• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Victor S Purba* Kata kunci : Skenario Optimistis, skenario pesimistis, total cadangan, puncak Hubbert.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Victor S Purba* Kata kunci : Skenario Optimistis, skenario pesimistis, total cadangan, puncak Hubbert."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Penentuan Total Cadangan Minyak Nasional Indonesia dengan

Metoda Perhitungan Kurva Puncak Hubbert dan Pendekatan

Numerikal terhadap Grafik Produksi Minyak Nasional Indonesia

Oleh :

Victor S Purba*

Sari

Dalam tulisan ini diusulkan dua buah skenario terhadap jumlah produksi minyak nasional Indonesia dimasa yang akan datang. Skenario ini meliputi skenario yang optimistis yang memperkirakan akan terdapat peningkatan dalam produksi minyak nasional dan tidak menutup kemungkinan terjadinya Peak Production dimasa yang akan datang. Sedangkan skenario yang pesimistis memperkirakan akan terjadi penurunan secara kontinu jumlah produksi minyak nasional dimasa yang akan datang. Perhitungan total cadangan minyak Indonesia akan dilakukan dengan cara menghitung luas keseluruhan daerah di bawah grafik produksi minyak nasional dengan memakai cara

trapezium. Yakni dengan cara membentuk sebuah trapaezium diantara 2 titik yang saling berdekatan dan

menghitung luas daerah trapezium tersebut. Kemudian menjumlahkannya untuk mendapatkan luas total daerah di bawah kurva. Puncak Hubbert (Hubbert Peak) adalah sebuah model yang dapat digunakan untuk mengestimasi puncak dari produksi minyak bumi. Dengan metode ini dapat ditentukan waktu dimana produksi mulai menurun, jumlah cadangan total yang tersisa, waktu dimana produksi dari cadangan terbukti akan habis, dan waktu dimana produksi dari cadangan potensial akan habis.

Kata kunci : Skenario Optimistis, skenario pesimistis, total cadangan, puncak Hubbert.

Abstract

In this paper, two scenario of future Indonesian oil production are proposed. This scenario include an optimistic scenario which predicting there will be addition (increasing number) in national oil production, and mention there will be a chance for future Peak Production. Other way the pessimistic scenario predict there will be continuing decline in future national oil production. Calculation of total Indonesian oil reseve will be done by calculate area under the national oil production curve with trapezium method. The explanation is by form a trapezium between two nearby dot dan calculate the area of trapezium. After that we summary to get the total area under the curve.

Hubbert Peak is a model which can use to estimate the peak of oil production. With this method we may find out

the time that production will start declining, the number of ultimate remaining reserve, the time when production from proven reserve will be over, and the time when production from potential reserve will be over.

Keywords : Optimistic scenario, pessimistic scenario, ultimate reserve, Hubbert peak.

* Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan ITB.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini dunia sangat bergantung kepada

minyak bumi sebagai sumber energi. Namun,

minyak bumi adalah salah satu sumber energi

fosil yang tak dapat diperbaharui

(UnRenewable Resource). Pada kenyataannya

minyak bumi suatu saat akan habis dan kita

harus beralih ke jenis energi lainnya. Yang

menjadi masalah kini bukanlah apakah minyak

akan habis, tetapi kapan

minyak akan habis.

Hal inilah yang disebut sebagai krisis minyak

dunia.

Indonesia bukanlah kawasan kaya minyak

setara Timur Tengah. Kenyataan ini diperkuat

oleh fakta bahwa meskipun kegiatan eksplorasi

migas yang dilakukan cukup gencar dalam era

sebelum krisis ekonomi, minyak yang

ditemukan hanya mampu menggantikan

minyak yang terkuras, yang membuat

cadangan minyak Indonesia dari waktu ke

waktu boleh dikatakan tetap konstan.

Sedangkan dalam beberapa tahun terakhir

malah terjadi penurunan cadangan dan

produksi yang lebih cepat atau sekitar 5 persen,

karena sudah mulai menemukan

lapangan-lapangan besar selain menurunnya investasi

sebagai dampak krisis ekonomi dan krisis

politik.

Sebetulnya minyak yang yang terkuras dari

ladang-ladang minyak Indonesia baru 40

persen dari jumlah asalnya. Dengan cara

(2)

menerapkan teknologi terbaru diperkirakan

akan dapat dikuras minimal sampai 50 persen

dan akan dapat memberikan tambahan

cadangan terbukti menjadi dua kali dari yang

sekarang ini. Teknologi eksplorasi dan

produksi migas telah sangat berkembang dalam

kurun waktu 1980-an dan pertengahan

1990-an.

Berdasarkan informasi dari BP Migas, 90

persen lapangan di Indonesia sudah melewati

puncak produksi. Sebanyak 69 persen dari 520

lapangan yang ada berstatus terdeplesi dan

lebih dari 50 persen cadangan berada pada

lapangan berukuran kecil. Lapangan-lapangan

tua diperkirakan hanya mempunyai umur 7-8

tahun. Lapangan-lapangan marjinal yang

jumlahnya cukup banyak menunggu untuk

dieksploitasi. Produksi yang pernah mencapai

lebih dari 1,5 juta barel per hari sepuluh tahun

yang lalu sekarang di bawah 1 juta barel per

hari.

Dengan tingginya harga minyak maka

dorongan investasi dan pengusahaan migas di

hulu kelihatannya cukup besar. Penemuan

cadangan besar di lapisan lebih dalam dari

lapangan Cepu (Exxon Mobil), yang notabene

adalah lapangan tua, menebar harapan baru

bagi investor lain untuk mendapat keuntungan

yang serupa. Meski saat ini tingkat produksi

minyak Indonesia di bawah 1 juta barel per

hari (bph), namun pemerintah akan tetap

mengupayakan agar produksi bisa mencapai

1,4 juta bph pada tahun 2009. Salah satu upaya

untuk mendongkrak produksi minyak itu

adalah dengan mengoptimalkan lapangan atau

sumur-sumur minyak yang sudah tua.

