• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.6 Batasan Penelitian

1) Siklus produksi adalah waktu yang dibutuhkan dalam satu kali masa penebaran sampai masa panen. Satu siklus produksi dalam usaha budidaya ikan bandeng ini adalah 4-5 bulan.

2) Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi output (produksi ikan bandeng). Faktor produksi yang diduga dapat mempengaruhi produksi ikan bandeng adalah jumlah tambak (unit), benih penebaran (ekor/musim), pupuk (kg/musim), penggunaan obat, dan pakan tambahan (kg/musim).

3) Produksi adalah berat total ikan bandeng yang dihasilkan dalam satu musim (kg).

4) Osla adalah benih ikan bandeng yang digunakan oleh petani tambak Desa Ambulu untuk disebar dalam petakan tambak. Osla merupakan ikan bandeng yang telah mengalami masa pendederan selama dua minggu dengan ukuran 2-4 cm.

5) Petani Tambak adalah orang yang bekerja sebagai pembudidaya ikan bandeng di Desa Ambulu.

6) Nilai ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya pesisir dinilai dari harga pasar usaha perikanan budidaya ikan bandeng yang berlaku saat penelitian berlangsung.

7) Residual Rent adalah selisih antara harga total produksi dengan biaya total faktor produksi, dinyatakan dalam rupiah.

8) Nilai Residual Rent yang diestimasi didalam penelitian ini adalah nilai pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk usaha budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu selama satu tahun.

9) Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat lokal di Desa Ambulu yang bergerak di sektor budidaya ikan bandeng.

10) Analisis dampak ekonomi dilihat dalam skala kecil, yaitu dampak terhadap masyarakat lokal Desa Ambulu.

11) Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang yang terjadi di sekitar lokasi budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBYEK PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif Desa Ambulu merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon dan merupakan salah satu desa pesisir di Pantai Utara Jawa. Jarak pusat pemerintahan desa dengan beberapa pusat pemerintahan lainnya yaitu :

Ibukota Kecamatan : 3 Km Ibukota Kabupaten Cirebon : 46 Km Ibukota Provinsi jawa Barat : 175 Km Ibukota Negara RI : 312 Km

Secara administratif Desa Ambulu terdiri dari 5 dusun. Desa juga berbatasan dengan beberapa wilayah. Berikut adalah batas-batas Desa Ambulu:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Barat : Desa Malakasari, Kecamatan Gebang Sebelah Selatan : Desa Kalisari, Kecamatan Losari Sebelah Timur : Desa Kalisari, Kecamatan Losari

Desa Ambulu termasuk daerah berdataran rendah dengan suhu rata-rata 250C – 270C. Iklim di pesisir Desa Ambulu tidak dapat dilepaskan dari sistem iklim Indonesia. Iklim di Wilayah Indonesia dipengaruhi oleh angin muson yang mengakibatkan dua musim yaitu musim barat dan musim timur4. Musim barat terjadi pada bulan Desember sampai bulan Februari sedangkan angin musim timur mencapai puncaknya pada bulan Juni sampai Agustus.

Informasi mengenai waktu angin musim menjadi penting karena mempengaruhi terjadinya gelombang laut. Tinggi rendahnya gelombang laut akan menjadi perhatian tersendiri bagi petani tambak karena terkait dengan keadaan tambak mereka. Petani tambak di Desa Ambulu sering mengalami kerugian karena lahan tambak mereka terkena banjir rob, yang disebabkan oleh tingginya gelombang laut yang terjadi5.

