• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keratosis Seboroik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keratosis Seboroik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Keratosis Seboroik

Keratosis Seboroik

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Keratosis seboroik

Keratosis seboroik adalah lesi kulit jinak adalah lesi kulit jinak yang terjadi pada inyang terjadi pada individu usia menengah ddividu usia menengah danan lebih tua, yang meniru lesi ganas, karsinoma sel skuamosa khususnya, baik secara klinis dan lebih tua, yang meniru lesi ganas, karsinoma sel skuamosa khususnya, baik secara klinis dan patologis. Berbagai jenis lesi keratotik telah diidentifikasi, yaitu, keratosis seboroik dan

patologis. Berbagai jenis lesi keratotik telah diidentifikasi, yaitu, keratosis seboroik dan senilesenile,, actinic keratosis, verucca vulgaris, keratoacanthoma, folikel keratosis terbalik dan papiloma actinic keratosis, verucca vulgaris, keratoacanthoma, folikel keratosis terbalik dan papiloma skuamosa. Lesi ini jinak kadang-kadang bisa bingung dengan keganasan khususnya melanoma skuamosa. Lesi ini jinak kadang-kadang bisa bingung dengan keganasan khususnya melanoma sebagai keratosis seboroik mungkin memiliki implikasi yang tidak diinginkan untuk pasien, baik sebagai keratosis seboroik mungkin memiliki implikasi yang tidak diinginkan untuk pasien, baik sebagai prosedur diagnostik dan perawatan mungkin tidak optimal.

sebagai prosedur diagnostik dan perawatan mungkin tidak optimal.1,2,31,2,3

Prevalensi pada populasi inggris menyebutkan bahwa keratosis seboroik muncul pada Prevalensi pada populasi inggris menyebutkan bahwa keratosis seboroik muncul pada individu dengan usia diatas 40 tahun (laki-laki 8,3% ; perempuan 16,7%), sedangkan di kenya individu dengan usia diatas 40 tahun (laki-laki 8,3% ; perempuan 16,7%), sedangkan di kenya belum ditemukan penyakit kulit ini.

belum ditemukan penyakit kulit ini.33 Peneltian terbaru di Australia melaporkan prevalensiPeneltian terbaru di Australia melaporkan prevalensi sekitar 12% dengan rentang usia 15-25 tahun. Ini adalah temuan yang tidak terduga, mengingat sekitar 12% dengan rentang usia 15-25 tahun. Ini adalah temuan yang tidak terduga, mengingat lesi kulit ini biasanya ditemukan pada individu usia diatas 50 tahun yang tinggal di daerah lesi kulit ini biasanya ditemukan pada individu usia diatas 50 tahun yang tinggal di daerah beriklim tropis.

beriklim tropis.44

Faktor penyebab keratosis seboroik umumnya tidak diketahui, Ada hubungan yang Faktor penyebab keratosis seboroik umumnya tidak diketahui, Ada hubungan yang memungkinkan sebagai faktor pencetus terjadinya keratosis seboroik yaitu paparan sinar memungkinkan sebagai faktor pencetus terjadinya keratosis seboroik yaitu paparan sinar matahari. Ada beberapa kemungkinan hal untuk menjelaskan kemungkinan ini. Pertama matahari. Ada beberapa kemungkinan hal untuk menjelaskan kemungkinan ini. Pertama mungkin karena beberapa keratosis seboroik berhubungan dengan paparan sinar matahari mungkin karena beberapa keratosis seboroik berhubungan dengan paparan sinar matahari yang berat selama bertahun-tahun. Yang kedua adanya perubahan perilaku pada individu muda yang berat selama bertahun-tahun. Yang kedua adanya perubahan perilaku pada individu muda dibandingkan dengan usia tua, dimana terjadi perubahan paparan sinar matahari kepada badan dibandingkan dengan usia tua, dimana terjadi perubahan paparan sinar matahari kepada badan di usia yang lebih muda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan sinar matahari tdk mempunyai di usia yang lebih muda. Sehingga dapat ditarik kesimpulan sinar matahari tdk mempunyai hubungan dengan perkembangan keratosis seboroik.

hubungan dengan perkembangan keratosis seboroik.44 Selain itu perkembangan keratosisSelain itu perkembangan keratosis seboroik juga berhubungan dengan faktor pertumbuhan epidermal dan melanosit yang seboroik juga berhubungan dengan faktor pertumbuhan epidermal dan melanosit yang mendapat faktor pertumbuhan dengan penambahan ke peningkatan lokal ekspresi faktor mendapat faktor pertumbuhan dengan penambahan ke peningkatan lokal ekspresi faktor nekrosis tumor

nekrosis tumor ααdan endotelin yang mengkonversi enzim.dan endotelin yang mengkonversi enzim. 55

Keratosis seboroik begitu banyak variasi klinisnya pada lesi,gambaran klinis lesi ini Keratosis seboroik begitu banyak variasi klinisnya pada lesi,gambaran klinis lesi ini biasanya dimulai batas yang terlihat, kusam, rata, berwarna coklat atau seperti potongan yang biasanya dimulai batas yang terlihat, kusam, rata, berwarna coklat atau seperti potongan yang berwarna coklat hingga kehitaman.

