• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk kredit. Bank menjual jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk kredit. Bank menjual jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perbankan merupakan badan usaha yang bertugas sebagai penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Bank menjual jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik kepada pemerintah, dunia usaha dan perorangan. Bank merupakan lembaga intermediasi yang memiliki peran membiayai proyek-proyek pembangunan, yang bertujuan menggairahkan industri baru maupun yang sedang berkembang, dalam wujud menyediakan dana atau pemberian kredit menjadikan bank atau lembaga keuangan memiliki struktur modal yang berbeda dengan perusahaan lainnya (Jumingan, 2009:239).

Fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, sedangkan fungsi pendukung bank adalah memberikan jasa-jasa bank lainnya. Dana yang dihimpun adalah berupa giro, deposito maupun tabungan, kemudian disalurkan kembali berupa pinjaman kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan lain sebagainya. Faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank adalah kepercayaan dari masyarakat, apabila bank bisa menjaga kepercayaan tersebut maka para nasabah akan bersimpati dan akan menggunakan jasa bank tersebut (Kasmir, 2000:3).

Semakin pesatnya perkembangan perekonomian semakin menjadikan persaingan yang sangat ketat serta semakin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan, telah menjadikan dunia usaha semakin bersifat kompetitif. Maka

(2)

setiap perusahaan dituntut untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dalam menghadapi persaingan.Salah satu fungsi pokok dari manajemen adalah manajemen keuangan yang mengatur bagaimana sumber-sumber yang dimiliki perusahaan (modal) dapat digunakan secara efektif dan efisien.

Struktur modal pada perusahaan sangat penting dalam rangka membiayai aktivitas operasional perusahaan. Menurut Riyanto (2001 : 22), struktur modal merupakan suatu pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara kewajiban jangka panjang dengan modal sendiri. Semakin besar proporsi kewajiban pada struktur modal suatu perusahaan, mengakibatkan semakin tinggi beban tetap dan komitmen pembayaran kembali yang ditimbulkan. Kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga dan pokok pinjaman saat jatuh tempo dan kemungkinan kerugian kreditur juga meningkat. Hal ini tentunya akan menghambat perkembangan perusahaan dan pada akhirnya membuat calon investor berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Bagi suatu perusahaan, struktur modal yang optimal merupakan keputusan keuangan penting yang mempengaruhi kinerja dan nilai perusahaan.Bringham & Houston ( 2004: 6 ) menyatakan bahwa

Dalam manajemen keuangan merupakan manajemen dana, baik yang berkaitan dengan usaha pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi. Manajemen keuangan memegang peran yang sangat penting dalam sebuah perusahaan karena semua fungsi yang ada dalam perusahaan baik pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan fungsi-fungsi yang lain selalu mempunyai implikasi keuangan). Oleh karena itu, semua perusahaan menjalankan manajemen secara benar.

(3)

Selama Tahun 2012, perbankan Indonesia cukup mampu mempertahankan kinerja positif meski menghadapi tantangan yang tidak mudah. Ditengah tingginya volatilitas perekonomian global, perbankan berhasil memperkuat peranannya dalam sistem keuangan Indonesia. Dari sisi profitabilitas, penyaluran kredit perbankan berkontribusi positif terhadap peningkatan laba, khususnya laba operasional. Selama tahun 2012, perbankan tercatat membukukan laba bersih sebesar Rp. 92,83 Triliun atau meningkat sebesar 23,65% dibandingkan pada 2011 yang tercatat sebesar Rp. 75,08 Triliun.

Untuk dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan kinerja positif di bidang jasa keuangan, bank tentu memerlukan dana (modal) yang baik. Pendapatan modal bank ini bisa berasal dari dua sumber yaitu sumber internal dan sumber eksternal (Puspita & Kusumaningtias, 2010 : 1). Modal yang bersumber dari internal adalah dana yang diperoleh dari dalam bank (modal sendiri), antara lain setoran modal dari pemegang saham, cadangan laba, dan laba yang belum dibagi. Sedangkan modal yang bersumber dari eksternal adalah dana yang diperoleh dari luar bank, bisa berasal dari masyarakat atau lembaga lainnya. Dana bank yang berasal dari masyarakat luas diperoleh dari simpanan masyarakat yang berupa giro, tabungan dan deposito. Sedangkan dana yang bersumber dari lembaga lain antara lain berupa Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dan pinjaman antar bank.

