• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI DAN SAINS (SNTS) II 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI DAN SAINS (SNTS) II 2016"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2. Dr. Ir. Naniek Widayati, M.T. 3. Harto Tanujaya, S.T., M.T., Ph.D. 4. Dr. Lamto Widodo, S.T., M.T. 5. Ir. Priyendiswara A B, M.Com. 6. Ir. Tjandra Susila, M.Eng. Sc., Ph.D.

(3)

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI DAN SAINS

(SNTS) II 2016

TEMA:

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

TIM PENYUSUN:

Dr. Widodo Kushartomo, S.Si., M.Si. Dr. Steven Darmawan, S.T., M.T. Meirista Wulandari, S.T., M.Eng.

Denny Husin, S.T.,M.A. Wilson Kosasih, S.T., M.T.

Ir. Arianti Sutandi, M.Eng. Ir. Sylvie Wirawati, M.T.

Joni Fat, S.T.,M.E. Siswadi Joko Santoso

Fandy

Fakultas Teknik

Universitas Tarumanagara

Jl. Letjend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440

Telp. 021-5672548, 5663124, 5638335; Fax. 012-5663277

Website: www.untar.ac.id, e-mail: ft@untar.ac.id

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Sambutan Dekan Fakultas Teknik ii

Daftar Isi iii

Susunan Panitia vii

Susunan Acara viii

Jadwal Presentasi ix

Pembicara Kunci

Prof. Ir. Bambang Budiono, ME., Ph.D. 1

Bidang Arsitektur

1 Kelayakan Fisik Stasiun Pemberhentian di Lokasi Rumah Sakit pada Rute Transjakarta

Agnatasya Listianti Mustaram 1

2 Kajian Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki di Kawasan Kota Lama Semarang

Sintia Dewi Wulanningrum 12

3 Kajian Dampak Pemilihan Bahan Bangunan pada Karya Arsitektur

James Rilatupa 22

4 Pengaruh Bentuk Plafon Terhadap Waktu Dengung (Reverberation Time)

Yunita A.Sabtalistia 33

5 Penerapan Studi Gerak Tarian dan Musik Betawi dalam Sirkulasi Bangunan Pusat Seni Pertunjukkan

Kenny Punsu, Priscilla Epifania dan Andi Surya Kurnia 41 6 Museum Alat Musik Tradisional Indonesia

Caroline Kurniawan, Dewi Ratnaningrum danTony Winata 50 7 Museum Sejarah Kota Depok sebagai Pariwisata Budaya dan Identitas Kota

Depok

Christy Aneta 57

8 Kajian Aksesibilitas Difabel pada Kampus 1 Universitas Tarumanagara

Theresia Budi Jayanti 64

9 Pasar Burung Jakarta

Sinta Novagia dan Diah Anggraini 74 10 Pokemon Go (Kajian Ruang Kota Yang Terinvasi Gim Berbasis AR)

Andi Surya Kurnia 83

Bidang Teknik Sipil

1 Pengaruh Perpaduan Copper Slag dan Abu Terbang terhadap Sifat Mekanis Reactive Powder Concrete

Widodo Kushartomo dan Nico Hendrawan 1 2 Analisis Value Engineering Berbasis Risiko Untuk Mengatasi Faktor

Ketidakpastian Parameter Geoteknik, Studi Kasus: Jalan Tol.

Inda Sumarli dan Chaidir Anwar Makarim 9

(5)

iv 3 Model Pemilihan Moda Antara Light Rail Transit (LRT) Dengan Sepeda Motor

Di Jakarta.

Febri Bernadus Santosa dan Najid 19 4 Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Operasional Transjakarta Koridor 9 dan

Koridor 12

Rizal Satyadidan Najid 25

5 Model Pemilihan Moda Antara Light Rail Transit (LRT) Dengan Mobil Pribadi Di Jakarta

Yumen Kristian Wau dan Najid 34 6 Model Pemilihan Moda Kereta Rel Listrik Dengan Jalan Tol Jakarta-Bandar

Soekarno Hatta

Kevin Harrison dan Najid 40

7 Pendekatan Teori Himpunan Fuzzy Dalam Menentukan Tingkat Risiko Kerusakan Beton Menggunakan Hammer Test.

Phang Jordy, Iwan B. Santoso dan Widodo Kushartomo 46 8 Efisiensi Tenaga Kerja Dengan Ranked Positional Weight Method

Julius dan Henny Wiyanto 52

9 Penerapan Resource Leveling Dengan Minimum Moment Method dan Entropy Maximization

Miranda Budiman dan Henny Wiyanto 58 10 Analisis Value Engineering Pekerjaan Curing Pelat Beton Pada High Rise

Bulding

Romario dan Henny Wiyanto 64

11 Penentuan Parameter Reologi Lumpur Sidoarjo Dengan Fall Cone Penetrometer, Mini Vane Shear dan Flow Box

Calvin Sunandardan Budijanto Widjaja 72 12 Analisis Efek Penempatan Fasilitas Terhadap Kelancaran Proyek Konstruksi

Gedung Bertingkat Di Jakarta.