Menurut publikasi BP yang berjudul

“Statistical Review of World Energy 2005″,

produksi minyak tertinggi Indonesia terjadi

pada tahun 1977, dengan rata-rata sebesar 1,68

juta barrel/hari. Setelah itu, produksi minyak

Indonesia tidak pernah lagi mencapai angka

tersebut. Pada tahun 2004, produksi minyak

Indonesia hanyalah sebesar 1,12 juta

barrel/hari. Angka ini sudah berada di bawah

konsumsi BBM Indonesia yang jumlahnya

sebesar 1,15 juta barrel/hari.

Menurut BP, cadangan minyak Indonesia yang

dapat dibuktikan keberadaannya hanyalah

sekitar 4.7 miliar barrel. Pemerintah Indonesia

menyimpulkan bahwa minyak Indonesia akan

habis dalam 15 tahun, gas alam dalam 60 tahun

dan batubara dalam 150 tahun. Bahan bakar

minyak masih akan terus mendominasi

keperluan energi Indonesia, yaitu sebesar 50%

jenis energi final, 37% untuk jenis energi

primer, yang jumlahnya sekarang ini sudah

lebih dari 1,2 juta barrel per hari. Masih

dirasakan sulit untuk mengganti peran minyak

terutama untuk menghasilkan BBM bagi sektor

transportasi.

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui besarnya total cadangan

(ultimate reserve) minyak Indonesia

2. Melakukan prediksi terhadap produksi

minyak nasional dimasa depan

3. Mengetahui puncak dari produksi

minyak bumi Indonesia

4. Menentukan waktu dimana produksi

mulai menurun, jumlah cadangan total

yang tersisa, waktu dimana produksi

dari cadangan terbukti akan habis, dan

waktu dimana produksi dari cadangan

potensial akan habis.

1.3 Metodologi Penulisan

Penulisan ini dilakukan berdasarkan pada

pengembangan metode kurva puncak Hubbert

(Hubbert Peak) untuk produksi minyak

nasional Indonesia. Aplikasi daripada metode

kurva puncak Hubbert diharapkan dapat

menghasilkan prediksi mengenai masa depan

minyak Indonesia.

Prediksi terhadap kelakuan produksi

minyak Indonesia akan memberikan gambaran

mengenai jumlah daripada total cadangan

minyak Indonesia. Metode trapezium dianggap

sebagai metoda yang paling ideal untuk

perhitungan luas daerah di bawah kurva.

II. Metode Kurva Puncak Hubbert

2.1 Teori Dasar Kurva Puncak Hubbert

Ada beberapa metode yang dapat digunakan

untuk menentukan jumlah cadangan minyak

dari suatu lapangan, yaitu sebagai berikut

1

:

1. Metode Analogi, digunakan apabila

data yang tersedia sangat sedikit

2. Metode Volumetrik, digunakan

dengan data geologi, log dan data

core.

3. Metode Analisa Kemampuan,

digunakan dengan data geologi, log,

core dan data produksi. Terdiri dari

Material Balance, Decline Curve, dan

metode Simulasi Reservoir.

4. Metode Statistik, digunakan apabila

tidak terdapat data geologi, log

maupun data core. Terdiri dari

simulasi Monte Carlo dan metode

Kurva Puncak Hubbert.

Metode yang paling banyak digunakan saat ini

untuk memperkirakan awal terjadinya krisis

minyak adalah Puncak Hubbert(Hubbert peak)

(3)

yang diperkenalkan oleh seorang ahli geofisika

yang bernama M. King Hubbert. Puncak

Hubbert(Hubbert peak) adalah sebuah model

yang dapat digunakan untuk mengestimasi

puncak dari produksi minyak bumi. Dengan

metode ini dapat ditentukan waktu dimana

produksi mulai menurun, jumlah cadangan

total yang tersisa, waktu dimana produksi dari

cadangan terbukti akan habis, dan waktu

dimana produksi dari cadangan potensial akan

habis.

Pada tahun 1956, Hubbert memprediksikan

bahwa produksi minyak di Amerika Serikat

akan mencapai puncaknya pada tahun 1970

3

.

Dan ternyata puncak tersebut terjadi pada

tahun 1971. Menurut Hubbert, cadangan

minyak Amerika Serikat akan habis pada akhir

abad ke-21. Pada tahun 1971, Hubbert kembali

mencoba untuk memprediksi puncak produksi

minyak, kali ini untuk produksi minyak dunia.

Menurut beliau, puncak produksi minyak dunia

akan terjadi pada tahun 1995-2000.

Prediksi ini meleset karena sampai saat ini

produksi minyak dunia masih menunjukkan

peningkatan. Tetapi ada kemungkinan ini

disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat

menunda peak ini, yaitu: krisis energi 1973,

perang teluk, dan resesi ekonomi yang terjadi

pada tahun 1980 dan 1990-an. Faktor-faktor ini

secara tidak langsung sangat mempengaruhi

produksi minyak dunia terutama yang

berhubungan dengan wilayah Timur Tengah

yang merupakan produsen terbesar minyak

dunia. Gambar 1 adalah contoh dari Kurva

Puncak Hubbert terhadap Amerika Serikat,

Norwegia dan Dunia secara keseluruhan

3

.

