90
PROFESIONALISME GURU SD MELALUI AUTHENTIC ASSESSMENTTERHADAP KURIKULUM 2013 EVA BETTY SIMANJUNTAK
Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP Unimed ABSTRAK
Profesionalisme, adalah komitmem guru SD sebagai tenaga profesioanal untuk terus menerus mengembangkan kemampuaan profesionalnya dengan meningkatkan ke empat kompetensi guru. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda berstandar sekali pun. Di samping itu, Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Di samping itu, Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Kata kunci :Profesionalisme, Authentic Assessment, Kurikulum 2013.
PENDAHULUAN
Pendidikan dasar, atau sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting kedudukannya. Orang-orang dan peraturan pemerintah mengakui
dan menetapkan bahwa tanpa
menyelesaikan pendidikan pada sekolah dasar atau sederajat, secara formal seseorang tidak mungkin dapat mengikuti jenjang yang lebih tinggi atau sederajat SLTP (sekolah lanjutan tingkat atas). Hal ini didasarkan pada PP nomor 28 tahun1990, khususnya pasal 3 bunyinya paling tidak ada dua fungsi sekolah dasar, pertama, melalui anak didik dibekali kemampuaan dasar, kedua, sekolah dasar
merupakan satuan pendidikan yang
memberikan dasar–dasar untuk mengikuti
pendidikan pada jenjang berikutnya.
Memperhatikan perananan sekolah dasar
yang demikiaan besar, berarti harus dipersiapkan sebaik baiknya, baik secara lembaga (instusional), maupun funsional akademik. Secara fungsional akademik berarti seluruh perangkat sekkolah dasar seperti tenaga pendidik (guru), kurikulum dan perangkat pendidik lainnya.
Guru SD memiliki jabatan profesi yang cukup bermakna strategis karena peyandangnya mengemban tugas bagi
proses kemanusian, pemanusian,
pencerdasan, pembudayaan dan
membangun karakter bangsa. Makna strategis guru meniscayakan pengakuan guru sebagai jabatan profesi, dengan lahirnya undang- undang (UU) no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan atas profesi dengan segala dimensinya. Di dalam UU No 14 tahun 2005 disebutkan bahwa guru
91
adalah pendidik profesional dengan tugasutama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini,jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Namum, kenyataannya
masyarakat Indonesia sedang mengalami
krisis keterpurukan mutu kehidupan
bangsa Indonesia. Menurut Tilaar
(2009:299) ”Keterpurukan tersebut
diindikasikan pula oleh merosotnya mutu sumber daya manusia Indonesia yang semakin rendah dan semakin merosot. Kemerosotan tersebut menunjukan pula rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, termaksud mutu pendidikan dasar.” Mutu SDM Indonesia. Human develomet index
(HDI) menurut laporan World
Development Report tahun 2001dan
UNDP menunjukan bahwa mutu sumber daya manusia pada tahun 2000 berada pada peringkat 109 dan kini masik pada peringkat 111 dari 174 negara pada tahun 2004.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru seperti yang dikemukakan Akadum dalam Wau (2013:21) ada lima peyebab rendahnya profesionalisme guru, (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masik setengah hati dari penggambilan dari pihak-pihak yang terlibat. Hal ini terbukti
dari masik belum mantapnya
kelembagaan pencetak tenaga
kependidikan, (4) masih belum smooth-nya perbedaan tentang pendapat proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, (5) masih belum berfungsinya PGRI
sebagai organisasi profesi yang berupaya
secara maksimal meningkatkan
profesionallisme anggotanya.
Fakta dilapangan juga demikian hasil penggamatan, Penulis pada tahun 2013 diikut sertakan menjadi anggota monev implementasi kurikulum 2013 untuk kabupaten Deli Serdang dan 2014 merupakan narasumber nasional sekaligus asesor PLPG dari 2007 sampai sekarang. Masih ada kelemahan–kelemahan pada
kompetensi–kompetensi profesional
khususnya kompetensi pedagogik, salah satu tugas guru disini melaksanakan evaluasi, pada kurikulum 2013 penilaian dengan autentik assasmen
Penilaian autentik (Authentic
Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik terdiri dari kata: Assessment
merupakan sinonim dari penilaian,
pengukuran, pengujian, atau evaluasi dan autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Secara konseptual penilaian
autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda berstandar sekali pun. Di samping itu, ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria
yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Penilaian autentik dan tuntutan
kurikulum 2013, Penilaian autentik
memiliki relevansi kuat terhadap
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Di samping itu, Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar
92
mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain.