Struktur modal institusi keuangan termasuk bank secara fundamental berbeda dengan perusahaan non-financial, karena karakteristik bisnis atau kegiatan operasionalnya berbeda. Selain itu, bank harus memiliki buffer sesuai dengan

(4)

ketentuan atau regulasi penyediaan modal inti minimum yang ditentukan oleh otoritas moneter dalam hal ini bank sentral, agar mampu melindungi dana

deposannya (Siringoringo,2012:62). Struktur permodalan yang optimal

merupakan target yang senantiasa dicapai oleh suatu perusahaan termasuk bank. Teori tradeoff atau balancing-theory menjelaskan bahwa untuk mencapai struktur modal yang optimal tersebut maka perusahaan harus dapat memadukan suatu keseimbangan atas trade off antara manfaat atau pengembalian (return) dan risiko atau biaya yang dihadapi sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan .Selain itu bank juga dihadapkan pada permasalahan sumber pendanaan yang mana yang didahulukan penggunaannya sesuai dengan pecking order theory.

Berikut adalah nilai DER perusahaan Perbankan yang dijadikan sampel (sesuai dengan kriteria) dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

DER Perusahaan Perbankan Tahun 2010-2014

No. Nama Perusahaan DER

2010 2011 2012 2013 2014

1 Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk 9.97 9.96 9.86 5.12 6.06

2 Bank Central Asia Tbk 8.14 7.90 7.11 6,73 6.06

3 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 6.49 7.59 6.65 7.10 5.82

4 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10.02 8.43 7.49 6.89 7.20

5 Bank Danamon Indonesia Tbk 5.63 4.63 4.22 4.83 4.92

6 Bank Mandiri (Persero) Tbk 9.93 7.81 7.50 6.72 6.64

7 Bank CIMB Niaga Tbk 9.43 9.11 7.74 7.45 7.19

8 Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 5.47 5.35 4.93 6,03 5.03

9 Bank Mega Tbk 9.63 10.04 8.33 9.41 8.57

10 Bank NISP OCBC Tbk 7.59 8.07 7.84 6.22 5.91

11 Bank Pan Indonesia Tbk 7.07 6.85 7.43 7.22 6.42

Rata-rata 8.124 7.794 7.191 6.701 6.347

(5)

Dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata DER perusahaan berada diatas 1. Rata-rata DER untuk tahun 2010 sebesar 8.124, tahun 2011 sebesar 7.794, tahun 2012 sebesar 7.191, tahun 2013 sebesar 6.701 serta pada tahun 2014 sebesar 6.347. Hal ini menggambarkan perusahaan industri perbankan yang listing di BEI mempunyai proporsi hutang yang lebih besar dibandingkan modal sendiri. Dengan adanya proporsi hutang yang lebih besar, maka perusahaan yang mempunyai DER lebih dari satu akan memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki DER kurang dari satu. Pada perusahaan perbankan rata-rata mempunyai tingkat DER yang tinggi, hal ini dikarenakan karakteristik dari bank itu sendiri adalah mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito maupun pinjaman dari pihak lain dan Bank Indonesia. Sementara ekuitas bank tersebut diperoleh dari modal disetor dan laba bank itu sendiri. Dengan jumlah hutang yang tinggi harus didukung dengan modal sendiri dikarenakan bank harus mengcover risiko ketidakpastian akan tingkat keuntungan yang didapat, karena sewaktu - waktu dapat terjadi penarikan dana yang besar dari nasabah.

Struktur modal yang kuat sangat penting bagi sebuah bank, karena dengan struktur modal yang kuat bank akan bisa menghadapi persaingan global dan krisis ekonomi yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Bank bisa memiliki struktur modal yang optimal bila bisa menyeimbangakan antara risiko pemberian kredit yang disalurkan terhadap manfaat yang diperoleh dari pemberian kredit tersebut.

Bank akan bisa meningkatkan profitabilitasnya dan bisa memenuhi kebutuhan operasionalnya dengan dana internalnya tersebut. Kemampuan bank dalam

(6)

memenuhi kewajiban jangka pendeknya terhadap nasabah berkaitan erat dengan likuiditas bank. Semakin banyak pengajuan kredit yang akan dipenuhi oleh bank

semakin besar pula dana yang dibutuhkan bank untuk memenuhinya.

