satu kesatuan.

Urusan pemerintahan

yang

menjadi kewenangan pemerintahan

daerah,

yang

diselenggarakan

berdasarkan

kriteria

eksternalitas,

akuntabilitas

dan

efisiensi terdiri

dari

urusan wajib

dan

urusan pilihan.

Urusan

wajib

didefinisikan

sebagai urusan daerah otonom

yang

penyelenggaraannya

diwajibkan

oleh

pemerintah.

Hal

ini

berarti

pemerintah menetapkan urusan mana

yang

merupakan urusan dasar

yang

menjadi prioritas penyelenggaraan

dan

mana

yang

merupakan urusan pilihan.

Urusan

wajib yang

menjadi kewenangan pemerintahan daerah

propinsi merupakan urusan dalam skala propinsi, sedangkan urusan wajib

yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota

merupakan

urusan

yang

berskala

kabupaten/kota. Penyelenggaraan

urusan

pemerintahan

yang

bersifat

wajib, baik untuk

pemerintahan

propinsi maupun untuk pemerintahan kabupaten dan kota sebagaimana disebutkan

di

atas harus berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal

(sPM)

Urusan

yang

bersifat pilihan adalah urusan-urusan

yang

dapat

dipilih untuk

diselenggarakan

oleh

pemerintahan

daerah

berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan sebagaimana disebutkan di atas.

(22)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

Urusan yang bersifat pilihan tersebut meliputi urusan pemerintahan yang

secara nyata

ada dan

berpotensi

untuk

meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan,

dan

potensi unggulan

daerah

yang

bersangkutan.

Dalam

penyelenggaraan

urusan

pilihan

tersebut,

pemerintahan

daerah

provinsi

dan

pemerintahan daerah

kabupatenikota dapat memilih bagian urusan pemerintahan pada

bidang-bidang tertentu seperti pertanian, kelautan, pertambangan

dan

energi,

kebutanan

dan

perkebunan, perindustrian

dan

perdagangan,

perkoperasian, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan,

dan

berbagai

bidang lainnya.

Adanya pembagian urusan pemerintahan memberi petunjuk bahwa terdapat urusan-urusan pemerintahan tertentu yang penyelenggaraannya

dibagi-bagi

antara

pemerintah, pemerintahan

daerah

provinsi,

dan

pemerintaha n daerah kabupaten/kota. Dengan dem ikian penyelenggaraa n

urusan

pemerintahan

tersebut

melibatkan pemerintah, pemerintahan

daerah propinsi

dan

pemerintahan

daerah

kabupaten/kota secara

bersama-sama.

Pembagian

dalam

penyelenggaraan

urusan

pemerintahan tersebut merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan

antara pemerintah dan pemerintahan daerah propinsi, kabupaten dan kota

atau

antar

pemerintahan daerah

yang

saling

terkait,

tergantung dan

sinergis sebagai satu sistem pemerintahan.

Sesuai dengan deskripsi di atas, Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004

mengamanatkan bahwa penyelenggaraan

urusan

pemerintahan

yang

bersifat

wajib

dilaksanakan dengan berpedoman

pada

Standar

Pelayanan Minimal

(SPM)

yang dilaksanakan secara bertahap. Standar

Pelayanan Minimal (SPM) dimaksud akan dijabarkan oleh masing-masing

kementrian/lembaga terkait untuk menyusun Standar Pelayanan Minimal (SPM) masing-masing.

Ketentuan tentang Standar Pelayanan Minimal

(SPM)

yang harus

dipenuhi

oleh

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten

dan

Kota

dalam penyediaan pelayanan publik, adalah merupakan hal yang baru dalam sejarah pelaksanaan otonomi daerah

di

lndonesia. Sebagai hal

baru, wajar

jika

pengertian Standar Pelayanan Minimal

(SPM)

belum

banyak dipahami secara

luas oleh

masyarakat. Pemahaman Standar

Pelayanan Minimal (SPM) secara memadai bagi masyarakat merupakan

hal yang

signifikan

karena

berkaitan

dengan

hak-hak konstitusional

(23)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

perorangan maupun kelompok masyarakat yang harus mereka peroleh

dan wajib dipenuhi oleh pemerintah, berupa tersedianya pelayanan publik

(pelayanan

dasar)

yang

harus

dilaksanakan pemerintah

kepada

masyarakat

Di

lalaran birokrasi daerah sendlri, pengertian SpM, masih

sering dikacaukan dengan standar/persyaratan teknis, standar kerja dan standar pelayanan prima.

