• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS) DAN KAPASITAS VITAL PARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS) DAN KAPASITAS VITAL PARU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PELATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT

TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO

2

MAKS)

DAN KAPASITAS VITAL PARU

Ni Luh Sukerti, I Nyoman Kanca, I Nyoman Sudarmada

Jurusan Ilmu Keolahragaan

Fakultas Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pedidikan Ganesha

I.luhsukerti@yahoo.com

. nyoman.kanca@undiksha.ac.id

inyomansudarmada@yahoo.co.id

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan continuous circuit terhadap VO2

maks dan kapasitas vital paru. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan the

non-rendomized control group pretest posttest design. Subjek penelitian adalah siswa peserta ekstrakurikuler woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 39 orang. VO2 maks diukur

dengan tes MFT dan kapasitas vital paru diukur dengan tes spirometer, selanjutnya data dianalisis dengan uji-t independent pada taraf signifikansi 95% lebih kecil (α) 0,05 dengan bantuan program SPSS 16.0.

Berdasarkan hasil uji-t independent didapatkan hasil: (1) variabel VO2 maks dengan nilai

signifikansi 0,000. (2) variabel kapasitas vital paru dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α, dengan demikian hipotesis penelitian “pelatihan continuous circuit berpengaruh terhadap VO2 maks dan kapasitas vital paru” diterima.

Dapat disimpulkan bahwa; (1) pelatihan continuous circuit berpengaruh signifikan terhadap VO2

maks siswa peserta ekstrakurikuler woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. (2) pelatihan continuous circuit berpengaruh signifikan terhadap kapasitas vital paru siswa peserta ekstrakurikuler woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016.

Abstract

This research to know the effect of continuous circuit training to the VO2 max and vital capasity. The research is a quasi-experimental design with the non-rendomized control group pretest posttest design. Subjects is students in extracurricular woodball participant SMP Negeri 3 Singaraja school year 2015/2016 are 39 people. VO2 max is measured by a test MFT and vital capasity is measured by spirometer, then analyzed by independent t-test at 95% significance level smaller (α) of 0.05 with SPSS 16.0.

Based on the independent t-test results showed: (1) variable VO2 max with significant value 0.000. (2) variable vital capasity with a significance value of 0.000. The significance value calculated smaller than the value of α, so the hypothesis research " continuous circuit training affect the VO2 max and vital capasity" acceptable.

Can be concluded that; (1) contin uous circuit training affects the VO2 max of student participants extracurricular woodball SMP Negeri 3 Singaraja school year 2015/2016. (2) continuous circuit training effect on vital capasity extracurricular woodball student participants SMP Negeri 3 Singaraja school year 2015/2016. Suggested for sports people to use other variable and sample.

(2)

2 PENDAHULUAN

“Kegiatan olahraga merupakan salah satu sarana yang ampuh untuk memberikan bentuk yang positif kepada para remaja. Misalnya seperti kedisiplinan, kerjasama, tanggungjawab, tekad, ulet, cermat, percaya diri dan sebagainya” (Hadisasmita dan Syarifuddin, 1996:9). Melihat tujuan dari melakukan kegiatan olahraga, pada masa sekarang ini sudah banyak berbagai cabang olahraga yang bermunculan yang menjadi kegemaran dikalangan masyarakat seperti salah satunya adalah olahraga

woodball. Kegiatan ekstrakurikuler woodball

yang diselenggarakan di SMPN 3 Singaraja sejak tahun 2013 telah mengikuti berbagai kejuaraan yang diadakan di Bali yaitu, di Kabupeten Buleleng, Tabanan, Jembrana dan Kota Denpasar. Subjek penelitian adalah siswa peserta ekstrakurikuler

woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun

2016. Dipilihnya siswa peserta ekstrakurikuler woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun 2016 karena pemain

woodball di sekolah ini masih belum bisa

menunjukan prestasi yang bagus ditingkat daerah. Terbukti dari jarangnya tim

woodball SMP Negeri 3 Singaraja ikut serta

dalam kejuaraan porsenijar tahun 2013 di Kabupaten Buleleng. Hal ini dikarenakan latihan yang diberikan oleh pelatih bersifat monotun sehingga peserta ekstrakulikuler kurang antusias dalam mengikuti latihan. Adapun karakteristik dari permainan

