A.
A. RANGKUMAN PERKULIAHAN TERKAIT NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA &RANGKUMAN PERKULIAHAN TERKAIT NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA & PREKURSOR
PREKURSOR
Regulasi, Pelaksanaan Dan Pengawasan Produksi, Distribusi Dan Pemakaian Regulasi, Pelaksanaan Dan Pengawasan Produksi, Distribusi Dan Pemakaian
Narkotika, Psikotropika Dan Prekursor (Npp) Narkotika, Psikotropika Dan Prekursor (Npp)
PER-UU-AN PER-UU-AN 1. 1. St- 1882 N o. 97, Jo 228/1949 :St- 1882 N o. 97, Jo 228/1949 : PERACIKAN PERACIKAN 2.
2. O. 419/49 : OBAT O. 419/49 : OBAT KERASKERAS 3. 3. UU UU 5/’97 5/’97 : : PSIKOTROPIKPSIKOTROPIKAA 4. 4. UU UU 8/’99 8/’99 :: PERLINDUNGANPERLINDUNGAN KONSUMEN KONSUMEN 5. 5. UU 35 /’09: NARKOTIKAUU 35 /’09: NARKOTIKA 6. 6. UU 36/’09 : UU 36/’09 : KESEHATANKESEHATAN 7.
7. UU 44/’09 : RUMAH SAKITUU 44/’09 : RUMAH SAKIT 8.
8. UU 36/’14 : TENAGA KESEHATANUU 36/’14 : TENAGA KESEHATAN 9. 9. DLLDLL 1. 1. PP PP 32/96 32/96 : : TENAGATENAGA KESEHATAN KESEHATAN 2. 2. PP PP 72/’98 72/’98 : : PENGAMANANPENGAMANAN SEDIAAN FARMASI SEDIAAN FARMASI 3. 3. PP PP 38/‘07 38/‘07 : : KEWENANGANKEWENANGAN PUSAT-DAERAH PUSAT-DAERAH 4. 4. PP 44/ ’10 : PREKURSORPP 44/ ’10 : PREKURSOR 5.
5. PP 25/ ’11 : WAJIB LAPORPP 25/ ’11 : WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA PECANDU NARKOTIKA 6. 6. PP PP 40/’13 40/’13 : : PELAKSANAAN PELAKSANAAN UUUU 35/’09 35/’09 7. 7. DLLDLL 1. 1. PMK.28/’78 PMK.28/’78 PENYIMPANANPENYIMPANAN NARKOTIKA NARKOTIKA 2. 2. PMK PMK 168/’05 168/’05 PREKURSORPREKURSOR FARMASI FARMASI 3.
3. PMK 10/’13 IMPORPMK 10/’13 IMPOR - EKSPOR- EKSPOR NAROTIKA NAROTIKA 4. 4. PMK PMK 13/’14 13/’14 PERUBAHANPERUBAHAN PENGGOLONGAN NARKOTIKA PENGGOLONGAN NARKOTIKA 5. 5. PMK PMK 26/’26/’14 14 RENCANARENCANA KEBUTUHAN NARKOTIKA, KEBUTUHAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, PREKURSOR PSIKOTROPIKA, PREKURSOR UU 1945 UU 1945 OOK 419 OOK 419/’49/’49 UU 5/’97UU 5/’97 UU 35/’09 UU 35/’09 UUUU8/’998/’99 PP 72/’98 PP 72/’98 PP 44/’10 PP 44/’10 PP 40/’13 PP 40/’13 ’’ PP 51/’09 PP 51/’09 PER / SK PER / SK KaBPOM KaBPOM PER/SK PER/SK MENKES MENKES
6.
6. PMK PMK 03/’15 03/’15 PEREDARAN,PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, DAN PELAPORAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN
PSIKOTROPIKA, DAN
PREKURSOR FARMASI PREKURSOR FARMASI 7.
7. PMK PMK LAIN LAIN TERKAIT TERKAIT OBATOBAT 8.
8. KMK KMK 567/’06 567/’06 PEDOMANPEDOMAN PELAKSANAAN PENGURANGAN PELAKSANAAN PENGURANGAN DAMPAK BURUK NARKOTIKA, DAMPAK BURUK NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF ADIKTIF 9. 9. KMK KMK 522/’08 522/’08 PENUNJUKANPENUNJUKAN LABORATORIUM LABORATORIUM PEMERIKSAAN NARKOTIKA PEMERIKSAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DAN PSIKOTROPIKA 1.
