• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (STUDI PADA KANTOR DPR ACEH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (STUDI PADA KANTOR DPR ACEH)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

(STUDI PADA KANTOR DPR ACEH) Surna Lastri

(Dosen Tetap Prodi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Aceh)

Bobi Gunawan

(Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh)

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh. Data penelitian dikumpulkan melalui daftar pertanyaan/kuisioner dan studi dokumentasi. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan sampel penelitian sebanyak 77 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial yaitu partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh, transparansi kebijakan publik berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh. Kemudian secara uji simultan antara variabel partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh.

.

Kata kunci : Partisipasi masyarakat dan Transparansi kebijakan publik, Pengawasan keuangan daerah

PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Pasal 1 bahwa Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang ditujukan untuk menjamin penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Aparat Pengawas Internal Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP adalah inspektorat jenderal kementerian, unit pengawasan lembaga pemerintah nonkementerian, inspektorat provinsi, dan inspektorat kabupaten/kota.

Pengawasan anggaran yang dilakukan oleh dewan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang dimiliki oleh dewan yang berpengaruh secara

langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan, salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh dari pihak luar terhadap fungsi pengawasan yang akan memperkuat atau memperlemah fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan, diantaranya adalah akuntabilitas publik, transparansi kebijakan publik dan partisipasi masyarakat (Meihendri, 2017).

Salah satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi daerah adalah masalah pengelolaan keuangan secara khusus dan masalah Pengelolaan APBD secara umum. Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab diperlukan manajemen keuangan daerah yang mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah yang tertuang dalam APBD secara

(2)

ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel (Nurul, 2013).

Selain transparansi, faktor lain yang mempengaruhi dewan dalam pengawasan anggaran adalah partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting karena semua potensi masyarakat akan tergali dan termanfaatkan. Penyertaan masyarakat atau menyertakan partisipasi masyarakat dalam setiap kebijakan atau pengelolaan APBD sudah saatnya dilakukan. Dengan demikian perubahan atau pemberlakuan sebuah kebijakan tidak hanya terjadi di kalangan elite saja, sudah saatnya pemerintah terbuka dan menyertakan seluruh unsur masyarakat. Sistem pemerintahan yang terdesentralisasi dengan baik dan otonomi daerah telah memberikan lingkungan yang mendukung berkembangnya partisipasi masyarakat dalam kepemerintahan. Meski belum meluas, telah banyak pelaku-pelaku kebijakan di pemerintahan yang sangat terbuka pada partisipasi masyarakat (Sudiarta, 2014).

Dengan adanya partisipasi masyarakat sebagai wujud nyata keterlibatan masyarakat dari suatu proses mulai perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi keuangan daerah merupakan pemberdayaan masyarakat yang berarti pula sebagai suatu proses pembangunan masyarakat sebagai upaya dari pemerintah menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya dan daerahnya sendiri sesuai kemampuan yang ada padanya.

Fenomena yang sering terjadi pada tahun-tahun sebelumnya yang menyangkut penyimpangan penggunaan dana APBD sehingga ketakutan maupun keraguan yang menjadi alasan rendahnya serapan anggaran, menunjukkan pejabat tidak memahami aturan. Anggaran triliunan rupiah yang

disepakati di awal tahun sangat minim digunakan. Fenomena ini merata terjadi di seluruh provinsi, termasuk Aceh. Anggaran yang terserap lebih banyak digunakan untuk membayar gaji PNS dan anggaran rutin lainnya.

Salah satu kelemahan yang seringkali terjadi pada DPR Aceh adalah adanya kecenderungan daerah untuk melakukan perubahan anggaran pada saat menjelang akhir tahun anggaran berjalan atau pengesahan setiap anggaran sering terlambat seperti pengesahan anggaran pada pertengahan tahun bahkan di akhir tahun. Hal ini tentu saja sangat mengurangi kemampuan kinerja aparatur pemerintah Aceh untuk menyesuaikan belanja, karena waktu yang tersisa untuk melaksanakan kegiatan/proyek menjadi sangat sempit. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi perubahan APBA hanya pada penyesuaian yang sifatnya administratif dan kurang menyentuh aspek substansi penyebab perubahan serta dampak yang mungkin bisa didapatkan apabila momentum perubahan dilakukan lebih awal (www.tempo.com).

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah Partisipasi Masyarakat secara parsial berpengaruh terhadap Pengawasan Keuangan Daerah.

