• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFESIONALISME GURU SD MELALUI AUTHENTIC ASSESSMENT TERHADAP KURIKULUM EVA BETTY SIMANJUNTAK Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP Unimed

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFESIONALISME GURU SD MELALUI AUTHENTIC ASSESSMENT TERHADAP KURIKULUM EVA BETTY SIMANJUNTAK Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP Unimed"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

90

PROFESIONALISME GURU SD MELALUI AUTHENTIC ASSESSMENT

TERHADAP KURIKULUM 2013 EVA BETTY SIMANJUNTAK

Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP Unimed ABSTRAK

Profesionalisme, adalah komitmem guru SD sebagai tenaga profesioanal untuk terus menerus mengembangkan kemampuaan profesionalnya dengan meningkatkan ke empat kompetensi guru. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda berstandar sekali pun. Di samping itu, Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Di samping itu, Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Kata kunci :Profesionalisme, Authentic Assessment, Kurikulum 2013.

PENDAHULUAN

Pendidikan dasar, atau sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting kedudukannya. Orang-orang dan peraturan pemerintah mengakui

dan menetapkan bahwa tanpa

menyelesaikan pendidikan pada sekolah dasar atau sederajat, secara formal seseorang tidak mungkin dapat mengikuti jenjang yang lebih tinggi atau sederajat SLTP (sekolah lanjutan tingkat atas). Hal ini didasarkan pada PP nomor 28 tahun1990, khususnya pasal 3 bunyinya paling tidak ada dua fungsi sekolah dasar, pertama, melalui anak didik dibekali kemampuaan dasar, kedua, sekolah dasar

merupakan satuan pendidikan yang

memberikan dasar–dasar untuk mengikuti

pendidikan pada jenjang berikutnya.

Memperhatikan perananan sekolah dasar

yang demikiaan besar, berarti harus dipersiapkan sebaik baiknya, baik secara lembaga (instusional), maupun funsional akademik. Secara fungsional akademik berarti seluruh perangkat sekkolah dasar seperti tenaga pendidik (guru), kurikulum dan perangkat pendidik lainnya.

Guru SD memiliki jabatan profesi yang cukup bermakna strategis karena peyandangnya mengemban tugas bagi

proses kemanusian, pemanusian,

pencerdasan, pembudayaan dan

membangun karakter bangsa. Makna strategis guru meniscayakan pengakuan guru sebagai jabatan profesi, dengan lahirnya undang- undang (UU) no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan atas profesi dengan segala dimensinya. Di dalam UU No 14 tahun 2005 disebutkan bahwa guru

(2)

91

adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini,jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Namum, kenyataannya

masyarakat Indonesia sedang mengalami

krisis keterpurukan mutu kehidupan

bangsa Indonesia. Menurut Tilaar

(2009:299) ”Keterpurukan tersebut

diindikasikan pula oleh merosotnya mutu sumber daya manusia Indonesia yang semakin rendah dan semakin merosot. Kemerosotan tersebut menunjukan pula rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, termaksud mutu pendidikan dasar.” Mutu SDM Indonesia. Human develomet index

(HDI) menurut laporan World

Development Report tahun 2001dan

UNDP menunjukan bahwa mutu sumber daya manusia pada tahun 2000 berada pada peringkat 109 dan kini masik pada peringkat 111 dari 174 negara pada tahun 2004.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru seperti yang dikemukakan Akadum dalam Wau (2013:21) ada lima peyebab rendahnya profesionalisme guru, (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masik setengah hati dari penggambilan dari pihak-pihak yang terlibat. Hal ini terbukti

dari masik belum mantapnya

kelembagaan pencetak tenaga

kependidikan, (4) masih belum smooth-nya perbedaan tentang pendapat proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5) masih belum berfungsinya PGRI

sebagai organisasi profesi yang berupaya

secara maksimal meningkatkan

profesionallisme anggotanya.

Fakta dilapangan juga demikian hasil penggamatan, Penulis pada tahun 2013 diikut sertakan menjadi anggota monev implementasi kurikulum 2013 untuk kabupaten Deli Serdang dan 2014 merupakan narasumber nasional sekaligus asesor PLPG dari 2007 sampai sekarang. Masih ada kelemahan–kelemahan pada

kompetensi–kompetensi profesional

khususnya kompetensi pedagogik, salah satu tugas guru disini melaksanakan evaluasi, pada kurikulum 2013 penilaian dengan autentik assasmen

Penilaian autentik (Authentic

Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik terdiri dari kata: Assessment

merupakan sinonim dari penilaian,

pengukuran, pengujian, atau evaluasi dan autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.