(2)

1. Gambaran umum

Biasanya terletak pada papul verukosa dengan kista pseudohorn. Hiperkeratosis, acantosis, dan papilloma merupakan tanda patologi yang dapat ditemukan. Peningkatan melanosit juga dapat terlihat, membuat lesi berwarna coklat atau warna coklat tua. 2. Skin tag

Ukuran 1 sampai 2 mm, papula pedunkulata biasanya terletak di daerah gesekan. ketiak, daerah inframammary dan leher merupakan lokasi umum di mana papula biasanya muncul. regresi spontan dapat terjadi.

3. Reticulated keratosis seboroik

Biasa disebut juga dengan adenoid keratosis seboroik. sebuah lentigo surya biasanya mendahului tanda ini sering berpigmen atau berpapul. Secara hi stologi, ada kista tanduk kecil menutup diantara untaian jalinan sel basofilik.

4. Stuccokeratosis

Dapat digambarkan seperti verucosa, bergerigi, hiperkeratotik, dan digitate. Ukuran lesi biasanya 1-3 mm, datar atasnya, papula putih ke cokelat yang melekat erat pada kulit kaki bagian bawah. Tidak ada perubahan vacuolar keratinositik atau perubahan sitopatik virus yang diamati, sehingga membedakannya dari veruka Plana.

5. Clonal keratosis seboroik

Sekumpulan intraepitel keratinosit basofilik berbagai ukuran dengan melanosit adalah histopatologi yang umum ditemukan di clonal keratosis seboroik.

6. Irritated keratosis seboroik

Lesi pada dermis diisi dengan inflamasi infiltrat yang padat dengan limfosit. Peradangan ini kadang-kadang lichenoid atau kaya neutrofil. Keratinosit eosinofilik dapat dilihat pada epidermis. Perubahan eksema dalam atau di sekitar lesi, juga dikenal sebagai fenomena Meyerson, juga dapat dilihat.

7. Keratosis seboroik dengan skuamosaatypia

Variasi tingkatan pada skuamosa atypia dapat dilihat dalam keratosis seboroik. transformasi bowenoid dari keratosis seboroik jinak menjadi karsinoma sel skuamosa in situ juga telah didokumentasikan. Pengembangan karsinoma sel basal atau skuamosa di keratosis seboroik adalah langka.

8. Melanoacanthoma

Proliferasi acanthotic keratinosit basaloid. Melanosit dendritik tersebar pada semua tingkatan epidermis. Melanin menonjol dalam sitoplasma melanosit, tidak dalam keratinosit.

(3)

Pengobatan keratosis seboroik ada berbagai macam.6

1. Krioterapi

Lesi yang mengganggu pasien baik dari segi gejala atau kosmetik bisa diobati. Krioterapi mungkin pilihan pengobatan untuk kebanyakan jenis lesi. Suatu pembekuan seukuran 1 mm diameter di sekitar lesi menggunakan kapas atau semprotan biasanya menghasilkan respon yang bagus. Jika ada bekas lesi, atau muncul lagi, ulangi pengobatan tadi. Setelah krioterapi, pasca peradangan hipopigmentasi atau hiperpigmentasi bisa saja terjadi. Walaupun bersifat sementara, perubahan-perubahan pigmen ini bisa bertahan pada pasien berkulit gelap dan bisa sangat mengganggu.

2. Elektrodesikasi

Cara pengobatan lainnya berupa elektrodesikasi diikuti dengan pengangkatan lesi dengan mudah menggunakan kuret diikuti dengan el ektrodesikasi ringan.

3. Laser

Terapi laser menggunakan laser pigmen lesi juga efektif, dan ketika digunakan untuk mengobati keratosis seboroik datar, bisa menyebabkan peradangan pasca pigmentasi atau bekas lesi ketika dibandingkan dengan krioterapi atau elektrodesikasi.

