Produksi padi setiap tahun meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tuntutan pemenuhan kebutuhan pangan pokok beras bagi rakyat Indonesia merupakan suatu kewajiban pemerintah. Oleh karena itu, padi menjadi komoditas utama dalam program pembangunan nasional. Peningkatan produksi beras nasional perlu didukung dengan inovasi teknologi yang memadai dan tepat guna, karena tantangan yang dihadapi beraneka ragam, seperti perubahan iklim global, terjadinya alih fungsi lahan sawah yang subur untuk kawasan industri dan perumahan, dan kondisi lahan di Indonesia yang spesifik dari lahan sawah irigasi, tadah hujan, lahan kering, rawa lebak, dan pasang surut. Selain itu, pada era pasar bebas produk/teknologi padi dari luar negeri bersaing dengan produk/teknologi padi dari dalam negeri.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, BB Padi sebagai lembaga penelitian tanaman padi di Indonesia terus berupaya membuat inovasi teknologi padi yang mampu bersaing dengan produk dari negara lain. Prioritas utama yang diupayakan adalah perakitan varietas unggul baru padi inbrida dan hibrida yang memiliki karakter lebih baik, adaptif dengan kondisi lingkungan, dan mampu bersaing dengan VUB yang sudah ada. VUB padi yang dihasilkan tidak akan berkembang tanpa dukungan teknologi budidaya yang sesuai, terutama dalam menghadapi perubahan iklim dan kondisi lahan di Indonesia yang beranekaragam dari lahan optimal sampai sub-optimal. Pengendalian hama dan penyakit tanaman padi menjadi bagian penting dalam budidaya tanaman padi, seperti hama tikus, wereng batang cokelat, penggerek batang, penyakit hawar daun bakteri, tungro, dan blas. Selain itu, preferensi terhadap rasa nasi yang berbeda-beda pada masyarakat Indonesia menjadi tantangan untuk menghasilkan inovasi teknologi budidaya spesifik lokasi
Semoga laporan tahunan 2011 BB padi dapat bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih kepada para peneliti BB Padi beserta staf terkait yang telah berupaya menghasilkan dan mendiseminasikan inovasi teknologi padi dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan tahunan 2011 ini.
Sukamandi, Februari 2012 Dr. Made Jana Mejaya
Target produksi padi nasional pada tahun 2011 sebesar 70,6 juta ton untuk memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Padi merupakan komoditas utama, jika produksinya tidak terpenuhi maka akan mengganggu stabilitas ekonomi, sosial, dan politik akan terganggu.
Ancaman yang serius terhadap produksi padi nasional saat ini adalah perubahan iklim. Dampak perubahan iklim dapat terlihat dari perubahan musim kemarau yang menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan kekeringan atau curah hujan tinggi yang diikuti dengan naiknya permukaan air laut sehingga merendam areal pertanaman padi. Selain itu, ancaman lainnya adalah sumber daya lahan dan air yang berkurang akibat konversi lahan sawah untuk keperluan non-pertanian serta ketersediaan pupuk yang terbatas, dan persaingan dengan padi produk negara lain. Masalah tersebut perlu diantisipasi supaya tidak mengancam ketahanan pangan nasional.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) sebagai sumber IPTEK tanaman padi terdepan, profesional, mandiri, dan mampu menghasilkan teknologi padi dengan kebutuhan penggunanya berupaya membuat terobosan baru dalam bidang perpadian. Prioritas utama yang diupayakan dalam penelitian BB Padi adalah perakitan varietas
unggul baru (VUB) inbrida dan hibrida yang memiliki fenotipe dan genotipe lebih baik dari varietas sebelumnya. Perakitan VUB juga disesuaikan dengan preferensi rasa nasi masyarakat Indonesia dan kondisi lingkungan tumbuh yang ada di Indonesia seperti lahan sawah irigasi, tadah hujan, gogo, dan rawa. Varietas yang dirakit BB Padi memiliki keunggulan masing-masing dan spesifik lokasi. Pada tahun 2011 telah dilepas sebanyak 17 VUB, terdiri dari enam varietas hibrida, delapan varietas inbrida, dan tiga varietas gogo.
Produksi setiap VUB padi tidak akan optimal jika tanpa dukungan teknologi budidaya yang sesuai dengan kondisi lingkungan tumbuhnya. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan peket teknologi yang mendukung peningkatan produktivitas padi. Komponennya terdiri dari VUB, benih bermutu dan berlabel, penggunaan bibit muda, tanam bibit 1-3 batang/lubang, pemberian bahan organik (BO), pengaturan populasi tanaman, pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah, pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT), pengairan b e r s e l a n g , p e n y i a n g a n d e n g a n landak/gasrok, dan panen tepat waktu.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman padi menjadi bagian penting untuk mengurangi kehilangan hasil akibat serangan
Hasil KegiatanTahun 2011
hama dan penyakit utama padi, seperti hama tikus, wereng batang cokelat (WBC), penggerek batang, penyakit hawar daun bakteri (HDB), tungro, dan blas. Inovasi teknologi padi yang dihasilkan BB Padi diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi saat ini dan yang akan datang.
