• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari akan arti pentingnya lingkungan hidup. Konferensi PBB tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari akan arti pentingnya lingkungan hidup. Konferensi PBB tentang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah lingkungan hidup sudah menjadi pusat perhatian dunia khususnya pada akhir abad ke dua puluh. Masalah ini muncul kepermukaan ketika manusia semakin menyadari akan arti pentingnya lingkungan hidup. Konferensi PBB tentang lingkungan hidup pada tahun 1972 di Stockholm Swedia yang diikuti oleh 113 negara dan beberapa puluh peninjau, telah menyadarkan manusia akan arti pentingnya lingkungan hidup. Alinea kedua dari deklarasi itu disebutkan:

“The Protection and improvement of the human environment is a major issue which affecs the well being of people and economic development thoroughout the world; it is the urgent desire governments.

TERJEMAHAN :

Perlindungan dan perbaikan lingkungan hidup merupakan masalah global demi perbaikan dan keselamatan umat manusia dan pembangunan ekonomi seluruh dunia. Pemecahan masalah ini sudah sangat mendesak dan perlu penanganan secepatnya oleh seluruh umat manusia dan juga merupakan kewajiban semua pemerintah suatu Negara (Terjemahan Robert, 1990).

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi kelautan dan pesisir yang kaya di dalamnya. Indonesia juga memiliki luas wilayah perairan 5,8 juta KM² yang merupakan 70% dari luas wilayah Indonesia yang memiliki padang lamun, daratan pasang surut dan hutan bakau yang luas.

Pesisir merupakan wilayah peralihan dan interaksi ekosistem darat dan laut. Wilayah ini sangat kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA), yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati. Sumberdaya alam hayati wilayah

(2)

pesisir Indonesia memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Beberapa bentuk sumber daya alam tersebut antara lain hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut.

Indonesia adalah salah satu Negara di kawasan iklim tropis yang sering disebut sebagai paru-paru dunia hutan alam tropika yang luas dan sangat berperan dalam penentu iklim dunia. Salah satunya adalah hutan mangrove atau bakau yang terdapat di sepanjang wilayah pesisir pantai Indonesia. “Indonesia memiliki sekitar 40% dari total hutan mangrove di dunia, dan dari jumlah itu sekitar 75% berada di Papua” (www.antara.co.id/mangrove).

Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam pesisirnya. Kekayaan sumber daya pesisir tersebut mendorong berbagai pihak terkait (stakeholders) seperti instansi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memanfaatkannya. Pemanfaatan SDA di wilayah pesisir seperti halnya di kawasan hutan mangrove harus diimbangi dengan perbaikan kondisi di sekitar lingkungan wilayah pesisir khususnya pemanfaatan yang dilakukan di kawasan wilayah hutan mangrove.

Mangrove merupakan suatu ekosistem hutan yang dapat tumbuh di daerah pasang surut air laut atau tepatnya di daerah pesisir pantai. Jenis-jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dan hidup di kawasan ekosistem hutan mangrove yaitu nipah, palem rawa, pohon bakau, mangrove dengan jenis tumbuhan api-api, black mangrove dan banyak jenis mangrove lainnya yang kesemuanya itu sering disebut dengan istilah hutan mangrove atau hutan bakau.

Di dalam kawasan hutan mangrove juga terdapat kumpulan habitat satwa yang terdiri dari monyet, burung-burung bangau, ular, ikan-ikan kecil, udang, ketam atau kepiting. Pada tahun 2006 Penulis pernah mengunjungi dua lokasi desa yang terdapat

(3)

di wilayah pesisir dan memiliki kawasan hutan mangrove di sekitarnya. Kedua desa tersebut yaitu Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara dan Dusun XIV Kampung Nelayan yang terdapat di Desa Paluh Kurau Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

Pada kunjungan ke lokasi desa yang pertama yaitu Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara, penulis melihat lahan-lahan bekas penebangan liar pohon bakau dan juga lahan-lahan tambak yang sudah tidak dipakai lagi dan kemudian ditinggalkan begitu saja tanpa ada usaha perbaikan kawasan hutan mangrove yang rusak dengan menanam kembali kawasan tersebut dengan bibit bakau muda oleh para pemakai usaha tambak tersebut.