2. Apakah Transparansi Kebijakan Publik secara parsial berpengaruh terhadap Pengawasan Keuangan Daerah.

3. Apakah Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik secara simultan berpengaruh terhadap Pengawasan Keuangan Daerah

TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengawasan Keuangan Daerah

(3)

Menurut Murhaini (2014:3) pengawasan adalah tindakan aparatur pemerintah agar pelaksanaan kegiatan dan tugas yang ditetapkan data tercapai serta menghindari dari terjadinya penyimpangan. Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang akan dikerjakan, dilaksanakan, atau diselenggarakan kemudian menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Pengawasan keuangan daerah, dalam hal ini adalah pengawasan terhadap anggaran keuangan daerah/APBD. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 42 menjelaskan bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah. Berdasarkan dari Undang-Undang tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh DPRD yang berfokus kepada pengawasan terhadap pelaksanan APBD.

Kualitas Pengawasan Keuangan Daerah

Agar perencanaan yang telah disusun dapat berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka tindakan pengawasan perlu dilakukan. Proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku merupakan pengertian dari pengawasan keuangan daerah yang terdapat dalam Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Pasal 1 ayat (6).

Menurut Fahmi (2014:86) kualitas pengawasan juga sangat ditentukan oleh tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pengawasan pendahuluan sebelum kegiatan dilaksanakan (Feed Forward).

2. Pengawasan kegiatan sedang dilaksanakan (Concurrent).

3. Pengawasan unpan balik (feed back)`

Partisipasi Masyarakat

Menurut Supomo dan Indriantoro (2014:17) menyatakan partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, dimana para individual terlibat dan mempunyai pengaruh dalam pembuatan keputusan yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap para individu tersebut.

Menurut Handayani (2014:40) “Partisipasi lebih pada alat sehingga dimaknai partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan proses kegiatan, sebagai media penumbuhan kohesifitas antar masyarakat, masyarakat dengan pemerintah juga menggalang tumbuhnya rasa memiliki dan tanggung jawab pada program yang dilakukan”. Istilah partisipasi sekarang ini menjadi kata kunci dalam setiap program pemngembangan masyarakat, seolah-olah menjadi “model baru” yang harus melekat pada setiap rumusan kebijakan dan proposal proyek. Dalam pengembangannya seringkali diucapkan dan ditulis berulang-ulang teteapi kurang dipraktekkan, sehingga cenderung kehilangan makna. Partisipasi sepadan dengan arti peran serta, ikut serta, keterlibatan atau proses bersama saling memahami,

(4)

merencanakan, menganalisis, dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.

1. Partisipasi tidak hanya berarti mengambil bagian dalam pelaksanaan-pelaksanaan, perencanaan pembangunan. Partisipasi berarti memberikan sumbangan agar dalam pengertian kita mengenai pembangunan kita nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita mengenai keadilan sosial tetap dijunjung tinggi.

2. Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong ke arah pembangunan yang serasi dengan martabat manusia. Keadilan sosial dan keadilan Nasional dan yang memelihara alam sebagai lingkungan hidup manusia juga untuk generasi yang akan datang.

Transparansi Kebijakan Publik

Menurut UNDP Transparency merupakan salah satu Karakteristik Good Governance.

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan, (Mardiasmo, 2014:20). Transparansi merupakan salah satu cara untuk mewujudkan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat. Melalui transparansi penyelenggaraan pemerintahan, masyarakat diberikan kesempatan untuk mengetahui apa yang terjadi dalam pemerintahan, termasuk diantaranya kebijakan yang akan atau telah diambil oleh pemerintah serta implementasi kebijakan tersebut. Dengan kemajuan tekhnologi informasi yang demikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, hal tersebut membuka peluang bagi berbagai pihak untuk mengakses, mengelola dan mendayagunakan informasi secara cepat dan akurat untuk lebih mendorong terwujudnya pemerintahan yang bersih,

transparan, dan serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Adanya keterbukaan dalam penyelenggaraan urusan publik akan memudahkan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan.

Menurut Mardiasmo. (2014:20) menyatakan kewajiban bagi pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut merupakan pengertian akuntabilitas publik.

Menurut Deddy dan Riyadi (2015:17) prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi mengenai kebijakan, proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang dicapai. Menurut Deddy dan Riyadi (2015:17) Indikator-indikator dari transparansi adalah sebagai berikut: penyediaan informasi yang jelas tentang tanggung jawab, kemudahan akses informasi, menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang dilanggar atau permintaan untuk membayar uang suap, meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media massa dan lembaga non pemerintah.

