• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN BOGOR

BAGUS BIMMA PRIYAMBADA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

ABSTRAK

BAGUS BIMMA PRIYAMBADA. Analisis Risiko Produksi ayam broiler di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DWI RACHMINA.

Kecamatan Ciampea merupakan salahsatu daerah sentra produksi ayam broiler di Kabupaten Bogor. Adanya fluktuasi produksi ayam broiler di Kecamatan Ciampea mengindikasikan adanya risiko produksi. Analisis risiko produksi ayam broiler ini dikaji menggunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan analisis risiko menggunakan data kuantitatif. Sumber-sumber risiko produksi ayam broiler yaitu penyakit, cuaca, hama, dan kualitas DOC. Sumber risiko akibat serangan penyakit memiliki probabilitas dan dampak paling besar yaitu 46% dan dampaknya Rp15 628 053. Hasil pemetaan risiko menunjukan bahwa penyakit, cuaca dan DOC dapat ditangani dengan strategi preventif.

Kata kunci : Risiko produksi, sumber-sumber risiko, strategi preventif.

ABSTRACT

BAGUS BIMMA PRIYAMBADA. Risk Analysis of Broiler Production in Ciampea, Bogor. Supervised by DWI RACHMINA.

Ciampea is one of the main areas centre broiler production in Bogor Regency. Fluctuation product in Ciampea indicates production risk. The risk analysis of broiler chicken production is investigated by using primary and secondary data. Data analysis method used is descriptive analysis by using qualitative data and quantitative. Then risk analysis by using quantitative data. Based on the observation in the research site, risk sources of broiler chicken are disease, climate, pest, and quality of DOC. Disease outbreaks is the risk sourcethat probably happens and the biggest effect that is 46% and at least Rp15 628 053. The risk mapping result shows that disease, climate and DOC can be solved with preventive strategy.

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN

HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Produksi ayam broiler di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Bagus Bimma Priyambada

NIM H34114034

(5)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PETERNAKAN

AYAM BROILER DI KECAMATAN CIAMPEA,

KABUPATEN BOGOR

BAGUS BIMMA PRIYAMBADA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

Nama : Bagus Bimma Priyambada NIM : H34114034

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini adalah risiko, dengan judul Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, arahan dan dukungan Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi selaku dosen pembimbing, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta kakak tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan. Penulis berterima kasih kepada Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan banyak saran, peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan telah membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Sumber – Sumber Risiko Produksi 8

Pengukuran dan Besar Risiko Produksi 8

Strategi Penanganan Risiko 9

Persamaan dan Perbedaan 10

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 18

Lokasi dan Waktu 18

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 18

Metode Analisis Data 19

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27

Profil Petani dan Lokasi Penelitian 27

Kegiatan Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Ciampea 30

RISIKO PRODUKSI PETERNAKAN AYAM BROILER 33

Identifikasi Sumber-Sumber Risiko 34

Analisis Probabilitas Risiko Produksi 42

Analisis Dampak Risiko Produksi 44

Pemetaan Risiko 47

SIMPULAN DAN SARAN 54

Simpulan 54

Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 55

(9)

DAFTAR TABEL

1 Total produksi nasional daging, susu, dan telur di Indonesia 2001-2012 1 2 Kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi daging di

Jawa Barat tahun 2008 – 2012 2

3 Harga komoditi daging hasil ternak di Jawa Barat Februari 2013 2 4 Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional tahun

2001-2011 3

5 Perkembangan populasi dan Kontribusi ayam broiler (ekor) di Kabupaten

Bogor dan Jawa Barat tahun 2005-2011 4

6 Tabel populasi peternak ayam broiler dan populasi ayam broiler di

Kecamatan Ciampea tahun 2009-2012 4

7 Fluktuasi Produksi Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu 5 8 Nama desa dan jumlah penduduk tiap desa di Kecamatan Ciampea 2012 27 9 Keadaan geografis Kecamatan Ciampea tahun 2012 28 10 Penggunaan lahan kering dan lahan basah di Kecamatan Ciampea tahun

2012 28

11 Survival rate ayam broiler di Kecamatan Ciampea Januari 2012 hingga

Desember 2012. 34

12 Kematian ayam broiler karena penyakit pada tahun 2012 36 13 Kematian ayam broiler karena cuaca pada tahun 2012 38 14 Kematian ayam broiler diakibatkan serangan hama pada tahun 2012 39 15 Kematian ayam broiler diakibatkan oleh kualitas DOC tahun 2012 41 16 Probabilitas dari masing-masing sumber risiko produksi ayam broiler di

Kecamatan Ciampea tahun 2012 42

17 Dampak kerugian peternakan ayam broiler akibat sumber risiko produksi

karena serangan penyakit tahun 2012 45

18 Dampak kerugian peternakan ayam broiler akibat sumber risiko produksi

karena perubahan cuaca tahun 2012 46

19 Dampak kerugian peternakan ayam broiler akibat sumber risiko produksi

karena rendahnya kualitas DOC 2012 46

20 Dampak kerugian peternakan ayam broiler akibat sumber risiko produksi

karena serangan penyakit tahun 2012 47

21 Status risiko produksi budidaya pembesaran ayam broiler di Kecamatan

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil produksi ternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea tahun 2012 6

2 Proses pegelolaan risiko perusahaan 13

3 Kerangka pemikiran operasional 17

4 Pemetaan risiko produksi ayam broiler 23

5 Preventif risiko produksi peternakan ayam broiler 25

6 Mitigasi risiko produksi peternakan ayam broiler 26 7 Organisasi peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea 29 8 Fluktuasi rata-rata produksi ayam broiler bulan Januari 2012 hingga

Desember 2012 33

9 Pemetaan sumber risiko produksi ayam broiler di Kecamatan Ciampea 49

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data mortalitas rate peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea tahun

2012 57

2 Kontrak budidaya ayam broiler antara peternak plasma dengan perusahaan

inti. 58

3 Probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi ayam broiler berasal

dari serangan penyakit 59

4 Probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi ayam broiler berasal

dari perubahan cuaca 60

5 Probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi ayam broiler berasal

dari hama 61

6 Probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi ayam broiler berasal

dari rendahnya kualitas DOC 62

7 Obat dan vitamin yang digunakan produksi pembesaran ayam broiler 63

8 Sarana produksi ayam broiler 64

9 Kegiatan penimbangan dan pengangkutan saat panen ayam broiler 65

(11)
(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial dikembangkan. Subsektor peternakan perlu dikembangkan karena subsektor ini dapat memberikan kontribusi bagi pertanian Indonesia. Daging, susu dan telur merupakan komoditas yang dihasilkan dari subsektor peternakan, hasil komoditas daging, susu, dan telur dapat menjadi tolak ukur pertumbuhan peternakan di Indonesia.