Angelia dan Arianti Sutandi 82

13 Shear Strength of Reinforced Concrete Walls with Boundary Member

Ika Bali and Paulus Jonathan 89 14 Penggunaan Metode Cross pada Struktur Portal Bergoyang Statis Tak Tentu

Dengan kekakuan Tidak Merata dalam Satu Balok dan Kolom.

Jemy wijaya dan Fanywati Itang 94 15 Perbandingan Prediksi Durasi Proyek Antara Pendekatan Matematis dan

Kumulatif

Rizka Chairunnisa, Roy Handyawan, Adi Kurniawan Parjono dan Basuki

Anondho

103 16 Monitoring Progres Proyek Konstruksi Dengan Pendekatan Probabilistik Edelin Hartono, Hatta Iskandar, Alvin Tanimin dan Basuki Anondho 110

(6)

Bidang Teknik Elektro 1 Prototipe Alat Penanda dan Pengawas Perimeter Lokasi Keberadaan Anak

Joni Fat 1

2 Perancangan dan Realisasi Sistem Presensi Mahasiswa Menggunakan Kartu Magnetik

Regine Giri Karuna, Tjandra Susila dan Suraidi 8

3 Sistem Helm Pintar Untuk Pesepeda

Berlin Susanto, Meirista Wulandari dan Fahraini Bacharuddin 15 4 Kunci Pintu Otomatis untuk Rumah dengan Menggunakan Perangkat Android Agung Try Yuliato, Hang Suharto dan Suraidi 26 5 Sistem Cetap Pada Media Kertas Jarak Jauh Berbasi WEB Hendry Gunawan, Edy Haryono dan Nurwijayanti Kusumaningrum 34 6 Perancangan Sistem Monitoring Kondisi Gedung Menggunakan Konsep Wireless

Sensor Network

Asep Najmurrokhman1, Kusnandar2, Bambang HSR Wibowo3 dan

Andef Abdillah4 43

Bidang Teknik Mesin

1 Pengaruh Kecepatan Potong Pada Proses Pembubutan Terhadap Surface Ghness dan Topografi Permukaan Material Aluminiym Alloy

Sobron Yamin Lubis, Erwin Siahaan dan Kevin Brian 1 2 Analisis Kekuatan Tarik Bolted Joint Struktur Komposit C-Glass/Epoxy Bakalite

EPR 174

Ariansyah Pandu Surya, Lies Banowati dan Devi M. Gunara 10 3 Analisa Kekuatan lentur Struktur Komposit Berpenguat Mendong/Epoksi

Bakalite EPR 174

Vicky Firdaus, Lies Banowati dan Ruslan Abdul Gani 18 4 Karakteristik Mekanik Material Spoiler Mobil Berbasis Bahan Plastik

Agustinus Purna Irawan, Adianto, I Wayan Sukania, dan

M. Agung Saryatmo 25

Bidang Teknik Industri

1 User Experience pada Situs E-Commerce Sebuag Studi Komparasi Antara B2C dan C2C

Ronald Sukwadi, Cynthia Soenanto, Agung Nugroho dan MM Wahyuni

Inderawati

1 2 Penentuan Pusat Distribusi Ritel Dengan Analisis K-Means Clustering (Studi

Kasus PT. XYZ di Kalimantan

Filscha Nurprihatin 10

3 Implementasi Lean Six Sigma dan Usulan Perbaikan untuk Meminimasi Non Value Added pada Proses Produksi Kertas di PT. Pelita Cengkaren Paper.

Ahmad, Lithrone Laricha Salomon dan Yustin Kartika Sari 20 4 Usulan Perbaikan Perancangan Tata Letak Mesin Lantai Produksi Pada Bagian

Metal Works (Studi Kasus: PT. Nurinda)

(7)

vi 5 Perancangan Stasiun Kerja Pembuatan Kulit Mochi Dengan Pendekatan

Ergonomi

Silvi Ariyanti 42

6 Usulan Perencanaan dan Pengembangan Produk Asbak di Restoran Chakra

Dino Caesaron dan Samuel 52

Bidang Teknik Planologi

1 Studi Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Konsep City Branding (Studi

Kasus : Kabupaten Pulau Morotai)

Muhammad Indra Rahmawan Banyo dan B. Irwan Wipranata 1 2 Presepsi Penghuni Terhadap Pengelolaan Rumah Susun Sewa Komarudin,

Cakung Jakarta Timur

Herlin Mukti dan Parino Rahardjo 14 3 Evaluasi Pengelolaan Agrowisata Menjadi Agro Center Yang Berkelanjutan