Inovasi teknologi padi yang telah dihasilkan BB Padi didiseminasikan dalam
berbagai bentuk kegiatan agar dapat diadopsi langsung oleh pengguna. Diseminasi inovasi teknologi padi BB Padi dilakukan melalui ekspose, open house, seminar nasional, temu teknis, temu bisnis, workshop, pelatihan, gelar teknologi, serta pemanfaatan media elektronik seperti website, sms center, dan perpustakaan digital.
Dampak dari perubahan iklim global salah satunya dapat menyebabkan peningkatan dinamika populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) berupa serangan hama dan penyakit di areal persawahan. Salah satu hama utama di pertanaman padi adalah WBC. Salah satu cara pengendalian WBC adalah penggunaan varietas tahan. Keberhasilan penanganan WBC di beberapa daerah salah satunya disebabkan oleh penggunaan VUB Inpari 13 yang tahan WBC biotipe 1, 2, dan 3.
Gambar 1. Panen raya Inpari 13 oleh Menteri Pertanian RI di BB Padi pada acara open house MT 2011
(A) dan Gubernur Jawa Tengah beserta Bupati Klaten di Klaten Jawa Tengah (B).
Varietas Inpari 13 yang dilepas pada tahun 2010 menjadi terkenal dimasyarakat. Data benih UPBS BB Padi tahun 2011, benih Inpari 13 telah terdistribusi sebanyak 46,2 ton ke berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Pada acara open house musim tanam tahun 2011 dilakukan panen perdana Inpari 13 oleh Menteri Pertanian RI, Dirjen Tanaman Pangan, dan Kepala Badan Litbang Pertanian. Di beberapa daerah juga telah dilakukan panen raya Inpari 13, seperti di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara (Gambar 1).
Sebelum dilepasnya VUB Inpari 13, varietas Ciherang telah populer dan banyak diadopsi oleh petani di Indonesia. Data penyebaran varietas Ciherang dapat dilihat pada peta penyebaran varietas di Indonesia (Gambar 2). Dalam kurun waktu satu dasawarsa setelah pelepasan varietas Ciherang tahun 2000, varietas Ciherang mendominasi varietas padi di Indonesia sebesar 43% diikuti oleh varietas IR64 (12%) yang dilepas pada tahun 1986. Penanaman varietas Ciherang di Sumatera cukup tinggi,
kecuali Propinsi Sumatera Barat dan Riau yang sebagian besar penduduknya menyukai beras dengan rasa nasi pera. Proporsi luas tanam varietas Ciherang di Kalimantan berkisar 14–40%. Pulau Sulawesi juga banyak dijumpai varietas Ciherang (15–37%) karena penduduknya lebih menyukai beras dengan rasa nasi pulen. Selain itu, varietas Ciherang menjadi pilihan petani karena sifat tahan penyakit tungro. Petani di Jawa Timur dan Banten menanam varietas Ciherang dalam proporsi luasan yang cukup besar (45–70%). Varietas Ciherang dan Inpari 13 memiliki k a r a k t e r i s t i k y a n g h a m p i r s a m a . Perbandingan kedua varietas tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Setiap tahun BB Padi melepas VUB, selama lima tahun terakhir jumlah VUB padi yang dilepas sebanyak 53 varietas (Tabel 2). Varietas yang telah dilepas disesuaikan
dengan kondisi lahan sawah yang beranekaragam dan preferensi masyarakat Indonesia yang berbeda-beda. Beberapa VUB yang dilepas melibatkan berbagai pihak,
Deskripsi varietas Inpari 13 Ciherang
Bentuk beras Panjang dan ramping Panjang dan ramping
Bentuk tanaman Tegak Tegak
Tek stur nasi Pulen Pulen
Kadar amilosa 22,40% 23%
Persentase beras giling; beras kepala; beras pecah
71,5%; 85,4%; 15,6% 70,2%; 90,1%; 9,6%
Rata rata hasil 6,59 t/ha 6,0 t/ha
Potensi hasil 8,0 t/ha 8,5 t/ha
Umur tanaman 103 hari 116 -125 hari
Tinggi tanaman 101 cm 107-125 cm
Jumlah anakan produktif 17 batang 14-17 batang
Ketahanan terhadap hama WBC Tahan WBC biotipe 1, 2, dan 3
Tahan WBC biotipe 2
Tahun dilepas 2010 2000
Sumber: Deskripsi varietas padi, 2011.