Kerangka Pemikiran

Undang-undang tersebut menjadi sangat penting karena akan membawa perubahan yang mendasar pada kehidupan sistem pemerintahan dan sistem keuangan pemerintah pusat dan daerah. Pada sistem pemerintahan khususnya pemerintah daerah perubahan yang terjadi adalah berupa pelaksanan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata,

(5)

dan bertanggungjawab. Pada masa sebelumnya otonomi daerah hanya dijadikan jargon politik belaka, akan tetapi daerah saat ini ditantang kesiapannya baik secara kelembagaan, sumber daya manusia dan teknologi untuk dapat mewujudkan otonomi dan desentralisasi secara nyata, bertanggung jawab dan dinamis. Oleh karena itu pemerintah daerah dituntut untuk melakukan reformasi kelembagaan di lingkungan mereka

(institutional reform). Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel berikut: Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah:

Ha1: Partisipasi Masyarakat berpengaruh secara parsial terhadap Pengawasan Keuangan Daerah.

Ha2: Transparansi Kebijakan Publik secara parsial berpengaruh terhadap Pengawasan Keuangan Daerah.

Ha3: Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik berpengaruh secara simultan terhadap Pengawasan Keuangan Daerah.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada instansi Penelitian ini dilaksanakan pada instansi Kantor

DPR Aceh yang beralamat di Jalan Tgk. H. M. Daud Beureueh, Banda Aceh, Aceh. Objek penelitian adalah Anggota DPR Aceh.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh anggota dewan pada kantor DPR Aceh yang tercatat pada tahun 2018 sebanyak 81 orang. Karena ukuran populasi tersebut mencukupi dan terjangkau untuk diteliti maka sampel penelitian adalah anggota populasi yaitu anggota DPR Aceh. Penarikan sampel ini berpedoman pada pendapat Arikunto (2014:134) yang mengatakan jika populasi kurang dari 100 lebih baik semua diambil sebagai sampel sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi (sensus). Metode sensus dimana seluruh elemen populasi diselidiki satu per satu. Data yang diperoleh sebagai hasil pengolahan sensus disebut data yang sebenarnya (true value), atau sering disebut parameter (Sugiyono, 2014:27). Jumlah kuisioner yang diedarkan sebanyak 81 orang, berdasarkan keterbatasan waktu, adanya anngota DPR ke luar daerah dan berbagai kegiatan lainnya sehingga jumlah kuisioner yang dikembalikan sebanyak 77 orang.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat dan reliabel. Sumber data yang digunakan antara lain (Sugiyono, 2014:139) data primer diperoleh dari dokumentasi dan daftar pertanyaan (kuisioner). Untuk memperoleh data mengenai variabel yang diteliti maka dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan Kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah tertutup, yaitu pertanyaan yang dirancang berbentuk pilihan yang telah disediakan. Kemudian data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari studi pustaka

(6)

melalui artikel majalah pemasaran maupun yang diambil dari internet untuk mendapatkan data-data dalam penelitian ini.

Untuk memperoleh data mengenai Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah tertutup yaitu pertanyaan yang di rancang berbentuk pilihan yang telah disediakan.

Teknik Analisis Data

Data penelitian dianalisis dengan menggunakan model regresi linier berganda dan diolah dengan menggunakan program bantuan SPSS (Statistic Product and Service Solutions) versi 22. Adapun persamaan model regresi berganda dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Pengawasan Keuangan Daerah X1 = Partisipasi Masyarakat X2 = Transparansi Kebijakan Publik a = Konstanta

b = Parameter Regresi e = Error Term

PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis menyatakan bahwa faktor-faktor partisipasi masyarakat (X1) dan transparansi kebijakan publik (X2) berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh. Model yang digunakan untuk menduga pengaruh tersebut adalah:

Tabel 4.1

Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) ,519 ,517 1,004 ,318 Partisipasi Masyarakat (X1) ,437 ,169 ,336 2,577 ,012 Transparansi Kebijakan Publik (X2) ,411 ,175 ,306 2,346 ,022

a. Dependent Variable: Pengawasan Keuangan Daerah (Y)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut,

Y = 0,519 + 0,437X1 + 0,411X2

Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut:

1. Koefesien Regresi (β )

a. Dalam penelitian nilai konstanta adalah 0,519 artinya bila mana partisipasi masyarakat (X1) dan transparansi kebijakan publik (X2), dianggap konstan, maka pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh, adalah sebesar 0,519 pada satuan skala likert b. Koefisien regresi partisipasi masyarakat (X1)

sebesar 0,437. Artinya setiap 100% perubahan dalam variabel partisipasi masyarakat akan meningkatkan pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh sebesar 43,7% dengan asumsi variabel transparansi kebijakan publik (X2) dianggap konstan.