Tabel 1 Total produksi nasional daging, susu, dan telur di Indonesia tahun 2001-2012

Tahun Daging (000 Ton) Telur (000 Ton) Susu (000 Ton)

2001 1 561 850 480

2002 1 770 946 493

2003 1 872 973 553

2004 2 020 1 107 550

2005 1 817 1 051 536

2006 2 063 1 204 616

2007 2 068 1 382 568

2008 2 137 1 324 647

2009 2 205 1 307 827

2010 2 366 1 366 910

2011 2 522 1 466 975

2012 2 689 1 548 1 018

Laju (%/Tahun) 5.26 5.83 7.48

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan. 2013 (Diolah)

(13)

Tabel 2 Kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi daging di Jawa Barat tahun 2008 – 2012

Tahun Daging Ayam Broiler

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan. 2013 (diolah)

Berdasarkan Tabel 2, daging yang dihasilkan ayam broiler memberikan kontribusi sangat besar bagi pasokan daging di Jawa Barat, dengan rata-rata kontribusi sebesar 73.29 % dalam kurun waktu lima tahun, mulai dari tahun 2008 sampai tahun 2012. Daging ayam juga memiliki tingkat kelajuan pertumbuhan yang cukup baik, tingkat kelajuan rata-rata daging ayam sebesar 12.2 % per tahun dalam kurun waktu tahun 2008 hingga 2012. Hal ini jelas mengindikasikan bahwa ayam broiler merupakan jenis ternak yang berpengaruh besar bagi perekonomian ataupun kehidupan masyarakat.

Daging ayam selain memberikan kontibusi yang baik bagi pengadaan daging, harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan dengan daging sapi ataupun daging kambing. Tabel 3 menampilkan harga beberapa jenis daging ternak di Jawa Barat, yang dapat menjadi alasan minat masyarakat mengkonsumsi daging ayam.

Tabel 3 Harga komoditi daging hasil ternak di Jawa Barat bulan Februari 2013 Komoditi Harga Rata-rata (Rupiah/kg)

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan. 2013 (bulan Februari 2013)

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa harga daging yang paling murah yaitu daging ayam ras, dengan kisaran harga Rp30 000 Untuk setiap kilogramnya. Hal ini membuat daging ayam lebih dicari dibandingkan dengan daging lainnya seperti kambing, domba, dan daging hasil peternakan lainnya.

(14)

broiler tersebut menurun maka akan berdampak besar bagi produksi daging. Berdasarkan fakta seperti itu, sangat penting untuk terus meningkatkan populasi ayam broiler karena kebutuhan daging ayam pada dasarnya akan semakin meningkat pula. Tabel 4 menunjukkan populasi ayam broiler di Jawa Barat yang dari tahun ke tahun jika dilihat memiliki tren meningkat, dan dalam Tabel 4 akan ada persentase populasi di Jawa Barat terhadap populasi ayam di tingkat nasional. Tabel 4 Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional tahun

2001-2011

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan. 2013

Berdasarkan Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa populasi ayam broiler mengalami tren positif, dengan rata-rata kontribusi populasi ayam di Jawa Barat terhadap populasi nasional sebesar 42.10 %, dalam kurun waktu 10 tahun dari 2001 hingga tahun 2011. Akan tetapi kenaikan populasi tersebut tidak dialami setiap tahunnya, hal tersebut terkait bahwa ayam broiler memiliki risiko produksi yang bersumber dari cuaca, hama, penyakit, kepadatan ruang. Salah satu sumber risiko yang dihapai oleh peternak ayam broiler pada tahun 2006 yaitu sumber risiko berasal pada penyakit, tahun tersebut merupakan tahun yang berat dialami oleh peternak ayam broiler, karena wabah penyakit flu burung yang menyerang unggas sangat tinggi, penyakit tersebut membuat populasi ayam broiler di tingkat Jawa Barat mengalami penurunan, hal tersebut berbanding lurus dengan jumlah populasi nasional yang mengalami penurunan.

Tingkat kontribusi populasi ayam broiler Provinsi Jawa Barat terhadap populasi nasional sangat tinggi, lebih dari 30 % kontribusi populasi ayam broiler terhadap populasi nasional. Tingkat kelajuan pertumbuhan ayam broiler di Jawa Barat memiliki rata-rata kelajuan 7.6 % pertahunnya. Data Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2013 ini mengindikasi tingginya potensi pengembangan usaha ayam broiler di Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa kabupaten yang menjadi sentra produksi dan salah satunya adalah Kabupaten Bogor, pemilihan Kabupaten Bogor didasarkan pada tren pertumbuhan populasi di daerah ini yang semakin tinggi. Secara statistik populasi ayam broiler sejak tahun 2005 hingga 2011 mengalami tren meningkat. Tren pertumbuhan populasi ayam broiler juga selalu positif sejak tahun 2005 hingga 2011.

Tahun Jawa Barat (Ekor) Nasional (Ekor) Kontribusi (%)

(15)

Tabel 5 Perkembangan populasi dan kontribusi ayam broiler (ekor) di Kabupaten Bogor dan Jawa Barat tahun 2005-2011

Tahun Kabupaten Bogor Jawa Barat Kontribusi (%)

Sumber : Dinas peternakan dan perikanan kabupaten Bogor 2013

Berdasarkan Tabel 5 bahwa Kabupaten Bogor memiliki perkembangan populasi yang baik pada peternakan ayam broiler, hal ini ditunjang dengan rata-rata kelajuan peningkatan populasi sebesar 7.47 dari tahun 2005 hingga tahun 2011. Kabupaten Bogor juga termasuk salah satu kabupaten yang cukup memiliki kontribusi dalam penambahan jumlah populasi di provinsi Jawa Barat. Dengan rata-rata sebesar 3.15 % dalam kurun waktu enam tahun, mulai dari tahun 2005 hingga 2011. Jumlah tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Bogor cukup berperan baik bagi Provinsi Jawa Barat, dengan adanya kontribusi dari berbagai Kabupaten di Jawa Barat, populasi di Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan populasi yang cukup baik, dengan rata-rata 6.40 % pertahun dari tahun 2005 hingga 2011.

Kecamatan Ciampea merupakan salah satu daerah sentra peternakan ayam broiler di Kabupaten Bogor. Banyak peternak ayam broiler yang melakukan budidaya di Kecamatan Ciampea. Hal tersebut dapat dilihat dari data jumlah populasi peternak dan populasi ayam broiler di Kecamatan Ciampea. Berikut tabel populasi ayam broiler dan peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea.

Tabel 6 Tabel populasi peternak ayam broiler dan populasi ayam broiler di Kecamatan Ciampea tahun 2009-2012

Tahun Jumlah Peternak (Orang) Jumlah populasi (Ekor)

2009 23 Orang 193 000

2010 20 Orang 185 000

2011 22 Orang 241 000

2012 22 Orang 241 000

Total (% / Tahun) (2%) 6%

Sumber : Unit Pelaksana teknis kesehatan hewan dan ikan VI

Berdasarkan Tabel 6 bahwa Kecamatan Ciampea memiliki trend positif dalam perkembangan populasi ayam broiler, dimana pada tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami kelajuan pertumbuhan sebesar 6%. Tetapi mengalami penurunan sebesar 2% pada jumlah peternak ayam boiler di Kecamatan Ciampea.