Pada kunjungan ke lokasi desa yang kedua yaitu tepatnya di Dusun XIV Kampung Nelayan Desa Paluh Kurau, kondisi hutan mangrove yang penulis jumpai juga hampir sama dengan keadaan di Desa Jaring Halus. Penulis juga melihat banyak lahan bekas tambak dan pohon-pohon bakau bekas penebangan liar yang dilakukan .

Walaupun banyak kondisi hutan mangrove yang gundul akibat pembukaan lahan tambak dan penebangan kayu bakau, penulis juga melihat dan menjumpai kawasan tersebut kini mulai ditumbuhi oleh bibit-bibit mangrove oleh masyarakat Dusun Kampung Nelayan Kecamatan Hamparan Perak.

Masyarakat Kampung Nelayan berusaha untuk memperbaiki kondisi hutan mangrove yang rusak dan gundul. Masyarakat menanam kawasan hutan mangrove yang telah rusak dengan bibit bakau muda. Kondisi hutan mangrove yang rusak menyebabkan hasil tangkapan ikan nelayan berkurang, di samping itu mereka juga khawatir kalau tidak adanya hutan mangrove di desa mereka maka tidak ada lagi

(4)

perlindungan bagi pemukiman tempat tinggal mereka dari ancaman angin dan ombak laut.

Eksploitasi yang berlebihan terhadap hutan mangrove akan menyebabkan populasi ikan dan biota lain berkurang. Pengrusakan dan penghancuran ekosistem hutan mangrove di dunia dan juga di Indonesia sangat mengkhawatirkan. ”Di India, Vietnam, dan Filipina sebagai contoh, lebih dari 50% kawasan hutan mangrove telah hancur selama satu abad terakhir ini” (www.panda.org/habitat).

Hutan mangrove yang rusak menjadi salah satu masalah pesisir dan laut kita. Kondisi hutan mangrove yang rusak akan sangat berdampak buruk bagi kita semua. Kondisi hutan mangrove yang rusak menyebabkan ekosistem yang ada di wilayah pesisir akan terganggu yang akan menyebabkan populasi ikan akan semakin berkurang. Mangrove sendiri dapat berfungsi sebagai sumber makanan bagi jenis ikan di karenakan terdapat plankton-plankton di sekitarnya dan akarnya dapat dijadikan sebagai tempat untuk ikan-ikan bertelor.

Selain berfungsi sebagai habitat berbagai jenis satwa teristrial dan biota air, juga ekosistem hutan mangrove berfungsi menjaga garis pantai agar tetap stabil, dan sebagai penahan angin dan penahan abrasi pantai. Di Desa Paluh Kurau tepatnya di Dusun XIV Kampung Nelayan Kecamatan Hamparan Perak ekosistem mangrove dibagi dalam tiga berdasarkan pengelolaannya:

1. Hutan Desa

Hutan Desa yang terdapat di Dusun Kampung Nelayan yaitu seluas 60 hektar yang diberikan oleh dinas kehutanan Deli Serdang pada tahun 2005 dan upaya pengelolaanya dilakukan oleh masyarakat Kampungan Nelayan (proses

(5)

penanamannya). Namun masyarakat belum memiliki wewenang dalam melakukan proses pengawasan di kawasan wilayah hutan desa mereka.

Mereka hanya diberikan hak untuk mengelola (menanam) saja dan tidak memiliki kekuatan hukum dalam menangkap atau melarang oknum yang melakukan penebangan kayu bakau di kawasan hutan desa mereka.

Sejak kerusakan hutan mangrove akibat pencurian kayu bakau dan pembukaan lahan tambak pada tahun 2003 membuat masyarakat berusaha untuk melestarikan kembali kawasan hutan mangrove yang ada di sekitar Dusun Kampung Nelayan. Usaha pelestarian tersebut membuat dinas kehutanan memberikan hak pengelolaan berupa kawasan hutan desa seluas 60 hektar untuk dikembangkan.

2. Jalur Hijau

Hutan bakau ini merupakan kawasan jalur hijau yang pengelolaanya dilakukan oleh Pemerintah (Dinas Kehutanan) masyarakat tidak diizinkan untuk mengelolanya dan kawasan ini merupakan milik pemerintah dinas kehutanan Daerah.