c. Koefisien regresi transparansi kebijakan publik (X2) sebesar 0,411. Artinya setiap 100% perubahan dalam variabel transparansi kebijakan publik secara relatif akan

(7)

meningkatkan pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh sebesar 41,1% dengan asumsi variabel Partisipasi masyarakat (X1) dianggap konstan

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa dari ke dua variabel yang diteliti ternyata variabel partisipasi masyarakat mempunyai pengaruh dominan dalam meningkatkan Pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh, karena diperoleh koefisien regresi sebesar 3,7% Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar kenaikan suatu linier dapat dijelaskan melalui hubungan antara veriabel-variabel (korelasi). Jika seluruh nilai dari variabel-variabel tersebut dapat memenuhi suatu persamaan dengan benar, maka dapat dikatakan terdapat korelasi yang sempurna dalam model analisis ini. Dari output SPSS dapat diketahui tingkat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat antara lain:

Tabel 4.2 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,592a ,350 ,333 ,76261

a. Predictors: (Constant), Transparansi Kebijakan Publik (X2), Partisipasi Masyarakat ( X1 )

b. Dependent Variable: Pengawasan Keuangan Daerah ( Y ) Berdasarkan dari tabel 4.8 di atas maka diperoleh koefisien korelasi dalam penelitian diperoleh nilai sebesar 0,592 dimana dengan nilai tersebut terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah sebesar 59,2%. Artinya faktor partisipasi masyarakat (X1) dn transparansi kebijakan publik (X2) mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh.

Sementara itu koefisien determinasi yang diperoleh dengan nilai sebesar 0,333 artinya bahwa

sebesar 33,3% perubahan-perubahan dalam variabel terikat (pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh.) dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan partisipasi masyarakat (X1) dan transparansi kebijakan publik (X2). Sedangkan selebihnya sebesar 66,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain.

Pengujian Hipotesis

Untuk menguji pengaruh partisipasi masyarakat, transparansi kebijakan publik dan sistem akuntansi keuangan daerah secara bersama maupun secara parsial terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh.

H1 ; β1 = 0,437, β2 = 0,411, maka ß1 ≠ 0, ß2 ≠ 0, , : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh

H2 : H1 : β1 = 0,437, β1 ≠ 0, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya partisipasi masyarakat secara parsial berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh

H3 : H2 : β2 = 0,411, β2 ≠ 0, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nul (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya transparansi kebijakan publik secara parsial berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh

(8)

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi untuk Partisipasi masyarakat adalah sebesar 0,437 yang berarti partisipasi masyarakat mempengaruhi pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh. Hasil analisis menunjukkan nilai β1 sebesar 0,437 dengan hasil perhitungan β1 ≠ 0, dapat disimpulkan partisipasi masyarakat secara parsial berpengaruh terhadap terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh. Hal ini sejalan dengan penelitian dari sebelumnya yaitu penelitian dari Nurul (2018) dan penelitian dari Hartanto (2018) karena variabel yang diteliti yaitu partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap terhadap pengawasan keuangan daerah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi untuk transparansi kebijakan publik adalah sebesar 0,411 yang berarti transparansi kebijakan publik mempengaruhi pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh. Hasil analisis menunjukkan nilai β2 sebesar 0,411 dengan hasil perhitungan β2 ≠ 0, dapat disimpulkan transparansi kebijakan publik secara parsial berpengaruh terhadap terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh. Hal ini sesuai dengan penelitian dari sebelumnya yaitu penelitian dari Nurul (2018) dan penelitian dari Hartanto (2018) serta penelitian dari Meihendri (2017) karena variabel yang diteliti (teknologi informasi akuntansi) sama-sama berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah.

Pengujian secara bersama-sama dalam penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik bersama terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari Nurul (2018) dan penelitian dari Hartanto (2018) karena variabel yang diteliti sama-sama berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah yaitu partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik.

Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,592 atau 59,2% menunjukkan bahwa korelasi antara variabel dependen dan variabel independen memiliki hubungan yang sangat kuat. Dilihat dari hasil koefisien korelasi dalam penelitian diperoleh nilai sebesar 0,592 dimana dengan nilai tersebut terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah sebesar 59,2%. Artinya faktor partisipasi masyarakat (X1) dan transparansi kebijakan publik (X2) mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap pengawasan keuangan daerah pada Kantor DPR Aceh.

