• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN Nomor : P.9/VI/BPHA/2009 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN Nomor : P.9/VI/BPHA/2009 TENTANG"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN Nomor : P.9/VI/BPHA/2009

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR

DALAM AREAL IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN PRODUKSI

DIREKTUR JENDERAL,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007

Pasal 34 ayat (2), pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi dapat dilakukan dengan satu atau lebih sistem silvikultur sesuai dengan karakteristik sumber daya hutan dan lingkungannya;

b. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.11/Menhut-II/2009 telah ditetapkan sistem silvikultur yang dapat diterapkan dalam areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan produksi, yaitu sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ), Tebang Rumpang (TR) dan Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB);

c. bahwa dalam rangka optimalisasi, efisiensi dan efektifitas penerapan sistem silvikultur tersebut pada butir b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi dengan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

(2)

3. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4275);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);

7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun

2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun 2007;

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005

tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008;

(3)

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2008;

10. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/menhut-II/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2008;

11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2007 jo. Nomor P.40/Menhut-II/2008 tentang Rencana Kerja dan Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem dalam Hutan alam pada Hutan Produksi;

12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2008 jo. Nomor P.14/menhut-II/2009 tentang Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 74, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 32);

13.

14.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.11/Menhut-II/2009 tentang Sistem Silvikultur dalam Areal Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 24);

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 141 Tahun 2009).

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR DALAM AREAL IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN PRODUKSI.

(4)

PERTAMA : Uraian Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur dalam Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi sebagaimana Lampiran Peraturan ini, yaitu :

a. Lampiran 1. Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI).

b. Lampiran 2. Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ).

c. Lampiran 3. Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Rumpang (TR).

d. Lampiran 4. Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB).

KEDUA : Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur dalam Areal Izin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Produksi sebagaimana amar PERTAMA dapat diberlakukan bagi semua pemegang IUPHHK yang memenuhi persyaratan sesuai dengan karakteristik sumber daya hutan dan lingkungannya.

KETIGA : Rencana penerapan Sistem Silvikultur dicantumkan dalam Rencana

Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK).

KEEMPAT : Dengan diterbitkannya Peraturan ini, maka :

a. Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor :

151/Kpts/IV-BPHH/1993 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia;

b. Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor :

SK.226/VI-BPHA/2005 tentang Pedoman Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif/TPTII (Model Silvikultur Intensif);

dinyatakan tidak berlaku.

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J A K A R T A

Pada tanggal : 21 Agustus 2009

DIREKTUR JENDERAL Ttd.

Dr. Ing. Ir. HADI DARYANTO, DEA NIP. 19571020 198203 1 002 Salinan Peraturan ini disampaikan kepada yth:

1. Menteri Kehutanan;

2. Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan;

3. Gubernur seluruh Indonesia;

4. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi di seluruh Indonesia;

5. Kepala Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi di seluruh Indonesia;

6. Kepala Dinas Kabupaten yang diserahi tugas dan tanggung jawab

(5)

LAMPIRAN 4. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.9/VI-BPHA/2009

TANGGAL : 21 Agustus 2009

PEDOMAN PELAKSANAAN

(6)

PEDOMAN PELAKSANAAN

SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PERMUDAAN BUATAN (THPB)

I. PRINSIP-PRINSIP THPB

1. Diterapkan pada areal bekas tebangan dan non hutan yang telah ditetapkan sebagai areal THPB da lam RKUPHHK.

2. Sistem silvikultur untuk membangun tegakan seumur. 3. Teknik pemanenan dengan tebang habis.

4. Meningkatkan produktivitas lahan dengan permudaan buatan.

II. TUJUAN DAN SASARAN THPB

Tujuan THPB adalah memaksimalkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan hidup sesuai dengan daya dukung lingkungan setempat. Sasaran THPB adalah hutan alam produksi bekas tebangan di areal Hutan Produksi (HP) atau Hutan Produksi Konversi (HPK).

III. PENGERTIAN

1. Pemanenan tebang habis adalah tebangan untuk membersihkan lahan

secara keseluruhan tanpa memperhatikan limit diameter.

2. Permudaan buatan adalah kegiatan penanaman hutan menggunakan

bibit yang telah diberi perlakuan terlebih dahulu.

