• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PESISIR SEBAGAI

KAWASAN BUDIDAYA IKAN BANDENG DI DESA AMBULU,

KECAMATAN LOSARI, KABUPATEN CIREBON

RIA LARASTITI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Sebagai Kawasan Budidaya Ikan Bandeng di Desa Ambulu Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2011

Ria Larastiti H44070103

(3)

RINGKASAN

RIA LARASTITI. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Pemanfaatan

Sumberdaya Pesisir sebagai Kawasan Budidaya Ikan Bandeng Di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon. Dibimbing Oleh Tridoyo Kusumastanto

dan Kastana Sapanli.

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memiliki potensi ekonomi strategis. Potensi ekonomi ini terlihat dari berbagai bentuk pemanfaatan sumberdaya seperti untuk usaha budidaya dan penangkapan ikan, pertanian, perindustrian, pemukiman, pelabuhan, pariwisata, dan pertambangan. Pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk aktivitas budidaya ikan memiliki potensi yang bagus ditinjau dari segi kuantitas maupun keanekaragamannya. Seiring dengan terus meningkatnya jumlah penduduk, permintaan akan hasil perikanan dengan kandungan protein yang tinggi juga semakin meningkat. Keadaan tersebut salah satunya ditandai dengan permintaan ikan bandeng yang secara nasional meningkat 6,33% per tahun.

Pemanfaatan sumberdaya pesisir sebagai kawasan budidaya ikan bandeng dapat memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal. Desa Ambulu merupakan salah satu desa di Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon yang mengembangkan aktivitas pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk kegiatan budidaya ikan bandeng. Aktivitas budidaya ikan bandeng telah memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal, sehingga untuk menjaga tingkat pemanfaatan tersebut diperlukan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng, serta nilai ekonomi pemanfaatan dari usaha budidaya tersebut. Nilai ekonomi pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk kawasan budidaya ikan bandeng penting untuk diketahui sebagai bahan pertimbangan pola pengembangan wilayah pesisir.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap 48 responden diketahui bahwa karakteristik petani tambak Desa Ambulu dapat dijelaskan berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya sebagian besar petani tambak berusia 31-50 tahun dengan rata-rata pendidikan terakhir sampai tingkat Sekolah Dasar. Seluruh petani tambak menjadikan usaha budidaya ikan bandeng menjadi mata pencaharian utama dengan rata-rata pengalaman usaha 16-20 tahun. Adapun unit usaha yang berkembang di Desa Ambulu memberikan pendapatan bersih per-bulan sebesar Rp 2.008.116 untuk usaha penjualan benih bandeng, Rp 2.587.500 untuk penjual pakan, pupuk dan obat-obatan, Rp 660.000 untuk usaha pembuatan bubu, Rp 244.450 untuk penyewaan alat panen, serta Rp 965.000 untuk usaha bakul/ tengkulak.

Hasil analisis regresi Cobb-Douglas menunjukan bahwa usaha tambak ikan bandeng di Desa Ambulu masih dalam kondisi belum optimal dengan variabel yang mempengaruhi produksi ikan bandeng adalah benih penebaran, penggunaan pupuk dan penggunaan pakan tambahan. Sedangkan Nilai Residual rent dari total pemanfaatan sumberdaya peisisir untuk kegiatan budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu adalah sebesar Rp2.810.262.630,00dalam satu tahun.

Dampak ekonomi dari kawasan budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu dapat dilihat dari nilai Keynesian Income Multiplier adalah 0,60, Ratio Income

(4)

Multiplier Tipe I sebesar 1,14 dan Ratio Income Multiplier Tipe II adalah 1,59. Hal ini menunjukan bahwa pada saat ini kawasan budidaya ikan bandeng telah memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian lokal.

Kata Kunci : Residual Rent, Model Cobb-Douglas, Multiplier effect, Budidaya Ikan Bandeng, Kecamatan Losari.

(5)

ESTIMASI NILAI DAN DAMPAK EKONOMI

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PESISIR SEBAGAI

KAWASAN BUDIDAYA IKAN BANDENG DI DESA AMBULU,

KECAMATAN LOSARI, KABUPATEN CIREBON

RIA LARASTITI H44070103

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Sebagai Kawasan Budidaya Ikan Bandeng di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon

Nama : Ria Larastiti NIM : H44070103

Disetujui

Diketahui Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : 19660717 199203 1 003

Tanggal Lulus :

Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS NIP : 19580507 198601 1 002

Pembimbing II

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada :

1. Bapak Muhammad Rudy dan Ibu Mulyati serta Indryati D. Rudyastika, orang tua dan adik yang selalu memberikan materi, kekuatan, dukungan, serta limpahan doa yang tak pernah putus kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Rizal Bahtiar S.Pi, M.Si dan Bapak Benny Osta Nababan S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama serta dosen penguji wakil departemen.

4. Sahabatku, Dian Dermawan, Aminia Novriani, Fitria Nisaul Hakim, Ardita Oktaviana, Kriswindya Tasha, Frizka Amalia, Heny Emilia dan Winda N. A. atas saran serta waktu yang diberikan untuk mendengarkan keluh kesah. 5. Teman-Teman ESL 44, khususnya Anggun, Erlinda, Pristy, Dina S, Wezia,

Fandi wina, Astrid dan Nurul atas segala kebersamaan, keceriaannya.

6. Teman-teman di BEM FEM Kabinet Orang Beraksi, Ario, Fariz, Ilham, Bayu, Maryam, Elisa, Wirda, Fadli, Yuti terima kasih atas nasihat serta kebersamaannya selama ini.

7. Pemerintah Desa Ambulu dan Mas Nurokhim serta para petani tambak yang telah membantu penulis dalam memperoleh data.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai tugas akhir serta syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul “Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir sebagai Kawasan Budidaya Ikan Bandeng di Desa Ambulu Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon”. Penelitian ini mengidentifikasi mengenai karakteristik petani tambak, unit usaha dan tenaga kerja lokal, sebagai bagian dari masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya pesisir di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Cirebon. Penelitian ini juga mengestimasi nilai pemanfaatan sumberdaya Pesisir Desa Ambulu sebagai kawasan budidaya ikan bandeng serta menganalisis dampak aktivitas budidaya ikan bandeng terhadap perekonomian masyarakat lokal.

Bersama ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta memberikan kontribusi bagi berbagai pihak dalam rangka pengembangan dan pengelolaan kawasan pesisir.

Bogor, Oktober 2011

(9)

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... I. PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... II. TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1 Pesisir ... 2.2 Tambak ... 2.3 Sistem Budidaya Tambak ... 2.4 Budidaya Ikan Bandeng ... 2.5 Produktivitas ... 2.6 Analisis Produktivitas ... 2.7 Fungsi Produksi ... 2.8 Penelitan Terdahulu ... III. KERANGKA PEMIKIRAN ... IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4.2 Metode Penelitian ... 4.3 Jenis dan Sumber Data ... 4.4 Metode Pengambilan Contoh ... 4.5 Metode Analisis Data ... 4.5.1 Identifikasi Karakteristik Petani tambak, Unit Usaha Terkait, dan Tenaga Kerja Lokal ...

4.5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Bandeng ... 4.5.2.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglas ...