3. Hutan Lindung

Hutan Lindung merupakan kawasan hutan mangrove yang juga dikelola oleh pemerintah daerah dan juga dijadikan sebagai objek wisata karena keindahan kawasan hutan bakau tersebut. Hutan Lindung ini di kenal dengan nama oleh masyarakat sekitar dengan kawasan Pasir Putih.

4. Hutan Bakau dengan Plank Nama

Hutan bakau yang memiliki Plank Nama di daerah kawasan hutan tersebut berarti hutan tersebut memiliki hak milik (privat) dan tidak diizinkan orang luar untuk masuk dan mengelolanya. Hutan mangrove yang sudah memiliki Plank Nama

(6)

tersebut adalah Kawasan Hutan Mangrove milik Lantamal AL Marinir Belawan, dan Kawasan Hutan Bakau milik Pemkab Deli Serdang.

Eksploitasi hutan mangrove yang secara besar-besaran tanpa memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya akan membawa dampak buruk bagi masyarakat di sekitarnya. Ekosistem hutan mangrove menjadi rusak dan tidak bisa lagi menjaga dan melindungi kawasan yang ada di sekitar wilayah hutan mangrove dari ancaman bencana. Kondisi ini membuat masyarakat berusaha memperbaiki kondisi lingkungan dengan budaya ( pengetahuan mereka sendiri ) tentang hutan mangrove.

Manusia dengan kebudayaanya akan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan alam di sekitarnya dalam memanfaatkan sumberdaya alam seperti yang di tunjukkan dalam skema di bawah ini.

Skema1. Hubungan Manusia, Budaya dan Sumberdaya alam.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Dusun XIV Kampung Nelayan Desa Paluh Lurau Kecamatan Hamparan Perak bahwa laju kerusakan kawasan hutan mangrove lebih di sebabkan karena faktor nilai ekonomi yang di antaranya: penebangan liar dan pembukaan lahan tambak yang mempunyai manfaat ekonomi yang baik. Kearifan lokal dan pengetahuan mengenai fungsi dan peranan

(7)

mangrove membuat masyarakat berusaha menjaga dan melestarikan kawasan hutan mangrove.

Masyarakat semakin menyadari bahwa fungsi dan peranan mangrove bagi desa mereka sangat penting. Masyarakat Kampung Nelayan berusaha memperbaiki kondisi lingkungan hutan mangrove tempat tinggal mereka yang telah rusak dengan dengan cara melakukan penanaman bibit mangrove muda (reboisasi) di wilayah tersebut. Di dalam proses pelestarian kawasan hutan mangrove diperlukan adanya peran serta kerjasama yang baik diantara masyarakat sekitar dan pemerintah daerah.

1.2 Ruang Lingkup Permasalahan

Hutan mangrove adalah salah satu sumber daya alam pesisir yang memiliki peran bagi masyarakat nelayan yang ada di pesisir. Selain berfungsi sebagai ekosistem wilayah pesisir dan habitat alami satwa juga hutan mangrove memiliki fungsi ekonomis yang baik. Keberadaan fungsi ekonomis tersebut membuat masyarakat berusaha untuk memanfaatkannya dan menjadikan sebagai lahan bisnis.

Pemanfaatan secara berlebihan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya membuat hutan mangrove menjadi rusak dan gundul. Masyarakat tidak menyadari dampak akibat bencana yang ditimbulkan dari eksploitasi atau pemanfaatan hutan mangrove yang secara besar-besaran. Jika kondisi seperti ini dibiarkan terjadi maka ancaman besar akan menunggu di depan kita. Masyarakat Kampung Nelayan sudah berusaha untuk memperbaiki dan menjaga kembali kawasan hutan mangrove yang rusak di desa mereka.

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan masyarakat Dusun XIV Perkampungan Nelayan Kecamatan Hamparan Perak Desa Paluh Kurau

(8)

mengenai fungsi dan peranan mangrove di wilayah pesisir. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis mengarahkan fokus penelitian kepada tiga hal, yaitu:

1. Konsepsi masyarakat terhadap mangrove;

2. Bagaimana fungsi dan peranan mangrove di wilayah pesisir bagi masyarakat Dusun XIV Kampung Nelayan Kecamatan Hamparan Perak;

3. Faktor penyebab terjadinya kerusakan kawasan hutan mangrove.

1.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tepatnya difokuskan di Dusun XIV Kampung Nelayan yang terdapat di Desa Paluh Kurau Kecamatan Hamparan Perak ( Batang Serai ).