(16)

melakukan cara dalam menangani perubahan harga dengan cara melakukan kemitraan dengan perusahaan inti. Karena dengan melakukan kemitraan dengan perusahaan inti peternak ayam tidak terlalu besar dalam menghadapi risiko perubahan harga. Manfaat lain dengan melakukan kemitraan dengan perusahaan inti yaitu adanya jaminan pasar, karena jumlah ayam yang panen di beli oleh perusahaan inti. Hanya saat ini risiko yang dihadapi oleh peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea yaitu risiko produksi. Risiko produksi menjadi salah satu risiko yang dihadapi peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea.

Perumusan Masalah

Budidaya pembesaran ayam broiler merupakan kegiatan bisnis yang memiliki prospek cukup baik, hal tersebut dilihat dari beberapa faktor yaitu proses produksi yang relatif mudah, dan waktu pemeliharaannya relatif cepat. peternak ayam broiler dalam melakukan budidaya pembesaran ayam broiler hampir mengalami ketidakstabilan dalam menghasilkan produksi ayam broiler saat panen. Hal tersebut dilihat oleh adanya fluktuasi produksi setiap periodenya. Salahsatunya yaitu peternak ayam broiler milik Bapak Restu yang berada di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor.

Tabel 7. Fluktuasi produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu

(17)

Pemaparan adanya indikasi risiko produksi ayam broiler yang berada pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan budidaya ayam broiler memiliki risiko produksi, hal tersebut dialami oleh beberapa peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea. Indikasi peternak ayam broiler menghadapi suatu risiko produksi yaitu ditandai dengan terjadinya fluktuasi hasil produksi setiap periodenya dan tidak tercapainya hasil produksi yang diharapkan dengan hasil produksi yang aktual. Fluktuasi produksi di sajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Hasil produksi ternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea tahun 2012 Berdasarkana hasil Gambar 1 bahwa hasil produksi dari 20 peternak yang berada di Kecamatan Ciampea mengalami fluktuasi, dimana hal tersebut dilihat dari fluktuasi produksi berdasarkan tingkat mortalitas antar periode. Gap antara hasil produksi yang diharapkan dengan hasil produksi aktual juga terjadi di Kecamatan Ciampea, hal ini mengindikasikan bahwa peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea menghadapi suatu risiko produksi.

Sumber risiko produksi ayam broiler yang dihadapi peternak dalam kegiatan budidaya pembesaran ayam broiler di Kecamatan Ciampea diakibatkan oleh beberapa sumber yang dampaknya merugikan bagi peternak ayam broiler. Berdasarkan penelitian sebelumnya sumber risiko produksi berasal dari cuaca, penyakit, iklim, hama,dan kepadatan ruang (Aziz, 2009 dan Pinto, 2011). Salah satu sumber risiko yaitu cuaca dan iklim yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak ayam broiler. Saat musim hujan, suhu udara dikandang semakin dingin, dan udara dikandang semakin lembab. Sebaliknya pada musim kemarau, suhu udara dikandang menjadi panas, kadar karbondioksida meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Kondisi ini sulit dihindari dan mengakibatkan kematian dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Pada dasarnya suhu potensial untuk pemeliharaan ayam broiler adalah sebesar 180-260C. Berdasarkan kondisi peternakan ayam broiler yang telah dipaparkan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

(18)

1. Sumber risiko produksi yang dominan pada produksi peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea?

2. Berapa peluang dan dampak risiko produksi dalam kegiatan usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea?

3. Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi sumber risiko produksi yang paling besar pengaruhnya pada

peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea.

2. Bagaimana peluang dan dampak risiko produksi pada usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea.

3. Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi yang dihadapi oleh peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait terutama peternak dalam menangani risiko produksi ayam broiler.

2. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian risiko produksi ayam broiler.

3. Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan menulis dan menganalisis terhadap suatu permasalahan yang kompleks terkait dengan agribisnis, khususnya di bidang peternakan ayam broiler. Harapannya yaitu penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis usaha peternakan di masa yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber – Sumber Risiko Produksi

Penelitian terlebih dahulu mengenai risiko produksi diperlukan sebagai gambaran bagi penulis dalam melakukan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang terkait dengan risiko produksi peternakan yaitu Permatasari (2010) yang melakukan analisis risiko produksi usaha pembiakan Anjing Labrador Retreiner, yang bertempat di Sun Flower Kennel, Mampang. Aziz (2009) yang melakukan penelitian analisis risiko produksi dalam usaha ternak ayam broiler studi kasus usaha peternakan X di Desa Tapos. Ruslan (2012) analisis risiko produksi usaha pembibitan domba di mitra tani farm, desa tegal waru. Pinto (2011) analisis risiko produksi pada peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea di Desa Cijayanti.

Risiko Produksi yang berada dalam penelitian Aziz (2009) bersumber dari cuaca, iklim dan penyakit. Sedangkan Penelitian yang dilakukan Pinto (2011) sumber risiko produksi pada penelitian pinto yaitu cuaca dan iklim, kepadatan ruang, penyakit dan hama. Penelitin yang telah dilakukan Permatasari (2010) sumber risiko berasal dari kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, penyakit, mortalitas anakan, keguguran, kesulitan persalinan, warna anakan tidak sesuai harapan, jenis anakan yang tidak sesuai harapan. Dan penelitian yang telah dilakukan oleh Ruslan (2012) sumber risiko produksi berasal dari mortalitas anakan, mortalitas indukan betina, keguguran, kesulitan persalinan. Dari penelitian terdahulu, pada komoditas ayam memiliki beberapa pesamaan yaitu sumber risiko yang berasal dari cuaca. Ini yang menjadi sumber risiko bagi setiap usaha peternakan ayam broiler.

Pengukuran dan Besar Risiko Produksi

Jika dilihat dari pengukuran kemungkinan terjadinya pada penelitian Permatasari (2010) kemungkinan terjadi terbesarnya yaitu pada kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan sebesar 20 %, berarti kemungkinan besar dalam produksi anjing labrador di Sun Flower Kennel kurang dari tingkat SR normal adalah 0.20 atau 20 %. Sedangkan pengukuran dampak risiko menggunakan metode VaR (Value at Risk) Rp89 920 000. yang dapat kita yakini 95 % bahwa perusahaan mendapatkan kerugian akibat kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan dan mortalitas anakan.

Dilihat dari besarnya kemungkinan terjadinya dalam penelitian yang telah dilakukan Ruslan (2012) yaitu pada Mortalitas anakan sebesar 52 %. Artinya kemungkinan besar dalam produksi pem bibitan domba di Mitra Tani Farm, kurang dari tingkat SR normal adalah 52 %. Sedangkan pengukuran dampak risiko menggunakan metode VaR (Value at Risk) Rp221 100 000. yang dapat kita yakini 95 % bahwa perusahaan mendapatkan kerugian akibat kegagalan karena tingkat mortalitas anakan yang tinggi.