Indonesia mencapai puncak produksi pada

tahun1977 dengan produksi harian mencapai

1,68 juta barrel. Gambar 2 menunjukkan

sejarah minyak Indonesia dan produksi total

minyak Indonesia sampai tahun 2005. Produksi

total minyak Indonesia sampai tahun 2005

mencapai 20,74 milyar barrel

5

, sementara

menurut data dari “Statistical Review of World

Energy 2005″ yang dikeluarkan oleh BP,

cadangan minyak Indonesia yang dapat

dibuktikan keberadaannya sekitar 4.7 miliar

barrel. Data-data ini akan digunakan dalam

perhitungan selanjutnya.

2.2. Persamaan Umum Kurva Puncak

Hubbert

Produksi minyak tahunan diperoleh dari

produksi minyak harian dikali 365, yang

disimbolkan dengan P; sementara total

produksi minyak disimbolkan dengan Q.

Setelah itu dilakukan perhitungan P/Q;

perbandingan antara produksi minyak tahunan

dengan total produksi minyak per tahun

4

. Hasil

yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.

Grafik yang menghubungkan antara P/Q

terhadap Q ditunjukkan pada Gambar 3 (tiga).

Persamaan garis lurus pada Gambar 3 dapat

ditulis dengan menggunakan persamaan

y = mx + a ...(1)

atau dalam hal ini dapat ditulis menjadi

y = -0.0024x + 0.0691 ...(2)

dimana y sama dengan nilai P/Q dan x sama

dengan nilai Q

Dari persamaan ini dapat diperoleh nilai Q

untuk P/Q sama dengan nol yang disebut

dengan Q

t

yakni sebesar 28,972 (dibulatkan

menjadi 28). Nilai ini merupakan total

produksi maksimum yang akan pernah dicapai.

Persamaan diatas dapat juga ditulis menjadi

bentuk:

P/Q = mQ + a ...(3)

Dimana persamaan ini dapat diubah menjadi

bentuk:

P = mQ

2

+ aQ ...(4)

untuk mendapatkan nilai P.

Selanjutnya P diubah menjadi 1/P untuk

mengubah satuannya menjadi tahun/milyar

barrel. Berikutnya perlu dilakukan penyesuaian

data waktu dengan data yang dimiliki. Dari

data yang ada diketahui bahwa pada akhir

tahun 1992 telah dihasilkan produksi minyak

sebesar 15 milyar barrel (dari Tabel 1).

Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Langkah

terakhir adalah menggambarkan kurva

bentuk-Bell (bell-shaped graph) dengan waktu sebagai

sumbu x dan P sebagai sumbu y bersamaan

dengan data aslinya seperti yang terlihat pada

Gambar 4.

III. Metode Trapezium

3.1 Pendahuluan

Untuk metode pendekatan numerikal harus

dilihat kembali grafik produksi nasional

minyak Indonesia seperti pada Gambar 1. Dari

data di atas dapat dilihat bahwa dalam 1

dekade terakhir ini ada kecenderungan

menurun dari produksi minyak nasional

Indonesia. Namun decline rate produksi

minyak nasional tidak sama untuk setiap

dekade. Hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya

penemuan-penemuan cadangan baru yang

apabila dalam jumlah sangat besar bahkan

dapat menyebabkan terjadinya puncak-puncak

dalam grafik produksi.

(4)

3.2 Skenario Pesimistik

Dalam skenario pesimistik diperkirakan akan

terjadi penurunan produksi minyak nasional

Indonesia. Asumsi ini didukung apabila tidak

terdapat penemuan-penemuan lapangan baru

yang cukup potensial dan dalam jumlah yang

signifikan. Sehingga hanya mengacu hanya

pada jumlah cadangan yang dimiliki dan

diproduksikan pada saat ini. Dengan

mempertimbangkan tingkat penurunan (decline

rate) pada kondisi konstan, maka diperoleh

grafik produksi minyak nasional seperti pada

Gambar 5.

Untuk menghitung luas di bawah grafik yang

dalam hal ini merupakan jumlah total cadangan

minyak Indonesia (Ultimate Reserve),

dilakukan cara pendekatan trapezium. Yakni

dengan cara membentuk sebuah trapaezium

diantara 2 titik yang saling berdekatan dan

menghitung luas daerah trapezium tersebut.

Cara ini dipandang sebagai cara terbaik untuk

mendapatkan luas yang paling ideal mengingat

data yang tersedia memiliki selang yang tetap.

Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

3.3 Skenario Optimistik

Selanjutnya untuk skenario optimistik

diperkirakan akan terjadi peningkatan produksi

minyak nasional Indonesia di masa yang akan

datang. Asumsi ini didukung dengan adanya

penemuan-penemuan lapangan baru yang

cukup potensial dan dalam jumlah yang

signifikan. Data-data yang mendukung dalam

skenario optimistik akan ditampilkan dalam

Tabel 4. Dari data-data pada Tabel 4 dapat

diperkirakan adanya peningkatan produksi

dimasa yang akan datang. Namun hal ini hanya

akan berlangsung selama perioda tertentu. Hal

ini wajar mengingat diantara

lapangan-lapangan baru ini tidak terdapat lapangan-lapangan besar

yang dapat mempengaruhi produksi nasional

secara signifikan untuk perioda waktu yang

panjang.

Pada Tabel 5 ditampilkan data peningkatan

jumlah produksi yang merupakan akumulasi

dari data yang terdapat pada Tabel 4. Setelah

memperhitungkan adanya peningkatan

produksi nasional yang kemudian akan diikuti

dengan penurunan produksi nasional (dengan

decline rate tertentu) maka diperoleh data

seperti pada Tabel 6. Kemudian digambarkan

dalam bentuk grafik seperti yang terdapat pada

Gambar 6.

Untuk menghitung luas di bawah grafik yang

dalam hal ini merupakan jumlah total cadangan

minyak Indonesia (Ultimate Reserve),

dilakukan cara pendekatan trapezium. Yakni

dengan cara membentuk sebuah trapaezium

diantara 2 titik yang saling berdekatan dan

menghitung luas daerah trapezium tersebut.