woodball yaitu dalam permainannya

menggunakan beban berupa mallet, bola dari kayu, 12 lintasa atau fairway dan permainannya seharian penuh. Saat bermain yang dibutuhkan yaitu ketepatan dalam memesukan bola ke gate, ketika fungsi daya tahan tubuh atau kardiorespirasi menurun maka akan dapat mempengaruhi permainan selanjutnya. Dengan demikian Salah satu pelatihan yang dapat meningkatkan fungsi kardiorespirasi yaitu dengan menerapkan pelatihan sirkuit (circuit training).

Hadisasmita dan Syarifuddin (1996:60) menyatakan,

Circuit training adalah metode

pelatihan dengan berbagai jenis beban kerja yang dilakukan secara simultan dan terus menerus dan diselingi dengan istirahat pada pergantian jenis beban kerja tersebut.

Circuit training merupakan suatu

sistem pelatihan yang selain menghasilkan perubahan-perubahan positif pada kemampuan motorik juga memperbaiki secara serempak

kebugaran jasmani dari

tubuh,kekuatan otot, daya tahan, kecepatan dan fleksibilitas.

Hezeldine (1985:18), “Menurut cara pelaksanaanya, ada beberapa metode

circuit training, yaitu fitness circuits yang

terdiri dari general fitness circuit,

competitive circuit, dan continuous circuit.”

Pelatihan continuous circuit dapat dipilih sebagai metode pelatihan untuk meningkatkan VO2 maks dan kapasitas vital paru karena pelatihan ini mempunyai

beberapa beban kerja yang harus dilakukan secara keseluruhan dan berlanjut dalam proses pelatihan dan jenis beban kerja setiap pos, dalam pelatihan continuous

circuit terpusat pada daya tahan jantung

paru.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. Apakah pelatihan continuous circuit

berpengaruh terhadap VO2 maks pada siswa peserta ekstrakurikuler woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun 2016?. Apakah pelatihan continuous circuit

berpengaruh terhadap kapasitas vital paru pada siswa peserta ekstrakurikuler

woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun

2016?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan continuous circuit terhadap VO2 maks pada siswa peserta ekstrakurikuler

woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun

(3)

3 pelatihan continuous circuit terhadap

kapasitas vital paru pada siswa peserta

ekstrakurikuler woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun 2016.

.

METODE PENELITIAN

Gambar 1. The modification non-randomized control group pretest posttest design.

(Sumber: Kanca, 2006:81).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi-kompromi apa yang ada pada

internal validity dan external validity

rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan tersebut (Kanca, 2010:66). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ”The

non-Rendomized control group pretest posttest design”(Kanca, 2010:94). Subjek dalam

penelitian ini sejumlah 39 orang. Diberikan test awal (pretest) terlebih dahulu untuk

mengetahui kemampuan awal.

Berdasarkan hasil test awal yang di peroleh 2 kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan metode OP (ordinal pairing) yang bertujuan unntuk menjaga homogennya atau kesamaan antara kelompok kontrol dan perlakuan. Kelomok perlakuan (I) diberikan perlakuan

continuous circuit dengan jumlah subjek 20

orang dan kelompok kontrol (II) diberikan melakuan aktivitas olahraga woodball

dengan jumlah subjek 19 orang.

Pelatihan dberikan selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu yang dilaksanakan Penelitian ini dibagi menjadi beberapa kegiatan diantaranya pre-test yang

dilaksanakan pada hari Selasa, 12 April 2016 pukul 15.30-17.30 Wita yang bertempat di lapangan Tansa Trisna SPN Singaraja, selanjutnya dilaksanakan pelatihan dengan intensitas pelatihan yaitu 70% DNO pada hari Sabtu 16 April 2016, Selasa 19 April 2016, Kamis 21 April 2016 pada pukul 15.30-17.30 Wita yang bertempat di Lapangan Upacara Bendera SMP N 3 Singaraja.