2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sarinah Aek Sibundong HIPA 5 Ceva HIPA 6 Jete Inpara 1 Inpara 2 Inpara 3 Inpari 1 Inpari 2 Inpari 3 Inpari 4 Inpari 5 Merawu Inpari 6 Jete Inpari 7 Lanrang Inpari 8 Inpari 9 Elo Inpari 10 Laeya Hipa 7 Hipa 8 Inpara 4 Inpara 5 Inpari 11 Inpari 12 Inpari 13 Inpago 4 Inpago 5 Inpago 6 Inpara 4 Inpara 5 Inpara 6 Hipa 8 Hipa 9 Hipa 10 Hipa 11 IPB Batola IPB Dadahup Hipa 12 SBU Hipa 13 Hipa 14 SBU Hipa Jatim 1 Hipa Jatim 2 Hipa Jatim 3 Inpari 14 Pakuan Inpari 15 Parahyangan Inpari 16 Pasundan Inpari 17 Inpari 18 Inpari 19 Inpari 20 Inpari Sidenuk Inpago 8 Inpago Unram 1 Inpago Unsoed 1 2 2 9 8 15 17
Tabel 2. Varietas unggul baru padi yang dilepas BB Padi periode 2006-2011
Gambar 2. Peta sebaran varietas padi di Indonesia
seperti IRRI, LIPI, BATAN, IPB, UNSOED, UNRAM, pemerintah daerah, dan perusahaan
swasta. Pada tahun 2011, BB Padi telah melepas 17 VUB.
Kegiatan teknis penelitian tanaman padi dijabarkan dalam bentuk Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP)/Rencana Diseminasi Hasil Penelitian (RDHP). Tim peneliti/diseminasi
merinci lebih lanjut kegiatannya dalam R e n c a n a O p e r a s i o n a l P e n e l i t i a n Pertanian/Rencana Operasional Diseminasi Hasil Penelitian (ROPP/RODHP).
Program Dan Anggaran
Tabel 3. RPTP/ROPP dan RDHP/RODHP BB Padi tahun 2011
Pj. kegiatan
Judul kegiatan Anggaran (x1000)
Pembentukan varietas padi sawah ultra genjah (<90 hari), tahan terhadap WBC/HDB/tungro, dengan mutu SNI dan produktivitas >8 t/ha.
Perakitan padi hibrida tahan WBC, HDB, atau tungro dengan +B25 potensi hasil 20-30% lebih tinggi daripada Ciherang berumur genjah (105–124 hari).
Pembentukan varietas padi sawah tadah hujan sangat genjah (90–104 hari) toleran kekeringan serta toleran salinitas (6 Ds/M), dan padi sawah dataran tinggi berumur genjah (105–124 hari) toleran suhu rendah (<21°C) tahan blas, dan berdaya hasil tinggi (>8 t/ha).
Perakitan teknologi produksi padi lahan rawa lebak dan pasang surut toleran rendaman (>15 hari) hemat pupuk dengan produktivitas >7 t/ha.
Perakitan 3 varietas padi fungsional, berpotensi hasil tinggi (>8 t/ha) dan tahan hama dan penyakit utama dan bermutu beras SNI
Percepatan pelepasan VUB padi sawah tadah hujan berumur sangat genjah (90-104 hari), padi sawah dataran tinggi berumur genjah (105-124 hari) dan padi gogo tahan blas, berdaya hasil tinggi (>6 t/ha) melalui Konsorsium Padi Nasional.
Karakterisasi (>3000 aksesi) plasma nutfah padi untuk sifat morfologi, kegenjahan, daya hasil, gogo dataran tinggi, toleran kekeringan, suhu rendah, salinitas serta jaringan pertukaran dan pengujian materi genetik padi internasional
Pemanfaatan teknik mutasi buatan dalam pembentukan genotipe padi berumur ultra genjah <90 hari
Pembentukan varietas padi gogo aromatik, tahan ras dominan blas, genjah, toleran kekeringan, keracunan Al (Al dd 40%), dan potensi hasil tinggi (8 t/ha)
Peningkatan efektivitas pengendalian hama padi ramah lingkungan untuk menekan kehilangan hasil (<10%) mendukung IP Padi 400
Epidemiologi penyakit utama padi sebagai dasar pengendalian untuk menekan kehilangan hasil <10% mendukung IP Padi 400
Efisiensi penggunaan air dan pupuk (>20%) melalui perbaikan teknologi hemat air, pengaturanpopulasidanpemupukanpadabudidayapadisawahmendukungIPPadi400 Peningkatan produktivitas lahan melalui perbaikan teknologi hemat pupuk pada IP-300 dan IP-400 berbasis padi
Pemetaan adopsi VUB dan pengelolaan tanaman terpadu mendukung program peningkatan produksi beras nasional
Karakterisasi komponen flavor, nilai gizi, dan fungsional mendukung pembentukan varietas padi aromatik dan fungsional produksi tinggi
Penyediaan benih penjenis 50 VUB padi (>12 t), benih dasar 20 VUB (>20 t) dan penelusuran alur perbanyakan benih sumber padi.