Penilaian autentik cenderung
fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Di samping itu, Penilaian autentik sangat
relevan dengan pendekatan tematik
terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis
norma, pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
Oleh karena itu, pola penilaian seperti ini tidak diartikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik karena Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Namun, Dalam penilaian autentik, seringkali pengelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai, sedangkan Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengamatan
dilapangan menunjukkan bahwa sistem penilaian yang digunakan para Guru umumnya paper and penci test karena mereka menilai cukup praktis dalam arti tidak membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang banyak. Sebaliknya jika
menggunakan autentik asessment
membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu yang lebih banyak, sehingga Guru enggan menggunakannya. Pemikiran dan perilaku seperti inilah yang dapat menghambat tercapainya kualitas pembelajaran dan pendidikan.
Di lihat dari pengamatan
pembelajaran dan pendidikan tersebut di atas, guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa, waktu pembelajaran kadang terasa tidak cukup untuk menggali kemampuan siswa, dan agak sulit untuk diterapkan kepada anak-anak yang pasif. Sehingga dari hal tersebut di atas, maka penilaian autentik (Authentic Assessment)
lebih diarahkan agar implementasi
kurikulum 2013 dapat diterima guru dan peserta didik.
PEMBAHASAN Tinjauan Pustaka Profesionalisme guru SD
“Propesional” mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profes. Sedangkan
profesi adalah suatu jabatan atau
perkerjaan yang menuntut keahlian
(expertise) dari para anggotanya.
Artinya,pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih atau tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut (Samana 1991:19).
Pengertiaan profesionalisme
adalah komitmen yang tinggi dari para
profesional terhadap profesinya.
Komitmen tersebut diwujudkan dengan
kebanggaan dirinya sebagai tenaga
profesional yang berusaha terus–menerus
untuk mengembangkan kemampuan
profesionalnya. Demikian juga menurut
Logma(1987) profesionalisme adalah
“tingkat laku, keahliaan atau kualitas dari seseorang profesional”, sedang menurut
93
Pamuji, (1985) profesionalisme memilikiarti ”lapangan kerja yang diduduki oleh orang –orang yang memilki kemampuaan tertentu. Dari pendapat di atas disimpulkan
Profesionalisme merupakan komitmen
para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuannya secara terus
menerus. “Profesionalisme” adalah
sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesional. Demikian juga halnya dengan guru SD harus juga memiliki komitmen
terhadap jabatan profesinya yang
dimilikinya.
Peningkatan Profesionalisme Guru Peningkatan profesionalisme guru adalah upaya untuk membantu guru yang belum memiliki kualifikasi propesional
menjadi profesional. Peningkatan
pelaksanaanya menurut Bafadal (2004:7) ”harus dilakukan secara sistematis, dalam
arti direncanakan secara matang,
dilaksanakan secara taat asas, dan
dievaluasi secara objektif, sebab lahirnya seorang profesional tidak bisa hanya melalui bentuk penataran dalam waktu enam hari…….” Jika dimaknai hal tersebut bahwa peningkatan kemampuan profesional guru bukan sekedar diarahkan kepada pembinaan yang lebih bersifat aspek–aspek adminisktratif kepegawaian namum harus ada komitmen dari guru
sendiri meningkatkan keprofesional,
melalui kompetensi yang dimiliki oleh guru.
Melalui kebijakan nasional
pemerintah Republik Indonesia telah merumuskan empat jenis kompetensi guru
yang profesional.keempat kompetensi
telah dicamtumkan dalam PP NO. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan
nasional yaitu: kompetensi pedagogik,
kepribadian, prefesional, dan sosial.
Dengan adanya peraturan pemerintah tersebut diharapkan guru di Indonesia menjalankan tugas dan kewajibannya secara profesional.
Kompetensi pedagogik adalah
kemampuaan mengelola pembelajaran
pserta didik yang meliputi pemahamam terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajaran dan pemgembangan peserta didik untuk mengatualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik dijabarkan atas sejumah kemampuan yang meliputi:(a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (b) pemahaman tentang peserta didik, (c) pengembangan kurikulum atau silabus, (d)perancangan
pembelajaran, (e) pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
(f)evaluasi belajar, (g)pemgembangan
peserta didik untuk mengatualisasikan berbagia potensi yang dimiliki.
Dalam kompetensi pedagogik merupakan salah satu peran guru SD meningkatkan profesonalismenya melalui Autentin assesmen, Asessmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Beberapa pengertian atau definisi :
Dalam American Librabry
Association asessmen autentik
didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran.
Dalam Newton Public School,
asessmen autentik diartikan sebagai
penilaian atas produk dan kinerja yang
berhubungan dengan pengalaman
94
mendefinisikan asesmen autentik sebagaiupaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisa oral terhadap
peristiwa, berkolaborasi dengan
antarsesama melalui debat, dan
sebagainya.