Hari Sabtu, 23 April 2016, Selasa 26 April 2016, dan Kamis 28 April 2016 dilaksanakan pelatihan dengan intensitas pelatihan 75% DNO pada pukul 15.30-17.30 Wita bertempat di Lapangan Tansa Trisna SPN Singaraja. Pada pelatihan berikutnya yaitu pada hari Sabtu, 30 April 2016, Selasa 3 Mei 2016, dan Kamis 5 Mei 2016 pada pukul 15.30-17.30 Wita bertempat di Lapangan Tansa Trisna SPN Singaraja dengan intensitas pelatihan 80% DNO.

Pada hari Sabtu 7 Mei 2016, Selasa 10 Mei 2016, Kamis 16 Mei 2016 pada pukul 15.30-17.30 Wita bertempat di Lapangan Tansa Trisna SPN Singaraja dengan intensitas pelatihan 75% DNO. Selanjunya dilaksanakan kegiatan post-test pada hari Sabtu, 14 Mei 2016 pada pukul 15.30-17.30 Wita yang bertempat di Lapangan Tansa Trisna SPN Singaraja

. Setelah subjek diberikan pelatihan selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan pertemuan ketiga kelompok diberikan test akhir (posttest). Kemudian hasil test awal (pretest) dan test akhir (postestt) dari kedua

S T1 OP K1 K2 T2 T2 X 0

(4)

4 kelompok di kurangkan sehingga mentukan

selisih (gaint score) dari test awal dan test akhir.

Pelatihan diberikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar pelatihan yang mengacu pada the step type

approach system atau sistem tangga,

dimana ada unloading fase yang bertujuan memberi kesempatan kepada organ-organ tubuh untuk melakukan regenerasi. Serta memperhatikan sistematika pelatihan dengan komponen-komponen pelatihan, dengan lama pelatihan 4 minggu dengan fekuensi 3 kali per minggu, dengan intensias 70%-80% dari denyut nadi optimal.

Adapun instumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah MFT dengan validitas 0,77 face validity dan reliabilitas 0,98 ( Luc Leger dalam Muchsin Doewes & M.Furqon 1999:1), tes spirometer dengan validitas. Suatu pengukuran dapat dikatakan valid bila alat pengukuran atau test benar-benar tepat untuk mengukur apa

yang hendak diukur. Nurhasan (2000:30) mengatakan ”reliabilitas adalah sesuatu yang menggambarkan derajat keajegan atau stabilitas hasil pengukuran”. Suatu alat pengukuran atau test dikatakan reliabel jika alat tersebut menghasilkan sekor yang stabil meskipun dilaksanakan beberapa kali. Petugas yang mencatat adalah mahasiswa yang telah lulus dalam mata kuliah tes pengukuran.

Sebelum melakukan analisis data beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji normalitas dan uji homogenitas data. Uji normalias data dimaksudkan untuk memperlihatkkan bahwa data subjek berdistribusi normal. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk memperlihattkan bahwa dua atau lebih kelompok data subjek memiliki variasi yang sama. Untuk pengujian hipotesis pengaruh pelatihan

continuous circuit terhadap VO2 maks dan

kapasitas vital paru mengunakan uji t

independent dengan mengunakan bantuan

SPSS 16.0 pada taraf signifikansi 0.05. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Variabel VO2 maks

Data hasil penelitian VO2 maks terdiri dari data pre-test dan post-test. Data pre-test diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum sampel penelitian diberikan perlakuan, sedangkan data post-test

diambil pada akhir kegiatan penelitian yakni setelah sampel penelitian diberikan perlakuan selama 12 kali pelatihan. Deskripsi data hasil pre-test VO2 maks kelompok perlakuan yaitu diperoleh nilai rata-rata VO2 maks 29,24 dengan nilai tertinggi 36,80, nilai terendah 24,60, dan standar devisiasi 2,49. Sedangkan data hasil post test VO2 maks pada kelompok perlakuan diperoleh nilai rata-rata 33,74 dengan nilai tertingi 40,50 nilai terendah 26,80 dan stándar devisiasi 2,68.