Secara konseptual penilaian

autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda berstandar sekali pun. Di samping itu, ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria

yang berkaitan dengan konstruksi

pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Penilaian autentik dan tuntutan

kurikulum 2013, Penilaian autentik

memiliki relevansi kuat terhadap

pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Di samping itu, Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar

(3)

92

mengobservasi, menalar, mencoba,

membangun jejaring, dan lain-lain.

Penilaian autentik cenderung

fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Di samping itu, Penilaian autentik sangat

relevan dengan pendekatan tematik

terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis

norma, pilihan ganda, benar-salah,

menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.

Oleh karena itu, pola penilaian seperti ini tidak diartikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik karena Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Namun, Dalam penilaian autentik, seringkali pengelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai, sedangkan Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.

Berdasarkan pengamatan

dilapangan menunjukkan bahwa sistem penilaian yang digunakan para Guru umumnya paper and penci test karena mereka menilai cukup praktis dalam arti tidak membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang banyak. Sebaliknya jika

menggunakan autentik asessment

membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang lebih banyak, sehingga Guru enggan menggunakannya. Pemikiran dan perilaku seperti inilah yang dapat menghambat tercapainya kualitas pembelajaran dan pendidikan.

Di lihat dari pengamatan

pembelajaran dan pendidikan tersebut di atas, guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa, waktu pembelajaran kadang terasa tidak cukup untuk menggali kemampuan siswa, dan agak sulit untuk diterapkan kepada anak-anak yang pasif. Sehingga dari hal tersebut di atas, maka penilaian autentik (Authentic Assessment)

lebih diarahkan agar implementasi

kurikulum 2013 dapat diterima guru dan peserta didik.

PEMBAHASAN Tinjauan Pustaka Profesionalisme guru SD

“Propesional” mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profes. Sedangkan

profesi adalah suatu jabatan atau

perkerjaan yang menuntut keahlian

(expertise) dari para anggotanya.

Artinya,pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih atau tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut (Samana 1991:19).

Pengertiaan profesionalisme

adalah komitmen yang tinggi dari para

profesional terhadap profesinya.

Komitmen tersebut diwujudkan dengan

kebanggaan dirinya sebagai tenaga

profesional yang berusaha terus–menerus

untuk mengembangkan kemampuan

profesionalnya. Demikian juga menurut

Logma(1987) profesionalisme adalah

“tingkat laku, keahliaan atau kualitas dari seseorang profesional”, sedang menurut

(4)

93

Pamuji, (1985) profesionalisme memiliki

arti ”lapangan kerja yang diduduki oleh orang –orang yang memilki kemampuaan tertentu. Dari pendapat di atas disimpulkan

Profesionalisme merupakan komitmen

para anggota suatu profesi untuk

meningkatkan kemampuannya secara terus

menerus. “Profesionalisme” adalah

sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesional. Demikian juga halnya dengan guru SD harus juga memiliki komitmen

terhadap jabatan profesinya yang

dimilikinya.

Peningkatan Profesionalisme Guru Peningkatan profesionalisme guru adalah upaya untuk membantu guru yang belum memiliki kualifikasi propesional

menjadi profesional. Peningkatan

pelaksanaanya menurut Bafadal (2004:7) ”harus dilakukan secara sistematis, dalam

arti direncanakan secara matang,

dilaksanakan secara taat asas, dan

dievaluasi secara objektif, sebab lahirnya seorang profesional tidak bisa hanya melalui bentuk penataran dalam waktu enam hari…….” Jika dimaknai hal tersebut bahwa peningkatan kemampuan profesional guru bukan sekedar diarahkan kepada pembinaan yang lebih bersifat aspek–aspek adminisktratif kepegawaian namum harus ada komitmen dari guru

sendiri meningkatkan keprofesional,

melalui kompetensi yang dimiliki oleh guru.