Asessmen autentik memiliki
relevansi kuat terhadap pendekatan
scientific dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena,
asesmen semacam ini mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar
peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain.
Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih autentik.
Karenanya, asesmen autentik sangat
relevan dengan pendekatan tematik
terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Munif Chatib dalam buku
Sekolahnya Manusia menjelaskan bahwa Assesmen autentic memiliki ciri sebagai berikut :
1. Memandang penilaian dan
pembelajaran secara terpadu 2. Mencerminkan masalah dunia nyata
3. Menggunakan berbagai cara dan
kriteria
4. Holistik (kompetensi utuh
merefleksikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap)
Keberadaan Authentic Assessment Terhadap Kurikulum 2013
Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan scientific (Scientific Approach) dimana pada proses pembelajaran terdapat proses mengamati (Observing), bertanya
(Questioning), menalar. (Associating),
mencoba (Experimenting), menyimpulkan, dan membentuk jejaring (Networking). Keaktifan siswa lebih dituntut untuk menemukan sendiri, guru hanya membantu mengarahkan siswa sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep dari yang akan diajarkan. Proses pembelajaran yang dikehendaki adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual.
Melakukan penilaian merupakan
salah satu tugas guru selain menyusun
program pembelajaran dan
mengimplementasikannya di dalam kelas. Guru juga harus dapat menetapkan apa yang dapat diperoleh atau dicapai dari
proses pembelajaran yang telah
diselenggarakan. Selanjutnya guru harus dapat menetapkan apakah program yang ia
rencanakan dapat terlaksana sesuai
harapan, dalam arti bahwa kompetensi yang dikembangkan pada diri siswa sesuai dengan harapan. Semua ini dapat diketahui dan terjawab, jika guru melakukan autentik assessmen dan evaluasi dengan baik. Hal ini sesuai pendapat Johnson bahwa assessmen dapat dilakukan tanpa evaluasi, tetapi evaluasi tidak dapat dilakukan tanpa assessmen. Assessmen sangat berperan
95
dalam menentukan arah pembelajaran dankualitas pendidikan. Menurut Atkin,
Black, & Coffey bahwa ada beberapa prioritas dalam pembaharuan pendidikan, seperti: a) inkuiri saintifik dalam isi dan pendekatan pembelajaran, b) assessmen untuk memperbaiki proses pembelajaran, c) peran teknologi dalam kurikulum, d)
pemilihan dan identifikasi materi
pembelajaran yang efektif sesuai dengan
standar yang ditetapkan, dan e)
mengembangkan program pendidikan
yang koheren untuk semua jenjang
pendidikan. Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa untuk saat ini
dibutuhkan assessmen yang dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan pendidikan. Zamroni mengemukakan bahwa evaluasi akan merupakan kebijakan
yang dapat meningkatkan kualitas
pendidikan, apabila: a) memberikan
umpan balik yang efektif kepada siswa, b) mendorong aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mereka sendiri, c) umpan
balik bagi guru untuk melakukan
penyesuaian dalam melaksanakan
pembelajaran, d) memahami pengaruh evaluasi terhadap motivasi siswa dan kepercayaan diri mereka, dan e) alat bagi siswa untuk melakukan monitoring dan koreksi diri mereka sendiri. Dengan demikian apabila siswa dapat mengetahui kemajuan dan perkembangan dirinya, siswa dapat mengatur belajarnya dengan
menentukan langkah-langkah kegiatan
belajar berikutnya sehingga kondisi ini memungkinkan siswa untuk belajar secara
terus menerus dan mendorong
terlaksananya life long learning.
Terlaksananya life long learning tentunya tidak terlepas dari peran guru dalam pembelajaran karena perilaku guru dalam mengajar dapat mempengaruhi perilaku siswa dalam belajar. Sedang perilaku guru
dalam melaksanakan proses belajar
mengajar dipengaruhi oleh sistem dan
teknik evaluasi, sebagaimana slogan
“Bagaimana evaluasi dilakukan begitulah guru mengajar”. Selanjutnya menurut Zamroni perilaku guru dan siswa dalam proses belajar mengajar harus berubah, perubahan ini akan menjadi kenyataan apabila sistem evaluasi sekolah juga berubah. Tanpa perubahan dalam evaluasi tidak akan ada perubahan dalam proses
belajar mengajar. Namun merubah
perilaku guru pun tidak mudah, mengingat merubah paradigma seseorang bukan sesuatu yang mudah dilakukan.