4. Bedah scalpel

Pemotongan melalui cara bedah juga efektif, tapi ini bukan pilihan pengobatan karena efek terbalik dari bekas lesinya. Salah satu bahaya besar menangani keratosis seboroik selain dari pemotongan dengan cara bedah adalah lesi yang ditangani bisa menjadi lesi displastik melanositik atau melanoma maligna. Sangat disarankan kalau lesi itu bukan

commonkeratosis seboroik, maka harus dilakukan pemeriksaan histologi. 5. Flourouracil topikal dan dermabrasi

Cara pengobatan yang agak awam dipakai untuk keratosis seboroik besar termasuk fluorouracil topikal dan dermabrasi.

Laporan Kasus

Seorang pria, 63 tahun, pekerjaan pensiunan pertamina, sudah berumah tangga, suku batak, datang berobat ke poliklinik divisi bedah kulit RSUP H.Adam Malik pada tanggal 1 November 2011, dengan keluhan utama ada benjolan kehitaman pada daerah wajah yang kadang-kadang terasa gatal dan tidak sakit. Benjolan ini sudah timbul dari 2 tahun yang lalu awalnya kecil lalu seiring waktu bertambah besar. Ukuran lesi 1x2x2,5 cm. 4

(4)

berbentuk bulat, dengan ukuran 1x2x2,5 cm pada regio zygomaticus dextra (Gambar 1).

Pasien didiagnosis banding dengan keratosis seboroik, skuamous sel karsinoma, melanoma. Pasien didiagnosis kerja dengan keratosis seboroik.

Kepada pasien diberikan penjelasan mengenai penyakitnya bahwa penanganan terhadap penyakit ini adalah dengan tindakan. Untuk mencegah agar keratosis seboroik tidak bertambah banyak maka diberikan tabir surya spf 35. Setelah pasien mengerti akan kondisi penyakitnya maka pasien memilih pengobatan dengan cara elektrodesikasi. Sesuai dengan prosedur yang ada di divisi bedah kulit bahwa setiap hendak dilakukan tindakan maka pasien diwajibkan untuk memeriksa pemeriksaan darah rutin, faal hemostasis, kadar gula darah sewaktu, urine lengkap.

Pada hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan Hb 16,7 gr/dl, leukosit 87200 / mm3, laju endap darah 4 mm/jam, Trombosit 184.000/ml, Hematokrit 48,1 %, Hitung  jenis 46,2/38,9/8,8/5,4/0,7. Hasil pemeriksaan urine lengkap warna kuning jernih, glukosa negatif, bilirubin negatif, keton negatif, berat jenis 1,020, Ph urine 5, protein negatif, urobilinogen negatif, nitrit negatif, darah negatif, eritrosit 0-1 LPB, Leukosit 0-1 LPB, epitel 0-1 LPB, casts negatif, kristal negatif. Hasil dari kadar glukosa darah sewaktu 96,90 mg/dl. Hasil dari pemeriksaan waktu protrombin 11,80, INR 1.09, APTT 28,9, Waktu trombin 10,9.

Hasil histopatologi diperoleh sediaan dengan sediaan jaringan dari kulit dengan pelapis epitel skuamous berlapis yang mengalami hiperkeratosis, akantosis, papilomatosis dengan pembentukan pearl horn cyst,dengan inti dalam batas normal. Tidak dijumpai tanda-tanda malignansi pada sediaan ini. Kesimpulan : keratosis seboroik.

(5)

Gambar 2:Histopatologi pasien keratosis seboroik

Setelah semua hasil pemeriksaan keluar maka penatalaksanaan selanjutnya dilakukan tindakan elektrodesikasi. Sebelum dilakukan elektrodesikasi di berikan anestesi topikal selama 1 jam untuk menghilangkan rasa sakit yang akan dialami oleh pasien. Tindakan dilakukan selama 30 menit dengan hasil yang baik. Kemudian pasien dianjurkan kontrol kembali satu minggu kemudian.

Pasien ini mempunyai prognosis quo ad vitam ad bonam, quo ad functionam bonam, quo ad sanationam bonam.

Diskusi

Diagnosis keratosis seboroik pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan dermatologis dan histopatologis. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa dimana diagnosis keratosis seboroik ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan histopatologis. Sedangkan pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menhgetahui apakah ada penyakit penyerta lain yang mengikutinya.5

Penderita ini adalah seorang pria berusia 63 tahun, sesuai dengan kepustakaan bahwa keratosis seboroik sering mengenai usia diatas 40 tahun dengan insiden wanita dibandingkan pria (16,7%-8,3%).4 Manifestasi klinis yang dijumpai benjolan kehitaman yang kadang-kadang disertai rasa gatal dan tidak sakit dengan ukuran lesi 1x2x2,5 cm3 . Hal ini sesuai dengan kepustakaan gejala klinis keratosis seboroik berwarna coklat hingga kehitaman, dengan batas