Sementara deskripsi data hasil penelitian VO2 maks pada kelompok kontrol diambil dari data pre-test dan post-test sampel penelitian. Deskripsi data hasil

pre-tes VO2 maks pada kelompok kontrol yaitu

diperoleh nilai rata-rata 28,06 dengan nilai tertinggi 31,00, nilai terendah 24,60 dan standar devisiasi 1,64. Sedangkan data

post-test VO2 maks pada kelompok kontrol

diperoleh nilai rata-rata 29,10 dengan nilai tertinggi 31,80, nilai terendah 26,40 dan standar devisiasi 1,71. Dari data pre-test dan post-test tersebut diperoleh data beda (gain score) yang merupakan selisih dari hasil pengurangan data post-test dan

pre-test. Selanjutnya data post-test dianalisis

dengan uji t-independent dengan bantuan program SPSS 16,0 untuk hasil uji hipotesis penelitian. Secara garis besar data-data tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

(5)

5 Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian VO2 maks

Variabel data Pre-test Post-test Perla kuan Kontrol Perlakua n Kontrol Jumlah Sampel 20 19 20 19 Rata-rata 29.24 28.06 33.75 29.09 Median 28.90 27.60 33.60 29.10 Modus 27.20 29.10 33.60 27.60a Nilai Tertinggi 36.80 31.00 40.50 31.80 Nilai Terendah 24.60 24.60 26.80 26.40 Standar Deviasi 2.49 1.64 2.68 1.71 Varian 6.20 2.68 7.19 2.94 Rentangan 12.20 6.40 13.70 5.40

(6)

6 Gambar 3. Diagram Histogram Data Posttest VO2 maks Kelompok Kontrol

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Variabel Kapasitas Vital Paru

Deskripsi data hasil penelitian Kapasitas Vital Paru terdiri dari data hasil

pre-test dan hasil post-test. Data pre-test

diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum sampel penelitian diberikan perlakuan pelatihan sedangkan data

post-test diambil pada akhir kegiatan. Deskripsi

data hasil pre-test kapasitas vital paru pada kelompok perlakuan pelatihan continuous

circuit yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar

2,87 median sebesar 2,83, modus sebesar 2,84, rentangan sebesar 2,37, nilai tertinggi sebesar 3,91, nilai terendah sebesar 1,54, standar deviasi sebesar 0,69 dan varian sebesar 0,48. Sedangkan data hasil

post-test kapasitas vital paru pada kelompok

perlakuan pelatihan continuous circuit

diperoleh nilai rata-rata sebesar 4,76, dengan median sebesar 4,78, modus sebesar 4,60, rentangan sebesar 3,41, nilai

tertinggi sebesar 6,80, nilai terendah sebesar 3,39, standar deviasi sebesar 0,74 dan varian sebesar 0,55. Sementara deskripsi data hasil penelitian kapasitas vital paru pada kelompok kontrol diambil dari data pre-test dan post-test sampel penelitian. Deskripsi data hasil pre-tes kapasitas vital paru pada kelompok kontrol yaitu diperoleh nilai rata-rata 2,93 dengan nilai tertinggi 4,48, nilai terendah 1,58 dan standar devisiasi 0,77. Sedangkan data

post-test kapasitas vital paru pada

kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 3,22 dengan nilai tertinggi 4,76, nilai terendah 1,90 dan standar devisiasi 0,84.

Selanjutnya data posttest dianalisis dengan uji t-independent dengan bantuan program SPSS 16,0 untuk hasil uji hipotesis penelitian. Secara garis besar data hasil penelitian untuk variabel kapasitas vital paru dapat dilihat pada tabel 3.

(7)

7 Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kapasitas Vital Paru.