Sementara itu koefisien determinasi yang diperoleh dengan nilai sebesar 0,333 artinya bahwa sebesar 33,3% perubahan dalam variabel pengawasan keuangan daerah dapat dijelaskan oleh perubahan partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik. Sedangkan selebihnya sebesar 66,7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar dua variabel seperti dijelaskan di atas seperti sistem informasi akuntansi, kemampuan kerja dan pengalaman kerja, pengendalian internal.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian, pengolahan, dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

(9)

1. Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah sebesar 0,437 atau 43,7 % pada Kantor DPR Aceh.

2. Transparansi kebijakan publik berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah sebesar 0,411 atau 41,1% pada Kantor DPR Aceh. 3. Partisipasi masyarakat dan transparansi

kebijakan publik secara simultan berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah sebesar 0,592 atau 59,2% pada Kantor DPR Aceh.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Diharapkan DPR Aceh dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan membuat laporan keuangan yang jelas dan transparan. 2. Diharapkan agar meningkatkan kemampuan

DPR Aceh dengan mengadakan pelatihan minimal 2 kali dalam setahun

3. Untuk penelitian selanjutnya agar mengukur variabel lainnya seperti sistem informasi akuntansi, kemampuan kerja dan pengalaman kerja serta pengendalian internal.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi (2014) Manajemen Penelitian. Cetakan keenam.Jakarta : PT.Rineka Cipta. Deddy dan Riyadi. (2015). Perencanaan

Pembangunan Derah. Jakarta: SUN

Fahmi, Irham. (2014). Analisa Kinerja Keuangan. Bandung : Alfabeta.

Handayani, Suci. (2014). Perlibatan Masyarakat

Marginal Dalam Perencanaan dan

Penganggaran Partisipasi (Cetakan Pertama).

Surakarta: Kompip Solo

Hartanto, T. (2018) Pengaruh Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara

Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah. Artikel

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Mardiasmo. (2014). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Mardiasmo. (2016). Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2016. Yogyakarta:Penerbit. Andi.

Meihendri (2017) Pengaruh Akuntabilitas Publik, Transparansi Kebijakan Publik, Dan Komitmen Organisasi Terhadap Hubungan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah (DPRD) (Studi Empiris Pada DPRD Provinsi Sumatera Barat). Artikel Jurusan Akuntansi,

Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

Murhaini, Suriansyah (2014) Manajemen Pengawasan Pemerintah, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Nurul, F. (2013) Pengaruh Pengetahuan Anggaran, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Fungsi Dewan dalam Pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada DPRD Kota Sorong. Jurnal Accountability Vol. 2 No. 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Sudiarta, dkk. (2014). Analisis Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah dengan Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik sebagai Variabel Pemoderating. Jurnal Akuntansi, Vol 2, No 1. Universitas Pendidikan Ganesha.

Supomo dan Indriantoro, Nur (2012). Metodologi

Penelitian Untuk Akuntansi dan Manajemen.

Yogyakarta: BPFE. Yogyakarta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta

Undang Undang nomor 1 Tahun 2004, dan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Membuat modifikasi motor bensin (genset) sehingga dapat digunakan untuk bahan bakar biogas. Menguji genset berbahan bakar biogas untuk menghasilkan listrik sampai beban

(Study kasus antara Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia). Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas

dan (5) terdapat perbedaan laba ditinjau dari jenis bus dan biaya administrasi umum yang ditunjukkan oleh F hit = 6,328 dan nilai probabilitas 0,031. Kata kunci:

Sin δ - Sin φ. Tetapi perhitungan rumus tersebut tidak dapat langsung dilakukan karena data hasil pengukuran yang diperoleh adalah tinggi dan azimuth ke tepi

BPR Cita Dewi Surakarta adalah hendaknya menambah jangkauan daerah pemasaran untuk diperluas lagi agar dapat menambah nasabah yang lebih banyak, untuk media

Berdasarkan beberapa analisis tersebut menunjukkan bahwa kelompok usaha merupakan kelembagaan usaha yang paling baik untuk pengembangan agroindustri tahu skala

Hasil analisis rasio konsentrasi individu PAH di atas menunjukkan bahwa PAH yang terdapat dalam sedimen di perairan Pakis Jaya ini berasal dari berbagai sumber yakni

Palestine : On 21 June 1989, the Swiss Federal Department of Foreign Affairs received a letter from the Permanent Observer of Palestine to the United Nations Office at Geneva