• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN GAGASAN UTAMA MELALUI METODE ANALISIS SINTESIS PADA SISWA KELAS VII.4 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN GAGASAN UTAMA MELALUI METODE ANALISIS SINTESIS PADA SISWA KELAS VII.4 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

126 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN GAGASAN UTAMA MELALUI METODE ANALISIS SINTESIS PADA SISWA KELAS VII.4

SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI TORMAULI SIMARMATA Guru SMP Negeri 5 Kota Tebing Tinggi

Email : tormaulisimarmata@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian inimbertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode analisis sintesis dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menetukan gagasan pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Tebing Tinggi. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari sampai bulan April 2012 di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.4 yangn berjumlah 38 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research). Prosedur dalam penelitian ini meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pada penelitian ini terdiri dari indikator keberhasilan proses dan indikator keberhasilan hasil. .Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I keberhasilan proses untuk keaktifan siswa 56,25 % dan keberhasilan hasilnya rata-rata 56,16. Pada siklus II keaktifan siswa menunjukkan angka 95,83 % dan hasil tesnya menunjukkan rata-rata 71,47.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkanbahwa penggunaan metode analisis sintesis pada siswa kelas VII.4 di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan siswa , dalam meentukan gagasan utama.

Kata Kunci : Kemampuan, Gagasan Utama, dan Metode Analisis Sintesis

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilannya. Pendidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian suatu individu yang lebih baik. Pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia yang lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian yang lebih baik (Munib 2004:29).

Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan perkembangan peningkatan kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada,

pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah selalu merevisi kurikulum yang sudah ada selaras dengan perkembangan jaman, demikian pula dengan model pembelajaran yang diterapkan selalu mengalami perkembangan.

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, membuka kemungkinan peserta didik (siswa) tidak hanya belajar di dalam kelas yang dibimbing oleh guru saja, akan tetapi peserta didik dapat belajar dari luar kelas seperti dari lingkungan masyarakat, pakar atau ilmuwan, birokrat, media cetak

(2)

127 maupun media elektronik, serta

sarana-sarana lain yang ada di sekitar kita. Dengan belajar seperti itu, peserta didik akan lebih leluasa menuangkan gagasan mereka yang dibangun berdasarkan informasi dari berbagai sumber.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis diperoleh data bahwa kemampuan siswa untuk menentukan gagasan utama dari wacana pada siswa kelas VII masih sangat rendah yaitu dari 38 siswa yang mengerjakan soal yang diberikan hanya 11 siswa yang mampu menjawab sepuluh soal dengan benar ( di atas KKM 62). Sedang 27 orang siswa hanya dapat menjawab dengan benar satu sampai dengan enam soal. Jika kondisi ini terus berlanjut, siswa akan malas belajar Bahasa Indonesia.

Melihat kondisi yang demikian dipandang guru segera membenahi metode dan strategi pembelajaran menentukan gagasan utama yang dilakukan selama ini. Dengan demikian siswa tidak salah dalam menangkap informasi yang disampaikan penulis pada penelitian ini. Salah satu metode pembelajaran yang dianggap mampu mengarahkan siswa pada situasi pembelajaran yag dapat membentuk perilaku sesuai dengan tujuan pembelajaran utama pada siswa kelas VII.4 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi semester dua yaitu metode analisis sintesis.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, secara operasional permasalahan penelitian tindakan kelas ini dirumuskan sebagai berikut: “ Apakah penggunaan metode Analisis Sintesis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan kemampuan menentukan gagasan utama bagi siswa kelas VII.4 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2011 / 2012 ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan gagasan utama melalui metode Analisis Sintesis pada siswa kelas VII.4 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi.

KAJIAN TEORI

Metode Analisis Sintesis

Metode analisis adalah suatu metode pembelajaran membaca permulaan yanng dimulai dengan mempelajari ssebuah perkataan, dari perkataan itu diuraikan menjadi huruf-huruf. Sedangkan metode sintesis adalah menyatukan kembali huruf-huruf itu menjadi perkataan kembali (Sri Hastuti, 1996: 100). Dr. A.S.Broto telah mempelajari metode analisis sintesis dengan nama metode SAS (Struktural analitik sintetik). Dalam proses pembelajarannya metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan: Analitik melakukan proses penguraian: Sintetik melakukan penggabungan

(3)

128 kembali kepada bentuk struktur

semula.