(20)

088. Nilai tersebut menunjukan bahwa risiko yang harus dihadapi usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah Rp10 095 088. (Cateris paribus). Nilai standar deviasi sebesar Rp10 095 088. menunjukan bahwa usaha peternakan X memiliki risiko yang sangat tinggi. Tingginya risiko tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat mortalitas yang mencapai rata-rata sebesar 10 % setiap periodenya. Tingkat mortalitas yang mencapai 10 % setiap periodenya. Tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada periode ke-12 yaitu sebesar 49.75 %. Tingginya tingkat mortalitas ini menyebabkan rendahnya hasil panen yang didapatkan. Rendahnya hasil panen ini menyebabkan kerugian pada periode ke 12 yan mencapai Rp21 213 029. Besarnya kerugian ini menyebabkan nilai

variance usaha peternakan X adalah sebesar 1.75. Nilai coeficient variation

sebesar 1.75 menunjukan bahwa risiko yang diterima oleh pengusaha sebesar 175 % dari nilai return yang diperoleh. Artinya setiap return Rp 1 yang diterima peternak menghasilkan risiko sebesar Rp1.75. Nilai coeficient yang lebih besar dari 0.5 menunjukan bahwa usaha peternakan X akan menghadapi peluang merugi pada setiap periode di masa yang akan datang. (Cateris Paribus).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Pinto (2011) kemungkinan terjadinya risiko terbesarnya yaitu hama sebesar 38.4 %. Artinya kemungkinan besar dalam produksi pembesaran ayam broiler di Kecamatan Ciampea kurang dari tingkat SR normal adalah 38.4 %. Sedangkan pengukuran dampak risiko menggunakan metode VaR (Value at Risk) Rp20 177 598. yang dapat kita yakini 95 % bahwa perusahaan mendapatkan kerugian akibat kematian dikarenakan terserang penyakit.

Strategi Penanganan Risiko

Dalam menjalankan usaha dibidang peternakan, pengusaha dituntut dalam membuat suatu strategi yang tujuannya untuk menangani suatu risiko yang akan dihadapi. Beberapa strategi yang dapat digunakan yaitu strategi preventif dan

mitigasi. Strategi preventif adalah strategi yang dijalankan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi preventif yang dijalankan oleh perusahaan dalam penelitian yang dilakukan Permatasari (2010) yaitu dengan melakukan pemeriksaan USG, perbaikan sumber daya manusia, Operasi caesar. Sedangkan yang dilakukan perusahaan tempat penelitian Ruslan (2012) strategi preventif

dilakukan dengan melakukan perawatan indukan bunting, perbaikan sumber daya manusia. Sedangkan Strategi preventif yang dijalankan oleh perusahaan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Pinto (2011) yaitu dengan membuat jaring kawat, pemakaian ventilasi bantuan, meningkatkan kedisplinan anak kandang menjaga sarana dan prasarana

(21)

mitigasi yang dijalankan perusahaan tempat penelitian Pinto (2011) dengan melakukan pemakaian obat dan vaksin secara selang seling, cara dan waktu pemberian obat dan vaksin harus benar dan tepat. Selain strategi mitigasi dan preventif ada banyak strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam menangani risiko produksi seperti strategi yang dilakukan oleh perusahaan tempat aziz (2009) melakukan penelitian yaitu strategi penanganan risiko produksi dengan manajemen risiko pada tahap periode pemanasan itu meliputi penggunaan lingkaran pelindung, menaburkan sekam yang telah di fumigasi, menggunakan pemanas untuk kebutuhan temperatur ayam dalam kandang, menggunakan termometer dalam menentukan temperatur kandang, membersihkan air gula saat DOC masuk kandang, melakukan program vaksinasi pada ayam. Manajemen pada tahap pertumbuhan meliputi melakukan pengobatan secara intensif pada ayam, melakukan seleksi dan grading secara intensif, melakukan sanitasi peralatan kandang dan mengatur sirkulasi kandang. Manajemen risiko tahap pemanenan meliputi strategi memperhatikan dengan cermat kapan sebaiknya ayam dijual, mempertimbangkan jumlah pakan yang sudah digunakan, berapa bobot rata-rata ayam yang akan dijual, dan berapa kisaran harga jual ayam boriler pada saat pemanenan dilakukan.

Persamaan dan Perbedaan

Dari beberapa penelitian terdahulu yang diamati, ada beberapa kesamaan Pinto (2011) dan Aziz (2009) komoditas yang di teliti yaitu ayam broiler. Kesamaan yang lain yaitu Pinto (2011), Ruslan (2012), Permatasari (2010) dalam menganalisis pengukuran kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari risiko yang ditimbulkan menggunakan analisis risiko z-score dan Value at Risk. Kesamaan lainnya dari beberapa peneliti Pinto (2011), Ruslan (2009) dan Permatasari (2010) dalam melakukan manajemen risiko menggunakan strategi

(22)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko, pengukuran risiko, dan strategi pengelolaan risiko yang relevan dengan permasalahan penelitian. Oleh karena itu akan dijabarkan secara spesifik pada sub-sub bab berikut.

Konsep Risiko

Risiko menunjukan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak dinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang tidak memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif. Basyaib (2007)

Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan berkaitan dengan ketidakpastian yang dapat menimbulkan kerugian dan tidak dapat diketahui secara pasti oleh pengambil keputusan. Menurut Hardwood et al (1999).

Risiko itu sama dengan uncrtainty atau ketidakpastian. Risiko merupakan ketidakpastian yang sering kali digunakan dengan arti yang sama, penggunaannya saling dipertukarkan dengan maksud yang sama atau interchangeably. Akan tetapi dalam pendefinisiannya memiliki banyak arti, akan tetapi lebih cenderung kepada ketidakpastian. Ketidakpastian itu bisa rugi atau tidak menyebabkan kerugian. Siahaan (2007)

Risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian menurut Djohanputro (2008), menurut Kountur (2008) Tiga unsur penting dari suatu kejadian yang dianggap risiko, yaitu: (1) Merupakan suatu kejadian. (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, bisa terjadi bisa tidak. (3) jika sampai terjadi maka akan menimbulkan kerugian. sedangkan risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Penggunaan kata “kemungkinan” tersebut menunjukan adanya ketidakpastian, ketidak pastian tersebut merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. sedangkan “kondisi yang tidak pasti” timbul karena berbagai macam hal, antara lain :

1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. 2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.

(23)

Klasifikasi Risiko

Menurut Harwood et al (1999), sumber-sumber risiko yang dapat dihadapi petani meliputi (1) risiko produksi, (2) risiko kelembagaan, (3) risiko pasar atau harga, (4) risiko kebijakan, dan (5) risiko finansial.

1. Beberapa sumber risiko yang berasal dari risiko produksi yaitu gagal panen, rendahnya produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang ditimbulkan oleh serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia dan lain sebagainya.

2. Risiko yang ditimbulkan dari aspek kelembagaan diantaranya yaitu aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.

3. Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya yaitu barang yang tidak dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan lain sebagainya, sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga yaitu harga yang naik akibat dari adanya inflasi.

4. Risiko yang disebabkan karena kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.

5. Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial meliputi adanya piutang tak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi terhambat, putaran barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi dan lain-lain.