4.5.2.2 Uji Kriteria Ekonometrika ... 4.5.3 Estimasi Nilai Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir untuk

Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng ... 4.5.4 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Budidaya Ikan

Bandeng terhadap Masyarakat Lokal ... 4.6 Batasan Penelitian ... ii vii x xi xii 1 1 5 7 7 8 9 9 11 12 14 15 16 18 20 21 25 25 25 26 26 27 27 28 28 30 32 33 35

(10)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBYEK PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian ... 5.3 Gambaran Umum Usaha Budidaya ... VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait,

dan Tenaga Kerja Lokal... 6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Tambak ... 6.1.1.1 Usia ... 6.1.1.2 Tingkat Pendidikan ... 6.1.1.3 Status Pekerjaan Petani Tambak ... 6.1.1.4 Lama Usaha Petani Tambak ... 6.1.1.5 Karakteristik Usaha Budidaya ... 6.1.2 Karakteristik Unit Usaha Terkait ... 6.1.3 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal ... 6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan

Bandeng... 6.3 Estimasi Nilai Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir untuk Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng ... 6.3.1 Analisis Nilai Produksi ... 6.3.1.1 Biaya Faktor Produksi ... 6.3.1.2 Analisis Nilai Panen ... 6.3.2 Analisis Nilai Residual Rent ... 6.4 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng Di

Desa Ambulu... 6.4.1 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Budidaya Ikan

Bandeng... 6.4.1.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) .... 6.4.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect

Impact)... 6.4.1.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) .... 6.4.2 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Petani Tambak .. VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 7.1 Kesimpulan ... 7.2. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ... 37 38 39 41 41 41 42 43 44 45 48 52 54 60 60 60 63 65 67 67 68 71 72 73 77 77 78 80 83 98

(11)

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Panjang Garis Pantai Jawa Barat ... Produksi Ikan Tambak Kabupaten Cirebon menurut Jenis Ikan Tahun 2003-2007 (dalam Ton) ... Uji Autokorelasi ...

Matriks Metode Analisis Data ... 37 Sebaran Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Ambulu...

Produksi Budidaya per Jenis Usaha di Kabupaten Cirebon

Tahun 2009 ... 41 Potensi dan Pemanfaatan Tambak per Kecamatan di

Kabupaten Cirebon Tahun 2009 ... 41 Karakteristik Lama Usaha Budidaya Ikan Bandeng ... 46 Pendapatan Bersih Unit Usaha Terkait di Kawasan Budidaya

Ikan Bandeng per bulan ... 53 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Bandeng ...

Penggunaan Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Ikan

Bandeng ... ... 64 Rataan Komposisi Biaya Faktor Produksi per Unit Tambak di

Desa Ambulu dalam satu tahun ... 64 Nilai Rataan Panen per Unit Tambak di Desa Ambulu ... 66 Nilai Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir untuk

Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng dalam Satu Tahun ...

Proporsi Struktur Pengeluaran Petani Tambak ... 71 Total Pengeluaran Petani Tambak per Musim Panen Ikan

Bandeng ... Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi terhadapPenerimaan Total Unit Usaha Terkait di Lokasi Budidaya Ikan Bandeng ...

Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal di Lokasi Budidaya

Ikan Bandeng ... 75 Nilai Multiplier Effect dari Arus Uang yang Terjadi di Lokasi

Budidaya Ikan Bandeng ... 2 4 32 35 38 39 39 44 51 55 62 62 64 66 68 69 70 72 73

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Ikan Bandeng... 15

2 Kurva Hubungan antara Produk Total, Produk Rata-Rata dan Produk Marginal ... 18

3 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ... 24

4 Karakteristik Petani Tambak Berdasarkan Tingkat Usia .. 42

5 Karakteristik Petani Tambak Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 42

6 Sebaran Jumlah Kepemilikan Tambak Desa Ambulu... 45

7 Tingkat Usia Pemilik Unit Usaha Terkait ... 49

8 Sebaran Jenis Unit Usaha yang Dijalankan... 50

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Lokasi Penelitian ... 83 2 Hasil Analisis Regresi Cobb-Douglas ... 84 3 Biaya Investasi Usaha Budidaya Ikan Bandeng Berdasarkan

Responden Petani Tambak Desa Ambulu dalam Satu Tahun 86 4 Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Bandeng Berdasarkan

Responden Petani Tambak Desa Ambulu dalam Satu Tahun 88 5 Biaya Variabel Usaha Budidaya Ikan Bandeng Berdasarkan

Responden Petani Tambak Desa Ambulu dalam Satu Tahun 90 6 Hasil Panen Usaha Budidaya Ikan Bandeng Berdasarkan

Responden Petani Tambak Desa Ambulu dalam Satu Tahun 92 7 Nilai Residual Rent... 94

8 Perhitungan Nilai Residual Rent Budidaya Ikan Bandeng

dalam Satu Tahun ... 96 9 Data Perhitungan Nilai Dampak Ekonomi... 97

(14)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB, United Nation Convention on Law of the Sea, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan luas laut seluas 5,8 juta km2 yang terdiri dari laut teritorial dengan luas 0,8 juta km2, laut nusantara 2,3 juta km2 dan zona ekonomi eksklusif 2,7 juta km2. Disamping itu Indonesia memiliki pulau sebanyak 17.480 pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 km (Dewan Kelautan Indonesia, 2008). Wilayah pesisir yang luas menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi sumberdaya untuk dikembangkan.

Dilihat dari letak geografisnya, lahan pesisir merupakan wilayah yang memiliki potensi ekonomi strategis. Potensi ekonomi ini terlihat dari berbagai bentuk pemanfaatan sumberdaya seperti untuk usaha budidaya dan penangkapan ikan, pertanian, perindustrian, pemukiman, pelabuhan, pariwisata, dan pertambangan. Hal ini menggambarkan bahwa peranan sumberdaya tersebut sangat besar dalam menunjang perekonomian nasional.

Melalui pengelolaan yang efektif dan efisien diharapkan pemanfaatan sumberdaya pesisir dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, dengan memberikan nilai pemanfaatan yang maksimal, mengingat tidak kurang 60% dari penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir 1. Secara keseluruhan hal ini merupakan tekanan dan beban yang harus dipikul lingkungan pesisir. Dengan memperhatikan fenomena tersebut maka pemanfaatan dan pengelolaan

1

http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/08_Salam%20Trg_PERUBAHAN%20GARIS%20PANTAI %20DI%20WILAYAH%20PESISIR.PDF [diakses 29 September 2011]

(15)

sumberdaya pesisir secara berkelanjutan adalah merupakan suatu kebutuhan (Savitri dan Khazali, 1999).

Salah satu wilayah pesisir yang memiliki potensi perikanan adalah Pesisir Utara Jawa Barat. Pesisir Utara Jawa Barat memiliki karakteristik laut tenang, arealnya sebagian besar berlumpur serta banyak sungai besar yang bermuara di daerah ini menjadikan wilayah ini memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang beragam. Panjang garis pantai utara wilayah Jawa Barat adalah kurang lebih 365.059 km yang membentang dari Kabupaten Bekasi sampai Kabupaten Cirebon. Panjang pantai pada setiap kabupaten/kota dapat dilihat dari Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Panjang Garis Pantai Jawa Barat

Nama Kabupaten/Kota Panjang garis pantai (km)

Indramayu Karawang Cirebon Subang Kabupaten Bekasi 118,29 76,00 68,09 52,04 46,63 Kota Cirebon 4,00

Sumber : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2007

Ikan merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, terutama dari kemampuannya mensuplai kandungan protein yang cukup tinggi. Di beberapa negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, dan Malaysia, produksi perikanan merupakan sumber penghasilan bagi negara berupa devisa ekspor. Secara khusus sektor perikanan juga turut berkontribusi meningkatkan pendapatan daerah serta penyedia lapangan kerja, karena turunan proses pengolahannya yang membutuhkan sumberdaya manusia lebih banyak, oleh karena itu perikanan merupakan salah satu aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa (Fauzi, 2006).