(Studi Kasus : Hortimart Agro Center)

Wenny dan Sylvie Wirawati 26

4 Penataan Kawasan Konsep Mangrove Dengan Konsep Ecotourism; Studi Kasus: Muaragembong, Kabupaten Bekasi

Intan Nurul Fajriah dan B. Irwan Wipranata 36 5 Kajian Lokasi Minimarket Terhadap Peraturan Daerah Kota Bekasi No. 7/2012

Tentang Penataan Toko Modern

Liza Medina Novianri dan Parino Raharjo 47 6 Pendekatan Kualitatif Pada Rencana Detail Tata Ruang (Studi Kasus: Kawasan

Sisi Banjir Kanal Timur di Kelurahan Pulogebang

Anggy Rahmawatidan Parino Rahardjo 56 7 Rencana Penataan Kawasan Wisata Pesisir Pantai Kenjeran Rizky Adhadian Pdan B. Irwan Wipranata 66 8 Studi Neighbourhood Change dan Berkelanjutan Hunian (Studi Kasus:

Perumahan Citra 1, Jakarta Barat)

Veronica Teny Lukito, I G. Oka Sindhu Pribadi dan Liong Ju Tjung 78 9 Mengkaji Persepsi Pengunjung Terhadap Pengelolaan Kawasan Bumi

Perkemahan Cibubur

Devi Audina Wahyuni, Parino Rahardjo dan Priyendiswara 90 10 Studi Implementasi Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Pada

Perumahan Tapak

Natalia Dahlandan Sylvie Wirawati 101 11 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenisnya Di Apartemen dan

Perumahan Di Wilayah Jakarta Barat

Priyendiswara Agustina Bela 111

(8)

SUSUNAN PANITIA

Pelindung : Prof. Dr. Agustinus Purna Irawan Penanggung Jawab Kegiatan : Dr. Adianto, M.Sc.

Penanggung Jawab Keuangan : Ir. Tony Winata, M.Sc.

Komite Ilmiah : Prof. Ir. Leksmono Suryo Putranto, M.T., Ph.D. Dr. Ir. Naniek Widayati, M.T.

Harto Tanujaya, S.T., M.T., Ph.D. Dr. Lamto Widodo, S.T., M.T. Ir. Priyendiswara A B, M.Com. Ir. Tjandra Susila, M.Eng. Sc., Ph.D. Ketua Pelaksana : Dr. Widodo Kushartomo, S.Si., M.Si. Wakil Ketua Pelaksana : Regina Suryadjaja, S.T., M.T.

Sekretaris : Wahyu Perdana, S.H., M.H.

Anggota Sekretariat 1. Theresia Purba, A.Md. 2. Siswadi Joko Santoso

Bendahara : I Wayan Sukania, S.T., M.T.

Anggota 1. Sutardi, B.Sc.

Koordinator Makalah, Prosiding : Dr. Steven Darmawan, S.T., M.T. dan Buku Abstrak 1. Meirista Wulandari, S.T., M.Eng.

2. Siswadi Joko Santoso

3. Fandy (525120027) Seksi Makalah Tiap Prodi. : 1. Denny Husin, S.T.,M.A.

2. Dr. Steven Darmawan, S.T., M.T. 3. Wilson Kosasih, S.T., M.T. 4. Ir. Arianti Sutandi, M.Eng. 5. Ir. Sylvie Wirawati, M.T. 6. Joni Fat, S.T.,M.E. Seksi Acara : Ir. Arianti Sutandi, M.Eng.

Anggota 1. Klara Puspa Indrawati, S.T., M.Ars. 2. M. Agung Saryatmo, S.T., M.M. Seksi Sponsorship : Ir. Niluh Putu Shinta E S, M.T. Anggota 1. Andi Surya Kurnia, S.T., M.Ars. Publikasi dan Dokumentasi : Mekar Sari Sutedja, S.T., M.Sc.

Anggota 1. Suraidi, S.T., M.T.

2. Sugiyanto

Seksi Konsumsi : Ir. Jemmy Wijaya, M.T.

Anggota 1. Euis Susanty, S.H.

Sie. Perlengkapan : Andi Surya Kurnia, S.T., M.Ars.

Anggota 1. Amir Syarifudin, S.E.