Pengembangan sumberdaya informasi iptek, diseminasi, dan jaringan umpan balik Total Prof. Dr. B. Suprihatno Dr. Satoto Dr. Aan A. Daradjat E. Suhartatik, MS Dr. Buang Abdullah Dr. Sudarmaji Dr. Untung Susanto Moh. Yamin S, MS Dr. Suwarno Prof. Dr. Baehaki SE Ir. Sudir Dr.SarlanAbdulrachman Dr. Anischan Gani Ade Ruskandar, MS Bram Kusbiantoro, MS Sri Wahyuni, M.Sc. Putu Wardana, Msc 778.000 883.000 439.000 682.000 584.000 2.930.000 345.000 292.000 633.000 865.000 485.000 779.000 682.000 472.000 837.000 991.000 11.222.747 23.899.747
Asal plasma nutfah Jumlah aksesi Lingkup dalam negeri
1 Padi lokal 114 2 VUB 13 3 Varietas petani 6 4 Galur harapan 5 Jumlah 138 Introduksi 1 Galur tahan HDB 29
2 Galur kandungan zink tinggi 19
3 Galur dataran tinggi dan padi liar 166
4 INGER 558
5 Galur tahan WBC 33
6 Galur toleran rendaman 21
7 Galur example varieties (varietas contoh) 33
8 Galur hasil persilangan kerabat jauh 504
Jumlah 1.363
Total 1.501
Plasma nutfah merupakan sumber kekayaan genetika yang perlu dilestarikan untuk keberlanjutan swasembada pangan. Kegiatan koleksi sumberdaya genetika (SDG) dan karakterisasi pada tahun 2011 memperoleh 138 aksesi baru dari lingkup
dalam negeri, sedangkan plasma nutfah introduksi sebanyak 1.363 aksesi (Tabel 4). Jumlah plasma nutfah BB Padi bertambah sebanyak 1.501 aksesi. Sampai Desember 2011 telah dilakukan enam kali importasi dan tiga kali eksportasi materi genetik.
Plasma Nutfah
Tabel 4. Rekapitulasi penerimaan/penambahan aksesi plasma nutfah tahun 2011
Karakterisasi plasma nutfah di rumah kaca memperlihatkan adanya variasi pada karakter yang diamati. Sebagian besar plasma nutfah termasuk dalam golongan indica yang mempunyai karakteristik habitus sedang
0
(45 ), warna kaki hijau, warna leher daun hijau muda, permukaan daun sedang, warna lidah daun putih, bentuk lidah daun cleft (klip), warna telinga daun putih, warna helai daun hijau tua, posisi daun bendera terkulai, tipe malai sedang, eksersi malai seluruh malai
dan leher malai keluar, senescen sedang. Karakterisasi plasma nutfah di lapang (KP Sukamandi) memperlihatkan adanya variasi pada karakter morfologi dan agronomi yang diamati. Sebagian besar memiliki sifat habitus
0
sedang (45 ), warna leher daun putih, warna telinga daun putih, warna lidah daun putih, bentuk lidah daun cleft, permukaan daun sedang, warna helai daun hijau, posisi daun bendera tegak, tipe malai antara sedang dan terbuka, dan seluruh malai keluar dengan
leher malai sedang. Pada pengujian lapang terdapat aksesi yang memiliki fertilitas malai tertinggi yaitu beras hitam asal Pusakanagara Subang. Selain itu terdapat plasma nutfah yang menunjukan sifat sangat genjah, yaitu PI4, SSALBYEO 2, dan STEJAREE 45.
Verifikasi dilakukan pada varietas Manohara, Cidenok, Glabed, dan Ciherang dengan berbagai nama serta beberapa galur yang berkembang di petani. Pengujian dilakukan di daerah tempat berkembangnya varietas tersebut, yaitu Subang, Karawang, dan Indramayu. Varietas yang berkembang di petani pada umumnya berasal dari pengujian
oleh lembaga penelitian, selain itu juga hasil pemuliaan dan seleksi mandiri oleh petani. Pada segi ketahanan hama, varietas Ciherang Taiwan, Manohara, dan Cidenok relatif tahan terhadap WBC terutama biotipe 1 dan 2 serta disukai petani. Selain karakterisasi dengan metode BUSS di lapangan, dilakukan juga karakterisasi molekuler menggunakan 384 marka SNP terhadap 7 galur dan 12 varietas cek, yang meliputi kelompok Manohara, Cidenok, varian Ciherang, dan Bongong. Hasil pengujian marka SNP, menunjukkan bahwa Ciherang Taiwan dan Ciherang Golden diduga merupakan genotipe yang sama (Tabel 5).
Rejuvenasi koleksi plasma nutfah BB Padi dilakukan terhadap aksesi yang memiliki daya berkecambah kurang dari 80% dan persedian benih yang jumlahnya <500 g. Pada tahun 2011 telah dilakukan rejuvenasi sebanyak 742 aksesi, yang ditanam pada MT 1 sebanyak 386 aksesi dan MT 2 sebanyak 356 aksesi. Dari hasil rejuvenasi diperoleh benih antara 500–3500 g/aksesi dan benih berupa
malai-malai. Dari hasil pengujian daya tumbuh dari 841 aksesi diperoleh 142 aksesi (16,9%) mempunyai daya tumbuh >85% dan 699 aksesi (83,1%) mempunyai daya tumbuh <85%. Koleksi plasma nutfah padi yang mempunyai daya tumbuh < 85 % harus segera di rejuvenasi pada musim yang terdekat.