(16)

Perikanan Jawa Barat saat ini sangat bertumpu pada produksi perikanan di wilayah pesisir bagian utara. Berdasarkan profil daerah Jawa Barat, tercatat bahwa produksi perikanan Jawa Barat di wilayah pesisir bagian utara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perikanan laut pesisir Jawa Barat khususnya Kabupaten Cirebon telah memberi kesempatan pekerjaan untuk 67.257 pembudidaya ikan serta 551 pembudidaya kerang hijau2. Jika mereka dianggap sebagai kepala keluarga, maka hampir 67.808 rumah tangga bergerak di sektor perikanan budidaya dan menjadi bagian penting dari perekonomian Kabupaten Cirebon. Oleh karena itu jelas bahwa untuk daerah pedesaan, perikanan budidaya mempunyai peran yang sangat penting bagi penyediaan kesempatan kerja.

Potensi perikanan Kabupaten Cirebon yang cukup besar tidak dihasilkan oleh semua kecamatan. Kecamatan Losari merupakan daerah potensial untuk usaha budidaya tambak. Hal ini dikarenakan Kecamatan Losari memiliki lahan seluas 2.500 hektar yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan budidaya tambak3.

Potensi perikanan budidaya tambak Kabupaten Cirebon terlihat baik dari keanekaragaman komoditas perikanan maupun jumlah produksinya. Hal ini didukung oleh data produksi ikan tambak yang dirinci menurut jenis ikan, sebagai berikut :

2http://www.pelita.or.id/baca.php?id=53042 [diakses 25 Maret 2011]

(17)

Tabel 2. Produksi Ikan Tambak Kabupaten Cirebon menurut jenis ikan tahun 2003 - 2007 (dalam Ton)

Jenis Ikan 2003 2004 2005 2006 2007 Mujair 323,2 262,0 379,5 285,7 207,1 Bandeng 1.280,2 1.095,3 1.314,2 1.289,2 1.301,9 Belanak 115,2 352,9 132,7 132,7 260,2 Udang Windu 971,9 - 1.032,0 1.032,0 1.142,6 Udang Vanane - - - - 400,0 Udang Api-Api 567,1 466,5 443,2 416,0 320,9 Kerang Darah - - - 100,0 400,0 Lainnya - 53,7 55,3 52,3 60,0 Rumput Laut - - - 74,2 90,0 Total 3.257,6 3.322,0 3.356,9 3.382,1 4.182,9

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon (2008)

Produksi ikan tambak yang cukup besar dapat memenuhi supply konsumsi ikan masyarakat yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Berdasarkan data tabel diatas, produksi ikan bandeng merupakan yang terbesar diantara komoditas budidaya lainnya. Hal ini disebabkan karena ikan bandeng relatif tahan terhadap berbagai jenis penyakit yang biasanya menyerang hewan air, teknologi budidayanya juga relatif mudah untuk dilakukan. Keadaan tersebut membuat sektor usaha budidaya ikan bandeng menjadi potensial untuk dikembangkan.

Aktivitas perekonomian sektor perikanan di kawasan Pesisir Losari, di dominasi oleh kegiatan budidaya ikan bandeng yang juga merupakan komoditas utama Desa Ambulu. Aktivitas budidaya budidaya ikan bandeng ini telah menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat Desa Ambulu. Sebagai sektor yang dijadikan sebagai mata pencaharian oleh masyarakat, maka peluang penyerapan tenaga kerja untuk mempermudah proses produksi menjadi sangat besar.

Aktivitas budidaya ikan bandeng dapat menimbulkan transaksi ekonomi, salah satunya dapat dilihat dari pengeluaran yang dikeluarkan petani tambak selama melakukan aktivitas budidaya. Transaksi tersebut dapat memberikan

(18)

dampak baik secara langsung, tidak langsung, maupun lanjutan terhadap masyarakat sekitar yang memiliki usaha di daerah pertambakan tersebut. Transaksi tersebut juga dapat memberikan dampak pengganda bagi sektor perekonomian yang lain. Besarnya tingkat aktivitas ekonomi di sektor budidaya ikan bandeng akan meningkatkan pengaruh aktivitas budidaya tersebut terhadap perekonomian lokal. Dampak ekonomi kegiatan budidaya ikan bandeng yang cukup besar ini, didukung oleh kualitas lingkungan pesisir itu sendiri. Oleh karena itu rencana pengelolaan dan pengembangan kawasan pesisir perlu dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Wilayah Kabupaten Cirebon sebagian terletak di Pesisir Utara Laut Jawa Barat, dan sebagian lainnya berada di daerah perbukitan. Pemanfaatan wilayah pesisir utara ditujukan untuk aktivitas perikanan tangkap dan budidaya. Kecamatan Losari merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Cirebon yang sebagian wilayahnya berada di sepanjang garis pantai. Hal ini membuat sebagian besar masyarakatnya melakukan aktivitas ekonomi di sektor perikanan. Perikanan disini salah satunya adalah perikanan budidaya ikan bandeng. Pemanfaatan wilayah pesisir Losari sebagai kawasan perikanan budidaya ikan bandeng hanya dilakukan oleh beberapa desa saja, salah satu yang mendominasi adalah Desa Ambulu. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar wilayah desanya berada di sekitar pantai, dengan struktur tanah yang cocok untuk dijadikan lahan usaha tambak.

Potensi Desa Ambulu untuk usaha budidaya ikan bandeng ternyata belum diiringi oleh peningkatan pembangunan prasarana dan sarana serta teknologi budidaya yang mendukung. Nilai pemanfaatan sumberdaya pesisir memiliki

(19)

keterkaitan dengan nilai produktivitas budidaya ikan bandeng. Oleh sebab itu semakin optimal pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk usaha budidaya ikan bandeng, maka akan semakin besar nilai kontribusinya terhadap usaha tersebut, serta semakin tinggi dampak ekonomi yang ditimbulkan.

Aktivitas budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak terhadap masyarakat sekitar, salah satunya adalah dampak ekonomi. Dampak ekonomi dapat tercipta dari pengeluaran petani tambak selama melakukan aktivitas budidaya. Pengeluaran petani tambak dapat menimbulkan transaksi ekonomi bagi sektor-sektor penyedia barang dan jasa. Adanya transaksi tersebut menimbulkan dampak pengganda bagi sektor ekonomi lainnya. Dampak pengganda tersebut berupa terbukanya peluang usaha untuk sektor-sektor lainnya, seperti dengan adanya aktivitas budidaya ikan bandeng, dapat membuka peluang untuk membuka usaha penyedia jaring, warung makan, penyedia bahan-bahan keperluan budidaya seperti benih dan pakan, serta usaha transportasi pengangkutan hasil panen tambak.

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana karakteristik petani tambak ikan bandeng, unit usaha, dan tenaga kerja lokal di Desa Ambulu?

2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi hasil produksi ikan bandeng di Desa Ambulu?

3) Berapa nilai ekonomi pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk kegiatan budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu?

(20)

4) Bagaimana dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh aktivitas budidaya ikan bandeng Desa Ambulu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi karakteristik petani tambak ikan bandeng, unit usaha, dan tenaga kerja lokal di Desa Ambulu.

2) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi ikan bandeng di Desa Ambulu.

3) Mengestimasi nilai ekonomi pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk kegiatan budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu.

4) Menganalisis dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1) Pemda Kabupaten Cirebon dan stakeholder terkait lainnya yang berperan dalam pengelolaan dan pengembangan sektor perikanan khususnya perikanan budidaya dan dalam melakukan perbaikan prasarana dan sarana penunjang kegiatan budidaya ikan bandeng.

2) Pelaku usaha budidaya ikan bandeng untuk memperoleh gambaran mengenai prospek usaha yang mereka jalani, sehingga peningkatan hasil produktivitas tambak ikan bandeng dapat lebih mudah dilakukan.