Berdasarkan prosedur pembelajaran pada metode SAS, proses pembelajaran dengan Metode Analisis Sintesis ini, siswa membaca sebuah wacana, mengidentifikasi setiap paragraf. Paragraf dianalisis kalimat-kalimatnya, sehingga siswa dapat membedakan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Dari kalimat-kalimat itu ditentukan kata-kata kuncinya. Kata-kata-kata kunci itu disintesiskan menjadi sebuah gagasan utama dan beberapa gagasan penjelas. Gagasan utama dan gagasan-gagasan penjelasnya disatukan lagi menjadi sebuah kalimat yaitu inti paragraf.

Jadi prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode ini adalah

1. Memilih sebuah bacaan; 2. Menganalisis paragrafnya

yang terdiri dari kalimat utama dan kalimat penjelas; 3. Menentukan dan menandai

kata-kata kuncinya;

4. Menyususn kata-kata kunci menjadi gagasan utama dan gagasan penjelas;

5. Menggabungkan gagasan utama dengan gagasan penjelas menjadi kalimat inti; 6.menggabungkan kalimat inti menjadi paragraf yang disebut dengan ringkasan wacana.

Tahapan 1, 2, dan 3 merpakan tahapan analisis, sedangkan tahap 4, 5, dan 6 merupakan tahapan sintesis.

Kebaikan metode analisis sintesis adalah :

1. Metode ini dapat melatih siswa berpikir analitis

2. Dengan langkah-langkah teratur membuat siswa terlatih bekerja dengan teratur pada kesempatan berikutnya. 3. Berdasarkan landasan

linguistik, metode ini akan menolong siswa menguasai bacaan dengan lancar.

Kemampuan Menentukan Gagasan Utama

Paragraf dapat terdiri dari satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas, dapat juga terdiri dari atu kalimat panjang. Paragraf yang terdiri dari kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas, gagasan utamanya terdapat dalam kalimat utama dan gagasannya terdapat pada kalimat-kalimat penjelas.

Gagasan utama biasanya terkandung dalam kalimat pertama atau kalimat terakhir dari paragraf. Gagasan utama paragraf adalah kesimpulan yang ditarik dari semua isi kalimat yang membentuk paragraf.

Seseorang harus berusaha menjadi pembaca yang baik agar dapat menemukan dan mendapat keuntungan dari gagasan-gagasan yang terkandung dalam wacana. Seorang pembaca yang baik adalah :

1. Pembaca yang tahu mengapa dia membaca (tujuan

(4)

129 membaca), untuk mencari

informasi atau menikmati bacaan.

2. Pembaca yang memahami apa yang dibacanya. Dalam hal ini menuntut perhatian, konsentrasi dan kemampuan memahami maksud serta keterampilan dalam meringkas.

3. Pembaca harus menguasai kecepatan membaca. Membaca cepat untuk memperoleh gagasan utama adalah membaca sekilas, memebaca scanning, memebaca demi kesenangan membaca skimming.

4. Pembaca harus menegenal media cetak, misalnya papersback, media grafika, majalah atau surat kabar (Guntur, 2008 : 120-122). Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah penerapan “Metode analisis sintesis dapat meningkatkan kemampuan menentukan gagasan utama pada siswa kelas VII 4 SMP Negeri 5 Tebing Tinggi”.

METODE PENELITIAN Jenis dan Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang terdiri dari 4 tahap, terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII.4 di SMP Negeri 5 Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 38 Siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari empat komponen utama yaitu :

1. Perencanaa 2. Pelaksanaan tindakan 3. Observasi 4. Refleksi PEMBAHASAN PENELITIAN Deskripsi Data

Hasil tes uji kemampuan pada siswa kelas VII-4 adalah sebagai berikut :Hasil uji kemampuan pada siswa kelas VII-4, 5 siswa menjawab 8 pertanyaan, 6 siswa menjawab 7 pertanyan, 8 siswa menjawab 6 pertanyaan dengan benar, 9 siswa menjawab 5 pertanyaan dengan benar, 4 siswa menjawab 4 pertanyaan isi wacana dengan benar, 7 siswa hanya dapat menjawab 3 pertanyaan dengan benar, 4 siswa dapat menjawab 2 pertanyaan denagn benar, 2 siswa hanya dapat menjawab 1 pertanyaan dengan benar dan 1 orang siswa tidak dapt menjawab semua pertanyaan. Siswa yang dapat menyimpulkan isi wacana dengan tepat adalah sebanyak 5 orang.Tes uji kemampuan yang dapat menjawab isi wacana dengan KKM

(5)

130 62 adalah 23,9 % dan yang dapt

menyimpulkan isi wacana hanya 10,8%. Siswa yang mampu menentuakan gagasan utama sebanyak 18 siswa (37,5 %), Siswa yang mampu menentukan kalimat utama sebanyak 22 orang (45,8%), siswa yang dapat menemukan kalimat penjelas sebanyak 10 orang (20,8%), Siswa yang dapat menemukan gagasan penjelas sebanyak 8 orang (16,6 %) dan siswa yang dapat menyusun ringkasan wacana hanya 4 orang (8,4%).