IV. TAHAP KEGIATAN THPB

No. Tahap Kegiatan

1 Penataan Areal Kerja (PAK)

2 Risalah Hutan

3 Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

(7)

No. Tahap Kegiatan

5 Penyiapan Lahan

6 Penanaman 7 Pemeliharaan 8 Pemanenan

9 Perlindungan dan Pengamanan Hutan

V. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN TATA WAKTU 1. Penataan Areal Kerja (PAK)

1.1. Prinsip

1) Menata areal ke dalam blok dan petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK.

2) Dilakukan tidak lebih dari 2 tahun sebelum penanaman.

3) Dibentuk sebagai satu bagian hutan khusus untuk regime THPB.

1.2. Perencanaan

1) Mempedomani RKUPHHK yang telah disahkan.

2) Membagi areal kerja ke dalam blok-blok kerja tahunan dan

petak-petak kerja.

3) Sesuaikan jumlah blok dan petak kerja dengan daur tanaman

pokok yang ditetapkan.

4) Sesuaikan bentuk dan luas blok dan petak kerja dengan kondisi

lapangan.

5) Gunakan angka romawi untuk menandai setiap blok kerja sesuai

rencana tahun penebangan, sedangkan petak kerja diberi angka secara berurutan dari petak pertama sampai petak terakhir.

6) Buat rencana tata batas blok dan petak kerja.

(8)

1.3.Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk PAK berdasarkan prinsip pada angka 1.1 di atas.

2. Risalah Hutan

2.1.Prinsip

Inventarisasi hutan pada blok RKT dengan intensitas 5 % untuk semua jenis pohon berdiameter > 10 cm.

2.2. Perencanaan

1) Buat rancangan risalah hutan dengan metode jalur sistematis

melalui penarikan contoh awal secara acak dengan intensitas 5 %.

2) Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil Risalah

Hutan.

3) Buat peta rencana Risalah Hutan skala minimal 1 : 50.000.

2.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Risalah Hutan berdasarkan prinsip pada angka 2.1. di atas.

3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

3.1. Prinsip

Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

3.2. Perencanaan

1) Buat rencana PWH berdasarkan peta blok RKT.

2) Buat rencana trace jalan angkutan dan jalan inspeksi.

3) Buat rencana lokasi base camp, TPK, Tpn, pondok kerja, dan lain-lain.

3.3. Pelaksanaan

(9)

prinsip pada angka 3.1. di atas.

4. Pengadaan Bibit

4.1. Prinsip

1) Menggunakan bibit jenis ekonomis, dapat berasal dari biji, atau cabutan, atau stek, atau kultur jaringan.

2) Dalam hal pengadaan bibit untuk daur ke-2 dan berikutnya dapat menggunakan anakan yang berasal dari trubusan pohon-pohon yang telah ditebang.

3) Tanaman dapat terdiri dari lebih dari satu jenis. 4.2. Perencanaan

1) Buat rencana persemaian: lokasi, sumber bibit, bangunan, SDM, peralatan.

2) Buat rencana kebutuhan bibit. 4.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pengadaan Bibit berdasarkan prinsip pada angka 4.1. di atas.

5. Penyiapan Lahan

5.1. Prinsip

1) Penyiapan lahan tanpa bakar untuk kegiatan penanaman. 2) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

3) Dalam hal areal yang masih berpotensi, pemanfaatannya masuk ke dalam target RKT.

5.2. Perencanaan

1) Buat rancangan penyiapan lahan untuk penanaman berdasarkan RKT

(10)

2) Penyiapan lahan untuk tahun ke-2 dan berikutnya mempertimbangkan realisasi tanaman tahun sebelumnya.

5.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Penyiapan Lahan berdasarkan prinsip pada angka 5.1. di atas.

6. Penanaman

6.1. Prinsip

1) Meningkatkan produktivitas lahan pada blok RKT. 2) Menggunakan bibit jenis ekonomis.

3) Segera melakukan penanaman setelah penyiapan lahan. 6.2. Perencanaan

1) Buat rencana penanaman

2) Buat dan kelola tanaman dengan menggunakan bibit jenis ekonomis. 6.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Penanaman berdasarkan prinsip pada angka 6.1. di atas.

7. Pemeliharaan

7.1. Prinsip

Meningkatkan riap tanaman. 7.2. Perencanaan

Buat rencana pemeliharaan, antara lain penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemangkasan, dan penjarangan.