Melalui kebijakan nasional

pemerintah Republik Indonesia telah merumuskan empat jenis kompetensi guru

yang profesional.keempat kompetensi

telah dicamtumkan dalam PP NO. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan

nasional yaitu: kompetensi pedagogik,

kepribadian, prefesional, dan sosial.

Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut diharapkan guru di Indonesia menjalankan tugas dan kewajibannya secara profesional.

Kompetensi pedagogik adalah

kemampuaan mengelola pembelajaran

pserta didik yang meliputi pemahamam terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajaran dan pemgembangan peserta didik untuk mengatualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik dijabarkan atas sejumah kemampuan yang meliputi:(a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (b) pemahaman tentang peserta didik, (c) pengembangan kurikulum atau silabus, (d)perancangan

pembelajaran, (e) pelaksanaan

pembelajaran yang mendidik dan dialogis,

(f)evaluasi belajar, (g)pemgembangan

peserta didik untuk mengatualisasikan berbagia potensi yang dimiliki.

Dalam kompetensi pedagogik merupakan salah satu peran guru SD meningkatkan profesonalismenya melalui Autentin assesmen, Asessmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Beberapa pengertian atau definisi :

Dalam American Librabry

Association asessmen autentik

didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran.

Dalam Newton Public School,

asessmen autentik diartikan sebagai

penilaian atas produk dan kinerja yang

berhubungan dengan pengalaman

(5)

94

mendefinisikan asesmen autentik sebagai

upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,

memberikan analisa oral terhadap

peristiwa, berkolaborasi dengan

antarsesama melalui debat, dan

sebagainya.

Asessmen autentik memiliki

relevansi kuat terhadap pendekatan

scientific dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena,

asesmen semacam ini mampu

menggambarkan peningkatan hasil belajar

peserta didik, baik dalam rangka

mengobservasi, menalar, mencoba,

membangun jejaring, dan lain-lain.

Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,

memungkinkan peserta didik untuk

menunjukkan kompetensi mereka dalam

pengaturan yang lebih autentik.

Karenanya, asesmen autentik sangat

relevan dengan pendekatan tematik

terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.

Munif Chatib dalam buku

Sekolahnya Manusia menjelaskan bahwa Assesmen autentic memiliki ciri sebagai berikut :

1. Memandang penilaian dan

pembelajaran secara terpadu 2. Mencerminkan masalah dunia nyata

3. Menggunakan berbagai cara dan

kriteria

4. Holistik (kompetensi utuh

merefleksikan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap)

Keberadaan Authentic Assessment Terhadap Kurikulum 2013

Kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang

digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.

Kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan scientific (Scientific Approach) dimana pada proses pembelajaran terdapat proses mengamati (Observing), bertanya

(Questioning), menalar. (Associating),

mencoba (Experimenting), menyimpulkan, dan membentuk jejaring (Networking). Keaktifan siswa lebih dituntut untuk menemukan sendiri, guru hanya membantu mengarahkan siswa sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep dari yang akan diajarkan. Proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual.

Melakukan penilaian merupakan

salah satu tugas guru selain menyusun

program pembelajaran dan

mengimplementasikannya di dalam kelas. Guru juga harus dapat menetapkan apa yang dapat diperoleh atau dicapai dari

proses pembelajaran yang telah

diselenggarakan. Selanjutnya guru harus dapat menetapkan apakah program yang ia

rencanakan dapat terlaksana sesuai

harapan, dalam arti bahwa kompetensi yang dikembangkan pada diri siswa sesuai dengan harapan. Semua ini dapat diketahui dan terjawab, jika guru melakukan autentik assessmen dan evaluasi dengan baik. Hal ini sesuai pendapat Johnson bahwa assessmen dapat dilakukan tanpa evaluasi, tetapi evaluasi tidak dapat dilakukan tanpa assessmen. Assessmen sangat berperan

(6)