Tabel 5. Perbedaan antara beberapa genotipe padi berdasar 384 marka SNP
Perbandingan genotipe
Polymorphic
(jumlah %)
Dugaan
109(28,39%)
106 (27,60%)
117 (30,47%)
93 (24,22%)
117 (30,47%)
33 (8,59%)
33 (8,59%)
0,00%
Genotipe yang berbeda
Genotipe yang berbeda
Genotipe yang berbeda
Genotipe yang berbeda
Genotipe yang berbeda
Genotipe yang berbeda
Genotipe yang berbeda
Genotipe yang sama
Cidenok Sukra vs Cidenok Kopkarlitan
Cidenok Sukra vs OBS1703
Diah Suci vs OBS1703
Manohara vs Manohara Kopkarlitan
Manohara vs Diah Suci
Ciherang vs Ciherang Golden
Ciherang vs Ciherang Taiwan
Varietas Unggu Baru
I n ova s i t e k n o l o g i V U B p a d i d a p a t meningkatkan produksi beras terutama yang memiliki ketahanan terhadap OPT, adaptif dengan kondisi lingkungan serta berdaya
Varietas Unggul Baru dan
Galur Harapan
Tabel 6. Varietas unggul baru padi tahun 2011
hasil
tinggi. Pada tahun 2011, BB Padi telah melepas 17 VUB, yakni padi sawah 8 VUB, padi gogo 3 VUB, dan 6 VUB hibrida (Tabel 6).
No. Varietas unggul baru Keterangan Lingkungan
Potensi hasil tinggi (8,2 t/ha), berumur genjah (113 HSS), agak tahan HDB III, blas ras 033 dan 133, dan nasi pulen. Potensi hasil tinggi (7,5 t/ha), berumur genjah (117 HSS), agak tahan WBC 1, HDB patotipe III, tahan blas ras 033, dan nasi pulen.
Potensi hasil tinggi (7,6 t/ha), berumur genjah (118 HSS), tahan penyakit blas ras 033, dan nasi pulen.
Potensi hasil cukup tinggi (7,9 t/ha), tahan HDB, tahan penyakit blas ras 033 dan 133, jumlah anakan produktif banyak (18 batang), nasi pera.
Potensi hasil cukup tinggi (9,5 t/ha), berumur sangat genjah (102 HSS), tahan WBC 1 dan 2, tahan HDB patotipe III, dan nasi pulen.
Inpari 15 Parahyangan
Sawah tadah hujan d a t a r a n r e n d a h <600 m dpl.
Sawah tadah hujan d a t a r a n r e n d a h <600 m dpl.
Sawah tadah hujan d a t a r a n r e n d a h <600 m dpl. S a w a h d a t a r a n rendah <600 m dpl, b u k a n d a e r a h endemik tungro.
Sawah irigasi dan tadah hujan dengan k e t i n g g i a n 0–600 m dpl. Padi Sawah 1 Inpari 14 Pakuan 2 3 Inpari 16 Pasundan 4 Inpari 17 5 Inpari 18
Tabel 6. Varietas unggul baru padi tahun 2011
No. Varietas unggul baru Keterangan Lingkungan
Padi Sawah
lanjutan
Potensi hasil cukup tinggi (8,8 t/ha), berumur sangat genjah (104 HSS), jumlah malai isi banyak (15 batang), tahan WBC 1 dan 2, tahan HDB patotipe III, dan nasi pulen.
Potensi hasil cukup tinggi (8,8 t/ha), jumlah anakan produktif banyak (15 batang), persentase beras kepala tinggi, tahan HDB III, nasi pulen. Potensi hasil cukup tinggi (9,1 t/ha), berumur genjah (103 HSS), agak tahan HDB III, agak tahan blas, nasi pulen.
Potensi hasil tinggi (8,1 t/ha), tahan blas ras 073, 033, dan 133, toleran terhadap kekeringan, nasi pulen. Potensi hasil cukup tinggi (7,6 t/ha), tahan blas ras 033 dan 133, jumlah anakan banyak (15 batang), beras merah, dan nasi pulen.
Potensi hasil cukup tinggi mencapai 7,2 t/ha, tahan blas ras 133, jumlah anakan produktif banyak (16 batang), aromatik, nasi pulen.
Hasil tinggi (pada musim kemarau 10,5 t/ha dan 8,9 t/ha pada musim hujan), nasi pulen dan wangi, berumur genjah (105 HSS), agak tahan WBC 1 dan 2, HDB III, dan cocok di lahan irigasi (PTT).