7.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pemeliharaan berdasarkan prinsip pada angka 7.1. di atas.

(11)

8. Pemanenan

8.1. Prinsip

1) Pemanenan dilakukan setelah mencapai umur daur. 2) Pemanenan dengan tebang habis.

3) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan. 8.2. Perencanaan

1) Menyusun rencana pemanenan.

2) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT yang

telah disahkan. 8.3. Pelaksanaan

1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pemanenan berdasarkan prinsip pada angka 8.1. di atas.

2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.

9. Perlindungan dan Pengamanan Hutan

9.1. Prinsip

1) Pengendalian hama dan penyakit, perlindungan hutan dari kebakaran hutan, perambahan hutan, dan pencurian hasil hutan.

2) Memberikan kepastian usaha dalam pengelolaan hutan produksi. 9.2. Perencanaan

Menyusun rencana perlindungan dan pengamanan hutan secara periodik dalam 1 periode RKT.

9.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Perlindungan dan Pengamanan Hutan berdasarkan prinsip pada angka 9.1. di atas.

(12)

VI. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

1. Prinsip

1.1. Sebagai umpan balik untuk peningkatan riap.

1.2. Dilakukan oleh tenaga yang berkompetensi Wasganis PHPL. 1.3. Dilakukan 1 kali dalam 1 periode RKT.

2. Perencanaan

Buat rencana pemantauan dan penilaian. 3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pemantauan dan Penilaian berdasarkan prinsip pada angka 1 di atas.

DIREKTUR JENDERAL

Dr. Ing. Ir. HADI DARYANTO, DEA

(13)

LAMPIRAN 3. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.9/VI-BPHA/2009

TANGGAL : 21 Agustus 2009

PEDOMAN PELAKSANAAN

(14)

SISTEM SILVIKULTUR TEBANG RUMPANG (TR)

I. PRINSIP-PRINSIP TR

1. Sistem Silvikultur untuk Tegakan Tidak Seumur

2. Teknik Pemanenan dengan Tebang Kelompok (rumpang) secara teratur dan

tersusun dalam satu jaringan jalan sarad (yang menuju ke satu TPn)

3. Unit manajemen terkecil adalah TPn

4. Rumpang sebagai unit perlakuan silvikultur

5. Mempertahankan Keanekaragaman Hayati

6. Menciptakan Ruang Tumbuh Optimal bagi permudaan

II. TUJUAN DAN SASARAN

Peningkatan produktivitas hutan tegakan tak seumur melalui tebang dalam kelompok rumpang yang memiliki sifat :

1. Kompromi antara ekologi dan ekonomi

2. Mudah dalam pengendalian pengawasannya

Tujuan TR adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang kelompok dan memanfaatkan ruang tumbuh dalam rumpang untuk meningkatkan riap dalam rangka memperoleh panenan yang lestari.

Sasaran TR adalah pada hutan alam produksi bekas tebangan di areal IUPHHK atau KPHP.

III. PENGERTIAN

1. Rumpang adalah bentuk ruang terbuka hasil dari penebangan kelompok

vegetasi berbentuk melingkar dengan ukuran 1 – 2 kali tinggi pohon tepinya.

2. Pemanenan tebang rumpang adalah tebangan berdasarkan kelompok pohon

di dalam bentuk rumpang.

(15)

pohon-pohon besar dengan menebang semua vegetasi di dalamnya kecuali permudaan.

IV. TAHAP KEGIATAN

No. Tahap Kegiatan

1 Penataan Areal Kerja (PAK)

2 Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

3 Risalah Rumpang

4 Pembuatan rumpang

5 Pembinaan rumpang

6 Pemanenan

7 Perlindungan dan Pengamanan Hutan

V. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN TATA WAKTU 1. Penataan Areal Kerja (PAK)

1.1. Prinsip

1) Menata areal ke dalam blok dan petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK.