95

dalam menentukan arah pembelajaran dan

kualitas pendidikan. Menurut Atkin,

Black, & Coffey bahwa ada beberapa prioritas dalam pembaharuan pendidikan, seperti: a) inkuiri saintifik dalam isi dan pendekatan pembelajaran, b) assessmen untuk memperbaiki proses pembelajaran, c) peran teknologi dalam kurikulum, d)

pemilihan dan identifikasi materi

pembelajaran yang efektif sesuai dengan

standar yang ditetapkan, dan e)

mengembangkan program pendidikan

yang koheren untuk semua jenjang

pendidikan. Pendapat tersebut

menunjukkan bahwa untuk saat ini

dibutuhkan assessmen yang dapat

memperbaiki proses pembelajaran dan pendidikan. Zamroni mengemukakan bahwa evaluasi akan merupakan kebijakan

yang dapat meningkatkan kualitas

pendidikan, apabila: a) memberikan

umpan balik yang efektif kepada siswa, b) mendorong aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mereka sendiri, c) umpan

balik bagi guru untuk melakukan

penyesuaian dalam melaksanakan

pembelajaran, d) memahami pengaruh evaluasi terhadap motivasi siswa dan kepercayaan diri mereka, dan e) alat bagi siswa untuk melakukan monitoring dan koreksi diri mereka sendiri. Dengan demikian apabila siswa dapat mengetahui kemajuan dan perkembangan dirinya, siswa dapat mengatur belajarnya dengan

menentukan langkah-langkah kegiatan

belajar berikutnya sehingga kondisi ini memungkinkan siswa untuk belajar secara

terus menerus dan mendorong

terlaksananya life long learning.

Terlaksananya life long learning tentunya tidak terlepas dari peran guru dalam pembelajaran karena perilaku guru dalam mengajar dapat mempengaruhi perilaku siswa dalam belajar. Sedang perilaku guru

dalam melaksanakan proses belajar

mengajar dipengaruhi oleh sistem dan

teknik evaluasi, sebagaimana slogan

“Bagaimana evaluasi dilakukan begitulah guru mengajar”. Selanjutnya menurut Zamroni perilaku guru dan siswa dalam proses belajar mengajar harus berubah, perubahan ini akan menjadi kenyataan apabila sistem evaluasi sekolah juga berubah. Tanpa perubahan dalam evaluasi tidak akan ada perubahan dalam proses

belajar mengajar. Namun merubah

perilaku guru pun tidak mudah, mengingat merubah paradigma seseorang bukan sesuatu yang mudah dilakukan.

Penilaian otentik dapat menilai target-target belajar berikut :

1) Penalaran: Target penalaran dan keterampilan memecahkan masalah dapat dinilai dengan penilaian kinerja melalui pemberian masalah yang kompleks yang harus dipecahkan siswa. Siswa harus terlibat dalam berfikir dan proses penalaran yang melibatkan beberapa langkah. 2) Keterampilan: Kekuatan penilaian

kinerja adalah kemampuannya untuk

menilai siswa dalam

mempertunjukkan

keterampilan-keterampilan tertentu: Aktivitas yang ditampilkan siswa dapat dijadikan target asesmen seperti keterampilan berkomunikasi ataupun keterampilan manual siswa

3) Produk: Kekuatan lain dari penilaian

kinerja adalah untuk menilai

pencapaian daya cipta siswa yang

berhubungan dengan produk.

Kualitas produk menunjukkan hasil kinerja siswa berdasarkan standar tertentu. Produk dapat berupa paper, laporan penelitian, bentuk kerajinan

(7)

96

dan produk-produk dari suatu

keterampilan.

4) Afektif : Aspek afektif seperti sikap, nilai, minat, motivasi, pilihan, dan konsep diri didasarkan pada tindakan siswa atau apa yang kita lihat pada produk yang diciptakan siswa, maka dari itu penilaian kinerja dapat digunakan pula untuk menilai aspek-aspek afektif.

Dalam menggunakan penilaian kinerja terdapat asumsi pokok yang harus diyakini guru, yaitu: 1) Partisipasi aktif siswa; 2) Tugas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran; 3) Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran; 4) siswa turut berupaya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Penilaian otentik yang dimaksud dalam kurikulum 2013 meliputi kombinasi berbagai jenis penilaian, yaitu: penilaian sikap dan kinerja/keterampilan siswa melalui pengamatan (menggunakan lembar pengamatan), penilaian sikap melalui

penilaian diri dan penilaian antar

teman,penilaian melalui tugas-tugas (task) yang diberikan pada proses dan setelah pembelajaran, tes tertulis dan lisan serta penilaian portofolio.