2. Iswanto, SAB. 3. Muhamad Nur 4. Ariyadi

(9)

TE-43

PERANCANGAN SISTEM MONITORING KONDISI GEDUNG

MENGGUNAKAN KONSEP WIRELESS SENSOR NETWORK

Asep Najmurrokhman1, Kusnandar2, Bambang HSR Wibowo3 dan Andef Abdillah4

1,2,3,4

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Trs Jenderal Sudirman PO Box 148 Cimahi 40533

Email: asepnajmu@yahoo.com ABSTRAK

Era globalisasi dan simbol negara yang perekonomiannya tumbuh dicirikan salahsatunya dengan pembangunan gedung bertingkat. Gedung tersebut difungsikan sebagai mall, perkantoran, apartemen, atau institusi negara dan swasta. Salahsatu yang menjamin aspek keselamatan dan keamanan gedung adalah tersedianya sistem peringatan dini terhadap bahaya atau bencana yang timbul, seperti kebakaran dan gempa bumi. Makalah ini memaparkan tentang prototipe sistem monitoring kondisi gedung bertingkat dari aspek potensi munculnya kebakaran dan peringatan terhadap terjadinya gempa bumi. Sistem yang dibangun menggunakan prinsip wireless sensor network dengan modul utamanya prosesor Xbee keluaran Digi Internasional yang dapat mengolah data dan mentransmisikan secara wireless. Dalam prototipe tersebut, tiga tipe sensor digunakan untuk mendeteksi adanya asap, api, dan getaran. Data sensor diolah oleh modul Xbee transmitter dan dikirimkan secara wireless kepada subsistem penerima modul Xbee receiver. Selanjutnya, data yang diterima oleh modul tersebut diproses dan ditampilkan dalam bentuk data numerik melalui tampilan di layar laptop. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa sistem pengiriman dan penerimaan data sensor berjalan dengan baik. Namun demikian, komunikasi data secara wireless sangat tergantung kepada topologi dan bentuk gedung.

Kata kunci: wireless sensor network, modul Xbee, monitoring gedung, sensor api, sensor asap, sensor getaran

1. PENDAHULUAN

Era globalisasi dan simbol negara yang perekonomiannya maju dicirikan salahsatunya dengan pembangunan gedung bertingkat. Gedung bertingkat berfungsi sebagai pusat perbelanjaan, perkantoran, apartemen, atau institusi negara. Faktor keamanan dalam gedung bertingkat menjadi hal utama dalam menjamin keselamatan pengguna gedung. Untuk menjamin keselamatan pengguna gedung, sistem peringatan dini (early warning system) terhadap bahaya atau bencana yang terjadi harus diterapkan bersamaan dengan proses mitigasi dan evakuasi korban dalam bencana tersebut. Sistem peringatan dini memainkan peranan penting dalam upaya meminimalisir jumlah korban dan tingkat kerusakan yang lebih parah. Menurut Quansah et al. (2010), sistem peringatan dini menyangkut tentang pendekatan dan penggunaan teknologi dalam bidang perancangan sensor untuk pengumpulan data dari berbagai sumber agar diperoleh data atau kondisi secara real time. Sistem peringatan dini juga mencakup teknik menyajikan informasi agar diperoleh respon efektif terhadap informasi tersebut. Dalam kaitan dengan keamanan gedung bertingkat, ada dua potensi bahaya atau bencana yang mengancam keselamatan pengguna gedung yaitu kebakaran dan gempa bumi. Potensi kebakaran timbul akibat kelalaian manusia dalam menggunakan fasilitas yang berhubungan dengan api atau terjadinya korsluiting pada instalasi listrik akibat usia jaringan listrik yang sudah tua atau karena dirusak oleh hewan pengerat seperti tikus. Sementara itu, bencana gempa bumi selalu mengancam wilayah di Indonesia karena secara geologis, wilayah Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan

(10)

Sirkum Pasifik di sebelah timur dan terletak di tiga daerah dangkalan, yaitu Dangkalan Sunda, Dangkalan Sahul, dan Laut Pertengahan Australia Asiatis. Adanya dua jalur pegunungan tersebut menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadinya gempa bumi. Dengan demikian, sistem peringatan dini terhadap bahaya kebakaran dan potensi gempa bumi terhadap keamanan pengguna gedung merupakan bagian yang penting dalam perencanaan gedung bertingkat.

Setiap pembangunan gedung di Indonesia harus memenuhi standar dalam bidang konstruksi dan bangunan yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN). Salahsatu standar yang harus dipenuhi adalah standar perlindungan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung, antara lain terdiri dari tata cara perencanaan, pemasangan, dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran [Adhipradana dkk. (2009)]. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem deteksi dan peringatan dini terhadap bahaya pada bangunan gedung adalah hal yang sangat kritis dan harus disiapkan sebagai bagian dari perencanaan bangunan. Sementara itu, Siregar dkk. (2015) melaporkan bahwa masih banyak gedung bertingkat yang belum memenuhi standar bidang konstruksi dan bangunan yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Hal ini berkaitan dengan kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sering timbul anggapan bahwa K3 merupakan pemborosan pengeluaran biaya yang harus dipenuhi pada sebuah gedung bertingkat. Prosedur K3 di gedung bertingkat sangat penting karena gedung bertingkat memiliki risiko yang tidak dapat diprediksi, misalnya pada saat terjadi gempa atau kebakaran. Untuk meningkatkan faktor keamanan gedung bertingkat dari bahaya dan bencana, sebuah sistem peringatan dini harus disiapkan oleh pengelola gedung. Sistem tersebut berfungsi mengolah data atau informasi berupa kondisi yang terjadi setiap saat di seluruh area gedung tersebut. Data atau informasi dapat diperoleh secara manual melalui petugas yang disiapkan di setiap area. Seiring dengan perkembangan teknologi, untuk meningkatkan keefektifan pengiriman data dan otomatisasi dalam pengolahan datanya, informasi dapat diperoleh dari penggunaan sensor-sensor yang bersesuaian, misalnya sensor suhu, kamera, sensor asap, dan sensor getaran.