1. PerKBPOM 32/’13PerKBPOM 32/’13 ANALISA HANALISA HASIL PASIL PENGAWASAN ENGAWASAN NARKOTIKNARKOTIK 2.
2. PerKBPOM PerKBPOM 40/’13 40/’13 PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN PREKURSORPREKURSOR 3.
3. PerKBPOMPerKBPOM 28/’18 28/’18 PENGELOLAAN PENGELOLAAN OBAT OBAT OBAT OBAT TERTENTUTERTENTU 4.
4. PerKBPOMPerKBPOM 5.
5. LAIN TERKAIT OBATLAIN TERKAIT OBAT
REGULASI & KEBIJAKAN TENTANG NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN REGULASI & KEBIJAKAN TENTANG NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
PREKURSOR (NPP) PREKURSOR (NPP)
Definisi dan Golongan Narkotika Definisi dan Golongan Narkotika Narkotika
Narkotika adalah adalah zat zat atau atau obat obat yang yang berasal berasal dari dari tanaman tanaman atau atau bukan bukan tanaman, tanaman, baik baik sintetissintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
ketergantungan.
Golongan I, dilarang untuk pelayanan kesehatan, bisa utk IPTEK & Reagen : Tanaman &Golongan I, dilarang untuk pelayanan kesehatan, bisa utk IPTEK & Reagen : Tanaman &
bahan dari Papaver, Coca, bahan sintetis, dll. bahan dari Papaver, Coca, bahan sintetis, dll.
Golongan II, bahan baku untuk produksi obat yang mampu menimbulkan potensiGolongan II, bahan baku untuk produksi obat yang mampu menimbulkan potensi
ketergantungan tinggi dan hanya digunakan sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan. ketergantungan tinggi dan hanya digunakan sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan. Contoh: petidin, morphin, fentanil atau metadon.
Golongan III, digunakan untuk rehabilitasi, untuk mengurangi ketergantungan pada
narkotika golongan I dan II. Ia mempunyai potensi ringan akibatkan ketergantungan. Contoh: kodein, difenoksilat.
Ruang Lingkup Pengaturan Narkotika
• Segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan Narkotika dan Prekursor Narkotika
• Jenis ; Pengadaan (Kebutuhan tahunan – Produksi – Untuk Iptek – Penyimpanan – pelaporan); Ekspor & Impor (Izin, SPE, SPI, pengangkutan, transito, pemeriksaan,)
Peredaran(penyaluran-penyerahan); Label & Publikasi; & Prekursor ( Tujuan, Jenis/penggolongan, Rencana Kebutuhan, Pengadaan); Pengobatan; Rehabilitasi; Pembinaan & Pengawasan; Pencegahan, Pemberantasan; Penyidikan, Penuntutan, Pengadilan; Peran Serta Masyarakat, Ketentuan Pidana; Ketentuan Peralihan; Ketentuan Penutup.
Definisi dan Golongan Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997).
• Golongan I, mempunyai potensi yang sangat kuat dalam menyebabkan ketergantungan dan dinyatakan sebagai barang terlarang. Contoh: ekstasi (MDMA = 3,4-Methylene-Dioxy Methil Amphetamine), LSD (Lysergic Acid Diethylamid), dll.
• Golongan II, mempunyai potensi yang kuat dalam menyebabkan ketergantungan. Contoh: amfetamin, metamfeamin (sabu), dan fenetilin.
• Golongan III, mempunyai potensi sedang dalam menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan tetapi harus dengan resep dokter. Contoh: amorbarbital, brupronorfina, dan mogadon (sering disalahgunakan).
• Golongan IV, mempunyai potensi ringan dalam menyebabkan ketergantungan, dapat digunakan untuk pengobatan tetapi harus dengan resep dokter. Contoh: diazepam, nitrazepam, lexotan (sering disalahgunakan), pil koplo (sering disalahgunakan), obat penenang (sedativa), dan obat tidur (hipnotika).