Cara ini dipandang sebagai cara terbaik untuk

mendapatkan luas yang paling ideal mengingat

data yang tersedia memiliki selang yang tetap.

Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

IV. KESIMPULAN

• Untuk skenario Pesimistik diperoleh

jumlah total cadangan (Ultimate

Reserve) yang dimiliki Indonesia

sebesar 24,4 milyar barrel minyak

• Untuk skenario Optimistik diperoleh

jumlah total cadangan (Ultimate

Reserve) yang dimiliki Indonesia

sebesar 26 milyar barrel minyak

• Berdasarkan kurva Puncak Hubbert

pada gambar 4, Indonesia telah

melewati puncak produksinya pada

tahun 1991.

• Berdasarkan kurva Puncak Hubbert

pada gambar 4, Ultimate Reserve

Indonesia sebesar 28 milyar barrel

minyak

• Berdasarkan kurva Puncak Hubbert

pada gambar 4, cadangan terbukti

Indonesia akan habis pada tahun 2019

• Berdasarkan kurva Puncak Hubbert

pada gambar 4, cadangan potensial

Indonesia akan habis pada tahun 2052

V. DAFTAR

PUSTAKA

1. Permadi, Asep K.: Diktat Kuliah Teknik

Reservoir I, Departemen Teknik

Perminyakan ITB, Bandung (2004).

2. Arsegianto., Faisal, Ahmad.: Estimation

Of Indonesia Ultimate Oil Reserve With

Statistical Approach

3. http://en.wikipedia.org/hubbert peak curve

4. http://wolf.readinglitho.co.uk/hubbert's

peak mathematics

5. www.opec.org/annual statistical bulletin

2005

6. www.bp.com/statistical review full report

workbook 2006

(5)

LAMPIRAN

Gambar 1. Contoh Kurva Puncak Hubbert

3

Indonesian Oil Production History

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 1930 1945 1960 1975 1990 2005

Year

D a ily P ro d ( m illio n b p d ) 0 3 6 9 12 15 18 21 C u m m u lat ive P ro d ( b illi o n b b l)

Daily Prod Cummulative Prod

(6)

Gambar 3. Produksi Maksimum Total Minyak Indonesia

2

Gambar 4. Kurva Puncak Hubbert untuk Indonesia

2

Production Peak: 1991

Cumulative Production: 20.91 billion bbls Ultimate Reserve: 8.25 billion bbls Proven Reserve Ends: 2019 Potential Reserve Ends: 2052

(7)

Indonesia Oil Production (Pessimistic)

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

1930 1941 1952 1963 1974 1985 1996 2007 2018 2029

Year

D

a

ily

P

rod. (

Thous

a

nd

B

P

D

)

0

200

400

600

800

A

nnua

l P

rod.

(M

illion B

P

D

)

Daily Oil Production Annual Oil Production

Gambar 5. Produksi Minyak Indonesia untuk Kasus Pesimistik

Indonesia Oil Production (Optimistic)

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

1930 1941 1952 1963 1974 1985 1996 2007 2018 2029

Year

D a il y P rod. ( Thous a n d B P D )

0

200

400

600

800

A nnua l P rod. ( M il li on B P D )

Daily Oil Production Annual Oil Production

(8)

Indonesia Oil Production

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

1930

1941

1952

1963

1974

1985

1996

2007

2018

2029

Year

D a il y P ro d . ( Thou s a nd B P D )

Daily Oil Prod (pes) Daily Oil Prod (opt)

(9)

Tabel 1

year

Daily

Prod Cum Prod (Q)