Pemilihan lokasi penelitian oleh penulis di Dusun XIV Kampung Nelayan Desa Paluh Kurau Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang di dasarkan karena: 1. terdapatnya kawasan hutan mangrove di sekitar Dusun Kampung Nelayan; 2. adanya usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kawasan hutan mangrove yang rusak; 3. kesadaran masyarakat akan arti pentingnya mangrove bagi mereka.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menuliskan dan menggambarkan dalam bentuk karya ilmiah mengenai bagaimana fungsi dan peranan mangrove di pesisir bagi masyarakat Dusun XIV Kampung Nelayan Desa Paluh Kurau Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

(9)

1.4.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan akan memperkaya kepustakaan mengenai pengetahuan tentang fungsi dan peranan mangrove di wilayah pesisir, dan juga menambah wacana dalam memahami fungsi dan peranan mangrove di wilayah pesisir, sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai usaha untuk melestarikan kawasan hutan mangrove. Penelitian ini juga di harapkan dapat bermanfaat dalam menambah masukan bagi penelitian selanjutnya yang ingin meneliti tentang fungsi dan peran mangrove di pesisir.

1.5 Tinjauan Pustaka

Kebutuhan manusia secara universal mencakup kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, kebutuhan tertier. Kesemuanya ini merupakan perwujudan dari hakikat manusia sebagai makhluk pemikir, bermoral dan berperasaan. Kebutuhan manusia itu dipenuhi dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada dalam lingkungannya. Kebutuhan setiap individu beragam sehingga usaha-usaha dalam pemenuhan kebutuhan dan pola pemanfaatan sumber daya yang ada beragam pula.

Sumberdaya yang di perlukan manusia itu terbatas sehingga dalam proses pemanfaatannya banyak yang menyebabkan konflik, persaingan, kerjasama (individu atau kelompok). Seperti halnya dalam pemanfaatan sumber daya pesisir yang merupakan kawasan hutan mangrove. Masyarakat banyak memanfaatkan kawasan hutan mangrove karena memiliki nilai ekonomis yang cukup baik.

Akibat dari pemanfaatan kawasan hutan mangrove yang secara berlebihan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan sekitar menyebabkan kawasan hutan mangrove yang ada di Dusun Kampung Nelayan menjadi rusak dan gundul. Kondisi

(10)

ini terjadi di karenakan kawasan hutan mangrove masih bebas dimasuki oleh para pendatang dari luar (open acces) yang melakukan eksploitasi hutan mangrove.

Kerusakan kawasan hutan mangrove yang ada di Dusun Kampung Nelayan menyebabkan jumlah dan jenis komunitas mangrove serta populasi satwa berkurang. Banyak jenis biota laut dan satwa liar yang ada di kawasan hutan mangrove menjadi mati.

Masyarakat Kampung Nelayan berusaha untuk memperbaiki kawasan hutan mangrove yang rusak dengan menanam bibit mangrove dengan cara mereka sendiri. Cara mereka untuk memperbaiki kawasan hutan mangrove yang rusak yaitu dengan salah satunya menanam bibit mangrove muda. Upaya penanaman kawasan hutan mangrove yang rusak tersebut merupakan bentuk pengelolaan yang mengandalkan sistem pengetahuan yang di miliki masyarakat tentang mangrove.

Menurut penulis pengetahuan sendiri berarti yaitu sekumpulan ide yang telah tersusun secara sistematis di dalam pikiran (mind) yang digunakan untuk mengintepretasikan lingkungan di sekitarnya. Pengetahuan yang tertera dalam diri individu tersebut yang didapat melalui proses belajar disebut kebudayaan.

Lebih konkrit Spradley mendefenisiskan “kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka” (Marzali 1997;xx).