Penggunaan sensor di gedung bertingkat berkorelasi dengan jumlah jalur transmisi yang harus diinstalasi untuk mengirimkan data atau informasi yang dideteksi oleh sensor. Semakin banyak area yang harus dipasang sensor, maka semakin banyak dan rumit jalur transmisi yang harus dibuat. Hal tersebut menambah kesulitan tersendiri dalam hal pemeliharaan dan perawatan serta deteksi kesalahan informasi yang dikirim. Dewasa ini, implementasi sensor dalam jumlah banyak dan untuk aplikasi mitigasi bencana mengarah kepada penggunaan konsep wireless sensor network (WSN) [Kaur et al. (2012)]. Dengan konsep WSN, transmisi data dari sensor ke bagian lain melalui saluran udara langsung (wireless), sehingga mereduksi secara drastis penggunaan kabel dalam implementasi sistemnya. Beberapa peneliti telah mengungkapkan vitalnya implementasi WSN dalam menangani bencana [Ahmad et al. (2011), Dawood et al. (2013), Seal et al. (2012), Yawut & Kilaso (2011)]. Ahmad et al. (2011) melaporkan bahwa WSN dapat diterapkan secara efisien dan kompak dalam suatu skenario infrastruktur ad hoc saat terjadi bencana. Dawood et al. (2013) mengkaji kinerja WSN dalam manajemen penanggulangan bencana diukur dalam beberapa metrik seperti efisiensi energi, location awareness, dan network life time. Sementara itu, Seal et al. (2012) merancang arsitektur WSN dalam mendukung sistem peringatan dini banjir, sedangkan Yawut & Kilaso (2011) mengusulkan konfigurasi WSN dalam menangani bencana dan prediksi cuaca.

(11)

TE-45

Dalam konteks sistem pengamanan pada bangunan atau gedung, beberapa peneliti telah melaporkan penggunaan sensor dalam mendeteksi besaran yang diukur di area gedung, seperti sensor suhu [Sugiarto (2010)] dan sensor asap [Haryoko (2009)] atau keduanya [Usuman & Ardhi (2010)]. Data yang diperoleh dari sensor tersebut kemudian dikirimkan melalui protokol komunikasi yang disebut dengan Zigbee untuk diproses lebih lanjut. ZigBee adalah standar jaringan mesh nirkabel dengan daya rendah dan biaya yang murah [Arkan & Zaini (2014)]. Dengan biaya yang murah memungkinkan teknologi ini banyak digunakan sebagai pengendali jaringan nirkabel dan aplikasi pemantauan. Selain itu, penggunaannya dengan daya yang rendah membuatnya dapat bertahan lama bahkan dengan baterai berukuran lebih kecil. Dalam konteks topologi jaringan, jaringan mesh memberikan realibilitas yang tinggi serta jangkauan yang lebih luas. Beberapa vendor sudah mengembangkan perangkatnya untuk mendukung aplikasi WSN dengan protokol Zigbee. Salahsatu yang secara luas dipakai dan juga digunakan dalam penelitian yang dilaporkan dalam makalah ini adalah Xbee. Xbee adalah merk dagang dari Digi International untuk modul komunikasi radio. Modul ini menggunakan standar IEEE 802.15.4-2003 yang dirancang untuk komunikasi point-to-point dan topologi star atau mesh dengan kecepatan transmisi data 250 kbit/s. Modul Xbee yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu modul Xbee transmitter dan Xbee receiver. Modul Xbee transmitter akan dimanfaatkan untuk mentransmisikan data yang diperoleh dari sensor suhu, sensor asap, dan sensor getaran, sedangkan Xbee receiver berfungsi menerima data yang dipancarkan oleh Xbee transmitter. Sensor suhu yang digunakan adalah IC LM35, sedangkan sensor asapnya menggunakan AF-30. Sementara itu, sensor untuk mendeteksi getaran akan memanfaatkan sensor getar piezoelektrik. Dalam prototipe ini juga akan dibangun sebuah display (tampilan) yang terpasang pada ruang kendali yang memuat informasi besar suhu, intensitas asap, dan getaran di ruang tempat diletakkan sensor-sensor tersebut.