Penilaian otentik dapat menilai target-target belajar berikut :
1) Penalaran: Target penalaran dan keterampilan memecahkan masalah dapat dinilai dengan penilaian kinerja melalui pemberian masalah yang kompleks yang harus dipecahkan siswa. Siswa harus terlibat dalam berfikir dan proses penalaran yang melibatkan beberapa langkah. 2) Keterampilan: Kekuatan penilaian
kinerja adalah kemampuannya untuk
menilai siswa dalam
mempertunjukkan
keterampilan-keterampilan tertentu: Aktivitas yang ditampilkan siswa dapat dijadikan target asesmen seperti keterampilan berkomunikasi ataupun keterampilan manual siswa
3) Produk: Kekuatan lain dari penilaian
kinerja adalah untuk menilai
pencapaian daya cipta siswa yang
berhubungan dengan produk.
Kualitas produk menunjukkan hasil kinerja siswa berdasarkan standar tertentu. Produk dapat berupa paper, laporan penelitian, bentuk kerajinan
96
dan produk-produk dari suatu
keterampilan.
4) Afektif : Aspek afektif seperti sikap, nilai, minat, motivasi, pilihan, dan konsep diri didasarkan pada tindakan siswa atau apa yang kita lihat pada produk yang diciptakan siswa, maka dari itu penilaian kinerja dapat digunakan pula untuk menilai aspek-aspek afektif.
Dalam menggunakan penilaian kinerja terdapat asumsi pokok yang harus diyakini guru, yaitu: 1) Partisipasi aktif siswa; 2) Tugas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran; 3) Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran; 4) siswa turut berupaya dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Penilaian otentik yang dimaksud dalam kurikulum 2013 meliputi kombinasi berbagai jenis penilaian, yaitu: penilaian sikap dan kinerja/keterampilan siswa melalui pengamatan (menggunakan lembar pengamatan), penilaian sikap melalui
penilaian diri dan penilaian antar
teman,penilaian melalui tugas-tugas (task) yang diberikan pada proses dan setelah pembelajaran, tes tertulis dan lisan serta penilaian portofolio.
Dengan demikian, berbagai jenis penilaian yang diuraikan di atas, dalam
penilaian proses dan hasil belajar
dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Tujuan penggunaan berbagai jenis penilaian tersebut tak lain adalah agar mendapatkan gambaran yang faktual mengenai kompetensi siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber data yang akurat dan valid dalam pengambilan keputusan pendidikan.
PENUTUP Kesimpulan
Profesionalisme, adalah
komitmem guru SD sebagai tenaga
profesioanal untuk terus menerus
mengembangkan kemampuaan
profesionalnya dengan meningkatkan ke empat kompetensi guru.
Penilaian autentik terdiri dari
berbagai teknik penilaian.Pertama,
pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil
jangka panjang pendidikan seperti
kesuksesan di tempat kerja. Kedua,
penilaian atas tugas-tugas yang
memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis
proses yang digunakan untuk
menghasilkan respon peserta didik atas
perolehan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang ada.
Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
Saran
Guru membutuhkan asessmen
autentik yang dapat melakukan penilailan secara holistik meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Jenis asesmen autentik sangat bervariasi, oleh karena itu guru perlu menyesuaikan apa kriteria dan aspek yang akan diukur agar penilaian bermakna
sehingga dapat menggambarkan
kemampuan siswa. Sekolah dan
pemerintah hendaknya memberikan
fasilitas bagi guru untuk melakukan penilaian secara autentik baik berupa fisik material atau kebijakan.
97
RUJUKANBafadal, Ibrahim,2004,Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar,Jakarta: Bumi Aksara Mulyansa, E,Standar Kompetensi dan
Sertifikasi Guru,Rosda:Bandung Anonim,Peraturan Pemeritah Republik
Indonesia No.14 tahun
2005,Tentang Guru dan Dosen,
Jakarta Johnson, D.W. 2002.Meaningful
Assessment A Manageable and Cooperatve Process. USA: Allyn and Bacon,
Jahja Umar, .2004. Pengembangan Sistem Penilaian Untuk meningkatkan Mutu Pendidikan Nasionan di Era Global. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Rekayasa Sistem Penilaian dalam Rangka Meningkatkan Kualitas
Pendidikan. Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) tanggal 26 dan 27 Maret 2004 di Yogyakarta
M .Nur, 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya, UNESA Press, Nur Wikandari, 2000, Perkembangan
Kurikulum
Smp,Bandung,Alfabeta Samana, A, 1994.Profesionalisme
keguruan,Yogyakarta: Kanasius Zamroni. 2004. Pengembangan Sistem
Penilaian Pendidikan Menengah yang Menerapkan KBK dalam Kerangka Otonomi Daerah. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Rekayasa Sistem Penilaian dalam Rangka Meningkatkan Kualitas
Pendidikan. Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI)
tanggal 26 dan 27 Maret 2004 di Yogyakarta
Wau Yasaratodo,2013,Profesi