Kategori Risiko

Risiko jika dilihat dari sudut pandang terjadinya risiko, ada dua macam risiko yaitu risiko keuangan dari operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan nilai tukar. Sedangkan risiko opeasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam. Suatu perusahaan akan selalu dihadapkan dengan berbagai macam risiko operasional seperti kualitas produk, produk yang rusak atau mati, bencana alam, hujan badai dan lain-lain. Oleh sebab itu manusia, teknologi dan alam dapat dikatakan sebagai sumber risiko.

Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalaisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk

efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan definisi yang ditetapkan oleh (Darmawi 2005).

(24)

sehingga biaya menjadi lebih kecil dan akhirnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya kontur mengatakan dalam menangani risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengindentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menangani risiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan. Proses pengelolaan risiko perusahaan dapat dilihat di Gambar 2

Gambar 2 Proses pegelolaan risiko perusahaan

Sumber : (Kountur 2008)

Ada beberapa cara menangani risiko menurut (Kountur 2008), yaitu dengan cara menerima atau menghadapi risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko melalui pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan mengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, hedging, leasing, outsourcing dan kontrak. Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dilakukan dengan berbagai cara yaitu diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi.

Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko selalu mengacu pada dua ukuan yaitu probabilitas atau tingkat keumungkinan atau dampak atau kuantitas risiko, yaitu ukuran mengenai berapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko terjadi. Probabilitas merupakan rentan yang sangat lebar, dari mendekati 0% (nyaris tidak akan terjadi), sampai 100% (nyaris terjadi). Probabilitas dinyatakan dalam persentase. Dampak juga dinyatakan dalam rentangan. Dampak terkecil adalah mendekati Rp 0, dan dampak terbesar sangat sulit dalam menentukan batas atasnya karena sangat tergantung pada masing-masing risiko. Dampak risiko dapat berakibat langsung maupun tidak langsung. Djohanputro (2008).

Menurut Darmawi (2010), setelah tahap identifikasi risiko selanjutnya risiko diukur untuk mengetahui informasi yang akan membantu dalam menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk digunakan. Informasi yang diperlukan terkait dengan dua dimensi yang perlu diukur. Yaitu frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi dan keparahan dari kerugian. Sedangkan

Penanganan Risiko Pengukuran Risiko Identifikasi Risiko

(25)

paling sedikit untuk masing-masing dimensi itu, yang ingin diketahui adalah rata-rata nilai dalam periode anggaran, variasi nilai itu, dari satu periode anggaran ke periode anggaran sebelum berikutnya. Dan dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainya kerugian-kerugian itu ditanggung sendiri.

Pemetaan Risiko

Menurut Kountur (2008) Probabilitas merupakan dimensi pertama yang menyatakan tingkat kemungkinan status risiko terjadi. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, maka semakin perlu mendapatkan perhatian. Sebaliknya jika semakin rendah kemungkinan risiko terjadi, maka semakin rendah perhatian yang diberikan. Ukuran probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Dimensi kedua yaitu dampak yang merupakan tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar terjadi kenyataan. Semakin tinggi suatu damapk suatu risiko, maka akan semakin perlu mendapat perhatian khusus. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi akibat suatu risiko maka semakin rendah perhatian yang perlu diberikan. Umumnya dimensi dampak dibagi menjadi dua tingkat yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Matrik antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas tinggi, dan berdampak kecil. Kuadran II area dengan tingkat probabilitas yang sama dengan kuadran I yaitu probabilitas tinggi, dan pada kuadran II memiliki dampak tinggi. Pada kuadran III memiliki probabilitas rendah dan memiliki dampak kecil. Dan kuadran IV yaitu kudran yang memiliki probabilitas rendah dan dampak tinggi.

Penanganan Risiko

Menurut Kountur (2006), berdasarkan peta risiko dapat diketahui cara penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu :

1. Preventif

Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi, preventif

dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : (1) Membuat atau memperbaiki sistem, (2) Mengembangkan sumber daya manusia, dan (3) Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi

dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar.

a. Diversifikasi

(26)

b. Penggabungan

Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.

c. Pengalihan Risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko kepihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi,

leasing, outsourching, dan hedging.

Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset perusahaan yang dampak risikonya besar sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana aset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada aset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut.

Outsourching merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract, option, dan swap.

Selain penanganan strategi menggunakan preventif dan strategi mitigasi, peternak ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea dapat melakukan penanganan risiko dan juga meminimalisir risiko dengan 5 cara menurut Harwood

et al (1999), beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain : 1. Diversifikasi usaha (enterprise diversification)

Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi.

2. Integrasi vertikal (vertical integration)

(27)

3. Kontrak produksi (production contract)

Kontrak produksi ini biasanya menetapkan dengan rinci suplai input produksi oleh pembeli, kualitas dan kuantitas komoditi tertentu yang akan diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani.

4. Kontrak pemasaran (marketing contract)

Kontrak pemasaran berisikan perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan, antara pedagang dan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditi sebelum panen atau sebelum komoditi siap dipasarkan. Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan manajemen, seperti menentukan varietas benih, penggunaan input dan kapan waktunya.

5. Perlindungan nilai (hedging)

Perlindungan nilai dilakukan untuk mengalihkan risiko pada pihak lain yang lebih baik dalam manajemen risikonya melalui transaksi instrumen keuangan.

6. Asuransi (insurance)

Asuransi adalah kontrak perjanjian pihak yang diasuransikan dengan perusahaan. Perusahaan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan. Premi asuransi akan diterima oleh pihak yang diasuransikan sebagai kompensasinya.

Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam menjalankan usaha budidaya pembesaran ayam broiler kendala yang dihadapi oleh peternak ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea adalah risiko produksi yang diindikasikan dengan adanya fluktuasi produksi hasil panen. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya risiko produksi dalam budidaya pembesaran ayam broiler di Kecamatan Ciampea antara lain kondisi cuaca yang sering berubah-rubah, serangan hama pada ayam DOC, serangan penyakit dan kualitas DOC yang rendah. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami adalah jumlah produksi yang rendah.

(28)

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional

Strategi Penanganan Risiko Produksi Pemetaan Risiko dari Hasil Perhitungan

Probabilitas dan Dampak

Dampak dari Sumber-sumber Risiko Produksi Probabilitas dari

Sumber-sumber Risiko Produksi

Identifikasi sumber-sumber risiko produksi menggunakan analisis deskriptif pada aspek produksi meliputi serangan penyakit,

perubahan cuaca, serangan hama dan kualitas DOC

Risiko produksi budidaya pembesaran ayam broiler di Kecematan Ciampea

(29)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di peternakan ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan cara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa Ciampea merupakan salah satu sentra peternakan ayam yang berada di Kabupaten Bogor. Merujuk dari Tabel 6, Penelitian ini dilakukan di 20 peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea. peternak ayam broiler yang dijadikan sampel penelitian memiliki skala usaha kecil hingga menengah. Pengambilan data dan pengamatan lapangan dilakukan mulai bulan April 2013 sampai dengan Juni 2013.