Sawah irigasi dan tadah hujan dengan k e t i n g g i a n 0–600 m dpl. S a w a h d a t a r a n rendah sampai 600 m dpl, bukan daerah endemik tungro. S a w a h d a t a r a n r e n d a h s a m p a i 600 m dpl.
Lahan kering dataran r e n d a h s a m p a i sedang <700 m dpl.
Lahan kering dataran r e n d a h s a m p a i sedang <700 m dpl.
Lahan kering dataran r e n d a h s a m p a i sedang <700 m dpl. S a w a h d a t a r a n rendah <450 m dpl. 6 Inpari 19 7 Inpari 20 8 Inpari 21 Sidenuk Padi Gogo 9 Inpago 8 10 Inpago Unram 1 11 Inpago Unsoed 1 Padi Hibrida 12 Hipa 12 SBU
Tabel 6. Varietas unggul baru padi tahun 2011
No. Varietas unggul baru Keterangan Lingkungan
Padi Hibrida
lanjutan
Hasil tinggi (10,5 t/ha pada musim kemarau dan 9,4 t/ha pada musim hujan), nasi pulen dan wangi, rendemen beras kepala tinggi, berumur genjah (105 HSS), agak tahan WBC 3, HDB III.
Hasil tinggi (12,1 t/ha pada musim kemarau dan 11,8 t/ha pada musim hujan), berumur genjah (112 HSS), jumlah anakan produktif banyak (16 batang), nasi pulen, agak tahan WBC 2, HDB III.
Hasil tinggi (10,0 t/ha pada musim kemarau dan 9,7 t/ha pada musim hujan), malai panjang, jumlah gabah isi banyak, nasi pulen.
Hasil tinggi (10,9 t/ha pada musim kemarau dan 10,7 t/ha pada musim hujan), jumlah gabah isi banyak, nasi pulen, agak tahan HDB III.
Hasil tinggi (10,7 t/ha pada musim kemarau dan 10,0 t/ha pada musim hujan), jumlah gabah isi banyak, nasi pulen.
Telah disidangkan pada tahun 2011 dan dalam proses penerbitan SK Mentan. Telah disidangkan pada tahun 2011 dan dalam proses penerbitan SK Mentan. S a w a h d a t a r a n rendah <450 m dpl. S a w a h d a t a r a n rendah <450 m dpl. S a w a h d a t a r a n rendah <450 m dpl. S a w a h d a t a r a n rendah <450 m dpl. S a w a h d a t a r a n r e n d a h < 4 5 0 m d p l . 13 Hipa 13 14 Hipa 14 SBU 15 Hipa Jatim 1 16 Hipa Jatim 2 17 Hipa Jatim 3 18 Inpara 7
19 Inpara IPB Kapuas 7R
Padi Rawa
Sebelum menjadi VUB, galur-galur diuji dalam beberapa tahap pengujian sehingga m e n g h a s i l k a n g a l u r ya n g m e m i l i k i keunggulan, seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap OPT, toleran cekaman abiotik
dan memiliki mutu beras yang baik serta rasa nasi sesuai dengan selera masyarakat (konsumen). Galur harapan yang terpilih dapat diusulkan menjadi VUB padi dalam sidang pelepasan varietas.
Varietas Unggu Baru
Galur padi ultra genjah yang diuji di Kuningan (Gambar 3) memiliki produktivitas lebih tinggi dari Ciherang, yaitu BP10620F-B BP10620F-B 4 - 1 9 - BP10620F-B BP10620F-B 4, B P 1 0 6 2 0 F - B B 4 - 1 3 - B B 8 , BP10620F-BB4-15-BB8, BP10620F-BB4-8-BB8, BP10622F-BB4-15-BP10620F-BB4-8-BB8, BP3412-2C-12-1, BP3782-13-2, BP10620F-BB4-12-BB8, BP10618F-BB4-17-BB4, BP4108-2D-39-2-2-2, BP10620F-BB4-13-BB4, BP10622F-BB4-15-BB4. Dalam rangka mempercepat pembentukan galur harapan padi ultra genjah digunakan teknik kultur anter.
Hasil kultur anter diperoleh sebanyak 188 putatif galur ultra genjah asal persilangan tetua ultra genjah (Silugonggo/ADT-30_I, F a t m a w a t i / F a r a m b a g a d e , G a j a h m u n g k u r / S a n s a r i , Fa t m a w a t i / TNAU6543, dan Fatmawati /OM5240, Silugonggo/ADT-30_II). Galur-galur tersebut perlu dievaluasi selanjutnya untuk mengetahui keunggulannya.