Annual Prod (P) P (billion bbl/year) Q (billion bbl) P/Q 1930 114.300 477.038.000 41.719.500 0,0417 0,4770 0,0875 1931 97.400 512.589.000 35.551.000 0,0356 0,5126 0,0694 1932 106.600 551.605.000 38.909.000 0,0389 0,5516 0,0705 1933 116.900 594.273.000 42.668.500 0,0427 0,5943 0,0718 1934 127.500 640.811.000 46.537.500 0,0465 0,6408 0,0726 1935 129.200 687.969.000 47.158.000 0,0472 0,6880 0,0685 1936 136.700 738.001.000 49.895.500 0,0499 0,7380 0,0676 1937 155.400 794.722.000 56.721.000 0,0567 0,7947 0,0714 1938 157.000 852.027.000 57.305.000 0,0573 0,8520 0,0673 1939 170.100 914.113.000 62.086.500 0,0621 0,9141 0,0679 1940 169.400 976.114.000 61.831.000 0,0618 0,9761 0,0633 1941 147.100 1.029.805.000 53.691.500 0,0537 1,0298 0,0521 1942 65.800 1.053.822.000 24.017.000 0,0240 1,0538 0,0228 1943 132.300 1.102.111.500 48.289.500 0,0483 1,1021 0,0438 1944 60.800 1.124.303.500 22.192.000 0,0222 1,1243 0,0197 1945 20.800 1.131.895.500 7.592.000 0,0076 1,1319 0,0067 1946 5.700 1.133.976.000 2.080.500 0,0021 1,1340 0,0018 1947 22.000 1.142.006.000 8.030.000 0,0080 1,1420 0,0070 1948 86.800 1.173.688.000 31.682.000 0,0317 1,1737 0,0270 1949 118.400 1.216.904.000 43.216.000 0,0432 1,2169 0,0355 1950 132.600 1.265.303.000 48.399.000 0,0484 1,2653 0,0383 1951 151.900 1.320.746.500 55.443.500 0,0554 1,3207 0,0420 1952 170.600 1.383.015.500 62.269.000 0,0623 1,3830 0,0450 1953 205.900 1.458.169.000 75.153.500 0,0752 1,4582 0,0515 1954 217.600 1.537.593.000 79.424.000 0,0794 1,5376 0,0517 1955 235.000 1.623.368.000 85.775.000 0,0858 1,6234 0,0528 1956 254.800 1.716.370.000 93.002.000 0,0930 1,7164 0,0542 1957 312.100 1.830.286.500 113.916.500 0,1139 1,8303 0,0622 1958 325.100 1.948.948.000 118.661.500 0,1187 1,9489 0,0609 1959 373.100 2.085.129.500 136.181.500 0,1362 2,0851 0,0653 1960 409.600 2.234.633.500 149.504.000 0,1495 2,2346 0,0669 1961 424.300 2.389.503.000 154.869.500 0,1549 2,3895 0,0648 1962 453.400 2.554.994.000 165.491.000 0,1655 2,5550 0,0648 1963 444.000 2.717.054.000 162.060.000 0,1621 2,7171 0,0596 1964 456.600 2.883.713.000 166.659.000 0,1667 2,8837 0,0578 1965 480.600 3.059.132.000 175.419.000 0,1754 3,0591 0,0573 1966 464.600 3.228.711.000 169.579.000 0,1696 3,2287 0,0525 1967 505.400 3.413.182.000 184.471.000 0,1845 3,4132 0,0540 1968 600.700 3.632.437.500 219.255.500 0,2193 3,6324 0,0604 1969 742.300 3.903.377.000 270.939.500 0,2709 3,9034 0,0694 1970 853.600 4.214.941.000 311.564.000 0,3116 4,2149 0,0739 1971 892.100 4.540.557.500 325.616.500 0,3256 4,5406 0,0717 1972 1.080.800 4.935.049.500 394.492.000 0,3945 4,9350 0,0799 1973 1.338.500 5.423.602.000 488.552.500 0,4886 5,4236 0,0901 1974 1.374.500 5.925.294.500 501.692.500 0,5017 5,9253 0,0847 1975 1.306.500 6.402.167.000 476.872.500 0,4769 6,4022 0,0745 1976 1.503.600 6.950.981.000 548.814.000 0,5488 6,9510 0,0790 1977 1.686.200 7.566.444.000 615.463.000 0,6155 7,5664 0,0813 1978 1.635.200 8.163.292.000 596.848.000 0,5968 8,1633 0,0731 1979 1.590.800 8.743.934.000 580.642.000 0,5806 8,7439 0,0664 1980 1.575.700 9.319.064.500 575.130.500 0,5751 9,3191 0,0617 1981 1.604.200 9.904.597.500 585.533.000 0,5855 9,9046 0,0591

(10)

1982 1.324.800 10.388.149.500 483.552.000 0,4836 10,3881 0,0465 1983 1.245.300 10.842.684.000 454.534.500 0,4545 10,8427 0,0419 1984 1.280.100 11.309.920.500 467.236.500 0,4672 11,3099 0,0413 1985 1.181.500 11.741.168.000 431.247.500 0,4312 11,7412 0,0367 1986 1.256.800 12.199.900.000 458.732.000 0,4587 12,1999 0,0376 1987 1.158.100 12.622.606.500 422.706.500 0,4227 12,6226 0,0335 1988 1.161.500 13.046.554.000 423.947.500 0,4239 13,0466 0,0325 1989 1.231.100 13.495.905.500 449.351.500 0,4494 13,4959 0,0333 1990 1.299.300 13.970.150.000 474.244.500 0,4742 13,9702 0,0339 1991 1.450.000 14.499.400.000 529.250.000 0,5293 14,4994 0,0365 1992 1.347.700 14.991.310.500 491.910.500 0,4919 14,9913 0,0328 1993 1.327.300 15.475.775.000 484.464.500 0,4845 15,4758 0,0313 1994 1.323.800 15.958.962.000 483.187.000 0,4832 15,9590 0,0303 1995 1.328.400 16.443.828.000 484.866.000 0,4849 16,4438 0,0295 1996 1.326.700 16.928.073.500 484.245.500 0,4842 16,9281 0,0286 1997 1.330.400 17.413.669.500 485.596.000 0,4856 17,4137 0,0279 1998 1.315.400 17.893.790.500 480.121.000 0,4801 17,8938 0,0268 1999 1.355.500 18.388.548.000 494.757.500 0,4948 18,3885 0,0269 2000 1.272.500 18.853.010.500 464.462.500 0,4645 18,8530 0,0246 2001 1.214.200 19.296.193.500 443.183.000 0,4432 19,2962 0,0230 2002 1.125.400 19.706.964.500 410.771.000 0,4108 19,7070 0,0208 2003 1.139.600 20.122.918.500 415.954.000 0,4160 20,1229 0,0207 2004 1.094.400 20.522.374.500 399.456.000 0,3995 20,5224 0,0195 2005 1.059.300 20.909.019.000 386.644.500 0,3866 20,9090 0,0185

(11)

Tabel 2

Q P 1/P Tempo 1 0.067 14.993 1948.042 2 0.129 7.776 1955.818 3 0.186 5.385 1961.203 4 0.238 4.202 1965.405 5 0.286 3.503 1968.907 6 0.328 3.047 1971.954 7 0.366 2.731 1974.686 8 0.399 2.505 1977.191 9 0.428 2.339 1979.530 10 0.451 2.217 1981.747 11 0.470 2.129 1983.876 12 0.484 2.068 1985.944 13 0.493 2.030 1987.974 14 0.497 2.012 1989.986 15 0.497 2.014 1992 16 0.491 2.036 1994.036 17 0.481 2.079 1996.114 18 0.466 2.145 1998.259 19 0.447 2.240 2000.499 20 0.422 2.370 2002.869 21 0.393 2.546 2005.415 22 0.359 2.789 2008.204 23 0.320 3.128 2011.332 24 0.276 3.623 2014.955 25 0.228 4.396 2019.351 26 0.174 5.741 2025.091 27 0.116 8.613 2033.704 28 0.053 18.797 2052.501