(21)

3) Akademisi sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Wilayah penelitian ini adalah Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon. Responden dalam penelitian ini adalah para petani tambak, pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi ikan bandeng. Faktor-faktor tersebut dijadikan sebagai informasi untuk meningkatkan produktivitas budidaya ikan bandeng.

Nilai dan dampak ekonomi dianlisis dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk kegiatan budidaya ikan bandeng yang dinyatakan dalam rupiah selama satu tahun. Dampak ekonomi yang diteliti dilihat dari pengeluaran petani tambak selama proses budidaya ikan bandeng berlangsung.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pesisir

LIPI (2007), menyatakan daerah pesisir adalah jalur tanah darat atau kering yang berdampingan dengan laut, di mana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi secara langsung lingkungan ruang bagian laut, dan sebaliknya. Daerah pesisir adalah jalur yang membatasi daratan dengan laut atau danau dengan lebar yang bervariasi. Secara fungsi, merupakan peralihan yang luas antara tanah dan air dimana produksi, konsumsi, dan proses pertukaran terjadi pada tingkat intensitas yang tinggi. Secara geografis, batas darat wilayah pesisir sulit dipastikan. Umumnya air wilayah pantai diidentifikasikan sampai dengan ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m.

Adapun untuk Indonesia, pada tahun 1990, definisi wilayah pesisir yang disepakati pada pembakuan teknis wilayah pesisir yaitu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, mempunyai ciri geosfer secara khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut, dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan darat.

Menurut UU No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antar sektor, antara pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(23)

2. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

3. Perairan pesisir adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau dan laguna.

UU No.27 Tahun 2007 menyatakan, ruang lingkup pengaturan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil diukur dari garis pantai. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, salah satunya dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Sedangkan berdasarkan ketentuan pasal 3 UU No.6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia, wilayah perairan Indonesia mencakup :

1. Laut teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia.

2. Perairan kepulauan, adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman jarak dari pantai. 3. Perairan pedalaman adalah semua perairan yang terletak pada sisi darat dari

garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk didalamnya semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat pada suatu garis penutup.

(24)

Dengan batasan di atas, maka luas wilayah pesisir ini, bisa sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya, mulai beberapa ratus meter hingga puluhan kilometer. Pada beberapa daerah pesisir dataran rendah (coastal low land), air laut bisa masuk ke daratan pada waktu air pasang naik sehingga baik tata air tanah dan jenis tanahnya akan memperlihatkan ciri-ciri pengaruh air laut.

2.2 Tambak

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya payau yang berlokasi di daerah pesisir. Menurut Martosudamo dan Ranoemihardjo (1992) tambak merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut dan digunakan untuk memelihara bandeng, udang, dan hewan lainnya yang biasa hidup di air payau. Air yang masuk ke dalam tambak sebagian besar berasal dari laut saat terjadi pasang, sehingga pengelolaan air dalam tambak dilakukan dengan memanfaatkan pasang surut air laut.

Menurut Martosudamo dan Ranoemihardjo dalam Agustina (2006), berdasarkan letak tambak dan kesempatan mendapatkan air laut, tambak dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1) Tambak lanyah adalah tambak yang terletak di tepi pantai, sehingga berisi air laut yang memiliki salinitas lebih dari 300/00 dibandingkan dengan daerah

tambak yang lain, air pada tambak lanyah cenderung lebih tinggi salinitasnya. Penguapan yang berlangsung terus menerus di dalam petakan tambak menyebabkan semakin meningkatnya salinitas. Pada saat-saat tertentu

(25)

salinitas air tambak dapat mencapai 600/00, terutama pada saat musim

kemarau dan saat pergantian air sulit dilakukan.

2) Tambak biasa adalah tambak yang airnya merupakan campuran air tawar dari air sungai dan air asin dari air laut sehingga menjadi air payau, yang biasanya terdapat pada daerah yang lebih dalam dari tepi laut. Tambak biasa akan sulit mendapatkan air laut pada saat terjadi pasang rendah.

3) Tambak darat adalah daerah pertambakan yang terletak paling jauh dari pantai, air pada tambak ini tergantung pada curahan air hujan dan air sungai. Apabila curah hujan berkurang maka sebagian tambak itu akan kering sama sekali.

2.3 Sistem Budidaya Tambak

Menurut Mujiman dan Suyanto (2004) terdapat 3 sistem budidaya, yaitu : 1) Sistem Budidaya Tradisional atau Ekstensif

Petakan tambak pada sistem budidaya tradisional memiliki bentuk dan ukuran yang tidak teratur, luas lahannya antara 3 - 10 hektar per petak. Setiap petakan mempunyai saluran keliling (caren) yang lebarnya 5 - 10 m di sepanjang keliling petakan sebelah dalam, di bagian tengah juga dibuat caren dari sudut ke sudut (diagonal) dengan kedalaman 30 - 50 cm. Pada tambak tradisional ini tidak diberi pupuk sehingga produktifitas semata-mata tergantung dari makanan alami yang tersebar diseluruh tambak yang kelebatannya tergantung dari kesuburan alamiah, pemberantasan hama juga tidak dilakukan, akibatnya produktivitas semakin rendah. Padat penebarannya rata-rata antara 3.000 benih/hektar (berkisar antara 1.000-10.000 nener/hektar)

(26)

2) Sistem Budidaya Semi-intensif

Petakan tambak pada sistem budidaya semi-intensif memiliki bentuk yang lebih teratur dengan maksud agar lebih mudah pengelolaan airnya. Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas 1 - 3 hektar per petakan. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran air (outlet) yang terpusat untuk pergantian air, penyiapan kolam sebelum ditebari benih, dan pemanenan. Pakan bandeng masih dari pakan alami yang didorong pertumbuhannya dengan pemupukan. Tetapi selanjutnya perlu diberi pakan tambahan berupa ikan-ikan dari laut, rebon, siput-siput tambak, dicampur dengan bekatul (dedak halus). Padat penebaran 20.000-50.000 nener/hektar, dengan produksi per tahunnya dapat mencapai 600 kg - 1.000 kg/ha/tahun.

Pada tambak semi-intensif pengelolaan air cukup baik, ketika air pasang naik, sebagian air tambak diganti dengan air baru sehingga kualitas air cukup terjaga dan kehidupan bandeng sehat. Bahkan menggunakan pompa untuk dapat mengganti air pasang surut bila diperkirakan perlu. Pemberantasan hama dilakukan pada waktu mempersiapkan tambak sebelum penebaran nener, serangan hama juga dicegah dengan memasang sistem saringan pada pintu-pintu air.

3) Sistem Budidaya Intensif

Sistem budidaya intensif dilakukan dengan teknik canggih dan memerlukan masukan (input) biaya yang besar. Petakan umumnya kecil-kecil 0,2 ha sampai 0,5 ha per petakan, dengan tujuan agar lebih mudah dalam pengelolaan air dan pengawasannya. Ciri khas dari budidaya intensif adalah pada penebaran nener sangat tinggi, yaitu 50.000 sampai 600.000 ekor/ha. Makanan sepenuhnya tergantung dari makanan yang diberikan dengan komposisi yang ideal bagi

(27)

pertumbuhan. Diberi aerasi (dengan kincir, atau alat lainnya) untuk menambah kadar oksigen di dalam air. Pergantian air dilakukan sangat sering dan biasanya menggunakan pompa, agar air tetap bersih dan tidak kotor oleh sisa-sisa makanan dan kotoran (ekskresi). Produksi per satuan luas petak dapat mencapai 1.000 sampai 20.000 kg/ha/tahun.