2) Satu petak kerja di dalam TR adalah satu TPn dengan jaringan jalan sarad dan rumpang-rumpang yang didukungnya

3) Dilakukan tidak lebih dari 4 tahun sebelum pemanenan. 4) Dibentuk sebagai satu bagian hutan khusus untuk regime TR. 1.2. Perencanaan

1) Perencanaan dalam Peta

a. Pedomani RKUPHHK yang telah disahkan.

b. Membagi areal kerja ke dalam blok-blok kerja tahunan dan

petak-petak kerja.

c. Sesuaikan jumlah blok dan petak-petak kerja dengan siklus tebang

(16)

lapangan.

e. Gunakan angka romawi untuk menandai setiap blok kerja sesuai

rencana tahun penebangan, sedangkan petak kerja diberi angka secara berurutan dari petak pertama sampai petak terakhir.

f. Buat rencana tata batas blok dan petak kerja.

g. Buat peta rencana PAK dengan skala minimal 1 : 10.000.

1.3 Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk PAK berdasarkan prinsip pada angka 1.1. di atas.

2. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

2.1. Prinsip

Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan. 2.2. Perencanaan

a. Buat rencana lokasi base camp, TPK, TPn, pondok kerja, dan lain-lain.

b. Buat rencana jaringan jalan sarad pada setiap TPn, rencana jalan utama

dan jalan cabang.

c. Plotting semua calon rumpang untuk tahun berjalan (Ro) dan calon

rumpang untuk setengah umur daur berikutnya (Ro+½daur) pada jaringan

jalan sarad.

d. Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil risalah.

e. Buat peta rencana risalah skala 1 : 5.000.

2.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk PWH berdasarkan prinsip pada angka 2.1. di atas.

3. Risalah Hutan

3.1. Prinsip

(17)

pada setiap jaringan sarad.

2) Dilakukan sebelum penyusunan Usulan RKTUPHHK. 3.2. Perencanaan

1) Siapkan peta rencana TPn, jalan sarad dan plotting rumpang hasil kegiatan 2)

2) Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil risalah 3.3. Pelaksanaan di Lapangan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk risalah hutan berdasarkan prinsip pada angka 3.1. di atas, dan sekaligus membuat peta jaringan jalan sarad dan sebaran rumpang pada setiap TPn dengan skala 1 : 1.000.

4. Pembuatan Rumpang

4.1. Prinsip

1) Pemanenan dengan tebang habis pada setiap rumpang 2) Memanen semua pohon kecuali anakan pohon-pohon primer. 3) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

4.2. Perencanaan

1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran rumpang skala 1 :

1.000.

2) Penebangan dilaksanakan pada petak-petak kerja dalam blok RKT yang

telah disahkan. 4.3. Pelaksanaan

1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pemanenan berdasarkan prinsip angka 4.1. di atas.

2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.

5. Pembinaan Rumpang

5.1. Prinsip

1) Memberikan ruang tumbuh optimal bagi individu-individu pohon terbaik 2) Menghilangkan individu pohon dan atau vegetasi lain yang menaungi pohon

(18)

5.2. Perencanaan

1) Pilih dan tandai anakan-anakan pohon terbaik satu tahun setelah pembuatan rumpang, jarak antar anakan 3 – 4 m

2) plotting setiap anakan terpilih di dalam setiap rumpang untuk pembinaan dalam periode 2 tahunan sampai permudaan bebas dari naungan.

5.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pembinaan rumpang berdasarkan pedoman angka 5.1. di atas.

6. Pemanenan

6.1. Prinsip

1) TPn, jalan sarad dan rumpang sebagai satu kesatuan yang permanen, 2) Pemanenan dilakukan di setiap rumpang secara tebang habis pada daur

tebang yang telah ditentukan dengan tidak membuat TPn dan jalan sarad baru.

3) Efiseien, efektif, tertib dan ramah lingkungan 6.2. Perencanaan

1) Risalah rumpang yang akan ditebang berdasarkan peta kerja

2) Penebangan dilaksanakan pada petak kerja dalam blok RKT yang telah disahkan

6.3 Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pembinaan rumpang berdasarkan prinsip pada angka 6.1. di atas.

7. Perlindungan dan Pengamanan Hutan

7.1. Prinsip

1) Perlindungan dan pengamanan dari kebakaran, perambahan, dan pencurian hasil hutan.

(19)

7.2. Perencanaan

Menyusun rencana perlindungan dan pengamanan hutan secara periodik dalam 1 periode RKT.

7.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Perlindungan dan Pengamanan Hutan berdasarkan prinsip pada angka 7.1. di atas.

VI. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

1. Prinsip

1) Sebagai umpan balik untuk peningkatan riap.