“Spradley menjelaskan bahwa budaya berada dalam pikiran manusia yang didapatkan dengan proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman individu atau masyarakat yang pada akhirnya fenomena tersebut terorganisasi di dalam pikiran ‘mind’ individu atau masyarakat”.

(11)

Sistem pengetahuan yang di miliki oleh masyarakat Kampung Nelayan mengenai fungsi dan peranan mangrove dipesisir dapat memberikan kontribusi bagi kelangsungan populasi dalam konteks ekosistem hutan mangrove. Dalam hal ini budaya yang di miliki masyarakat (pengetahuan) memiliki peran penting di dalam pengelolaan sumber daya alam. Masyarakat berusaha beradaptasi atau menjaga kawasan lingkungannya dengan pengetahuan dan kearifan lokal yang mereka miliki, sehingga kawasan hutan mangrove dapat terjaga kelestariannya.

Penelitian ini akan terfokus kepada pengetahuan masyarakat Dusun Kampung Nelayan Desa Paluh Kurau Kecamatan Hamparan Perak mengenai fungsi dan peranan mangrove bagi mereka. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, Spredley menjelaskan bahwa metode atau cara yang digunakan untuk mengorek pikiran (mind) tersebut menggunakan metode folk taxonomy (Spradley dalam Marzali, 1997, hal:xix).

Penelitian ini mempergunakan pendekatan antropologi kognitif, di mana kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang tersusun dan terorganisir di dalam pikiran (mind) yang di pergunakan untuk menginterpretasikan lingkungan di sekitar mereka. Manusia memperoleh pengetahuannya melalui proses belajar, dengan cara mengamati alam sekitarnya atau melalui komunikasi dengan sesamanya.

Sejalan dengan itu, pandangan antropologi kognitif di dasarkan pada kebudayaan sebagai suatu sistem ide, di mana kebudayaan di anggap sebagai suatu sistem pengetahuan. Antropologi kognitif memberikan perhatian yang besar terhadap deskripsi akurat dari kenyataan etnografi, khususnya merekam apa yang di komunikasikan oleh manusia agar dapat digunakan sebagai pembimbing kepada apa

(12)

yang di ketahui masyarakat. Menurut pandangan antropologi kognitif, kebudayaan merupakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan bahasa, karena kebudayaan yang di miliki oleh manusia tersebut di pikirkan, diturunkan dan disebarkan dengan mempergunakan bahasa.

Pengetahuan budaya yang di miliki oleh manusia sebagai anggota masyarakatnya memiliki dua bentuk: 1. pengetahuan budaya yang di miliki oleh seseorang dan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara relatif mudah; 2. pengetahuan budaya yang dapat dipraktekkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari namun tidak terungkap dengan kata-kata. Spradley menyebutnya dengan “explicit cultural knowledge dan tacit cultural knowledge”. Explicit cultural knowledge dan Tacit cultural knowledge ini dapat dilihat dalam “fungsi dan peranan mangrove dan cara menanam mangrove pada masyarakat Perkampungan Nelayan”.

Di dalam proses pelestarian sekaligus pengelolaan kawasan hutan mangrove di dusun Kampung Nelayan maka peran serta pemerintah dan mayarakat sangat di perlukan, di mana masyarakat berusaha menjaga kondisi lingkungan alam sekitarnya dengan budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat dan pemerintah memberikan tanggung jawab dan wewenang sepenuhnya bagi pengelolaan sumber daya kepada masyarakat. Pengelolaan ini bisa disebut dengan pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat.

1.6 Defenisi Konsep 1. Wilayah pesisir

adalah wilayah pertemuan antara tepi daratan dengan tepi air laut yang berada antara garis pasang tertinggi dengan garis surut terendah atau wilayah antara darat dan laut

(13)

dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti: angin laut, pasang surut, perembesan air laut yang di cirikan oleh jenis vegetasinya yang khas.

2. Sumberdaya pesisir

adalah suatu kekayaan alam atau sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati yang sangat berharga yang terdapat di perairan laut dan wilayah pantai atau pasang surut air laut. Contoh sumberdaya alam hayati di wilayah pesisir: hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut.

3. Hutan

adalah suatu kawasan atau kumpulan berbagai jenis vegetasi tumbuhan dan hewan dengan kerapatan dan kepadatan tinggi dan ada saling keterkaitan, ketergantungan satu sama lain dalam suatu kesatuan ekosistem.