2. PERANCANGAN SISTEM

Prototipe sistem keamanan gedung bertingkat yang dibuat berupa konfigurasi tiga sensor yang diolah secara paralel oleh modul Xbee Transmitter dan dikirimkan melalui udara tanpa kabel (wireless) ke modul Xbee Receiver untuk diolah dan ditampilkan datanya dalam display (monitor komputer). Tiga sinyal yang dideteksi adalah data suhu, kondisi asap, dan getaran yang merepresentasikan kondisi ada tidaknya kebakaran, asap rokok, atau potensi getaran akibat gempa bumi. Dalam prototipe ini, dua modul Xbee Transmitter masing-masing disimpan dalam ruang yang berbeda, sedangkan modul Xbee Receiver disimpan di ruang lain yang berfungsi sebagai ruang kendali (control room). Dalam ruang kendali tersebut, sebuah display akan menampilkan informasi tentang keadaan suhu, asap, dan getaran di setiap ruang serta warning system yang memberi tahu jika terjadi kondisi anomali atau adanya potensi bahaya dalam ruangan tersebut. Konfigurasi sistem keseluruhan merealisasikan konsep wireless sensor network artinya koneksi antar modul sensor dengan penerima melalui udara tanpa kabel sehingga modul sensor dapat dipindahkan dengan mudah, dapat mengatasi halangan yang ada dalam ruangan, dan jarak antara modul transmitter dan receiver dapat diatur sesuai dengan spesifikasi teknis yang masih dapat ditangani oleh komponen tersebut. Diagram blok sistem tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.

(12)

Gambar 1. Diagram blok sistem

Berdasarkan Gambar 1, komponen utama yang menyusun sistem yang dibangun terdiri atas sensor asap, sensor suhu, sensor getaran, modul Xbee transmitter, modul Xbee receiver, dan laptop. Realisasi sistemnya diberikan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Realisasi sistem

Komponen utama yang menyusun sistem yang dibangun terdiri atas sensor asap, sensor suhu, sensor getaran, modul Xbee transmitter, modul Xbee receiver, dan laptop. Sensor asap menggunakan IC MQ-5 yang terdiri dari 2 elektroda dan ditengahnya ada sebuah pemanas, dimana pemanas dan salahsatu elektroda diberi tegangan 5 Volt. Apabila ada asap yang masuk ke dalam sensor tersebut akan menyebabkan output dari elektroda akan mengeluarkan tegangan antara 0 5 V sesuai kepekatan asap. Output dari sensor asap dikoneksikan ke pin AD0 dari Xbee. Sementara itu, sensor suhu menggunakan IC LM35 yang akan mendeteksi suhu lingkungan dan mengeluarkan tegangan output dengan pertambahan 10 mV setiap kenaikan suhu 1 derajat Celcius. Output dari sensor suhu akan masuk pada AD1 dari XBee. Sensor getaran berupa piezo film vibra dengan sensitivitas 50 mV per gram tekanan digunakan untuk mendeteksi getaran yang terjadi. Apabila sensor yang berupa lempengan tersebut diberi beban pada ujungnya dan mendapat getaran atau guncangan, maka beban tersebut akan menekan sensor tersebut dan menghasilkan tegangan sesuai besar tekanan yang ditimbulkan. Keluaran dari sensor getaran masuk ke port AD2 dari XBee. Ketiga variabel jenis data analog yang keluar dari

(13)

TE-47

setiap sensor akan diproses dalam waktu yang bersamaan ke pin AD0, AD1, dan AD2 pada modul Xbee transmitter (TX) dengan sistem serial dan data dari ketiga sensor dikirim secara berurutan. Selanjutnya pada modul Xbee receiver (RX) ketiga data yang berbeda variabelnya akan diuraikan dengan teknik memecah data menjadi 3 bagian sesuai urutan data pada saat dikirim, kemudian pada program Delphi akan dimunculkan tiga parameter data yang berbeda sesuai dengan yang dikirim oleh masing-masing sensor tersebut.

Pengiriman tiga jenis data variabel analog yang berbeda dari modul Xbee transmitter (TX) ke modul Xbee receiver (RX) pada jarak tertentu menggunakan teknik transmisi melalui gelombang radio sebagai frekuensi pembawanya. Modul Xbee-Pro 900 bekerja pada frekuensi pembawa sebesar 2,4 Ghz, dengan jangkauan pancar 300 kaki pada daya output 1 mW. Adapun sistem protokol adalah sistem 802.15.4 dengan kecepatan data maksimal 250 kbs. Modul Xbee Pro yang digunakan mengkonsumsi arus sebesar 50 mA dengan tegangan batere maksimum sebesar 3,3Volt. Teknik modulasi yang digunakan dalam komunikasi data adalah Frequency Shift Keying (FSK). Teknik modulasi FSK adalah teknik modulasi yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan dengan frekuensi tertentu (misalnya f1 = 1200 Hz), sementara sinyal digital 0 dinyatakan sebagai suatu nilai tegangan dengan frekuensi tertentu yang berbeda (misalnya f2 = 2200 Hz). Sama seperti modulasi fase, pada modulasi frekuensi yang lebih rumit dapat dilakukan pada beberapa frekuensi sekaligus, sehingga pengiriman data menjadi lebih efisien.