2.4 Budidaya Ikan Bandeng

Penyebaran ikan bandeng sangat luas dari daerah Samudra Hindia sampai ke Pantai Barat Amerika. Di Indonesia penyebarannya meliputi daerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Pulau Bali. Bandeng merupakan jenis ikan yang relatif tidak rentan dengan kondisi alam, artinya bandeng dapat hidup di air tawar, air asin maupun air payau. Selain itu bandeng relatif tahan terhadap berbagai penyakit yang biasanya menyerang hewan air. Sampai saat ini sebagian besar budidaya bandeng masih dikelola dengan teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat produktivitas yang relatif rendah. Menurut (Saanin, 1968) ikan bandeng memiliki klasifikasi sebagai berikut

Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Malacopterygii Family : Chanidae Genus : Chanos

(28)

Gambar 1. Ikan Bandeng

Dari aspek konsumsi, ikan bandeng adalah sumber protein yang sehat sebab bandeng adalah sumber protein yang tidak mengandung kolesterol. Dewasa ini bandeng dibudidayakan secara tradisional dengan padat penebaran 3.000 - 5.000 ekor per hektar. Dengan hanya mengandalkan pupuk sebagai input untuk pertumbuhan kelekap atau alga sebagai pakan alami dengan rata-rata produksi yang dicapai hanya sekitar 300-1.000 kg per hektar. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi budidaya ikan bandeng, antara lain dari faktor teknis, biologis, sosial dan ekonomi. Lokasi merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha budidaya bandeng. Secara teknis, lokasi sangat mempengaruhi konstruksi dan daya tahan serta biaya memelihara tambak. Secara biologis, lokasi sangat menentukan tingkat produktivitas usaha dan bahkan keberhasilan panen. Secara sosial dan ekonomi keuntungan maksimal dapat diperoleh bila lokasi yang dipilih mampu menurunkan biaya panen dan transportasi serta meningkatkan akses ke pemasaran Ahmad et al dalam Kaunang (2006).

2.5 Produktivitas

Suatu kegiatan yang mengolah atau mengubah bentuk suatu barang menjadi bentuk yang lainnya, dikatakan sebagai kegiatan produksi. Barang-barang yang digunakan untuk memproduksi bentuk barang yang lainnya, disebut sebagai

(29)

input produksi sementara barang-barang yang dihasilkan dari proses produksi disebut output produksi, sehingga dalam kata lain produksi merupakan kegiatan mengubah input produksi menjadi output produksi. Hubungan antara input dan output dalam proses produksi menurut Soekartawi (1994) disebut sebagai faktor relationship yang dapat dituliskan dalam notasi sederhana seperti dibawah ini:

Y = f (X1,X2,X3,....Xn)

Dimana Y dapat dikatakan sebagai output produksi yang nilainya dipengaruhi oleh X, sementara X merupakan input produksi yang nilainya mempengaruhi nilai output yang dihasilkan pada proses produksi. Kegiatan produksi bertujuan untuk meningkatkan atau mengubah nilai barang sebagai pemenuhan kebutuhan manusia. Produksi dapat digambarkan sebagai upaya untuk memaksimalkan keuntungan dengan kendala ketersediaan teknologi, sumberdaya yang dimiliki dan harga input variabel.

2.6 Analisis Produktivitas

Perubahan lingkungan akan mengarah kepada perubahan produktivitas dan biaya produksi, sehingga menyebabkan perubahan harga dan tingkat output yang dapat dilihat dan dinilai dari perubahan-perubahan tersebut. Kualitas lingkungan dilihat sebagai faktor produksi. Nilai surplus yang didapat dari penggunaan metode ini merupakan nilai manfaat langsung yang diturunkan dari pemanfaatan output yang didapat dari alam.

Menurut Barton dalam Wijaya (2006) produktivitas tergantung pada pemanfaatan hasil langsung yang diperoleh dari lingkungan dengan asumsi ekonomi yang terpengaruh tidak mengkompensasi untuk merubah produktivitas dan kegiatan, dampak lingkungan serta perubahan output tidak mempengaruhi

(30)

harga pasar. Nilai manfaat langsung juga dapat diinterprestasikan sebagai perkiraan dari fungsi nilai pemanfaatan tidak langsung. Berikut beberapa metode yang terkait dengan perhitungan nilai yang beragam dalam tingkat estimasi suplai atau fungsi produksi dari sistem alami output :

1. Model Present Value per Hektar lahan

Perhitungan terhadap nilai manfaat dari produksi biologi didapat dari perhitungan terhadap habitatnya. Proses ini diawali dengan memisahkan nilai produksi lahan per hektar dapat mendukung dalam menghitung manfaat biologi produksi per hektar dari habitatnya. Pendekatan ini mengabaikan biaya dari buruh dan sumberdaya manusia lainnya sebagai faktor produksi. Perhitungan produktivitas ekonomi tersebut menjadi dasar dalam menghitung manfaat ekosistem alami dari input populasinya.

2. Pendekatan Residual Rent

Residual rent didefinisikan sebagai selisih antara biaya faktor produksi yang digunakan dalam suatu pemanfaatan sumberdaya dengan nilai total dari hasil panen usaha tersebut. Residual rent dapat juga dipandang sebagai kontribusi dari ekosistem alami atau faktor pendapatan, guna memperoleh nilai ekonomi dari suatu pemanfaatan sumberdaya.

3. Pendekatan Produktivitas Marjinal

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung perubahan kecil dalam produktivitas akibat perubahan yang terjadi pada habitatnya. Teknik ini dapat menghasilkan determinasi dari fungsi produksi bioekonomi yang didapat dari determinasi produktivitas marjinal. Data-data yang signifikan dibutuhkan dalam menghitung produktivitas yang bervariasi. Dalam perubahan

(31)

X(input) Titik Singgung Titik Balik Daerah I Irrasional Ep>1 Daerah II Rasional 0<Ep<1

Daerah III Irrasional Ep<0

Produksi Total (PT)

Produksi Rata-Rata (PR)

produktivitas lahan yang lebih sempit lagi pendekatan produktivitas marjinal tidak menghitung perubahan kesejahteraan.

2.7 Fungsi Produksi

Hubungan fisik antara input dan output sering disebut fungsi produksi. Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi produksi “Hukum Kenaikan Hasil Yang Semakin Berkurang” (The law of Diminishing Return). Hukum ini menyatakan bahwa jika faktor produksi terus menerus ditambahkan pada faktor produksi tetap maka tambahan jumlah produksi per satuan akan semakin berkurang. Hukum ini menggambarkan adanya kenaikan hasil kurva produksi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Y(output)

Produk Marginal (PM) Sumber: Nicholson (1995)

Gambar 2. Hubungan antara produk total, produk rata-rata dan produk marginal

Hubungan antara produk marginal, produk rata-rata dan produk total memperlihatkan bahwa total produksi memiliki batas optimum, hal yang mempengaruhi produk marginal dan produk rata-rata sehingga juga berpengaruh terhadap biaya yang digunakan dan penerimaan petani dengan kombinasi penggunaan input. Dalam menggambarkan fungsi teknis dapat dilihat pada tiga

(32)

daerah produksi yang ditulis sebagai daerah I, daerah II, dan daerah III berdasarkan elastisitas produksi faktor-faktor produksi.

1. Daerah produksi I

Pada daerah ini elastisitas produksi lebih dari 1 (Ep > 1) terletak antara titik asal 0 dan x2 artinya penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan

menyebabkan penambahan output selalu lebih besar dari satu. Pada daerah ini belum dihasilkan produksi yang optimal yang akan memberikan keuntungan maksimum karena produksi masih dapat diperbesar dengan pemakaian input produksi lebih banyak sehingga daerah I disebut daerah irrasional apabila produksi dihentikan.