2) Dilakukan oleh tenaga yang berkompetensi Wasganis PHPL. 3) Dilakukan 1 kali dalam 1 periode RKT.

2. Perencanaan

Buat rencana pemantauan dan penilaian. 3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pemantauan dan Penilaian berdasarkan prinsip pada angka 1 di atas.

DIREKTUR JENDERAL

Dr. Ing. Ir. HADI DARYANTO, DEA

(20)

LAMPIRAN 2. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.9/VI-BPHA/2009

TANGGAL : 21 Agustus 2009

PEDOMAN PELAKSANAAN

(21)

PEDOMAN PELAKSANAAN

SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

I. PRINSIP-PRINSIP TPTJ

1. Sistem silvikultur untuk tegakan tidak seumur. 2. Teknik pemanenan dengan tebang pilih. 3. Meningkatkan riap.

4. Mempertahankan keanekaragaman hayati.

5. Menciptakan ruang tumbuh optimal bagi tanaman. 6. Penanaman jenis unggulan lokal dalam jalur.

II. TUJUAN dan SASARAN

Tujuan TPTJ adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang pilih dan memanfaatkan ruang tumbuh dalam jalur untuk meningkatkan riap dalam rangka memperoleh panenan yang lestari. Sasaran TPTJ adalah pada hutan alam produksi bekas tebangan di areal IUPHHK atau KPHP.

III. PENGERTIAN

1. Pemanenan tebang pilih adalah tebangan berdasarkan limit diameter

tertentu pada jenis-jenis niagawi dengan tetap memperhatikan keanekaragaman hayati setempat.

2. Penanaman dalam jalur adalah kegiatan menanam dalam rangka

pemanfaatan ruang tumbuh dengan jenis-jenis tanaman unggulan setempat.

3. Jalur antara adalah jalur tegakan tinggal yang dibina dan dimanfaatkan

untuk meningkatkan produktivitas dan mempertahankan keanekaragaman hayati.

(22)

IV. TAHAP KEGIATAN TPTJ

No. Tahap Kegiatan

1 Penataan Areal Kerja (PAK) 2 Inventarisasi Hutan

3 Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) 4 Pengadaan Bibit

5 Tebang Naungan

6 Penyiapan dan Pembuatan Jalur Tanam 7 Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Jalur 8 Pembebasan dan Penjarangan

9 Pemanenan

10 Perlindungan dan Pengamanan Hutan

V. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN TATA WAKTU 1. Penataan Areal Kerja (PAK)

1.1. Prinsip

1) Menata areal ke dalam blok dan petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK.

2) Dilakukan tidak lebih dari 4 tahun sebelum pemanenan.

3) Dibentuk sebagai satu bagian hutan khusus untuk regime TPTJ.

1.2. Perencanaan

1) Mempedomani RKUPHHK yang telah disahkan.

2) Membagi areal kerja ke dalam blok-blok kerja tahunan dan

petak-petak kerja.

3) Sesuaikan jumlah blok dan petak kerja dengan siklus tebang yang

ditetapkan.

4) Sesuaikan bentuk dan luas blok dan petak kerja dengan kondisi

(23)

5) Gunakan angka romawi untuk menandai setiap blok kerja sesuai rencana tahun penebangan, sedangkan petak kerja diberi angka secara berurutan dari petak pertama sampai petak terakhir.

6) Buat rencana tata batas blok dan petak kerja.

7) Buat peta rencana PAK dengan skala minimal 1 : 10.000.

1.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Penataan Areal Kerja (PAK) berdasarkan prinsip pada angka 1.1. di atas.

2. Inventarisasi Hutan

2.1. Prinsip

1) Inventarisasi hutan pada blok RKT dengan intensitas 100 % untuk pohon niagawi dengan diameter > 40 cm; dan pohon yang dilindungi sesuai ketentuan yang berlaku.

2) Dilakukan sebelum penyusunan Usulan RKTUPHHK. 2.2. Perencanaan

1) Buat rencana jalur-jalur inventarisasi pada setiap petak kerja yang

ada di dalam blok RKT berdasarkan peta hasil PAK.

2) Buat semua jalur ukur dalam petak searah (misal Utara -

Selatan).

3) Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil

Inventarisasi Hutan.