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Kedua data tersebut bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer yaitu data yang tujuannya sengaja untuk menjawab tujuan penelitian, sedangkan data sekunder yaitu yang disajikan bukan untuk penelitian yang dilakukan oleh penulis, tetapi datanya dapat digunakan untuk menunjang tujuan penelitian.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pencatatan data kegiatan produksi mengenai jumlah populasi awal dan populasi akhir, sumber risiko yang terjadi pada kegiatan budidaya pembesaran ayam broiler, pencatatan pemakaian input dan output, serta laporan keuangan yang bertujuan memperoleh gambaran umum kondisi peternak yang berada di Kecamatan Ciampea. Pengumpalan data juga dilakukan dengan cara wawancara pada bagian produksi, agar mengetahui seluk beluk produksi pada pembesaran ayam broiler.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu kuisioner dan menggunakan metode recall mengenai penyebab kematian, dan persentase kematian yang disebabkan oleh sumber risiko produksi dalam waktu bulan Januari tahun 2012 sampai dengan bulan Desember tahun 2012 dari 20 petani di Kecamatan Ciampea.

Metode recall adalah metode yang digunakan untuk memperoleh suatu data dari pelaku usaha dengan cara mengingat kejadian di masa lampau. Namun metode tersebut memiliki kelemahan yaitu berdasarkan ingatan atau pengalaman pelaku usaha yang belum tentu ditunjang dengan pencatatan data yang baik. Tetapi dalam penentuan jumlah data pada masa yang sudah lampau yang tidak memiliki catatan atau data yang pasti maka metode yang tepat untuk digunakan adalah metode recall. Metode recall digunakan untuk mendapatkan data mengenai jumlah kematian ayam broiler yang diakibatkan oleh sumber risiko hama, penyakit, kualitas DOC, dan perubahan cuaca.

(30)

Jumlah total populasi ayam broiler x persentase kematian ayam broiler = Jumlah ekor ayam broiler yang mati

Metode Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari 20 peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea akan dirata-ratakan menjadi satu data rata-rata peternak ayam broiler, dan diolah serta dianalisis melalui beberapa metode analisis. Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu kualitatif. Sumber data didapat melalui wawancara, alat bantu kuisioner, dan diskusi dari 20 peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Selain analisis deskriptif, analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu analisis risiko. Data untuk melakukan analisis risiko diperoleh melalui laporan data produksi ayam broiler perusahaan, data harga, dan laporan keuangan. Tujuannya yaitu menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi usaha peternakan ayam di Kecamatan Ciampea.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis sumber-sumber risiko dan alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea, untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian manajemen risiko yang diterapkan berdasarkan pada penelitian peternak sebagai pengambil keputusan secara subjektif. Identifikasi dilakukan untuk melihat apakah risiko yang diterapkan efektif untuk meminimakkan risiko. Hal tersebut didasarkan pada tingkat risiko yang dihadapi oleh usaha peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea.

Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Risiko dapat diatur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode dengan nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunkana apabila ada data historis dan berbentuk kontinus. Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi adalah data produksi ayam broiler satu tahun terakhir, mulai dari Januari 2012 sampai dengan Desember 2012. Hal tersebut dilakukan agar petani tidak terlalu jauh dalam mengingat kembali kejadian yang mengandung risiko pada peternakan ayam broiler yang dikelola oleh petani.

(31)

Kematian ayam = Total ayam yang mati (ekor) pada 1 periode (2 bulan)

Persentase Kematian Ayam = % ayam yang mati dari total kematian ayam broiler pada periode/periode tertentu dari setiap sumber.

Contoh perhitungan sebagai berikut:

Ayam broiler pada bulan Januari – Februari 2012 Penyakit  15 415 ekor x 57.6 % = 638 ekor Cuaca  15 415 ekor x 39.2 % = 434 ekor Hama  15 415 ekor x 1.83 % = 20 ekor Kualitas DOC  15 415 ekor x 1.5 % = 16 ekor

Data kematian ayam broiler pada bulan Jamuari – Februari 2012 diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan langsung di lokasi penelitian. Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan jumlah benih yang mati yang diakibatkan oleh setiap sumber adalah sebagai berikut :

Langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada usaha ayam broiler peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea

1. Menghitung rata-rata kejadian beresiko (kematian ayam)

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata kematian ayam broiler yang diproduksi adalah :

x =

Dimana :

X : Rata-rata kematian ayam seluruh periode Xi : Jumlah kematian ayam setiap periodenya n : Jumlah data

Contoh perhitungan rata-rata kematian ayam akibat kejadian berisiko adalah sebagai berikut :

Nilai rata-rata kematian ayam broiler akibat peyakit pada periode pertama tahun 2012

X = 638 + 584 + ...+ 523 + 439 6

= 551 ekor

(32)

2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian risiko

S = ∑ ( )

Dimana :

S : Standar Deviasi dari kejadian berisiko

Xi : Jumlah kematian ayam dalam setiap periodenya X : Rata-rata kematian ayam seluruh periodenya n : Jumlah data

Nilai standar deviasi kematian ayam broiler akibat penyakit pada tahun 2012

( 638−5512+ ( 584−551)2 + (…………) + ( 439−551)2 S =

6-1

= 77

Nilai standar deviasi pada peternakan ayam broiler adalah 77

3. Menghitung z-score

Z =

Dimana :

Z : Nilai z-score dari kejadian berisiko

X : Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal X : Rata-rata kematian ayam seluruh periode

S : Standar deviasi dari kejadian berisiko

Contoh perhitungan nilai z-score adalah sebagai berikut : Nilai z-score dari akibat penyakit pada tahun 2012

Z = 543 77− 551 = - 0.10

Nilai z-score akibat penyakit pada tahun 2012 adalah0.46.

Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal z.

(33)

yang diperoleh dari table distribusi z (nominal) sehingga dapat diketahui berapa % kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi ayam broiler mendatangkan kerugian.

Analisis Dampak Risiko

Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (value at risk). Var adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentan waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi ayam broiler di Kecamatan Ciampea. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat terjadinya sumber-sumber risiko. Dalam menghitung VaR terlebih dahulu dihitung jumlah kematian ayam, setiap periode. Jumlah kematian ayam broiler tersebut kemudian dikalikan dengan harga yang terjadi pada periode yang sama dikali berat rata-rata yang terjadi pada periode yang sama. Setelah didapat angka kerugian dari masing-masing periode kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya, setelah itu dicari besarnya nilai standar deviasi atau penyimpangan. Proses terakhir menetapkan batas toleransi kevalidan dan mencari nilai VaR. Menurut (kountur 2008), VaR dapat dihitung dengan rumus berikut:

VaR = x + z (

√ )

Dimana :

VaR : Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko

X : Nilai kerugian ayam dihitung harga perkilogram x jumlah kematian Z : Nilai Z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 % S : Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko

n : Banyak kejadian berisiko

Contoh perhitungan nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko adalah sebagai berikut :

Nilai rata-rata kerugian akibat penyakit pada tahun 2012

X = (683 + 584 + ...+ 523+ 439) x 1.6 x Rp16 189 6

= Rp14 305 032

Nilai rata-rata kerugian akibat penyakit pada tahun 2012 adalah Rp14 305 032

(34)

s = ( 16 453 610−14 305 032)2 + ( ………. . )2 + (11 488 144−14 305 032)2 6-1

= Rp1 970 046.