2. Daerah produksi II

Pada daerah ini elastisitas produksi bernilai antara 0 dan 1 (0 < Ep < 1) terletak antara titik x1 dan x3. Artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar

satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi satu persen dan paling rendah nol persen. Daerah ini dicirikan oleh penambahan hasil produksi yang semakin meningkat berkurang (decreasing return). Pada tingkat tertentu dari penggunaan faktor-faktor produksi di daerah ini akan memberikan keuntungan maksimum sehingga daerah produksi II disebut daerah rasional. 3. Daerah produksi III

Pada daerah ini nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol (Ep < 0) artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah ini mencerminkan pemakaian faktor-faktor produksi yang sudah tidak efisien sehingga daerah III disebut juga daerah irrasional.

(33)

2.8 Penelitian Terdahulu

Analisis fungsi produksi usahatani dilakukan oleh Lestari (2010), penelitian tentang “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Kangkung Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Bantarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor”. Metode yang dilakukan dalah kuantitatif dan deskriptif. Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan pengisisan kuesioner. Hasil pendugaan model fungsi Cobb-Douglas maka diperoleh faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kangkung anggota kelompok tani adalah Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) dan luas lahan.

Penelitian untuk memperkirakan nilai ekonomi perikanan telah dilakukan oleh Wijaya (2006). Dalam penelitian ini, memperkirakan nilai ekonomi pemanfaatan Waduk Cirata sebagai kawasan perikanan budidaya. Perikanan budidaya dengan menggunakan media Keramba Jaring Apung. Metode yang digunakan untuk memperkirakan besar nilai ekonomi adalah dengan menggunakan Residual Rent. Nilai Residual Rent yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebesar Rp 193.744.882.532,77 dari total unit Keramba Jaring Apung sebanyak 13.300 unit.

Rifqa (2010) melakukan “Analisis Dampak Ekonomi Keberadaan Kawasan Wisata Pantai Sawarna terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal”. Hasil analisis menunjukan nilai Keynesian Income Multiplier yang di dapat adalah 0,39. Nilai Ratio Income multiplier Tipe I yang dihasilkan adalah 1,27 sedangkan Ratio Income multiplier Tipe II untuk penelitian ini adalah sebesar 1,52.

(34)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat salah satunya dilakukan dengan cara pemanfaatan sumberdaya pesisir. Pertumbuhan penduduk yang selalu diiringi oleh peningkatan jumlah tingkat konsumsi masyarakat akan selalu menjadi alasan utama pemanfaatan sumberdaya pesisir yang jauh lebih optimal.

Penelitian ini dilatar belakangi adanya potensi lahan tambak yang cukup luas dimiliki Desa Ambulu. Potensi ini menjadikan usaha budidaya ikan bandeng sebagai mata pencaharian utama hampir seluruh masyarakat desa. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Ketua Komisi II DPRD Kab. Cirebon bahwa Desa Ambulu dapat menjadi daerah unggulan ikan bandeng yang dapat dijadikan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Besarnya potensi ini, ternyata belum diiringi oleh pengelolaan sumberdaya pesisir serta pembangunan fasilitas yang mendukung aktivitas usaha budidaya ikan bandeng tersebut. Hal ini cukup penting dikarenakan keberlanjutan sektor budidaya ini tidak lepas dari peran sumberdaya dan lingkungan pesisir sebagai sarana penunjang utama usaha perikanan di Desa Ambulu. Besarnya tingkat ketergantungan usaha budidaya ikan bandeng terhadap kondisi sumberdaya pesisir adalah cukup tinggi, karena sedikit perubahan dari kualitas lingkungan wilayah pesisir, akan mampu mempengaruhi tingkat produktivitas budidaya ikan bandeng.

Nilai pemanfaatan serta kontribusi sumberdaya pesisir untuk aktivitas perikanan budidaya menjadi penting untuk diketahui nilainya sebagai acuan pengelolaan sumberdaya pesisir yang optimal. Besarnya nilai pemanfaatan sumberdaya pesisir, erat hubungannya dengan produktivitas usaha budidaya

(35)

tersebut. Oleh sebab itu, informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng penting untuk diketahui.

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan untuk komoditas ikan konsumsi. Perikanan budidaya memiliki kecenderungan sifat lebih mudah mengatur jumlah produksi dibandingkan dengan perikanan tangkap, oleh sebab itu peningkatan jumlah penduduk yang sulit dihindari secara tidak langsung akan meningkatkan aktivitas pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk kegiatan budidaya. Peningkatan aktivitas tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi aktivitas unit usaha untuk memenuhi kebutuhan petani tambak, sehingga akan memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal. Selama proses budidaya berlangsung, petani tambak akan mengeluarkan biaya operasional tambak yang terdiri dari biaya pembelian benih dan pakan, biaya pengelolaan tambak dan biaya lainnya. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani tambak dapat memberikan dampak secara langsung, tidak langsung maupun lanjutan (induced) terhadap perekonomian daerah setempat. Biaya-biaya tersebut kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisis multiplier.

Aktivitas budidaya ikan bandeng diperkirakan telah menjadi sektor yang cukup mempengaruhi perekonomian Desa Ambulu terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja dan perkembangan unit usaha terkait tambak. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai besarnya nilai manfaat ekonomi pemanfaatan sumberdaya pesisir sebagai kawasan budidaya ikan bandeng, serta dampak ekonomi yang ditimbulkan dari aktivitas budidaya tersebut. Pada akhirnya besar nilai tersebut dapat dijadikan rekomendasi

(36)

pengelolaan kawasan pesisir Desa Ambulu yang lebih baik di masa yang akan datang. Secara rinci kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 3.

(37)

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Dampak Ekonomi bagi Masyarakat Sekitar Analisis Regresi Langsung (direct) Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir sebagai Budidaya Ikan Bandeng Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Ikan Bandeng

Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir sebagai Kawasan Budidaya Ikan Bandeng

Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon

Tidak Langsung (indirect) Lanjutan (induced) Residual Rent

Nilai Dampak Ekonomi

Analisis Multiplier Analisis

Deskriptif

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir untuk Budidaya Ikan Bandeng

(38)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa belum adanya penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi dari aktivitas perikanan budidaya ikan bandeng di desa tersebut, selain itu desa tersebut mempunyai potensi lahan tambak yang cukup besar untuk dikembangkan. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahap. Tahapan yang pertama yaitu pra penelitian. Pra penelitian merupakan proses pengamatan masalah di lapangan, perumusan masalah, pengembangan kerangka berpikir, hingga penyusunan proposal. Tahapan ini dilaksanakan selama dua bulan, dimulai pada bulan akhir Januari hingga Februari 2011. Tahapan pra penelitian akan dilanjutkan dengan proses pengambilan data. Pengambilan data dilaksanakan kurang lebih selama dua minggu, yaitu pada minggu kedua bulan April sampai minggu keempat bulan April 2011. Tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi. Tahapan ini dilaksanakan sampai dengan minggu pertama bulan Agustus 2011.

4.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengertian survei dibatasi pada pengertian survei sample dimana informasi dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada responden.

(39)

4.3 Jenis dan Sumber data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data cross section, yaitu data aktivitas yang terkait dengan budidaya ikan bandeng yang terjadi dalam waktu satu tahun berjalan. Menurut sumber mendapatkannya, data-data tersebut terdiri atas data-data primer dan data-data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada petani tambak, pemilik unit usaha, serta tenaga kerja lokal yang beroperasi di kawasan pesisir Desa Ambulu dengan bantuan kuesioner. Data primer yang diperlukan diantaranya :

1. Karakteristik petani tambak yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status usaha, lama usaha dan teknologi budidaya.