Variabel data

Pre-test Post-test

Perlak uan

Kontrol Perlakuan Kontrol

Jumlah Sampel 20 19 20 19 Rata-rata 2,87 2,93 4,76 3,23 Median 2,83 2,80 4,78 3,01 Modus 2,84 3,70 4,60 1.90 Nilai Tertinggi 3,91 4,48 6,80 4,76 Nilai Terendah 1,54 1,54 3,39 1,90 Standar Deviasi 0,69 0,77 0,74 0,84 Varian 0,48 0,59 0,55 0,70 Rentangan 2,37 2,90 3,41 2,86

(8)

8 Gambar 5. Diagram Histogram Data Pretest Kapasitas Vital Paru Kelompok Kontrol

C. Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan pada

posttest dataVO2 maks dan kapasitas vital

paru. Dari hasil uji normalitas dengan instrumen uji Lilliofors Kolmogorov-Smirnov

dengan bantuan program komputer SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0,05 diperoleh nilai signifikansi hitung untuk semua data yang diuji lebih besar dari α (Sig > 0,05), dengan demikian semua data berdistribusi normal.

Rangkuman hasil uji normalitas data untuk kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data Dengan Instrumen Uji Lilliofors Kolmogorov-Smirnov Program SPSS 16,0.

Sumber Data Kolmogorov-Smirnov

Statistik Df Sig. Keteranga

n VO2 Maks 1. Perlakuan 2. Kontrol 0,17 0,16 20 19 0,13 0,20 Normal Normal Kapasitas Vital Paru

1 Perlakuan 2 Kontrol 0,17 0,13 20 19 0,15 0,20 Normal Normal

(9)

9 D. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilakukan terhadap data posttest VO2 maks dan kapasitas vital paru menggunakan instrumen uji Lavene dengan bantuan program komputer SPSS 16,0 pada taraf

signifikansi (α) 0,05. Dari hasil uji didapatkan nilai signifikansi hitung untuk kedua data tersebut lebih besar daripada α (Sig > 0,05), dengan demikian data yang diuji berasal dari data dengan variansi homogen.

Tabel 4. Data Hasil Uji Homogenitas Menggunakan Instrumen Uji Lavene Dengan Bantuan Program SPSS 16,0.

Sumber data Nilai uji df 1 df 2 Sig Ket

VO2 maks

Kapasitas Vital Paru

0,45 1,19 1 1 37 37 0,51 0,28 Homogen Homogen

D. Pengujian Hipotesis Penelitian 1. Pelatihan Continuous Circuit

Berpengaruh Terhadap Peningkatan VO2 Maks

Hipotesis pelatihan continuous circuit berpengaruh terhadap peningkatan

VO2 maks diuji dengan uji-t independen

dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Hipotesis penelitian diterima apabila nilai uji-t independen memiliki signifikansi lebih kecil dari α (Sig < 0,05). Sedangkan apabila nilai signifikansi hitung lebih besar dari α (Sig > 0,05), hipotesis penelitian ditolak.

Tabel 5. Hasil Uji-t Independen Data VO2 maks

Sumber data thitung Df Sig

VO2 maks 6,423 37 0,000

Dari tabel 4.5 dapat dilihat nilai signifikansi hitung (0,000) lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis penelitian “pelatihan continuous circuit berpengaruh terhadap peningkatan VO2 maks“ diterima.

2. Pelatihan Continuous Circuit

Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kapasitas Vital Paru

Hipotesis pelatihan continuous circuit berpengaruh terhadap peningkatan

kapasittas vital paru diuji dengan uji-t

independen dengan bantuan program

SPSS 16,0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Hipotesis penelitian diterima apabila nilai uji memiliki signifikansi lebih kecil dari α (Sig < 0,05). Sedangkan apabila nilai signifikansi hitung lebih besar dari α (Sig > 0,05), hipotesis penelitian ditolak.

Tabel 6. Hasil Uji-t Independen Data Kapasitas Vital Paru.

Sumber data thitung Df Sig

Kapasitas Vital Paru 6,027 37 0,000

Dari tabel 4.6 dapat dilihat nilai signifikansi hitung (0,000) lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), sehingga hipotesis penelitian “pelatihan continuous circuit berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas vital paru“ diterima.

E. Pembahasan

1. Pelatihan Continuous Circuit

Berpengaruh Terhadap

Peningkatan VO2 maks

Berdasarkan hasil uji-t independen untuk variabel VO2 maks, antara gain score

(10)

10 kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

didapatkan nilai thitung = 5,19 dengan nilai signifikansi = 0,000 pada taraf signifikansi 0,05. Nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig < 0,05), dengan demikian hipotesis penelitian “pelatihan continuous

circuit berpengaruh terhadap peningkatan

VO2 maks“ diterima.