Sehingga, bank juga harus memperhatikan kelancaran likuiditasnya agar kepercayaan nasabahnya tidak berkurang karena bank tidak bias menyediakan cukup dana atas penarikan dana yang dilakukan nasabah sewaktu waktu berupa pemberian kredit, sehingga bank dihadapkan dengan risiko bisnis yaitu risi ko kredit. Dimana bila risiko kredit bank tinggi, nasabah akan enggan menanamkan dananya pada bank tersebut dan menurunkan kepercayaan nasabah terhadapnya.

Struktur aset dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur

modal. Perusahaan yang struktur asetnya memiliki perbandingan aktiva tetap

jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih banyak karena aset tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang (Brigham & Houston, 2011:188). Dengan demikian struktur aset dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal. Perusahaan yang memiliki proporsi struktur aset yang lebih besar kemungkinan juga akan lebih mapan dalam industri, memiliki risiko lebih kecil, dan akan menghasilkan tingkat leverage yang besar.

Modal kerja dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal. Riyanto (dalam Mertialin, 2014 : 4) berpendapat bahwa

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar di dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan

(7)

usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai pada saat kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan tinggi. Sebaliknya semakin panjang periode perputaran modal kerja berarti semakin lambat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan rendah. Lama periode perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.

Pertumbuhan aktiva dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal. Ang (Ginting, 2014 : 5) menyatakan bahwa

Dalam perusahaan, struktur aktiva menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aktiva, diharapkan semakin besar juga hasil operasional yang dihasilkan perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditur) terhadap perusahaan, maka proporsi hutang akan semakin lebih besar dari pada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan.

Risiko dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal.

Risiko bisnis menurut Weston et.al (Rachmawardani, 2007 : 14) adalah ketidak

pastian dalam proyeksi perusahaan atas tingkat pengembalian atau laba di masa

mendatang. Dijelaskan dalam Trade–off theory bahwa semakin banyak hutang,

semakin tinggi beban atau risiko yang ditanggung perusahaan seperti agencycost,

biaya kebangkrutan, keengganan kreditur untuk memberi pinjaman dalam jumlah besar (Turnbull, 1979) dalam (Rachmawardani, 2007 : 14). Sebagai implikasinya, perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih kecil dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan

(8)

dalam mengembalikan hutang mereka. Dalam penelitian ini, proksi risiko bisnis

dihitung dengan standart deviasi dari rasio EBIT dibanding dengan total aset.

Likuiditas dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal. Semakin besar nilai likuiditas perusahaan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Karena jumlah aset lancar perusahaan yang tersedia lebih besar dari jumlah utang lancarnya. Rasio likuiditas juga digunakan sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang serta membandingkan jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Oleh karena itu, rasio ini sangat penting dianalisis untuk melihat pengaruhnya terhadap struktur modal. Selain itu, rasio ini memberikan cukup banyak informasi terhadap pihak-pihak berkepentingan baik pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan maupun pihak luar seperti pihak kreditor, investor atau pihak perbankan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga secara tepat waktu. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio

lancar (current ratio) dengan cara membandingkan antara total aset lancar dengan

hutang lancar.

Ukuran perusahaan dijadikan variabel indepenen yang mempengaruhi struktur modal. Menurut Riyanto (2001 : 299) perusahaan yang lebih besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana

(9)

eksternal. Halim (Kusumaningrum, 2011 : 19 ) menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi. Dengan demikian ukuran perusahaan akan memiliki pengaruh terhadap struktur modal.

Profitabilitas dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal. Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menetukan struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan utang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Menurut Weston dan Brigham (dalam Kesumaningrum, 2011 :18) perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian utang (Sartono, 2001 : 282).

Penelitian sebelumnya mengenai Struktur Modal pernah dilakukan oleh Naibaho (2013) yang menganalisis mengenai pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,

(10)

dan Modal Kerja terhadap Struktur Modal. Meidina (2007) yang menganalisis mengenai pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal. Purba (2014) yang menganalisis mengenai pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Likuiditas terhadap Struktur Modal. Febriminanto (2012) yang menganalisis mengenai

pengaruh Firm Size, Return of Assets, dan Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur

Modal.