Nilai standar deviasi kerugian akibat penyakit pada tahun 2012 adalah Rp1 970 046. Contoh perhitungan nilai dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko adalah sebagai berikut :

Nilai dampak kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit pada tahun 2012

VaR = 14 305 032 + 1.645 (

√ )

= Rp15 628 053.

Nilai dampak kerugian akibat penyakit pada tahun 2012 adalah Rp15 628 053.

Pemetaan Risiko

Menurut (Kountur 2008), sebelum dapat menangani risiko, hal yang terlebih dahulu perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran mengenai posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumber vertikal yang membatasi probabilitas dan sumbu horizontal yang membatasi dampak atau sebaliknya. Contoh gambar peta risiko dapat dilihat pada Gambar 4.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Dampak (Rp) Kecil Besar

Gambar 4 Pemetaan risiko produksi ayam broiler Sumber : Kountur (2008) dan Djohanputro (2008)

Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Besar antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya diatas 20 % atau

Kuadran 1

Kuadran 2

(35)

lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan di bawah 20 % dianggap sebagai kemungknan kecil. (Kountur 2008).

Penjelasan mengenai matriks dua dimensi menghasilkan empat kuadran, Kuadran satu, menurut Djohanputro risiko yang terjadi secara rutin, dimana kuadran satu dihuni oleh risiko-risiko dengan skala prioritas satu. Risiko pada kuadran ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dampaknya rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa mengganggu bila risiko yang bersangkutan muncul menjadi kenyataan. Namun risiko pada kuadran ini biasanya perusahaan dapat menanganinya dengan cepat.

Kuadran dua merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran dua terdiri dari risiko-risiko yang masuk dalam prioritas satu atau prioritas utama.

Kuadran tiga dihuni oleh berbagai risiko dengan skala prioritas empat. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang rendah dan dampak dari risiko pada kuadran tiga ini rendah, tidak terlalu mengganggu dalam pencapaian tujuan dan target perusahaan. Risiko dalam kuadran ini cenderung diabaikan, sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumberdayanya untuk menangani risiko tersebut. Namun perusahaan perlu tetap memonitor risiko pada kuadran ini, risiko pada kuadran ini bersifat dinamis. Risiko yang saat ini berada dalam kuadran tiga ini mampu pindah ke kuadran lain bila terjadi perubahan kondisi eksternal maupun internal secara signifikan.

Kuadran empat merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas dua, dimana risko dalam dalam kuadran empat ini probabilitasnya rendah sampai sedang, tetapi jika terjadi dampaknya tinggi. Mungkin risiko ini hanya muncul satu tahun sekali, bahkan bisa kurang. Tujuan dan target perusahaan bisa tidak tercapai atau dalam kondisi terburuk, perusahaan bisa tutup atau dinyatakan bangkrut.

Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan, maka selanjutnya dapat diterapkan strategi penanganan risiko yang sesuai, terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu:

1. Pencegahan risiko (preventif)

Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran satu dan dua. Penangan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran satu akan bergeser menuju kuadran tiga dan risiko yang berada pada kuadran dua akan bergeser menuju kuadran empat (Kountur 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada gambar 5.

(36)

memiliki dampak tinggi dengan probabilitas yang rendah. Tentunya dengan alternatif strategi yang tepat dalam penanganan risiko yang dihadapi suatu perusahaan.

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Kecil Besar

Dampak (Rp)

Gambar 5 Preventif risiko produksi peternakan ayam broiler Sumber : (Kountur 2008)

2. Mitigasi risiko

Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran dua bergeser ke kuadran satu dan risiko yang berada pada kuadran empat bergeser pada kuadran tiga. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risikio (Kountur 2006).

Strategi mitigasi atau meminimalkan risiko dilakukan strategi penanganan kuadran dua menuju kuadran satu, dimana kuadran dua probabilitas sedang hingga tinggi dan memiliki dampak sedang hingga tinggi, diatasi dengan pengurangan dampak menjadi rendah hingga sedang. Strategi mitigasi pada kuadran empat diatasi risikonya menjadi area kuadran tiga, dimana kuadran empat probabilitas rendah, tetapi memiliki dampaknya tinggi, cara mengatasi risiko pada kuadran ini dengan menggunakan beberapa alternatif penanganan agar risiko kuadran empat bisa berubah menuju area kuadran tiga dimana probabilitas rendah tetapi dampaknya pun rendah. Berikut merupakan strategi mitigasi risiko peternakan ayam broiler.

Kuadran 1 Kuadran 2

(37)

Probabilitas (%)

Besar

Kecil

Kecil Besar

Dampak (Rp)

Gambar 6 Mitigasi risiko produksi peternakan ayam broiler Sumber : (Kountur 2008)

Kuadran 1 Kuadran 2

(38)

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Profil Petani dan Lokasi Penelitian

Peternakan ayam broiler pada penelitian ini berlokasi didaerah Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciampea, diamana Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra atau ring yang digunakan lokasinya oleh beberapa pengusaha atau petani ayam broiler. Kecamatan Ciampea merupakan wilayah pengembangan Jawa Barat yang memiliki luas sekitar 56.63 km2, dan secara administratif terbagi dalam tiga belas desa dan memiliki sekitar 150 648 jiwa. Berikut tabel daftar nama desa dan jumlah penduduk dari masing-masing desa tersebut.

Tabel 8 Nama desa dan jumlah penduduk tiap desa di Kecamatan Ciampea 2012 Nama Desa Jumlah Penduduk

Kepala Keluarga Laki-Laki Perempuan Total

Benteng 2 905 6 610 5 907 12 517

Bojong Rangkas 3 071 6 151 5 763 11 914

Bojong Jengkol 3 975 4 796 4 471 9 267

Ciampea 3 155 5 310 5 309 10 619

Ciampea Udik 2 880 3 584 3 432 7 016

Cibanteng 4 668 8 593 8 156 16 749

Cibadak 2 830 5 464 5 456 10 920

Cibuntu 2 319 5 768 5 401 11 169

Cicadas 3 221 5 658 5 453 11 111

Cihideung ilir 2 534 5 706 4 480 10 186

Cihideung udik 3 505 7 270 6 724 13 994

Cinangka 3 197 6 424 6 287 12 711

Tegal waru 3 963 6 234 6 241 12 475

Jumlah 42 223 77 568 73 080 150 648

Sumber : Profil Kecamatan Ciampea 2013

(39)

Tabel 9 Keadaan geografis Kecamatan Ciampea tahun 2012

Selain kondisi alam yang mendukung potensi lain yang dapat dikembangkan yaitu dilihat dari program pemerintah daerah, Kecamatan Ciampea memiliki rencana membantu melakukan peningkatan PDB. Hal tersebut sejalan dengan kondisi lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian, peternakan dan perikanan.