(12)

Tabel 3

Tahun BPD Annual Prod (bbl) Luas Daerah (bbl) 1930 114.300 41.719.500 1931 97.400 35.551.000 37.230.000 1932 106.600 38.909.000 40.788.750 1933 116.900 42.668.500 44.603.000 1934 127.500 46.537.500 46.847.750 1935 129.200 47.158.000 48.526.750 1936 136.700 49.895.500 53.308.250 1937 155.400 56.721.000 51.508.185 1938 126.837 46.295.369 48.019.399 1939 136.283 49.743.429 49.712.140 1940 136.112 49.680.851 51.686.176 1941 147.100 53.691.500 38.854.250 1942 65.800 24.017.000 36.153.250 1943 132.300 48.289.500 35.240.750 1944 60.800 22.192.000 14.892.000 1945 20.800 7.592.000 4.836.250 1946 5.700 2.080.500 5.055.250 1947 22.000 8.030.000 19.856.000 1948 86.800 31.682.000 37.449.000 1949 118.400 43.216.000 42.934.658 1950 116.858 42.653.317 46.648.936 1951 138.752 50.644.556 51.989.987 1952 146.124 53.335.419 58.660.826 1953 175.305 63.986.233 65.707.134 1954 184.734 67.428.035 70.416.145 1955 201.108 73.404.255 76.595.745 1956 218.595 79.787.234 88.291.615 1957 265.195 96.795.995 98.804.756 1958 276.201 100.813.517 107.409.262 1959 312.342 114.005.006 121.445.557 1960 353.113 128.886.108 131.038.798 1961 364.908 133.191.489 137.809.762 1962 390.214 142.428.035 142.740.926 1963 391.928 143.053.817 145.056.320 1964 402.901 147.058.824 161.238.912 1965 480.600 175.419.000 172.759.500 1966 466.027 170.100.000 188.950.000 1967 569.315 207.800.000 213.350.137 1968 599.727 218.900.273 244.800.137 1969 741.644 270.700.000 290.950.000 1970 852.603 311.200.000 317.900.000 1971 889.315 324.600.000 359.260.383 1972 1.079.235 393.920.765 440.810.383 1973 1.336.164 487.700.000 494.350.000 1974 1.372.603 501.000.000 488.650.000 1975 1.304.932 476.300.000 512.249.044 1976 1.501.913 548.198.087 581.249.044 1977 1.683.014 614.300.000 604.800.000 1978 1.630.959 595.300.000 587.600.000 1979 1.588.767 579.900.000 578.708.880 1980 1.582.240 577.517.759 585.158.880 1981 1.624.110 592.800.000 531.450.000

(13)

1982 1.287.945 470.100.000 491.900.000 1983 1.407.397 513.700.000 533.292.623 1984 1.514.754 552.885.245 520.642.623 1985 1.338.082 488.400.000 492.750.000 1986 1.361.918 497.100.000 512.350.000 1987 1.445.479 527.600.000 500.950.273 1988 1.299.454 474.300.546 490.300.273 1989 1.387.123 506.300.000 534.100.000 1990 1.539.452 561.900.000 568.415.000 1991 1.575.151 574.930.000 558.796.626 1992 1.486.749 542.663.251 551.476.626 1993 1.535.041 560.290.000 574.265.000 1994 1.611.616 588.240.000 590.485.000 1995 1.623.918 592.730.000 582.860.082 1996 1.569.836 572.990.163 570.660.082 1997 1.557.068 568.330.000 568.245.063 1998 1.556.603 568.160.125 557.827.232 1999 1.499.984 547.494.338 532.063.919 2000 1.415.434 516.633.500 503.221.133 2001 1.341.942 489.808.766 473.476.419 2002 1.252.450 457.144.072 434.286.869 2003 1.127.205 411.429.665 390.858.182 2004 1.014.484 370.286.698 351.772.363 2005 913.036 333.258.028 324.926.577 2006 867.384 316.595.127 300.765.370 2007 780.646 284.935.614 270.688.833 2008 702.581 256.442.053 243.619.950 2009 632.323 230.797.847 219.257.955 2010 569.091 207.718.063 197.332.159 2011 512.182 186.946.256 177.598.943 2012 460.963 168.251.631 159.839.049 2013 414.867 151.426.468 143.855.144 2014 373.380 136.283.821 129.469.630 2015 336.042 122.655.439 116.522.667 2016 302.438 110.389.895 104.870.400 2017 272.194 99.350.905 94.383.360 2018 244.975 89.415.815 84.945.024 2019 220.477 80.474.233 76.450.522 2020 198.430 72.426.810 68.805.470 2021 178.587 65.184.129 61.924.923 2022 160.728 58.665.716 55.732.430 2023 144.655 52.799.145 50.159.187 2024 130.190 47.519.230 45.143.269 2025 117.171 42.767.307 40.628.942 2026 105.454 38.490.576 36.566.048 2027 94.908 34.641.519 32.909.443 2028 85.417 31.177.367 29.618.499 2029 76.876 28.059.630 26.656.649 2030 69.188 25.253.667 23.990.984 2031 62.269 22.728.300 21.591.885 2032 56.042 20.455.470 19.432.697 2033 50.438 18.409.923 Luas Total 24.447.034.265

(14)