2. Biaya operasional serta investasi petani tambak dalam waktu satu tahun. 3. Struktur biaya pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal.

Sedangkan data sekunder yang diperlukan meliputi keadaan umum lokasi usaha tambak, kondisi alam daerah penelitian serta data produksi dan konsumsi produk perikanan. Keseluruhan data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Diantaranya dengan cara pengumpulan data dari pemerintah daerah setempat, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kelautan dan Perikanan, buku, internet, dan literatur-literatur lain yang mendukung.

4.4 Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan tujuan-tujuan penelitian. Pengambilan contoh untuk petani tambak dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yang dikombinasikan dengan snowball sampling, dimana responden dipilih dan

(40)

disesuaikan dengan kriteria tertentu. Jumlah responden petani tambak yang diambil adalah sebanyak 48 petani tambak.

Metode pengambilan contoh untuk unit usaha dan dan tenaga kerja lokal dilakukan dengan teknik purposive sampling dan judgement sampling, dimana responden dipilih dan disesuaikan dengan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha budidaya ikan bandeng yang banyak di jalani oleh masyarakat Desa Ambulu. Keuntungan dari teknik ini adalah penelitian dapat dilaksanakan dengan cepat, mudah dan murah, serta relevan dengan tujuan penelitian. Responden terpilih untuk unit usaha terkait dengan aktivitas budidaya ikan bandeng adalah sebanyak 14 unit usaha dan untuk tenaga kerja sebanyak 9 orang. Pemilihan contoh 14 unit usaha didasarkan pada peran unit usaha tersebut dalam memenuhi kebutuhan petani tambak masyarakat Desa Ambulu. Responden unit usaha dan tenaga kerja lokal di lokasi penelitian memiliki karakteristik yang relatif homogen.

4.5 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) Minitab 14 dan Microsoft Office Excel 2007.

4.5.1 Identifikasi Karakteristik Petani tambak, Unit Usaha Terkait, dan Tenaga Kerja lokal

Identifikasi karakteristik responden petani tambak, unit usaha, dan tenaga kerja lokal di Desa Ambulu dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa

(41)

pada masa sekarang. Analisis deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi dan gambaran secara sitematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer Microsoft Office Excel 2007.

4.5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Bandeng

Analisis yang biasa dilakukan terkait dengan produksi bertujuan untuk mengetahui bagaimana sumberdaya yang terbatas seperti tanah, tenaga kerja dan modal dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat dicapai, Soekartawi (1994). Hubungan antara antara input yang digunakan dan output yang dihasilkan dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi, sehingga dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi.

4.5.2.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan dan variabel-variabel yang menjelaskan. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output serta mengetahui skala usaha budidaya ikan bandeng yang aktual terjadi saat penelitian berlangsung. Pada model ini koefisien pangkatnya menunjukan besarnya elastisitas produksi masing-masing input dan besarnya tersebut menunjukan tingkat besaran kondisi skala usaha (return to scale).

Kondisi Return to Scale (RTS) merupakan respon dari perubahan output jika terjadi perubahan dari penggunaan input secara proporsional. Menurut Soekartawi (1994) skala usaha perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing, constant, atau

(42)

decreasing return to scale. Jika jumlah elastisitas produksi dari fungsi Cobb-Douglas dilambangkan dengan ∑bi, maka kondisi usaha budidaya ikan bandeng

dapat dibedakan menjadi :

1. Increasing Return to Scale, bila ∑bi > 1. Artinya bahwa proporsi penambahan

input produksi akan menghasilkan tambahan output produksi yang proporsional lebih besar.

2. Constant Return to Scale, bila ∑bi = 1. Artinya bahwa proporsi penambahan

input produksi akan proporsional dengan penambahan output produksi yang diperoleh.

3. Decreasing Return to Scale, bila ∑bi < 1. Artinya proporsi penambahan input

produksi melebihi proporsi penambahan output produksi.

Fungsi dengan menggunakan variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Menurut Soekartawi (1994), kaidah-kaidah pada regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas, persamaan matematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = aX1b1X2b2...Xib3..Xnb5 ε

dimana :

Y = Variabel yang dijelaskan Xi...,Xn = Variabel yang menjelaskan

a = Intercept

b1...,b5 = Koefisien regresi yang akan diduga

ε = Galat atau error

Untuk mempermudah pendugaan terhadap persamaan maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan

(43)

persamaan tersebut. Variabel yang digunakan untuk menduga fungsi produksi ikan bandeng adalah produksi ikan bandeng (Y), luas tambak (X1), benih

penebaran (X2), penggunaan pupuk (X3), penggunaan obat (D1), penggunaan

pakan tambahan (D2). Dengan fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan ke dalam

bentuk persamaan linier berganda sebagai berikut :

Ln Y = Ln a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 D4 + b5 D5 + ε

dimana :

Y = Hasil produksi ikan bandeng (Kg) a = Intercept

b1...,b5 = Koefisien regresi yang akan diduga

X1 = Luas tambak (m2)

X2 = Benih penebaran (ekor)

X3 = Penggunaan pupuk (Kg)

D4 = 1, untuk menggunakan obat dan 0 tidak menggunakan obat

D5 = 1,untuk menggunakan pakan tambahan dan 0 tidak menggunakan

ε = Galat atau error

4.5.2.2 Uji Kriteria Ekonometrika

Pengujian dengan menggunakan kriteria ekonometrika dilakukan untuk mengetahui apabila terjadi pelanggaran asumsi yang digunakan dalam metode OLS. Hal-hal yang dilihat dalam kriteria ekonometrika antara lain adalah multikolinearitas, normalitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

(44)

a. Uji Multikolinieritas (Multicolinearity)

Model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah multikolinearitas, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar variabel-variabel bebas. Multikolinearitas terjadi akibat adanya korelasi yang tinggi di antara peubah bebasnya. Masalah multikolineritas dapat dilihat dari nilai VIF dengan persamaan :

I VIF =

I – R2

R2 adalah koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j dengan variabel bebas lainnya. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan adanya masalah kolinearitas pada peubah tersebut. Multikolinearitas dapat menyebabkan adanya pelanggaran terhadap asumsi OLS adalah exact multicolinearity (multikolinearitas sempurna). Jika dalam suatu model terdapat multikolinearitas yang sempurna maka akan diperoleh nilai R2 yang tinggi tetapi tidak ada koefisien variabel bebas yang signifikan.

b. Normalitas

Salah satu cara mengecek normalitas adalah dengan probabilitas normal. Melalui probability plot of RESI 1 ini masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan distribusi normal. Normalitas terpenuhi apabila titik-titik data terkumpul disekitar garis lurus, selanjutnya dilakukan analisis dengan Kolmogorov Smirnov (KS).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain.Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari

(45)

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan melihat plot antara residu dengan prediksinya. Jika bentuk tebaran plot tersebut menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan gangguan pada fungsi regresi yang berupa korelasi diantara faktor gangguan. Ada beberapa prosedur atau cara untuk mengetahui adanya autokorelasi pada suatu model regresi. Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan salah satu cara mendeteksi apakah tidak ada autokorelasi yang paling sering digunakan. Uji ini dapat digunakan untuk sembarang sampel, baik besar ataupun kecil, tetapi D-W hanya berhasil baik apabila autokorelasinya berbentuk autokorelasi linier orde pertama, artinya faktor pengganggu et

berpengaruh kepada faktor pengganggu et-1. Untuk melihat ada tidaknya

autokorelasi, dapat digunakan ketentuan sebagai berikut (Firdaus, 2004)

Tabel 3. Uji Autokorelasi (Firdaus, 2004)

D-W Kesimpulan Kurang dari 1,10 1,10 dan 1,54 1,55 dan 2,46 2,46 dan 2,90 Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi

4.5.3 Estimasi Nilai Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir untuk Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng

Pendekatan produktifitas memandang sumberdaya alam sebagai input dari produk akhir yang kemudian digunakan oleh masyarakat luas. Menurut Hufschmidt, et.al dalam Adrianto, et.al (2004), menyatakan langkah analisis

(46)

ekologi-ekonomi dalam konteks metode pendekatan produktifitas di awali dengan melakukan identifikasi input sumberdaya, output (produksi sumberdaya) dan residual sumberdaya dari sebuah proyek.