Secara teoritik hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: VO2 maks

adalah kemampuan tubuh untuk

mengkonsumsi oksigen secara optimal dalam ukuran selang waktu tertentu, biasanya dalam satuan menit. “Ukuran VO2 maks menunjukkan perbedaan terbesar antara oksigen yang dihisap masuk ke dalam paru dan oksigen yang dihembuskan ke luar paru” (Hairy, 1989: 186). Peningkatan volume oksigen maksimal sangat dipengaruhi oleh peningkatan sistem kardiorespirasi serta kemampuan otot dalam menggunakan oksigen yang dibawa dalam darah. Peningkatan ukuran jantung serta dataran difusi paru yang diakibatkan oleh latihan dalam meningkatkan volume oksigen maksimal. Selain itu hypertrophy pada otot yang disertai dengan peningkatan jumlah dan

ukuran mitokondria juga akan

meningkatkan jumlah volume oksigen maksimal.

Hairy, Junusul (1989:188) menjelaskan bahwa:

Faktor-faktor yang menentukan VO2 Maks (Volume Oksigen Maksimal) adalah jantung, paru dan pembuluh darah harus berfungsi dengan baik, fungsi jantung, volumen darah, jumlah sel-sel darah merah dan konsentrasi hemoglobin harus normal serta pembuluh darah mampu menggalihkan darah dari jaringan yang tidak aktif menuju jaringan yang aktif dan jaringan-jaringan terutama otot harus mempunyai kapasitas yang normal untuk mempergunakan oksigen yang disampaikan kepadanya atau memiliki metabolisme yang normal dan fungsi mitokondria normal. mengubah posisi tubuh atau arah gerakan tubuh dengan cepat.

Suatu pelatihan secara umum akan memberikan suatu efek terhadap peningkatan volume darah dan isi hemoglobin untuk membawa oksigen, lebih banyak sel-sel darah merah untuk membawa hemoglobin, lebih banyak plasma darah untuk membawa sel darah merah dan tentu saja lebih banyak darah dalam volumen total. Akibat dari suatu pelatihan akan mengakibatkan otot jantung bertambah kuat dan lebih berdaya guna. Peningkatan dari bertambah kuatnya otot jantung ini akan berakibat terhadap jumlah darah yang dapat dipompakan oleh jantung dalam setiap denyutnya akan bertambah banyak. “Dengan melakukan suatu pelatihan juga akan menyebabkan terjadinya pembesaran dalam hal ukuran pembuluh darah “(Hairy, 1989 : 179). Dengan bertambah besarnya ukuran dari pembuluh darah ini akan menyebabkan darah yang dapat dialirkan melalui pembuluh darah ini juga akan bertambah banyak. Peningkatan fungsi dari VO2 maks tersebut akan mengakibatkan darah yang dialirkan ke seluruh tubuh akan menjadi lebih banyak demikian juga dengan oksigen yang dibawa oleh darah dengan bertambahnya jumlah hemoglobin juga akan bertambah banyak.

Pelatihan continuous circuit

merupakan salah satu jenis pelatihan circuit yang mempunyai beberapa beban kerja yang harus dilakukan secara keseluruhan atau berlanjut dalam proses pelatihan. Dalam proses pelatihan continuous circuit setiap atlet harus melakukan atau melewati semua beban kerja yang telah ditentukan dengan waktu yang secepat-cepatnya. “Pelatihan continuous circuit mempunyai 10 pos atau beban kerja yang harus dilewati atlet dalam satu repetisinya” (Hazeldine, 1985:25). Setelah melewati semua beban kerja maka atlet diperkenankan untuk istirahat sesuai dengan waktu istirahat yang ditentukan sebelumnya.

Adapun beban kerja dalam

pelatihan continuous circuit juga meningkatkan efisiensi kerja jantung paru yang lebih baik. Jika dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif)

(11)

11 dalam jangka waktu (durasi) yang lama,

dengan pembebanan pelatihan yang meningkat secara progresif dan individu, beban kerja dan durasi yang berat, memiliki pengaruh yang positif dalam meningkatkan VO2 maks.