Standar pelayanan minimal (SPM) didefinisikan sebagai tolok ukur

untuk

mengukur kinerja penyelenggaraan urusan

wajib

daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat. Adanya Standar

Pelayanan Minimal (SPM) sangat diperlukan baik bagi Pemerintah Daerah

maupun

bagi

masyarakat, mengingat

bahwa

pemerintah

Daerah

merupakan

ujung

tombak

pemberian pelayanan kepada

warga

masyarakat. Bagi Pemerintah Daerah, Standar pelayanan Minimal (spM) dapat dijadikan tolok ukur dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk membiayai penyediaan pelayanan tersebut. Sedangkan bagi masyarakat,

adanya

standar

Pelayanan

Minimal

(spM)

akan

menjadi

acuan

mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

standar Pelayanan Minimal

(sPM)

merupakan standar pelayanan

yang minimal

dan

wajib

disediakan

oleh

Pemerintah Daerah kepada

masyarakatnya.

Adanya standar

Pelayanan

Minimal

(spM)

akan

menjamin

minimal

pelayanan

yang

berhak diperoleh

masyarakat.

Disamping itu, Standar Pelayanan Minimal (spM) dapat mengembangkan

dan menerapkan standar kinerja untuk kewenangan daerah yang lain.

Pada

dasarnya

pusat

pelayanan

yang paling dekat

dengan

masyarakat adalah

di

tingkat kabupaten/kota.

oleh

karena

itu,

Standar Pelayanan Minimal (SPM) basis penerapannya adalah di kabupatenikota.

Pemerintah melalui departemen sektoral membuat Standar pelayanan

Minimal

(sPM)

untuk masing-masing pelayanan yang menjadi bidang tugasnya.

Pemerintah

provinsi

berdasarkan

Standar pelayanan

Minimal

(sPM)

dari

pusat dalam kapasitasnya sebagai

wakil

pusat

di

daerah

bekerjasama

dengan

daerah

kabupaten/kota membahas bagaimana

pencapaian

Standar

Pelayanan

Minimal

(sPM)

tersebut.

Dalam

pelaksanaan

standar

Pelayanan

Minimal

(spM)

bagi

daerahnya,

pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota dalam wilayahnya

(24)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

bekerjasama merumuskan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) tersebut dengan mempertimbangkan kondisi objektif yang ada

di

setiap

daerah

yang

bersangkutan. Selanjutnya, pemerintah kabupaten/kota

melalui Perda masing-masing menentukan cara pelaksanaan pelayanan

tersebut berdasarkan Standar Pelayanan Minimal

(SPM) yang

telah

disepakati

pencapaiannya

dengan

pemerintah provinsi.

Standar

Pelayanan

Minimal (SPM)

yang

diimplementasikan

ditingkat

kabupaten/kota menjadi dasar

bagi

pengawasan

yang

dilakukan oleh

provinsi sebagai wakil pusat di daerah.

Pelayanan-pelayanan yang berbasis Standar Pelayanan Minimal

(SPM) tersebut kemudian diakomodasikan dalam Renstra daerah dan

dilaksanakan

setiap

tahunnya melalui

APBD.

Pelaksanaan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) tersebut kemudian dievaluasi untuk melihat

sejauhmana pelaksanaannya

dan

masalah-masalah

apa

yang

terjadi dalam implementasi untuk dijadikan feedback bagi penyempurnaannya.

Sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005, bahwa penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) oleh masing-masing Menteri/Pimpinan LPND dilakukan melalui konsultasi yang dikoordinasi

oleh

Menteri Dalam Negeri. Konsultasi tersebut dilakukan

dengan

tim

konsultasi yang terdiri dari unsur-unsur Departemen Dalam

Negeri, Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasiclnal/Kepala

Bappenas, Departemen Keuangan, Kementrian Negara Pemberdayaan

Aparatur Negara, dengan melibatkan Menteri/Pimpinan LPND terkait,

yang dibentuk dengan Kepmendagri. Hasil konsultasi tersebut dikeluarkan

oleh masing-masing Departemen/LPND sebagai Peraturan Menteri yang

bersangkutan.