(6)

dengan kepustakaan bahwa secara umum basal sel karsinoma dan melanoma telah dilaporkan berhubungan erat dan berawal dari keratosis seboroik. 3,5

Pada pemeriksaan histopatologis dijumpai epitel skuamous berlapis yang mengalami hiperkeratosis, akantosis, papilomatosis dengan pembentukan pearl horn cyst,dengan inti dalam batas normal. Tidak dijumpai tanda-tanda malignansi pada sediaan ini. Kesimpulan keratosis seboroik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana gambaran histologi yang biasa terlihat pada keratosis seboroik adalah akantosis, hiperkeratosis, papillomatosis, pseudo horn cysts.7

Gambar 3:histopatologi keratosis seboroik

Dari pemeriksaan histopatologis dapat disingkirkan skuamous sel karsinoma karena pada skuamous sel karsinoma dijumpai gambaran histopatologis berupa keratinocytes atipical dan fokus pada keratinisasi.8,9

(7)

Gambar 4:Histopatolosi skuamous sel karsinoma

Sedangkan pada melanoma histopatologis yang terlihat adalah adanya pertumbuhan intraepidermal, distribusi pagetoid jelas dalam epidermis. sel-sel relatif seragam dan memiliki banyak berdebu, pigmen halus. sel-sel melanoma relatif besar sering disebut sebagai jenis sel epithelioid.10

Gambar 5:Histopatologi Melanoma

(8)

dengan krioterapi, elektrodesikasi, laser, bedah scalpel, fl uorouracil topikal dan dermabrasi.

Prognosis pasien ini baik dan pasien disuruh kontrol kembali satu minggu kemudian untuk mengevaluasi hasil dari elektrodesikasi tersebut. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pada umumnya keratosis seboroik yang cepat ditangani akan memberikan hasil yang baik.5

(9)

Daftar Pustaka

1. Gupta, AK, seborrhoeic keratosis, Indian journal of ophthamology, New delhi India, volume 31, issue 1 , 1993, P. 37-38

2. Zhang R, Zhu W. Seborrheic Keratoses in five elderly patients: An appearance of  raindrops and streams. Indian J Dermatol 2011;56: 432-434

3. Sober J.A, et-al, Prevalence of melanoma clinically resembling seborrheic keratosis. Arch Dermatol. 2002;138: 1562-1566

4. Marks Robin, Gill David, Dorevitch Abe, The Prevalence of Seborrheic Keratoses in People Aged 15 to 30 years. Arch Dermatol. 2000; 136: 759-762

5. Thomas VD, Swanson AN, Lee KK. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. p.1054-1056

6. Spielvogel RL. Dalam: Grant-Kels JM, Editor. Color Atlas of Dermatopathology. New York: Informa: 2007.p. 173-183

7. Kirkham N. Dalam : Elder, David E.; Elenitsas, Rosalie; Johnson, Bernett L.; Murphy, George F, editor. Lever’s histopathology of the skin. Edisi ke-9. Pennsylvania:2005. P 810-811

8. Grossman D, Leffell DJ. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. P. 1028-1036

9. Bhawan Jag. Dalam: Grant-Kels JM, Editor. Color Atlas of Dermatopathology. New York: Informa: 2007.p. 192-193

10. Sober AJ, et-al. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. P. 1143-1145

Gambar

Gambar 2: Histopatologi pasien keratosis seboroik
Gambar 3: histopatologi keratosis seboroik
Gambar 4: Histopatolosi  skuamous sel karsinoma

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga perlu diadakan sebuah program penyuluhan pelatihan pemanfaatan koran bekas menjadi biokomposit untuk nantinya akan dibuat sebagai bahan dasar pembuatan produk

Pengukuran isi tekanan angin dari ban menggunakan sensor tekanan, dimana sensor tekanan ini akan mengubah besaran tekanan menjadi tegangan dan tegangan ini akan dirubah

Dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, perilaku yang dimunculkan akan berbeda dalam menghadapi sesuatu, untuk melakukan kebutuhan secara riligius membutuhkan niat

Adanya proses adsorpsi reaktan pada situs aktif katalis padat ini akan melepaskan energi dalam bentuk panas sehingga akan mempermudah molekul reaktan melewati energi aktivasi

selama ini telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih atas segala saran dan masukan yang

Dengan ini diumumkan bahwa setelah dilakukan evaluasi penawaran, klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga oleh ULP/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Badan

The combination of GDSS -AHP and LibQual is used to obtain the level of services quality in general and to know the value of each evaluation statement according to the perception

Berbagai penelitian yang menyatakan keampuhan model NHT dan TPS (Rohani, 2015; Hasanah, Idrus dan Metha: 2015) bahwa model NHT dan TPS dapat meningkatkan hasil belajar,