Tabel 4

DAFTAR LAPANGAN DAN RENCANA PRODUKSI

No. FIELD PSC ON STREAM RESERVES PEAK PROD. REMARK (MMSTB) (BOPD) A. ON GOING POD

1 Mengoepeh PearlOil 2005 6.50 600 Oil

2 Air Hitam Golden Spike 2003 3.00 1,4 Oil & Gas

3 Oseil Fase-2 KUFPEC 2004 63.00 21 Oil

4 Sukowati

PetroChina East

J. 2004 23.60 7 Oil & Gas

5 Pungut WF PT. CPI 2004 7.80 1,8 Oil

6 Oyong Santos 2005 6.10 8,7 Oil & Gas

7 Ke-30 Kodeco 2005 2.95 3,4 Oil & Gas

8 Ripah (Full Field)

PetroChina

Jabung 2004 6.92 4,2 Oil

9 Risma CNOOC 2005 5.20 3 Oil

10 TBA & TBC

PetroChina

Jabung 2005 9.60 7 Oil

11 Klari & Payo

PetroChina

SLWT 2005 0.25 5,8 Oil & Gas

12

Intan, Vita, Aryani & Widuri

East CNOOC 2005 8.40 2,3 Oil

13 Piano & West Piano PetroChina 2005 12.35 6,6 Oil

14 Tilan PT. CPI 2004 2.13 2,5 Oil

15 Yani CNOOC 2005 1.30 1,1 Oil

16 Nusa PT. CPI 2004 2.90 800 Oil

17 Duri Area 11 (Rev) PT. CPI 2003 21.60 5,9 Oil

18 Integrated SNSB ConocoPhillips 2004 228.00 70 Oil & Gas

19 Tanggulangin Lapindo Brantas 2006 3.00 640 Oil

20 Tambora TOTAL 2004 24.00 6,4 Condensat

21 Sisi-Nubi TOTAL 2006 35.90 10 Condensat

22 Sapi Unocal 2005 0.54 575 Condensat

23 Ujung Pangkah AMERADA 2006 2.93 750 Condensat

24 North East "O"

PetroChina

SLWT 2004 0.53 240 Condensat

25 Seturian Unocal 2007 0.77 300 Condensat

26 Tangguh BP Indonesia 2007 35.12 30 Condensat

27 Senoro

MEDCO

ENERGI 2008 21.00 11,8 Condensat

B. EXPECTED POD

1 Merah Besar UNOCAL 2010 29.00 19 Oil

2 Block Cepu EXXON MOBIL 2009 536.00 170 Oil

3 Jeruk Santos 2009 153.00 50 Oil

4 Bukit Tua ConocoPhillips 2009 77.00 25 Oil

5 Ranggas UNOCAL 2010 57.00 30 Oil & Gas

6 Ujung Pangkah Amerada Hess 2008 35.00 20 Oil

7 North Duri CPI 2008 217.00 75 Oil

8 Gendalo UNOCAL 2008 30.00 19 Condensat

9 Gandang UNOCAL 2014 3.00 2,2 Condensat

C. MARGINAL FIELD 2006 58.00 30

D. BROWN FIELD 2008 120.00 40

(15)

Tabel 5

POD disetujui Expected POD Total

OIL Condensate OIL Condensate

year bbl year bbl year bbl year bbl year bbl

2006 116.473 2006 36.404 2008 30.000 2008 10.904 2006 193.781 2007 134.802 2007 33.963 2009 128.383 2009 19.151 2007 316.299 2008 119.339 2008 38.414 2010 246.409 2010 15.288 2008 419.450 2009 92.090 2009 48.697 2011 347.569 2011 9.370 2009 497.726 2010 71.960 2010 50.943 2012 369.975 2012 5.288 2010 498.166 2011 59.260 2011 49.657 2013 361.071 2013 3.644 2011 473.632 2012 49.659 2012 46.838 2014 335.533 2014 4.473 2012 436.503 2013 38.098 2013 45.400 2015 257.259 2015 5.123 2013 345.880 2014 27.235 2014 39.925 2016 211.795 2016 3.780 2014 282.735 2015 18.883 2015 33.017 2017 171.103 2017 1.946 2015 224.949 2016 10.378 2016 28.372 2018 149.127 2018 5.781 2016 193.658 2017 7.501 2017 23.104 2019 121.919 2019 3.178 2017 155.702 2018 5.730 2018 18.706 2020 102.020 2020 1.699 2018 128.155 2019 4.115 2019 16.026 2021 46.155 2021 657 2019 66.953 2020 3.359 2020 15.540 2022 41.820 2022 359 2020 61.078 2021 2.397 2021 10.449 2023 38.158 2023 141 2021 51.145 2022 800 2022 10.327 2024 35.236 2022 46.363 2023 600 2023 8.951 2025 32.770 2023 42.321 2024 6.801 2024 6.801 2025 4.986 2025 4.986 2026 4.030 2026 4.030 2027 3850 2027 3.850 2028 3278 2028 3.278 2029 1643 2029 1.643 2030 1643 2030 1.643 2031 1643 2031 1.643 2032 819 2032 819

(16)

Tabel 6

Tahun BPD Additional Prod (bbl) Annual Prod (bbl) Luas Daerah (bbl)