Berdasarkan hasil tes uji kemampuan dapat disimpulkan bahwa kesimpulan siswa dalam menentukan gagasan utama masih rendah 37,5%. Demikain pula kemampuan siswa dalam menyususn ringkasan wacan hanya 4 siswa. Hal ini sangat wajar karena siswa tidak akan dapat menyusun inti wacana kalau mereka tidak dapat menentukan gagasan utamanya.

4.1 Pembahasan Siklus I a. Siklus I

No Nama Siswa Nilai

Tugas Nilai Siklus I Peningkatan 1 Aditia Arip 73,33 69,23 -4,1 2 Ana Pratiwi 0 34,46 34,46 3 Ari Haryanto 53,33 69,23 15,9 4 Bentar Pamungkas 73,33 84,61 11,28

5 Eka Pajar Pebrianti 26,67 30,77 4,1

6 Entin Kartini 26,67 23,08 -3,59

7 Fadila Saban 46,67 69,23 22,56

8 Hanifah Ismayati 73,33 61,54 -11,79

9 Hariyani 100 76,92 -23,08

10 Jhonli Aji Casio 66,67 61,54 -5,13

(6)

131

12 Laras 73,33 46,15 -25,18

13 Lintang Putri Kusuma 53,33 38,46 -14,87

14 Mansyur 53,33 46,15 -7,18

15 Moh. Hapidyani 60 76,92 16,92

16 Muh. Roupul Badri 73,33 30,77 -42,56

17 Neneng Khoiriyah 86,67 69,23 -17,44

18 Novitasari 53,33 38,46 -14,87

19 Nur Muhamad matin 13,33 38,46 25,13

20 Nurlela 53,33 76,92 23,59

21 Nuryanah 53,33 39,77 -22,56

22 Ogi Firmansyah 13,33 38,46 25,13

23 Ratih adhani Pratiwi 80 46,15 -33,85

24 Retno Mulya

Winarsih

33,33 38,46 5,13

25 Rio Bagas Alifudin 73,33 64,61 11,28 26 Riski Zaenal Mutakin 46,67 30,77 -15,9 27 Rizka Puspita Sari 73,33 76,92 3,59

28 Saepul Anwar 53,33 69,23 13,9 29 Septania 33,33 61,53 28,2 30 Septiani Putri Hardiyanti 46,67 61,53 14,86 31 Siska Febrianti 33,33 61,63 28,2 32 Siti Amaliyanti 80 61,53 -18,47 33 Sri Erviyani 86,67 69,23 -17,44 34 Sri Oktaviani 53,33 76,92 23,59 35 Syaripudin 53,33 30,77 -22,56

(7)

132 36 Tita Toharoh 93,33 69,23 -24,1 37 Yosa Yunita 46,67 61,53 14,86 38 Yunita Pratiwi 53,33 38,46 -14,87 Jumlah 2566,63 2695,89 73,89 Rata-rata nilai/kenaikan 53,47 5,616,438 3,212609 KKM 62 62

Jumlah siswa tuntas 19 20 Jumlah siswa belum

tuntas

29 28

% Ketuntasan 39,58% 41,67%

Berdasarkan data yang diperoleh dari Siklus I disimpulkan bahwa dalam indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan proses kegiatan pembelajaran menentukan gagasan utama dalam membaca pemahaman wacana tulis, keaktifan siswa kategori Sangat Baik mencapai 27 siswa (56,25 %), Sedang 15 siswa (33,34 %) dan siswa yang kurang aktif 5 orang (10,41%). siswa yang memahami isi pembelajaran 87,5 %, 12,5 % siswa belum memahami gagasan utama. Sebanyak 29,1% siswa masih merasakan kesulitan untuk menentukan gagasan utama.

Perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran meningkat. Siswa mau mencatat, mendengarkan penjelasan guru dan terjadi interaksi antara siswa dengan gur. Situasi pemebelajaran yang terjadi

meneyenagkan serta siswa dapat mengetahui manfaan menentukan gagasan utama dalam kegiatan pemebelajaran yang lain namun data hasil uji kompetensi belum mencapai target.