Penelitian ini menggunakan pendekatan residual rent untuk menghitung nilai ekonomi dari kegiatan budidaya ikan bandeng. Residual rent didefinisikan sebagai selisih antara biaya dari faktor produksi yang digunakan dalam suatu pemanfaatan sumberdaya dengan nilai total hasil panen usaha tersebut. Residual rent dapat juga dipandang sebagai kontribusi dari ekosistem alami atau faktor pendapatan guna memperoleh nilai ekonomi total dari suatu pemanfaatan sumberdaya.

Perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini hanya untuk melihat nilai residual rent selama satu tahun. Dalam hal ini tidak dilakukan perhitungan terhadap nilai daya dukung optimal lingkungan terhadap jumlah tambak dan nilai residual rent.

4.5.4 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng terhadap Masyarakat Lokal

Dampak ekonomi ini diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dampak ekonomi aktivitas budidaya ikan bandeng terhadap masyarakat lokal dapat diukur dengan dua tipe pengganda, yaitu:

1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran petani tambak berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

(47)

2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran petani tambak yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan lanjutan (induced). Ratio Income Multiplier Tipe I menggambarkan nilai dampak tidak langsung dari pengeluaran petani tambak, sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe II merupakan ukuran dari dampak lanjutan. Secara matematis dirumuskan :

Keynesian Local Income Multiplier Ratio Income Multiplier, Tipe I Ratio Income Multiplier, Tipe II dimana :

E : tambahan pengeluran petani tambak (Rupiah)

D : pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rupiah) N : pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rupiah) U : pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rupiah)

Selanjutnya hasil analisis multiplier ini dapat digunakan sebagai acuan atau rekomendasi untuk kebijakan pengelolaan dan pengembangan kawasan pesisir Desa Ambulu. Perhitungan nilai multiplier dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer Microsoft Excel 2007.

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4 di bawah ini.

(48)

Tabel 4. Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode

Analisis Data

1 Mengidentifikasi karakteristik petani tambak, unit usaha dan tenaga kerja lokal di Desa Ambulu Kecamatan Losari

Data primer berupa wawancara menggunakan kuesioner dan data

sekunder dari pihak-pihak terkait

Analisis deskriptif

2 Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng

Data primer (wawancara menggunakan kuesioner)

Analisis regresi

3 Mengestimasi nilai ekonomi pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk budidaya ikan bandeng

Data sekunder dan data primer (wawancara menggunakan kuesioner)

Residual Rent

4 Analisis dampak ekonomi aktivitas budidaya ikan bandeng terhadap masyarakat lokal

Data primer berupa wawancara dengan menggunakan kuesioner

Analisis Multiplier

4.6 Batasan Penelitian

1) Siklus produksi adalah waktu yang dibutuhkan dalam satu kali masa penebaran sampai masa panen. Satu siklus produksi dalam usaha budidaya ikan bandeng ini adalah 4-5 bulan.

2) Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi output (produksi ikan bandeng). Faktor produksi yang diduga dapat mempengaruhi produksi ikan bandeng adalah jumlah tambak (unit), benih penebaran (ekor/musim), pupuk (kg/musim), penggunaan obat, dan pakan tambahan (kg/musim).

3) Produksi adalah berat total ikan bandeng yang dihasilkan dalam satu musim (kg).

(49)

4) Osla adalah benih ikan bandeng yang digunakan oleh petani tambak Desa Ambulu untuk disebar dalam petakan tambak. Osla merupakan ikan bandeng yang telah mengalami masa pendederan selama dua minggu dengan ukuran 2-4 cm.

5) Petani Tambak adalah orang yang bekerja sebagai pembudidaya ikan bandeng di Desa Ambulu.

6) Nilai ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya pesisir dinilai dari harga pasar usaha perikanan budidaya ikan bandeng yang berlaku saat penelitian berlangsung.

7) Residual Rent adalah selisih antara harga total produksi dengan biaya total faktor produksi, dinyatakan dalam rupiah.

8) Nilai Residual Rent yang diestimasi didalam penelitian ini adalah nilai pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk usaha budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu selama satu tahun.

9) Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat lokal di Desa Ambulu yang bergerak di sektor budidaya ikan bandeng.

10) Analisis dampak ekonomi dilihat dalam skala kecil, yaitu dampak terhadap masyarakat lokal Desa Ambulu.

11) Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang yang terjadi di sekitar lokasi budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu.

(50)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBYEK PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif Desa Ambulu merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon dan merupakan salah satu desa pesisir di Pantai Utara Jawa. Jarak pusat pemerintahan desa dengan beberapa pusat pemerintahan lainnya yaitu :

Ibukota Kecamatan : 3 Km Ibukota Kabupaten Cirebon : 46 Km Ibukota Provinsi jawa Barat : 175 Km Ibukota Negara RI : 312 Km

Secara administratif Desa Ambulu terdiri dari 5 dusun. Desa juga berbatasan dengan beberapa wilayah. Berikut adalah batas-batas Desa Ambulu:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Barat : Desa Malakasari, Kecamatan Gebang Sebelah Selatan : Desa Kalisari, Kecamatan Losari Sebelah Timur : Desa Kalisari, Kecamatan Losari

Desa Ambulu termasuk daerah berdataran rendah dengan suhu rata-rata 250C – 270C. Iklim di pesisir Desa Ambulu tidak dapat dilepaskan dari sistem iklim Indonesia. Iklim di Wilayah Indonesia dipengaruhi oleh angin muson yang mengakibatkan dua musim yaitu musim barat dan musim timur4. Musim barat terjadi pada bulan Desember sampai bulan Februari sedangkan angin musim timur mencapai puncaknya pada bulan Juni sampai Agustus.

Gambar

Tabel  2.  Produksi  Ikan  Tambak  Kabupaten  Cirebon  menurut  jenis  ikan  tahun 2003 - 2007 (dalam Ton)
Gambar 1. Ikan Bandeng
Gambar  2.    Hubungan  antara  produk  total,  produk  rata-rata  dan  produk         marginal
Gambar 3.  Skema Kerangka Pemikiran Penelitian Dampak Ekonomi bagi Masyarakat Sekitar Analisis Regresi  Langsung (direct) Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha dan Tenaga Kerja Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir sebagai Budidaya I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun implikasi yang ditimbulkan dengan adanya realitas hasil perhitungan, baik perhitungan besarnya investasi, laju pertumbuhan ekonomi, indeks disparisitas

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lidah buaya ( Aloe vera ) dan waktu penutupan luka sayat pada mukosa rongga mulut tikus wistar.. Lidah buaya diambil

Di tengah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membangun perkebunan kelapa sawit di areal tanah gambut (seperti di PT. EMAL dan PT. JAW, perusahaan baru yang berada dalam area

Deskripsi Singkat : Pada MK Visual Story Telling mahasiswa diarahkan untuk dapat menciptakan pesan komunikasi yang mampu bercerita dalam bentuk visual dari yang

DAFTAR KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSJ PROF... Inst RM pada RSJS Magelang

Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental

Dengan mengunakan metodologi perbandingan bahasa dan mengunakan contoh kalimat yang ada pada komik bahasa Jepang yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai

[r]