2. Pelatihan Continuous Circuit Berpengaruh Terhadap Peningkatan kapasitas vital paru

Berdasarkan hasil uji-t independen untuk variabel kapasitas vital paru antara

posttest kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol didapatkan nilai thitung = 6,027, dengan nilai signifikansi = 0,000 pada taraf signifikansi 0,05. Nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai α (Sig< 0,05), dengan demikian hipotesis penelitian “pelatihan

continuous circuit berpengaruh terhadap

peningkatan kapasitas vital paru“ diterima. Secara teoritik hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, paru merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat untuk mengukur udara yang masuk dan keluar tubuh, dalam mekanisme ventilasi paru udara dapat masuk dan keluar paru. Saat dilakukannya pelatihan terjadi perubahan tekanan dalam paru yang disebabkan oleh kemampuan paru mengembang (inspirasi) dan mengempis (ekspirasi), didalam rongga dada terdapat otot pada rangka, dimana otot rangka juga mengalami pembesaran pada mitokondria sehingga diameter otot bertambah, terjadi peninggian rangka iga, terjadi pembesaran pada rongga dada yang mengakibatkan oksigen dapat ditampung lebih banyak, saat inspirasi dan ekspirasi. Semakin sering dilatih maka otot-otot tersebut akan semakin kuat dan mampu meningkatkan volume dan kapasitas paru, terutama untuk meningkatkan kapasitas vital paru. “Beberapa penelitian membuktikan bahwa kapasitas vital paru orang yang terlatih lebih besar daripada orang yang tidak terlatih, hal ini dapat dihubungkan dengan kenyataan bahwa latihan dapat menyebabkan peningkatan fungsi pulmoner”.

Dalam penelitian ini menggunakan prinsip-prinsip latihan, salah satu prinsip yang digunakan ialah prinsip beban

berlebih. Prinsip beban berlebih diterapkan pada frekuensi, intensitas dan durasi latihan. Dengan menerapkan prinsip beban berlebih pada kapasitas vital paru mendapatkan pembebanan melebihi beban yang biasanya diterima dalam aktifitas

kehidupan sehari-hari. Untuk

memaksimalkan prinsip beban berlebih, sistematika pelatihan diterapakan dengan benar sehingga terjadi peningkatan pada kapasits vital paru secara maksimal. Intensitas pelatihan yang diberikan antara 70% - 80% DNO. Sesuai dengan teori subjek penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler woodball bukan atlet yang memiliki umur berkisar 13-15 tahun dengan frekuensi pelatihan yang digunakan adalah 3 kali seminggu yaitu Sabtu,Selasa, Kamis. Lamanya pelatihan adalah selama 4 minggu atau 12 kali pelatihan. Adapun set dan repetisi yang diberikan pada pelatihan ini minggu pertama adalah 2 repetisi dan 4 set dengan intensitas 70% DNO, minggu kedua 3 repetisi 4 set dengan 75% DNO, minggu ketiga 4 repetisi dan 4 set dengan intensitas 80% DNO, minggu keempat 3 repetisi dan 4 set dengan 75% DNO. Pelatihan continuous circuit diberikan pada subjek yang memiliki kapasitas vital paru yang rendah karena, selama mengikuti pelatihan dimana beban kerja yang diberikan pada paru-paru berupa gerakan lompat, lari, loncat dan jalan jongkok akan menyebabkan paru-paru beradaptasi terhadap beban kerja tersebut sehingga, sistem kerja kapasitas vital paru akan meningkat dan terjadi perubahan secara anatomis dan fisiologis. adanya perubahan tekanan dalam paru yang disebabkan oleh kemampuan paru mengembang (inspirasi) dan mengempis (ekspirasi), ini akan dapat melatih pergerakan didalam tulang rusuk, Didalam rongga dada terdapat otot pada rangka, dimana otot rangka juga mengalami pembesaran pada mitokondria akibat suatu pelatihan sehingga diameter otot bertambah, terjadi peninggian rangka iga, terjadi pembesaran pada rongga dada dengan demikian oksigen dapat ditampung lebih banyak.