Ruang Lingkup Pengaturan Psikotropika
• Segala kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan.
• Jenis ; Produksi; Peredaran (penyaluran-penyerahan); Ekspor & Impor (termasuk pengangkutan, transito, pemeriksaan,); Label & Iklan; Kebutuhan tahunan & Pelaporan; Pengguna Psikotropika & Rehabilitasi; Pemantauan Prekursor; Pembinaan & Pengawasan; Pemusnahan; Peran Serta Masyarakat, Ketentuan Pidana; Ketentuan Peralihan; Ketentuan Penutup.
Definisi dan Golongan Prekursor
Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika dan atau Psikotropika.
• Tabel I, (bahan awal dan pelarut yang sering digunakan dan diawasi lebih ketat ): Acetic Anhydride, N-Acetylanthranilic Acid, Ephedrine, Ergometrine, Ergotamine, Isosafrole, Lysergic Acid, 3,4-Methylenedioxyphenyl-2-propanone, Norephedrine, 1-Phenyl-2-Propanone, Piperonal, Potassium Permanganat, Pseudoephedrine, Safrole.
• Tabel II, Acetone, Anthranilic Acid, Ethyl Ether, Hydrochloric Acid, Methyl Ethyl Ketone, Phenylacetic Acid, Piperidine, Sulphuric Acid, Toluene
Ruang Lingkup Pengaturan Prekursor
• Segala kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan dan penggunaan Prekursor untuk keperluan industri farmasi, industri non farmasi, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologii
• Rencana Kebutuhan tahunan; Pengadaan (Produksi – Penyimpanan); Ekspor & Impor (Izin, SPE, SPI, pengangkutan, transito); Peredaran (penyaluran-penyerahan); Pencatatan & Pelaporan; Pengawasan (kegiatan produksi, penyimpanan, impor dan ekspor, pengangkutan, transito, penyaluran, penyerahan, serta pencatatan dan pelaporan);
Ketentuan Peralihan; Ketentuan Penutup. Pengelolaan Prekursor
• Sasaran : Mencegah terjadinya penyimpangan dan kebocoran Prekursor Farmasi dan/atau obat mengandung Prekursor Farmasi dari jalur legal ke jalur ilegal atau sebaliknya
• Ruang Lingkup : Pengadaan; Penyimpanan; Pembuatan; Peredaran (Penyaluran & Penyerahan; Pencatatan dan Pelaporan; Inspeksi Diri; Penanganan Obat Kembalian; Penarikan Kembali Obat ( Recall); Pemusnahan;(Penghapusan).
• Sarana : Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi, Instalasi, Farmasi Rumah Sakit, Apotek, dan Toko Obat Berizin
Dasar, Asas Dan Tujuan
• UU Narkotika berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
• UU Narkotika diselenggarakan berasaskan keadilan; pengayoman; kemanusiaan; ketertiban; perlindungan; keamanan; nilai-nilai ilmiah; dan kepastian hukum .
Tujuan pengaturan:
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan NPP;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan Psikotropika. d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah Guna dan
pecandu Narkotika & Psikotropika.