Sebelum Peraturan Pemerintah Nomor

65

Tahun 2005 tersebut

dikeluarkan,

untuk

mengatasi kelangkaan

peraturan

perundangan

mengenai

Standar

Pelayanan

Minimal (SPM)

sedangkan

Standar

Pelayanan Minimal (SPM) harus sudah dilaksanakan, maka dikeluarkan

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2002 tentang

Pelaksanaan Kewenangan

Wajib

dan

Standar

Pelayanan Minimal

Berdasarkan

Surat

Fdaran Menteri Dalam Negeri tersebut, beberapa

departemen telah mengeluarkan Pedoman Standar Pelayanan Minimal

(SPM).

Pedoman tersebut digunakan

untuk

menjabarkan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) ke dalam aturan yang lebih spesifik, seperti

(25)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

penjabaran definisi operasional,

cara

perhitungan pencapaian kinerja, rumus indikator, sumber data, target, maupun langkah-langkah kegiatan

yang harus dilakukan.

Kondisi pelayanan publik yang diberikan oleh Pemerintah Daerah di lndonesia saat ini sangat beragam dari satu daerah ke daerah lainnya,

baik

dari segi

kuantitas maupun

kualitasnya. Misalnya,

dalam

hal

penyediaan Puskesmas di setiap Kecamatan sebagai Standar Pelayanan

Minimal (SPM)

di

bidang kesehatan masih belum dapat dipenuhi oleh banyak Pemerintah Daerah. Demikian pula dengan dengan pelayanan di

bidang lainnya, seperti pelayanan KTP, akses jalan

dari

kecamatan ke

ibukota Kabupaten, dan sebagainya masih berada dalam kondisi di bawah

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

yang

ditetapkan

oleh

Pemerintah

Pusat (departemen terkait).

Berkenaan dengan penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal (SPM) tersebut

di

atas dan sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah

Nomor 65 Tahun 2005, maka diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor

6

Tahun

2007 tentang

Petunjuk

Teknis

Penyusunan dan

Penetapan

Standar

Pelayanan Minimal,

dimana

ruang

lingkup

dari

Permendagri

tersebut meliputi.

a)

Jenis

pelayanan

dasar

yang

berpedoman

pada

Standar

Pelayanan

Minimal

(SPM),

b)

lndikator

Standar Pelayanan Minimal (SPM),

c)

nilai Standar Pelayanan Minimal

(SPM),

d)

Batas waktu pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM),

dan

e)

Pengorganisasian penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal

(sPM)

Adapun penjabaran untuk masing-masing ruang lingkup tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Penentuan

jenis

pelayanan dasar

yang

berpedoman

pada

Standar

Pelayanan Minimal (SPM) mengacu pada kriteria'.

a. merupakan bagian dari pelaksanaan urusan wajib;

b. merupakan pelayanan yang sangat mendasar yang berhak diperoleh

setiap warga secara minimal sehingga dijamin ketersediaannya oleh

konstitusi, rencana

jangka

panjang nasional,

dan

konvensi

internasional

yang

sudah

diratifikasi,

tanpa

memandang latar

belakang pendapatan, sosial, ekonomi, dan politik warga;

c.

didukung dengan data dan informasi terbaru yang lengkap secara

nasional serta latar belakang pengetahuan

dan

ketrampilan yang

(26)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan dasar sebagaimana

dimaksud pada huruf

b,

dengan berbagai implikasinya, termasuk implikasi kelembagaan dan pembiayaannya; dan

d. terutama yang tidak menghasilkan keuntungan materi.

2. Penentuan indikator standar pelayanan minimal menggambarkan hal-hal sebagai berikut.

a. tingkat atau besaran sumberdaya yang digunakan, seperti sarana

dan prasarana, dana, dan personil;

b.

tahapan yang digunakan, termasuk upaya pengukurannya, seperti

program

atau

kegiatan yang dilakukan, mencakup waktu, lokasi,

pembiayaan, penerapan, pengelolaan

dan

keluaran,

hasil

dan

dampak;

c.

wujud

pencapaian

kinerja, meliputi

pelayanan

yang

diberikan, persepsi, dan perubahan perilaku masyarakat;

d.

tingkat kemanfaatan yang dirasakan sebagai nilai tambah, termasuk

kualitas hidup, kepuasan konsumen atau masyarakat, dunia usaha,

pemerintah dan pemerintahan daerah; dan

e.

keterkaitannya dengan keberadaan sistem informasi, pelaporan dan

evaluasi penyelenggaraan pemerintahan

daerah

yang

menjamin

pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) dapat dipantau dan dievaluasi oleh pemerintah secara berkelanjutan.