4) Buat peta rencana Inventarisasi Hutan skala 1 : 5.000.

2.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Inventarisasi Hutan berdasarkan prinsip pada angka 2.1. di atas, dan sekaligus membuat peta kontur dan peta sebaran pohon skala 1 : 1.000.

(24)

3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

3.1. Prinsip

Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

3.2. Perencanaan

1) Buat rencana PWH berdasarkan peta blok RKT.

2) Buat rencana trace jalan angkutan dan jalan sarad berdasarkan

peta kontur hasil Inventarisasi Hutan.

3) Buat rencana lokasi base camp, TPK, TPn, pondok kerja, dan

lain-lain. 3.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) berdasarkan prinsip pada angka 3.1. di atas.

4. Pengadaan Bibit

4.1. Prinsip

Menggunakan bibit jenis lokal unggulan setempat, dapat berasal dari biji, atau cabutan, atau stek, atau kultur jaringan.

4.2. Perencanaan

1) Buat rencana persemaian: lokasi, sumber bibit (pohon plus), bangunan, SDM, peralatan.

2) Buat rencana kebutuhan bibit. 4.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pengadaan Bibit berdasarkan prinsip pada angka 4.1. di atas.

(25)

5.Tebang Naungan

5.1. Prinsip

1) Pembebasan dari naungan pohon dominan. 2) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

3) Penebangan pohon diameter > 40 cm dan masuk ke dalam target RKT.

5.2. Perencanaan

1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon skala 1 :

1.000.

2) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT

yang telah disahkan. 5.3. Pelaksanaan

1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Tebang Naungan berdasarkan prinsip pada angka 5.1. di atas.

2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.

6.Penyiapan dan Pembuatan Jalur Tanam

6.1. Prinsip

1) Membuat ruang tumbuh.

2) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

3) Penebangan dapat dilakukan pada semua pohon dalam jalur dan masuk ke dalam target RKT.

6.2. Perencanaan

1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon skala 1 :

1.000.

2) Membuat jalur tanam dengan jarak antar sumbu jalur + 20 meter

(26)

3) Membuat jalur tanam selebar + 3 meter.

4) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT

yang telah disahkan. 6.3. Pelaksanaan

1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Penyiapan dan Pembuatan Jalur Tanam berdasarkan prinsip pada angka 6.1. di atas.

2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.

7. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Jalur

7.1. Prinsip

1) Meningkatkan produktivitas pada blok RKT.

2) Menggunakan bibit jenis lokal unggulan setempat. 7.2. Perencanaan

1) Buat dan kelola tanaman dengan mengutamakan bibit jenis unggulan lokal.

2) Buat peta rencana penanaman dalam jalur. 7.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Jalur berdasarkan prinsip pada angka 7.1. di atas.

8. Pembebasan dan Penjarangan

8.1. Prinsip

1) Meningkatkan riap pohon binaan.

2) Pohon binaan bisa berasal dari permudaan alam dan tanaman jalur.

(27)

8.2. Perencanaan

1) Menetapkan pohon terbaik dari permudaan alam di jalur antara dan dari tanaman di jalur tanam sebagai pohon binaan di petak kerja.

2) Membebaskan pohon binaan dari tanaman penyaing. 3) Membuat peta pohon binaan hasil pembebasan. 8.3. Pelaksanaan

1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pembebasan dan Penjarangan berdasarkan prinsip angka 8.1. di atas.

2) Pembebasan pohon dapat menggunakan antara lain arborisida yang ramah lingkungan khusus pohon besar.

9. Pemanenan

9.1. Prinsip

1) Pemanenan dengan tebang habis pada jalur tanam dan tebang pilih pada jalur antara untuk pohon diameter > 40 cm.

2) Memanen tidak boleh melebihi riap.

3) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan. 9.2. Perencanaan

1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon binaan

skala 1 : 1.000.

2) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT

9.3. Pelaksanaan

1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pemanenan berdasarkan prinsip pada angka 9.1. di atas.

(28)

10. Perlindungan dan Pengamanan Hutan

10.1. Prinsip

1) Pengendalian hama dan penyakit, perlindungan hutan dari kebakaran hutan, perambahan hutan, dan pencurian hasil hutan.