PEREDARAN, PENYIMPANAN & PEMUSNAHAN NPP
Memenuhi persyaratan khasiat, keamanan dan mutu Harus memiliki izin edar
Diproduksi/diedarkan oleh industri (CPOB)/ PBF (CDOB) yg memiliki izin khusus untuk
impor/produksi/ penyaluran (utk Narkotika Gol I hanya oleh PBF BUMN)
Untuk penelitian : izin khusus dari menkes
Penyerahan : obat jadi, oleh apoteker atas permintaan tertulis dari apoteker dan dokter dan
oleh dokter
Disimpan agar dapat memelihara khasiat, keamanan dan mutu
Disimpan dalam gudang, ruang, lemari khusus (persyaratan fisik dan terpisah) Disimpan dengan cara penyimpanan yang baik
Kunci dipegang Apoteker (utk Industri, PBF, RS, Apotek) atau Dokter
Dimusnahkan jika : produksi tidak memenuhi syarat, produk tidak memenuhi syarat di
saryanfar, kadaluarsa/ rusak, dicabut izin edar, kasus tindak pidana, simpan agar dapat memelihara khasiat, keamanan dan mutu
Pemusnahan dilaksanakan oleh pemilik NPP atau pihak ketiga, atau instansi yg berwenang
(untuk tindak pidana)
Pelaksanaan : tidak mencemari lingkungan dan kesehatan masyarakat Pemberitahuan dan saksi DINKES/BPOM dan permintaan sampling Membuat berita acara
PENCATATAN – PELAPORAN
Pencatatan sejak dari impor BB/ produk jadi- distribusi BB- produksi produk jadi – distribusi produk jadi- pelayanan produk jadi-MESO
Pelaporan sejak dari impor BB/produk jadi- distribusi BB- produksi produk jadi – distribusi produk jadi- pelayanan produk jadi – MESO
Manual/ kartu stok, sistem elektonik (SIPNAP – E-Report, dll )
PEMBINAAN KEGIATAN TERKAIT NPP
a. Memenuhi ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan IPTEK;
b. Mencegah penyalahgunaan NPP;
c. Mencegah generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan NPP, termasuk dengan memasukkan pendidikan yang berkaitan dengan NPP dalam kurikulum sekolah dasar sampai lanjutan atas;
d. Mendorong dan menunjang kegiatan penelitian dan/atau pengembangan IPTEK di bidang NPP untuk kepentingan pelayanan kesehatan; dan
e. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi Pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat
PENGAWASAN KEGIATAN TERKAIT NPP
a. NPP untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan IPTEK;
b. Alat-alat potensial yang dapat disalahgunakan untuk melakukan tindak pidana NPP; c. Evaluasi keamanan, khasiat, dan mutu produk sebelum diedarkan;
d. Produksi; impor dan ekspor; peredaran; pelabelan; informasi; penelitian dan pengembangan IPTEK.
B. REKAPITULASI DATA : NAMA PRODUK & PRODUSEN UNTUK TIAP NPP YANG BEREDAR DI INDONESIA
DAFTAR NAMA OBAT DAN NAMA PRODUSEN NARKOTIKA
NO. NAMA OBAT NAMA PRODUSEN
1. Codein 15 mg PT. Kimia Farma
2. Pethidin 50 mg PT. Kimia Farma 3. Codipront sirup PT Kimia Farma
4. Coditam PT. Kimia Farma
5. Fentanyl 2 mL PT. Kimia Farma
6. Kalxetin 10 mg, 20 mg PT. Kalbe Farma
7. Methadone PT. Kimia Farma
8. Morfina 10 mg/mL PT. Kimia Farma 9. Morphine 10 mg PT. Kimia Farma
10. Sufenta PT. Kimia Farma
DAFTAR NAMA OBAT DAN NAMA PRODUSEN PSIKOTROPIKA
NO. NAMA OBAT PRODUSEN
1. Asabium (Klobazam 10 mg) Otto
3. Calmet (Alprazolam 0,25 mg ; 0,5 mg ; 2 mg)
Sunthi sepuri
4. Serenal-10 (Oxazolam) Sankyo
5. Ativan (Lorazepam 0,5 mg ; 1 mg ; 2 mg)
Sunthi sepuri
6. Valdimex (Diazepam 5 mg) Mersi Farma 7. Decazepam (Diazepam 5 mg) Harsen
8. Diobrium (Klordiazepoksid hidroklorida)
Cendo
9. Frisium (Klobazam 10 mg) Aventis 10. Atarax (Alprazolam 0,5 mg) Mersi 11. Merlopam (Lorazepam 0,5 mg ; 2 mg) Mersi
12 Merlopam 2 mg Mersifarma
13. Ritalin (10 mg) Novartis
14. Prohiper (10 mg) Mersifarma
15. Dormicum 15 mg Roche
16. Stilnox Sanovi aventis
17. Analgak (alprazolam 0,25 mg ; 0,50 mg ; 1 mg)
Guardian pharmatama
18. Renaquil Fahrenheit
19. Teronac Novartis
20. Alvis (alprazolam 0,5 mg ; 1 mg) Pharos, Altana Pharma
DAFTAR NAMA OBAT DAN NAMA PRODUSEN PREKURSOR
NO. NAMA OBAT NAMA PRODUSEN
1. Anakonidin PT. Konimex
2. Alpara PT. Molex Ayus
Pharmaceutical
3. Anadex PT. Interbat
4. Decolgen PT. Medifarma Lab Inc 5. Decolsin PT. Medifarma Lab Inc 6. Intunal PT. Meprofarm
7. Inza PT. Konimex
8. Ikadryl PT. Ikapharmindo 9. Nalgestan PT. Medifarma Lab Inc
10. Antiza Coronet Crown
11. Colfin Nurfarindo
12. Pospargin PT. Kalbe Farma 13. Fexofed tablet PT. Kalbe Farma 14. Tremenza tablet PT. Sanbe
15. Telfast plus Sanofi Aventis 16. Methergin Novartis Indonesia 17. Clarinase tablet Bayer Indonesia