Data yang diterima oleh modul Xbee receiver selanjutnya dikirimkan kepada PC atau Laptop melalui jalur interface atau kabel penghubung serial to USB. Sebuah program aplikasi menggunakan Delphi dibuat untuk menampilkan data dari ketiga sensor yang digunakan. Proses pembacaan tiga data variabel dari sensor dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Data serial yang masuk ke laptop atau PC dibaca oleh perangkat lunak yang dibuat untuk dipisahkan antara header dan data sensornya.

b. Data dari masing-masing sensor akan dikonversi ke nilai sebenarnya sesuai dengan rumus konversi dari masing-masing sensor.

c. Nilai hasil konversi akan ditampilkan di display seven segment pada program aplikasi yang dibuat.

Tampilan di layar laptop atau PC diperlihatkan pada Gambar 3.

(14)

3. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam prototipe sistem monitoring kondisi gedung ini, simulasi sistemnya dilakukan dengan menempatkan dua modul XBee transmitter yang menggambarkan dua lokasi berbeda pada gedung tersebut. Selanjutnya, kondisi gedung yang diberikan oleh tiga data sensor dibedakan menjadi low, medium, dan high tergantung dari nilai masing-masing data yang dideteksi oleh setiap sensor. Data dari sensor asap yang menggambarkan terjadinya kebakaran dipisahkan menjadi tiga kondisi yang berbeda sesuai dengan kepekatan asap. Sementara itu, dari dari sensor suhu dibedakan menjadi tiga kondisi yaitu low untuk suhu di bawah 40o C, medium untuk suhu antara 40oC sampai 55oC, dan high untuk suhu di atas 55o C. Hasil pengujian untuk beberapa kondisi yang terjadi diperlihatkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Tampilan pada layar laptop atau PC untuk beberapa kondisi

Karena transmisi data yang dikirim secara wireless, maka kondisi hubungan antara modul Xbee transmitter dan XBee receiver sangat berpengaruh dalam pembacaan datanya. Hasil pengujian terhadap jarak pancar antara dua modul tersebut di lingkungan dalam ruangan dan luar ruangan diberikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Hubungan antara jarak pancar dengan delay dalam kondisi di dalam ruangan

Jarak (m) Delay (s) 10 0 20 0 50 Max 20 60 Max 21 70 Max 22 80 Max 25 90 Max 35 > 100

(15)

TE-49

Tabel 1. Hubungan antara jarak pancar dengan delay dalam kondisi di luar ruangan (line of sight)

Jarak (m) Delay (s) 10 0 30 0 60 0 70 Max 2 80 Max 5 100 Max 10 >105

Berdasarkan pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa komunikasi data antar modul Xbee di luar ruangan (kondisi line of sight) dapat terjadi sampai jarak maksimum 105 meter, sedangkan di dalam ruangan dapat terjadi pada jarak maksimum 100 meter. Ketika dilakukan pengujian yang berada di area dalam ruangan, untuk jarak 1 s/d 49 meter berlangsung dengan baik. Namun pada jarak 50 meter sudah mengalami delay selama maksimal 20 detik dan pada jarak 100 meter data yang dikirim gagal, sehingga mengakibatkan terputusnya komunikasi antara Xbee TX dengan Xbee RX. Hal tersebut dipengaruhi oleh defleksi sinyal input dan faktor kontur daerah tersebut yang mempengaruhi kinerja transmisi data pada sistem ini.

4. KESIMPULAN

Makalah ini telah menguraikan prototipe sistem monitoring kondisi gedung menggunakan wireless sensor network dengan modul Xbee sebagai komponen utamanya. Monitoring kondisi gedung direpresentasikan dengan data kepekatan asap, suhu, dan getaran yang dideteksi oleh masing-masing sensor di dua ruangan yang berbeda. Sebuah program aplikasi yang dibangun dengan perangkat lunak Delphi dibuat di sisi penerima untuk memperlihatkan kondisi gedung tersebut. Transmisi data antara modul Xbee transmitter dan modul Xbee receiver dipengaruhi oleh kondisi topologi dari area gedung tersebut. Berdasarkan pengujian, semakin jauh jarak antara pemancar dan penerima modul Xbee semakin besar waktu tunda pembacaan data di sisi penerima. Jarak maksimum antara pemancar dan penerima dari modul Xbee agar komunikasi data masih dapat berjalan dengan baik di area tertutup dalam ruangan adalah 100 m, sedangkan jarak maksimum di antara kedua modul tersebut di daerah terbuka adalah 105 m.