2) Memberikan kepastian usaha dalam pengelolaan hutan produksi. 10.2. Perencanaan

Menyusun rencana perlindungan dan pengamanan hutan secara periodik dalam 1 periode RKT.

10.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Perlindungan dan Pengamanan Hutan berdasarkan prinsip pada angka 10.1. di atas.

VI. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

1. Prinsip

1.1. Sebagai umpan balik untuk peningkatan riap.

1.2. Dilakukan oleh tenaga yang berkompetensi Wasganis PHPL. 1.3. Dilakukan 1 kali dalam 1 periode RKT.

2. Perencanaan

Buat rencana pemantauan dan penilaian. 3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pemantauan dan Penilaian berdasarkan prinsip pada angka 1 di atas.

DIREKTUR JENDERAL

Dr. Ing. Ir. HADI DARYANTO, DEA

(29)

LAMPIRAN 1. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.9/VI-BPHA/2009

TANGGAL : 21 Agustus 2009

PEDOMAN PELAKSANAAN

(30)

PEDOMAN PELAKSANAAN

SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

I. PRINSIP-PRINSIP TPTI

1. Sistem silvikultur untuk tegakan tidak seumur 2. Teknik pemanenan dengan tebang pilih 3. Meningkatkan riap sebagai aset

4. Mempertahankan keanekaragaman hayati

II. TUJUAN DAN SASARAN TPTI

Tujuan TPTI adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang pilih dan pembinaan tegakan tinggal dalam rangka memperoleh panenan yang lestari.

Sasaran TPTI adalah pada hutan alam produksi di areal IUPHHK atau KPHP.

III. PENGERTIAN

1. Pemanenan tebang pilih adalah tebangan berdasarkan limit diameter

tertentu pada jenis-jenis niagawi dengan tetap memperhatikan keanekaragaman hayati setempat.

2. Pembinaan tegakan tinggal adalah kegiatan yang dikerjakan setelah

kegiatan tebang pilih meliputi perapihan, pembebasan, pengayaan, pemeliharaan.

IV. TAHAP KEGIATAN TPTI

No. Tahap Kegiatan

1 Penataan Areal Kerja (PAK)

2 Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)

(31)

No. Tahap Kegiatan

4 Pemanenan

5 Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Pengayaan

6 Pembebasan Pohon Binaan

7 Perlindungan dan Pengamanan Hutan

V. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN TATA WAKTU

1. Penataan Areal Kerja (PAK)

1.1. Prinsip

1) Menata areal ke dalam blok dan petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK.

2) Dilakukan tidak lebih dari 4 tahun sebelum pemanenan.

3) Dibentuk sebagai satu bagian hutan khusus untuk regime TPTI. 1.2. Perencanaan

1)Mempedomani RKUPHHK yang telah disahkan.

2)Membagi areal kerja ke dalam blok-blok kerja tahunan dan

petak-petak kerja.

3)Sesuaikan jumlah blok dan petak kerja dengan siklus tebang yang

ditetapkan.

4)Sesuaikan bentuk dan luas blok dan petak kerja dengan kondisi

lapangan.

5)Gunakan angka romawi untuk menandai setiap blok kerja sesuai

rencana tahun penebangan, sedangkan petak kerja diberi angka secara berurutan dari petak pertama sampai petak terakhir.

6) Buat rencana tata batas blok dan petak kerja.

(32)

1.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk PAK berdasarkan prinsip pada angka 1.1. di atas.

2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)

2.1. Prinsip

1) Risalah hutan dengan intensitas 100 % untuk pohon niagawi dengan diameter > 40 cm dan pohon yang dilindungi sesuai ketentuan yang berlaku.

2) Dilakukan sebelum penyusunan Usulan RKTUPHHK. 2.2. Perencanaan

1)Buat rencana jalur-jalur inventarisasi pada setiap petak kerja yang

ada di dalam blok RKT, berdasarkan peta hasil PAK.

2)Buat semua jalur ukur dalam petak searah (misal Utara - Selatan).

3)Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil ITSP.

4)Buat peta rencana ITSP skala 1 : 5.000.

2.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk ITSP berdasarkan prinsip pada angka 2.1. di atas, dan sekaligus membuat peta kontur dan sebaran pohon skala 1 : 1.000.

3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)

3.1.Prinsip

Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

3.2.Perencanaan

(33)

2) Buat rencana trace jalan angkutan dan jalan sarad berdasarkan peta kontur hasil ITSP.