1930 114.300 41.719.500 1931 97.400 35.551.000 37.230.000 1932 106.600 38.909.000 40.788.750 1933 116.900 42.668.500 44.603.000 1934 127.500 46.537.500 46.847.750 1935 129.200 47.158.000 48.526.750 1936 136.700 49.895.500 53.308.250 1937 155.400 56.721.000 51.508.185 1938 126.837 46.295.369 48.019.399 1939 136.283 49.743.429 49.712.140 1940 136.112 49.680.851 51.686.176 1941 147.100 53.691.500 38.854.250 1942 65.800 24.017.000 36.153.250 1943 132.300 48.289.500 35.240.750 1944 60.800 22.192.000 14.892.000 1945 20.800 7.592.000 4.836.250 1946 5.700 2.080.500 5.055.250 1947 22.000 8.030.000 19.856.000 1948 86.800 31.682.000 37.449.000 1949 118.400 43.216.000 42.934.658 1950 116.858 42.653.317 46.648.936 1951 138.752 50.644.556 51.989.987 1952 146.124 53.335.419 58.660.826 1953 175.305 63.986.233 65.707.134 1954 184.734 67.428.035 70.416.145 1955 201.108 73.404.255 76.595.745 1956 218.595 79.787.234 88.291.615 1957 265.195 96.795.995 98.804.756 1958 276.201 100.813.517 107.409.262 1959 312.342 114.005.006 121.445.557 1960 353.113 128.886.108 131.038.798 1961 364.908 133.191.489 137.809.762 1962 390.214 142.428.035 142.740.926 1963 391.928 143.053.817 145.056.320 1964 402.901 147.058.824 161.238.912 1965 480.600 175.419.000 172.759.500 1966 466.027 170.100.000 188.950.000 1967 569.315 207.800.000 213.350.137 1968 599.727 218.900.273 244.800.137 1969 741.644 270.700.000 290.950.000 1970 852.603 311.200.000 317.900.000 1971 889.315 324.600.000 359.260.383 1972 1.079.235 393.920.765 440.810.383 1973 1.336.164 487.700.000 494.350.000 1974 1.372.603 501.000.000 488.650.000 1975 1.304.932 476.300.000 512.249.044 1976 1.501.913 548.198.087 581.249.044 1977 1.683.014 614.300.000 604.800.000 1978 1.630.959 595.300.000 587.600.000 1979 1.588.767 579.900.000 578.708.880 1980 1.582.240 577.517.759 585.158.880 1981 1.624.110 592.800.000 531.450.000

(17)

1982 1.287.945 470.100.000 491.900.000 1983 1.407.397 513.700.000 533.292.623 1984 1.514.754 552.885.245 520.642.623 1985 1.338.082 488.400.000 492.750.000 1986 1.361.918 497.100.000 512.350.000 1987 1.445.479 527.600.000 500.950.273 1988 1.299.454 474.300.546 490.300.273 1989 1.387.123 506.300.000 534.100.000 1990 1.539.452 561.900.000 568.415.000 1991 1.575.151 574.930.000 558.796.626 1992 1.486.749 542.663.251 551.476.626 1993 1.535.041 560.290.000 574.265.000 1994 1.611.616 588.240.000 590.485.000 1995 1.623.918 592.730.000 582.860.082 1996 1.569.836 572.990.163 570.660.082 1997 1.557.068 568.330.000 568.245.063 1998 1.556.603 568.160.125 557.827.232 1999 1.499.984 547.494.338 532.063.919 2000 1.415.434 516.633.500 503.221.133 2001 1.341.942 489.808.766 473.476.419 2002 1.252.450 457.144.072 434.286.869 2003 1.127.205 411.429.665 390.858.182 2004 1.014.484 370.286.698 351.772.363 2005 913.036 333.258.028 324.926.577 2006 867.384 316.595.127 358.489.938 2007 1.096.945 316.299 400.384.749 404.963.026 2008 1.122.031 419.450 409.541.303 411.004.570 2009 1.130.049 497.726 412.467.837 401.008.245 2010 1.067.257 498.166 389.548.653 374.685.294 2011 985.814 473.632 359.821.936 343.698.581 2012 897.466 436.503 327.575.226 302.623.947 2013 760.747 345.880 277.672.668 258.577.382 2014 656.115 282.735 239.482.096 222.121.960 2015 560.991 224.949 204.761.824 192.918.444 2016 496.096 193.658 181.075.065 168.628.600 2017 427.896 155.702 156.182.135 146.187.263 2018 373.130 128.155 136.192.390 120.552.234 2019 287.430 66.953 104.912.078 99.816.179 2020 259.508 61.078 94.720.280 89.286.167 2021 229.732 51.145 83.852.054 79.720.133 2022 207.091 46.363 75.588.211 71.917.260 2023 186.976 42.321 68.246.310 59.123.952 2024 136.991 6.801 50.001.595 47.294.396 2025 122.157 4.986 44.587.197 42.274.362 2026 109.484 4.030 39.961.526 38.004.148 2027 98.758 3.850 36.046.769 34.210.303 2028 88.695 3.278 32.373.837 30.516.581 2029 78.519 1.643 28.659.325 27.256.344 2030 70.831 1.643 25.853.362 24.590.679 2031 63.912 1.643 23.327.995 22.041.200 2032 56.861 819 20.754.405 19.582.138 2033 50.438 18.409.870 Luas Total 26.005.368.158

Gambar

Gambar 2. Sejarah Produksi Minyak Indonesia
Gambar 3. Produksi Maksimum Total Minyak Indonesia 2
Gambar 5. Produksi Minyak Indonesia untuk Kasus Pesimistik
Gambar 7. Produksi Minyak Indonesia (Opt+Pes)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi yang dapat melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dan kredit, pelunasan piutang, retur penjualan kredit, dan

Dalam berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat ini Bengkel Yanto Motor sampai saat ini dalam melakukan aktivitas usahanya masih di lakukan

Dari hasil rancangan kerangka berpikir di atas, maka dapat diambil hipotesis (dugaan sementara) bahwa dalam sebuah proses pembelajaran perlu adanya penggunaan

Dengan adanya kemitraan dalam pengelolaan obyek wisata diharapakan masyarakat juga berperan aktif, sehingga hasil pembangunan dapat dirasakan oleh masyarakat

Berdasarkan data dan praktikum yang telah didapatkan data pada persemaian kering rata-rata tinggi tanaman yaitu sebesar 16,62 cm, rata-rata total panjang akar

Dari data di atas menunjukkan bahwa 73,3% responden tinggal atau bermukim bersama istri/suami dan anaknya, karena seperti yang telah dijelaskan pada tabel 20