4. Ekologi

adalah suatu pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup sesamanya dan dengan komponen di sekitarnya.

5. Ekosistem

adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme dan non organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas.

6. Mangrove

adalah suatu vegetasi tumbuhan yang dapat tumbuh di daerah pasang surut air laut dan air asin atau wilayah pesisir pantai yang di dominasi oleh satu atau lebih jenis pohon dan semak serta rumput dan dapat dijadikan sebagai habitat satwa liar dan ikan-ikan.

(14)

7. Pengetahuan

adalah sekumpulan ide yang telah tersusun secara sistematis di dalam pikiran (mind) yang digunakan untuk mengintepretasikan lingkungan di sekitarnya.

8. Kearifan lokal

adalah aturan-aturan yang dilakukan atau dibuat yang diikat dengan nilai-nilai atau nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

9. Pengelolaan

adalah suatu kegiatan pemanfaatan, pengawasan, pemeliharaan yang berkelanjutan. 10.Masyarakat

merupakan suatu kesatuan hidup yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (memiliki norma, pranata-pranata atau aturan-aturan yang mengatur pola tingkah laku warga masyarakat).

1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Teknik Penelitian

Teknik penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting di dalam bagian penelitian. Adapun teknik penelitian yang peneliti lakukan dalam mengkaji pengetahuan masyarakat nelayan mengenai fungsi dan peranan mangrove di pesisir merupakan penelitian yang bersifat deskriptif.

Data yang dikumpulkan berupa data tulisan (verbal), gambar dan bukan sebuah data angka.. Hal ini di sebabkan karena adanya penerapan metode kualitatif dalam penelitian ini yang isinya berupa data verbal (tulisan).

(15)

Penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Data-data tersebut berasal dari field note (catatan lapangan), wawancara masyarakat, foto lapangan, artikel atau buku yang menjadi referensi penelitian. Pertanyaan dengan kata tanya mengapa, alasan apa, dan bagaimana terjadinya akan senantiasa di manfaatkan oleh peneliti di lapangan.

Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antar suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1980 ).

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Informasi data yang ingin dicari adalah informasi data mengenai bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dan peranan mangrove di pesisir. Untuk memperoleh data tersebut di lapangan peneliti berusaha mengembangkan hubungan yang baik dengan masyarakat (para informan).

Dalam penelitian ini para informan adalah masyarakat Dusun XIV Kampung Nelayan. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Wawancara mendalam maupun wawancara biasa dilakukan pada para informan, baik yang telah dipilih sebelumnya maupun tidak. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara interview guide.

Wawancara akan terfokus berfokus kepada hal yang menjadi perumusan masalah di dalam penelitian yaitu: 1.konsepsi masyarakat terhadap mangrove; 2.bagaimana fungsi, manfaat, dan peranan mangrove pada masyarakat; 3.faktor

(16)

penyebab terjadinya kerusakan kawasan hutan mangrove di Dusun Kampung Nelayan Kecamatan Hamparan Perak.

Dalam kegiatan wawancara peneliti menggunakan field note atau catatan lapangan untuk mempermudah menyimpan semua informasi yang diberikan oleh informan. Untuk lebih menyempurnakan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara, penulis juga mencari data yang berkaitan dengan masalah di dalam penelitian ini yang didapat dari buku, majalah, jurnal, koran, artikel, dan lainnya.

Informan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu; 1. informan pangkal adalah orang yang mengerti suatu masalah tetapi bukan orang yang mengenali suatu masalah penelitian dan tidak begitu tahu akan penjelasan yang lebih mendalam kepada peneliti terhadap masalah yang dikaji; 2. informan biasa adalah orang yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan kemampuan yang di milikinya; 3. informan kunci adalah orang yang mempunyai keahlian mengenai suatu masalah.