(8)

133 b. Siklus II

No Nama Siswa Nilai

Siklus II

1 Aditia Arip 87,5

2 Ana Pratiwi 0

3 Ari Haryanto 81,25

4 Bentar Pamungkas 93,75

5 Eka Pajar Pebrianti 62,5

6 Entin Kartini 68,75

7 Fadila Saban 43,75

8 Hanifah Ismayati 93,75

9 Hariyani 81,25

10 Jhonli Aji Casio 93,75

11 Kholidah Jiah 31,25

12 Laras 18,75

13 Lintang Putri Kusuma 75

14 Mansyur 81,25

15 Moh. Hapidyani 56,25

16 Muh. Roupul Badri 43,75

17 Neneng Khoiriyah 75

18 Novitasari 81,25

19 Nur Muhamad matin 75

(9)

134

21 Nuryanah 68,75

22 Ogi Firmansyah 62,5

23 Ratih adhani Pratiwi 63,75

24 Retno Mulya Winarsih 0

25 Rio Bagas Alifudin 100

26 Riski Zaenal Mutakin 81,25

27 Rizka Puspita Sari 87,75

28 Saepul Anwar 92,75

29 Septania 68,75

30 Septiani Putri Hardiyanti 87,5

31 Siska Febrianti 62,5 32 Siti Amaliyanti 75 33 Sri Erviyani 87,75 34 Sri Oktaviani 93,75 35 Syaripudin 50 36 Tita Toharoh 100 37 Yosa Yunita 93,75 38 Yunita Pratiwi 81,25 Jumlah 3430,75 Rata-rata nilai/kenaikan 7,147,40 KKM 62

Jumlah siswa tuntas 38

Jumlah siswa belum tuntas 10

(10)

135 Berdasarkan analisis data

keberhasilan proses yang telah diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan pemebelajaran, keaktifan siswa telah dapat ditingkatkan. Semua siswa terlihat

melakukan belajar dengan tekun, kerjasama siswa dalam berdiskusi

juga meningkat. Dari 40 siswa menjadi 46 Siswa (95,8%). Perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran juga telah meningkat, siswa terlihat mau menulis, berani maju untuk melakukan persentasi serta frekuensi untuk bertanya meningkat.

Perbandingan Kemajuan antara SiklusI dan Siklus II

No Nama Siswa Nilai

Siklus I Nilai Siklus II Peningkatan 1 Aditia Arip 69,23 87,5 18,27 2 Ana Pratiwi 34,46 0 -34,46 3 Ari Haryanto 69,23 81,25 12,02 4 Bentar Pamungkas 84,61 93,75 9,14

5 Eka Pajar Pebrianti 30,77 62,5 31,73

6 Entin Kartini 23,08 68,75 45,67

7 Fadila Saban 69,23 43,75 -25,48

8 Hanifah Ismayati 61,54 93,75 32,21

9 Hariyani 76,92 81,25 4,33

10 Jhonli Aji Casio 61,54 93,75 32,21

11 Kholidah Jiah 38,46 31,25 -7,21

12 Laras 46,15 18,75 -27,4

13 Lintang Putri Kusuma 38,46 75 36,54

14 Mansyur 46,15 81,25 35,1

(11)

136

16 Muh. Roupul Badri 30,77 43,75 12,98

17 Neneng Khoiriyah 69,23 75 5,77

18 Novitasari 38,46 81,25 42,79

19 Nur Muhamad matin 38,46 75 36,54

20 Nurlela 76,92 100 23,08

21 Nuryanah 39,77 68,75 37,98

22 Ogi Firmansyah 38,46 62,5 24,04

23 Ratih adhani Pratiwi 46,15 63,75 47,6

24 Retno Mulya Winarsih 38,46 0 -38,46

25 Rio Bagas Alifudin 64,61 100 15,39

26 Riski Zaenal Mutakin 30,77 81,25 50,48

27 Rizka Puspita Sari 76,92 87,75 10,83

28 Saepul Anwar 69,23 92,75 23,52

29 Septania 61,53 68,75 7,22

30 Septiani Putri Hardiyanti 61,53 87,5 25,97

31 Siska Febrianti 61,63 62,5 0,97 32 Siti Amaliyanti 61,53 75 13,47 33 Sri Erviyani 69,23 87,75 18,52 34 Sri Oktaviani 76,92 93,75 16,83 35 Syaripudin 30,77 50 19,27 36 Tita Toharoh 69,23 100 30,77 37 Yosa Yunita 61,53 93,75 32,22 38 Yunita Pratiwi 38,46 81,25 42,79 Jumlah 2695,89 3430,75 734,66 Rata-rata nilai/kenaikan 5,616,438 7,147,40 15,395,833

(12)

137

KKM 62 62

Jumlah siswa tuntas 20 38

Jumlah siswa belum tuntas 28 10

% Ketuntasan 41,67% 79,17%

Perbandingan kemajuan pada siklus I dan siklus II diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menetuakan gagasan utama mengalami kemajuan yang sangat memuaskan dari 20 orang yang tuntas (41,67%) menjadi 38 orang (79,17%). Rata-rata nilai kenaikan juga mengalami kenaikan dari 3,21 menjadi 15,31.