Galur Harapan Padi Fungsional
Pada penelitian UDHP menghasilkan 15 galur harapan yang mempunyai hasil di atas 8 t/ha GKG yaitu lebih tinggi dari varietas Ciherang (8,5 t/ha) dan berumur genjah (116-125 HSS) (Gambar 6). Galur-galur tersebut dievaluasi lebih lanjut di UDHL dan menghasilkan satu galur harapan yang mempunyai hasil lebih dari 9 t/ha GKG, yaitu B12411E-RS*1-2-1 dan 2 galur yaitu B12411E-MR-9-1-3 dan B12743-MR-18-2-3 dengan hasil lebih dari 8 t/ha sama dengan Ciherang serta berumur genjah. Selain itu terdapat dua galur ketan putih yang memiliki hasil setara dengan varietas Ciasem, yaitu B10876H-MR-2 dan B12891-1C-MR-4. Galur ketan hitam B11199F-KN-10-PN-1 hasilnya lebih tinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan ketan hitam varietas Setail. Galur-galur tersebut dapat diusulkan menjadi VUB setelah melalui uji multi lokasi (UML).
Galur Harapan Sawah Dataran Tinggi
Penelitian identifikasi galur harapan dilakukan di sentra produksi padi sawah dataran tinggi di Ciwidey Bandung (Jawa Barat) dan Wonosobo (Jawa Tengah) dengan ketinggian >800 m dpl. Pertanaman di Ciwidey, galur 87025-TR973-3-1-1-KN-B (6,08 t/ha) dan IR79913-B-20-B-2 (5,72 t/ha) memiliki hasil setara dengan cek terbaik Tejo (7,78 t/ha) dan dapat diindikasikan toleran terhadap suhu rendah. Pertanaman di Wonosobo, galur IR79913-B-20-B-2 (3,15 t/ha), BP1932-3E-7-2-1 (2,88 t/ha), RUTTST85B-5-2-2-2-0-J (2,87 t/ha), BP3688E-38-2 (2,6 t/ha), STEJAREE 45-KN-B (2,57 t/ha), dan OM5930 (2,5 t/ha) memiliki hasil setara dengan varietas cek terbaik Tejo (3,82 t/ha) dan dapat diindikasikan toleran terhadap suhu rendah yaitu 21oC (Gambar 7).
Gambar 6. Uji daya hasil lanjutan padi fungsional
pada MT 2/2011 di Sukamandi.
Gambar 7. Penampilan galur harapan toleran suhu
komponen hasil seperti jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi, dan gabah hampa/malai, bobot 1.000 butir gabah isi, dan hasil gabah per satuan luas, diperoleh galur mutan yang berdaya hasil setara varietas Ciherang, yaitu BP13816D-6-KLB-10-4-1*B (7,88 t/ha), BP13816D-6-KLB-7-1-1*B (6,92 t/ha), dan Sikuring-1-3-KRC-1-1-1*B (7,82 t/ha). Galur lainnya yang memiliki daya hasil setara dengan Cilosari adalah BP13806B-2-2-KRC-1-3-1*B (5,88 t/ha), BP13806D-10-KLB-2-2-1*B (4,57 t/ha), BP13806D-10-KLB-2-2-1*B (5,44 t/ha), BP13816D-6-KLB-7-2-1*B (6,40 t/ha), dan Sikuring-1-3-KRC-1-4-1*B (6,29 t/ha).
Gambar 8. Penampilan galur mutan BP13816D-6-KLB-10-4-1*B (A) lebih genjah dibandingkan dengan
pembanding varietas Ciherang (B).
Galur Harapan Padi Mutan
Evaluasi produktivitas mutan varietas lokal generasi lanjut telah dilaksanakan pada MT 1 2011 dan diteruskan pada MT 2/2011. Hasil evaluasi keragaan karakter agronomis galur-galur mutan varietas lokal tersebut, menginformasikan bahwa hampir semua penampilan karakter agronomis galur-galur mutan menunjukkan respons nyata terhadap adanya fenomena interaksi galur x lingkungan tumbuh (lokasi). Semua galur mutan yang diuji memiliki umur berbunga lebih genjah sekitar 30–40 hari dibandingkan dengan varietas lokal asalnya (105-124 HSS). Berdasarkan keragaan jumlah karakter
Demo VUB di areal SL-PTT merupakan salah satu cara percepatan pengenalan VUB. Kebijakan Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011 melalui BPTP terkait dan didukung oleh Balai Penelitian/Balai Besar melakukan pendampingan diminimal 60% dari jumlah lokasi Laboratorium Lapang SL-PTT. Dalam rangka mendukung demo VUB tersebut, BB Padi akan menyediakan benih untuk demo varietas.