3. Penentuan NilaiStandar Pelayanan Minimal (SPM):

a. kualitas berdasarkan standar teknis dari jenis pelayanan dasar yang

berpedoman

pada

Standar

Pelayanan

Minimal

(SPM)

dengan

mempertimbangkan standar pelayanan tertinggi yang telah dicapai

dalam bidang pelayanan dasar yang bersangkutan

di

daerah dan

pengalaman empiris tentang cara penyediaan pelayanan dasar yang

bersangkutan

yang

telah

terbukti

dapat

menghasilkan mutu

pelayanan

yang

hendak dicapai,

serta

keterkaitannya dengan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam suatu bidang pelayanan

yang sama dan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam

bidang pelayanan yang lain;

b. cakupan

jenis

pelayanan dasar

yang

berpedoman

pada

Standar

Pelayanan

Minimal

(SPM) secara

nasional

dengan

mempertimbangkan kemampuan keuangan nasional

dan

daerah

serta kemampuan kelembagaan dan personil daerah dalam bidang

pelayanan

dasar

yang

bersangkutan,

variasi kondisi

daerah,

termasuk kondisi geografisnya.

(27)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

4. Batas waktu pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Batas waktu pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan

kurun waktu

yang

ditentukan

untuk

mencapai Standar Pelayanan

Minimal

(SPM) secara

nasional.

Dalam

menentukan

batas

waktu

pencapaian

Standar

Pelayanan

Minimal

(SPM)

harus

mempertimbangkan :

a.

status

jenis

pelayanan

dasar

yang

bersangkutan

pada

saat ditetapkan;

b. sasaran dan tingkat pelayanan dasar yang hendak dicapai;

c. variasi faktor komunikasi, demografi dan geografi daerah; dan

d. kemampuan, potensi, serta prioritas nasional dan daerah.

5. Pengorganisasian penyelenggaraan SPM mencakup'.

tatacara

penyusunan

dan

penetapan

Standar

Pelayanan Minimal

(SPM) serta pembinaan dan pengawasan penerapannya.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan alat untuk mengukur

kinerja pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan pelayanan dasar. Tingkat kesejahteraan masyarakat akan sangat tergantung pada tingkat

pelayanan

publik

yang

disediakan

oleh

pemerintah

daerah.

Standar

Pelayanan Minimal (SPM) sangat diperlukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat sebagai konsumen pelayanan

itu

sendiri. Bagi pemerintah

daerah suatu Standar Pelayanan Minimal (SPM) dapat dijadikan sebagai

tolak ukur (benchmark) dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk

menyediakan pelayanan tertentu. Sedangkan bagi masyarakat Standar

Pelayanan Minimal (SPM)

akan

menjadi acuan

dalam

menilai kinerja pelayanan publik, yakni kualitas

dan

kuantitas suatu pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah daerah.

Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) memiliki manfaat sebagai

berikut:

1.

Dengan Standar

Pelayanan

Minimal

(SPM)

akan

lebih

terjamin

penyediaan pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat;

2. Standar Pelayanan Minimal (SPM) akan bermanfaat untuk menentukan

Standar

Analisis

Biaya (SAB)

yang

sangat dibutuhkan pemerintah

daerah untuk menentukan jumlah anggaran

yang

dibutuhkan untuk

menyediakan suatu pelayanan publik;

(28)

J.

4.

5.

6.

7

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

Standar

Pelayanan Minimal (SPM)

akan

menjadi landasan dalam

penentuan perimbangan keuangan yang lebih adil dan transparan (baik Dana Alokasi Umum/DAU maupun Dana Alokasi Khusus/DAK);

Standar Pelayanan Minimal (SPM) akan dapat dijadikan dasar dalam

menentukan anggaran

kinerja

dan

membantu pemerintah daerah dalam melakukan alokasi anggaran yang lebih berimbang;

Standar Pelayanan Minimal (SPM) akan dapat membantu penilaian

kinerja (LPJ) Kepala Daerah secara lebih akurat dan terukur sehingga

mengurangi kesewenang-wenangan dalam menilai kinerja pemerintah daerah;

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

akan dapat

menjadi

alat

untuk

meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah kepada masyarakat,

karena masyarakat akan dapat melihat keterkaitan antara pembiayaan dengan pelayanan publik yang dapat disediakan pemerintah daerah;

Standar Pelayanan Minimal

(SPM)

akan

menjadi argumen dalam

melakukan rasionalisasai kelembagaan pemerintah daerah, kualifikasi

pegawai, serta korelasinya dengan pelayanan masyarakat.