Penelitian yang dilakukan Naibaho (2013) menggunakan variabel Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja sebagai variabel independen dan Struktur Modal sebagai variabel dependen. Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial, variabel Profitabilitas dan Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal, sedangkan variabel likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal.

Penelitian yang dilakukan Meidina (2007) menggunakan variabel Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, dan Profitabilitas sebagai variabel independen dan Struktur Modal sebagai variabel dependen. Hasil Penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa secara simultan variabel Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Secara parsial, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Aktiva mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, sedangkan

(11)

variabel independen lainnya (risiko dan profitabilitas) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Struktur Modal).

Penelitian yang dilakukan Purba (2014) menggunakan variabel independen yang terdiri dari Struktur Aset, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Likuiditas. Struktur Modal sebagai variabel dependennya. Hasil penelitian yang dilakukannya secara simultan menunjukkan bahwa Struktur Aset, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Secara parsial hanya variabel likuiditas yang berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur modal. Sedangkan variabel Struktur Aset, Profitabilitas dan Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Penelitian yang dilakukan Febriminanto (2012) menggunakan variabel Firm

Size, Return on Assets, dan Pertumbuhan Aktiva sebagai variabel independen dan Struktur Modal sebagai variabel dependen. Hasil penelitiannya secara simultan

menunjukkan bahwa variabel Firm Size, Return on Assets, dan Pertumbuhan

Aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial, hanya ada dua (2) variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen yaitu variabel Return On Assets (ROA) dan Firm Size.

Dari beberapa penelitian terdahulu masih terjadi perbedaan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal. Peneliti tertarik untuk mencoba menguji faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2010-2014. Berdasarkan perbedaan hasil penelitian diatas, maka peneliti memilih

(12)

variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur aset, modal kerja, pertumbuhan aktiva, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dan bertitik tolak pada uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang “ANALISIS PENGARUH STRUKTUR ASET, MODAL KERJA, PERTUMBUHAN AKTIVA, RISIKO, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. Apakah struktur aset, modal kerja, pertumbuhan aktiva, risiko, likuiditas,

ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap struktur modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014?

1.3.Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penilitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset, modal kerja,

pertumbuhan aktiva, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan dan profitabilitas baik secara parsial maupun simultan terhadap struktur

(13)

modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti

Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi struktur modal perusahaan perbankan dan sebagai pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kuliah.

2. Peneliti Lainnya

Bagi peneliti lainnya hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk menjadi bahan referensi dan dasar

pengembangan dalam melakukan penelitian yang berkenaan dengan struktur modal pada perusahaan lainnya.

3. Manajemen Perusahaan

Memberikan informasi bagi manajer perusahaan khususnya manajer keuangan dalam mengambil keputusan penggunaan keuangan serta dapat digunakan sebagai salah satu masukan mengenai kinerja manajer perusahaan.

4. Investor

Menjadi salah satu masukan bagi investor dalam mempengaruhi pertimbangan calon investor dala mengambil keputusan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Anda juga dapat menggunakan tombol daya untuk mengaktifkan atau menonaktifkan mode tidur atau hibernasi pada PC NotebookB. Jika PC Notebook tidak merespons, tekan terus tombol daya

Hasil persamaan regresi berganda menyatakan bahwa variabel bopo yang paling dominan berpengaruh terhadap profitabilitas dan kebangkrutan, variabel inflasi tidak

Fenomena lompatan nyala api atau flame lift-up telah diteliti dengan parameter material ring dan posisi ring dari ujung burner terhadap perbandingan laju aliran

Harga lahan pada kelas terendah yaitu kurang dari Rp 1.000.000,00 per m 2 cenderung memiliki jarak yang lebih dekat dengan fasilitas pendidikan yang digunakan yaitu sebanyak

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Apabila berdasarkan pada besaran nominal maka arus besar yang melewati sekunder transformator akan merusak peralatan serta setting slope yang tepat untuk relai

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.. Senyawa aktif yang terdapat

Produk tidak mengandung bahan tertentu dengan jumlah dan nilai yang patut diawasi pada tempat kerja.. ∙ Informasi tambahan: Daftar valid selama pembuatan yang digunakan