Hasil penelitian ini terbatas pada pengaruh pelatihan continuous circuit

(12)

12 terhadap VO2 maks dan kapasitas vital

paru, sampel penelitian dalam hal ini siswa peserta ekstrakurikuler woodball SMP N 3 Singaraja Tahun 2016. Walaupun penelitian ini sudah mampu menjawab hipótesis, tetapi masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Selain itu kendala yang di hadapi dalam penelitian ini adalah waktu mulai pelatihan mengalami keterlambatan karena kendala transportasi dari peserta sampel yang belum memadai, keadaan cuaca yang berubah-ubah sehingga memerlukan antisipasi tempat pelatihan dan penentuan sampel penelitian memerlukan waktu lama karena banyak siswa yang hadir.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pelatihan continuous circuit berpengaruh signifikan terhadap peningkatan VO2 maks pada siswa peserta ekstrakurikuler

Woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun

2016. Pelatihan continuous circuit

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kapasitas vital paru siswa peserta ekstrakurikuler Woodball SMP Negeri 3 Singaraja tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian ini, hal-hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut: Bagi pembina olahraga, pelatih olahraga, guru penjasorkes dan atlet serta pelaku olahraga lainya disarankan dapat menggunakan pelatihan continuous circuit sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkanVO2 maks dan kapasitas vital paru. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan untuk penggunakan variabel dan sampel penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Hadisasmita dan Syarifuddin.1996. Ilmu

Kepelatihan Dasar. Jakarta:

Departemen dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Hadisasmita dan Syarifuddin.1996. Ilmu

Kepelatihan Dasar. Jakarta:

Departemen dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Hazeldine, Rex. 1985. Fitness For Sport. Portsmounth: The Crowood Press. Kanca, I Nyoman. 2006. Buku Ajar

Metodologi Penelitian

Keolahragaan. (tidak diterbitkan).

Singaraja: Jurusan Ilmu

Keolahragaan FPIK UNDIKSHA. Muchsin Doewes dan M. Furqon. 1999. Tes

Kesegaran Jasmani Dengan Lari

Multitahap. Surakarta:

Gambar

Gambar 1.  The modification non-randomized control group pretest posttest design.
Gambar 2. Diagram Histogram Data Posttest VO 2  Maks  Kelompok Perlakuan
Gambar 4. Diagram Histogram Data Posttest Kapasitas Vital Paru  Kelompok Perlakuan
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data Dengan Instrumen Uji Lilliofors Kolmogorov-Smirnov  Program SPSS 16,0
+2

Referensi

Dokumen terkait

KBK ini sangat pening karena merupakan acuan yang berstandar nasional yang dapat digunakan oleh para penyelenggara kursus dan pelaihan atau satuan pendidikan

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain, dengan dibuatnya program MATLAB untuk menganalisis rangka ruang, perhitungan perpindahan

Ornamen tersebut yaitu ornamen floral pada dinding dikka, ornamen floral pada dinding serambi, ornamen floral yang terdapat pada dinding serambi dan ruang utama,

Penyebaran keruangan dari sumber daya alam perlu diketahui untuk dapat dilakukan penataan ruang untuk berbagai perencanaan pada wilayah yang sesuai dengan penyebaran sumberdaya

Hasil yang didapatkan dari penelitian yaitu: (1) Tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap kegiatan in House Training pekerjaan beton didapatkan nilai mean

Gambar 9 adalah proses pada aplikasi sistem kehadiran pegawai yang mendasarkan kemampuan sistem untuk mendeteksi dan mengekstraksi ciri fitur mata sebagai dasar

Berdasarkan permasalahan yang ada dalam cerita pada novel yang akan di teliti maka peneliti menyimpulkan bahwa Tema dalam novel Memburu Matahari menceritakan tentang

Keterkaitan antara ekosistem gumuk pasir sebagai kawasan konservasi dengan kawasan pertambangan menghasilkan dua macam hubungan, yaitu hubungan negatif antara