Dengan demikian, berbagai jenis penilaian yang diuraikan di atas, dalam

penilaian proses dan hasil belajar

dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Tujuan penggunaan berbagai jenis penilaian tersebut tak lain adalah agar mendapatkan gambaran yang faktual mengenai kompetensi siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber data yang akurat dan valid dalam pengambilan keputusan pendidikan.

PENUTUP Kesimpulan

Profesionalisme, adalah

komitmem guru SD sebagai tenaga

profesioanal untuk terus menerus

mengembangkan kemampuaan

profesionalnya dengan meningkatkan ke empat kompetensi guru.

Penilaian autentik terdiri dari

berbagai teknik penilaian.Pertama,

pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil

jangka panjang pendidikan seperti

kesuksesan di tempat kerja. Kedua,

penilaian atas tugas-tugas yang

memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis

proses yang digunakan untuk

menghasilkan respon peserta didik atas

perolehan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang ada.

Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.

Saran

Guru membutuhkan asessmen

autentik yang dapat melakukan penilailan secara holistik meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Jenis asesmen autentik sangat bervariasi, oleh karena itu guru perlu menyesuaikan apa kriteria dan aspek yang akan diukur agar penilaian bermakna

sehingga dapat menggambarkan

kemampuan siswa. Sekolah dan

pemerintah hendaknya memberikan

fasilitas bagi guru untuk melakukan penilaian secara autentik baik berupa fisik material atau kebijakan.

(8)

97

RUJUKAN

Bafadal, Ibrahim,2004,Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar,Jakarta: Bumi Aksara Mulyansa, E,Standar Kompetensi dan

Sertifikasi Guru,Rosda:Bandung Anonim,Peraturan Pemeritah Republik

Indonesia No.14 tahun

2005,Tentang Guru dan Dosen,

Jakarta Johnson, D.W. 2002.Meaningful

Assessment A Manageable and Cooperatve Process. USA: Allyn and Bacon,

Jahja Umar, .2004. Pengembangan Sistem Penilaian Untuk meningkatkan Mutu Pendidikan Nasionan di Era Global. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Rekayasa Sistem Penilaian dalam Rangka Meningkatkan Kualitas

Pendidikan. Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) tanggal 26 dan 27 Maret 2004 di Yogyakarta

M .Nur, 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya, UNESA Press, Nur Wikandari, 2000, Perkembangan

Kurikulum

Smp,Bandung,Alfabeta Samana, A, 1994.Profesionalisme

keguruan,Yogyakarta: Kanasius Zamroni. 2004. Pengembangan Sistem

Penilaian Pendidikan Menengah yang Menerapkan KBK dalam Kerangka Otonomi Daerah. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Rekayasa Sistem Penilaian dalam Rangka Meningkatkan Kualitas

Pendidikan. Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI)

tanggal 26 dan 27 Maret 2004 di Yogyakarta

Wau Yasaratodo,2013,Profesi

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan perendaman biji dan penyiraman dengan berbagai dosis PGPR tanaman pioneer bekas tambang kapur (Tridax procumbens, Crotalaria mucronata, Mimosa pudica, Imperata

Pendidikan Islam pada dasarnya merupakan upaya normatif untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam mengembangkan pandangan hidup islami (bagaimana akan menjalani

kelas sosial yang berbeda inilah menjadi alasan ditempuhnya jalan kawin lari dan menjadi akar konflik yang sebenarnya. Karena jamaknya persyaratan perkawinan yang

Berdasarkan hasil analisis validasi isi instrumen soal ulangan akhir semester ganjil Mata Pelajaran Matematika Kelas VI sekolah dasar, diperoleh informasi bahwa

Memulai Instalasi Untuk melakukan installasi, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengklik ganda icon Install Linux Mint yang ada pada desktop Linux Mint.. Memilih

a) Pada Application Navigator, klik kanan projek SecurityAdministration dan pilih New dari konteks menu. b) Pada New Gallery, expand Business Tier pada daftar kategori

Untuk menarik pelanggan dan mempertahankan pelanggan lama, suatu perusahaan harus mengadakan pelayanan dengan baik dan teratur. Hal tersebut perlu dilakukan oleh

Sistem controlled landfill yang diterapkan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Ngronggo Salatiga pada akhir tahun 2012 seharusnya dapat mengurangi pencemaran air tanah