Kesimpulan hasil dari penelitian ini adalah keaktifan siswa telah dapat ditingkatkan. Demikan juga perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran telah meningkat dan tingkat kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran telah dapat ditingkatkan pula. Demikian pula peningkatan kemampuan siswa dalam menentukan gagasan utama telah mencapi target yang ditentukan. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Analisi Sintesis ini keaktifan siswa dapat meningkat. Ketekunan siswa dalam belajar dapat lebih meningkat. Siswa sudah mulai berani melakukan persentasi walaupun masih belum

banyak siswa yang belum mau menanggapi pekerjaan temannya. Dengan latihan menganalisis paragraf wacana dan mensistesiskan kembali siswa dapat menentukan kemampuannya dalam menentukan gagasan utamanya dan sekaligus dapt memotifasi siswa dalam belajarnya. Berdasarkan data hasil angket yang diperoleh kemampuan siswa dalam belajar tampak maju pesat. zDengan memberikan pembelajaran yang langsung membentuk oengalaman siswa, siswa tampak melakukannnya dengan giat. Siswa dapat merasakan kebermaknaan pembelajaran yang dilakukan. Siswadapat merasakan kegiatan pembelajarannya sangat bermanfaat dalam menghadapi perkembangan informasi daln ilmu pengetahuan.

Saran

1. Dalam pemebelajaran membaca pemahaman isi wacana dengan kompetensi dasar menentukan gagasan utama diharapkan semua guru di SMP Negeri 5 dapat menggunakan metode pembelajaran analisis sintesis agar siswa lebih memahami manfaat gagasan utama.

2. Dalam membentuk kelompok belajar disarankan tidak banyak anggotanya agar setiap siswa

(13)

138 dapt berperan aktif dalam

kelompoknya.

RUJUKAN

A.R Syamsudin. 1992. Studi wacana Teori-Analisis-Pengajaran. Bandung Mimbar pendidikan dan Seni . 88.

Harjasujana A S & Mulyati, Yeti. 1996. Membaca 2, Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan,

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, bagian Proyek penataran Guru SLTP Setara D III. 176.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende, Flores : Nusa Indah 68.

Muchith, M. Saekhan. 2002. Pembelajaran Konsektual. Semarang : RASA II, Media Group 32.

P.H Sri Hastuti 1996. Strategi

belajar mengajar bahasa

Indonesia. Departemen

Pendidikan dan

Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dsar dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP SETARA DIII. 100.

Silberman, Melvin L. ( terjemahan ) . 1996. Active Larning

101 Srategi pembelajaran

Aktif. Yayasan pengkajian dan Pengembangan ilmu-ilmu pendidikan Islam (YAPPENDIS). Yogjakarta : Pustaka Insan Madam. 8.

Tampubolon, DP. 1987, Kemampuan membaca, Tehnik membaca Efektif dan Efisien. Bandung : Angkasa. 87.

Tarigan, Hendry Guntur. 2008.

Membaca sebagai

keterampilan berbahasa.

Bandung : Angkasa. 120 – 122.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Wardana (2008), dengan judul Penggunaan Obat Tradisional sebagai Alternatif Pengobatan pada Masyarakat di Kabupaten Sleman diketahui

Analisis pemecahan masalah Sistem Informasi Gereja Jemaat Alfa Omega Palopo membutuhkan sistem yang dapat mempermudah dalam pengolahan data jemaat, data

Ada beberapa komponen utama pada mesin penyuwir daging, yaitu motor listrik yang merupakan sumber penggerak dari mesin penyuwir tersebut, poros penyuwir untuk

Sehingga dapat menyelesaikan tugas proyek akhir dengan judul “Pengujian kinerja AC Mobil (Percobaan statis) Memanfaatkan HFC-134a refrigeran Dengan Variasi Pendingin

Tugas akhir ini meneliti tentang perubahan pola arus yang terjadi di kawasan Kenjeran akibat adanya reklamasi dengan parameter kecepatan arus yang terjadi pada tiap titik tinjauan

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

Media edukasi yang sesuai dengan segmen pendengar baru, dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Surabaya, sehingga Jazz di Surabaya tidak hanya menjadi tren

Dalam hal belanja daerah terdapat ketentuan bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan pemerintah daerah. Dalam hal ini