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian

Desa Ambulu memiliki luas wilayah sebesar 1.210.527 hektar terdiri dari lahan persawahan 337,229 hektar, lahan pemukiman 19.705 hektar dan luas area tambak 826,889 hektar. Desa Ambulu dengan luas wilayah pemukiman 19.705 hektar didiami oleh penduduk sebanyak 7.415 jiwa yang terdiri dari 3.705 orang laki-laki dan 3.710 orang perempuan. Tabel sebaran mata pencaharian pokok masyarakat Desa Ambulu secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Ambulu

Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan

Petani Buruh Tani

Buruh Migran perempuan Buruh Migran Laki- Laki Pegawai Negeri Sipil/ PNS Pedagang Keliling

Peternak Nelayan Bidan Swasta

Pembantu Rumah Tangga Pensiunan PNS Dukun Terlatih Karyawan Swasta 340 671 41 - 21 4 5 326 - - 6 - 5 110 449 259 - 5 3 - - 1 29 1 1 10 Sumber : Potensi Desa Ambulu, 2009

5.3 Gambaran Umum Usaha Budidaya

Produksi usaha budidaya tambak telah menyumbang 53,59% dari total seluruh produksi usaha budidaya di Kabupaten Cirebon pada tahun 2009 yaitu sekitar 10.886,6 ton dari total produksi tambak 20.312,4 ton atau meningkat 4,46% dari tahun 2008. Secara rinci kontribusi produksi usaha budidaya tambak terhadap total produksi usaha budidaya di Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Produksi Budidaya per Jenis Usaha di Kabupaten Cirebon Tahun 2009

No Usaha Budidaya Produksi (ton)

1 2 3 4 Tambak Laut Kolam Sawah 10.886,6 7.732,4 1.690,1 3,3 Jumlah 20.312,4

Sumber: Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, tahun2009 Budidaya air payau di tambak memiliki potensi sebesar 7.500 hektar, pada tahun 2009 baru dimanfaatkan sebesar 5.163,57 hektar dengan perincian 1635,12 hektar untuk budidaya udang dan 3.528,45 hektar untuk budidaya ikan, dengan produksi ikan bandeng atau ikan lainnya sebesar 4.532,19 ton dan nilai produksinya mencapai Rp 108.704.940,00. Potensi dan pemanfaatan tambak per kecamatan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini

Tabel 7. Potensi dan Pemanfaatan Tambak per Kecamatan di Kabupaten Cirebon Tahun 2009

No Kecamatan Potensi (hektar) Pemanfaatan Tambak Jumlah (hektar) (%) 1 2 3 4 5 6 7 Losari Gebang Pangenan Mundu Gunungjati Suranenggala Kapetakan 2.500 600 1.834 166 300 137 1.963 1.380,20 499,00 739,30 145,30 165,00 226,50 1.986,00 55,21 83,32 40,31 87.53 55,00 165,33 101,17 Jumlah 7.500 5.142,20 68,56

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa potensi tambak Kecamatan Losari merupakan yang terbesar. Desa Ambulu merupakan desa di Kecamatan Losari yang menyumbangkan produksi tambak cukup besar diantara 3 desa pesisir lainnya di Kecamatan Losari.

Usaha budidaya tambak yang menjadi unggulan di Desa Ambulu adalah untuk komoditas udang dan ikan bandeng, namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah budidaya ikan bandeng. Hal ini dikarenakan, terjadinya musibah nasional atau “stres udang”. Sejak terjadinya musibah pada tahun 1993 udang tidak lagi dapat tumbuh dengan optimal, akhirnya budidaya udang tidak lagi menguntungkan dan banyak petani tambak udang yang beralih menjadi pembudidaya ikan bandeng.

Berdasarkan letak tambak dan kesempatan mendapatkan air laut, tambak ikan bandeng di Desa Ambulu termasuk kedalam tambak biasa. Tambak biasa adalah kelompok tambak yang airnya merupakan campuran air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Daerah yang tergolong tambak biasa mempunyai keadaan air payau. Berdasarkan klasifikasi sistem budidaya yang digunakan, tambak ikan bandeng di Desa Ambulu menggunakan sistem tambak tradisional dengan padat penebaran cukup rendah, yaitu berkisar antara 1.000-10.000 nener/hektar.

Dokumen terkait