B.

Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup

Dalam penyelenggaraannya, Standar Pelayanan Minimal (SPM)

dibuat berdasarkan sejumlah peraturan perundang-undangan, yakni: (a)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

(b)

Undang-Undang

Nomor

33

Tahun 2004 tentang

Perimbangan

Keuangan

antara

Pemerintah

Pusat

dan

Pemerintahan Daerah; (c)

Peraturan Pemerintah

Nomor

3B

Tahun 2007 tentang

Pembagian

Kewenangan

antara

Pemerintah, Pemerintah

Daerah

Provinsi

dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; (d) Peraturan Pemerintah Nomor 3

Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah dan lnformasi

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

dan

(e)

Peraturan

Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 mengenai Pedoman Penyusunan dan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

Disamping kebijakan secara nasional, telah terbit pula kebijakan

turunan di lingkungan kementerian dalam negeri yakni Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan

dan

Penetapan Standard Pelayanan Minimal

dan

Keputusan Menteri

(29)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

Dalam Negeri Nomor 100.05-76 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim

Konsultasi Penyusunan Standard Pelayanan Minimal'

Sesuai dengan Pasal

5

ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 65

Tahun 2005, penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) oleh

masing-masing

Menteri/Pimpinan

LPND

dilakukan

melalui

konsultasi yang dikoordinasi

oleh

Menteri Dalam Negeri. Konsultasi tersebut dilakukan dengan

tim

konsultasi yang terdiri dari unsur-unsur Departemen Dalam

Negeri, Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Departemen Keuangan, Kementrian Negara Pemberdayaan

Aparatur Negara, dengan melibatkan Menteri/Pimpinan LPND terkait,

yang dibentuk dengan Kepmendagri. Hasil konsultasi tersebut dikeluarkan

oleh masing-masing departemen/LPND sebagai Peraturan Menteri yang

bersangkutan.

Hingga

saat ini

terdapat 13 (tigabelas) kementerian terkait yang

telah

mengeluarkan

acuan

Standar Pelayanan Minimal

(SPM)

untuk

diterapkan

ke

seluruh daerah

di

lndonesia. Ketigabelas

standar

Pelayanan Minimal (SPM) dimaksud meliputi:

1.

Bidang

Perumahan

Rakyat

berdasarkan Peraturan

Menteri Perumahan Rakyat Nomor 22rahun 2008 tentang standar Pelayanan

Minimal

(SPM) Bidang

Perumahan

Rakyat Daerah

Provinsi dan

daerah KabuPaten/Kota ;

2.

Bidang pemerintahan dalam negeri berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor

62

Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal

(sPM)

Bidang

Pemerintahan

Dalam Negeri

di Kabupaten/Kota,

3.

Bidang

sosial

berdasarkan Peraturan Menteri

Sosial Nomor

129

Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (sPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;

4.

Bidang kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (sPM) Bidang

Kesehatan di KabuPaten/Kota,

5.

Bidang

perempuan

dan

anak

berdasarkan Peraturan

Menteri Pemberdayaan Perempuan Nomor

1

Tahun 2009 tentang standar

Pelayanan Minimal

(sPM)

Terpadu

Bagi saksi

dan/atau Korban

Tindak

Pidana Perdagangan

orang dan

Penghapusan Ekploitasi

seksual pada Anak dan Remaja

di

Kabupaten/Kota, dan Peraturan

(30)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 1

Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan

Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan;

6.

Bidang

Lingkungan

Hidup,

berdasarkan

Peraturan

Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal (SPM)

Lingkungan

Hidup

Daerah

Provinsi

dan

Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 20

Tahun 2008 tentang Petunjuk

Teknis

Standar Pelayanan Minimal

Bidang

Lingkungan

Hidup

Daerah Provinsi

dan

Daerah

Kabupaten/Kota.

7.

Bidang

KB

berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN Nomor

55/HK-010/85

Tahun

2010 tentang Standar

Pelayanan

Minimal

(SPM)

Bidang

Keluarga

Perencana

dan

Keluarga

Sejahtera

di Kabupaten/Kota;

8.

Bidang

pendidikan berdasarkan Peraturan

Menteri

Pendidikan

Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;

9.