Tabel 10 Penggunaan lahan kering dan lahan basah di Kecamatan Ciampea tahun 2012

Nama Desa

Tanah Kering (Ha) Tanah Basah (Ha)

(40)

Dengan adanya program yang sejalan dengan pengembangan potensi yang ada di Kecamatan Ciampea, serta didukung oleh oleh kondisi alam yang baik Kecamatan Ciampea merupakan suatu lokasi yang cukup baik untuk dikembangkan usaha di bidang peternakan.

Sebagian besar peternak yang berada di Kecamatan Ciampea merupakan plasma dari perusahaan – perusahaan inti yang bergerak dibidang peternakan. Dari imformasi yang diperoleh bahwa peternakan ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea ada 22 peternak, dengan jumlah populasi yang berbeda-beda. Jika dilihat berdasarkan klasifikasi ada yang termasuk golongan peternak kecil, dan peternak menengah. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah populasi yang dibudidayakan oleh para peternak, total populasi 1000 hingga 50 000 ekor temasuk golongan kecil, sedangkan total populasi 50 000 hingga 500 000 merupakan peternak golongan menengah (Fadillah, et al 2007).

Setiap peternak memiliki manajemen peternakan berbeda-beda, tujuannya untuk mencapai target yang telah ditetap oleh masing-masing peternak. Dan peternak yang berlokasi di Kecamatan Ciampea umunya usahanya telah berjalan lebih dari satu tahun, akan tetapi dalam perkembangannya berbeda-beda dengan tingkat masalah yang dihadapi oleh masing-masing petani.

Dalam menjalankan kemitraan dengan perusahaan inti petani hanya memiliki modal investasi kandang dan peralatan, dan menanamkan modal sebagai penjamin sesuai kesepakatan. Dalam mensuply bahan baku dalam setiap periodenya perusahaan inti hanya memasok DOC, pakan, dan obat. Kontrak antara petani dan perusahaan inti berubah setiap periodenya. Hal tersebut tergantung situasi dengan harga input saat mulai masuk DOC dalam kandang.

Usaha budidaya ayam broiler di Kecamatan Ciampea yang melakukan kemitraan dengan perusahaan inti pada umunya berstruktur organisasi sederhana. Struktur organisasi sederhana ini memiliki beberapa kelebihan dari segi biaya. Kelebihan tersebut dalam hal penghematan biaya dan sistem pengambilan keputusan menjadi relatif lebih cepat. Struktur organisasi sederhana dapat lebih cepat mengantisipasi perubahan lingkungan dengan cepat terhadap berbagai masalah yang dihadapi. Berikut struktur organisasinya.

Lingkungan Peternak

Gambar 7 Organisasi peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea Pemilik peternakan

Karyawan (Anak Kandang)

(41)

Jika dilihat dari struktur organisasi pemilik peternak dapat melakukan pemantauan dan perintah langsung kepada karyawan. Sementara perusahaan inti dalam memasok bahan baku harus melakukan koordinasi dengan pemilik peternak.

Masing-masing struktur organisasi memiliki tugas dan kewenangan berbeda, pemilik peternakan merupakan orang yang memiliki wewenang paling tinggi dalam melakukan usaha budidaya peternakan ayam broiler, dan kegiatannya yaitu memantau perkembangan budidaya ayam broiler dalam satu periode produksi maupun dalam satu tahun, dan merencanakan pengembangan usaha peternakan ayam sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing peternak.

Pemilik peternakan ayam dalam melakukan pemilihan karyawan atau anak kandang, tidak memiliki kriteria khusus, dalam pemilihannya pemilik peternakan ayam lebih mengedapankan softskill, mengenai kejujuran, disiplin dan rasa memiliki yang tinggi. Untuk keahlian dalam memelihara ayam pemilik peternak akan membagikan ilmu cara merawat ayam.

Kegiatan Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Ciampea

Periode produksi membutuhkan waktu sekitar 50 sampai 60 hari, yaitu proses budidaya 30 sampai 40 hari, dan masa istirahat kandang atau masa persiapan kandang selama 15 sampai 20 hari. Jumlah periode yang dapat dilakukan dalam satu tahun yaitu sebanyak 6 kali produksi.

Tahap Persiapan Kandang

Periode produksi membutuhkan waktu sekitar 50 sampai 60 hari, yaitu proses 30 sampai 40 hari, dan masa istirahat kandang atau masa persiapan kandang selama 15 sampai 20 hari. Jumlah periode produksi maksimal yang dapat dilakukan oleh peternakan ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea.

Persiapan kandang merupakan pekerjaan awal dari proses produksi, dan merupakan bagian penting dalam usaha peternakan ayam broiler. Persiapan kandang dilakukan setelah masa panen periode sebelumnya berakhir. Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan persiapan kandang ini berkisar antara 15 sampai 20 hari. Tujuan melakukan kegiatan ini adalah untuk membersihkan kandang, sehingga dapat menghindari timbulnya bibit penyakit. Proses ini terdiri dari pembersihan dan sterilisasi kandang, pembersihan dan sterilisasi peralatan, serta persiapan pemanas kandang.

Pembersihan kandang dimulai dengan pencucian. Pencucian kandang dilakukan dengan menggunakan sprayer. Kegiatan ini dimulai dari pembersihan kandang bagian atas, dinding dan lantai. Proses pencucian memakai air yang berasal dari air bersih bisa melalui sumber air sepert sumur. Proses sterilisasi dilakukan setelah pencucian kandang selesai dan kondisi kandang sudah dipastikan dalam keadaan kering. Sterilisasi ini dilakukan menggunakan

Gambar

Tabel 1  Total produksi nasional daging, susu, dan telur di Indonesia tahun 2001-
Tabel 3  Harga komoditi daging hasil ternak di Jawa Barat bulan Februari 2013
Tabel 4 Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional tahun
Tabel 5 Perkembangan populasi dan kontribusi ayam broiler (ekor) di Kabupaten Bogor dan Jawa Barat tahun 2005-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Memberikan obat oral Sistenol tablet 3x1 hari

Sekitar 90% dari jumlah KK di Ciundil dapat menganyam daun pandan samak untuk tikar (tikar samak). Pembuatan tikar selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, juga untuk

T api saya lebih cenderung melakukan cara dakwahnya nabi Muhammad dengan ceramah yang membangun.. orang-orang sukses, agar siswa terpancing. Manusia kan

Fungsi biologis adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan sebagai daerah mencari makan (feeding ground) bagi ikan dan

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat akan melaksanakan pengadaan Barang/Jasa dengan metode Pengadaan Langsung untuk paket

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “Pembuatan Etil Asetat Dari Hasil Hidrolisis, Fermentasi Dan Esterifikasi Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca L.)”,

Penamb ahan dedak padi sebesar 0 dan 5 persen sebagai bahan pengawet pada berbagai tingkat produksi bahan kering rumput Irian dengan lama penyimpanan 28 hari dapat