Spradley mengidentifikasikan lima persyaratan minimal untuk memilih informan yang baik:1. enkulturasi penuh, maksudnya informan mengetahui budaya mereka dengan begitu baik tanpa harus memikirkannya; 2. Keterlibatan langsung, maksudnya informan harus ikut terlibat dalam suasana kebudayaan mereka dan mereka menerapkannya setiap hari; 3. waktu yang cukup,maksudnya pada saat melakukan wawancara waktu diharapkan disesuaikan dengan kondisi informan; 4.non-analitis, maksudnya informan yang baik adalah informan yang memberikan penjelasan berdasarkan konsep mereka, bukan konsep yang berasal dari luar (Spradley 1997:61-70).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan informan di dalam proses pencarian pencarian data. Informan pangkal yaitu kepala Desa Paluh Kurau dan Kepala Dusun XIV Kampung Nelayan Kecamatan Hamparan Perak. Dari beliau maka akan di peroleh informasi tentang siapa orang-orang yang dapat dihubungi dapat dijadikan sebagai informan kunci.

(17)

Informan kunci di dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memiliki pengetahuan atau mengetahui dan memahami betul masalah mengenai mangrove. Sedangkan informan biasa adalah seluruh masyarakat atau penduduk Dusun Perkampungan Nelayan Kecamatan Hamparan Perak.

Penentuan informan kunci bertujuan mendapatkan pengetahuan khususnya mengenai suatu topik tertentu dan orang tersebut tidak harus pemimpin. Teknik-teknik di atas pada dasarnya merupakan upaya untuk mendapatkan data primer yang berhubungan langsung dengan fokus dan tujuan penelitian.

Selain data primer, penulis juga mempergunakan data sekunder yang relevan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder ini diperoleh dengan melakukan kajian kepustakaan serta pencatatan data-data yang mendukung penelitian yang diperoleh dari kantor pemerintahan kepala Desa yang menjadi lokasi penelitian.

Selain wawancara juga dilakukan metode observasi (pengamatan). Metode pengamatan yang dilakukan adalah observasi partisipasi. Pengamatan dilakukan membantu untuk memahami dan menilai keadaan lingkungan. Untuk lebih menyempurnakan data di lapangan maka penulis mendokumentasikannya dengan menggunakan alat bantu berupa kamera foto.

1.7.3 Analisa Data

Data-data yang diperoleh oleh penulis di lapangan yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan dianalisis secara kualitatif. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang dituliskan dalam catatan lapangan, foto atau gambar yang diambil selama di lapangan dan sumber dari majalah, internet dan sumber lain yang berhubungan dengan fokus masalah yang diteliti.

(18)

Di dalam proses analisa data penulis melakukan analisis yang dilakukan secara langsung di lapangan. Jadi analisis tidak hanya dilakukan setelah kita memperoleh atau mengumpulkan data melainkan analisi juga bisa dilakukan sambil kita mencari informasi atau data di lapangan. Informasi dan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan disusun berdasarkan fokus yang menjadi masalah penelitian. Setelah itu penulis kemudian melakukan tahap pendeskripsian hasil penelitian terhadap permasalahan yang diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Makna simbolik pertunjukan kesenian Kubro juga terdapat pada gerak, pelaku, musik, lagu, tata rias, tata busana, pola tempat pertunjukan dan penari yang

Penelitian ini didasari oleh produksi perikanan tuna dan cakalang berbasis rumpon yang terus menurun dengan ketersediaan sumberdaya yang terbatas dan daerah

Menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham

Pada Bulan Mei 2015 NTP-R sebesar 105,36 atau mengalami penurunan sebesar 1,09 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan oleh penurunan indeks harga yang diterima petani

PERINTIS KEMERDEKAAN NO.29 KOTA PEKALONGAN 5 SMK NEGERI 3 PEKALONGAN JL.. PERINTIS KEMERDEKAAN NO.30 KOTA PEKALONGAN 6 SMK YAYASAN PHARMASI

Untuk menerjemahkan postur tangan menjadi huruf alphabet terdapat seurutan proses yang harus dilalui terlebih dahulu. Pertama pengguna akan memasukkan gambar berupa

Anda juga bersetuju bahawa Anda tidak akan, dan akan memastikan bahawa Pengguna Akhir tidak akan: (a) mengguna Perkhidmatan ini untuk menghendap, mengganggu, mengancam atau

Ia memperingatkan Sousuke bahwa yang dilakukannya kepada teman-temannya tidak akan membuat Michiru kembali padanya, tetapi akan membuat Michiru semakin