DAFTAR PUSTAKA

Adhipradana, B., Rahman, A., Dewi, R.S. (2009). Perancangan Prototype Direct Notification System Untuk Meminimasi Pre-Evacuation Time Pada Proses Evakuasi Gedung Dengan Menggunakan Teknologi Short Messaging Service (SMS) Gateway (Studi Kasus: PT Otsuka Indonesia) , Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya.

Ahmad, N., Riaz, N., Hussain, M. (2011). Ad hoc wireless Sensor Network Architecture for Disaster Survivor Detection International Journal of Advanced Science and Technology, Vol. 34, September 2011, pp. 9-16.

Arkan, F. dan Zaini. (2014). Aplikasi Teknologi Zigbee Pada Sistem Detektor Kebakaran Pada Rumah Susun Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume. 3, No. 1, Januari 2014, hlm. 11-18.

(16)

Dawood, M.S., Suganya, J., Devi, R.K., Athisha, G. (2013). A Review on Wireless Sensor Network Protocol for Disaster Management Intern. Journal of Computer Applications Technology and Research, Volume 2, Issue 2, 141 146.

Haryoko, S. (2009). Karakteristik Sensor AF-30 pada Rangkaian Detektor Asap Jurnal MEDIA ELEKTRIK, Vol. 4, No. 1, Juni 2009, hlm. 1-9.

Kaur, H., Sawhney, R.S., Komal, N. (2012). Wireless Sensor Networks for Disaster Management International Journal of Advanced Research in Computer Engineering & Technology, Volume 1, Issue 5, July 2012, pp. 129-134.

Quansa Early Warning Systems: A Review The Journal

of Terrestrial Observation, Vol. 2, No. 2, 2010, pp. 24-44.

Saoji, A. and Lambhate, P.D. (2014). Trusted Clustering Based Event Detection for Disaster Management in Wireless Sensor Network International Journal of Computer Science and Information Technologies, Vol. 5, No. 4, 2014, 5179-5181.

Seal, V., Raha, A., Maity, S., Mitra, S.K., Mukherjee, A., Naskar, M.K. (2014). A Simple Flood Forecasting Scheme Using Wireless Sensor Networks International Journal of Ad hoc, Sensor & Ubiquitous Computing (IJASUC) Vol.3, No.1, February 2012, pp. 45-60.

Siregar, E.S., Yuniar, Desrianty, A. (2015 Usulan Perancangan Jalur Evakuasi Menggunakan Algoritma Djikstra Jurnal Reka Integra, Vol. 03, No. 01, Januari 2015, hlm. 73-84.

Sugiarto, B. (2010). Perancangan Sistem Pengendalian Suhu pada Gedung Bertingkat dengan Teknologi Wireless Sensor Network Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakram, Vol. 4, No.1, April 2010, hlm.62-68.

Usuman, I. dan Ardhi Sistem Pendeteksi Suhu Dan Asap Pada Ruangan Tertutup Memanfaatkan Sensor LM35 dan Sensor AF30 , No.2, Edisi khusus April 2010, hlm. B1-B6.

Yawut, C. and Kilaso A Wireless Sensor Network for Weather and Disaster Alarm Systems International Conference on Information and Electronics Engineering, Singapore, pp. 155-159.

Gambar

Gambar 2. Realisasi sistem
Gambar 3. Tampilan pada layar laptop atau PC
Gambar 4. Tampilan pada layar laptop atau PC untuk beberapa kondisi
Tabel 1. Hubungan antara jarak pancar dengan delay dalam kondisi di luar ruangan (line of sight)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah bekerjasama dalam melakukan percobaan sesuai lembar kerja siswa, peserta didik dapat menggunakan indikator alami untuk menentukan larutan asam dan basa

Artinya masyarakat baik yang berdomisili di sekitar Sungai Krueng Daroy dan Krueng Doy maupun yang tidak berdomisili di daerah tersebut masih mencerminkan

Dari deskripsi hasil penelitian yang dilakukan tentang tingkat pengetahuan strategi dan taktik dalam bermain sepakbola siswa peserta ekstrakurikuler sepakbola di

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi membaca dan mempelajari dengan seksama berkas perkara, beserta surat-surat yang terlampir dalam berkas perkara a

Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip sedemikian sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan

Alhamdulillahirrabil’alamin, segala puji syyukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat, petunjuk, dan pertolongan-NYA, penulis dapat menyusun dan

tuberculosis. Gejala dari penyakit TBC yaitu mudah lelah, berat badan turun drastis, lesu, hilang nafsu makan, demam, berkeringat di malam hari, sulit bernapas, sakit

Denaturasi protein adalah kondisi di mana struktur sekunder, tersier maupun kuartener dari suatu protein mengalami modifikasi tanpa ada pemecahan ikatan peptidae. Faktor