Produksi Benih Inbrida
Produksi benih inbrida selama MT 1/2011 d i l a k s a n a k a n d i b e b e r a p a l o k a s i menghasilkan sebanyak 249,3 ton benih padi, terdiri dari 30,1 ton benih dasar (BD) dan 219,2 ton benih pokok (BP) untuk pendampingan SL-PTT serta pengembangan UPBS BPTP (Tabel 7). Produksi BD di KP Sukamandi dan Pusakanagara menghasilkan
Produksi Dan Distribusi
Benih Sumber
Lokasi produksi Luas (ha) Jumlah varietas Hasil benih (kg) Benih Dasar (BD) KP Sukamandi 5,0 11 19.050 KP Pusakana gara 5,0 12 11.080 Benih Pokok (BP) KP Sukamandi 10,0 12 37.221 KP Pusakana gara 10,0 13 18.718 Indramayu 17,0 9 50.081 Patok Beusi 9,0 9 27.185 Purwakarta 2,5 2 6.550 Bandung 3,0 2 9.050 BPTP Sumatera Barat 4,0 7 10.505 BPTP Jawa Barat 4,0 13 10.562 BPTP Jawa Tengah 1,0 3 2.840 BPTP Di Y ogyakarta 4,0 4 8.400 BPTP Jawa Timur 1,0 7 3.167 BPTP Bali 1,5 2 4.500
BPTP Nusa Tenggara Barat 3,0 4 8.695
BPTP Sulawesi Utara 4,0 7 15.650
BPTP Sul awesi Selatan 2,0 3 6.128
Total 86,0 249.382
Produksi Benih Hibrida
Produksi benih hibrida (F1) yang dilaksanakan di KP Sukamandi menghasilkan benih sebanyak 222 kg pada luasan areal 2,5 ha. Total produksi galur mandul jantan (GMJ) adalah 1.650 kg pada luasan 2 ha, sedangkan 11 galur restorer menghasilkan 2.975 kg pada luasan 0,5 ha. Produksi benih hibrida rendah karena penyerbukan tidak sinkron. Data produksi benih hibrida disajikan pada Tabel 8. masing-masing sebanyak 19.050 kg dan
11.080 kg pada luasan areal 5 ha. Rendahnya produksi BD di KP. Pusakanagara disebabkan oleh serangan hama tikus dan kekeringan, sedangkan produksi BP dilaksanakan di 15 lokasi dengan total produksi sebanyak 219.252 kg pada luasan areal 86 ha. Produksi BD pada MT 2/2011 dilaksanakan di KP Pusakanagara dan KP Sukamandi masing-masing sebanyak 13 VUB dan 16 VUB. Produksi BP dilakukan di beberapa lokasi lainnya seluas 71 ha dengan jumlah VUB sebanyak 49 varietas.
Varietas
Luas tanam
(ha)
Hasil GKP
(kg)
Hasil benih
(kg)
Hipa 5 Ceva
1,0
153
105
Hipa 6 Jete
0,5
112
78
Hipa 7
1,0
61
39
2,5
326
222
IR79156A
0,5
995
700
IR68897A
0,5
559
300
IR58025A
0,5
390
290
A.02
0,125
131
100
GMJ6A
0,125
61
40
GMJ7A
0,125
117
90
BC2599A
0,125
156
130
Total (GMJ)
2,0
2.409
1.650
Restorer (11 galur)
0,5
3.075
2.975
Total
5,0
5.710
4.847
Total (F1) hibrida
Distribusi Benih
Benih inbrida telah didistribusikan sebanyak 184,4 ton ke 31 provinsi untuk pendampingan SL-PTT dan pengembangan UPBS di BPTP (Tabel 9). S e b a n y a k 4 7 V U B didistribusikan untuk pendampingan SL-PTT dan pengembangan UPBS di BPTP dan Inpari 13 merupakan varietas yang terbanyak didistribusikan, yaitu 46,2 ton.
Tabel 9. Permintaan dan distribusi benih untuk pendampingan SL-PTT
dan pengembangan UPBS di BPTP dan Balit, tahun 2011
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Banten Jabar Jateng DIY Jatim Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Bali NTB NTT Sulut Sulteng Sultra Sulsel Gorontalo Malut Maluku Papbar Sulbar Papua BALITRA Total BPTP/ Balit 13.760 1.205 12.400 6.275 13.750 7.465 2.600 14.125 520 3.650 18.350 8.413 11.100 3.205 15.200 2.895 6.170 3.050 4.500 8.732 2.275 11.000 2.560 3.555 7.020 40 950 300 360 5.900 95 250 191.670 Permintaan 6 6 13 13 13 22 3 7 16 8 18 14 6 7 17 21 16 13 3 6 4 12 2 7 17 4 4 14 5 13 9 5 Jumlah varietas Jumlah (kg) Distribusi Jumlah varietas Jumlah (kg) 9.800 70 10.550 6.685 3.695 4.045 8.300 9.065 715 3.310 12.952 8.350 11.540 24.622 5.785 4.410 5.545 2.050 4.875 8.815 3.000 15.960 1.435 3.300 7.908 720 1.050 557 175 4.750 95 250 184.379 8 10 7 13 12 15 7 11 12 8 16 16 10 15 14 20 21 13 3 6 4 9 7 7 6 5 4 17 5 10 9 5 Distribusi (%) 9.800 70 10.550 6.685 3.695 4.045 8.300 9.065 715 3.310 12.952 8.350 11.540 24.622 5.785 4.410 5.545 2.050 4.875 8.815 3.000 15.960 1.435 3.300 7.908 720 1.050 557 175 4.750 95 250 184.379