18. Aerius D Merck Sharp dan Dohme 19. Trifed tablet PT. Interbat
20. Asmasolon Darya-Varia
C. FORMAT PENCATATAN DAN PELAPORAN NPP DI SARANA PRODUK, DISTRIBUSI DAN PELAYANAN KEFARMASIAN
1. Pencatatan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi Pasal 43 ayat 1 menyatakan bahwa Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau dokter praktik perorangan yang melakukan produksi, penyaluran, atau penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib membuat pencatatan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Pencatatan tersebut paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; b. jumlah persediaan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan; f. jumlah yang disalurkan/diserahkan;
h. paraf atau identitas petugas yang ditunjuk. 2. Pelaporan
Pada Pasal 45 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi disebutkan bahwa:
1) Industri Farmasi yang memproduksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan produksi dan penyaluran produk jadi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi setiap bulan kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan.
2) PBF yang melakukan penyaluran Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan
tembusan Kepala Badan/Kepala Balai.
3) Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan. 4) Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat. Pelaporan tersebut paling sedikit terdiri atas :
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan; d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran; f. jumlah yang disalurkan; dan
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan persediaan awal dan akhir.
Pelaporan Narkotika Rumah Sakit berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan obat Narkotikatiap bulannya. Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai
pembelian/pemasukandan penjualan/pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, danditandatangani oleh penanggung jawab instalasi farmasi/apotek rumah sakit.Laporan tersebut ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotasetempat dengan tembusan :
1. Dinas Kesehatan Provinsi setempat 2. Kepala Balai POM setempat
3. Penanggung jawab narkotika di Rumah Sakit
4. ArsipLaporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari: a) Laporan pemakaian bahan baku narkotika.
b) Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika.
c) Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin.B.
Pelaporan Psikotropika suatu laporan yang dibuat Rumah Sakit untuk mencatat pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran obat Psikotropika berdasarkan pelayanan resep doktersetiap bulannya yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kota dengan tembusan:
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi 2. Kepala Balai POM3.
Arsip yg di tanda tangani oleh Apoteker penanggung jawab di sertai namat erang, SIK, dan cap Rumah Sakit/Apotek.Pelaporan psikotropika dibuat satu bulan sekali tetapi dilaporkan satu tahun sekali(awal Januari sampai Desember).
Pada pasal 45 ayat 6 disebutkan bahwa Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik perorangan wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai setempat. Pelaporan tersebut paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan; c. jumlah yang diterima; dan
d. jumlah yang diserahkan.
Sedangkan, Puskesmas wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelaporan untuk tiap sarana dapat dilakukan
secara elektronik di sipnap.kemenkes.go.id. Berikut merupakan contoh format dokumen pelaporan:
Berikut merupakan contoh format dokumen : 1. Importir
3. Surat Pesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor untuk industri farmasi, PBF, dan instalasi pelayanan farmasi
4. Contoh Form Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor Farmasi dari PBF kepada Industri Farmasi atau PBF lain
5. Contoh Form Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor Farmasi dari Apotek kepada Industri Farmasi atau PBF
6. Contoh Form Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor Farmasi dari
Instalasi Farmasi Rumah Sakit kepada Industri Farmasi atau PBF atau Rumah Sakit
7. Surat Permintaan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor untukinstalasi pelayanan farmasi baik diajukan oleh apoteker maupun dokter