Bidang Nakertrans berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per 15/MEN/X12010 tentang Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Ketenagakerjaan;

10. Bidang Pekerjaan Umum

dan Tata

Ruang berdasarkan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14IPRT/M12010 tentang Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum

dan

Penataan

Ruang;

11. Bidang pertanian berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

65/Permentan/OT.14011212010 tentang Standar Pelayanan Minimal

(SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/ Kota;

12. Bidang kesenian berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata

Nomor

PM

106/HK

501/MKP/2010

tentang

Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesenian;

13.

Bidang kominfo

berdasarkan Peraturan

Menteri

Komunikasi dan lnformatika Nomor 22 Tahun 2010 tentang SPM Bidang Kominfo di

Kabupaten/Kota

(Surat Edaran Menteri Dalam Negeri

Nomor

100/676/SJ tertanggal 7 Maret 2011)

Pelayanan

dasar bidang

lingkungan

hidup

merupakan jenis

pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk mendapatkan mutu

(31)

Strategi Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup

lingkungan hidup

yang baik dan

sehat secara berkelanjutan. Standar

Pelayanan Minimal (SPM) bidang lingkungan hidup yang diselenggarakan

oleh Pemerintah kabupaten/kota terdiri atas:

1)

pelayanan pencegahan

pencemaran

air;

2)

pelayanan pencegahan pencemaran

udara

dari sumber tidak bergerak,

3)

pelayanan informasi status kerusakan lahan dan/atau

tanah untuk

produksi biomassa,

4)

pelayanan

tindak

lanjut

pengaduan masyarakat

akibat

adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Untuk

indikator

dan target

capaian standar pelayanan minimal

bidang lingkungan hidup menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 20 Tahun 2008 sebagaimana tabel dibawah ini :

Table.2.1

Indikator dan Target Capaian Standar Pelayanan Minimal

Bidang Lingkungan Hidup Menurut Permen LH No. 2012008

No: ihdikatdr SPM Tal$bt Capaiah

2009 2010 20'11 20'i-2 2013

1. Pelayanan Fencegahan Pencemaran Air

prosentase jumlah dan/atau

usaha

kegiatan

yang

mentaati

persyaratan

administrasi

dan

teknis

pencegahan

pencemaran air

20% 40o/o 60% B0% 10oo/o

2. Pelayanan Pencegahan Pen(

berqerak

)emaran Udara Jari sumber tidak

prosentase

(%)

jumlah

usaha dan/atau

kegiatan

sumber tidak bergerak yang

memenuhi

persyaratan

administratif

dan

teknis

pencegahan

pencemaran

udara:

20% 40% 60% 80% 100%

3. PeIaya hah infblmas,i;,,status

produksi biomassa

(etusaki

n

laha danlati u,.tana untuk

prosentase

("/")

luasan

lahan dan/atau tanah untuk

produksi biomassa

yang

telah

ditetapkan

dan

diinformasikan

status kerusakannya; 20% 40o/o 60% B0o/o 100% {,, Pelayanah,,tindak

lahjut

pe

dqga

,Qer&!q )ngadua u keruse

n

masy rkan ling arakat rt<q!gq! akibat

UqlL

adanya LB

Gambar

Tabel  2.1 Tabel  3.1 Tabel  3.2 Tabel  4.1 Tabel4.2 Tabel  4.3 f  abel4.4 Tabel  4.5 Tabel  4.6 Tabel4.7 DAFTAR TABEL
Table diatas  menunjukkan  bahwa  guna  mencapai  visi dan  misi organisasi  Badan  Lingkungan Hidup,  penelitian  dan  pengembangan dalam  pencapaian standar pelayanan minimal bidang lingkungan  hidup sampai  dengan  tahun 201s,  kebutuhan pegawai  Badan

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pokok yang dilakukan adalah (1) mengembangkan kerja sama keamanan negara-negara ASEAN, Asia Pasifik, dan kawasan internasional lainnya dalam rangka

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan microcam dan mikroskop cahaya terhadap keterampilan proses sains dan minat belajar siswa mengenai materi

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan karunia- Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul KONTRUKSI MEDIA ONLINE

Beberapa karakteristik yang dimiliki pluto sehingga pluto dikeluarkan dari daftar planet dalam sistem tata surya antara lain karena ukurannya relatif kecil sehingga tidak

Region pertama pada volume FAT 32 adalah reserved region yang berisi boot sector, sebuah struktur FSInfo yang berisi informasi untuk membantu menemukan free cluster, dan

Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah itu larva mulai keluar dari

Selain data primer juga dikumpulkan data sekunder berfungsi sebagai pelengkap data primer Sumber data atau informan pada penelitian ini diambil dari unsur- unsur