3) Buat rencana lokasi base camp, TPK, Tpn, pondok kerja, dan lain-lain.

3.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja PWH berdasarkan prinsip pada angka 3.1. di atas.

4. Pemanenan

4.1. Prinsip

1) Memanen tidak boleh melebihi riap.

2) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

3) Perapihan tidak dilakukan pada areal Hutan Produksi Terbatas. 4.2. Perencanaan

1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon skala 1 :

1.000.

2) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT yang

telah disahkan.

3) Perapihan dilaksanakan setelah pelaksanaan pemanenan sekaligus

mengidentifikasi lokasi pengayaan. 4.3. Pelaksanaan

1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pemanenan berdasarkan prinsip pada angka 4.1. di atas.

2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.

5. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Pengayaan

5.1. Prinsip

(34)

2) Menggunakan bibit jenis lokal unggulan setempat. 5.2. Perencanaan

1) Buat dan kelola persemaian dengan mengutamakan bibit jenis lokal. 2) Buat peta rencana pengayaan berdasarkan hasil perapihan.

5.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Pengayaan berdasarkan prinsip pada angka 5.1. di atas.

6. Pembebasan Pohon Binaan

6.1. Prinsip

1) Meningkatkan riap pohon binaan.

2) Pohon binaan bisa berasal dari permudaan alam dan tanaman pengayaan.

3) Tidak dilakukan pada areal Hutan Produksi Terbatas. 6.2. Perencanaan

1) Menetapkan pohon terbaik sebagai pohon binaan di petak kerja. 2) Membebaskan pohon binaan dari tanaman pesaing.

3) Membuat peta sebaran pohon binaan hasil pembebasan. 6.3. Pelaksanaan

1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pembebasan Pohon Binaan berdasarkan prinsip pada angka 6.1. di atas,

2) Pembebasan pohon dapat menggunakan antara lain arborisida yang ramah lingkungan khusus pohon besar.

7. Perlindungan dan Pengamanan Hutan

7.1. Prinsip

(35)

hutan, perambahan hutan, dan pencurian hasil hutan.

2) Memberikan kepastian usaha dalam pengelolaan hutan produksi. 7.2. Perencanaan

Menyusun rencana perlindungan dan pengamanan hutan secara periodik dalam 1 periode RKT.

7.3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Perlindungan dan Pengamanan Hutan berdasarkan prinsip pada angka 7.1. di atas.

VI. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN

1. Prinsip

1.1. Sebagai umpan balik untuk peningkatan riap.

1.2. Dilakukan oleh tenaga yang berkompetensi Wasganis PHPL. 1.3. Dilakukan 1 kali dalam 1 periode RKT.

2. Perencanaan

Buat rencana pemantauan dan penilaian. 3. Pelaksanaan

Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pemantauan dan Penilaian berdasarkan prinsip pada angka 1 di atas.

DIREKTUR JENDERAL

Dr. Ing. Ir. HADI DARYANTO, DEA

Referensi

Dokumen terkait

Kepada pihak-pihak yang berkeberatan pada pengumuman ini, diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan Panitia Pengadaan Barang/Jasa Balai Latihan Kerja

Paket pekerjaan ini terbuka untuk penyedia barang yang memenuhi persyaratan berdasarkan ijin usaha, klasifikasi dan kualifikasi yang dibutuhkan sebagaimana diatur dalam

Mahasiswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai teks hadis hukum dan penjelasannya yang terkait dengan masalah-masalah hukum di bidang munakahat, mawaris,

Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran kebutuhan berprestasi seorang dosen akuntansi dipengaruhi oleh tiga teori kebutuhan profesionalisme yang disampaikan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATA KULIAH TEORI MUSIK DASAR_ Penelitian.. Not

Pada hari ini Jum’at tanggal dua puluh sembilan bulan April tahun dua ribu enam belas, kami Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kabupaten Ciamis,

Penelitian telah merepresentasikan pengetahuan pakar Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan sumber referensi lain dalam mengidentifikasi hama pada

4) Kesalahan Berbahasa pada Tataran Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia ... Jenis Kesalahan yang Dominan Terjadi pada Surat Dinas di Kantor Kepala Desa Juron Kabupaten Sukoharjo